• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi - Analisis Operasional Angkutan Umum Kota Medan Jenis Mobil Penumpang Umum (Studi Kasus: KPUM 04 Amplas – UMA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi - Analisis Operasional Angkutan Umum Kota Medan Jenis Mobil Penumpang Umum (Studi Kasus: KPUM 04 Amplas – UMA)"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Transportasi

Transportasi didefenisikan sebagai proses pergerakan atau perpindahan orang dan barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan mempergunakan satu sistem tertentu dengan maksud dan tujuan tertentu. Alat yang digunakan dapat berbeda misalnya jalan kaki, angkutan darat, sungai, laut, udara.

Menurut Morlok (1988), teknologi transportasi yang digunakan harus dapat melakukan hal-hal seperti membuat suatu objek menjadi lebih mudah diangkut, dan dapat diangkut tanpa menimbulkan kerusakan, menyediakan kontrol dari gerakan dengan pemakaian gaya secukupnya untuk dapat mempercepat atau memperlambat objek tersebut, mengatasi hambatan-hambatan yang biasa terjadi dan mengarahkan objek tersebut tanpa kerusakan, melindungi objek dari kerusakan atau kehancuran yang terjadi akibat efek samping dari pergerakan tadi.

2.1.1 Sistem Transportasi

(2)

Selamat, dalam arti terhindarnya pengoperasian transportasi dari

kecelakaan akibat faktor internal transportasi. Keadaan tersebut dapat

diukur antara lain berdasarkan perbandingan antara jumlah kejadian

kecelakaan terhadap jumlah pergerakan kendaraan dan jumlah penumpang

dan atau barang.

Aksesibilitas tinggi, dalam arti bahwa jaringan pelayanan transportasi

dapat menjangkau seluas mungkin wilayah nasional dalam rangka

perwujudan wawasan nusantara dan ketahanan nasional. Keadaan tersebut

dapat diukur antara lain dengan perbandingan antara panjang dan kapasitas

jaringan transportasi dengan luas wilayah yang dilayani.

Terpadu, dalam arti terwujudnya keterpaduan intramoda dan antarmoda

dalam jaringan prasarana dan pelayanan yang meliputi pembangunan,

pembinaan dan penyelenggaraannya sehingga lebih efektif dan efisien.

Kapasitas mencukupi, dalam arti bahwa kapasitas sarana dan prasarana

transportasi cukup tersedia untuk memenuhi permintaan pengguna jasa.

Kinerja kapasitas tersebut dapat diukur berdasarkan indikator sesuai

dengan karakteristik masing-masing moda, antara lain perbandingan

jumlah sarana transportasi dengan jumlah penduduk pengguna

transportasi, antara sarana dan prasarana, antara penumpang-kilometer

atau ton-kilometer dengan kapasitas yang tersedia.

Teratur, dalam arti pelayanan transportasi yang mempunyai jadwal waktu

(3)

dengan jumlah sarana transportasi berjadwal terhadap seluruh sarana

transportasi yang beroperasi.

Lancar dan cepat, dalam arti terwujudnya waktu tempuh yang singkat

dengan tingkat keselamatan yang tinggi. Keadaan tersebut dapat diukur

berdasarkan indikator antara lain kecepatan kendaraan per satuan waktu.

Mudah dicapai, dalam arti bahwa pelayanan menuju kendaraan dan dari

kendaraan ke tempat tujuan mudah dicapai oleh pengguna jasa melalui

informasi yang jelas, kemudahan mendapatkan tiket dan kemudahan alih

kendaraan. Keadaan tersebut dapat diukur antara lain melalui indikator

waktu dan biaya yang dipergunakan dari tempat asal perjalanan ke sarana

transportasi atau sebaliknya.

Tepat waktu, dalam arti bahwa pelayanan transportasi dilakukan dengan

jadwal yang tepat, baik saat keberangkatan maupun kedatangan, sehingga

masyarakat dapat merencanakan perjalanan dengan pasti. Keadaan

tersebut dapat diukur antara lain dengan jumlah pemberangkatan dan

kedatangan yang tepat waktu terhadap jumlah sarana transportasi

berangkat dan datang.

Nyaman, dalam arti terwujudnya ketenangan dan kenikmatan bagi

penumpang selama berada dalam sarana transportasi. Keadaan tersebut

dapat diukur dari ketersediaan dan kualitas fasilitas terhadap standarnya.

Tarif terjangkau, dalam arti terwujudnya penyediaan jasa transportasi

yang sesuai dengan daya beli masyarakat menurut kelasnya, dengan tetap

(4)

Keadaan tersebut dapat diukur berdasarkan indikator perbandingan antara

pengeluaran rata-rata masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan transportasi

terhadap pendapatan.

Tertib, dalam arti pengoperasian sarana transportasi sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan norma atau nilai-nilai

yang berlaku di masyarakat. Keadaan tersebut dapat diukur berdasarkan

indikator antara lain perbandingan jumlah pelanggaran dengan jumlah

perjalanan.

