• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENOPAUSE DI KELURAHAN TANGGIKIKI KECAMATAN SIPATANA KOTA GORONTALO TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENOPAUSE DI KELURAHAN TANGGIKIKI KECAMATAN SIPATANA KOTA GORONTALO TAHUN 2014"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENOPAUSE DI KELURAHAN TANGGIKIKI KECAMATAN

SIPATANA KOTA GORONTALO TAHUN 2014 Eka Putriyanti Rasyid, Zuhriana K. Yusuf, Rhein Djunaid1

Jurusan S1 Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo Ekaputriyanti.rasyid@yahoo.co.id

ABSTRAK

Menopause dikenal sebagai masa berakhirnya menstruasi. Sebagian besar wanita mulai mengalami gejala menopause pada usai 40 tahun dan puncaknya pada usia 50 tahun. Di dapatkan 5 dari 7 orang yang menopause tidak mngetahui tentang perubahan menopause, dan 4 dari 7 orang menopause yang kurang pengetahuannya dapat dilihat dari sikap terhadap prilaku dalam menghadapi menopause. Maka tujuannya untuk diketahuinya hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan kecemasan menghadapimenopause.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional study. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 69 ibu, dengan menggunakan tehnik pengambilan sampel dengan simple random sampling didapatkan sampel berjumlah 59 ibu. Dan menggunakan uji statistik dengan uji Fisher’s Exact Test.

Hasil penelitian dari pengetahuan dengan kecamasan nilai P-Value 0,000≤0,005, dan sikap dengan kecamasan nilai P-Value 0,004≤0,005. Maka terdapat hubunganantara pengetahuan dan sikap ibu dengan kecemasan menghadapi menopausediKelurahan Tanggikiki Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo.

Simpulan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan kecemasan menghadapi menopause. Diharapkan kepada masyarakat agar lebih aktif mencari informasi baikdari petugas kesehatan maupun media-mediayang ada untuk menambah pengetahuan khususnya mencegah kecemasanmenghadapi menopause kerena itumerupakan perubahan yang alamiah.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Kecemasan, Menopause

1 Eka Putriyanti Rasyid, Zuhriana K. Yusuf, Rhein Djunaid, Program Studi Ilmu Keperawatan, Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu – Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo

(2)

Dari data WHO (World Health Organization), sindrom premenopouse banyak dialami wanita hampir diseluruh dunia, seperti 70-80% wanita Eropa. 60% di Amerika, 57% di Malaysia, 18% di China, dan 10% di Jepang. Berdasarkan data statistik dari Departemen Kesehatan pada tahun 2009 penduduk Indonesia telah berjumlah 201,4 juta dan 100,9 juta diantaranya adalah wanita, termasuk 14,3 juta orang wanita berusia 50 tahun ke atas. Pada tahun 2000 jumlah penduduk wanita berusia 50 tahun keatas telah mencapai 15,5 juta orang dan diperkirakan pada tahun 2020 jumlah perempuan hidup dalam usia menopouse tersebut terus bertambah jumlahnya menjadi 30,3 juta jiwa. Tentunya hal ini perlu mendapatkan perhatian bagaimana kesehatan reproduksinya karena pada masa ini akan terjadi perubahan fisik dan psikologis yang dapat menimbulkan berbagai macam keluhan pada kesehatan. Berdasarkan data yang diperjelas Hardi (dalam Atikah, 2010), wanita Indonesia yang memasuki masa premenopouse saat ini sebanyak 7,4 % dari populasi. Jumlah tersebut diperkirakan menjadi 11% pada 2005, kemudian naik lagi sebesar 14 % pada 2015 (Media Indonesia On Line, diperoleh tanggal 05 November 2009). Di Indonsia, Data BPS menunjukkan 15,2 juta wanita mamasuki masa menopause dari 118 juta wanita di Indonesia (BPS, 2010).

Menopause adalah haid terakhir, atau saat terjadinya haid terakhir. Diagnosis menopause dibuat setelah terdapat amenorea sekurang–kurangnya satu tahun. Berhentinya haid dapat didahului oleh siklus haid yang lebih panjang, dengan perdarahan yang berkurang (Sastrawinata, dalam Trisnawati, 2013: 2).

