SOFT SKILL MAHASISWA PRODI D III KEBIDANAN STIKES YPIB
MAJALENGKA TAHUN 2014
RURI YUNI ASTARI STIKes YPIB MAJALENGKA
ABSTRAK
Pengetahuan soft skill adalah kemampuan seseorang untuk bisa beradaptasi dan berkomunikasi dengan baik pada lingkungan dimana dia berada. Suksesnya seseorang tidak hanya ditentukan dari kecerdasan semata, tapi juga soft skills yang berkaitan dengan "EQ seseorang" (Emotional Intelligence Quotient), sifat kepribadian, keterampilan sosial, komunikasi, bahasa, kebiasaan pribadi, keramahan, dan optimisme yang menjadi ciri hubungan dengan orang lain. Perguruan Tinggi (PT) adalah sebuah lembaga formal yang menyelenggarakan kegiatan pembelajaran dan pendidikan tinggi guna mencetak SDM yang berkualitas harus mempunyai kompetensi dalam penguasaan dan penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi (hard skill), tetapi juga mereka harus mampu berkomunikasi, bekerja dalam tim, bekerja mandiri dan berpikir analitis (soft skill). Dunia kerja percaya bahwa sumber daya manusia yang unggul adalah mereka yang tidak hanya memiliki kemahiran hard skill saja tetapi juga piawai dalam aspek soft skillnya, dimanakesuksesan ditentukan sekitar 20% oleh hard skill dan sisanya 80% oleh soft skill. Kelemahan mahasiswa kita justru dalam hal non teknis seperti kemampuan berbicara di depan umum, rasa percaya diri, interaksi terhadap perubahan yang cepa t, inisiatif, kerjasama, etika dan leadership bukan saja dari nilai akademiknya saja yang dicapai. Tujuan peenlitian untuk mengidentifikasi bagaimana soft skill mahasiswa Program Studi D III Kebidanan STIKes YPIB Majalengka tahun 2014. Penelitian yang digunakan penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh alumni mahasiswa kebidanan STIKes YPIB yang lulus tahun 2014 sejumlah 155 dan sampelnya sejumlah 61 mahasiswa. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 22 November-20 Desember 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa soft skill mahasiswa Prodi D III Kebidanan STIKes YPIB Majalengka cukup baik yaitu sebesar 57,4%. Walaupun hasil penelitian soft skill dikatakan cukup baik ada domain yang masih kurang seperti leadership yang perlu dikembangkan lagi seperti memilikikemampuanmengkomunikasikan ide, pemikirangagasankepada orang yang dipimpinnyauntukmampumelaksanakansehingga mahasiswa mampu menjadi seorang pemimpin yang handal nantinya. Perlu adanya peran dan kerjasama yang baik antara institusi pendidikan, dosen serta mahasiswa untuk menciptakan sistem pembelajaran yang seimbang antara hard skill dan soft skill, sehingga keberadaan antara hard skill dan soft skill bisa seiring dan sejalan.
PENDAHULUAN
Perubahan kondisi sosial, ekonomi, politik dan budaya, meningkatnya pergerakan migrasi manusia, proses globalisasi, digital-based information dan teknologi komunikasi, knowledge-based economy mengindikasikan tantangan kehidupan manusia semakin tinggi dan kompleks. (Universitas Udayana, 2009).Menghadapi beragam perkembangan tersebut serta masalah global-eksternal, DIKTI melalui Kepmendiknas No 045/U/2002 menuntut perubahan arah pendidikan tinggi untuk menghasilkan lulusan yang dap at bersaing dalam dunia global, adanya perubahan orientasi pendidikan tinggi yang tidak lagi hanya menghasilkan manusia cerdas berilmu tetapi juga yang mampu menerapkan keilmuannya dalam kehidupan di masyarakatnya (kompeten dan relevan), yang lebih berbudaya, juga adanya perubahan kebutuhan di dunia kerja yang terwujud dalam perubahan persyaratan dalam menerima tenaga kerja, yaitu adanya persyaratan soft skills yang dominan disamping hard skillsnya. (Competence Based Curriculum) (Dirjen Dikti, 2004).
