• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK REMAJA PUTRI (12-15 TAHUN) DENGAN INDEKS MASSA TUBUH DIATAS BERAT BADAN NORMAL. Novita Sari 1, Amika Rois 2 ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARAKTERISTIK REMAJA PUTRI (12-15 TAHUN) DENGAN INDEKS MASSA TUBUH DIATAS BERAT BADAN NORMAL. Novita Sari 1, Amika Rois 2 ABSTRAK"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

33

Novita Sari, Amika Rois

ABSTRAK

Pada saat ini diperkirakan lebih dari 100 juta penduduk dunia menderita kegemukan atau obesitas. Berdasarkan data yang diterima WHO (World Health Organization) pada tahun 2000 kian hari kian bertambah jumlah penderita obesitas. Data penelitian terakhir di Amerika Serikat lebih dari 50% orang dewasa dan lebih dari 25% anak-anak menderita berat badan lebih atau obesitas. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Karakteristik Remaja Putri (12-15 tahun) dengan Indeks Massa Tubuh diatas Berat Badan Normal (> 24,9) di SMP Islamic Centre Tangerang 2013.

Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa putri di SMP Islamic Centre Tangerang sebanyak 81 responden. Variabel yang diteliti meliputi pekerjaan kepala keluarga, pendidikan kepala keluarga, pendidikan ibu, pendapatan keluarga dan uang saku.

Hasil penelitian ini diperoleh informasilebih banyak remaja puteri dengan berat badan lebih 76,5%. Obesitas I 18,5%, obesitas II sebesar 3,7% dan sangat obesitas sebesar 1,2% Karakteristik siswa putri dengan indeks massa tubuh diatas berat badan normal adalah dengan pekerjaan kepala keluarga mayoritas adalah pegawai swastasebesar 85,7%, dan pendidikan kepala keluarga mayoritas pendidikan tinggi sebesar 81,6%, pendidikan ibu mayoritas pendidikan dasarsebesar 89,5%, pendapatan mayoritas ≥ 2.200.000 sebesar 77,1% dan uang saku mayoritas adalah ≥ 6.000 sebesar 76,6%.

Diharapkan pihak sekolah dapat membuat kegiatan olahraga rutin sehingga dapat mengurangi kejadian berat badan berlebih.

Kata Kunci : Indeks massa tubuh diatas normal, Remaja putri, Obesitas ABSTRACT

At this time, more than 100 million people worldwide are overweight or obese. Based on data received by World Health Organization(WHO) in 2000 increasingly growing number of obese people. Recent research in the United States showed that more than 50% of adults and more than 25% of children suffer from overweight or obese. The purpose of this study to determine the characteristics of the Young Women (12-15 years) with a body mass index above the Normal Body Weight (> 24.9) in junior Islamic Centre Tangerang, 2013.

This study is a descriptive study with cross sectional approach. The population in this study were all students at the junior high school daughter Islamic Centre Tangerang were 81 respondents. Variables examined included family heads work, education head of the family, mother's education, family income and allowance.

The results of the research shows more girls with body weight over 76.5%, 18.5% obese I, II, 3.7% obese and very obese at 1.2% Female student with a body mass index above the normal weight almost come from parents who work as private employees by 85.7%, and the majority of parent education is higher education by 81.6%, the majority of maternal education is basic education by 89.5% , the majority of revenue 2,200,000 ≥ 77.1% and the majority of pocket money is ≥ 6000 amounted to 76.6%.

It is expected that the school can make regular sports activities so as to reduce the incidence of excessive weight gain.

Keywords: above normal body mass index, Girls, Obesity

1

Akademi Kebidanan Bina Husada Tangerang

(2)

34 PENDAHULUAN

Pada saat ini diperkirakan sebanyak lebih dari 100 juta penduduk

dunia menderita kegemukan atau

obesitas. Berdasarkan data yang

diterima WHO (World Health

Organization) pada tahun 2000 kian hari kian bertambah jumlah penderita obesitas.1

Menurut data penelitian terakhir di Amerika Serikat lebih dari 50% orang dewasa dan lebih dari 25% anak-anak menderita berat badan lebih atau obesitas. Presentasi yang sangat tinggi menyebabkan epidemik penyakit kronis. Apabila percepatan penyakit obesitas berlanjut seperti sekarang kemungkinan besar populasi di Amerika Serikat menderita obesitas.2

Obesitas atau kegemukan kini tidak lagi dianggap sebagai masalah kesehatan di negara industri saja, tetapi juga telah merepotkan negara sedang berkembang. Jumlah perumahan yang meningkat pesat menyebabkan anak-anak sulit mencari tempat bermain.