Menopause sebagai proses alami Menopause sebagai proses alami dalam penuaan, yaitu ketika wanita tidak mendapatkan haid lagi selama 1 tahun (Sutanto, dalam Trisnawati, 2013: 2).

Menopause dikenal sebagai masa berakhirnya menstruasi atau haid, dan sering dianggap menjadi momok dalam kehidupan wanita. Sebagian besar wanita mulai mengalami gejala menopause pada usai 40-an dan puncaknya pada usia 50 tahun. Kebanyakan mengalami gejala kurang dari 5 tahun dan sekitar 25% lebih dari 5 tahun. Namun bila diambil rata–ratanya, umumnya seorang wanita akan mengalami menopause sekitar usia 45-50 tahun (Rostiana, dalam Arsin, 2012: 1).

Pada wanita yang menghadapi periode menopause, munculnya gejala-gejala psikologis sangat dipengaruhi oleh adanya perubahan pada aspek fisik-fisiologis sebagai akibat dari berkurang dan berhentinya produksi hormon estrogen. Menopause seperti halnya menarche pada gadis remaja (awal dari masaknya hormom estrogen), remaja ada yang cemas, gelisah tetapi ada juga yang biasa. Pada perempuan yang mengalami premenopause keluhan yang sering dirasakan antara lain: merasa cemas, takut, lekas marah, mudah tersinggung, sulit konsentrasi, gugup, merasa tidak berguna tidak berharga, stres dan bahkan ada yang mengalami depresi.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti di Kelurahan Tanggikiki Kecamatan Sipatanah Kota Gorontalo didapatkan 5 dari 7 orang yang menopause tidak tahu tentang perubahan menopause. Pengetahuan ibu terhadap perubahan pada masa menopause masih di anggap kurang. Sedangkan 4 dari 7 orang ibu menopause yang kurang pengetahuannya dapat di lihat dari sikap terhadap prilaku hidup sehat dan dalam menanggulangi masalah yang kurang mengerti tentang sikap dalam menghadapi menopause.

Data Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, menurut kelompok umur keseluruhan yang menopausesebanyak 100.520 orang (Profil Penduduk Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, 2012).

(3)

Untuk wilayah Kota Gorontalo, Data BPS menurut kelompok umur keseluruhan yang menopause sebanyak 10.059 orang (Proyeksi Penduduk BPS Kota Gorontalo, 2012).

Untuk Kelurahan Tanggikiki, berdasarkan Profil Kelurahan Tanggikiki menurut kelompok umur yang menopause sebanyak 254 orang terdiri dari 69 orang yang menghadapi menopause (Profil Penduduk Kelurahan Tanggikiki, 2012).

Berdasarkan data di atas terdapat banyak implikasi negatif terhadap pengetahuan ibu, dan hal ini menjadi salah satu masalah yang memprihatinkan, karena Gejala menopause untuk sebagaian wanita masih dianggap tabu dan banyak dari mereka bahkan belum mengerti bahwa mereka berada pada masa ini. Tetapi tidak sedikit juga dari mereka yang menolak berada pada kondisi tersebut, walaupun demikian menopause merupakan peristiwa biologis yang pasti akan dialami oleh setiap wanita dan tidak bisa ditolak.

Hal ini disebabkan karena mereka belum memahami dan kurangnya pengetahuan tentang perubahan fisiologis dan psikologis yang terjadi pada wanita menjelang masa menopause, sehingga memunculkan sikap-sikap yang menimbulkan ketidaknyamanan pada wanita paruh baya tersebut dalam melalui masa premenopause.

Maka sangat perlu wanita yang mengalami premenopause mencari informasi yang objektif mengenai segala sesuatu yang menyangkut menopause, gunanya untuk memperoleh pengetahuan.

Pengetahuan merupakan faktor penting dalam membentuk tindakan seseorang yang berasal dari hasil tidak tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan, sedangkan Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimilus dalam kehidupan sehari-hari.