Soft skill adalah kemampuan seseorang untuk bisa beradaptasi dan berkomunikasi dengan baik pada lingkungan dimana dia berada. Suksesnya seseorang tidak hanya ditentukan dari kecerdasan semata, tapi juga soft skills yang berkaitan dengan "EQ seseorang" (Emotional Intelligence Quotient), sifat kepribadian, keterampilan sosial, komunikasi, bahasa, kebiasaan pribadi, keramahan, dan optimisme yang menjadi ciri hubungan dengan orang lain. Perguruan Tinggi (PT) adalah sebuah lembaga formal yang menyelenggarakan kegiatan pembelajaran dan pendidikan tinggi guna mencetak SDM yang berkualitas. Oleh karena itu lulusan perguruan tinggi harus mempunyai kompetensi dalam penguasaan dan penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi (hard skill), tetapi juga mereka harus mampu berkomunikasi, bekerja dalam tim, bekerja mandiri dan berpikir analitis (soft skill). (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2008). Dunia kerja percaya bahwa sumber daya manusia yang unggul adalah mereka yang tidak hanya memiliki kemahiran hard skill saja tetapi juga piawai dalam aspek soft skillnya. Penelitian mengungkapkan, kesuksesan ditentukan sekitar 20% oleh hard skill dan sisanya 80% oleh soft skill (Direktorat Pendidikan Institut Teknologi Bandung, 2005).
Bidan merupakan ujung tombak pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang memiliki peran yang sangat penting dalam penurunan AKI di Indonesia. Rendahnya kualitas bidan saat ini menjadi salah satu kendala dalam penurunan AKI di Indonesia.Salah satu permasalahan terhadap pelayanan kesehatan adalah komunikasi yang kurang baik antara tenaga kesehatan dan pasien. Bidan merupakan salah satu profesi yang berhubungan erat dengan penggunaan komunikasi sebagai salah satu bentuk sarana yang efektif dalam memudahkan peran dan fungsinya dengan baik. Bidan yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara baik akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan kebidanan dan meningkatkan citra profesi kebidanan, citra rumah sakit serta di masyarakat. (Bapelkes Batam, 2010).Bidan dalam memberikan pelayanan akan berhadapan dengan beragam manusia secara langsung di tengah-tengah masyarakat, yang memiliki keunikan tersendiri. Untuk itu bidan di tuntut lebih menguasai keterampilan intelektual, emosional, spiritual serta berfikir positif dalam menghadapi permasalahan kesehatan masyarakat. Sangatlah perlu seorang calon bidan menguasai dan memiliki hard skill serta soft skill yang baik agar dapat di terima di tengah masyarakat dan dunia pekerjaan (Elfrindi, 2009).
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan dan sangat berperan dalam pencapaian tuj uan perguruan tinggi dan ini terkait dengan penerapan hard skill dan soft skill. Untuk itu, integrasi pengembangan
soft skills ke dalam kurikulum dan proses pembelajaran di perguruan tinggi harus mendapatkan prioritas.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggambarkan bagaimana soft skill mahasiswa Program Studi D III Kebidanan STIKes YPIB Majalengka tahun 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh alumni mahasiswa kebidanan STIKes YPIB yang lulus tahun 2014 sejumlah 155 dan sampelnya sejumlah 61 mahasiswa. Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini dengan cara random sampling,
Data yang dikumpulkan adalah data ordinal dan dilakukan analisis univariabel.Analisis univariabel untuk melihat gambaran distribusi frekuensi dan presentase dari variabel bebas yaitu soft skill.