Singkatnya olahraga kini kian

berkurang, sementara nafsu memakan santapan terutama pangan yang berkadar lemak tinggi justru meningkat. Semua ini berujung pada obesitas.3

Ada beberapa dampak dari

obesitas pada remaja diantaranya obesitas berdampak pada kematian sekitar 300.000 kematian pertahun yang berhubungan dengan obesitas, seseorang yang obesitas memiliki tingkat resiko

50%-100% lebih tinggi untuk

mengalami kematian bila dibandingkan dengan individu yang sehat.2

Obesitas atau kegemukan pada

remaja merupakan faktor resiko

terjadinya penyakit jantung seperti tingginya kadar kolesterol dan tingginya tekanan darah, bila dibandingkan dengan individu dengan berat badan normal. Remaja yang menderita obesitas atau kegemukan memiliki resiko sebanyak 70% untuk mengalami overweight atau obesitas pada saat dewasa, dan angka ini akan meningkat sebanyak 80% jika salah satu orang tua menderita obesitas. Konsekuensi yang dapat langsung terjadi pada obesitas

adalah diskriminasi sosial, sehingga remaja akan mengalami penurunan kualitas hidup. Dampak atau faktor resiko yang akan terjadi pada remaja dengan obesitas dalam jangka panjang salah satunya adalah infertilitas.2, 4

Menurut WHO yang dikutip oleh Kumalasari (2012) penyebab infertilitas pada perempuan diantaranya adalah faktor tuba fallopi 36%, gangguan ovulasi 33%, endometriosis 6% dan hal yang tidak diketahui 40%.4

Pada beberapa negara obesitas menjadi perhatian khusus contohnya seperti di Eropa salah satu upaya yang dilakukan untuk menekan prevalensi kegemukan dan obesitas pada anak di negara yang menjadi kiblat mode dunia ini adalah dengan memobilisasi para guru, dokter, dosen fakultas kedokteran, maupun pekerja bidang kesehatan lainnya untuk mengampanyekan bahaya kegemukan dan obesitas pada anak. Begitu juga dengan di Jepang upaya yang ditempuh pemerintah Jepang untuk menurunkan prevalensi kegemukan dan obesitas pada anak dan remaja dengan menyediakan fasilitas kelas olahraga dan kesehatan di Tokyo yang khusus

ditujukan bagi anak penderita

kegemukan dan obesitas.5

Di Indonesia menurut data

Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2007 prevalensi penderita obesitas

pada usia remaja adalah 1,1%.

Penderita obesitas lebih banyak ditemui pada remaja putri di daerah perkotaan dengan status sosial ekonomi menengah ke atas, sedangkan menurut Riskesdas tahun 2010 prevalensi kegemukan atau obesitas pada remaja putri usia 13 tahun – 15 tahun meningkat menjadi 2,0% dan berkaitan dengan tempat tinggal. Prevalensi obesitas lebih tinggi pada daerah perkotaan yaitu 3,2% dan daerah pedesaan yaitu 1,7%. Prevalensi kegemukan pada anak usia 13 tahun-15

tahun juga terlihat meningkat

sejalandengan meningkatnya pendidikan kepala rumah tangga. prevalensi kegemukan terendah terlihat pada anak dengan kepala rumah tangga tidak sekolah 1,8% dan tertinggi pada anak

(3)

35

dengan kepala rumah tangga

berpendidikan D1 ke atas 4,4%. Menurut jenis pekerjaan kepala rumah tangga, Prevalensi kegemukan pada remaja tinggi pada kepala rumah tangga

yang bekerja sebagai pegawai

berpenghasilan tetap 4,1% dan sebagai wiraswasta 3,2% dan terendah pada kepala rumah tangga yang sedang sekolah. Berdasarkan keadaan ekonomi rumah tangga terlihat kecenderungan, semakin meningkat keadaan ekonomi semakin tinggi prevalensi kegemukan pada remaja 13-15 tahun. Prevalensi kegemukan terendah terlihat pada rumah tangga dengan ekonomi rendah (1,4%) dan tertinggi pada rumah tangga dengan ekonomi tertinggi (4,3%).

Ada 15 provinsi yang memiliki prevalensi kegemukan anak usia 13-15 tahun diatas prevalensi nasional, yaitu provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Banten, Bali, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara dan Papua.6

Kota Tangerang merupakan salah satu kota di wilayah provinsi Banten yang berbatasan langsung dengan kota Jakarta. Kota Tangerang menjadi gerbang masuk dan keluar orang, barang dan jasa ke dan dari provinsi Banten. Posisi strategis ini dipandang sebagai potensi yang selanjutnya diformulasikan dalam visi kota Tangerang yaitu “Kota Tangerang sebagai kota industri, perdagangan dan pemukiman yang ramah lingkungan dalam masyarakat yang berakhlak mulia”.

