• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PENETAPAN JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN UMUM DALAM KOTA SUNGAI PENUH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN PENETAPAN JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN UMUM DALAM KOTA SUNGAI PENUH"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PENETAPAN JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN UMUM DALAM KOTA

SUNGAI PENUH

Oleh :

Emon Gusmadi1), Fidel Miro2) dan Tomi Eriawan3)

1)

Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta, email : emon_gusmadi@yahoo.com

2) 3)

Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta, email : fidel_miro61@yahoo.com, tomi.visi@gmail.com

Abstrak

Dalam sistem transportasi angkutan umum perkotaan hendaknya semua moda angkutan tersebut membentuk jaringan yang saling terkait dan saling melengkapi. Angkutan umum melibatkan pergerakan orang dalam jumlah besar antara beberapa lokasi tujuan aktifitas. Kota Sungai Penuh merupakan salah satu contoh kota di Provinsi Jambi yang sedang mengalami perkembangan setelah pemekaran dari kabupaten Kerinci yang diresmikan pada tanggal 08 November 2008.

Pada kondisi saat ini transportasi umum Kota Sungai Penuh tersedia jaringan trayek angkutan umum yang rutenya melayani langsung ke kabupaten Kerinci, rute tersebut hanya melewati jalan utama dalam kota sungai penuh, sedangkan untuk kawasan sub-pusat pelayanan kota sungai penuh masih banyak yang belum terjangkau pelayanan angkutan umum. Pada intinya belum tersedianya jaringan trayek angkutan umum (angkot) yang melayani keseluruhan sub-pusat pelayanan di dalam Kota Sungai Penuh, maka untuk itu harus dilakukan kajian penetapan jaringan trayek angkutan umum dalam Kota Sungai Penuh.

Pada tahapan pengumpulan data menggunakan metode survey primer berupa observasi langsung lapangan dan penyebaran kuisioner pada pelaku perjalanan di kawasan studi, dan suvey sekunder. Moetode analisis yang digunakan adalah analisis matrik asal tujuan (MAT).

Dari penelitian didapat hasil jumlah pergerakan asal dan tujuan dari para pelaku perjalanan / pergerakan yang akan menjadi pertimbangan dalam menetapkan jaringan trayek angkutan umum dalam Kota Sungai Penuh.

Kata Kunci : Jaringan Trayek, Matrik Asal Tujuan, Angkutan Umum.

Pembimbing I

Fidel Miro, SE, MsTr.

Pembimbing II

(2)

STUDY OF DETERMINING TRANSPORT PUBLIC TRANSPORT NETWORK IN SUNGAI PENUH CITY Oleh:

Emon Gusmadi1), Fidel Miro2) dan Tomi Eriawan3)

1)

Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta, email : emon_gusmadi@yahoo.com

2) 3)

Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta, email : fidel_miro61@yahoo.com, tomi.visi@gmail.com

Abstrak

In the urban public transport system should all transport modes form an interconnected and complementary network. Public transport involves the movement of large numbers of people between locations of activity destinations. Sungai Penuh City is one example of the city in Jambi Province which is experiencing growth after the division of Kerinci regency which was inaugurated on 08 November 2008.

In the present condition, public transportation of Sungai Penuh City is available by public transport network route which serves direct route to Kerinci regency, the route is just passing main road in the Sungai Penuh city, while for the sub-center area of Sungai Penuh city service still many that have not reached transportation service general. In essence, the unavailability of the public transport network (angkot) network serving the whole sub-service center in Sungai Penuh City, therefore it is necessary to study the determination of public transport network in Sungai Penuh City.

At the stage of data collection using primary survey method in the form of direct field observation and distribution of questionnaires to travelers in the study area, and secondary survey. The analysis method used is the matrix of destination (MAT) analysis.

From the research results obtained the number of movement of origin and destination of the perpetrators of travel / movement that will be a consideration in determining the route network of public transport in the City of Sungai Penuh.

(3)

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada kawasan kota, perkembangan guna lahan meningkatkan kecenderungan masyarakat untuk melakukan perjalanan (pergerakan) antar guna lahan, perjalanan ini harus mutlak didukung dengan pelayanan sistem transportasi yang layak sesuai dengan jumlah kebutuhan masyarakat. Pada kota besar biasanya beroperasi beberapa jenis moda transportasi umum bagi masyarakat dalam pergerakan dari atau ke lokasi tujuan aktifitasnya. Dalam system transportasi angkutan umum perkotaan hendaknya semua moda angkutan tersebut membentuk jaringan yang saling terkait dan saling melengkapi. Angkutan umum merupakan salah satu moda penumpang yang tersedia untuk digunakan oleh masyarakat. Angkutan umum melibatkan pergerakan orang dalam jumlah besar antara beberapa lokasi tujuan aktifitas.