Aman, dalam arti terhindarnya pengoperasian transportasi dari akibat

faktor eksternal transportasi baik berupa gangguan alam, gangguan

manusia, maupun gangguan lainnya. Keadaan tersebut dapat diukur antara

lain berdasarkan perbandingan antara jumlah terjadinya gangguan dengan

jumlah perjalanan.

Polusi rendah, dalam arti polusi yang ditimbulkan sarana transportasi

baik polusi gas buang, air, suara, maupun polusi getaran serendah

mungkin. Keadaan ini dapat diukur antara lain dengan perbandingan

antara tingkat polusi yang terjadi terhadap ambang batas polusi yang telah

ditetapkan.

Efisien, dalam arti mampu memberikan manfaat yang maksimal dengan

pengorbanan tertentu yang harus ditanggung oleh pemerintah, operator,

masyarakat dan lingkungan, atau memberikan manfaat tertentu dengan

pengorbanan minimum. Keadaan ini dapat diukur antara lain berdasarkan

(5)

Sedangkan utilisasi merupakan tingkat penggunaan kapasitas sistem

transportasi yang dapat dinyatakan dengan indikator seperti faktor muat

penumpang, faktor muat barang dan tingkat penggunaan sarana dan

prasarana.

Pengembangan Sistranas dilakukan secara berkesinambungan, konsisten dan terpadu baik intra maupun antar moda, dengan sektor pembangunan lainnya serta memperhatikan eksistensi Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota, sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan jaman, ilmu pengetahuan dan teknologi.

2.2 Angkutan Umum Penumpang

2.2.1 Pengertian Angkutan Umum

Menurut Warpani (1990), angkutan umum adalah angkutan penumpang dengan menggunakan kendaraan umum dan dilaksanakan dengan system sewa atau bayar. Dalam hal angkutan umum, biaya angkutan menjadi beban angkutan bersama, sehingga system angkutan umum menjadi efisien karena biaya angkutan menjadi sangat murah. Selain itu, penggunaan jalan pun relative efisiensi dalam m2/penumpangnya. Angkutan umum penumpang meliputi bus kota, minibus, kereta api, angkutan air dan angkutan udara.

(6)

permintaan. Pelanyanan angkutan umum akan berjalan dengan baik apabila dapat tercipta keseimbangan antara ketersediaan dan permintaan.

2.2.2 Tujuan Angkutan Umum

Tujuan utama angkutan penumpang umum adalah menyediakan pelanyanan angkutan yang baik, dan layak bagi masyarakat. Ukuran pelanyanan yang baik adalah pelanyanan yang lancar, aman, cepat, murah, dan nyaman. Selain itu keberadaan angkutan penumpang juga membuka lapangan kerja. Tingkat pelayanan angkutan umum biasanya dinyatakan dalam beberapa parameter antara lain frekuensi, waktu perjalanan dan selang waktu antara kendaraan dan Load Factor. Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat pelayanan angkutan umum meliputi :

a. Waktu perjalanan, merupakan faktor penting dalam menentukan tingkat pelayanan.

b. Ketergantungan, merupakan kemampuan angkutan melayani penumpang setiap saat untuk semua tujuan perjalanannya.

c. Kenyamanan, menyangkut kenyamanan penumpang di dalam dan di luar angkutan.

d. Keamanan.

e. Biaya, yaitu total biaya yang dikeluarkan penumpang untuk sampai ke tujuan perjalan.

(7)

2.2.3 Karakteristik Penggunaan Angkutan Umum

Dilihat dari pemenuhan dari Mobilitasnya, masyarakat perkotaan dibagi dalam 2 segmen, yaitu kelompok pemilih (choice) diartikan sebagai orang-orang yang mempunyai pilihan dalam memenuhi kebutuhan mobilitasnya. Mereka terdiri dari orang yang dapat menggunakan kendaraan pribadi karena dari segi financial, legal, dan fisik hal itu dimungkinkan.

Yang kedua kelompok ketergantungan (captive) artinya kelompok ini tergantung pada angkutan umum untuk memenuhi kebutuhan mobilitasnya. Mereka terdiri dari orang-orang yang tidak dapat menggunakan kendaraan pribadi karena tidak memenuhi syarat finalsial, legal, dan fisik. Bagi kelompok ini tidak ada pilihan lain untuk memenuhi kebutuhaan mobilitasnya, kecuali menggunakan angkutan umum.

Bagi kota-kota di Negara berkembang , kelompok ketergantungan relative sangat banyak jumlah perentasenya. Ini disebabkan kondisi perekonomian dari masyarakat yang relative masih belum mapan atau dikatakan perekonomian masyarakatnya masih mengarah menengah kebawah, sehingga tingkat kepemilikan kendaraan masih rendah.