Pengetahuan juga dapat membuat manusia memiliki kemampuan untuk mempertahankan dan mengembangkan hidup. Pengetahuan juga berguna supaya manusia tidak bersikap seenaknya dalam melakukan penyelidikan dan pemikiran mengenai sesuatu hal pada akhirnya menjadi sia-sia. Pengetahuan dan sikap sangat berguna bagi manusia dalam menentukan kebenaran dan kepastian dalam menentukan kesehatan jiwa. Pengetahuan dan sikap akan membuat seseorang mampu menentukan kepastian tentang suatu hal, dan apa yang dipikirkan didalam persyaratan–persyaratanadalah sungguh–sungguh (Notoadmodjo, 2010).

Pengetahuan ibu mempengaruhi kecemasan menghadapi menopause, karena tingkat pendidikan juga mempengaruhi seseorang dalam pengembangan nalar dan analisa (Pusdiknakes, 2003). Dengan dayanalar yang baik akan memudahkan untuk meningkatkan pengetahuan, salah satu carayang baik dalam rangka memberikan informasi dan pesan kesehatan.

Pengetahuan juga merupakan salah satu pendorong seseorang untuk merubah perilaku atau mengadopsi perilaku baru. Pengetahuan tentang menopause merupakan faktor yang menentukan seseorang tersebut dapatmenerima terjadinya menopause sebagai perubahan yang wajar yang akan dialami setiap wanita dan tidak perlu melakukan pengobatan atau harus menimbulkan rasa kecemasan yang berlebihan.

Kecemasan yang mereka alami pada saat menjelang menopause ditunjukkan dengan sikap diantaranya, takut akan kehilangan kewanitaannya, kehilangan nafsu dan kemampuan koitus, kehilangan rasa cinta sang suami. Karena telah diketahui hubungan seksual tidak sekedar ditunjukkan untuk reproduksi melainkan juga untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang bersifat psikologis yang jika terpenuhi manusia akan merasa puas, bahagia, nyaman, tentram, dan mengalirkan energi baru pada tubuh (Prawirohardjo, dalam Sari, 2013: 621).

(4)

Berdasarkan asumsi tersebut mendorong peneliti untuk meneliti lebih jauh tentang “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kecemasan Menghadapi Menopause Di Kelurahan Tanggikiki Kota Gorontalo Tahun 2014”

Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey analitik, dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Penelitian ini bertujuan untuk melihat Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Kecemasan Menghadapi Menopause di Kelurahan Tanggikiki Kecamatan Sipatanah Kota Gorontalo. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh responden yang menghadapi menopause berusia 45-55 tahun yang berjumlah 69 orang berdasarkan Profil Kelurahan Tanggikiki Kecamatan Sipatanah Kota Gorontalo.

Analisis data dari penelitian ini melalui prosedur bertahap, antara lain analisa univariat. Analisa ini adalah untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik variabel yang diteliti. Bentuknya tergantung jenis datanya. Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakn uji statistik.

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan menghadapi Menopause Pengetahuan Jumlah %

Kurang Baik 11 18,6

Baik 48 81,4

Total 59 100%

Sumber : Data Primer 2014

Berdasarkan data pada tabel 4.3 pengetahuan ibu menunjukkan pengetahuan yang kurang baik sebanyak 11responden(18,6%).Sedangkan48responden (81,4%) yang pengetahuannya baik. Berdasarkan data pada tabel 4.3 bahwa sebagian besar responden berpengetahuan baik sebanyak 48 orang. Pengetahuan yang baik sangat berpengaruh pada tingkat pengetahuan setiap individu. Di lihat dari tingkat pendidikan sebagian besar tingkat pendidikan di SMA sebanyak 29 responden. Pendidikan yang memadai akan memudahkan seseorang memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang menopause. Pemahaman yang baik tentang seluk beluk menopause akan menunjang kesiapan wanita dalam menghadapi

menopause (Irmawati, dalam Prambandani, 2009).

Tingkat pendidikan juga mempengaruhi seseorang dalam pengembangan nalar dan

analisa (Pusdiknakes, 2003). Dengan daya nalar yang baik akan memudahkan untuk meningkatkan pengetahuan, salah satu cara yang baik dalam rangka memberikan informasi dan pesan kesehatan.

Pengetahuan sangat penting untuk kita mengetahui segala sesuatu yang tidak kita ketahui, diantaranya dengan membaca buku tentang kesehatan, mencari informasi di sosial media dan mengikuti seminar–seminartentang kesehatan atau kesehatan lainnya kita dapat mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan kesehatan.

