• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP MATERI PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DIDIK DALAM PERSPEKTIF ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONSEP MATERI PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DIDIK DALAM PERSPEKTIF ISLAM"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP MATERI PENDIDIKAN AKHLAK ANAK

DIDIK DALAM PERSPEKTIF ISLAM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna memperoleh Gelar Sarjana dalam

Ilmu Pendidikan Islam

Oleh:

MUHAMAD LAZIM

NIM : 093111245

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Muhamad Lazim

NIM : 093111245

Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

Semarang, 6 Juni 2011 Saya yang menyatakan,

Muhamad Lazim

(3)

iii

PENGESAHAN Naskah skripsi dengan :

Judul Nama NIM Jurusan Program Studi : : : : :

Konsep Materi Pendidikan Akhlak Anak Didik Dalam Perspektif Islam

Muhamad Lazim 093111245

Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam

telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam.

Semarang, 2011 DEWAN PENGUJI

Ketua,

Drs. H. Mat Sholikhin, M.Ag

NIP : 19600524 199203 1001

Sekretaris,

Dra. Miswari, M.Ag

NIP : 150274337000002000 Penguji I, Drs. H. Mustaqim, M.Pd NIP : 19590424 198303 1005 Penguji II, Dra. Muntholi’ah, M.Pd NIP : 19670319 199303 2001 Pembimbing,

Hj. Lift Anis Ma’shumah, M.

NIP : 197209281997032001

KEMENTERIAN AGAMA R.I.

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

FAKULTAS TARBIYAH

Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II ) Ngaliyan Semarang Telp. 024-7601295 Fax. 7615387

(4)

iv

NOTA PEMBIMBING Semarang, 6 Juni 2011

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamu’alaikum wr. Wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan :

Judul Nama NIM Jurusan Program Studi : : : : :

Konsep Materi Pendidikan Akhlak Anak Didik Dalam Perspektif Islam

Muhamad Lazim 093111245

Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakutas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasyah. Wassalamu’alaikum wr. wb.

Pembimbing,

Hj. Lift Anis Ma’shumah, M.

(5)

v

ABSTRAK

Judul : Konsep Materi Pendidikan Akhlak anak Didik Dalam

Perspektif Islam

Nama : Muhamad Lazim

NIM : 093111245

Skripsi ini membahas tentang konsep pendidikan Akhlak dalam perspektif Islam. Kajiannya dilatar belakangi oleh adanya dekadensi moral atau adanya penurunan nilai-nilai akhlak yang akhir-akhir ini terjadi pada sebagian besar dari orang-orang baik dikalangan remaja, dewasa bahkan orang tua termasuk dikalangan para pelajar baik yang tinggal di daerah pedesaan maupun perkotaan. Banyak orang telah mengabaikan pembinaan akhlak, padahal masalah akhlak tidak bisa dianggap remeh, karena akhlak merupakan kunci perubahan individu, sosial, atau kesejahteraan dan kebahagiaan hakiki. Di samping itu kajian ini juga dimaksudkan untuk menjawab permasalahan : (1) Bagaimana konsep pendidikan akhlak? (2) meliputi apa saja cakupan pendidikan akhlak menurut perspektif Islam? Permasalahan ini dikaji melalui studi kepustakaan yang data-datanya diperoleh dari Al-Qur’an dan As-sunnah serta literatur-literatur yang mendukung kajian mengenai akhlak ini.

Kajian ini menunjukkan bahwa (1) pendidikan akhlak adalah pendidikan mengenai dasar-dasar moral dan keutamaan perangai, tabiat, watak yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa anak-anak sampai ia menjadi mukallaf, pemuda yang siap mengarungi samudra kehidupan. Pendidikan ini menekankan pada pentingnya pendidikan yang dimulai dari pendidikan keluarga. Dari dalam keluarga inilah untuk pertama kalinya pendidikan anak dimulai, sehingga orang tua mempunyai peranan yang sangat penting di dalam proses pendidika akhlak anaknya. Sebagaimana hadits Rasulullah Saw : “Bahwa setiap bayi yang lahir ke dunia ini dalam keadaan fitrah (suci), maka kedua orang tuanyalah yang akan menjadikanya sebagai seorang Yahudi, Nasrani atau majusi”. Dan firman Allah SWT : “Jagalah dirimu dan keluargmu dari api neraka”. Bagi umat Islam akhlak menjadi sangat penting guna mendasari seluruh tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari. (2) Adapun proses pendidikan akhlaknya disesuaikan dengan tujuan pendidikan akhlak yakni menyiapkan manusia agar memiliki sikap dan perilaku yang terpuji baik ditinjau dari aspek norma-norma agama maupun norma-norma sopan santun, adat istiadat dan tata krama yang berlaku dimasyarakat dimana ia tinggal. Adapun cakupan materi pendidikan akhlak secara umum meliputi pendidikan keimanan, pendidikan moral/akhlak, pendidikan fisik/jasmani, pendidikan rasio, pendidikan kejiwaan dan pendidikan seksual. Sedangan secara khusus adalah meliputi akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap Rasulullah, akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap keluarga serta akhlak bermasyarakat. Melalui proses pemahaman, pembiasaan dan

(6)

vi

uswatun hasanah bisa ditanamkan dalam diri anak-anak dan generasi muslim agar bisa menjadi generasi penerus yang berakhlak karimah. Menurut Imam Al-Ghazali ada dua metode dalam pendidikan akhlak yaitu : pertama mujahadah dan membiasakan latihan dengan amal saleh. Kedua, perbuatan itu dikerjakan dengan diulang-ulang dan memohon karunia Allah SWT. disamping itu juga dianjurkan menggunakan metode cerita (hikayat) dan keteladanan (uswah al hasanah). Dengan demikian anak dibiasakan melakukan kebaikan. Pergaulan anak juga harus diperhatikan. Terlepas dari itu semua orang tua mempunyai kewajiban menyekolahkan anak ke lembaga pendidikan formal (sekolah). Sehingga dari sekolah ini anak diharapkan mendapatkan pendidikan yang tidak didapatkan dari pendidikan keluarga dan menjadi bekal dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

(7)

vii

TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Penulisan transliterasi huruf-huruf Arab – Latin dalam skripsi ini berpedoman pada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. Nomor : 158/1987 dan Nomor : 0543b/U/1987. Penyimpangan penulisan kata sandang [al-] disengaja secara konsisten supaya sesuai teks Arabnya.

Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin

ا a ط t} ب b ظ z} ت t ع ‘ ث s\ غ g ج J ف f ح h} ق q خ kh ك k د d ل l ذ z\ م m ر r ن n س z و w ص s ه h ش sy ء ‘ ص s} ً y ض d} Contoh : َةَتَك َلَعَف = kataba = fa’ala َزَكَذ ُةَهْذَي = z\akara = yaz\habu

Bacaan Madd Bacaan Diftong

a> i> u> = a panjang = i panjang = u panjang ْوُا ْيُا = au = ai

(8)

viii Contoh : َلاَق يَمَر = qa>la = rama> َفْيَك َلْوَح = kaifa = fa’ala َلْيِق ُلْوُقَي = qi}la = yaku>lu Ta Marbutah

Transliterasi untuk ta marbutah ada dua : 1. Ta marbutah hidup

Ta marbutah yang hidup atau mendapat h}arakat fath}ah, kasrah dan d}ammah, transliterasinya adalah /t/.

