• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

10 2.1 Akuntansi Pertanggungjawaban

2.1.1 Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban

Pada perusahaan yang sederhana pemimpin perusahaan dapat mengambil keputusan dan dapat mengawasi kegiatan perusahaan seorang diri. Dengan semakin besar dan berkembangnya perusahaan maka perusahaan menjadi tidak terkendalikan. Hal ini menyebabkan timbulnya pendelegasian wewenang dari pimpinan perusahaan kepada manajer-manajer dibawahnya. Pendelegasian wewenang ini menurut manajer bawah untuk mepertanggungjawabkan pelaksanaan wewenang ke manajer atas. Oleh karena itu timbul kebutuhan manajemen akan informasi akuntansi untuk menilai pertanggungjawaban pelaksanaan wewenang. Informasi akuntansi yang bersangkutan dengan pertanggungjawaban pelaksanaan wewenang di sebut informasi akuntansi pertanggungjawaban.

Menurut Slamet Sugiri (2005) Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi yang memuat mengenai aktiva, pendapatan dan atau biaya dalam suatu perusahaan yang dihubungkan dengan manajer yang bertanggungjawab terhadap pusat pertanggungjawaban tertentu. Adapun menurut Diana (2005) Pertanggungjawaban adalah kewajiban seseorang untuk melakukan suatu pekajian yang telah diserahkan kepadanya dengan sebaik baiknya sesuai dengan kemampuannya. Dalam organisasi, pertanggungjawaban adalah kewajiban yang harus dilaksanakan karena tugas, fungsi, pengangkatan atau pekerjaannya. Pertanggungjawaban timbul didalam suatu organisasi atau perusahaan disebabakan karena adanya pendelegasian wewenang.

(2)

2.1.2 Karakteristik Akuntansi pertanggungjawaban

Menurut Mulyadi (2006) akuntansi pertanggungjawaban mempunyai empat karakteristik yaitu : Adanya identifikasi pusat pertanggungjawaban, adanya standar yang ditetapkan sebagai tolak ukur kinerja, kinerja manajer diukur dengan membandingkan realisasi dengananggaran, manajer secara individual diberi penghargaan atau hukuman berdasarkan kebijakan manajemen yang lebih tinggi. Dari kutipan tersebut dapat dijelaskan karakteristik akuntansi pertanggungjawaban sebagai berikut :

1. Adanya indentifikasi pusat pertanggungjawaban.

Sistem akuntansi pertanggungjawaban mengidentifikasi pusat pertanggungjawaban sebagai unit organisasi seperti departemen, tim kerja atau individu. Apapun satuan pusat pertanggungjawaban yang dibentuk, akuntansi pertanggungjawaban membebankan tanggungjawab kepada individu yang diberi wewenang.

2. Adanya standar yang ditetapkan sebagai tolak ukur kinerja.

Setelah pusat pertaggungjawaban di identifikasi dan ditetapkan, akuntansi pertanggungjawaban menghendaki ditetapkannya biaya standar sebagai dasar untuk menyusun anggaran. Anggaran berisi biaya standar yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang ditetapkan. Biaya standar dan anggaran inilah yang merupakan ukuran kinerja manajer pusat pertanggungjawaban dalam mewujudkan sasaran yang telah ditetapkan anggaran.

3. Kinerja manajer diukur dengan membandingkan realisasi dengan anggaran. Pelaksanaan anggaran merupakan pelaksanaan sumber daya oleh manajer

pusat pertanggungjawaban untuk mencapai sasaran. Penggunaan sumber daya ini diukur dengan informasi akuntansi pertanggungjawaban. Informasi akuntansi pertanggungjawaban menyajikan informasi mengenai biaya sesungguhnya dan biaya yang di anggarkan kepada setiap manajer yang bertanggungjawab untuk memungkinkan mereka mempertanggungjawabkan perlaksanaan anggarannya. Dengan membandingkan biaya sesungguhnya

(3)

dengan biaya yang dianggarkan, dapat diukur kinerja manajer pusat pertanggungjawaban.

4. Manajer secara individual diberi penghargaan atau hukuman berdasarkan kebijakan manajemen yang lebih tinggi.

Sistem penghargaan dan hukuman dirancang untuk memacu para manajer dalam mengelola biaya sehingga tercapai target standar biaya yang dicantumkan dalam anggaran. Atas dasar evaluasi penyebab terjadinya penyimpangan biaya yang direalisasi dari biaya yang dianggarkan, para manajer secara individual diberi penghargaan atau hukuman berdasarkan standar yang ditetapkan.

2.1.3 Syarat-Syarat Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban 2.1.3.1 Struktur organisasi

Dalam membahas sistem akuntansi pertanggungjawaban, informasi akuntansi selalu dihubungkan dengan wewenang yang di miliki oleh tiap-tiap manajer yang ada dalam perusahaan. Karena itu, setiap manajer didalam organisasi harus bertanggungjawab terhadap segala aktivitas yang berada dibawah pengendaliannya kepada pimpinan perusahaan. Perusahaan sebagai suatu organisasi harus memiliki struktur organisasi yang disusun sedemikian rupa, sehingga wewenang dan tanggungjawab setiap manajer lebih jelas.

Struktur organisasi menekankan pada pendelegasian wewenang dan tanggungjawab manajemen dari atas ke bawah. Hal ini penting, karena perencanaan dan pengendalian di terapkan di setiap tingkatan organisasi.