Pengetahuan merupakan faktor penting dalam menentukan tindakan seseorang yang berasal dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan kegiatan. Pengetahuan tentang suatu objek juga dapat diperoleh dari pengalaman guru, orang tua, teman, buku dan lain-lain (Notoadmodjo, 2012).

(5)

Dari penelitian sebelumnya juga menjelaskan hasil yang sama, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh (Zahri, 2012) kepada ibu Di Kemukiman Bebesen Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah Tahun2012 menunjukkan pengetahuan ibu menghadapi menopause.

Menurut asumsi peneliti pengetahuan adalah landasan kita untuk mengetahui segala sesuatu yang tidak kita ketahui untuk kita ketahui, semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuan anggota keluarga baik dalam hal memperhatikan kondisi kesehatan menghadapi menopause dan lain sebagainya.

Tabel 4.2 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Menghadapi Menopause

Sikap Jumlah %

Kurang Baik 24 40,7

Baik 35 59,3

Total 59 100%

Sumber : Data Primer 2014

Berdasarkan data pada tabel 4.4 sikap ibu menunjukkan 24responden (40,7%) yang sikapnya kurang baik. Sedangkan berpengetahuanbaik sebanyak 35responden(59,3%).

Berdasarkan data pada tabel 4.4 bahwa sebagian besar responden sikapnya baik sebanyak 35 orang. Sikap yang baik sangat berpengaruh pada setiap individu. Faktor pekerjaan juga mempengaruhi prilaku setiap individu, dimana wanita yang bekerja pada umumnya mempunyai cara berfikir yang tidak sempit, merasa lebih aman dan mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan kemampuannya. Pada penelitian ini tidak terlalu banyak perbedaan tingkat kecemasan antara ibu yang bekerja dan tidak bekerja, mayoritas tingkatkecemasan ibu rendah. Hal ini disebabkan karena ibu yang tidak bekerja tingkat pendidikan formalnya setara dengan ibu yang bekerja.

Menurut Azwar (dalam Nurdono, 2013) Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksudkan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respons.

Kesiapan ini membuat responden untuk berpikir positif dan akan mempersiapkan menopause secara positif juga. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Astini (2007) yang menyatakan semakin rendah tingkat kecemasan memasuki masa menopauseperan dan pengertian keluarga sangat diperlukan oleh seorang wanita yang akan menginjak ke masa menopause agar tidak mempunyai sikap yang negatif.

Dari penelitian sebelumnya juga menjelaskan hasil yang sama, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh (Zahri, 2012) kepada ibu Di Kemukiman Bebesen Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah Tahun2012 menunjukkan sikap ibu menghadapi menopause.

Menurut asumsi peneliti sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu objek. Sikap positif dari ibu yang akan menghadapi menopause mampu mengalihkan perasaan yang tidak menyenangkan ke hal-hal positif pula dengan cara melakukan aktivitas yang berguna.

(6)

Tabel 4.5 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Kecemasan Menghadapi Menopause Kecemasan Jumlah %

Tidak Cemas 40 67,8

Cemas 19 32,2

Total 59 100%

Sumber : Data Primer 2014

Berdasarkan data pada tabel 4.5 kecemasan ibu menunjukkan 40responden (67,8%) yang tidak cemas. Sedangkan yang cemas sebanyak 19 responden(32,2%).

Berdasarkan data pada tabel 4.5 bahwa sebagian besar responden tidak mengalami kecemasan sebanyak 40 orang. Kecemasan seseorang sangat berpengaruh pada psikologi setiap individu. Tetapi rentang usia juga berpengaruh pada tingkat kecemasan ibu.

Menurut Ayu (dalam Arsin, 2009) bahwa secara individu, pada usia 45 tahun terjadi proses penuaan secara ilmiah. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin bertambahnya usia Ibu maka perubahan fisik semakin terlihat pada ibu yang akan menghadapi menopause.

Menurut Hawari (dalam Zasri, 2012) Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih utuh atau tidak mengalami keretakan kepribadian, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal.