(8)

umum adalah sebesar x, maka secara matimatis jumlah pengguna angkutan umum ditulis:

Pengguna angkutan umum = kelompok ketergantungan + x % kelompok pemilih

Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa penggunaan angkutan umum akan selalu ada. Dengan demikian dapat dikatakan, jumlah pengguna angkuatan umum pada suatu kota pada dasarnya dipengaruhi oleh kondisi perekonomian dari kota tersebut, dan kondisi pelanyanan angkutan umum.

2.3 Penentuan Wilayah Pelayanan Angkutan Umum Penumpang

Menurut Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Umum di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur, penentuan batas wilayah angkutan penumpang umum diperlukan untuk :

a. Merencanakan sistem pelayanan angkutan umum penumpang. b. Menetapkan kewenangan penyediaan, pengelolaan dan pengaturan

pelayanan angkutan umum penumpang.

2.3.1 Trayek Angkutan Umum Penumpang

(9)

tujuan dari titik asal. Jadi dalam suatu trayek mencakup beberapa rute yang dilalui (La Gusti Negeri, 2009).

Dalam penyusunan jaringan trayek, telah ditetapkan hierarki trayek yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah No. 41 Th. 1993 yaitu :

a. Trayek utama yang diselenggarakan dengan ciri – ciri pelayanan : 1. Mempunyai jadwal tetap

2. Melayani angkutan antara kawasan utama, antara kawasan utama dan kawasan pendukung dengan ciri melakukan perjalanan ulang – alik secara tetap dengan pengangkutan yang bersifat massal.

3. Dilayani oleh mobil bus umum 4. Pelayanan cepat dan atau lambat 5. Jarak pendek

6. Melalui tempat – tempat yang ditetapkan hanya untuk menaikkan dan menurunkan penumpang

b. Trayek cabang yang diselenggarakan dengan ciri – ciri pelayanan : 1. Mempunyai jadwal tetap

2. Melayani angkutan antar kawasan pendukung, antara kawasan pendukung dan pemukiman

3. Dilayani dengan mobil bus umum 4. Pelayanan cepat dan atau lambat 5. Jarak pendek

(10)

c. Trayek ranting yang diselenggarakan dengan ciri – ciri pelayanan : 1. Melayani angkutan dalam kawasan pemukiman

2. Dilayani dengan mobil bus umum dan atau mobil penumpang umum 3. Pelayanan lambat

4. Jarak pendek

5. Melalui tempat tempat yang telah ditetapkan untuk menaikkan dan menurunkan penumpang.

d.Trayek langsung yang diselenggarakan dengan ciri – ciri pelayanan : mempunyai jadwal tetap

1. Melayani angkutan antar kawasan secara tetap yang bersifat missal dan langsung

2. Dilayani oleh mobil bus umum 3. Pelayanan cepat

4. Jarak pendek

5. Melalui tempat tempat yang ditetapkan hanya untuk menaikkan dan menurunkan penumpang

Keterangan :

 Yang dimaksud dengan mempunyai jadwal tetap adalah pengaturan jam

(11)

 Kawasan utama yaitu kawasan yang merupakan pembangkit perjalanan

yang tinggi seperti kawasan perdagangan utama, perkantoran di dalam kota yang membutuhkan pelayanan yang cukup tinggi.

 Kawasan pemukiman adalah suatu kawasan perumahan tempat penduduk

bermukim yang memerlukan jasa angkutan.

 Trayek langsung yaitu trayek yang menghubungkan langsung antara dua

kawasan yang permintaan angkutan keduanya tinggi, dengan syarat bahwa kondisi prasarana jalan yang memungkinkan untuk dilaksanakan trayek tersebut. (Direktorat Bina Marga Sistem Lalu Lintas dan Angkutan Kota)

Tabel 2.1. klasifikasi Trayek dan Jenis Pelayanan Klasifikasi

Trayek

Jenis Pelayanan

Jenis Angkutan Kapasitas Penumpang

Per Hari/Kendr Utama  Cepat

 Lambat

 Bus besar

(Lantai ganda)  Bus besar

(Lantai tunggal)

1.500-1.800

(12)

 Bus sedang 500-600

Cabang  Cepat  Lambat

 Bus besar  Bus sedang  Bus kecil

1.000-1.200 500-600 300-400

Ranting  Lambat  Bus besar  Bus sedang  MPU

500-600 300-400 250-300

Langsung  Cepat  Bus besar  Bus sedang  Bus kecil

1.000-1.200 500-600 300-400

Sumber: Direktoral Jenderal Perhubungan Darat RI

2.4 Karakteristik Operasional Angkutan Umum

2.4.1 Faktor Muatan (load Factor)

Untuk mengetahui kemampuan operasional kendaraan pada suatu rute dikaitkan dengan keseimbangan supply-demand dinyatakan sebagai faktor muatan (Load Factor)

(13)

melebihi kebutuhan suatu lintasan angkutan umum, dan dapat menjadi indikator untuk mewakili efisiensi suatu rute.