HASIL
Tabel 1 Karakteristik Mahasiswa Prodi D III Kebidanan STIKes YPIB Majalengka Berdasarkan Usia, dan Suku Bangsa (n =61)
No Kar akteristik Juml ah %
1. Usia (th) 20-25 tahun 59 96,7 <25 tahun 2 3,3 2 Suku bangsa Jawa 10 16,4 Sunda 51 83,6
Berdasarkan tabel 1 tampak usia responden sebagian besarberusia 20-25 tahun (96,7%) dan sebagian besar responden bersuku bangsa sunda (83,6%)
Tabel 2 Rekapitulasi Jawaban Pertanyaan Soft Skillmahasiswa Prodi D III Kebidanan STIKes YPIB Majalengka
No Pertanyaan
1 2 3 4
Tidak Pernah Jarang Sering Sela lu
N % n % n % N %
Communication Skill
1 Saya merasa catatan itu penting walaupun
ada buku teks 0 0 1 1.6 15 24.6 45 73.8
2 Saya lebih suka menggandakan daripada
mencatat sendiri 10 16.7 30 50 16 26.7 4 6.6
3 Saya me motong pembicaraan orang lain
bila d irasa tidak penting 29 47.5 21 34.5 7 11.5 4 6.5
4 Saya dapat menyampa kan ide dengan baik 0 0 18 29.5 24 39.3 19 31.2
5 Saya menunda pekerjaan hingga saat-saat
terakhir 18 29.5 29 47.5 9 14.8 5 8.2
6 Saya terburu-buru jika mengerja kan
sesuatu 9 15 34 56.7 12 20 5 8.3
7 Saya tidak keberatan jika wa ktu istirahat
saya dipakai untuk mengerja ka peke rjaan 0 0 24 39.3 19 31.2 18 29.5 8 Saya ma mpu mendapatkan hasil yang baik
dala m apapun yang saya kerjakan 1 1.6 10 16.4 38 62.3 12 19.7 9 Saya berusaha mewujudkan setiap rencana
yang mendukung ke majuan profesi kebidanan
1 1.6 10 16.4 22 36.1 28 45.9
10 Saya ingin me mbe rikan hasil yang terbaik
dala m setiap pelaja ran 0 0 2 3.3 20 32.8 39 63.9
11 Saya ma mpu mengontrol diri untuk
mencapai hasil yang lebih ba ik 0 0 3 4.9 30 49.2 28 45.9
12 Saya berusaha mengembangkan bakat
yang ada dalam diri saya 1 1.6 9 14.7 20 32.8 31 50.9
Leadership
13 Saya ma mpu mengarahkan orang la in
untuk mera ih suatu tujuan 0 0 25 41 17 27.9 19 31.1
14 Saya cenderung menolak untuk me mimpin
dala m hal sekecil apapun 9 14.8 36 59 14 22.9 2 3.3
15 Saya berinisiat if untuk mengarahkan t im untuk mencapai tujuan juka a ktiv itas tim tidak efe ktif
2 3.3 18 29.5 25 41 16 26.2
16 Saya me mberikan dukungan kepada pasien
agar le kas sembuh 0 0 1 1.6 14 22.9 46 75.5
17 Saya merasa ragu bila harus menga mbil
keputusan yang sulit 7 11.5 18 29.5 28 45.9 8 13.1
18 Saya me mbuat keputusan yang tepat pada
saat menyelesaikan masalah 1 1.6 19 31.1 28 45.9 13 21.4
19 Saya tidak b isa menangani masalah karena
saya tidak bisa ko mpeten 22 36.1 30 49.1 7 11.5 2 3.3
20 Saya tidak ma mpu menangani kesulitan
dengan bijak 18 29.5 27 44.3 10 16.4 6 9.8
Logic
21 Saya sulit beradaptasi dengan lingkungan
yang baru 25 41 23 37.7 9 14.8 4 6.5
22 Saya tidak suka dengan lingkungan tempat
praktek 32 52.5 19 31.2 6 9.8 4 6.5
23 Saya melihat suatu permasalahan dengan
sudut pandang yang baru 4 6.5 23 37.7 27 44.3 7 11.5
24 Saya berfikir kreatif dala m menga mbil
keputusan 1 1.6 12 19.7 26 42.6 22 36.1
25 Saya berusaha menghindar dari masalah 33 54.1 17 27.9 2 3.3 9 14.7
26 Saya berusaha me mecahkan masalah yang
muncul 3 4.9 7 11.5 22 36.1 29 47.5
27 Saya selalu me mikirkan solusi yang