Dari penelitian sebelumnya juga menjelaskan hasil yang sama, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh (Zahri, 2012) kepada ibu Di Kemukiman Bebesen Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah Tahun2012 menunjukkan kecemasan ibu menghadapi menopause.

Menurut asumsi peneliti kecemasan merupakan perasaan cemas yang ada pada diri setiap individu, dan terjadi ketika kita tidak bisa menahan rasa takut. Kecemasan ibu menghadapi menopause merupakan reaksi negatif dari seorang ibu menjelang menopause yang berfikir bahwa menopause yang akan dihadapi dapat menyebabkan ibu merasa kehilangan kecantikan, takut menghadapi hidup tanpa kepuasan seksual dan merasa tidak dibutuhkan lagi.

Tabel 4.6 Tabel Distribusi Responden Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Kecemasan Menghadapi Menopause

Pengetahuan

Kecemasan

Total

Tidak Cemas Cemas % Value p-

Jumlah % Jumlah %

Kurang Baik 2 3,4 9 15,3 11 18,6

Baik 38 64,4 10 16,9 48 81,4 0,000

TOTAL 40 67,% 19 32,2% 59 100%

Sumber : Data Primer 2014

Berdasarkan pada tabel 4.6 ditemukan adanya hubungan antara pengetahuan ibu dengan kecemasan menghadapi menopause. Angka signifikan uji Fisher’s Exact Test didapatkan nilai P-Value 0,000≤0,005.Sehingga H0 ditolak dan H1 diterima maka dapat disimpulkan bahwa secara statistic terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan

(7)

kecemasan menghadapi menopause. Dari 48 (81,4%) responden yang termasuk dalam kategori pengetahuannya baik dan 38 (64,4%) respoden yang tidak mengalami kecemasan dan 10 (16,9%) responden yang mengalami kecemasan. Serta dari 11 (18,6%) yang termasuk dalam kategori pengetahuan kurang baik dan 2 (3,4%) responden yang tidak mengalami kecemasan dan 9 (15,3%) responden yang mengalami kecemasan.

Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan ibu tentang menopause tidak hanya diperoleh dari pendidikan formal, informasi yang masuk melalui media massa atau elektronik dan tenaga kesehatan sangat berpengaruh (Soekarno, dalam Anggarini, 2010).

Namun hal ini tidak selamanya menjadi landasan, karena berdasarkan penelitian kecemasan menghadapi menopause dapat dilihat pada responden di Kelurahan Tanggikiki Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo, kecemasan ibu menunjukkan 40 orang yang tidak cemas, dan yang cemas sebanyak 19 orang. Hal ini dipengaruhi karena pengetahuan ibu itu sendiri, lingkungan sosial juga sangat berperan dalam kejadian ini. Sedangkan 10 dari 19 orang yang mengalami kecemasan tetapi pengetahuannya baik, itu karena mereka mengganggap datangnnya menopause sangat berpengaruh pada hubungan seksual, di mana mereka beranggapan bahwa menopause akan mengganggu hubungan intim, sehingga mereka tidak merasakan kepuasan saat berhubungan intim, dan tidak merasakan kenikmatan saat berhubungan intim bersama suami, serta peran mereka sabagai istri dan ibu akan hilang.

Dapat dijelaskan pengetahuan ibu mempengaruhi kecemasan menghadapi menopause, karena tingkat pendidikan juga sangat mempengaruhi seseorang, memudahkan kita untuk mencari informasi untuk meningkatkan pengetahuan, salah satu cara yang baik dalam memberikan informasi dan pesan kesehatan. Di lihat dari tingkat pendidikan bahwa sebagian besar berpendidikan SMA sebanyak 29 responden (49,15%). Tinggi rendahnya pendidikan seseorang berarti akan mempengaruhi penerimaan informasi kesehatan yang diberikan.

Pada individu yang cemas, gejalanya didominasi oleh keluhan psikis (ketakutan dan kekhawatiran), tetapi dapat pula disertai keluhan somatis (fisik). Adapun gejala pada individu yang mengalami kecemasan adalah cemas, khawatir, bimbang, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri dan mudah tersinggung, merasa tegang, tidak tenang, gelisah, gerakan sering serba salah dan mudah terkejut, takut sendirian, takut keramaian dan banyak orang (Rostiana, dalam Arsin, 2012 : 2).