Pasal 28 ayat (2) peraturan pemerintah nomor 41 tahun 1993, menyatakan pengaturan tentang penambahan kendaraan untuk trayek yang sudah terbuka dengan menggunakan faktor muat diatas 70%. jika nilai faktor muat lebih dari 110% maka penumpang akan merasakan kurang nyaman dalam menggunakan angkutan umum tersebut, sedangkan jika nilai faktor muat kurang dari 70% menggambarkan bahwa angkutan umum tersebut kurang optimal dalam melayani pergerakan penumpang kecuali untuk trayek perintis dan untuk trakyek regular dalam kota. faktor muatan yang dimaksud adalah dengan menggunakan pendekatan dinamis, yaitu dengan menghitung load factor pada ruas jalan tertentu saja agar tidak terjadi kelebihan penawaran. Nilai load factor dapat dihitung dengan rumus:

Lf = 𝑝𝑠𝑔

𝑐 x 100%...( 2.1)

Dimana :

Lf = Load Factor (%)

Psg = total jumlah penumpang pada setiap trakyek/zona C = kapasitas kendaraan (penumpang)

2.4.2 Kapasitas dan Ukuran Kendaraan

(14)

diukur dari tempat duduk dan perkiraan tempat berdiri yang masih memungkinkan.

Tabel 2.2. Kapasitas Kendaraan

Jenis Angkutan Kapasitas Kendraan Duduk Berdiri Total

Jumlah Penumpang Minimum (P min) PerHari/Kendaraan

Mobil penumpang umumn 8 - 8 250

Bus kecil 14- 14 400 Bus sedang 20 10 30 150 Bus besar lantai tunggal 49 30 79 1000

Bus besar lantai ganda 85 35 120 1500 Sumber: Direktoral Jenderal Perhubungan Darat RI

Catatan:

 Angka – angka kapasitas kendaraan bervariasi, tergantung pada susunan

tempat duduk dalam kendaraan.

 Ruang untuk berdiri per penumpang dengan luas 0,17 M2/Penumpang.

2.4.3 Waktu Antara (Headway)

(15)

berimplikasi pada kemungkinan tingkat pengisian tingkat muatan. Waktu antara yang terlalu rendah dapat membuata kapasitas akan melebihi permintaan. Sedangkan waktu antara yang tinggi akan membuat waktu tunggu yang terlalu lama bagi para pengguna.

Catatan:

 H ideal = 5-10 menit  H puncak = 2-5 menit

2.4.4 Frekuensi

Frekuensi adalah kepadatan penumpang dalam suatu perjalanan kendaraan yang dapat diidentifikasikan sebagai frekuensi tinggi atau rendah, frekuensi tinggi berarti banyak perjalanan dalam priode waktu tertentu, sedangkan frekuensi rendah berarti sedikit perjalanan selama periode waktu tertentu. Frekuensi dapat diartikan pula sebagai bagian yang penting bagi penumpang dan mempengaruhi moda mana yang ditetapkan untuk dipakai. Bila nilai Headway tinggi maka

frekuensi rendah dan sebaliknya jika headway rendah maka frekuensi tinggi. Hubungan antara headway dan frekuensi adalah:

H = 1

𝑓……….…..(2.2)

Sedangkan

f = 𝑝

𝑐.𝐿𝑓(𝑑)...(2.3)

dimana :

(16)

C = kapasitas kendaraan (penumpang)

P = jumlah penumpang per jam pada seksi terpadat

Lf(d) = load factor design, diambil 70% (pada kondisi dinamis) Waktu antara kendaraan ditetapkan berdasrkan rumus:

H = 60.𝑐.𝐿𝑓

𝑝 ………..(2.4)

Catatan:

 H ideal = 5-10 menit  H puncak = 2-5 menit

2.4.5 Waktu Tunggu

Perhitungan waktu tunggu angkutan umum dapat diukur dari setengah headway. Perhitungan tersebut dengan asumsi bahwa tingkat kedatangan penumpang random dan headway angkutan umum memiliki distribusi normal. Persyaratan yang ditentukan berdasarkan SK Dirjen Hudbat No.

687/AJ.206/DRDJ/2002 dimana standart untuk waktu tunggu rata-rata 5-10 menit, waktu tunggu maksimum 20 menit

Persamaan waktu tunggu rata-rata angkutan umum sesuai dengan persamaan sebagai berikut:

AWT = 𝐻

2

Dimana :

AWT = rata-rata waktu menunggu (menit) H = headway rata-rata (menit)

(17)

Waktu tempuh adalah waktu yang dibutuhkan oleh kendaraan untuk melewati ruas jalan yang diamati, termasuk waktu berhenti untuk menaikkan/menurunkan penumpang dan perlambatan karena hambatan. Keinginan penumpang dari waktu tempuh adalah mendapatkan total waktu tempuh yang sesingkat mungkin. Artinya pihak pengguna menginginkan pelayanan yang cepat dengan frekuensi yang tinggi.