2. Ta marbutah mati

Ta marbutah yang mati atau mendapat h}arakat sukun, transliterasinya adalah /h/.

Kalau pada kata yang terakhir dengan ta marbutah diikuti oleh kata yang

menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah maka ta

marbutah itu ditransliterasikan dengan ha (h). Contoh :

= T}alh}ah = raud}ah al-at}fal

= ra}ud}atul-at}fal

= al-Madinah al-Munawwarah = al-Madiatul-Munawwarah

Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda ( ّ ), dalam transliterasi ini tanda syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi syaddah itu. Contoh : اَنَتَر َلَشَى ُزِثْلَا = rabbana> = nazzala = al-birru

(9)

ix

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada :

1. Almamaterku, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2. Ibu dan Bapak yang terhormat

3. Istriku Novi susanti dan anakku tercinta Maulida Khoirunnisa Arrohmah 4. Madrasahku M.Ts. NU Ngluwar

(10)

x MOTTO





























































Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha

mengetahui apa yang kamu kerjakan.1

1

Tim Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang : PT Karya Toha Putra, 1998, hlm. 1112

(11)

xi

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan karunia-Nya berupa taufiq, hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Salawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada junjungan kita Nabi Muhammad Saw beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya serta orang-orang yang senantiasa mengikuti ajaran-ajarannya.

Selanjutnya sebagai ungkapan kebahagiaan penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat :

1. Prof. DR. H. Muhibbin, M.Ag selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang 2. DR. Suja’i, M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang

3. Ketua Program S1 Kualifikasi Ahmad Muthohar, M.Ag beserta staff 4. Ibu Hj. Lift Anis Ma’shumah, M.Ag selaku Dosen pembimbing skripsi 5. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 6. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini

Teriring doa semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT dan mudah-mudahan menjadi amal saleh. Amin

Semarang, 6 Juni 2011 Penulis

(12)

xii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ... PERNYATAAN KEASLIAN ... PENGESAHAN ... NOTA PEMBIMBING ... ABSTRAK ... TRANSLITERASI... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN MOTTO... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... i ii iii iv v vii ix x xi xii BAB I : PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang ... B. Penegasan Istilah ... C. Rumusan Masalah ... D. Alasan Pemilihan Judul ... E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ... F. Metode Penelitian ... G. Sistematika Penulisan ... 1 1 4 7 7 8 8 9

BAB II : KONSEP PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

A. Pengertian Pendidikan Dalam Perspektif Islam ... B. Dasar – dasar Pendidikan ... C. Tujuan Pendidikan ...

11 15 19

BAB III : MATERI PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DIDIK DALAM

(13)

xiii

A. Pengertian Pendidikan Akhlak ... B. Dasar dan Tujuan Pendidikan Akhlak ... C. Materi Pendidikan Akhlak ... D. Metode Pendidikan Akhlak ...

24 27 32 52

BAB IV : ANALISA MATERI PENDIDIKAN AKHLAK ANAK

DIDIK MENURUT PERSPEKTIF ISLAM ... A. Proses Pendidikan Akhlak ... B. Interaksi Pendidikan Akhlak di Lingkungan Keluarga,

Sekolah dan Masyarakat ... 56 56 59 BAB V : PENUTUP A. Simpulan ... B. Kata Penutup ... 65 66 DAFTAR PUSTAKA

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri

dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.1

Jika kita perhatikan, akhir-akhir ini banyak orang telah mengabaikan pembinaan akhlak, padahal masalah akhlak tidak bisa dianggap remeh, karena akhlak merupakan kunci perubahan individu, sosial atau kesejahteraan dan kebahagiaan hakiki.

Akhlak merupakan dasar dan landasan yang kokoh untuk kehidupan manusia, karena dengan pendidikan akhlak akan menjadikan hidup manusia bermanfaat, baik di rumah, madrasah maupun di masyarakat.

Pendidikan akhlak wajib dimulai dari lingkungan keluarga yaitu dengan diberi bimbingan dan petunjuk-petunjuk yang benar agar anak-anak terbiasa dengan adat dan kebiasaan yang baik. Mereka harus dilatih sedini mungkin berperilaku yang baik dari dalam keluarga. Sebab anak pada saat yang demikian ini dalam keadaan masih bersih dan mudah dipengaruhi atau dididik , ia ibarat kertas putih yan belum ada coretan tinta sedikitpun.

Sekarang ini banyak orang tua yang mempunyai kesibukan diluar rumah karena mengejar dan mementingkan karir, sehingga melupakan untuk menanamkan pendidikan akhlak dirumah. Sebagai akibatnya, banyak anak-anak yang belum dewasa terjebak dalam pergaulan bebas. Mereka mudah dipengaruhi

1

Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, (Jakarta : Dinas Pendidikan, 2007) hlm.1

(15)

2 oleh sesuatu yang dianggap baru, mudah terbawa arus asing tanpa melakukan filterisasi yang ketat. Mereka beranggapan bahwa segala yang datang dari barat pasti modern.

Bila kondisi seperti ini dibiarkan berlarut-larut tanpa adanya usaha untuk memperbaiki, maka akan semakin deras arus yang menyeret kearah dekadensi moral dan penurunan kualitas manusia semakin drastis. Dekadensi moral merupakan titik awal dari krisis-krisis yang lain. Pantas kalau akhlak itu menjadi sesuatu yang langka.

Masalah moral (akhlak) adalah suatu yang menjadi perhatian dimana saja, karena kerusakan akhlak seseorang akan mengganggu ketenteraman orang lain. Di negara kita tercinta ini sudah banyak orang yang rusak moralnya, terbukti banyak pejabat yang korup dan ini jelas merugikan negara. Dengan demikian masalah akhlak harus diperhatikan. Terutama dari kalangan pendidik, alim ulama, pemuka masyarakat dan orang tua.

Pendidikan akhlak harus ditanamkan sejak anak masih dalam kandungan agar nantinya terbiasa dengan hal-hal yang baik. Hidupnya mempunyai pedoman baik di rumah, di madrasah maupun di lingkungan masyarakat yang dihadapinya.

Sebagai contoh adalah akhlak Nabi Muhammad saw. dalam perjalanan hidupnya sejak masih kanak-kanak hingga dewasa dan sampai diangkat menjadi Rasul, beliau terkenal sebagai seorang yang jujur, berbudi luhur dan mempunyai kepribadian yang tinggi. Tak ada sesuatu perbuatan dan tingkah lakunya yang tercela yang dapat dituduhkan kepadanya, berlainan sekali dengan tingkah laku dan perbuatan kebanyakan pemuda-pemuda dan penduduk kota Mekah pada umumnya yang gemar berfoya-foya dan bermabuk-mabukan. Karena demikian jujurnya dalam perkataan dan perbuatan, maka beliau diberi julukan “Al-Amin”, artinya orang yang dapat dipercaya. Muhammad Saw sejak kecil hingga dewasa tidak pernah menyembah berhala, dan tidak pernah pula makan daging hewan yang disembelih untuk korban berhala-berhala seperti umumnya orang Arab

(16)