terbaik ketika menghadapi masalah 2 3.3 4 6.5 20 32.8 35 57.4 28 Saya berkonsentrasi untuk
menyelesaikannya jika ada suatu masalah 2 3.3 3 4.9 22 36.1 34 55.7
Effort
29 Saya harus mengembangkan diri jika ingin
30 Saya me miliki cita-c ita yang tinggi dan
berusaha me wujudkannya 2 3.3 3 4.9 12 19.7 44 72.1
31 Saya merasa kesal ketika rencana yang telah disusun ternyata tidak berja lan dengan baik
6 9.8 16 26.2 25 41 14 23
32 Saya tidak siap menerima tugas yang sulit 18 29.5 21 34.4 12 19.7 10 16.4
33 Saya bersedia belajar dari orang la in 4 6.5 5 8.2 21 34.4 31 50.9
34 Saya le b ih suka mela kukan ha l yang biasa
saya lakukan 4 6.5 8 13.1 19 31.2 30 49.2
Group Skill
35 Saya ko mpro mi untuk mencari ja lan ke luar
ketika terjadi perdebatan 4 6.5 7 11.5 18 29.5 32 52.5
36 Saya suka beradu pendapat dengan orang
lain 6 9.8 24 39.3 15 24.6 16 26.3
37 Saya lebih suka beke rja sendiri 8 13.1 19 31.1 22 36.1 12 19.7
38 Saya merasa tidak nya man jika be kerja
dengan orang yang tidak saya kenal 14 23 34 55.7 4 6.5 9 14.8 39 Saya senang berada di tengah banyak
orang 1 1.6 13 21.3 23 37.8 24 39.3
40 Saya suka terlibat dala m kegiatan sosial 3 4.9 23 37.7 20 32.8 15 24.6
Ethics
41 Saya bersedia me mbantu te man saya jika
me mbutuhkan bantuan 1 1.6 4 6.5 19 31.2 37 60.7
42 Saya tidak suka jika melihat orang la in
berhasil 40 65.5 12 19.7 7 11.5 2 3.3
43 Saya me mberikan perhatian kepada pasien
yang sedang sakit 1 1.6 2 3.3 15 24.6 43 70.5
44 Saya dapat merasakan apa yang dirasakan
oleh pasien 2 3.3 5 8.2 21 34.4 33 54.1
45 Saya kesal jika menghadapi pasien yang
cerewet 11 18 28 45.9 16 26.3 6 9.8
46 Saya segera me mbantu dengan sepenuh
hati saat pasien me minta pertolongan 1 1.6 2 3.3 17 27.9 41 67.2
Dari communicaton skill/ketrampilan dalam berkomunikasi, item pertanyaan tentang merasa catatan itu penting walaupun ada buku teks diketahui sebagian besar (73,8%) responden menjawab selalu dan pertanyaan tentang lebih suka menggandakan daripada mencatat sendiri diketahui setengahnnya (50%) responden menjawab jarang, serta pertanyaan tentang memotong pembicaraan orang lain bila dirasa tidak penting diketahui kurang dari setengahnya (47,5%) responden menjawab tidak pernah. Dari domain communication skill tersebut, diketahui bahwa yang menonjol adalah pentingnya catatan/mencatat bagi seorang bidan walaupun di buku teks sudah ada.
Dari organization skill/ketrampilan dalam berorganisasi, item pertanyaan tentang mampu mendapatkan hasil yang baik dalam apapun yang dikerjakan diketahui lebih dari
setengahnya (62,3%) menjawab sering dan pertanyaan tentang ingin memberikan hasil yang terbaik dalam setiap pelajaran diketahui lebih dari setengahnya (63,9%) menjawab selalu serta pertanyaan tentang berusaha mengembangkan bakat yang ada dalam diri diketahui setengahnya (50,9%) menjawab selalu. Dari domain organization skill tersebut, diketahui bahwa yang menonjol adalah responden ingin mendapatkan hasil/ nilai yang terbaik di setiap hal yang dilakukannya.