Total waktu tempuh ditentukan oleh dua hal yaitu mobilitas dan aksebilitas. Mobilitas diartikan sebagai kemudahan angkutan umum untuk bergerak, yang dipengaruhi oleh kecepatan pada jaringan jalan, kecepatan pada setiap titik yang dilewati, dan tundaan disetiap persimpangan dan pusat keramaian. Sedangkan

aksebilitas diartikan sebagai kemudahan untuk mencapai tujuan yang ditentukan oleh lokasi tujuan pada jaringan jalan yang ada.

2.4.7 Waktu Rit

Waktu Rit adalah waktu perjalanan yang diperlukan untuk melintasi daerah rute awal ke rute akhir dan kembali ke rute awal (ABA). Waktu rit dengan pengaturan kecepatan rata-rata 20 km per jam dengan devisi waktu sebesar 5% dari waktu perjalanan. Waktu sirkulasi ditulis dengan rumus:

CTABA = (TBA + TBA) + (σ AB2 + σ BA2) + (TTA + TTB)………..(2.5) Dimana:

(18)

σ BA = deviasi waktu perjalanan dari B ke A

TTA = waktu henti kendaraan di A TTB = waktu henti kendaraan di B

2.4.8 Waktu henti (layover time)

Waktu henti dalam suatu masa waktu dapat ditambahkan pada akhir perjalanan atau di tengah perjalanan yang panjang atau waktu yang digunakan angkutan umum selama di terminal. Hal ini berfungsi untuk mengatur operasi kendaraan dan memberikan kesempatan pada pihak operator untuk beristirahat. Waktu henti kendaraan di asal atau di tujuan (TTA dan TTB) ditetapkan sebesar 10% dari waktu perjalanan antara A dan B.

2.4.9 Jumlah Armada yang Dibutuhkan

salah satu tolak ukur keberhsilan pengelolaan perangkotan adalah terpenuhinya kebutuhan kendaraan yang siap beroperasi pada saat dibutuhkan dalam jumlah yang optimal. Hal ini berhubungan dengan berapa kapasitas yang harus disediakan untuk mengangkut, berapa jumlah calon penumpang atau barang, dari mana asalnya, ke mana tujuannya, dan kapan waktunya. Pengertian optimal dalam hal ini adalah kapasitas tersedia sedimikian rupa sehingga mampu memberikan pelanyanan yang maksimal pada jam sibuk, tetapi tidak terlalu banyak kendaraan yang menganggur pada jam sepi.

(19)

1. Volume diartikan jumlah kendaraan yang dibutuhkan untuk melayani suatu trayek, sedangkan

2. Waktu Tempuh diartikan sebagai waktu perjalanan yang dibutuhkan untuk melintasi dari ujung ke ujung rute, dan

3. Hedway diartikan sebagai selang waktu keberangkatan kendaraan.

Hubungan dasar dari ketiga variable tersebut ditulis dalam matematis dengan:

V = 𝐶𝑇

𝐻………...………..(2.6)

Dimana:

V = volume/jumlah kendaraan (unit) CT = waktu tempuh (menit)

H = headway (menit)

Kemudian, besar kecilnya nilai waktu ditentukan oleh kecepatan dan jarak. Dengan meningkatkan kecepatan akan mempersingkat waktu tempuh dan waktu sirkulasi, sehingga volume yang diperlukan semakin sedikit.

Sedangkan untuk menentukan jumlah armada yang dibutuhkan untuk melayani suatu trayek dari system angkutan umum per waktu sirkulasinya, yaitu waktu yang dibutuhkan dari A ke B, kembali ke A. Berdasarkan keputusan Dirjen perhubungan darat No. 687 tahun 2002 tentang penyelenggaraan angkutan penumpang umum di wilayah perkotaan dalam trayek tetap dan teratur, ditetapkan berasarkan rumus:

K = 𝐶𝑇𝐴𝐵𝐴

𝐻𝑥𝑓𝑎 ………..(2.7)

(20)

K = Jumlah armada per waktu rit (unit kendaraan)

CTABA = waktu rit kendaraan dari A ke B, kembali ke A (menit) H = headway (menit)

Fa = faktor ketersediaan kendaraan (100%)

Sedangkan kebutuhan armada pada periode sibuk yang diperlukan dihitung dengan rumus:

K’ = K 𝐶𝑇𝐴𝐵𝐴𝑊 ………..………...(2.8)

Dimana:

K’ = kebutuhan armada pada periode sibuk (trip kendaraan)

K = jumlah armada per waktu rit (unit kendaraan) W = periode jam sibuk (menit)

CTABA = waktu rit kendaraan dari A ke B, kembali ke A (menit)