Kota Sungai Penuh merupakan salah satu contoh kota di Provinsi Jambi yang sedang mengalami perkembangan setelah pemekaran dari kabupaten Kerinci yang diresmikan pada tanggal 08 November 2008. Sesuai amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Sungai Penuh di Provinsi Jambi Pasal 6, disebutkan bahwa dengan terbentuknya Kota Sungai Penuh sebagai daerah otonomi baru maka pemerintah Kota Sungai Penuh menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dalam waktu paling lama 3 (tiga) tahun sejak terbentuknya kota ini. Dalam rangka pengembangan Kota Sungai Penuh khususnya guna perencanaan dan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan masyarakat pada masa yang akan datang, serta pengembangan sarana dan prasarana

pemerintahan, pembangunan, dan

kemasyarakatan, diperlukan adanya kesatuan perencanaan pembangunan.

Identifikasi simpul-simpul transportasi harus sesuai dengan penetapan struktur kota dan arahan pengembangan, sistim pusat pelayanan Kota Sungai Penuh terdiri dari 3 (tiga) pusat pelayanan yang perlu diperhatikan dalam rangka pengembangan sistem jaringan jalan, yakni:

1. Pusat Pelayanan Kota 2. Sub-pusat Pelayanan Kota 3. Pelayanan pusat Lingkungan Dengan memperhatikan konteks ”ruang” dan pengembangan kedepan,sistem pelayanan jaringan jalan di Kota Sungai Penuh mengedepankan konsep sirkulasi yang memanfatkan dan mengoptimalkan jaringan jalan yang berada ditengah Kota Sungai Penuh. Pola Jalan Kota Sungai Penuh akan ditegaskan dengan pola jaringan jalan arteri mengelilingi Kota Sungai Penuh dan dihubungkan oleh jalan kolektor yang menghubungkan secara vertikal jaringan jalan arteri dengan pusat kota dan setiap sub-pusat kota.

Pada kondisi saat ini transportasi umum Kota Sungai Penuh tersedia jaringan trayek angkutan umum yang rutenya melayani langsung ke kabupaten Kerinci, rute tersebut hanya melewati jalan utama dalam kota sungai penuh, sedangkan untuk kawasan sub-pusat pelayanan kota sungai penuh masih banyak yang belum terjangkau pelayanan angkutan umum. Transportasi umum Kota Sungai Penuh masih tergabung dengan transportasi angkutan desa Kabupaten Kerinci yang ikut melayani trayek dalam Kota Sungai Penuh. Sedangkan peraturan daerah Kota Sungai Penuh nomor 5 tahun 2012 tentangRencana Tata Ruang Wilayah Kota

(4)

Sungai Penuh Tahun 2011 – 2031 juga menyatakan rencana pelayanan angkutan jalan. 1.2 Tujuan yang akan dicapai :

Permasalahan yang dapat dirumuskan pada penelitian ini adalah belum tersedianya jaringan trayek angkutan umum (angkot) yang melayani keseluruhan sub-pusat pelayanan di dalam Kota Sungai Penuh, yang tersedia saat ini jaringan trayek masih tergabung dengan kabupaten Kerinci.

Maka untuk itu menetapkan jaringan trayek angkutan umum khusus untuk dalam Kota Sungai Penuh perlu dilakukan agar optimalisasi pelayanan tarnsportasi umum penumpang bisa mencakup seluruh kawasan terbangun kota Sungai Penuh. Dalam mencapai tujuan dari studi ini maka sasaran yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi sebaran guna lahan Kota Sungai Penuh.

2. Identifikasi daerah jangkauan pelayanan angkutan umum. 3. Identifikasi zona jaringan trayek

angkutan umum.

4. Identifikasi rencana pola ruang Kota Sungai Penuh.

II.

METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Metode Pengumpulan Data

Berdasarkan lingkup pembahasan serta untuk tercapainya sasaran studi, maka metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah:

 Survey sekunder

Didapat dari instansi dan kepustakaan yaitu berupa buku-buku referensi, dan catatan yang mendukung studi berupa data-data dari terbitan terbatas.