Dari leadership/kepemimpinan, item pertanyaan tentang memberikan dukungan kepada pasien agar lekas sembuh diketahui sebagian besar (75,5%) menjawab selalu dan pertanyaan tentang cenderung menolak untuk memimpin dalam hal sekecil apapun diketahui lebih dari setengahnya (59%) menjawab jarang dan pertanyaan tentang merasa ragu bila harus mengambil keputusan yang sulit diketahui kurang dari setengahnya (45,9%) menjawab sering. Dari domain leadership tersebut, diketahui bahwa responden masih kurang percaya diri untuk menjadi seorang pemimpin kemungkinan karena kurang kompeten atau ragu dalam mengambil tindakan atau kebijaksanaan.
Dari logic/logis, item pertanyaan tentang selalu memikirkan solusi yang terbaik ketika menghadapi masalah diketahui lebih dari setengahnya (57,4%) menjawab selalu, dan pertanyaan tentang berkonsentrasi untuk menyelesaikannya jika ada suatu masalah diketahui lebih dari setengahnya (55,7%) menjawab selalu serta pertanyaan tentang berusaha menghindar dari masalah diketahui lebih dari setengahnya ( 54,1%) menjawab tidak pernah. Dari domain logic tersebut, diketahui bahwa responden pada saat mempunyai masalah ingin memberikan solusi terbaik agar masalah cepat terselesaikan.
Dari effort/usaha, item pertanyaan tentang harus mengembangkan diri jika ingin menjadi bidan yang profesional diketahui lebih dari setengahnya (67,2%) menjawab selalu, dan pertanyaan tentang memiliki cita-cita yang tinggi dan berusaha mewujudkannya diketahui lebih dari setengahnya (72,1%) menjawab selalu, serta pertanyaan bersedia belajar dari orang lain diketahui lebih dari setengahnya (50,9%) menjawab selalu. Dari domain effort tersebut diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai motivasi yang tinggi untuk mengembangkan dirinya terutama menjadi bidan yang profesional.
Dari group skill/ ketrampilan dalam berkelompok, item pertanyaan tentang kompromi untuk mencari jalan keluar ketika terjadi perdebatan diketahui lebih dari setengahnya (52,5%) menjawab selalu, dan pertanyaan tentang merasa tidak nyaman jika bekerja dengan orang yang tidak saya kenal diketahui lebih dari setengahnya (55,7%) menjawab jarang, ser ta pertanyaan tentang suka terlibat dalam kegiatan sosial diketahui sebagian kecil (37,7%) menjawab jarang. Dari domain group skill tersebut diketahui bahwa lebih dari setengahnya
responden mampu berinteraksi dengan kelompoknya pada saat terjadi permasalahan namun keterlibatan kegiatan di luar sekolah agar sering dilakukan agar terjalin kerjasama yang baik.
Dari ethics/ ketrampilan dalam etika, item pertanyaan tentang memberikan perhatian kepada pasien yang sedang sakit diketahui lebih dari setengahnya (70,5%) menjawab selalu, dan pertanyaan tentang segera membantu dengan sepenuh hati saat pasien meminta pertolongan diketahui lebih dari setengahnya (67,2%) menjawab selalu, serta pertanyaan tentang tidak suka jika melihat orang lain berhasil lebih dari setengahnya (65,5%) menjawab tidak pernah. Dari domain ethics tersebut diketahui bahwa lebih dari setengahnya responden peduli dan mempunyai etika yang cukup baik terhadap pasien maupun dengan temannya.