2.4.10 Indikator Kualitas Pelayanan Angkutan Umum

(21)

Tabel 2.3. Kriteria Pelayanan

2. Jarak jalan kaki ke Shelter Wilayah Padat

Wilayah kurang Padat

300 – 500 meter 500 – 1000 meter 3. Jumlah pergantian moda

Rata – rata 5 Kecepatan perjalanan

Daerah padat dan mix traffic Dengan lajur khusus

Daerah kurang padat

10 – 12 km/jam 15 – 18 km/jam 25 km/jam

Sumber: the world bank, 19861

2.4.11 Standart Pelayanan Minimum

1

(22)
(23)

Tabel 2.4. Indikator Standart Pelayanan Angkutan umum

(24)

1

Jumlah penumpang yang diangkut/hari  Bus besar, kapasitas 50 tempat

duduk

 Bus sedang, kapasitas 26 tempat

duduk

 Mobil penumpang umum,

kapasitas 14 tempat duduk

Waktu rata-rata menunggu penumpang (menit)

Maksimum (menit)

Waktu perjalanan rata-rata (jam) Maksimum (jam)

Daerah kepadatan tinggi (km/jam) Daerah kepadatan rendah (km/jam) Rata-rata jarak perjalanan yang ditempuh (km/hari)

Rasio penumpang terangkut dengan kapasitas kendaraan (%)

(25)

Menurut standart Dinas Perhubungan, dalam mengoperasikan angkutan umum, operator harus memenuhi dua persyaratan minimum pelayanan, yaitu persyaratan umum dan persyaratan khusus.

a. Persyaratan umum

1. Waktu tunggu di pemberhentian rata-rata 5-10 menit dan maksimum 10-20 menit

2. Jarak untuk mencapai perhentian dipusat kota 300-500 m; untuk pinggiran kota 500-100 m

3. Penggantian rute dan moda pelayanan, jumlah pergantian rata-rata 0-1, maksimum 2

4. Lama perjalanan kendaraan dari tempat tujuan setiap hari, rata-rata 1,0-1,5 jam, maksimum 2-3 jam

5. Biaya perjalanan yaitu persentase perjalanan terhadap pendapatan rumah tangga

b. Persyaratan khusus 1. Faktor layanan

2. Faktor keamanan penumpang

3. Faktor kemudahan penumpang mendapatkan bus 4. Faktor Lintasan

Berdasarkan keempat faktor persyaratan khusus itu, pelayanan angkutan umum diklasifikasikan kedalam dua jenis pelayanan, yaitu:

(26)

Rincian persyaratan pelayanan untuk tiap jenis pelayanan dapat dilihat pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5. Pedoman Kualitas Pelayanan Angkutan Umum di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur

Kualitas Klasifikasi Pelayanan

Non Ekonomi Ekonomi

1. Kenyamanan  Fasilitas tempat duduk disediakan  Kebersihan harus

terjamin

 Awak bus terlatih

dan terampil

 Kebersihan harus

terjamin

 Awak bus terlatih

(27)

keberangkatan 4. Lintasan Pada lintasan utama kota,

trayek utama dan langsung

Pada lintasan utama kota, trayek cabang, ranting

5. Kendaraan  Bus besar lantai tunggal

 Bus besar lantai

(28)

 Bus besar lantai

ganda  Bus

temple/artikulasi

 Bus besar lantai

ganda  Bus

temple/artikulasi  Bus sedang  Bus kecil

 MPU (hanya roda

empat) Sumber : SK Dirjen Perhubungan 687/2002

2.5 Teknik Pengambilan Sample

Pengambilan sample adalah mendapatkan sample dengan jumlah relatif kecil dibanding dengan jumlah populasi tetapi mampu mempresentasikan seluruh populasi tersebut. Untuk itu sangat penting menentukan cara yang tepat dalam menarik sample yang dimaksud agar benar-benar mampu mempresentasikan kondisi seluruh populasi. Teknik penarikan sample yang dipergunakan adalah sample acak sederhana.

Secara matematis, besarnya sample dari populasi dapat dirumuskan sebagai berikut:

Menghitung standar error dari rata-rata sample:

Se(x) = 𝑆𝑒

𝑍 ………....(2.9)

Dimana:

(29)

Z = tingkat kepercayaan

Dengan tingkat kepercayaan 95% dan sampling error 5% maka jumlah data yang dibutuhkan adalah:

n’ = 𝑆

2

[𝑆𝑒 𝑥 ]2 S2, untuk populasi yang tidak terbatas………(2.10)

n = 𝑛

1+𝑛

𝑁

′ n

,

untuk populasi yang terbatas……….(2.11)

Dimana:

n’ = jumlah sample data tidak terbatas n = jumlah sample data terbatas N = jumlah populasi

s = standar deviasi dari variable yang digunakan sebagai acuan dalam menentukan jumlah sample, misalnya produksi perjalanan

(30)

2.6Penelitian Terdahulu yang Terkait.