Menurut Arisman yang dikutip oleh Manurung (2009), ada beberapa alasan mengapa remaja dikatakan usia yang rentan terhadap terjadinya kelebihan gizi. Pertama, adanya kebutuhan energi yang lebih besar untuk mengimbangi peningkatan pertumbuhan dan perkembangan yang relatif singkat. Kedua, perubahan gaya hidup dan

kebiasan pangan menuntut penyesuaian asupan energi dan zat gizi. Ketiga,

keikutsertaan dalam olahraga,

kehamilan,kecanduan alkohol dan obat, meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizi.7

SMP Islamic Centre terletak didaerah perkotaan dan memiliki kegiatan belajar dan ekstrakulikuler yang cukup padat, sehingga siswi-siswinya memiliki peluang yang cukup besar untuk makan diluar rumah dan mengkonsumsi makanan siap saji. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti Karakteristik Remaja Putri (12-15 tahun) dengan Indeks Massa Tubuh diatas Bert Badan Normal(> 24,9) di SMP Islamic Centre Tangerang 2013”.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional.8 Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2013 di SMP islamic centre Tangerang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa putri di SMP Islamic Centre Tangerang sebanyak 81 orang dan pengambian sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan non probability sampling yaitu total populasi.Variabel dalam penelitian ini yaitu pekerjaan kepala keluarga, pendidikan orangtua (Ayah dan Ibu), pendapatan keluarga, dan uang saku. Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data primer dengan kuesioner sebagai alat ukurnya.

Setelah melakukan pengumpulan data dilakukan pengolahan data dengan langkah-langkah editing, coding, data entry, tabulasi, cleaning. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisa univariat. Analisa univariat pada umumnya hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel.

(4)

36

Berdasarkan tabel 1 diatas, dari 81 yang diteliti didapatkan lebih banyak responden yang mengalami berat badan lebih yaitu sebesar 76,5%.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Remaja Putri (12-15 Tahun) dengan Indeks Massa Tubuh Diatas Berat Badan Normal

Variabel F %

Berat Badan Lebih 62 76,5

Obesitas I 15 18,5

Obesitas II 3 3,7

Sangat Obesitas 1 1,2

Total 81 100

Pada tabel 2 hasil penelitian yang dilakukan didapatkan hasil dari 81 orang responden variabel Pekerjaan terbanyak wiraswasta sebesar 51,9%, pendidikan KK terbanyak Pendidikan tinggi sebesar 46,9%, pendidikan ibu terbanyak pendidikan menengah sebesar 43,2%, pendapatan keluarga terbanyak ≥ 2.200.000 sebesar 86,4% dan uang saku terbanyak umur terbanyak ≥ 6.000 sebesar 95,1.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pekerjaan KK, Pendidikan KK, Pendidikan Ibu, Pendapatan Keluarga dan Uang Saku Pada Remaja Putri

Variabel F %

Pekerjaan KK

Wiraswasta 42 51,9

Pegawai Negeri Sipil 32 39,5 Pegawai Swasta 7 8,6 Pendidikan KK Pendidikan Dasar 17 21 Pendidikan Menengah 26 32,1 Pendidikan Tinggi 38 46,9 Pendidikan Ibu Pendidikan Dasar 19 23,5 Pendidikan Menengah 35 43,2 Pendidikan Tinggi 27 33,3 Pendapatan Keluarga < 2.200.000 11 13,6 ≥ 2.200.000 70 86,4 Uang Saku < 6.000 4 4,9 ≥ 6.000 77 95,1

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Remaja Putri (12-15 Tahun) Dengan Indeks Massa TubuhDiatas Berat Badan Normal (> 24,9) Berdasarkan Pekerjaan Kepala Keluarga