Berdasarkan hasil penelitian menurut asumsi peneliti pengetahuan merupakan salah satu pendorong seseorang untuk merubah perilaku atau mengadopsi perilaku baru. Pengetahuan tentang menopause merupakan faktor yang menentukan seseorang tersebut dapat menerima terjadinya menopause sebagai perubahan yang wajar yang akan dialami setiap wanita dan tidak perlu melakukan pengobatan atau harus menimbulkan rasa kecemasan yang berlebihan.

Berdasarkan penelitian yang telah dijelaskan peneliti dapat disimpulkan bahwa semakin baik pengetahuan ibu maka semakin rendah tingkat kecemasan ibu menghadapi menopause. Sebaliknya apabila kurang baik tingkat pengetahuan ibu maka semakin tinggi tingkat kecemasan ibu menghadapi menopause.

(8)

Tabel 4.6 Tabel Distribusi Responden Hubungan Sikap Ibu Dengan Kecemasan Menghadapi Menopause

Sikap

Kecemasan

Total

Tidak Cemas Cemas % P-Value

Jumlah % Jumlah %

Kurang Baik 11 18,6 13 22,0 24 40,7

Baik 29 49,2 6 10,2 35 59,3 0,003

TOTAL 40 67,8% 19 32,2% 59 100%

Sumber : Data Primer 2013

Berdasarkan pada tabel 4.7 ditemukan adanya hubungan antara pengetahuan ibu dengan kecemasan menghadapi menopause. Angka signifikan uji Fisher’s Exact Test didapatkan nilai p-Value 0,004≤0,005. Sehingga H0 ditolak dan H1 diterima maka dapat disimpulkan bahwa secara statistic terdapat hubungan antara sikap ibu dengan kecemasan menghadapi menopause. Dari 35 (59,3%) responden yang termasuk dalam kategori sikapnya baik dan 29 (49,2%) respoden yang tidak mengalami kecemasan dan 6 (10,2%) responden yang mengalami kecemasan. Serta dari 24 (40,7%) yang termasuk dalam kategori sikap kurang baik dan 11 (18,6%) responden yang tidak mengalami kecemasan dan 13 (22,0%) responden yang mengalami kecemasan.

Sikap ibu dengan kecemasan menghadapi menopause merupakan komponen yang sangat penting dan saling berkaitan. Di mana sebagian besar ibu sangat tidak setuju menjawab pernyataan bahwa menopause merupakan penyakit yang perlu dihindari, dan sangat tidak setuju jika wanita yang mengalami menopause dikatakan mengalami gangguan jiwa. Hal ini dapat dilihat bahwa sikap ibu menghadapi menopause adalah positif. Tetapi ada juga ibu yang sikapnya baik tetapi mengalami kecemasan, yakni 6 dari 13 orang ibu mengalami kecemasan tetapi sikapnya baik, itu karena mereka mengganggap memasuki masa menopause wanita akan kehilangan perhatian suami, mereka mengalami kesukaran untuk memusatkan perhatian terhadap suatu pekerjaan, sering dalam keadaan tegang dan pada saat tidurpun mereka tidak bisa tidur dengan nyenyak. Sehingga mereka mengalami kecemasan saat menghadapi menopause.

Perubahan dari haid menjadi tidak haid lagi, otomatis terjadi perubahan organ reproduksi wanita. Perubahan fungsi indung telur akan memengaruhi hormon dalam yang kemudian memberikan pengaruh pada organ tubuh wanita pada umumnya. Tidak heran apabila kemudian muncul berbagai keluhan fisik, baik yang berhubungan dengan organ reproduksinya maupun organ tubuh pada umumnya (Kusdu, dalam Damayanti, 20011: 145).

Tidak hanya itu, perubahan ini seringkali mempengaruhi keadaan psikis seorang wanita. Keluhan psikis sifatnya sangat individual yang dipengaruhi oleh sosial budaya, pendidikan, lingkungan, dan ekonomi. Keluhan fisik maupun psikis ini tentu saja akan mengganggu kesehatan wanita yang bersangkutan termasuk perkembangan psikisnya. Selain itu, bisa memengaruhi kualitas hidupnya. Dalam menyingkapi dirinya yang akan memasuki masa menopause, beberapa wanita menyambutnya dengan biasa. Mereka menganggap kondisi ini bagian dari siklus hidupnya (Aristianti, dalam Prabandani 2009: 12).