Tabel 2.6. Penelitian Terkait

Judul 1. Studi Tingkat Pelayanan Angkutan Umum DAMRI di Kota Manado oleh Johan Paul Engelberthus Anggoman, Universitas Diponegoro.

Masalah Penelitian ini mengkaji lebih menekankan pada studi yang melihat sejauh mana tingkat pelayanan yang diharapkan dari sisi penyedia (supply) dalam hal ini perum DAMRI dan dari sisi pengguna (demand) yaitu dengan menggali informasi mengenai persepsi mereka terhadap kualitas tingkat pelayanan yang diperoleh. Metode metode Sturgess

Hasil Dari hasil analisis diketahui bahwa kelima armada bus DAMRI pada wilayah studi mempunyai kinerja baik. Namun dari pengamatan yang dilakukan selama survei dan disesuaikan dengan standar pelayanan dari Departemen Perhubungan, ada beberapa kriteria yang mempunyai nilai kurang, yaitu headway, frekwensi, waktu pelayanan dan awal/akhir perjalanan sedangkan untuk kriteria sedang yaitu jumlah kendaraan yang beroperas. Sedangkan dari sisi demand diketahui bahwa pengguna yang memilih angkutan DAMRI dengan alasan murah, frekwensi melakukan perjalanan setiap hari, akses ke jalur trayek antara 0 – 200 m cukup tinggi.

Kesamaan dalam Penelitian

Melihat kinerja angkutan berdasarkan waktu rit, waktu tempuh, headway apakah sesuai dengan standart Dinas Perhubungan.

(31)

Masalah Pembahasan dalam Tugas Akhir ini adalah menganalisis waktu tempuh rata-rata sepanjang rute, menganalisis demand dan load factor, serta mencari load factor lima tahun yang akan datang.

Metode Metode furness.

Hasil Dari hasil analisis diketahui bahwa dilihat dari waktu tempuh rata-rata untuk bus patas lebih besar volume lalu lintas pada hari sabtu dari pada hari rabu; dilihat dari load factor rata-rata untuk bus patas untuk jurusan Surabaya-Malang berlebih jumlah armadanya, dilihat dari nilai load factor yang diperoleh disimpulkan kapasitas penumpang masih memenuhi dan armada masih mencukupi. Sehingga dari kesimpulan keseluruhan didapat bahwa bus tersebut berlebih dan untuk lima tahun kedepan jumlah bus masih mencukupi untuk memenuhi keinginan pengguna.

Kesamaan dalam Penelitian

Menghitung Load Factor Kendaraan.

Judul 3. Evaluasi Kinerja Angkutan kota Medan Jenis Mobil Penumpang Umum (MPU). (Studi kasus: angkutan umum kpum trayek 64) oleh Thomas Andrian, universitas Sumatera Utara.

Masalah Penelitian ini mengevaluasi kinerja angkutan KPUM 64 untuk mengeliminir konflik antara pengguna dan penyedia jasa angkutan.

Metode Metode literatur yaitu menggunakan rumusan-rumusan yang didapat dari literatur yang diolah dengan menggunakan bantuan perangkat lunak (software) yaitu

microsftexcel.

Hasil Kinerja angkutan umum KPUM 64 dapat diterima; untuk waktu tempuh dari awal hingga akhir perjalanan atau sebaliknya rata-rata memerlukan waktu yang cukup lama yaitu 92 menit; laod factor pada KPUM 64 ini sangat rendah dengan rata-rata pada rentang waktu hanya mencapai 23% artinya jumlah tempat duduk yang disediakan tidak terisi penuh, sehingga dapat disimpulkan telah terjadi kelebihan supply dibandinggkan demand

(32)

ada sangat jauh di bawah nilai yang disarankan oleh world bank, hal ini dari segi penumpang tentunya sangat menguntungkan tetapi dilain sisi sebenarnya telah terjadi pemborosan yang besar dikarenakan supply yang terlalu besar jika dibandingkan demand yang ada.

Kesamaan dalam Penelitian

Mengevaluasi kinerja angkutan yang ditinjau dari jumlah armada, waktu tempuh, rit, dan headway apakah sesuai dengan standart world Bank dan dinas Perhubungan pada waktu peak dan off peak, sama-sama menggunakan metode literatur.

Judul 4. Kinerja Angkutan Umum dengan Metode Quality Function Deployment (QFD) Pada Kawasan Industri Marmer Di Kabupaten Tulungagung oleh Susilowati, dkk, Universitas Brawijaya Malang.

Masalah Penelitian ini mengevaluasi kinerja rute angkutan umum, dan membuat rekomendasi penataan angkutan umum di Kawasan Industri Marmer dengan memperhatikan tingkat pelayanan terhadap penumpang di Kabupaten Tulungagung.