Tabel 3 Deskripsi Statistik Variabel Soft Skill Prodi D III Kebidanan STIKes YPIB Majalengka
No Indikator Com. Skill
Orgn. Skill
Leadership Logic Effort Group Skill Ethic Soft Skill 1 Ba ik sekali 8.2 9.8 1.6 4.9 23.0 11.5 9.8 3.3 2 Ba ik 6.6 31.1 9.8 9.8 39.3 9.8 31.1 21.3 3 Cukup baik 32.8 45.9 42.6 44.3 29.5 47.5 47.5 57.4 4 Kurang baik 52.5 13.1 45.9 36.1 4.9 21.3 9.8 16.4 5 Sangat kurang 4.9 3.3 9.8 1.6 1.6
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa soft skill mahasiswa Prodi D III Kebidanan Majalengka cukup baik (57,4%)
PEMBAHASAN
1. Soft Skill Mahasiswa Prodi D III Kebidanan STIKes YPIB Majalengka
Hasil penelitian yang dirangkum menunjukkan bahwa soft skill mahasiswa Prodi D III Kebidanan STIKes YPIB Majalengka cukup baik yaitu sebesar 57,4%. Walaupun hasil penelitian soft skill dikatakan cukup baik ada domain yang masih kurang seperti leadership yang perlu dikembangkan lagi seperti memilikikemampuanmengkomunikasikan ide, pemikirangagasankepada orang yang dipimpinnyauntukmampumelaksanakansehingga mahasiswa mampu menjadi seorang pemimpin yang handal nantinya.
Pembelajaran soft skill sangatlah penting untuk diberikan kepada mahasiswa sebagai bekal pada saat terjun ke dunia kerja. Dengan mempunyai soft skill, membuat keberadaan seseorang akan semakin terasa di tengah masyarakat, terutama ketrampilan akan berkomunikasi, ketrampilan berbahasa, ketrampilan berkelompok, serta memiliki etika dan moral yang baik. Jika kemampuan hard skill saja yang dimiliki maka akan tersingkir oleh yang mempunyai kemampuan soft skill. Soft skill di bagi menjadi dua bagian yaitu intrapersonal dan interpersonal. Soft skill secara intrapersonal ketrampilan yang dimiliki seseorang dalam mengatur diriya sendiri, sedangkan soft skill secara interpersonal ketrampilan yang dimiliki seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial sehingga mampu mengembangkan unjuk kerja secara maksimal dalam hal kemampuan memimpin, kemampuan motivasi, kemampuan komunikasi, kemampuan menjalin relasi serta kemampuan bicara di muka umum.
STIKes YPIB dengan jumlah seluruh mahasiswa kebidanan 288 mahasiswa, memberikan kebebasan seluas- luasnya kepada mahasiswa untuk berkembang dan berkreasi untuk mengaktualisasikan dirinya dalam kegiatan akademik maupun kemahasiswaan seperti mengikuti lomba pidato, kegiatan bakti sosial dan mengadakan seminar atau pelatihan yang bermanfaat bagi kemampuan soft skillnya.
Untuk menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan soft skill yang baik dan memenuhi standar dalam dunia pekerjaan tentunya dimulai dari pendidikan karena dunia pendidikan merupakan awal dari suatu pembelajaran. Penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di sekolah dimulai dengan segenap rencana pendidikan/kurikulum yang telah ditentukan sebelumnya sehingga kegiatan belajar mengajar akan berjalan dengan terstruktur. Kompetensi sebagai penguasaan learning to do dari suatu mata pelajaran tidak dapat dipisahkan dengan elemen kompetensi yang terkandung dalam learning to know, learning to live together dan learning to be, oleh karenanya pemisahan antara materi pembelajaran atas hard skill dan soft skill dalam kurikulum tidak berlaku lagi.
Peran dosen juga berpengaruh terhadap pengembangan soft skill mahasiswa, dibutuhkan pemahaman dan komitmen pada saat penerapan proses pembelajaran termasuk memilih model pembelajaran, assesment dan dokumentasinya sehingga pembelajaran akan terarah terukur dan terjustifikasi dengan baik.
Institusi pendidikan tinggi perlu untuk mengembangkan soft skill anak didiknya agar siap menghadapi seleksi kerja sehingga memiliki karakter yang kuat seperti integritas yang tinggi, jujur, bertanggungjawab dan semangat juang yang tinggi.
Hal ini sejalan dengan penelitian Widodo, 2013 yang melaporkan bahwa mayoritas responden memiliki Soft Skills yang Baik yaitu sebanyak 62 orang (68,1%) dan memiliki Soft Skills Cukup sebanyak 29 orang (31,9%).