Kategori

Total

BB Lebih Obesitas I Obesitas II Sangat Obesitas

F % F % F % F % F % Pekerjaan Wiraswasta 30 71,4 9 21,4 2 4,8 1 2,4 42 100 PNS 26 81,2 5 15,6 1 3,1 0 0 32 100 Pegawai Swasta 6 85,7 1 14,3 0 0 0 0 7 100 Pendidikan KK Dasar 13 76,5 4 23,5 0 0 0 0 17 100 Menengah 18 69,2 5 19,2 2 7,7 1 3,8 26 100 Tinggi 31 81,6 6 15,8 1 3,8 0 0 38 100 Pendidikan Ibu Dasar 17 89,5 2 10,5 0 0 0 0 19 100 Menengah 22 62,9 11 31,4 1 2,9 1 2,9 35 100 Tinggi 23 85,2 2 7,4 2 7,4 0 0 27 100 Penghasilan < 2.200.000 8 72,7 2 18,2 1 9,1 0 0 11 100 ≥ 2.200.000 54 77,1 13 18,6 2 2,9 1 1,4 70 100 Uang Saku < 6.000 3 75 0 0 1 25 0 0 4 100 ≥ 6.000 59 76,6 15 19,5 2 2,6 1 1,3 77 100

(5)

37

Berdasarkan tabel 3 didapatkan dari variabel pekerjaan pegawai swasta sebesar 85,7% yang memiliki remaja putri dengan indeks massa tubuh diatas berat badan

normal. Variabel pendidikan KK

mayoritas berpendidikan tinggi sebesar 81,6% memiliki remaja putri dengan indeks massa tubuh diatas berat badan normal. Variabel pendidikan ibu mayaritas berpendidikan dasar sebesar 89,5% yang memiliki remaja putri dengan indeks massa tubuh diatas berat badan normal.

Variabel pendapatan keluarga perbulan mayoritas berpenghasilan ≥ 2.200.000 sebesar 77,1% yang memiliki remaja putri dengan indeks massa tubuh diatas berat badan normal. Variabel uang saku perhari sebesar 76,6% memiliki uang saku ≥ 6.000 yang memiliki remaja putri dengan indeks massa tubuh diatas berat badan normal.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, 85,&% remaja puteri yang mengalami berat badan di atas normal berasal dari kepala keluarga yang bekerna sebagai pegawai swasta. Sementara itu tidak jauh berbeda repaja puteri dengan kepala keluarga sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) juga cukup banyak sebesar 81,2%, dan lebih sedikit pada kelompok remaja puteri dengan pekerjaan kepala keluarga sebagai wirasuasta sebesar 71,4%.

Hasil penelitian inidapat

mendukung pemerintah dari laporan Riskesdas tahun 2010 yaitu pekerjaan orang tua mempengaruhi obesitas pada remaja usia 13-15 tahun. Menurut jenis pekerjaan kepala rumah tangga yang tinggi mengalami obesitas adalah pegawai berpenghasilan tetap 4,1% dan wiraswasta 3,2%, dan terendah pada kepala rumah tangga yang sedang sekolah 0%.6

Pada segi pendidikan Kepala Keluarga dalam penelitian ini ditemukan bahwa dari 81 orang siswi yang mengalami berat badan diatas normal, terbanyak pada kepala keluarga yang

berpendidikan pendidikan tinggi yaitu sebesar (81,6%).

Temuan dalam penelitian ini sesuai juga dengan data Riskesdas tahun 2010 bahwa prevalensi kegemukan pada anak usia 13-15 tahun juga terlihat meningkat sejalan dengan meningkatnya pendidikan

kepala rumah tangga. prevalensi

kegemukan terendah terlihat pada anak dengan kepala rumah tangga tidak pernah sekolah (1,8%) dan tertinggi pada anak

dengan kepala rumah tangga

berpendidikan D1 keatas (4,4%).6

Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan dari 81 orang siswi SMP dengan berat badan diatas normal lebih banyak terjadi pada ibu dengan pendidikan dasar yaitu sebesar (89,5%), kemudian pada

pendidikan tinggi (85,2%), pada

pendidikan menengah (62,9%).

Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Manurung (2009) didapatkan hasil bahwa pendidikan ibu berpengaruh pada remaja dengan berat badan lebih atau obesitas, yaitu dari 96 orang responden didapatkan hasil 73 orang (76%) ibu berpendidikan lanjut (

SLTA-PT), dan 23 orang (24%) ibu

berpendidikan dasar (SD-SLTP).7

Berdasarkan hasil penelitian dari 81 orang responden dengan berat badan diatas normaldidapatkan pendapatan keluarga perbulan mayoritas berpenghasilan ≥ 2.200.000 sebesar 77,1%dan terendah pada pendapatan keluarga < 2.200.000 (72,7%).

Hal ini diperkuat oleh pernyataan dari Riskesdas (2010) yang menyatakan berdasarkan keadaan ekonomi rumah tangga terlihat kecenderungan semakin meningkat keadaan ekonomi semakin tinggi prevalensi kegemukan pada anak usia 13-15 tahun. Prevalensi kegemukan terendah terlihat pada rumah tangga yang keadaan ekonominya terendah (1,4%) dan tertinggi pada rumah tangga dengan keadaan ekonomi tertinggi (4,3%).