Data data yang dikumpulkan:

1. Kebijakan terkait transportasi Kota Sungai Penuh yaitu peraturan daerah Kota Sungai Penuh nomor 5 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Sungai Penuh Tahun 2011 – 2031

2. Data guna lahan Kota Sungai Penuh terutama kawasan terbangun tahun 2010 dan 2013

3. Data jaringan jalan Kota Sungai Penuh tahun 2010

- Jalan Lokal

- Jalan Kolektor Sekunder - Jalan Kolektor Primer

4. Data moda transportasi umum Kota Sungai Penuh tahun 2014

5. Data jumlah penduduk Kota Sungai Penuh tahun 2008 - 2012

6. Peta guna lahan Kota Sungai Penuh tahun 2010 dan 2015

7. Peta Jaringan Jalan Kota Sungai Penuh tahun 2010

 Survey lapangan yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap kawasan studi yakni melihat angkutan kota yang ada di Kota Sungai Penuh dan memetakan angkutan tersebut untuk dilakukan analisis berikutnya. 2.2 Metode Analisis

Metode analisis yang dilakukan dalam menetapkan jaringan trayek angkutan umum di Kota Sungai Penuh yaitu:

1. Identifikasi sebaran guna lahan Kota Sungai Penuh.

Bertujuan untuk melihat sebaran guna lahan dan rencana tata ruang pada kawasan studi sehingga dapat diketahui letak

kegiatan yang menimbulkan

pergerakan/perjalanan. 2. Metode pengambilan sampel

(5)

dilakukan dengan teknik cluster sampling yang mana digunakan untuk menentukan jumlah sampel jika sumber data sangat luas. Pengambilan sampel didasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan. Adapun rumus yang digunakan adalah rumus slovin yang digunakan untuk menentukan ukuran sampel minimal (n) jika diketahui ukuran populasi (N) 85.270 pada taraf α signifikansi. (Singarimbun dan Effendi, Metode Penelitian Survai (1989)) N n = ——— 1 + Ne² n = 85270 1 + (85270 ∗ 0,12) = 99,88 (Rumus 1.1) Keterangan;  n = ukuran sampel  N = ukuran populasi

 e = kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel yang ditololerir, misalnya 5%.Batas kesalahan yang ditolerir ini untuk setiap populasi tidak sama, ada yang 1%, 2%, 3%, 4%,5%, atau 10%.

3. Analisis potensi pergerakan/perjalanan Bertujuan untuk mengetahui daerah yang

berpotensi menimbulkan

pergerakan/perjalanan.

Analisis ini menggunakan metode factor pertumbuhan (Growth Factor Methods) model rata-rata (Average). Metode ini disebut juga dengan metode analogi, dimana pola perjalanan antar zona sekarang (eksisting)

dapat kita proyeksi kemasa yang akan datang dengan menggunakan factor pertumbuhan zona.

Model rata-rata (Average) digunakan jika masing-masing zona yang ada dalam lingkup wilayah penelitian memiliki karakteristik pertumbuhan yang berbeda satu sama lain. Misalnya dalam hal jumlah penduduk atau variable lain seperti tingkat pendapatan, pertumbuhan wilayah, dan sebagainya.

Tingkat pertumbuhan yang berbeda dirata-ratakan dengan cara menjumlahkan pertumbuhan di zona asal i dan di zona tujuan j kemudian dibagi dua seperti rumus matematika berikut, (Miro, 2005).

𝑇𝑖−𝑗 = 𝑡𝑖−𝑗 ∙ 𝐸𝑖+𝐸𝑗 2 (Rumus 1.2) Di mana: T = Jumlah Perjalanan

Ti-j = Jumlah perjalanan masa mendatang dari zona asal i ke zona tujuan j.

ti-j = Jumlah perjalanan masa sekarang (eksisting) dari zona asal i ke zona tujuan j.

Ei = Ti/tidanEj = Tj/tj = Faktor/tingkat

pertumbuhan di seluruh zona asal i dan di zona tujuan j 4. Identifikasi daerah jangkauan pelayanan

angkutan umum.

Bertujuan untuk melihat kepadatan penduduk pada daerah yang akan dijangkau pelayanan angkutan umum sehingga dapat diketahui jarak jangkauan untuk pelayanan angkutan umum. Dari

(6)

hasil identifikasi dapat diketahui daerah mana saja yang masuk dalam jangkauan pelayanan angkutan umum.

5. Analisis daerah pelayanan

Bertujuan untuk mengetahui daerah yang terjangkau pelayanan jaringan trayek angkutan umum.

6. Cara Menentukan Wilayah Pelayanan Angkutan Penumpang Umum.

Wilayah pelayanan angkutan penumpang umum kota dapat ditentukan setelah diketahui batas-batas wilayah terbangun. Batas wilayah pelayan angkutan penumpang umum kota/perkotaan ditentukan oleh hal-hal berikut. (pasal 6 Peraturan Pemerintah No 34 tahun 2006) 1) Batas Wilayah Terbangun

Kota/perkotaan

a) Wilayah terbangun kota/perkotaan dapat diketahui batas-batasnya dengan melihat peta pembangunan lahan suatu kota dan daerah sekitarnya atau dengan menggunakan foto udara.

b) Wilayah terbangun kota adalah wilayah kota/perkotaan yang menggunakan lahannya didominasi oleh bangunan-bangunan yang membentuk suatu kesatuan.

2) Pelayanan Angkutan Umum Penumpang Kota

Untuk menentukan titik terjauh pelayanan angkutan umum penumpang kota, dilakukan beberapa cara yaitu: a) Menghitung besarnya permintaan

pelayanan angkutan umum penumpang kota pada kelurahan-kelurahan yang terletak disekitar batas wilayah terbangun kota;

b) Menghitung jumlah penumpang minimal untuk mencapai titik impas pengusaha angkutan penumpang umum;

c) Menentukan batas wilayah

pelayanan kota dengan

menghubungkan titik-titik terluas, terluar tersebut di atas.

3) Struktur Jaringan Jalan 4) Geometrik dan Kontruksi

Jalan 5) Koridor

Koridor 400 m kanan 400 m kiri;

a) Lahan sepanjang koridor b) Kesempatan kerja sepanjang

koridor.

7. Penetapan trayek angkutan umum di Kota Sungai Penuh

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Analisis Pola Perkembangan Guna Lahan di Kota Sungai Penuh

Untuk mengetahui pola perkembangan guna lahan Kota Sungai Penuh maka harus ada data penggunaan lahan tahun lain sebagai pembanding. Sebagai data

pembanding, data yang digunakan yaitu data penggunaan lahan tahun 2013, kemudian dari data tersebut dilakukan perbandingan agar dapat mengetahui perkembangan guna lahan dari tahun 2010 sampai tahun 2013. Data tahun terbaru (2013) dikurang dengan data tahun sebelumnya (2010). Pada kawasan Kota Sungai Penuh peneliti hanya mendapatkan data pembanding yang tersedia dari tahun 2010, data untuk tahun sebelumnya tidak tersedia karena

(7)

Kota Sungai Penuh baru berdiri pada tahun 2008, analisis ini dilakukan untuk melihat pola perkembangan penggunaan lahan Kota Sungai Penuh. Pada hasil analisis didapat jumlah perubahan guna lahan dari tahun 2010 sampai 2013 sebanyak 29 ha. Berdasarkan dari data yang

didapat, perubahan guna lahan yang paling banyak berkurang yaitu pada semak/belukar seluas 93,1 % (27 ha), sementara yang bertambah paling banyak yaitu kebun campur seluas 34,5 % (10 ha). Untuk lebih jelasnya mengenai analisis ini dapat dilihat pada Tabel dan Gambar berikut ini :

Tabel 1.

Perbandingan Penggunaan Lahan Tahun 2010 dan 2013

Sumber :HasilAnalisis 2017

Pada kajian ini kawasan yang sangat membutuhkan pelayanan angkutan umum diasumsikan adalah kawasan terbangun saja. Dari table analisis diatas dapat diketahui bahwa perkembangan guna lahan Kota Sungai Penuh,

lahan terbangun yaitu sebesar 915 Ha pada tahun 2010 dan pada tahun 2013 menjadi 920 Ha pertumbuhannya sebesar 17,2% (5 Ha).

Sementara itu dilihat dari pola guna lahan RTRW kota Sungai Penuh terutama untuk kawasan terbangun yang mana pada pola ruang RTRW kota Sungai Penuh disebut dengan kawasan perkotaan terdiri dari permukiman. Perdagangan dan jasa, perkantoran, kawasan terpadu, industri kecil, pariwisata, ruang terbuka non hijau, kawasan pendidikan, dan kawasan kesehatan.

Tabel 2.

Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya Kota Sungai Penuh

N

o Fungsi Kawasan Luas (ha)

Persentas e ( %)

1 Permukiman 983 78,45

2 Perdagangan dan jasa 50 3,99

3 Perkantoran 50 3,99 4 Kawasan Terpadu 20 1,59 5 Industri Kecil 5 0,40 6 Pariwisata 100 7,98 8 Kawasan Pendidikan 30 2,40 9 Kawasan Kesehatan 15 1,20 Total 1.253,00 100,00

Sumber :Hasil Analisis 2017

Pada tabel di atas untuk kawasan terbangun atau rencana pola ruang kawasan perkotaan dengan total yaitu 1.283 Ha, sedangkan pada data sebelumnya yaitu data dari guna lahan tahun 2010 sebesar 915 Ha. Penyebaran lahan terbangun ini cukup signifikan yaitu sebesar 368 Ha, sehingga dengan demikian dapat menjadi bahan pertimbangan untuk menetapkan jaringan trayek angkutan umum berdasarkan perencanaan tata ruang.

N

o Jenislahan Luas (Ha)

Kecenderungan (%) 2010 2013 Bertamb ah Berkur ang 1 Hutan Primer (TNKS) 23.1 77 23.1 78 3,4 - 2 Hutan Sekunder 7.88 7 7.88 7 - - 3 Kebun Campuran 1.95 1 1.96 1 34,5 - 4 Permukiman (LahanTerbangun) 915 920 17,2 - 5 Pertanian Lahan Basah 395 399 13,8 - 6 Pertanian Lahan Kering 1.04 3 1.04 1 - 6,9 7 Rawa 130 130 - - 8 Sawah 2.98 4 2.99 2 27,6 - 9 Semak/Belukar 657 630 - 93,1 1 0 Tanah Terbuka 11 12 3,4 - Total 39.1 50 39.1 50 100 100

(8)

Gambar 1. Peta guna lahan kota Sungai

Penuh

3.2 Analisis Potensi Perjalanan/Pergerakan 3.2.1 Asal Tujuan Perjalanan

Dalam mengidentifikasi pola perjalanan penduduk Kota Sungai Penuh sebagai pergerakan dari zona asal (zona pembangkit) ke zona tujuan (zona penarik), wilayah Kota Sungai Penuh dibagi kedalam 5 (lima) zona. Pembagian zona tersebut didasarkan pada persamaan aktivitas dan guna lahan yang dominan pada kawasan tersebut. Pembagian guna lahan setiap zona adalah sebagai berikut :

1. Zona 1, berada pada kecamatan Sungai Penuh, sebagian besar merupakan kawasan pusat kota yang terdiri dari pusat pemerintahan dan perkantoran, perdagangan dan jasa, pendidikan, kesehatan, kawasan terpadu, industri kecil, terminal, pergudangan, permukiman serta pariwisata.

2. Zona 2, berada pada kecamatan Pesisir Bukit, sebagian kecil merupakan pusat perkantoran (pemerintah dan

swasta), perdagangan dan jasa, pariwisata, selain itu merupakan kawasan permukiman, industri kecil, pendidikan, dans port centre.

3. Zona 3, berada pada kecamatan Hamparan Rawang, merupakan kawasan industri kecil, perdagangan dan jasa (pasar tradisional), pendidikan, kesehatan serta permukiman.

4. Zona 4, berada pada kecamatan Tanah Kampung, merupakan kawasan pemukiman, industri kecil, pendidikan, kesehatan dan sport center.

5. Zona 5, berada pada kecamatan Kumun Debai, merupakan kawasan pendidikan, kesehatan, serta permukiman.

Tabel 3.

Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Zona Penelitian

Sumber : Analisis 2017

Setelah menentukan zona maka selanjutnya dilakukan analisis Matrik Asal Tujuan (MAT). Berikut adalah tabel hasil proses pengulangan kondisi perjalanan masa mendatang yang mana Ei didapat dari hasil pembagianOi (g)/Ti (g) dengan Oi/Ti. Hasil jumlah sel matrik pengulangan didapat dari penjumlahan Ei masa sekarang dengan Ej masa sekarang, lalu dibagi

No Zona Luas (Ha) Jumlah penduduk (jw) Kepadatan Penduduk (jw/km2) 1 Zona 1 321,75 36.164 112,4 2 Zona 2 97,86 18.536 189,4 3 Zona 3 144,90 13.463 92,9 4 Zona 4 180,04 8.571 47,6 5 Zona 5 109,52 8.536 77,9 KOTA SUNGAI PENUH 854,07 85.270 99,8

(9)

dua dan dikali dengan sel masa sekarang, dari sekian penjumlahan yang mana telah memenuhi jumlah kesamaan sel matrik perkiraan dan tingkat pertumbuhan masing-masing zona yang telah mendekati 1 (satu) yaitu 1,0 yang didapat dari pembagian jumlah perjalanan Oi (g)/Ti (g) (600) dengan jumlah Oi/Ti (598).

Tabel 4. MAT Perkiraan dan Tingkat Pertumbuhan Masing-masing Zona Tujuan Asal SPN PSB HPR TNK KDB Oi/Ti Oi (g)/Ti (g) Ei SPN 55,86744033 25,89119444 13,66901961 15,64581818 20,45866667 131,5321 142,4 1,082625135 PSB 61,29635241 13,91875 20,31277481 8,445252525 16,53838384 120,5115 121,7 1,009862016 HPR 53,91619903 9,884343434 3,719251337 28,24 20,72727273 116,4871 115,8 0,994101778 TNK 61,73838384 15,68781566 7,265775401 4,591515152 24,7 113,9835 110,1 0,965929364 KDB 55,99711934 25,33125 19,36732026 9,178989899 5,611111111 115,4858 110 0,952498133 Dj/Tj 288,8154949 90,71335354 64,33414141 66,10157576 88,03543434 598 Dj(g)/Tj(g) 285,4 93,7 66,8 65,1 85 600 Ej 0,988174128 1,032924 1,038328927 0,984847929 0,965520312 1,003344482 Sumber : Hasil Analisis,2017

(10)

Keterangan : - SPN = Sungai Penuh - PSB = Pesisir Bukit - HPR = Hamparan Rawang - TNK = Tanah Kampung - KDB = Kumun Debai

Pada tabel maka dapat di lihat tingkat pertumbuhan arus perjalanan pada zona asal tujuan untuk masa yang akan datang sebanyak 1 yang artinya rata-rata tingkat bangkitan perjalanan dalam kota Sungai Penuh per masing-masing zona. Dengan melihat hasil literasi 1 dapat disimpulkan yang menjadi tujuan perjalanan yaitu zona 1 dengan 288 Trip dengan total perjalanan sebanyak 598 Trip/hari(48,16 % dari semua total trip). Pertumbuhan arus perjalanan sama di seluruh zona yang ada dalam wilayah kota Sungai Penuh.

Gambar 2. Peta desire line

Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa desire line pada kawasan studi dengan parameter jumlah tujuan perjalanan, zona yang menjadi tujuan perjalanan merupakan zona Sungai Penuh terlihat dari ketebalan garis khayal menggambarkan pergerakan perjalanan ke zona 1 yaitu Sungai Penuh lebih besar dari zona lainya.

3.3 Analisis Daerah Pelayanan

Diketahui bahwa semua kecamatan merupakan daerah jangkauan pelayanan sejauh 800 meter dari kiri kanan lintasan trayek. Seperti yang dijelaskan pada tabel berikut ini:

Tabel 5. Hasil Analisa Daerah Pelayanan No Kecamatan Jumlah penduduk (jw) Kepadatan Penduduk (jw/km2) Jangkauan Pelayanan (M) 1 Tanah Kampung 8.571 779 800 2 Kumun Debai 8.536 253 800 3 Sungai Penuh 36.164 437 800 4 Hamparan Rawang 13.463 1108 800 5 Pesisir Bukit 18.536 914 800

KOTA SUNGAI PENUH 85.270 533 Sumber : hasil analisa 2017

Dari peta trayek yang didapat dari survey lapangan, kemudian dilakukan buffer, dan disesuaikan dengan hasil analisa daerah pelayanan berdasakan kriteria sebelumnya, maka hasil yang diperoleh pada peta adalah daerah pelayan angkutan kota. Analisis daerah pelayanan ini lebih jelasnya dapat dilakukan pada peta, aplikasi yang digunakan dalam pembuatan peta yaitu menggunakan program ArcMap 10, dengan program ini kita dapat melakukan analisis daerah pelayanan menggunakan Buffer. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar-gambar dibawah ini

(11)

Gambar 3. Peta pelayanan trayek

3.4 Konsekuensi dan Dampak dari Penetapan Trayek.

Untuk kondisi eksisting jaringan trayek angkutan umum kota Sungai Penuh saat ini telah ada jaringan trayek, namun jaringan trayek tersebut bukan jaringan trayek dalam kota Sungai Penuh saja, jaringan trayek tersebut tergabung dalam trayek yang melayani angkutan dari luar wilayah administrasi kota Sungai Penuh, yaitu dari wilayah Kabupaten Kerinci, karena kota Sungai Penuh berbatasan langsung dengan wilayah kabupaten Kerinci.

Oleh sebab itu perlu dilakukan aturan pengoperasian angkutan umum dalam penggunaan trayek antara angkutan umum kota Sungai Penuh dengan angkutan umum kabupaten Kerinci. Adapun aturan tersebut antara lain:

1. Angkutan umum kabupaten Kerinci boleh melewati jaringan trayek dalam kota Sungai Penuh.

2. Angkutan umum kota Sungai Penuh hanya boleh menikan penumpang yang berasal dan bertujuan hanya dalam kota Sungai Penuh. 3. Angkutan umum kabupaten Kerinci tidak

boleh menaikan penumpang yang pergerakan asal tujuannya dalam kota Sungai Penuh.

4. Trayek angkutan umum dari kabupaten Kerinci hanya boleh menaikan penumpang yang berasal dan bertujuan dari dan ke kabupaten Kerinci.

5. Batas trayek angkutan umum kota Sungai Penuh dengan kabupaten Kerinci disamakan dengan batas administrasi Wilayah.

6. Untuk moda transportasi umum yang sebelumnya masih tergabung dengan trayek

moda transportasi umum kabupaten Kerinci boleh memilih bergabung dengan salah satu trayek yang ada didalam wilayah kota Sungai Penuh.

7. Bagi angkutan moda transportasi umum kabupaten Kerinci yang telah memilih bergabung dengan trayek angkutan umum kota Sungai Penuh tidak dibenarkan lagi menaikan penumpang yang berasal dan bertujuan ke kabupaten Kerinci.

8. Setiap angkutan umum baik angkutan umum kota Sungai Penuh maupun angkutan umum dari kabupaten Kerinci yang menuju kota Sungai Penuh wajib masuk terminal dan membayar retribusi terminal.

IV. KESIMPULAN

1. Kawasan Kota Sungai Penuh memiliki pola perkembangan guna lahan yang tidak terlalu signifikan hal ini terlihat dari penyebaran kawasan permukiman yang luasnya dari tahun 2010 sampai tahun 2013 sebesar 5 Ha, sehingga dengan demikian arah pengembangan guna lahan masih bisa dikendalikan dengan mengacu kepada rencana tata ruang kota, serta menjadi bahan pertimbangan untuk menetapkan jaringan trayek angkutan umum berdasarkan perencanaan tata ruang.

2. Dari hasil analisis matrik asal tujuan kawasan zona 1 menuju zona 2 dan sebaliknya merupakan pergerakan perjalanan terbanyak, lalu di ikuti kawasan zona 1 ke zona 4 dan sebaliknya.

3. Hasil analisis berdasarkan kriteria yang dikeluarkan oleh Dinas Perhubungan Darat yaitu Pedoman Minimal Standar Pelayanan Minimal Sub Sektor Transportasi Darat

(12)

Bidang LLAJ dan Bina Sistem Lalu Lintas Angkutan Kota diketahui semua kecamatan memiliki jangkauan pelayanan sejauh 800 meter dari kiri kanan lintasan trayek karena kepadatan penduduknya tidak sampai 1500 jiwa/km2.

4. Dari hasil analisis overlay guna lahan diketahui masih ada kawasan permukiman yang belum terjangkau pelayanan angkutan umum. Hal ini disebabkan karena belum tersedianya jaringan trayek angkutan umum kota serta kondisi jalan yang tidak memungkinkan angkutan masuk pada kawasan tersebut, karena jalan yang sempit, berkontur, dan rusak. Sehingga masyarakat lebih menggunakan angkutan non legal untuk mencapai jalur trayek.

5. Kondisi eksisting rute trayek angkutan umum Kota Sungai Penuh cenderung berpola radial (menghubungkan zona pusat kota dengan zona pinggiran kota), hal ini mengharuskan pengguna angkutan kota yang berada pada zona luar kota yang ingin melakukan kegiatan pada zona luar kota lainnya melakukan transit pada zona pusat sehingga mengurangi kenyamanan pelayanan angkutan umum.

6. Berdasarkan konsekuensi dari dampak penetapan trayek perlu dilakukan aturan pengoperasian angkutan umum dalam penggunaan trayek antara angkutan umum kota Sungai Penuh dengan angkutan umum kabupaten Kerinci.

Gambar 4. Peta rencana penetapan jaringan trayek

Gambar 5. Peta rencana penetapan jaringan trayek

DAFTAR PUSTAKA

Afriandy,

Trinanda,

2010,

Identifikasi

Kawasan yang Belum Terlayani

Angkutan Umum di Kota Bukit

Tinggi,

Tugas

Akhir

Jurusan

Perencanaan Wilayah dan Kota,

Universitas Bung Hatta.

Arif, Firgani, (2009), Kajian Pelayanan Rute

Angkutan Umum di Kota Palembang,

Tesis

Program

Pascasarjana

Magister

Teknik

Pembangunan

Wilayah

Dan

Kota,

Universitas

Diponegoro Semarang.

BPS Kota Sungai Penuh, (2013), Sungai

Penuh Dalam Angka, Sungai Penuh.

(13)

Miro, fidel., (2006 ), Pengantar Sistem

Transportasi Kota. Penerbit Erlangga

Jakarta.

Miro,

Fidel,

(2005),

Perencanaan

Transportasi.

Jakarta

Penerbit

Erlangga.

Restuti, Novi, (2004), Evaluasi Pelayanan

Angkutan Umum Penumpang Kota

Padang,

Tugas

Akhir

Jurusan

Perencanaan Wilayah dan Kota,

Universitas Bung Hatta.

Rahmawat, Mardiana, (2009), Penentuan

Jumlah dan Lokasi Halte Rute I Bus

Rapd Transit (BRT) di Surakarta

dengan

Model

Set

Covering

Problem,Skripsi

Jurusan

Teknik

Industri Fakultas Teknik, Universitas

Sebelas Maret.

…………..,

(2007),

Undang-Undang

Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007

Tentang Tata Ruang.

………….., (2002), Keputusan Direktur

Jenderal Perhubungan Darat No :

SK.687/AJ.206/DRDJ/2002 Tentang

Pedoman Teknis Penyelenggaraan

Angkutan Penumpang Umum di

Wilayah

Perkotaan,Dirjen.

Perhubungan Darat, Jakarta.

………….., (1993), Peraturan Pemerintah

No.

41

Tahun

1993

Tentang

Angkutan Jalan, CV. Eka Jaya

Jakarta, Jakarta.

…………..,

(2006),

Peraturan

Pemerintah Republik

Indonesia

Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan.

………….., (2003), Keputusan Menteri

Perhubungan No. KM. 35 Tahun

2003

Tentang

Penyelenggaraan

Angkutan Orang Di Jalan dengan

Kendaraan

Umum

Dilengkapi

Beberapa

Peraturan

Dibidang

Angkutan

Jalan,

Dirjend.

Perhubungan Darat, Jakarta.

………….., (2005), Praturan Menteri

Perhubungan Nomor: KM. 49 Tahun

2005 tentang Sistem Transportasi

Nasional (Sistranas).

Gambar

Gambar 1. Peta guna lahan kota Sungai  Penuh
Tabel 4. MAT Perkiraan dan Tingkat Pertumbuhan Masing-masing Zona  Tujuan  Asal  SPN  PSB  HPR  TNK  KDB  Oi/Ti  Oi  (g)/Ti (g)  Ei  SPN  55,86744033  25,89119444  13,66901961  15,64581818  20,45866667  131,5321  142,4  1,082625135  PSB  61,29635241  13,91
Tabel 5. Hasil Analisa Daerah Pelayanan
Gambar 4. Peta rencana penetapan jaringan  trayek

Referensi

Dokumen terkait

Maka untuk itulah akan diteliti bagaimana kinerja pelayanan dan kebutuhan jumlah armada pada kebutuhan akan transportasi yang tinggi pada angkutan umum bus antar kota yang

Untuk mengatasi masalah tersebut peneliti melakukan studi mengenai tingkat pelayanan baik dari sisi demand maupun supply untuk mengetahui peran trayek angkutan

Pengembangan jaringan trayek angkutan laut dapat dilakukan melalui pendekatan fungsi mendorong ( promoting function ) dan pendekatan fungsi pelayanan ( servicing

Langkah-langkah untuk analisis data mengenai reaktivasi trayek angkutan kota yaitu merepresentasikan data trayek angkutan kota, menganalisa potensi demand

melayani trayek dalam Kabupaten/Kota yang menghubung-kan daerah tertinggal dan terpencil dengan wilayah yang telitl berkembang pada wilayah yang tersedia alur sungai

Trayek operasional angkutan umum di Tamiang Layang Kabupaten Barito Timur melayani enam trayek secara tetap setiap harinya, di dalam penelitian ini mengevaluasi

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan menyebutkan bahwa jaringan trayek dan kebutuhan kendaraan bermotor disusun dalam bentuk rencana umum jaringan trayek,

Angkutan Perdesaan Definisi angkutan perdesaaan dalam Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur yaitu angkutan