Soft skill merupakan kemampuan yang sudah melekat pada diri seseorang, tetapi dapat dikembangkan dengan maksimal dan dibutuhkan dalam dunia pekerjaan sebagai pelengkap dari kemampuan hard skill. Keberadaan antara hard skill dan soft skill sebaiknya harus seimbang, seiring dan sejalan. Diharapkan mahasiswa bidan dapat mempertahankan dan meningkatkan soft skills agar dapat memberikan pelayanan asuhan kebidanan yang komprehensif baik aspek bio, psiko, sosial dan spiritual dimana bidan merupakan first line layanan.
.
2. Keterbatasan Penelitian
Penelitian masih bersifat deskripsi saja atau pemapara n terhadap suatu keadaan, untuk penelitian selanjutnya agar dilakukan penelitian kualitatif dan kuantitatif sehingga bisa mengeksplor secara mendalam semua hal yang berkaitan dengan soft skill mahasiswa.
SIMPULAN
Soft skill mahasiswa Prodi D III Kebidanan STIKes YPIB Majalengka cukup baik yaitu sebesar 57,4%.
SARAN
Perlu adanya peran dan kerjasama yang baik antara institusi pendidikan, dosen serta mahasiswa untuk menciptakan sistem pembelajaran yang seimbang antara hard skill dan soft skill, sehingga keberadaan antara hard skill dan soft skill bisa seiring dan sejalan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Utama SMI dkk, 2009. Konsep Pengembangan Soft Skill. http://udayana.ac.id. Diakses tanggal 9 September 2014
2. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi – 2004. Strategi Pendidikan Tinggi Jangka Panjang 2003–2010. Departemen Pendidikan Nasional, Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
3. Lukas sri widodo. 2013. Bagaiman Softskill Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara http://repository.usu.ac.id.
Diakses 31 oktober 2014 jam 09.46 WIB
4. Elfrindi, 2009, Soft Skill Untuk Pendidik.
5. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2008. Pengembangan Soft Skills Dalam Pembelajaran Di Perguruan Tinggi.
6. AIPKIND. Jumlah Institusi Pendidikan Kebidanan Di Indonesia Bulan Maret 2013 dalam Rakernas AIPKIND. Jakarta: AIPKIND; 2013.
7. BPS, BKKBN, Kemenkes RI, International ICF, Survei demografi dan kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: BPS, BKKBN, Kemenkes RI, ICF International; 2012
8. Hennessy D. Assesment Of Role, Job Function And Performance Of Nurse And Midwives In Community And Hospital Settings (Report-SEA-NURS-429, INO OSD 001. Restricted Publication). New Delhi: World Health Organization Regional Office for South-East Asia; 2001.
9. Kepmenkes RI. No. 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan.Jakarta: Kemenkes RI; 2007
10. Winarni. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Peranan Bidan Desa Dalam Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu Di Kabupaten Aceh Utara. Medan:USU; 2007
11. UNPAD, Visitasi Pendidikan D-III Kebidanan. Pendidikan Bidan di Indonesia; Bandung: UNPAD; 2009
12. Depkes RI.Analisis Situasi Dan Kecenderungan Pembangunan Kesehatan Bidang Tenaga Kesehatan Tahun 2000-2010. Jakarta: Depkes RI; 2000
13. Hennessy D. A Methodology For Assesing The Professional Development Needs Of Nurses And Midwivesin Indonesia: Human Resources for Health. Biomed
Central. 2006
14. Sharma, A. 2009. Professional Development for Teachers. Disitasi 30 Juli 2010 dari
15. Nan-Zhao, Z. 2006. Revisiting 4 Pillars of Learning. Managing Curriculum Change: Seminar-Workshop 7-9 June 2006, PSSC, Quezon City, Philippines.
16. Delors, J. 1996. Learning: The Treasure Within. Paris: UNESCO
17. Coates, D.E. 2006. People Skill Traning: Are You Getting a Return on Your
Investmen. Disitasi 15 Juli 2010 dari
http://www.2020insight.net/Docs4/PeopleSkills.pdf
18. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
19. Wibowo. 2008. Pengembangan Soft Skill Di Perguruan Tinggi.
20. Iyo Mulyono. 2011. Dari Karya Tulis Sampai Dengan Soft Skill. Yrama widya. Bandung