3 jahiliyyah waktu itu. Ia sangat benci kepada berhala itu dan menjauhkan diri dari

keramaian dan upacara-upacara pemujaan kepada berhala itu.2

Berdasarkan hal tersebut maka anak perlu sekali diperhatikan akhlaknya yang baik agar berguna dalam pembentukan pribadinya. Islam menuntut supaya para ibu dan bapak mendidik ana-anaknya dengan pendidikan keagamaan, akhlak serta ketrampila denan berbagai ilmu pengetahuan. Alangkah bahagianya jika mempunyai anak yang mau menjadikan Nabi Muhammad Saw sebagai idola dan contoh dalam kehidupan sehari-harinya, karena hanya beliaulah yang pantas dijadika teladan dalam segala hal. Firman Allah SWT :



































“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari

kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”.3(Q.S. al-Ahzab/33 : 21)

Dalam sebuah hadits juga dijelaskan, bahwa beliau d dunia ini untuk menyempurnakan akhlak yang baik

“Dari Abu Hurairah r.a berkata : Rasulullah Saw bersabda : sesungguhnya

aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang saleh (baik)”. HR. Bukhari. 4

Manusia berusaha untuk membina dan membentuk akhlaknya melalui sarana yang disebut pendidikan. Pendidikan sebagai salah satu alat kemajuan dan ketinggian bagi seseorang dan masyarakat secara keseluruhan. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan dimulai dari lahir sampai mati. Dengan kata lain adalah Long Live Education yang berarti pendidikan seumur hidup. Dalam ilmu

2

Tim Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Muqaddimah), (Jakarta, 1984), hlm. 58

3

Tim Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : PT Karya Toha Putra, 1998), hlm. 832

(17)

4 pendidikan ada tiga unsur utama yang harus terdapat dalam proses pendidikan, yaitu5 :

a. Pendidik (orang tua/guru/ustadz/dosen/ulama/pembimbing) b. Peserta didik (anak/santri//siswa/mahasiswa/mustami)

c. Ilmu atau pesan yang disampaikan (nasihat, materi

pelajaran/kuliah/ceramah/bimbingan)

Sedangkan menurut Prof. Dr. A. Sigit, menambahkan adanya unsur tujuan,

alat-alat dan lingkungan6. Selain itu ada tiga beberapa unsur lain sebagai

pendukung atau penunjang dalam proses pendidikan agar mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu :

a. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai b. Metode yang menarik

c. Pengelolaan/manajemen yang profesional

Perlu diketahui bahwa semua unsur-unsur tersebut tidak dapat berdiri sendiri, akan tetapi saling mempengaruhi dan saling berhubungan satu sama lainnya. Jadi apabila kita mengupas salah satu unsur maka tidak akan bisa meninggalkan unsur yang lain. Misalnya jika kita mengupas unsurb tujuan, maka denga sendirinya akan menyangkut unsur pendidik unsur peserta didik, ilmu, alat-alat dan unsur-unsur yang lainnya.

B. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan dan penafsiran yang berbeda dalam memahami isi proposal ini, maka penulis perlu menegaskan istilah-istilah yang digunakan.

1. Konsep

Konsep berarti rancangan atau buram surat, ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa kongkrit, dan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk

5

H. Jauhar Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, Cet.1, 2005), hlm. 14-15

(18)

5

memahami hal-hal lain7. Konsep juga berasal dari kata latin Concipere yang

berarti mencakup, mengambil, menangkap. Dari kata concipere muncul kata benda conceptus yang berarti tangkapan. Konsep ini dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan dengan istilah pengertian, yakni makna yang dikandung oleh

sesuatu.8

2. Pendidikan

Men-didik berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara,

perbuatan mendidik9.

Sedangkan menurut Daoed Joesoef pendidikan adalah memperkenalkan, memilih, merawat, meneruskan, mengolah dan mengembangkan seluruh hasil pikiran, kemauan dan perasaan manusia melalui training yang diberikannya

kepada anggota masyarakat 10. Pendidikan dalam arti luas meliputi semua

perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, kecakapannya, ketrampilannya kepada generasi muda, sebagai upaya menyiapkan agar dapat berfungsi hidupnya baik jasmani maupun rohaninya. Salah satu dari ajaran Islam adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan pendidikan. Karena menurut ajaran Islam, pendidikan adalah juga merupakan kebutuhan hidup manusia yang mutlak harus dipenuhi, demi untuk kesejahteran dan kebahagiaan dunia akhirat.

3. Akhlak

Kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari “khuluqun” yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Menurut

7

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1997, hlm. 519

8

Nour MS Bakri, Logika Praktis, Bandung : Liberty, 1986, hlm. 2

9 www.artikata.com/arti-325206-didik.php. (diakses tgl 13 Januari 2011, 12.00 AM) 10

(19)

6 pengertian sehari-hari umumnya akhlak itu disamakan dengan budi pekerti, kesusilaan, sopan santun. Khalq merupakan gambaran sifat batin manusia, akhlak merupakan gambaran bentuk lahir manusia, seperti raut wajah dan body. Dalam bahasa Yunani, pengertian khalq ini dipakai kata eticos atau ethos artinya adab kebiasaan, perasaan batin kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan. Ethicos kemudian berubah menjadi etika.

Imam Ghazali dalam bukunya Ihya’ Ulumuddin mengatakan bahwa akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia) yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang gampang dilakukan tanpa melalui maksud untuk memikirkan lebih lama. Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu tindakan yang terpuji menurut ketentuan akal dan norma agama, dinamakan akhlak yang baik. Tetapi manakala ia melahirkan tindakan yang jahat, maka dinamakan akhlak yang

buruk.11

Akhlak adalah suatu pengetahuan yang membicarakan tentang kebiasaan-kebiasaan pada manusia yakni budi pekerti mereka dan prinsip-prinsip yang mereka gunakan sebagai kebiasaan. Kebiasaan adalah sebuah perbuatan yang muncul dengan mudah. Ibnu Maskawaih mendefinisikan akhlak sebagai :

“Akhlak adalah kondisi jiwa yang mendorong melakukan perbuatan dengan tanpa butuh pikiran dan pertimbangan”

Akhlak juga berarti budi pekerti, kelakuan13. Kondisi jiwa seseorang

adakalanya melahirkan perbuatan terpuji, namun kadangkala juga melahirkan perbuatan tercela. Oleh sebab itu akhlak ditinjau dari sifatnya ada dua yaitu pertama, akhlak mahmudah (terpuji, karimah), kedua, akhlak mazdmumah (tercela, sayyiah)

4. Pendidikan Akhlak

11

Al Ghazaly, Ihya’ Ulumuddin, Juz III, Usaha Keluarga Semarang, tt, hlm. 52

12 Ibnu Maskawaih, Tahdzib al-Akhlaq, Bab I, Maktabah Syamilah, hlm. 10 13 Depdikbud, hlm 17

(20)

7 Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan yang dilakukan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju

terbentuknya kepribadian yang utama14. Pendidikan akhlak dapat diartikan

sebagai berikut :

a. Perbuatan ( hal cara ) mendidik.

b. ( ilmu, ilmu didik, ilmu mendidik ) pengetahuan tentang didik / pendidikan.

c. Pemeliharaan (latihan-latihan) badan, batin dan jasmanipun.

(Poerwadarminta, 2002; 250) 5. Perspektif

Perspektif yaitu sudut pandang, pandangan.15

6. Islam

Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW berpedoman pada kitab suci Al Qur’an yang diturunkan kedunia melalui wahyu

Allah SWT.16 secara etimologi, Islam berasal dari bahasa Arab yang terambil dari

kata “salima” yang berarti selamat sentausa, kemudian menjadi kata “Aslima” yang berarti penyerahan diri, tunduk, patuh dan taat.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Konsep Pendidikan Akhlak ?

2. Meliputi apa sajakah cakupan Materi Pendidikan Akhlak menurut perspektif Islam?

D. Alasan Pemilihan Judul

1. Karena perlunya dalam setiap jiwa manusia ditanamkan akhlak yang baik dengan tujuan menempatkan manusia pada martabat yang terhormat.

14

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Islam, Bandung : P.T. Al Ma’arif, 1989. Hlm. 19

15 Depdikbud, hlm. 760

(21)

8 2. Manusia berbeda-beda dalam berakhlak, ada yang terpuji dan ada yang tercela.

Oleh sebab itu Islam memandang perlunya penanaman akhlak dalam rangka menempatkan posisi manusia pada tingkat ketakwaan dan keimanan yang tinggi dengan jalan melalui pembinaan akhlak. Sebab akhlak merupakan modal utama dalam mencapai kesuksesan hidup di dunia maupun di akhirat.

E. Tujuan Penelitian Dan Kegunaan Penelitian

1. Sebagai upaya pengembangan keilmuan pendidikan Islam khususnya bidang pendidikan akhlak

2. Untuk dapat mengetahui interpretasi para ahli pendidikan Islam tentang materi-materi pendidikan akhlak yang disampaikan dalam usaha membentuk pribadi umat muslim berakhlak mulia

3. Disamping untuk menambah wawasan pengetahuan penulis juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam melaksanakan pendidikan akhlak khususnya mengenai materipendidikan akhlak.

F. Metode Penelitian

1. Sumber Data

Penelitian ini merupakan penelitian pustaka yang datanya diperoleh melalui sumber literature ( library research ), yaitu kajian yang obyek utamanya adalah buku-buku perpustakaan dan literature lainnya. Sumber-sumber dalam penelitian ini antara lain adalah :

a. Sumber Primer, berupa Al-Qur’an dan terjemahnya, kitab-kitab hadits shohih Bukhori Muslim, Sunan Turmudzi dan sebagainya.

b. Sumber Sekunder, sumber ini walau tidak secara langsung namun sangat penting karena penulis mengambil interpretasi-interpretasi sumber primer dari sini. Misalnya konsep pendidikan menurut al-Ghazali dan buku-buku yang membahas mengenai pendidikan Islam (akhlak) misal karangan At-Toumy, Jalaludin dan sebagainya.

(22)

9 2. Metode Analisa Data

Penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan tertuju pada pemecahan masalah yang ada sekarang. Sedangkan analisis yang akan digunakan yaitu teknik analisis kualitatif dengan menggunakan pola berpikir : a. Deduktif yaitu penarikan kesimpulan dari keadaan yang umum; penemuan

yang khusus dari yang umum17

b. Induktif yaitu metode pemikiran yang bertolak dari kaidah ( hal-hal atau peristiwa ) khusus untuk menentukan hukum (kaidah) yang umum; penarikan kesimpulan berdasarkan keadaan-keadaan yang khusus untuk diperlakukan

secara umum; penentuan kaidah umum berdasarkan kaidah-kaidah khusus18.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang diawali dengan halaman formalitas yang berisi halaman judul, halaman pernyataan keaslian, halaman pengesahan, halaman nota persetujuan pembimbing, Abstrak, transliterasi Arab – Latin, persembahan, halaman motto, halaman kata pengantar dan daftar isi.

Lima bab dimaksud di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

BAB I : Berisi Pendahuluan.

Dalam bab ini dibahas mengenai : Latar Belakang, Masalah, Penegasan Istilah, Rumusan masalah, Alasan pemilihan judul, tujuan dan kegunaan penelitian, dan metode penelitian .

BAB II : Konsep Pendidikan Dalam Perspektif Islam

Dalam bab ini dijabarkan tentang Pengertian Pendidikan dalam Perspektif Islam, Dasar-dasar Pendidikan, dan Tujuan Pendidikan

BAB III : Konsep Materi Pendidikan Akhlak Anak Didik dalam Perspektif

Islam

Dalam bab ini di uraikan tentang : Pengertian Pendidikan Akhlak,

17 Depdikbud, hlm. 216 18 Depdikbud, hlm, 377

(23)

10 Dasar-Dasar Pendidikan Akhlak, Materi Pendidikan Akhlak, serta Metode Pendidikan Akhlak.

BAB IV : Analisa Materi Pendidikan Akhlak Anak Didik dalam Perspektif

Islam

Berisi Proses Pendidikan Akhlak, Interaksi Pendidikan Akhlak di lingkungan keluarga, Pendidikan Akhlak disekolah dan Pendidikan Akhlak di masyarakat.

BAB V PENUTUP

Meliputi kesimpulan dan kata penutup. Kemudian dibagian akhir, penulis lampirkan Daftar Pustaka dan Daftar Riwayat Hidup.

(24)

11

BAB II

KONSEP PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM A. Pengertian Pendidikan Dalam Perspektif Islam

1. Menurut Bahasa

Istilah ”pendidikan” yang banyak digunakan dalam konteks Islam, yaitu at-Tarbiyat, at-Ta’lim dan at-Ta’dib.

a. at-Tarbiyat.

Dalam leksikologi Al-Qur‟an tidak ditemukan istilah at-tarbiyat tetapi ada istilah yang senada dengan at-tarbiyat yaitu : ar-rabb rabbayani, nurabi, ribbiyun, rabbani. Sebaliknya dalam hadits Nabi digunakan istilah Rabbani.1 Al-Jauhari memberi makna at-tarbiyah, Rabban dan Rabba, dengan memberi makan,

memelihara dan mengasuh.2 Kosa kata Rabba ( َبَّر ) yang dirujuk sebagai akar

kata dari konsep tarbiyat ( ُةَيِبْرَت ) atau pendidikan, pada hakikatnya merujuk (Tuhan) dan Murabby (pendidik) berasal dari akar kata seperti termuat dalam ayat al-Qur‟an, yaitu











“Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah

mendidik aku waktu kecil”.3 (QS.Al-Isra‟/17:24).

At-tarbiyat mengandung arti memelihara, membesarkan dan mendidik yang kedalamannya sudah termasuk makna mengajar atau „allama (Ahmad Tafsir, 1995:109). Berangkat dari pengertian ini maka tarbiyat didefinisikan sebagai proses bimbingan terhadap potensi manusia (jasmani, ruh dan akal) secara

1Muhaimin , Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung : Trigenda Karya,

1993), hlm. 127

2 Muhammad Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan Dalam Islam, (Bandung : Mizan,

1988), hlm. 66

(25)

12 maksimal agar dapat menjadi bekal dalam menghadapi kehidupan dan masa

depan.4

b. At-Ta’lim

Apabila pendidikan dalam konteks Islam diidentikkan dengan at-Ta’lim, para ahli mempunyai beberapa pendapat :

1. Muhammad Rosyid Ridla, menta‟rifkan at-ta’lim dengan proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan

ketentuan tertentu.5

2. Syed Muhammad Naquib al-Attas memberikan makna at-Ta’lim dengan pengajaran tanpa adanya pengenalan secara mendasar. Namun apabila at-Ta’lim disinonimkan dengan at-Tarbiyat, at-at-Ta’lim mempunyai makna

pengenalan tempat segala sesuatu dalam sebuah sistem.6

At-Ta’lim merupakan bagian kecil dari tarbiyah al-Aqliyah yang bertujuan memperoleh pengetahuan dan keahlian berpikir, yang sifatnya mengacu pada dominan kognitif. Sebagaimana firman Allah :









“Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya...”.7

(QS. Al-Baqarah/2 : 31)













“Dan Dia (Sulaiman) berkata: "Hai manusia, Kami telah diberi pengertian tentang

suara burung ...."8.(QS. An-Naml/27 : 16)

Kata “allama” pada kedua ayat diatas mengandung pengertian sekedar memberitahu atau memberi pengetahuan, tidak mengandung arti pembinaan

4H. Jalaludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, Cet. III, 2003)

hlm. 114

5

M.Rasyid Ridla, Tafsir Al-Mannar, Jilid IV, Beirut Dar al-Fikr, Juz 262, tt

6Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam, hlm. 132 7

Tim Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 11

8

(26)

13 kepribadian, karena sedikit kemungkinan pembinaan kepribadian Nabi Sulaiman melalui burung atau membina kepribadian Adam melalui nama-nama benda. c. At-Ta’dib

Adapun pengertian at-Ta’dib adalah pengenalan dan pengakuan tempat-tempat segala sesuatu didalam keteraturan penciptaan sedemikian rupa sehingga hal ini membimbing kearah pengenalan dan pengakuan tempat-tempat Tuhan

yang tepat dalam tatanan wujud dan kepribadian.9

Baik at-Tarbiyah, at-Ta’lim maupun at-Ta’dib, merujuk kepada Allah. Tarbiyah yang ditengarai sebagai kata bentukan dari kata Rabb ( ُبَّر ) atau Rabba (اَبَر ) mengacu kepada Allah sebagai Rabb al-alamin, karena Tuhan juga bersifat

mendidik, mengasuh, memelihara malah mencipta.10





















“Fir'aun menjawab: "Bukankah Kami telah mengasuhmu di antara

(keluarga) Kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama

Kami beberapa tahun dari umurmu”.(Q.S. Asy-Syu‟ara‟/26 : 18)11[1078].

[1078] Nabi Musa a.s. tinggal bersama Fir'aun kurang lebih 18 tahun, sejak kecil.

Sedangakn ta’lim yang berasal dari kata „allama, juga merujuk pada kata Allah sebagai Dzat Yang Maha „Alim. Selanjutnya ta’dib seperti termuat dalam pernyataan Rasul Allah SAW. :

“Tuhan telah mendidikku, maka Ia sempurnakan pendidikanku.”

Kata ”Addabany Rabby faabsana_ta’diby” memperjelas bahwa sumber utama pendidikan adalah Allah. Rasul sendiri menegaskan bahwa beliau dididik oleh Allah SWT. sehingga pendidikan yang beliau peroleh adalah sebaik-baik pendidikan. Dengan demikian dalam pandangan filsafat pendidikan Islam, Rasul

merupakan pendidik utama yang harus dijadikan teladan.12

9Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam, hlm. 133 10Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 26

11Tim Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 719 12

(27)

14 2. Menurut Istilah

Pendidikan berasal dari kata didik, yaitu memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga berarti proses membimbing manusia dari kegelapan, kebodohan, dan pencerahan pengetahuan. Dalam arti luas, pendidikan baik formal maupun informal meliputi segala hal yang memperluas pengetahuan manusia tentang dirinya sendiri dan tentang dunia tempat mereka hidup.

a. Menurut UURI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pendidikan agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.13

b. Ahmad D. Marimba mengemukakan :

Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya

pribadi yang utama14

c. Ki Hajar Dewantara berpendapat :

Pendidikan adalah menuntun kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai

keselamatan yang setinggi-tingginya15

d. Sumadi Surya Brata :

Pendidikan adalah usaha manusia (pendidik) dengan tanggung jawab

membimbing anak-anak didik menuju kedewasaan16

13

Tim Redaksi Fokus Media, UUSPN Nomor 20 tahun 2003 (Bandung : Fokus Media, 2003), hlm. 3

14 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidika Islam, (Bandung : PT Al Ma‟arif,

1989), hlm. 19

15

Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan, Jakarta : PT Rineka Cipta, 1992, hlm. 2

16

Sumadi Surya Brata, Psikologi Pendidikan, Jakarta : UGM Rajawali Press, 1984, hlm. 321

(28)

15 e. Prof. Dr. Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany mendefinisikan pendidikan

sebagai proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan profesi di antara berbagai profesi asasi dalam masyarakat. Beliau melihat pendidikan adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri individu, maupun masyarakat. Dengan demikian pendidikan bukanlah

aktivitas dengan proses yang sekali jadi (instant).17

B. Dasar – Dasar Pendidikan

Dasar ialah landasan tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar sesuatu tersebut berdiri tegak dan kokoh. Sebuah bangunan harus memiliki landasan yang kuat berupa pondasi dasar agar mampu menopang beban yang berat sehingga sebuah bangunan dapat berdiri dengan tegak dan kokoh. Demikian juga halnya dengan dasar pendidikan Islam yang menjadi asas atau landasan supaya pendidikan Islam dapat tetap tegak berdiri seperti kokohnya karang dilautan yang tidak goyah diterjang derasnya ombak samudra.

Secara garis besar, dasar pendidikan Islam ada 3 yaitu : Al-Qur‟an,

As-Sunnah dan Perundang-undangan yang berlaku di negara kita18.

1. Al-Qur‟an

Sebagai agama yang sempurna, Islam menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu. Salah satunya caranya adalah dengan menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran. Ayat Al-Qur‟an yang berhubungan dengan pendidikan adalah wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril yakni surat al-„Alaq ayat 1-5.

17

Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1979), hlm. 416-417

18Hj Nur Uhbiyati, Abu Achmadi, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung : CV. Pustaka Setia,

(29)

16



















































“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar

kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”19[QS. Al – Alaq/96 : 1 – 5]

Dari ayat diatas dapat disimpulkan bahwa Tuhan seolah-olah berkata hendaklah manusia meyakini akan adanya Tuhan Pencipta manusia, selanjutnya untuk memperkokoh keyakinannya dan memeliharanya agar tidak luntur hendaklah melaksanakan pendidikan dan pengajaran. Dalam ayat lain, Allah juga memberikan bahan (materi/pendidikan agar manusia hidup sempurna didunia). Firman Allah :































“Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar

orang-orang yang benar! 20 [QS. Al-Baqarah/2 : 31]

Firman Allah :





























“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman

yang besar.”21(QS. Luqman/31 : 13)

19 Tim Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 1271 20

Tim Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 11

(30)

17 Berdasarkan ayat-ayat diatas dapatlah diambil kesimpulan bahwa Allah swt menyuruh kepada manusia untuk menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran. Dengan pendidikan manusia akan mendapatkan berbagi macam ilmu pengetahuan untuk bekal dalam kehidupannya. Selain dari itu masih banyak ayat-ayat yang membicarakan tentang pendidikan, diantaranya adalah QS. Al-Baqarah/2 : 129 dan 151, QS. Ali Imran/3 : 164, QS. Al-Jumuah/62 : 2 dan sebagainya.

2. As-Sunnah.

As-Sunnah adalah perkataan, perbuatan dan perbuatan ataupun pengakuan (taqrir) Rasulullah saw. Yang dimaksud dengan pengakuan Rasulullah saw adalah kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah dan beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu berjalan. Sunnah merupakan sumber kedua setelah Al-Qur‟an. Seperti Al-Qur‟an, sunnah juga berisi aqidah dn syariah.

Sunnah berisi petunjuk (pedoman) untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang bertaqwa. Untuk itu Rasul Allah menjadi guru dan pendidik utama. Beliau sendiri mendidik, pertama dengan menggunakan rumah al-Arqam ibn Abi Al-Arqam, kedua dengan memanfaatkan tawanan perang untuk mengajar baca tulis, ketiga dengan mengirim para sahabat kedaerah-daerah yang baru masuk Islam. Semua itu adalah pendidikan dalam rangka pembentukan manusia muslim dan masyarakat Islam. Oleh karena itu sunnah merupakan landasan kedua bagi cara pembinaan pribadi manusia muslim. Sunnah selalu membuka kemungkinan penafsiran berkembang. Itulah sebabnya, mengapa ijtihad perlu ditingkatkan

dalam memahaminya termasuk sunnah yang berkaitan dengan pendidikan.22

Diantara hadits yang menerangkan tentang keutamaan pendidikan dan pengajaran

(31)

18 adalah yang artinya “Dari Usman r.a. dari Nabi saw bersabda : Sebaik-baik kamu

adalah orang yang belajar Al-Qur‟an dan mengajarkannya”23.

Dalam lapangan pendidikan, as-Sunnah mempunyai faedah yang sangat besar, yaitu :

a. Menjelaskan sistem pendidikan Islam yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan menerangkan hal-hal yang kecil yang tidak terdapat didalamnya.

b. Menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rasulullah saw dan para sahabatnya, perlakuannya terhadap anak-anak, penanaman keimanan kedalam jiwa yang dilakukannya.

3. Perundang –undangan yang berlaku di Indonesia a. UUD 1945, pasal 2

Ayat 1 berbunyi : “Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Ayat 2 berbunyi : “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu ...”.

Pada pasal 29 UUD 1945 ini jelas memberikan jaminan kepada warga negara Republik Indonesia untuk memeluk agama dan beribadat sesuai dengan agama yang dipeluknya, bahkan mengadakan kegiatan yang dapat menunjang bagi pelaksanaan ibadat. Dengan demikian pendidikan Islam yang searah dengan bentuk ibadat yang diyakininya diizinkan dan dijamin oleh negara.

b. GBHN

Dalam GBHN tahun 1993 Bidang Agama dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Nomor 2 disebutkan :

Kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa makin dikembangkan sehingga terbina kualitas keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kualitas kerukunan antar dan antara umat

23

H. Moh. Zaein, Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta : Indra Buana, 1999), hlm. 25

(32)

19 beragama dan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam usaha memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa serta meningkatkan amal untuk bersama-sama membangun masyarakat.

Memperhatikan GBHN Tahun 1993 tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kehidupan keagamaan termasuk (didalamnya agama Islam), supaya semakin dikembangkan dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan untuk memperkembangkan keagamaan itu sangat diperlukan pelaksanaan pendidikan termasuk didalamnya pendidikan Islam.

c. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 :

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pendidikan agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.24

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan keagamaan bermaksud mempersiapkan peserta didik agar dapat menjalankan peranannya sebagai pemeluk agama yang benar-benar mampu memadai, mampu menguasai ilmu dengan penuh baik teori maupun praktek dan mampu memainkan peranannya dengan tepat dalam hidup dan kehidupan dunia dan akhirat kelak.

C. Tujuan Pendidikan

Dalam adagium Ushuliyyah dikatakan bahwa “Al-Umur Bimaqoshidiha” adalah setiap tindakan dan aktifitas harus berorientasi pada tujuan atau rencana yang telah ditetapkan. Hal ini karena berorientasi pada tujuan itu, dapat diketahui bahwa tujuan dapat berfungsi sebagai standar untuk mengakhiri usaha, serta mengarahkan usaha yang dilalui dan merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain. Disamping itu tujuan dapat membatasi ruang gerak usaha agar

24 Tim Redaksi Fokus Media, UUSPN Nomor 20 tahun 2003 (Bandung : Fokus Media,

(33)

20 kegiatan dapat terfokus pada apa yang dicita-citakan dan yang terpenting lagi

dapat memberi penilaian pada usaha-usahanya.25

Ada beberapa tujuan pendidikan :

1. Menurut Dr. Zakiah Daradjat, tujuan pendidikan dibagi kedalam empat tujuan : a. Tujuan Umum

Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan ini meliputi seluruh aspek kemanusian yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan , kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada setiap tingkat umur, kecerdasan, situasi dan kondisi, dengan kerangka yang sama. Cara atau alat yang paling tepat dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan adalah pengajaran. Karena itu pengajaran sering diidentikkan dengan pendidikan, meskipun kedua istilah ini sebenarnya tidak sama. Pengajaran ialah poros membuat jadi terpelajar (tahu, mengerti, menguasai, ahli; belum tentu menghayati dan meyakini); sedang pendidikan ialah membuat orang jadi terdidik (mempribadi, menjadi adat kebiasaan).

Tujuan pendidikan Islam harus dikaitkan pula dengan tujuan pendidikan nasional negara tempat pendidikan Islam itu dilaksanakan dan harus dikaitkan pula dengan tujuan institusional lembaga yang menyelenggarakan pendidikan itu. b. Tujuan Akhir

Pendidikan Islam itu berlangsung seumur hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir. Pendidikan itu berlaku seumur hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai. Tujuan pendidikan Islam itu dapat dipahami dalam firman Allah :

























“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar

takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam

Keadaan beragama Islam”26

.(QS. Ali Imran/3 : 102)

25Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung : Al Ma‟arif, 1989), hlm.

45-46

(34)

21 Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim yang beriman merupakan ujung dari taqwa sebagai akhir dari proses hidup jelas berisi kegiatan pendidikan. Inilah akhir dari proses pendidikan itu yang dapat dianggap sebagai tujuan akhirnya. Insan kamil yang mati dan akan menghadap Tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan Islam.

c. Tujuan Sementara

Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Tujuan operasional dalam bentuk instruksional yang dikembangkan menjadi tujuan instruksional umum dan khusus (TIU dan TIK), dapat dianggap tujuan sementara dengan sifat yang agak berbeda.

d. Tujuan Operasional

Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu disebut tujuan operasional. Dalam tujuan operasional ini lebih banyak dituntut dari anak didik suatu kemampuan dan ketrampilan tertentu. Sifat operasionalnya lebih ditonjolkan dari sifat penghayatan dan kepribadian. Kemampuan dan ketrampilan yang dituntut pada anak didik, merupakan sebagian kemampuan dan ketrampilan Insan Kamil dalam ukuran anak, yang menuju pada bentuk Insan Kamil yang semakin sempurna (meningkat). Anak harus sudah terampil melakukan ibadat, (sekurang-kurangnya ibadat wajib) meskipun ia belum memahami dan

menghayati ibadat itu.27

2. Menurut Ahmad D. Marimba, fungsi tujuan itu ada empat macam,yaitu : a. Mengakhiri usaha

b. Mengarahkan usaha

c. Tujuan merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain, baik merupakan tujuan-tujuan baru maupun tujuan-tujuan lanjutan dari tujuan pertama

27

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : PT Bumi Aksara, Cet. Ke-6, 2006), hlm. 29-33

(35)

22

d. Memberi nilai (sifat) pada usaha-usaha itu.28

3. Menurut Abdul Fatah Jalal dalam bukunya yang berjudul “Min Usalit Tarbiyati Fil Islam” yang dialih bahasakan oleh Drs. Hery Noer Ali mengelompokkan tujuan pendidikan Islam kedalam tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum yaitu menjadikan manusia sebagai abdi atau hamba Allah SWT. yang senantiasa mengagungkan dan membesarkan asma Allah SWT. dengan meneladani Rasulullah saw, menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, suka mempelajari segala yang bermanfaat baginya dalam merealisasikan tujuan yang telah digariskan oleh Allah SWT. Sedangkan tujuan khusus sebenarnya merupakan perincian dari tujuan umum. Dan diantara tujuan khusus ini yang pertama-tama adalah mampu

melaksanakan rukun Islam.29

Ada yang memerinci tujuan pendidikan Islam dalam bentuk taksonomi (sistem klasifikasi) yang terutama meliputi :

1. Pembinaan kepribadian (nilai formil). a. Sikap (attitude)

b. Daya pikir praktis rasional c. Obyektifitas

d. Loyalitas kepada bangsa dan ideologi e. Sadar nilai-nilai moral dan agama

2. Pembinaan aspek pengetahuan (nilai materiil), yaitu materi ilmu itu sendiri. 3. Pembinaan aspek kecakapan, ketrampilan (skill) nilai-nilai praktis.

4. Pembinaan jasmani yang sehat.30

Jadi tujuan ialah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Pendidikan, karena merupakan suatu usaha dan kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, maka tujuannya pun bertahap dan bertingkat. Tujuan pendidikan bukanlah satu benda yang bentuknya

28Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : PT Al-Ma‟arif,

1980), hlm. 45-46

29

Hj. Nur Uhbiyati dan H. Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung : Pustaka Setia, Cet.I, 1997), hlm. 41-44

30

Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Ed.1, Cet.5, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), hlm. 161

(36)

23 tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya.

Jadi secara umum tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk membentuk peserta didik yang beriman dan bertakwa, menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT serta berakhlak mulia.

(37)

24

BAB III

MATERI PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DIDIK DALAM PERSPEKTIF ISLAM

A. Pengertian Pendidikan Akhlak

1. Definisi Akhlak

Kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari “khuluqun” yang menurut

bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. 1 Menurut

pengertian sehari-hari umumnya akhlak itu disamakan dengan budi pekerti, kesusilaan, sopan santun. Khalq merupakan gambaran sifap batin manusia, akhlak merupakan gambaran bentuk lahir manusia, seperti raut wajah dan body. Khuluq atau akhlaq adalah sesuatu yang telah tercipta atau terbentuk melalui sebuah proses. Karena sudah terbentuk, akhlak disebut juga dengan kebiasaan. Kebiasaan adalah tindakan yang tidak lagi banyak memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Kebiasaan adalah sebuah perbuatan yang muncul dengan mudah. Dalam bahasa Yunani, pengertian ini dipakai kata ethicos atau ethos, artinya adab kebiasaan, perasaan batin, kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan. Ethicos

kemudian berubah menjadi etika.2

Pendidikan budi pekerti sering diartikan dengan pendidikan akhlak. Budi pekerti dan akhlak merupakan dua istilah yang memiliki kesamaan esensi, walaupun akhlak memiliki cakupan yang lebih luas. Sekalipun pengertian akhlak itu berbeda asal katanya, tapi tidak berjauhan maksudnya, bahkan berdekatan artinya satu dengan lainnya. Dengan demikian justru dapat menambah luas wawasan dan pengertian mengenai definisi akhlak itu sendiri.

Menurut istilah (terminologi) dalam memberikan definisi tentang akhlak, banyak ahli berbeda pendapat, antara lain :

Ibnu Maskawaih mendefinisikan akhlak sebagai :

1Mustofa, Akhlak Tasawuf, Bandung : Pustaka Setia, 1997, hlm. 19 2

(38)

25 “Akhlak adalah kondisi jiwa yang mendorong melakukan perbuatan dengan tanpa

butuh pikiran dan pertimbangan”3

Menurut Abu Hamid al-Ghazali (w.1111 M) dalam bukunya Ihya’ Ulum al-Din mendefinisikan akhlak sebagai berikut :

“Akhlak merupakan ungkapan tentang keadaan yang melekat pada jiwa dan darinya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa membutuhkan

pemikiran dan pertimbangan”.4

Syaikh Muhamad bin Ali as-Syarif al-Jurjani mengartikan akhlak sebagai stabilitas sikap jiwa yang melahirkan tingkah laku dengan mudah tanpa melalui

proses berpikir.5

Menurut Prof. Ahmad Amin :

Etika (Akhlak) adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik buruk, menerangkan apa saja yang seharusnya dilakukan oleh setiap manusia kepada manusia lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan manusia dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus

diperbuat.6

Menurut H.M. Rosyidi :

Akhlak adalah suatu pengetahuan yang membicarakan tentang kebiasaan-kebiasaan pada manusia yakni budi pekerti dan prinsip-prinsip yang mereka gunakan sebagai kebiasaan.

Menurut Mahdi Ahkam :

3

Ibnu Maskawaih, Tahdzib al-Akhlaq, Bab I, Maktabah Syamila, hlm. 10

4

Al-Ghazali, Ihya’ Ulum Din, Juz III, (Beirut: Dar Ihya‟ Kutub Arobiyah „Isa al-Babii al Halabii, t.t), hlm. 52

5Ali Abdul Halim Mahmud, Tarbiyah Khuluqiyah, (Solo : Insani Press, 2003), Cetakan. I,

hlm. 37

(39)

26 a. Akhlak adalah ilmu yang menyelidiki perbuatan manusia dari arah baik dan

buruk atau ilmu percontohan tinggi (Al Mutsul Al-A’la = idial) untuk perbuatan manusia.

b. Akhlak adalah ilmu yang menyelidiki aturan-aturan yang menguasai perbuatan manusia dan tujuan yang terakhir

Akhlak adalah perbuatan manusia yang bersumber dari dorongan jiwanya7.