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa dari 81 orang

(6)

38

siswi yang mengalami berat badan diatas normal, (76,6%) diantaranya memiliki uang saku perhari sebesar ≥ 6.000, dan (75%) yang memiliki uangsaku perhari sebesar < 6.000. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Manurung (2009), didapatkan hasil bahwa uang saku mempengaruhi kejadian obesitas. Uang saku >6.000 mengalami obesitas 11,5% dan yang < 6.000 mengalami obesitas 10%.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu dari 81 orang siswi remaja usia 12-15 tahun sebagian besar terjadi pada keluarga dengan pekerjaan

kepala keluarga wiraswasta yaitu

berjumlah 42 orang (51,9%), dengan pendidikan kepala keluarga pendidikan tinggi yaitu sebanyak 38 orang (46,9%),

dengan pendidikan terakhir ibu

berpendidikan menengah yaitu sebanyak 35 orang (43,2%), dengan pendapatan keluarga dalam 1 bulan diatas UMK (≥ 2.200.000) yaitu sebanyak 70 orang (86,4%) dan mayoritas memiliki uang saku ≥ 6.000 yaitu sebanyak 77 orang (95,1%). Dari 81 orang siswi remaja usia 12-15 tahun terbanyak dengan berat badan lebih dan pekerjaan kepala keluarga mayoritas pegawai swasta sebesar 85,7%, pendidikan terakhir kepala keluarga

pendidikan tinggi sebesar 81,6%,

pendidikan terakhir ibu pendidikan dasar sebesar 89,5%, mayoritas pendapatan keluarga dalam satu bulan diatas UMK (≥ 2.200.000) yaitu sebesar 77,1% dan uang saku perhari ≥ 6.000 sebesar 76,6%.

SARAN

Diharapkan tenaga kesehatan dapat memberikan konseling kepada remaja putri tentang berat badan berlebih, dan

semakin tertarik untuk melakukan

penelitian tentang berat badan lebih ini dikarenakan dampaknya yang berbahaya. Diharapkan dengan adanya penelitian ini lahan penelitian dapat menambahkan kegiatan olahraga rutin. Diharapkan dapat

menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan khususnya tentang

karakteristik remaja putri dengan indeks massa tubuh diatas normal.

DAFTAR PUSTAKA

1.Siregar AR. Harga Diri Pada Remaja Obesitas. Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran [Internet]. 2006.

Available from:

http://library.usu.ac.id/download/fk/06009 832.pdf.

2.Soegih R. Permasalahan dan Terapi Praktis. Jakarta: Sagung Setor; 2009. 3.Arisman. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010.

4.Kumalasari I. Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika; 2012.

5.Wahyu GG. Obesitas pada Anak. Yogyakarta: Benteng Pustaka; 2009.

6.______. Riset Kesehatan Dasar

(RISKESDAS). Jakarta: Badan Penelitian

dan Pengembangan Kesehatan

Kementerian Republik Indonesia; 2010. 7.Manurung NK. Pengaruh Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan dan Aktifitas Fisik terhadap Kejadian Obesitas. Medan: Universitas Sumatera Utara; 2009.

8.Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2012

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterlibatan konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian beras organik di Kota Surakarta, mendeskripsikan dan

Untuk itu yang ingin dilihat adalah adanya pengaruh bahan dasar gel dalam penetrasi zat aktif dalam hal ini minyak zaitun dalam formulasi gel pelindung kulit dari sinar UVB

a) Menjadikan Taman Buaya Indonesia Jaya sebagai salah satu objek pariwisata edukasi Kabupaten Bekasi yang ber-skala internasional. b) Mendapatkan sebuah konsep perencanaan dan

[r]

Hasil uji BNJ (Tabel 6) menunjukkan bahwa kultivar njengi pada umur 2 MST memiliki diameter batang lebih besar dan berbeda dengan kultivar sampara tetapi tidak

Faktor internal yang menjadi kekuatan PT Agroindo Usaha Jaya adalah kualitas produk yang bermutu, ketepatan waktu dalam pendistribusian, buah yang ditawarkan

Penelitian yang berupa studi pustaka ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang pemanfaatan dan peranan FMA untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan tanaman

Pemberian pupuk KCl 90 kg/ha memberikan berat biji per malai yang sama pada beberapa varietas sorgum yang diteliti, tetapi pemberian 60 kg KCl/ha pada varietas