Berdasarkan hasil penelitian menurut asumsi peneliti sikap ibu mempengaruhi kecemasan menjelang menopause. Karena prilaku seseorang dapat di lihat dari tingkah laku,

(9)

dan sikap kita menerima perubahan fisik pada diri seseorang ketika datangnya menopause. Seperti kekeringan alat genetal, keriput, menurunnya gairah seksual dan lain–lain. Akibat dari perubahan tersebut wanita menanggap dirinya tidak menarik lagi, tidak cantik, tidak dapat memberikan kepuasan seksual pada suaminya dan ada juga beranggapan setelah menopause tidak perlu melakukan hubungan seksual karena akan mengakibatkan munculnya penyakit sehingga menimbulkan kecemasan pada ibu–ibuyang akan mengalami menopause.

Tingkat kecemasan yang berlebihan memungkinkan untuk memiliki pemikiran yang keliru sehingga menimbulkan sikap negatif terhadap menopause. Dengan adanya dukungan dan kekuatan dalam diri kita sendiri dapat menurunkan kecemasan ibu dalam menghadapi menopause sehingga lebih siap menerima datangnya menopause. Kesiapan ini membuat responden untuk berpikir positif dan akan mempersiapkan menopause secara positif juga.

Berdasarkan penelitian yang telah dijelaskan dapat disimpulkan semakin baik sikap ibu maka semakin rendah tingkat kecemasan ibu menghadapi masa menopause. Sebaliknya apabila kurang baik sikap ibu maka semakin tinggi tingkat kecemasan ibu menghadapi menopause.

Kesimpulan

1. Pengetahuan ibu yang menghadapi menopause di Kelurahan Tanggikiki Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 81,4%. 2. Sikap ibu yang menghadapi menopause di Kelurahan Tanggikiki Kecamatan Sipatana

Kota Gorontalo yang memiliki sikap baik sebanyak 59,3%.

3. Kecemasan ibu yang menghadapi menopause di Kelurahan Tanggikiki Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo yang tidak cemas sebanyak 67,8%.

4. Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan kecemasan menghadapi menopause. Dari hasil uji statistik dengan uji Fisher’s Exact Test hubungan antara pengetahuan ibu dengan kecemasan menghadapi menopause didapatkan hasil nilai P-value = 0,000 itu artinya nilai P-Value<0,005 sehingga Ho ditolak dan H1 diterima.

5. Terdapat hubungan antara sikap ibu dengan kecemasan menghadapi menopause. Dari hasil uji statistik dengan uji Fisher’s Exact Test hubungan antara sikap ibu dengan kecemasan menghadapi menopause didapatkan hasil nilai P-value = 0,004itu artinya nilai P-Value<0,005 sehingga Ho ditolak dan H1 diterima.

Saran

1. Bagi Pemerintah dan Petugas Kesehatan

Perlu memberikan penyuluhan dari petugas kesehatan tentang pentingnya kesiapan wanita dalam menghadapi menopause.

2. Bagi Masyarakat

Kepada masyarakat Kelurahan Tanggikiki ibu menopause disarankan agarlebih aktif dalam mencari informasi baikdari petugas kesehatan maupun media–mediayang ada sehingga dapatmenambah pengetahuan khususnyauntuk mencegah kecemasanmenghadapi menopause kerena itumerupakan perubahan yang alamiah.

3. Bagi peneliti

Diharapkan kepada peneliti selanjutnyaagar skripsi ini dapat dijadikan sebagaimasukan dan dapat mencari hubungandengan variable yang berbeda.

(10)

Daftar Pustaka

Arsin A, Arsunan, Nurwahyun, 2012. Women Behavioral with Menopause at the

Work Area Puskesmas Kolaka Region of Kolaka. (Online). (http://pasca.unhas.ac.id, diakses 23 Oktober 2013)

Batara, P. 2010. Solusi Cerdas Mengatasi Cemas. Jakarta: ST Book.