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah adanya unsur perbuatan atau tindakan dan kebiasaan-kebiasaan yang sudah menyatu dengan pribadi manusia baik buruk serta perbuatan tersebut dilakukan dengan sadar. Akhlak mengandung empat unsur yaitu (1) adanya tindakan baik atau buruk, (2) adanya kemampuan melaksanakan, (3) adanya pengetahuan tentang perbuatan yang baik dan yang buruk, dan (4) adanya kecenderungan jiwa terhadap salah satu

perbuatan yang baik atau yang buruk.8

2. Pendidikan Akhlak

Pendidikan akhlak merupakan suatu proses mendidik, memelihara, membentuk dan memberikan latihan mengenai akhlak dan kecerdasan berpikir baik yang bersifat formal maupun informal yang didasarkan pada ajaran-ajaran Islam. Dan pada sistem pendidikan Islam ini khusus memberikan pendidikan tentang akhlak dan moral yang bagaimana yang seharusnya dimiliki oleh seorang

muslim agar dapat mencerminkan kepribadian seorang muslim.9

Islam memandang bahwa pendidikan akhlak sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari, bahkan Islam menegaskan akhlak merupakan misinya yang paling utama. Rasulullah saw. banyak berdoa kepada Allah agar dirinya dihiasi dengan akhlak dan perangai yang mulia. Beliau berdoa,

“Ya Allah, perbaiki parasku dan akhlakku”10

7

Mahjudin, Kuliah Akhlak – Tasawuf, Jakarta : Penerbit Kalam Mulia, 1991, hlm.5

8 Nasirudin, Pendidikan Tasawuf, hlm. 32-33

9Fadlil Yuni Ainusysyam, Pendidikan Akhlak, PT Imtima, Cet. III, 2009, hlm. 39 10

Said Hawwa, Tazkiyatun Nafs Intisari Ihya Ulumuddin, (terj. Tim Kuwais), (Jakarta : Darus Salam, 2005), hlm. 462

(40)

27 Rasulullah Saw bersabda :

Abdullah telah menceritakan pada kita, telah menceritakan kepadaku Abi, telah menceritakan kepada kita Sa‟id bin Manshur berkata : telah menceritakan kepada kita Abdul Aziz bin Muhammad dari Muhammad bin „Ajlan dari Qa‟qa bin Hakim dari Abi Saleh dari Abi Hurairah r.a berkata : Rasulullah Saw bersabda : Sesunggunhya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik. (H.R. Imam ) Ahmad bin Hambal)

Menurut Prof. Dr. Abdullah Nashih Ulwan : Pendidikan Akhlak (moral) adalah pendidikan mengenai dasar-dasar moral dan keutamaan perangai, tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa anak-anak sampai ia menjadi seorang mukallaf, pemuda yang mengarungi lautan

kehidupan12

Pendidikan akhlak adalah suatu pendidikan yang didalamnya terkandung nilai-nilai budi pekerti, baik yang bersumber dari ajaran agama maupun dari kebudayaan manusia. Budi pekerti mencakup pengertian watak, sikap, sifat, moral yang tercermin dalam tingkah laku baik dan buruk yang terukur oleh norma-norma sopan santun, tata krama dan adat istiadat, sedangkan akhlak diukur

dengan menggunakan norma-norma agama.13

Pendidikan akhlak dapat diartikan usaha sungguh-sungguh untuk mengubah akhlak buruk menjadi akhlak yang baik. Dapat diartikan bahwa akhlak itu dinamis, tidak statis. Terus mengarah kepada kemajuan dari yang tidak baik menjadi baik.14

Sedangkan menurut penulis adalah salah satu usaha yang dilakukan dengan kesadaran diri untuk membentuk pribadi seseorang yang harus dimiliki dan

11Imam Ahmad bin Hambal, Musnad Imam Ahmad Abu HambalJuz III, (Beirut : Darul

Kutub, 1413H), hlm. 323

12

Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, Jilid I, Semarang : CV Asyifa 1988, hlm. 174

13 Ahmad, Implementasi Akhlak Qur’ani, Bandung : PT Telekomunikasi Indonesia , 2002,

hlm. 34

14

Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005) hlm. 274

(41)

28 dijadikan kebiasaan yang baik dan terarah menurut akal ataupun syara‟ oleh manusia sejak lahir sampai meninggal dunia.

B. Dasar Dan Tujuan Pendidikan Akhlak

1. Dasar Pendidikan Akhlak

Dalam Islam, Al Qur‟an dan As-Sunnah selain dijadikan sebagai pegangan hidup juga dijadikan sebagai dasar atau alat pengukur baik buruknya sifat seseorang. Apa yang baik menurut Al Qur‟an dan As-Sunnah itu berarti baik dan harus dijalankan, sedangkan apa yang buruk menurut Al Qur‟an dan Sunnah

berarti tidak baik dan harus dijauhi.15

Sebagai dasar umum dari pendidikan akhlak adalah QS. At-Tahrim ayat 6 :













































“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang

diperintahkan”. (Q.S. At-Tahrim/66 : 6)16.

Akhlak Rasulullah adalah Al-Qur‟an. Diriwayatkan oleh Saad bin Hisyam, “Suatu hari aku menemui Aisyah yang ketika itu ia bersama ayahnya Abu Bakar. Lalu aku bertanya tentang akhlak Rasulullah, Aisyah berkata, „Apakah kamu pernah membaca Al-Qur‟an? Aku menjawab, Tentu. Aisyah kembali berkata,

“Akhlak Rasulullah adalah Al-Qur‟an”17

Rasulullah dibina akhlaknya langsung oleh Al-Qur‟an, seperti beberapa ayat berikut yang memberikan pembinaan kepada beliau.

15

M. Ali Hasan, Tuntunan Akhlak, Jakarta : Bulan Bintang, 1982, hlm. 11

16

Tim Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, Semarang Karya Toha Putra, 1998, hlm. 1148

(42)

29

































“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu

dapat mengambil pelajaran.”(QS.an-Nahl/16 : 90)18



































“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk

hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”(QS. Lukman/31 : 17)19

















“Tetapi orang yang bersabar dan mema'afkan, Sesungguhnya (perbuatan )

yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diutamakan.”(As-Syuura/42 : 43)20

































































“Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. mereka suka merobah Perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) Senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), Maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, Sesungguhnya Allah

menyukai orang-orang yang berbuat baik.”(QS. Al-Maidah/5 : 13)21

18

Tim Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 529

19

Tim Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 815

20 Tim Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 977 21 Tim Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 205

Referensi

Dokumen terkait

Lendutan itu terjadi bahwa bentuk-bentuk paving block sangat mempengaruhi terhadap kelendutan paving block, sehingga semakin besar ukuran tebal dan bentuk paving

Kegiatan umroh juga merupakan agenda rutinan didalam Yayasan Jam‟iyah Sholawat Ibrohimiyah. Kegiatan ini dibuka secara umum untuk diikuti semua masyarakat, tidak hanya jamaah

Apabila Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan oleh Wajib Pajak orang pribadi pada bulan Februari 2010, besarnya angsuran pajak yang harus dibayar Wajib

Pada penelitian ini menggunakan kuesioner yang harus diisi oleh responden yang digunakan untuk mengukur kualitas layanan, kepuasan, kepercayaan, dan loyalitas nasabah

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara stres psikososial, persepsi bentuk tubuh, eating disorder , pola makan dengan status gizi pada remaja putri?.

Hasil penelitian menunjukkan belum berjalan optimal, karena kurangnya kesadaran pengelola kawasan untuk mengelola sampah secara mandiri, masyarakat cenderung acuh

materials indicate high level of readability in term of. vocabulary, structures, and illustrations,

Tampilan aplikasi dummy tps dengan pesan dari server Dari uji coba pada gambar 5.9 dapat dilihat bahwa pengiriman data dengan memanfaatkan sessionID yang telah