Metode Metode analisis adalah deskriptif kualitatif mengenai karakteristik penumpang dan pelayanan angkutan umum, analisa kinerja rute, pelayanan lalu lintas dan metode QFD (Quality Function Deployment).

Hasil Dari rekomendasi untuk perbaikan pelayanan angkutan ini adalah perbaikan headway, mempertahankan kinerja operasional seperti kecepatan rata-rata sesuai dengan standar, perbaikan tingkat pelayanan jalan dan perbaikan tingkat pelayanan angkutan demi kenyamanan dan keselamatan penumpang.

Kesamaan dalam Penelitian

Mengetahui karakteristik penumpang

Judul 5. Evaluasi Pelayanan Dan Kelayakan Trayek Angkutan Umum Perkotaan Di Kota Semarang, oleh Alfa Narendra, Universitas Diponegoro.

(33)

umum (untuk masing -masing jenis moda), karakteristik operasi, dan trayek, Juga dilakukan estimasi biaya operasi kendaraan angkutan umum dalam kaitannya dengan permintaan dan kemampuan penumpang yang ada.

Metode Metoda statistik (analisa regresi)

Hasil AUP lebih cocok melayani trayek dengan jumlah penumpang < 4.000 penumpang per hari, secara keseluruhan tarif yang dikenakan tidak mampu menutupi biaya operasional angkutan umum khususnya bis Damri dan semakin banyak kendaraan yang dioperasikan maka operator akan semakin merugi.

Kesamaan dalam Penelitian

Mengetahui kebutuhan angkutan pada saat jam sibuk dan jam sunyi (peak dan off peak).

Judul 6.Studi Kebutuhan Angkutan Umum Penumpang Perkotaan Di Kota Palu (Studi kasus: Trayek Mamboro-Manonda), oleh Ana Febrianti, Universitas Tadulako Palu Masalah Penelitian ini mengestimasi kebutuhan jumlah angkutan umum perkotaan trayek Mamboro – Manonda Kota Palu berdasarkan jumlah penumpang yang naik – turun di sepanjang trayek.

Metode Metode literatur yaitu menggunakan rumusan-rumusan yang didapat dari literatur yang diolah dengan menggunakan bantuan perangkat lunak (software) yaitu

microsftexcel.

Hasil Disimpulkan terdapat kelebihan jumlah armada angkutan yang beroperasi sebesar 64%, persentasi kelebihan armada didasarkan pada jumlah armada angkutan kota dari dinas perhubungan dan informatikan kota Palu sehingga dapat dikatakan bahwa penambahan ijin trayek ini sudah tidak dibutuhkan; dilihat dari kebutuhan jumlah armada yang beroperasi pada periode sibuk sebesar 187 kendaraan sehingga untuk mencapai keseimbangan antara permintaan dan supply maka jumlah armada yang beroperasi selama jam sibuk harus diatur penjadwalan keberangkatan disetiap terminal sebagai awal dan akhir perjalananya; penelitian ini juga meyimpulkan bahwa tahun 2015 tidak diperlukan penambahan armada angkutan pada trayek ini.

Gambar

Tabel 2.1. klasifikasi Trayek dan Jenis Pelayanan
Tabel 2.2. Kapasitas Kendaraan
Tabel 2.3. Kriteria Pelayanan
Tabel 2.5. Pedoman Kualitas Pelayanan Angkutan Umum di Wilayah
+2

Referensi

Dokumen terkait

penumpang di kota Sampit yaitu untuk mendapatkan model permintaan angkutan umum penumpang, rute dan jumlah armada di wilayah studi.. Metode yang digunakan adalah suatu pendekatan

Jumlah armada jalur 1 memiliki kelebihan 6 armada dan jalur 2 sebesar 15 armada.Untuk meningkatkan kinerja pelayanan angkutan umum, armada yang jumlahnya berlebihan dialihkan

Akan tetapi hanya sebagian kecil penduduk kota Medan yang menggunakan fasilitas angkutan umum karena sebagian besar memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi, kecenderungan

pemenuhan kebutuhan angkutan kota khususnya mobil penumpang umum kecil di

Tantangan utama yang harus dihadapi lebih lanjut adalah dilema bahwa jumlah armada yang layak beroperasi berdasarkan analisis kebutuhan/kecukupan armada di bawah 18%

Jumlah armada jalur 1 memiliki kelebihan 6 armada dan jalur 2 sebesar 15 armada.Untuk meningkatkan kinerja pelayanan angkutan umum, armada yang jumlahnya berlebihan dialihkan

Nilai waktu penumpang angkutan umum Kota Medan berdasarkan metode Mode Choice Approach adalah sebesar Rp 3813,411/jam/orang.. Metode

- Angkutan umum milik pemerintah (Trans Metro Pekanbaru) memiliki kelebihan pada segi biaya, jam operasional, kapasitas angkut penumpang (load factor), dan jumlah armada