Busman, B dan Young Janice Clark. 2012. Action Plan For Menopause. Yogyakarta: PT Intan Sejati.

Damayanti E. S, 2011 Berfikir Positif Dan Harga diri Pada Wanita Yang Mengalami

Masa Menopause. (Online), Jilid 3 No. 2. (http://journal.humanitas.ac.id, (diakses 23 Oktober 2013).

Gunarsa, D. Singgih dan Gunarsa, D. Yulia Singgih, 2012. Psikologi Keperawatan. Jakarta: Libri.

Hapsari Ulfah, 2012. Hubungan Gambaran Diri Dengan Tingkat Kecemasan Ibu

Pada Masa Perimenopause Di RW 03 Desa Pakis Kembar Kecamatan Pakis Kabupaten Malang. Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.

Hamidah, Putri A. Kaniasih, 2012. Hubungan Antara Penerimaan Diri Dengan

Depresi Pada Wanita Menopause. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental (Online),

Jilid 1 No. 2. (http://journal.unair.ac.id, (diakses 23 Oktober 2013).

Hidayat, A.A. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.

Hurlock, E. B, 2002. Psikologi Perkembangan Edisi 5. Jakarta: Erlangga. Notoadmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan.Jalarta: Rineka Cipta.

Notoadmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta. Nurdono, D. A, 2013. Gambaran Sikap Ibu Terhadap Masa Menopause Pada

Ibu-ibu. Jurnal Psikologi (Online), Jilid 1 No. 4. (http://ejournal.umm.ac.id, (diakses 5 November 2013).

Ramaiah, S, 2003. Kecemasan. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

Sari, L. M. F, 2013. Tingkat Religiusitas Dengan Kecemasan Menghadapi

Menopause. Jurnal Psikologi (Online), Jilid 1 No. 2. (http://journal.unair.ac.id, (diakses 23 Oktober 2013).

Setiadi, 2013. Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan Edisi 2. Yogyakarta:Graha Ilmu.

Sugiono, 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sugiono, 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sugiono, 2011. Metodologi Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Surya, M. 2003. Bina Keluarga. Semarang: CV. Aneka Ilmu.

Trismawati, Mariana dan Syahrina, 2013. Hubungan Penenrimaan Diri Terhadap

Perubahan Fisik Dengan kecemasan menghadapi Menopause Di Kubu Dalam Kelurahan

Parak Karakah Padang. (Online). (

http://upi-yptk.ac.id/ejournal/File_Jurnal/jurnal%20meryyyy.pdf, (diakses 23 Oktober 2013).

Zasri Y.Yusmika, 2012. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap Kecemasan

Menghadapi Menopause Pada Ibu Usia 45-50 tahun Di Kabupaten Aceh Tengah.

(Online). (http://lppm.stikesubudiyah.ac.id/jurnal/YANTINA_YUSMIKA_ZASRI-72u-yantyna_yusmika_zasry.pdf (diakses 23 Oktober 2013).

Gambar

Tabel 4.6 Tabel Distribusi Responden Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Kecemasan  Menghadapi Menopause
Tabel 4.6  Tabel Distribusi Responden Hubungan Sikap Ibu Dengan Kecemasan  Menghadapi Menopause

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Selain itu, ambang juga dapat digunakan untuk menentukan debit air yang mengalir pada

The uniqueness of the study lies in the creation of baseline geo-spatial data on vegetation types using multi-temporal satellite remote sensing data (IRS LISS III), deriving

Demikian pernyataan ini dibuat dengan melampirkan hasil penilaian kinerja dan bukti fisik masing-masing, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.. Cianjur, Desember 2012 Kepala

Two examples are presented here: a point cloud derived from Phantom 4 UAS images of the historic dock at Wormsloe; and second, the integration of aerial and terrestrial LiDAR

Kantor Kecamatan Enggal Kota Bandar Lampung akan melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan (APBD-P) Tahun Anggaran 2012

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan pendekatan kausalitas dan menggunakan data primer (pada variabel bebas yang pertama yaitu

Pemkot Surabaya bekerjasama dengan UCLG ASPAC dalam pengembangan tata kelola kota melalui Global Public Space Programme. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa