Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
ANALISA KINERJA PELAYANAN ANGKUTAN MOBIL PENUMPANG UMUM ANTAR KOTA
(STUDI KASUS : ANGKUTAN UMUM TRAYEK MEDAN - TARUTUNG)
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat Untuk Menempuh
Ujian Sarjana Teknik Sipil (Penelitian)
Disusun Oleh :
POLTAK SITUMEANG ( 0 2 0 4 0 4 1 1 3 )
BIDANG STUDI TRANSPORTASI
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
ABSTRAK
Kebutuhan akan sarana transportasi dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan akibat semakin banyaknya kegiatan – kegiatan yang membutuhkan jasa trnsportasi sehingga bertambah pula intensitas pergerakan lalu lintas antar kota. Contohnya saja perjalanan penduduk antar kota Medan – Tarutung yang jumlahnya terus mengalami peningkatan.
Seiring dengan meningkatnya mobilitas penduduk, maka dituntut tersedianya angkutan antar kota yang melayani trayek Medan – Tarutung dimana telah memenuhi syarat kelancaran, kenyamanan dan keamanan.
Maka untuk itulah akan diteliti bagaimana kinerja pelayanan dan kebutuhan jumlah armada pada kebutuhan akan transportasi yang tinggi pada angkutan umum bus antar kota yang melayani trayek Medan – Tarutung dengan jenis armada bus kecil yang dikelola oleh KPUM Medan Raya Tour (MRT).Angkutan umum sebagai bagian dari sistem transportasi masyarakat merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat. Keberadaan angkutan umum sangat dibutuhkan, tetapi bila tidak ditangani dengan baik dan benar akan merupakan masalah bagi kehidupan manusia.
Penelitian ini merupakan studi kasus dengan menggunakan metode survei dan wawancara kepada supir dan penumpang, dimana pengambilan sample dilakukan berdasarkan asumsi peneliti (dalam hal ini penulis). Data yang digunakan adalah data primer (langsung dari lapangan) dan data sekunder (dari instansi yang terkait).
Penelitian ini membahas mengenai kinerja angkutan umum yang melayani trayek Medan – Tarutung, sehingga diperoleh kinerja pelayanan yang memadai, baik bagi penyedia jasa maupun bagi pengguna jasa angkutan tersebut. Dalam penelitian ini yang dilakukan adalah identifikasi kinerja angkutan bus kecil ditinjau dari tingkat efektivitas dengan parameter aksesibilitas, kerapatan, kecepatan rata – rata, dan frekuensi headway. Sedangkan tingkat efisiensi pelayanan diidentifikasikan dengan parameter tingkat operasional, faktor muatan penumpang, dan utilitas. Dari identifikasi kinerja tersebut didapatkan gambaran mengenai pelayanan angkutan umum trayek Medan – Tarutung.
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan
berkat dan karuniaNya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas
Akhir ini dengan judul :
Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar
Kota di Propinsi Sumatera Utara
( Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan – Tarutung )
Sesuai dengan topiknya, penelitian ini merupakan studi kasus yang
mengevaluasi kinerja angkutan mobil penumpang umum antar kota di Propinsi
Sumatera Utara.
Dalam kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar – besarnya kepada :
1. Bapak Ir. Syahril Dulman, selaku dosen pembimbing, yang telah membimbing
dan mengarahkan Penulis hingga terselesaikannya Tugas Akhir ini.
2. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, selaku Ketua Departemen Teknik Sipil
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Ir. Teruna Jaya, M. Sc, selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil
Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak / Ibu Dosen Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera
Utara.
5. Seluruh Pegawai Administrasi Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
6. Rasa terimakasih yang setulus – tulusnya juga tidak lupa Penulis ucapkan kepada
kedua orang tua tercinta A. M. Situmeang (Ayah) dan J. Pakpahan (Ibu), serta
saudara/i Penulis yang tersayang atas kasih sayang, doa restu, dorongan dan
motivasinya yang tiada henti-hentinya selama proses penyelesaian Tugas Akhir
ini.
7. Orang yang sangat istimewa bagi Penulis, Risma Magdalena Saragih SE dan
Oktalina Verawati Purba SKM, yang selalu menjadi teman diskusi dan motivator,
dan atas kasih sayangnya hingga terselesaikannya Tugas Akhir ini.
8. Rekan – rekan mahasiswa Departemen Teknik Sipil terutama rekan – rekan Sipil
Angkatan 2002 yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya di sini,
khususnya Darmanto Silaban, Royas Hatopan, Sunaryo Panjaitan yang telah
begitu banyak memberikan bantuan dan motivasi dalam penyelesaian Tugas
Akhir ini.
Dengan kerendahan hati, Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih
banyak kekurangan di dalamnya, karena keterbatasan wawasan, pengalaman, dan
referensi yang dimiliki. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai
pihak.
Penulis berharap agar Tugas Akhir ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Medan, Desember 2008
Poltak Situmeang
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR NOTASI ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum ... 1
1.2. Latar Belakang ... 3
1.3. Maksud dan Tujuan... 4
1.4. Pembatasan Masalah ... 5
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 6
1.6. Metodologi ... 7
1.6.1. Pengumpulan Data ... 7
1.6.2. Analisis Data ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Transportasi ... 11
2.1.1. Klasifikasi Transportasi ... 11
2.1.2. Sistem Transportasi ... 13
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
2.2. Permintaan Jasa Angkutan ... 14
2.2.1. Sifat – Sifat Permintaan Jasa Angkutan ... 15
2.2.2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Jasa Angkutan ... 16
2.3. Permasalahan Angkutan Umum ... 16
2.4. Angkutan Umum 2.4.1. Pengertian Angkutan Umum ... 18
2.5. Tujuan Angkutan Umum ... 22
2.5.1. Peranan Angkutan Umum ... 23
2.6. Jenis Pelayanan Angkutan Umum Jalan Raya ... 25
2.7. Sifat Pelayanan Angkutan ... 31
2.8. Terminal ... 32
2.9. Modifikasi Operasi Angkutan Umum ... 33
2.10.Karakteristik Angkutan Penumpang ... 36
2.10.1. Aksesibilitas ... 36
2.10.2. Kerapatan ... 38
2.10.3. Kecepatan ... 39
2.10.4. Headway ... 42
2.10.5. Tingkat Operasi ... 44
2.10.6. Faktor Muatan Penumpang ... 44
2.10.7. Utilitas ... 47
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
BAB III DISKRIPSI WILAYAH DAN PENGAMBILAN DATA
3.1. Umum ... 49
3.2. Prosedur Kerja Penelitian ... 50
3.3. Tahapan Analisis ... 51
3.4. Survey Pendahuluan... 53
3.5. Pengumpulan Data ... 53
3.6. Data yang Dibutuhkan ... 54
3.7. Pelaksanaan Pengamatan... 55
3.8. Waktu Pengamatan ... 55
3.9. Penentuan Sampel ... 55
3.10.Parameter Efektifitas dan Efisiensi ... 57
BAB IV PENGOLAHAN DAN PENYAJIAN DATA 4.1. Kawasan Jalan Medan – Tarutung ... 58
4.1.1. Jalan Trayek Angkutan Umum ... 58
4.1.2. Penyediaan Jasa Angkutan Umum ... 59
4.1.3. Masalah Angkutan Umum ... 59
4.2. Pengambilan Data ... 60
4.3. Aksesibilitas ... 61
4.3.1. Jarak Tempat Tinggal ke Stasiun Bus MRT ... 61
4.3.2. Moda Angkutan ke Stasiun Bus MRT ... 62
4.3.3. Waktu Tempuh ke Stasiun Bus MRT ... 64
4.4. Kerapatan ... 65
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
4.6. Frekwensi Headway ... 69
4.7. Tingkat Operasional ... 72
4.8. Faktor Muatan Penumpang ... 73
4.9. Utilitas ... 74
BAB V ANALISIS 5.1. Aksesibilitas ... 76
5.2. Kerapatan ... 77
5.3. Kecepatan Rata – Rata ... 78
5.4. Headway ... 78
5.5. Tingkat Operasional ... 79
5.6. Faktor Muatan Penumpang ... 80
5.7. Utilitas ... 81
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 82
6.2. Saran... 85
DAFTAR PUSTAKA ... 86
LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Survey Lalu Lintas
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
Lampiran 3 Data Wawancara Supir
Lampiran 4 Data Waktu Menunggu Penumpang
Lampiran 5 Angket Aksesibilitas Angkutan Umum
Lampiran 6 Peta Jaringan Jalan di Sumatera Utara
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tabel Jumlah Kendaraan angkutan Penumpang Umum
di Kota – Kota Indonesia ... 19
Tabel 2.2. Tabel Prakiraan Kota Berpenduduk Lebih dari Satu Juta Jiwa .. ... ... 20
Tabel 2.3. Tabel Klasifikasi Trayek ... ... ... 29
Tabel 2.4. Tabel Penentuan Jenis Angkutan Berdasarkan Ukuran Kota dan Trayek ... ... ... 30
Tabel 2.5. Tabel Klasifikasi Tingkat Aksebilitas ... .... ... 37
Tabel 2.6. Tabel Kecepatan dalam Kota dan Antar Kota ... ... ... 42
Tabel 2.7. Tabel Headway Mobil, Bus, Kereta Api Cepat dan Kereta Api Komuter ... ... ... 43
Tabel 2.8. Tabel Karakteristik Kapal Udara, Bus dan Kereta api Trayek Antar Kota Tahun 1973 ... ... ... 45
Tabel 2.9. Tabel Karakteristik Mobil, Bus, Kerata Api Cepat dan Komuter Trayek dalam Kota... ... ... 45
Tabel 2.10. Tabel Kapasitas Penumpang ... .. ... 46
Tabel 2.11. Tabel Standard Pelayanan Angkutan Umum ... .. ... 48
Tabel 4.1. Tabel Jarak Tempat Tinggal ke Stasiun Bus MRT Tarutung ... .. ... 61
Tabel 4.2. Tabel Jarak Tempat Tinggal ke Stasiun Bus MRT Medan ... .. ... 62
Tabel 4.3. Tabel Moda Angkutan yang Digunakan ke stasiun Bus MRT Tarutung... ... 63
Tabel 4.4. Tabel Moda Angkutan yang Digunakan ke stasiun Bus MRT Medan... ... 63
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
Tabel 4.6. Tabel Waktu Tempuh ke Stasiun Bus MRT Medan ... ... ... 65
Tabel 4.7. Tabel Kerapatan Bus MRT dari Medan ke Tarutung ... ... ... 66
Tabel 4.8. Tabel Kerapatan Bus MRT dari Tarutung ke Medan ... .... ... 67
Tabel 4.9. Tabel Kecepatan Rata – Rata Angkutan Umum
Bus MRT dari Medan ke Tarutung ... ... ... 68
Tabel 4.10. Tabel Kecepatan Rata – Rata Angkutan Umum
Bus MRT dari Tarutung ke Medan ... .... ... 69
Tabel 4.11. Tabel Headway Waktu Rata – Rata Angkutan Umum
Bus MRT dari Medan.. ... ... ... 70
Tabel 4.12. Tabel Headway Waktu Rata – Rata Angkutan Umum
Bus MRT dari Tarutung... ... ... 70
Tabel 4.13. Tabel Headway Jarak Rata – Rata Angkutan Umum
Bus MRT dari Stasiun Medan ... ... ... 71
Tabel 4.14. Tabel Headway Jarak Rata – Rata Angkutan Umum
Bus MRT dari Stasiun Tarutung ... ... ... 72
Tabel 4.15. Tabel Tingkat Operasional Angkutan Umum
Bus MRT dari Medan ke Tarutung ... ... ... 72
Tabel 4.16. Tabel Tingkat Operasional Angkutan Umum
Bus MRT dari Tarutung ke Medan... ... ... ... 73
Tabel 4.17. Tabel Faktor Muat Penumpang Angkutan Umum
Bus MRT dari Medan – Tarutung ... ... ... 73
Tabel 4.18. Tabel Faktor Muat Penumpang Angkutan Umum
Bus MRT dari Tarutung – Medan ... ... ... 74
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR NOTASI
Notasi Keterangan
f Faktor muatan Penumpang
h Headway ( menit atau meter )
hd Headway jarak ( meter )
ht Headway waktu ( menit )
k Konsentrasi kendaraan ( kend/km )
L Panjang jalan ( km )
M Jumlah penumpang ( orang )
n Banyak sampel
q Volume lalu – lintas ( kend )
S Kapasitas tempat duduk ( orang )
SD Standard Deviasi
SE Standard Error ( tingkat kesalahan )
t Waktu pengamatan ( menit )
ti Waktu yang ditempuh kendaraan ( menit )
ti-1 Waktu keberangkatan sebelumnya ( menit )
tn Waktu menunggu total penumpang ( menit )
to Waktu tiba penumpang ( menit )
v Kecepatan rata – rata kendaraan ( km/jam )
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
1.1. UMUM
Transportasi adalah proses memindahkan suatu benda mencakup benda hidup
dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya. Kegiatan transportasi ini
membutuhkan tempat yang di sebut dengan prasarana transportasi. Ciri utama
transportasi adalah melayani pengguna, bukan berupa barang atau komoditas
(Tamin,1997). Sistem tranportasi diusahakan memberikan suatu tranportasi yang
aman, cepat, dan murah.
Pertumbuhan ekonomi menyebabkan mobilitas seseorang meningkat
sehingga kebutuhan pergerakannya pun meningkat melebihi kapasitas prasarana
transportasi yang ada. Pergerakan penduduk dalam memenuhi kebutuhannya terjadi
dari daerah bangkitan ke daerah tarikan seperti dari perumahan menuju ke sekolah,
pasar, puskesmas dan lain-lain. Pergerakan ini merupakan pergerakan yang umum
dari penduduk. Pada pagi sampai siang hari pendudk bergerak daerah perumahan
menuju ke daerah pusat kegiatan, dan sebaliknya penduduk bergerak dari pusat
kegiatan menuju ke daerah perumahan pada sore hari.
Masalah pada dasarnya terjadai karena adanya interaksi yang sangat erat
antara komponen-komponen sistem transportasi, dimana interaksi yang terjadi berada
pada kondisi diluar kontrol, sehingga terjadi ketidakseimbangan. Ketidakseimbangan
dimaksud dapat saja terjadi karena ketidaksesuaian antara transport demand
(permintaan akan transportasi) dan transport supply (ketersediaan untuk
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
yang pada dasarnya menyebabkan pergerakan manusia dan barang tidak efisien dan
efektif (Tamin,1997).
Kota Medan sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Utara merupakan pusat
pemerintahan dan perekonomian di Sumatera Utara. Sebagai Kota terbesar ketiga di
Indonesia sarana perkotaan yang dimiliki tentunya berbeda dengan kota – kota lain di
Sumatera, seperti saran pendidikan yang lengkap, sarana kesehatan yang lebih baik,
pusat – pusat perbelanjaan yang modern, pelabuhan laut internasional, bandar udara
internasional, dan lain – lain merupakan suatu daya tarik dari masyarakat di
Sumatera Utara pada umumnya dan Masyarakat Tapanuli Utara pada khususnya.
Apalagi Kota Tarutung sebagai ibukota Kabupaten Tapanuli Utara yang semakin
berkembang membutuhkan ketersediaan sarana prasarana yang menimbulkan
keinginan masyarakat kota Tarutung (Tapanuli Utara) melakukan pergerakan ke kota
Medan.
Pembangunan prasarana transportasi yaitu jaringan jalan yang
menghubungkan kota Tarutung dengan kota Medan telah direncanakan oleh
Pemerintah Daerah. Pergerakan penduduk dari kota Tarutung ke kota Medan
biasanya menggunakan kendaraan pribadi serta kendaraan umum seperti, bus besar,
bus sedang dan bus kecil. Angkutan umum yang tersedia biasanya dikelola oleh
Pemerintah dan pihak swasta karena keterbatasan dana Pemerintah.
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
1.2. LATAR BELAKANG
Dalam sejarah perkembengan manusia terhadap perkembangan kota dapat
kita lihat bahwa manusia selalu berhasrat untuk bepergian dari satu tempat ke tempat
lain guna mendapatkan keperluan yang dibutuhkan. Dalam hal ini manusia sangat
membutuhkan suatu sarana transportasi yang disebut moda atau angkutan.
Kebutuhan akan sarana transportasi dari waktu ke waktu terus mengalami
peningkatan akibat semakin banyaknya kegiatan – kegiatan yang membutuhkan jasa
trnsportasi sehingga bertambah pula intensitas pergerakan lalu lintas antar kota.
Contohnya saja perjalanan penduduk antar kota Medan – Tarutung yang jumlahnya
terus mengalami peningkatan.
Seiring dengan meningkatnya mobilitas penduduk, maka dituntut
tersedianya angkutan antar kota yang melayani trayek Medan – Tarutung dimana
telah memenuhi syarat kelancaran, kenyamanan dan keamanan.
Maka untuk itulah akan diteliti bagaimana kinerja pelayanan dan kebutuhan
jumlah armada pada kebutuhan akan transportasi yang tinggi pada angkutan umum
bus antar kota yang melayani trayek Medan – Tarutung dengan jenis armada bus
kecil yang dikelola oleh KPUM Medan Raya Tour (MRT).
Kinerja pelayanan angkutan umum dapat dilihat dari efektifitas dan
efisiensinya suatu pengoperasian angkutan umum. Penilaian kriteria efektif biasanya
diberikan kepada moda angkutan sedangkan kriteria efisien diberikan kepada aspek
penumpang. Segi efektifitas dapat dilihat dengan indikator aksesibilitas (kemudahan
pengguna untuk mencapai rute kendaraan), kerapatan (jumlah kendaraan atau
panjang rute), kecepatan perjalanan rata – rata dan headway frekuensi. Sedangkan
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
kendaraan-km),tingkat operasi, loadfactor (faktor muat penumpang) dan umur dari
kendaraan (H.M. Nasution, 2003).
1.3. MAKSUD DAN TUJUAN
Dengan melihat penuturan pada latar belakang diatas maka dapat dikatakan
penelitian ini bermaksud untuk melihat kinerja angkutan umum yang melayani
transportasi antar kota di propinsi Sumatera Utara dengan ketergantungan antar kota
yang cukup tinggi, yang menghubungkan kota Medan dan kota Tarutung.
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan :
Untuk mengetahui pelayanan angkutan umum bus MRT yang melayani Medan –
Tarutung dan sebaliknya, pada :
1. Tingkat efektivitas angkutan umum
Penilaian ini diberikan pada moda angkutan umum. Adapun yang termasuk
dalam penilaian tingkatefektifitas adalah aksesibilitas, kerapatan, kecepatan
rata-rata, dan frekuensi headway.
2. Tingkat Efisiensi angkutan umum
Penilaian kriteria efisiensi diberikan pada aspek penumpang, biaya dan kapasitas
operasional angkutan umum. Adapun yang termasuk dalam penilaian tingkat
efisiensi angkutan umum adalah tingkat operasional, faktor muatan penumpang
dan utilitas.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih kepada
pemerintah beserta instansi terkait guna meningkatkan kinerja angkutan umum yang
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
1.4. PEMBATASAN MASALAH
Dalam mengevaluasi angkutan bus antar kota ini, permasalahannya akan
dibatasi yaitu untuk kinerja pelayanan angkutan umum. Kinerja pelayanan yang akan
dievaluasi berdasarkan evisiensi dan efektifitas pelayanan angkutan tersebut.
Tingkat efisiensi yang akan dievaluasi meliputi :
• Jumlah kendaraan
• Faktor muatan penumpang
• Utilitas
Tingkat efektifitas yang akan dievaluasi meliputi :
• Aksesibilitas
• kerapatan
• Kecepatan rata – rata
• Frekuensi headway
Oleh karena itu, Penulis membatasi penelitian hanya pada angkutan umum
penumpang yang beroperasi di Kota Medan – Tarutung yaitu KPUM MEDAN
RAYA TOUR dengan klasifikasi bus kecil dengan kapasitas 14 penumpang.
1.5. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Penelitian kinerja angkutan umum yang melayani kota Medan – Tarutung
sangat luas dan kompleks dan agar masalah yang dianalisa pada tulisan ini lebih
terarah dan dapat mencapai sasaran yang diharapkan, maka penelitian ini membatasi
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
1. Angkutan umum yang disurvei adalah angkutan yang mempunyai trayek kota
Medan dan kota Tarutung atau sebaliknya, sedangkan angkutan yang sifatnya
melintas tidak dijadikan target penelitian.
2. Pengambilan data dilakukan pada hari kerja dan hari libur selama selang waktu
satu minggu. Pengambilan data dilakukan pada hari Senin dan Rabu yang
mewakili hari kerja dan hari Sabtu yang mewakili hari libur.
3. Pengambilan data hanya dilakukan dari stasiun Medan dan stasiun Tarutung
tanpa memerlukan survei pada jalur trayek.
4. Data yang digunakan adalah data primer yakni data yang diambil dari lapangan,
baik dengan cara pencatatan langsung maupun wawancara, dan data sekunder
yakni data yang diambil dari instansi/badan/organisasi yang terkait dengan
angkutan umum.
1.6. METODOLOGI
Penelitian ini merupakan studi kasus dengan menggunakan metode survey
dan wawancara kepada supir dan penumpang sebagai data primer. Adapun metode
suevey yang digunakan adalah survey statis yaitu survey yang dilakukan di luar
kendaraan dengan mengamati/ menghitung/ mencatat informasi dari setiap kendaraan
penumpang umum di suatu ruas jalan serta di terminal/ stasiun. Sedangkan untuk
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
1.6.1 Pengumpulan Data
Data akan dikumpulkan pada tempat dimana survey dilakukan. Data – data
tersebut terdiri dari :
1. Data Primer
Yaitu data yang didapat secara langsung dengan melakukan pengamatan dan
pencatatan di lapangan serta wawancara dengan pihak – pihak tertentu untuk
dapat mendukung keakuratan hasil analisis ini. Data yang diperoleh antara lain :
a. Waktu tempuh kendaraan umum, Waktu henti di terminal, waktu antara (
headway)
b. Jumlah kapasitas penumpang dan jumlah penumpang yang diangkut pada
waktu pengamatan.
c. Faktor muatan penumpang (load Factor)
d. Wawancara dengan para penumpang seperti jarak tempat tinggal ke
stasiun, ketersediaan moda ke stasiun, kondisi jaringan jalan,waktu
tempuh ke stasiun, dan wawancara dengan para supir seperti kapasitas
tempat duduk, jumlah trip, dan lain – lain.
2. Data Sekunder
Data ini didapat secara tidak langsung yaitu melalui dokumen. Misalnya data
yang didapatkan dari pihak Organda dan DLLAJ yang berkaitan dengan analisis
ini. Data yang diperoleh antara lain jumlah armada angkutan umum yang tersedia
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
1.6.2 Analisis Data
Selanjutnya data primer dan data sekunder yang telah diperoleh akan
dianalisis dengan menggunakan metode statistik yaitu menggunakan rumusan –
rumusan yangterdapat dalam literatur hingga didapat nilai – nilai atau parameter
seperti yang dimaksud yang disajikan dalam bentuk tabel. Nilai – nilai atau
parameter ini tercakup dalam satu kesimpulan dari penelitian ini dengan cara
membandingkan dengan standard yang ada.
Metedologi penelitian yang akan dilakukan dapat digambarkan sebagai
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
Tinjauan Pustaka
Pembatasan Masalah
Survey Pendahuluan
Pengumpulan Data
Pengumpulan Data Primer:
1. Jumlah penumpang naik/turun ; 2. Jumlah penumpang di atas
kendaraan;
3. Waktu perjalanan kendaraan; 4. Waktu henti kendaraan di terminal; 5. Waktu sirkulasi kendaraan; 6. Waktu antara ( headway );
7. Kecepatan perjalanan dan aksesibilitas.
Pengumpulan Data Sekunder:
1. Trayek Angkutan; 2. Rute Angkutan; 3. Jumlah Armada;
Rekapitulasi Data
Analisa Data
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
Skema evaluasi kinerja pelayanan angkutan dapat dilihat seperti gambar di
bawah ini:
Indikator Kinerja Pelayanan yang akan Dievaluasi
Indikator Kualitas Kinerja Pelayanan: 1) Waktu Antara (Headway); 2) Kecepatan Rata-rata;
3) Kecepatan perjalanan,Aksesibilitas; 4) Kerapatan.
Indikator Efisiensi Kinerja Pelayanan:
1) Tingkat Operasional
2) Faktor Muatan (Load factor); 3) Utilitas
Pengumpulan Data
Identifikasi dan Klasifikasi Data
Pengkajian Data
Analisis Tiap Parameter
Perbandingan Tiap Parameter dengan Standard yang Digunakan
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Transportasi
Pengertian transportasi berasal dari kata latin yaitu transportare, dimana
trans berarti seberang atau lain dan portare berarti mengangkut atau membawa
(sesuatu) ke sebelah lain atau dari suatu tempat ke tempat lainnya. Ini berarti
transportasi merupakan suatu jasa yang diberikan, guna menolong orang orang dan
barang untuk dibawa dari suatu tempat ke tempat lainnya. Dengan demikian
transportasi dapat diberi definisi sebagai usaha dan kegiatan mengangkut atau
membawa barang dan atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lainnya.
2. 1. 1. Klasifikasi Transportasi
Transportasi dapat diklasifikasikan menurut macam, moda dan jenisnya
yang dapat ditinjau dari segi barang yang diangkut, dari segi geografis transportasi
itu berlangsung, dari sudut teknis serta alat angkutnya.
1. Dari segi barang yang di angkut
Dari segi barang yang diangkut, tranportasi dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
a. Angkutan penumpang (passanger)
b. Angkutan barang (goods)
c. Angkutan pos (mail)
2. Dari sudut geografis
Ditinjau dari sudut geogrfis, transportasi dapat dibagi sebagai berikut:
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
b. Angkutan antar kontinental misalnya dari Perancis ke Swiss.
c. Angkutan antar pulau misalnya dari Sumatera ke Jawa.
d. Angkutan antar kota misalnya dari Jakarta ke Bandung.
e. Angkutan antar daerah misalnya dari Jawa Barat ke Jawa Timur.
f. Angkutan di dalam kota seperti oplet dan bus di kota-kota Medan,
Jakarta, Surabaya, dan seterusnya. Jenis angkutan ini disebut sebagai
intra-city transportation atau urban transportatation.
3. Dari sudut teknis dan alat pengangkutnya
Jika dilihat dari sudut teknis dan alat angkutannya, maka tranportasi dapat
pula dirinci menurut jenisnya sebagai berikut:
a. Angkutan jalan raya atau higway transportation atau road
transportation, seperti pengangkutan dengan menggunakan truk, bus
dan sedan.
b. Pengangkutan rel (rail transportation), yaitu angkutan kereta api,
trem listrik dan sabagainya. Pengangkutan jalan raya dan rel kadang
keduanya digabung dalam golongan yang disebut land transportation
(transportasi darat).
c. Pengangkutan melalui air di pedalaman (inland transportation),
seperti pengangkutan sungai, kanal, danau, dan sebagainya.
d. Pengangkutan pipa (pipe line transportation), seperti tranportasi
untuk mengangkut atau mengalirkan minyak tanah, bensin, dan air
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
e. Pengangkutan laut atau samudera (ocean transportation), yaitu
angkutan dengan menggunakan kapal laut yang mengarungi
samudera.
f. Pengangkutan udara (transportation by air atau air transportain), yaitu
pengangkutan dengan menggunakan kapal terbang.
2. 1. 2. Sistem Transportasi
Sistem transportasi terdiri atas angkutan muatan (barang) dan manajemen
yang mengelola angkutan tersebut (Salim, 1993: 8).
a. Angkutan Muatan
Sistem yang digunakan untuk mengangkut barang-barang dengan
menggunakan alat angkut tertentu dinamakan moda transportasi (mode of
transportation).
Dalam pemanfaatan transportasi terdiri atas 3 (tiga) moda yang dapat
digunakan, yaitu:
1. Pengangkutan melaui darat (kereta api, bus, truk, ferry, dan lain-lain);
2. Pengangkutan melaui air (kapal laut, perahu, dan lain-lain);
3. Pengangkutan melalui udara (kapal terbang).
b. Manajemen
Manajemen sistem transportasi terdiri dari 2 (dua) kategori, yaitu:
1. Manajemen Pemasaran dan Penjualan Jasa Angkutan;
Manajemen pemasaran bertanggungjawab terhadap pengoperasian dan
pengusahaan di bidang pengangkutan, dan sebagai bagian dari perusahaan
berusaha untuk mencari langganan sebanyak mungkin bagi kemajuan
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
2. Manajemen Lalu Lintas Angkutan.
Manajemen lalu lintas angkutan bertanggungjawab untuk mengatur
penyediaan jasa-jasa angkutan yang mengangkut muatan, alat angkut, dan
biaya-biaya untuk operasi kendaraan (Salim,1993: 8).
2. 1. 3. Pengertian Lalu Lintas dan Angkutan
Lalu lintas (traffic) adalah kegiatan lalu-lalang atau gerak kendaraan, orang,
atau hewan di jalanan (Warpani, 1990: 4). Masalah yang dihadapi dalam
perlalulintasan adalah keseimbangan antara kapasitas jaringan jalan dengan
banyaknya kendaraan dan orang yang berlalu lalang menggunakan jalan tersebut.
Jika kapasitas jaringan jalan sudah hampir jenuh, apalagi terlampaui, maka yang
terjadi adalah kemacetan lalu lintas.
Angkutan (transport) adalah kegiatan perpindahan orang dan barang dari
satu tempat (asal) ke tempat lain (tujuan) dengan menggunakan sarana (kendaraan)
(Warpani, 1990: 170).
2.2. Permintaan Jasa Angkutan
Kebutuhan akan pergerakan bersifat sebagai kebutuhan turunan (derived
demand), yang diartikan sebagai permintaan yang timbul karena adanya permintaan
akan barang atau jasa lain (Morlok, 1978: 452).
Pada dasarnya permintaan jasa transportasi diturunkan dari:
a. Kebutuhan seseorang untuk berjalan dari suatu lokasi ke lokasi lainnya untuk
melakukan suatu kegiatan (misalnya bekerja, berbelanja);
b. Permintaan akan angkutan barang tertentu agar tersedia di tempat yang
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
Permintaan akan jasa transport akan terjadi apabila antara dua atau lebih
tempat terdapat perbedaan kegunaan marjinal terhadap suatu barang, yang satu tinggi
yang lain rendah (M.N. Nasution, 2003: 48).
2. 2. 1. Sifat-sifat Permintaan Jasa Angkutan
Beberapa sifat khusus yang membedakan permintaan akan jasa angkutan
dengan permintaan terhadap barang lainnya, yaitu sebagai berikut:
a. Derived demand. Permintaan akan jasa angkutan merupakan suatu permintaan
yang bersifat turunan;
b. Permintaan akan jasa angkutan pada dasarnya adalah seketika atau tidak mudah
untuk digeser atau ditunda dan sangat dipengaruhi oleh fluktuasi waktu;
c. Permintaan akan jasa angkutan sangat dipengaruhi oleh elastisitas pendapatan;
d. Jasa transport adalah jasa campuran (product mixed).
Oleh karena itu, permintaan atau pemilihan pemakai jasa angkutan (users)
akan jenis jasa angkutan sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu sebagai
berikut:
a. Sifat-sifat dari muatan (physical characteristics);
b. Biaya transport;
c. Tarif transport;
d. Pendapatan pemakai jasa angkutan (users)
e. Kecepatan angkutan;
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
2. 2. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Jasa Angkutan
Pada dasarnya, permintaan akan jasa angkutan dipengaruhi oleh harga jasa
angkutan itu sendiri. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi jasa angkutan adalah
sebagai berikut:
a. Harga jasa angkutan. Harga jasa angkutan terhadap permintaan jasa angkutan
ditentukan pula oleh hal-hal berikut, yaitu: tujuan perjalanan, cara pembayaran,
pertimbangan tenggang waktu, dan tingkat absolute dari perubahan harga;
b. Tingkat pendapatan;
c. Citra atau image terhadap perusahaan atau moda transportasi tertentu (M.N.
Nasution, 2003: 54).
2. 3. Permasalahan Angkutan Umum
Permasalahan yang dihadapi di bidang angkutan umum sebagai bagian dari
sistem transportasi sangat beragam sifatnya dan terdapat pada setiap aspeknya, mulai
dari tahapan kebijaksanaan sampai dengan tahapan operasionalnya.
Beberapa contoh permasalahan yang dihadapi adalah antara lain
berhubungan dengan:
a. Stabilitas dan daya dukung jalur gerak yang berkaitan dengan kondisi geologi
dan geografis setempat;
b. Dampak yang timbul seperti polusi udara dan kebisingan;
c. Kapasitas atau daya angkut sarana dan prasarana dalam kaitannya dengan makin
besarnya kebutuhan yang ada berikut makin tingginya kecepatan yang yang
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
d. Upaya perbaikan sistem metode pengendalian untuk meningkatkan faktor
keamanan dan keselamatan;
e. Pendanaan yang terbatas dan harus bersaing dengan kepentingan yang lain,
contohnya: pengembangan jaringan jalan untk mengimbangi pertumbuhan
kendaraan;
f. Jumlah armada angkutan umum yang tidak sebanding dengan permintaan
masyarakat;
Selain masalah yang telah disebutkan diatas, ditambah lagi
masalah-masalah disebabkan oleh:
a. Pertumbuhan jumlah penduduk yang cukup pesat dan akibat terjadinya urbanisasi
terutama di kota-kota besar;
b. Penggunaan kendaraan pribadi yang kurang efisien;
c. Kuwalitas dan jumlah kendaraan angkutan umum yang belum memadai, seperti
jaringan jalan yang belum tertata dengan baik dan system pengendalian pelayan
yang belum berhasil ditata secara konsepsional pelayanan (lebih dari 50%
perjalanan masyarakat berpindah moda lebih dari satu kali).
Melihat alasan penyebab timbulnya masalah lau lintas dan angkutan umum,
hal-hal penting yang harus dipecahkan antara lain adalah:
a. Bagaimana membuat angkutan umum semakin menarik, agar dapat mengurangi
minat masyarakat menggunakan kendaraan pribadi;
b. Keterpaduan antara pengembangan suatu daerah dengan sistem transportasi yang
ada pada daerah tersebut;
c. Seberapa banyak subsidi pemerintah dalam mengembangkan sistem angkutan
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
d. Bagaimana mengembangkan peran serta swasta dalam penyajian jasa angkutan.
Selain hal-hal diatas, perlu pula ditingkatkan koordinasi dan keterpaduan
antar lembaga sehingga penyediaan jasa angkutan pada suatu daerah menjadi efektif
dan efisien. Peranan dari masing-masing lembaga perlu juga diselaraskan dengan
peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang lalu lintas dan angkutan
umum.
2. 4. Angkutan umum
2. 4. 1. Pengertian Angkutan Umum
Angkutan umum penumpang adalah angkutan penumpang yang dilakukan
dengan sistem sewa atau bayar (Ahmad Munawar,2001). Pengankutan umum
dibedakan dalam tiga kategori utama yaitu Angkutan Antar Kota, Angkutan
Perkotaan dan Angkutan Pedesaan.Angkutan Antar Kota dibagi dua yaitu Angkutan
Antar Kota Antar Provinsi (AKAP), yakni pelayanan jasa angkutan umum antar
kotayang melampaui batas administrasi provinsi, dan Angkutan Antar Kota Dalam
Provinsi (AKDP), yakni pelayanan jasa angkutan umum antar kota dalam satu
wilayah administrasi provinsi.
Angkutan umum massal kota di Indonesia pada umumnya dilayani dengan
bus sedang dan bus kecil, sedangkan bus besar hanya melayani angkutan kota di
beberapa kota besar; selebihnya, bus besar melayani angkutan antarkota antar
propinsi.
Dari 10 kota metropolitan hanya 7 kota yang menggunakan kendaraaan
kapasitas besar (bus besar dan bus sedang), sedangkan selebihnya didominasi oleh
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
Pada Tabel 2.1 disajikan perbandingan jumlah kendaraan umum secara umum yang
meliputi bus besar, bus sedang, bus kecil, yang melayani beberapa kota besar di
Indonesia.
Tabel 2.1. Jumlah Kendaraan Angkutan Penumpang Umum di Kota – Kota Indonesia
Sumber: Direktorat Jenderal Perhubungan Darat – Dephub
Diperkirakan pada tahun 2020 akan ada 15 kota di Indonesia yang
berpenduduk lebih dari 1.000.000 jiwa, seperti tertera pada tabel 2.2. Di samping itu,
terjadi perubahan tata nilai dan perilaku masyarakat sehingga meningkatkan
mobilitas, yang pada gilirannya menuntut pelayanan jasa angkutan dengan tingkat
keselamatan, keamanan, kecepatan, kelancaran, dan kenyamanan yang lebih tinggi,
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
Tabel 2.2. Prakiraan Kota Berpenduduk Lebih Dari Satu Juta Jiwa
K O T A
Sumber: Direktorat Jendral Perhubungan Darat - Dephub
Esensi dari prakiraan kota berpenduduk lebih dari satu jiwa ini kita dapat
memanajemen transportasi. Pertumbuhan penduduk di satu daerah/provinsi akan
membawa pengaruh terhadap jumlah jasa angkutan yang dibutuhkan
(perdagangan,pertanian,perindustrian). Transportasi sebagai sarana dan prasarana
penunjang untuk memenuhi kebutuhan jasa angkutan harus dibarengi dengan
program pembangunan guna memenuhi kebutuhan tersebut. Daerah perkotaan yang
berpenduduk satu juta jiwa atau lebih sudah selayaknya memiliki pelayanan
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
perlu melakukan efisiensi dalam memanfaatkan prasarana perkotaan yang
mengandalkan mobilitasnya pada keberadaan angkutan umum. Mereka adalah
penduduk yang tidak mempunyai pilihan lain kecuali menggunakan angkutan umum.
Pengoperasian sistem angkutan massal adalah salah satu upaya menampung
kepentingan mobilitas penduduk, terutama di daerah perkotaan atau kota yang
berpenduduk lebih dari satu juta jiwa.
Keberadaan angkutan umum, apalagi yang bersifat massal, berarti
pengurangan jumlah kendaraan yang lalu-lalang di jalan. Hal ini sangat penting
artinya berkaitan dengan pengendalian lalu lintas. Kebutuhan akan angkutan yang
meningkat tanpa dibarengi pembangunan prasarana yang terencana mengakibatkan
beban jalan arteri dan kolektor menjadi semakin tak tertampung.
Karena sifatnya yang massal, maka para penumpang harus memiliki
kesamaan dalam berbagai hal yakni asal, tujuan, lintasan, dan waktu. Berbagai
kesamaan ini pada gilirannya menimbulkan masalah keseimbangan antara
ketersediaan dan permintaan. Pelayanan angkutan umum akan berjalan dengan baik
apabila dapat tercipta keseimbangan antara ketersediaan dan permintaan. Suatu
upaya yang sulit (bahkan cenderung tidak mungkin) dipenuhi bila tolok ukurnya
adalah permintaan pada masa sibuk atau masa puncak.
Ketidakpastian itu disebabkan oleh pola pergerakan penduduk yang tidak merata
sepanjang waktu, misalnya pada saat jam-jam sibuk permintaan tinggi, dan pada saat
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
Dalam hal kaitan ini Pemerintah perlu campur tangan dengan tujuan antara
lain:
a. Menjamin sistem operasi yang aman bagi kepentingan masyarakat pengguna
jasa angkutan, petugas pengelola angkutan, dan pengusaha jasa angkutan;
b. Mengarahkan agar lingkungan tidak terlalu terganggu oleh kegiatan
angkutan;
c. Membantu perkembangan dan pembangunan nasional maupun daerah
dengan meningkatkan pelayanan jasa angkutan;
d. Menjamin pemerataan jasa angkutan sehingga tidak ada pihak yang
dirugikan;
e. Mengendalikan operasi pelayanan jasa angkutan .
2. 5. Tujuan Angkutan Umum
Tujuan pelayanan angkutan umum adalah memberikan pelayanan yang
aman, cepat, nyaman, dan murah pada masyarakat yang mobilitasnya semakin
meningkat, terutama bagi para pekerja dalam menjalankan kegiatannya.
Bagi angkutan perkotaan, keberadaan angkutan umum apalagi angkutan umum
massal sangat membantu manajemen lalu lintas dan angkutan jalan karena tingginya
tingkat efisiensi yang dimiliki sarana tersebut dalam penggunaan prasarana jalan.
Esensi dari operasi pelayanan angkutan umum adalah menyediakan layanan
angkutan pada saat dan tempat yang tepat untuk memenuhi permintaan masyarakat
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
Pada hakekatnya yakni operator harus memahami pola kebutuhan, dan
harus mampu mengerahkan penyediaan untuk memenuhi kebutuhan secara
ekonomis. Jadi, dalam hal ini dapat dikenali adanya unsur-unsur:
• sarana operasi atau moda angkutan dengan kapasitas tertentu, yaitu
banyaknya orang atau muatan yang dapat diangkut.
• biaya operasi, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menggerakkan operasi
pelayanan sesuai dengan sifat teknis moda yang bersangkutan.
• prasarana, yakni jalan dan terminal yang merupakan simpul jasa pelayanan
angkutan.
• staf atau sumber daya mausia yang mengoperasikan pelayanan angkutan.
2. 5. 1. Peranan Angkutan Umum
Dalam perencanaan wilayah ataupun perencanaan kota, masalah
transportasi kota tidak dapat diabaikan, karena memiliki peran yang penting, yaitu:
Melayani kepentingan mobilitas masyarakat
Peranan utama angkutan umum adalah melayani kepentingan
mobilitas masyarakat dalam melakukan kegiatannya, baik kegiatan
sehari-hari yang berjarak pendek atau menengah (angkutan perkotaan/pedesaan dan
angkutan antarkota dalam propinsi), maupun kegiatan sewktu-waktu antar
propinsi (angkutan antarkota dalam propinsi dan antarkota antar propinsi).
Aspek la in pe la ya na n a ngkut an u mu m ad a la h peranannya da la m
pengendalian lalu lintas penghematan energi, dan pengembangan wilayah.
Pengendalian lalu lintas
Dalam rangka pengendalian lalu lintas, peranan layanan angkutan
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
lintasan tetap dan mampu mengangkut banyak orang seketika, maka efisiensi
penggunaan jalan menjadi lebih tinggi karena pada saat yang sama luasan
jalan yang sama dimanfaatkan oleh lebih banyak orang.
Selain itu, jumlah kendaraan yang berlalu lalang di jalanan dapat
dikurangi, sehingga dengan demikian kelancaran arus lalu lintas dapat
ditingkatkan.
Penghematan energi
Pengelolaan angkutan umum ini pun berkaitan dengan penghematan
penggunaan bahan bakar minyak (BBM). Sudah diketahui bahwa cadangan
energi bahan bakar minyak dunia (BBM) terbatas, bahkan diperhitungkan
akan habis dalam waktu dekat dan sudah ada
upaya untuk menggunakan sumber energi non BBM. Untuk itu, layanan
angkutan umum perlu ditingkatkan, sehingga jika layanan angkutan umum
sudah sedemikian baik dan mampu menggantikan peranan kendaraan pribadi
bagi mobilitas masyarakat. Pengembangan wilayah
Berkaitan dengan pengembangan wilayah, angkutan umum juga
sangat berperan dalam menunjang interaksi sosial budaya masyarakat.
Pemanfaatan sumber daya alam maupun mobilisasi sumber daya manusia
serta pemerataan pembangunan daerah beserta hasil-hasilnya, didukung oleh
sistem perangkutan yang memadai dan sesuai dengan tuntutan kondisi
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
2. 6. Jenis Pelayanan Angkutan Umum Jalan Raya
Pengangkutan orang dengan kendaran umum jalan raya dilakukan dengan
menggunakan mobil bus atau mobil penumpang.
Pengangkutan orang dengan kendaraan umum dilayani dengan:
a. Trayek tetap dan teratur; adalah pelayanan angkutan yang dilakukan dalam
jaringan trayek secara teratur dengan jadwal tetap atau tidak terjadwal untuk
pelayanan angkutan orang dengan kendaraan umum dalam trayek tetap dan
tertentu, dilakukan dalam jaringan trayek.
b. Tidak dalam trayek; pengangkutan orang dengan angkutan umum tidak dalam
taryek terdiri dari:
1. Pengangkutan dengan menggunakan taksi.
2. Pengangkutan dengan cara sewa.
3. Pengangkutan untuk keperluan wisata.
Untuk pelayanan angkutan orang dengan kendaraan umum dalam trayek
tetap dan teratur, diatur dalam jaringan taryek. Jaringan trayek tersebut antara lain:
a. Trayek antar kota antar propinsi yaitu trayek yang melalui lebih dari satu
wilayah Propinsi Daerah Tingkat I, mempunyai ciri-ciri pelayanan sebagai
berikut:
1. Mempunyai jadwal tetap.
2. Pelayanan cepat.
3. Dilayani oleh mobil bus umum.
4. Tersedianya terminal penumpang tipe A, pada awal pemberangkatan.
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
b. Trayek antar kota dalam propinsi yaitu treayek yang melaui antar Daerah
Tingkat II dalam satu wilayah Propinsi Daerah Tingkat I, diselenggarakan
dengan memenuhi ciri-ciri pelayanan sebagai berikut:
1. Mempunyai jadwal tetap.
2. Pelayanan cepat dan/atau lambat.
3. Dilayani oleh mobil bus umum.
4. Tersedianya terminal sekurang-kurangnya tipe B, pada awal
pemberangkatan, persinggahan dan terminal tujuan
5. Prasarana jalan yang dilalui memenuhi ketentuan kelas jalan.
c. Trayek kota yaitu trayek yang seluruhnya berada dalam satu wilayah
kotamadya Daerah Tingkat II atau trayek dalam Daerah Tingkat II atau trayek
dalam Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Jaringan pelayanan umum di jalan perkotaan diklasifikasikan atas empat
macam trayek, yakni:
1. Trayek langsung
Trayek langsung diselenggarakan dengan ciri-ciri pelayanan sebagai
berikut:
a. Mempunyai jadwal tetap.
b. Melayani angkutan antar kawasan secara tetap yang bersifat
massal dan langsung.
c. Dilayani oleh bus umum.
d. Pelayanan cepat.
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
f. Melalui tempat-tempat yang ditetapkan hanya untuk
menaikkan dan menurnkan penumpang.
2. Trayek utama
Trayek utama diselenggarakan dengan ciri-ciri pelayanan sebagai
berikut:
a. Mempunyai jadwal tetap.
b. Melayani angkutan antar kawasan utama, antar kawasan
utama dan pendukung dengan ciri melakukan perjalanan
ulang-alik secara tetap dengan pengangkutan yang bersifat
massal.
c. Dilayani oleh mobil bus umum.
d. Pelayanan cepat dan/ atau lambat.
e. Jarak pendek.
f. Melalui tempat-tempat yang telah ditetapkan untuk
menaikkan dan menurunkan penumpang.
3. Trayek cabang
Trayek cabang diselenggarakan dengan ciri-ciri pelayanan sebagai
berikut:
a. Mempunyai jadwal tetap.
b. Melayani angkutan antar kawasan pendukung, antar
kawasan pendukung dan kawasan pemukiman.
c. Dilayani dengan mobil bus umum.
d. Pelayanan cepat dan/ atau lambat.
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
f. Melalui tempat-tempat yang telah ditetapkan untuk
menaikkan dan menurunkan penumpang.
4. Trayek ranting
Trayek ranting diselenggarakan dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Melayani angkutan dalam kawasan pemukiman.
b. Dilayani dengan mobil bus umum dan/ atau mobil
penumpang umum.
c. Pelayanan lambat.
d. Jarak pendek.
5. Melalui tempat-tempat yang telah ditetapkan untuk menaikkan dan
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
Hubungan antara trayek dan jenis pelayanan/jenis angkutan dapat dilihat
pada tabel 2.3. berikut:
Tabel 2.3. Klasifikasi Trayek Klasifikasi
Trayek
Jenis Pelayanan Jenis Angkutan Kapasitas Penumpang
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
Penentuan jenis angkutan berdasarkan ukuran kota dan trayek secara umum dapay
dilihat pada tabel 2.4. berikut ini:
Tabel 2.4. Penentuan jenis angkutan berdasarkan ukuran kota dan trayek Ukuran Kota
Sumber: Departemen Perhubungan RI, 2002.
d. Trayek pedesaan yaitu trayek yang seluruhnya berada dalam satu wilayah
Kabupaten Daerah Tingkat II, disekenggarakan dengan ciri-ciri pelayanan
sebagai berikut:
1. Mempunyai jadwal tetap dan/atau tidak berjadwal.
2. Pelayanan lambat.
3. Dilayanioleh mobil bus umum dan/atau mobil penumpang umum.
4. Tersedianya terminal penumpang sekurang-kurangnya tipe C, pada awal
pemberngkatan dan teminal tujuan.
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
e. Trayek lintas batas negara yaitu trayek yang melalui batas negara,
mempunyai ciri-ciri pelayanan sebagai berikut:
1. Mempunyai jadawal tetap.
2. Pelayanan cepat.
3. Dilayani oleh mobil umum.
4. Tersedianya terminal penumpang tipe A, pada awal pemberangkatan,
persinggahan dan terminal tujuan.
5. Prasarana jalan yang dilalui memenuhi ketentuan kelas jalan.
2. 7. Sifat Pelayanan angkutan
Sifat pelayanan angkutan dapat dikategorikan dalam 2 jenis:
1. Pelayanan non-ekonomi
Pelayanan non-ekonomi adalah pelayanan cepat terbatas (PATAS),
menyangkut penumpang sesuai dengan tempat duduk berhenti pada
tempat-tempat tertentu yang telah ditetapkan, dan dapat menggunakan fasilitas
pelayanan tambahan berupa pendingin udara (AC).
2. Pelayanan ekonomi
Pelayanan ekonomi adalah pelayanan lambat, mengangkut penumpang sesuai
dengan jumlah tempat duduk dan dapat ditambah dengan penumpang berdiri
sesuai dengan ketentuan tanpa fasilitas tambahan. Bagian yang penting bagi
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009 2. 8. Terminal
Untuk terlaksananya keterpaduan intra dan antar moda secara lancar dan
tertib maka perlu dibangun dan diselenggarakan terminal pada tempat-tempat yang
strategis. Adapun terminal transportasi merupakan:
- Titik simpul dalam jaringan jalan transportasi yang berfungsi sebagai
pelayanan umum.
- Tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan dan pengoperasian lalu lintas.
- Prasarana angkutan yang merupakan bagian dari sistem transportasi untuk
melancarkan arus penumpang dan barang.
- Unsur tata ruang yang mempunyai peranan penting bagi efisiensi kehidupan
kota.
Fungsi terminal transportasi jalan dapat ditinjau dari dua unsur:
1. Terminal penumpang
Adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan menaikkan dan
menurunkan penumpang, perpindahan moda transportasi serta pengaturan
kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum.
Terminal penumpang berdasarkan fungsi pelayanannya dibagai menjadi:
a. Terminal penumpang tipe A
Berfungsi melayani kendaran umum untuk angkutan antar kota antar
propinsi, atau angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota dalam
propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan.
b. Terminal penumpang Tipe B
Berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
c. Terminal penumpang tipe C
Berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan pedesaan.
2. Terminal Barang
Adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan membongkar dan
memuat barang serta perpindahan intra dan antar moda transportasi.
2. 9. Modifikasi Operasi Angkutan Umum
Modifikasi dari pengoperasian angkutan umum adalah salah satu strategi
manajemen lalu lintas yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan perangkutan di
perkotaan. Modifikasi operasi angkutan umum meliputi:
a. Perbaikan operasi
1. Modifikasi jalur bus kota: peninjauan kembali jalur-jalur bus kota
secara periodik, guna optimasi pembebanan.
2. Modifikasi jadwal bus kota: peninjauan jadwal perjalanan. Perlu
ditinjau kemungkinan penambahan/pengurangan frekuensi serta
ketepatan waktu perjalanan.
3. Efisiensi jumlah penumpang: ditinjau jumlah penumpang pada jam
sibuk maupun pada jam biasa. Ditinjau kemungkinan penambahan
kapasitas angkutan.
4. Efisiensi pembayaran karcis: perlu dicari cara pembayaran karcis
yang paling efisien. Misalnya dijual di kios-kios dekat halte bus, atau
pada saat akan masuk kendaraan. Dicari yang paling efisien, sehingga
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
b. Perpindahan moda
1. Letak halte: ditinjau apakah letak halte sudah cukup strategis untuk
berpindah dari satu jalur bus ke jalur bus yang lain, ataupun dari satu
jenis moda angkutan yang lain. Misalnya halte bus kota diletakan di
dekat stasiun K.A.
2. Fasilitas park and ride: memberi kesempatan kepada mereka yang
mempunyai kendaraan pribadi untuk menggunakan kendaraan
pribadinya sampai terminal atau stasiun K.A., kemudian kendaraan
pribadinya di parkir di tempat tersebut lalu pindah menggunakan bus
atau kereta api.
3. Integrasi antar moda: memungkinkan orang berpindah dari moda
angkutan yang satu ke moda angkutan yang lain.
4. Perbaikan kenyamanan di halte: halte-halte bus diberi tempat duduk
atau atap, sehingga orang yang menunggu bus dapat duduk dan
terlindung dari panas terik matahari.
c. Efisiensi manajemen
1. Perbaikan pemeliharaan kendaran: pemeliharaan kendaraan umum
dilaksanakan secara teratur, sehingga tidak pernah mogok.
2. Perbaikan keamanan: penjagaan di kendaraan umum, sehingga tidak
pernah terjadi pencopetan, penjambretan.
d. Jenis angkutan umum
Kualitas angkutan umum dibuat beberapa tingkatan, untuk menarik
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
angkutan umum yang digunakanan disesuaikan dengan tingkay pembebanan
(jumlah penumpang) pada jalur tersebut.
Dari segi kualitas, misalnya :
1. Bus umum: penumpang tidak dijamin mendapatkan tempat duduk.
2. Bus patas: semua penumpang mendapatkan tempat duduk.
3. Bus patas AC: semua penumpang mendapatkan tempat duduk dan nyaman.
4. Bus cepat: penumpang dapat sampai ke tujuan dengan cepat. Ini dapat
dilakukan dengan mengurangi tempat pemberhentian.
5. Bus eksekutif: semua penumpang mendapat tempat duduk yang nyaman
dengan waktu perjalanan yang cepat.
Dari segi kapasitas, misalnya:
1.Mikrolet: kapasitas sekitar 12 orang.
2.Bus sedang: kapasitas sekitar 40 orang.
3.Bus besar: kapasitas sekitar 60 orang.
4.Bus tingkat: kapasitas sekitar 100 orang.
5.Bus gandeng: kapasitas sekitar 150 orang.
2. 10. Karakteristik Angkutan Umum Penumpang
Karakteristik angkutan umum penumpang meliputi tingkat pelayanan dan
operasinya yaitu:
2. 10. 1. Aksesibilitas
Aksesibilitas adalah konsep yang menggabungkan sistem pengaturan tata
guna lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain dan ‘mudah’ atau
‘susah’nya lokasi tersebut dicapai melalui sitem jaringan transportasi (Tamin, 2000).
Pernyataan ‘mudah’ atau ‘susah’ merupakan hal yang sangat subjektif dan kualitatif.
Mudah bagi seseorang belum tentu mudah bagi orang lain, begitu juga dengan
pernyataan susah. Oleh karena itu, diperlukan kinerja kuantitatif (terukur) yang dapat
menyatakan aksesibilitas atau kemudahan. Ada yang menyatakan bahwa aksesibilitas
dapat dinyatakan dengan jarak. Jika suatu tempat berdekatan dengan tempat lainnya,
dikatakan aksesibilitas antara kedua tempat tersebut tinggi. Sebaliknya, jika kedua
tempat itu sangat berjauhan, aksesibilitas antara kedunya rendah. Jadi tata guna lahan
yang berbeda pasti mempunyai aksesibilitas yang berbeda pula karena aktivitas tata
guna lahan tersebut tersebar dalam ruang secara tidak merata (heterogen).
Akan tetapi penggunaan jarak sebagai ukuran aksesibilitas mulai diragukan
orang dan mulai dirasakan bahwa penggunaan waktu tempuh merupakan kinerja
yang lebih baik dibandingkan dengan jarak dalam menyatakan aksesibiliatas. Hal ini
disebabkan penyediaan sarana dan prasarana transportasi yang baik dapat
menyebabakan waktu tempuh yang singkat walaupun memiliki jarak yang jauh,
dibandingkan dengan dua tempat yang tidak memilik sarana dan prasarana
transportasi yang baik, meskipun jaraknya dekat akan tatapi waktu tempuhnya lebih
lama.
Beberapa jenis tata guna lahan mungkin tersebar secara meluas
(perumahan) dan jenis lainnya mungkin berkelompok (pusat pertokoan). Beberapa
jenis tata guna lahan mungkin ada di satu atau dua lokasi saja dalam suatu kota
seperti rumah sakit dan bandara. Dari sisi jaringan transportasi, kualitas pelayanan
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
mungkin lebih baik dibandingkan dengan daerah lainnya baik dari segi kuantitas
(kapasitas) maupun kualitas (frekuensi dan pelayanan).
Skema sederhana yang memperlihatkan kaitan antara berbagai hal yang
diterangkan mengenai aksesibilitas dapat dilihat pada tabel 2.5. Apabila tata guna
lahan saling berdekatan dan hubungan transportasi antar tata guna lahan tersebut
mempunyai kondisi baik, maka aksesibilitas tinggi. Sebaliknya, jika aktivitas
tersebut saling terpisah jauh dan transportasiny jelek, maka aksesibitas rendah.
Beberapa kombinasi di antaranya mempunyai aksesibilitas menengah.
Tabel 2.5. Klasifikasi Tingkat Aksesibilitas
Jarak Jauh Aksesibilitas rendah Aksesibilitas menengah
Dekat Aksesibilitas menengah Aksesibilitas tinggi
Kondisi
Prasarana Sangat jelek Sangat baik
Sumber: Tamin, 1997
2 10. 2. Kerapatan
Kerapatan atau konsentrasi kendaraan rata-rata merupakan suatu ukuran
yang menyatakan rata-rata jumlah kendaraaan perjalur gerak/ jalan dengan panjang
tertentu pada selang waktu pengamatan. Kerapatan ini merupakan fungsi dari jumlah
kendaraan, waktu yang diperlukan kendaraan untuk melewati jarak tertentu dan
periode waktu pengamatan.
Kerapatan secara umum dirumuskan sebagai berikut: (Morlok, 1985)
k = L n
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
dimana: k = konsentrasi kendaraan sepanjang L (kend/km)
n = jumlah kendaraan sepanjang jalan yang panjangnya L (kend)
L = panjang jalan (km)
Pada kenyataannya pengukuran kendaraan per panjang jalan dianggap
kurang signifikan karena akan berubah menurut waktu akibat adanya variasi jumlah
kendaraan. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik digunakan rumusan kerapatan
sebagai berikut: (Morlok, 1985)
∑
Dimana : k = konsentrasi kendaraan rata-rata dalam periode waktu T
T = waktu pengamatan
Mi = waktu yang dipergunakan kendaraan I di jalan (I=1,2,3…,n)
Si = jarak yang ditempuh kendaraan I di jalan (I=1,2,3…,n)
N = jumlah kendaraan yang ada di jalan dalam periode T
2.10. 3. Kecepatan
Kecepatan adalah laju perjalanan yang biasanya dinyatakan dalam
kilometer per jam (km/jam) dan umumnya dibagi menjadi tiga jenis (Hobbs, 1995) :
• Kecepatan setempat (spot speed)
• Kecepatan bergerak (running speed)
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
Kecepatan setempat (spot speed) adalah kecepatan kendaraan pada suatu
saat diukur dari suatu tempat ditentukan. Kecepatan bergerak (running speed) adalah
kecepatan kendaraan rata-rata pada saat kendaraan bergerak dan dapat didapat
dengan membagi panjang jalur dibagi dengan lama waktu kendaraaan bergerak
menempuh jalur tersebut. Kecepatan perjalanan (journey speed) adalah kecepatan
efektif kendaraan yang sedang dalam perjalanan antara dua tempat, dan merupakan
jarak antara dua tempat dibagi dengan lama waktu bagi kendaraan untuk
menyelesaikan perjalanan antara dua tempat tersebut, dengan lama waktu ini
mencakup setiap waktu berhenti yang ditimbulkan oleh hambatan (penundaaan) lalu
lintas. (Hobbs, 1995)
Dengan demikian kecepatan perjalanan dan kecepatan gerak dapat
didefinisikan sebagai berikut: (Warpani, 1985)
Kecepatan perjalanan =
tempuh
Kecepatan yang diukur dalam penelitian ini yaitu kecepatan perjalanan
(journey speed).
Waktu perjalanan adalah waktu yang dibutuhkan oleh kendaraan untuk
melewati seksi jalan yang disurvey termasuk waktu berhenti karena
hambatan-hambatan. Ada dua cara yang berbeda untuk melaksanakan survey waktu perjalanan,
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
di dalam arus lalu lintas), dan pengamat statis (pengamat berada di titik-titik tertentu
di sepanjang potongan jalan yang disurvey.
Kecepatan perjalanan rata-rata umumnya dirumuskan sbagai berikut:
(Morlok, 1985)
Dimana : u = kecepatan rata-rata (km/jam)
Si = jarak jarak yang ditempuh kendaraan I di jalan (I= 1,2,3,…,n)
mi= waktu yang dipergunakan kendaraan I di jalan (I=1,2,3,…,n)
Akibat adanya waktu menaikkan/menurunkan penumpang dan mengisi
bahan bakar maka kecepatan rata-rata sepanjang trayek yang sama dirumuskan
sebagai berikut : (Morlok, 1985)
∑
=Dimana : v = kecepatan rata-rata (km/jam)
S = jarak trayek yang ditempuh kendaraan (km)
Poltak Situmeang : Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung), 2008.
USU Repository © 2009
Penelitian di AmerikaSerikat memberikan kecepapatan rata-rata dalam kota
dan antar kota dalam kondisi waktu puncak. Moda angkutan yang diteliti adlah
mobil, bus, kereta api yang dapat dibagi 2 yakni cepat dan komuter. Kereta api
komuter adalah kereta api yang melayani perjalanan dalam kota sedangkan kereta api
cepat melayani perjalanan dalam kota dan antar kota. Data untuk mobil tidak dapat
dipakai (na) karena kecepatan rata-rata mobil pribadi tidak diperoleh secara
keseluruhan. Diperoleh secara umum kecepatan angkutan umum dalam kota lebih
lambat dari pada antar kota seperti terlihat pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6. Kecepatan Rata-rata Dalam Kota dan Antar Kota
Kecepatan Rata-Rata
(mil/jam) Mobil Bus
Kereta Api
Cepat Komuter
Dalam kota pada jam
puncak na 12 20 33
Antar kota pada jam
puncak na 45 50,8 na
Sumber: Morlok, 1985.
2.10. 4. Headway
Headway didefinisikan sebagai ukuran yang menyatakan jarak atau waktu
ketika bagian depan kendaraan yang berurutan melewati suatu titik pengamatan pada
ruas jalan. Headway rata-rata berdasarkan jarak merupakan pengukuran yang