Charles T. Hongren (2006) mendefinisikan struktur organisasi adalah :

“ An organization structure is an arrangement of lines of responsibility within the organization “

Struktur organisasi merupakan peraturan garis tanggungjawab dalam satu entitas yang disusun untuk mencapai tujuan bersama orang-orang yang berada pada jajaran garis tersebut. Struktur organisasi dalam akuntansi pertanggungjawaban yang baik harus disusun sedemikian rupa, sehingga wewenang dan tanggungjawab tiap-tiap

(4)

pimpinan jelas atas segala kegiatan yang berada dibawah pengendaliannya. Tanggungjawab timbul karena diberikannya wewenang, jadi wewenang mengalir dari atas kebawah.

Menurut Irma Nilasari dan Sri Wilujeng (2008) dalam hubungannya dengan pemberian wewenang,struktur organisasi dibagi dua bagian,yaitu :

1) Organisasi Tersentralisasi

Merupakan pengelolaan organisasi dimana pembuatan keputusan lebih banyak dimiliki oleh pihak manajemen puncak yang kebanyakan bekerja pada kantor organisasi.

2) Organisasi Terdesentralisasi

Merupakan pengelolaan organisasi dimana para manajer tingkat menengah atau yang tingkatannya lebih rendah memiliki kewenangan dalam pembuat keputussan dalam organisasi.

Struktur organisasi menyajikan posisi manajemen yang akan membantu membatasi tingkat wewenang, tanggungjawab dan kemampuan perhitungan masing-masing. Tanggungjawab timbul akibat adanya pendelegasian wewenang dari suatu tingkat manajemen yang lebih tinggi ke tingkat manajemen yang lebih rendah.

2.1.3.2 Anggaran Biaya

Penyusunan anggaran adalah proses pembuatan keputusan mengenai peran para manajer pusat pertanggungjawaban dalam melaksanakan program atau bagian program.Untuk membantu manajemen dalam mengelola perusahaan maka perusahaan mempunyai wewenang dan tanggungjawab untuk menyusun anggaran.Anggaran digunakan sebagai alat pengendalian biaya. Anggaran menurut Hansen Mowen (2009) adalah sebagai berikut :

“ Anggaran yaitu rencana tindakan yang dinyatakan dalam istilah keuangan. Anggaran memainkan peranan penting dalam perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan, juga berfungsi memperbaiki komunikasi dan koordinasi, suatu peranan menjadi semakin penting seiring dengan berkembangnya ukuran perusahaan”.

(5)

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa suatu anggaran merupakan alat yang dapat digunakan dalam melaksanakan proses perencanaan dan pengendalian manajemen. Dengan demikian tiap-tiap manajer akan merasa bahwa anggaran biaya untuk pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya adalah anggaran dan dia akan bersedia di nilai atas tolak ukur anggaran tersebut.

Anggaran yang baik sebaiknya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1. Adanya Organisasi Perusahaan yang sehat

Organisasi yang sehat adalah organisasi yang membagi tugas fungsional dengan jelas dan menentukan garis wewenang dan tanggungjawab yang tegas.

2. Adanya Sistem Akuntansi yang memadai Sistem akuntansi yang memadai meliputi :

a) Penggolongan rekening yang sama antara anggaran dan realisasinya sehingga dapat di perbandingkan dan di hitung penyimpangannya.

b) Pencatatan akuntansi memberikan informasi mengenai realisasinya anggaran.

c) Laporan di dasarkan pada akuntansi pertanggungjawaban. 3. Adanya Penelitian dan analisis

Penelitian dan analisis di perlukan untuk menetapkan alat pengukur prestasi sehingga anggaran dapat dipakai untuk menganalisa prestasi.

4. Adanya dukungan pelaksana

Anggaran dapat dipakai sebagai alat yang baik bagi manajemen, jika ada dukungan aktif dari para pelaksana dari tingkat atas maupun bawah.

2.1.3.2.1 Manfaat dan Keterbatasan anggaran

Perusahaan akan mengalami kesulitan dalam mengevaluasi kinerja,kurang dapat mengoptimalkan efisiensi dan produktivitas kerja, serta kurang dapat memanfaatkan kesempatan untuk perluasan usaha tanpa penyusunan suatu anggaran. Menurut Hansen Mowen (2009) manfaat penyusunan anggaran adalah sebagai berikut :

(6)

1. Memaksa para manajer untuk melakukan perencanaan.

2. Menyediakan informasi yang dapat digunakan untuk memperbaiki pengambilan keputusan.

3. Menyediakan standar evaluasi kerja. 4. Memperbaiki komunikasi dan koordinasi.

Adapun manfaat-manfaat penyusunan anggaran tersebut diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Memaksa para manajer untuk melakukan perencanaan

Anggaran memaksa manajemen untuk merencanakan masa depan. Anggaran mendorong para manajer untuk mengembangkan arah organisasi secara menyeluruh, mengantisipasi masalah, dan mengembangkan kebijakan untuk masa depan.

2. Menyediakan informasi yang dapat digunakan untuk memperbaiki pengambilan keputusan.

Anggaran memperbaiki pengambilan keputusan, sebagai contoh : manajer telah mengetahui perkiraan pendapatan dan biaya perlengkapan, biaya lab, utilitas, gaji dan lain-lain. Dia mungkin telah menurunkan tingkat kenaikan gaji, menghindari peminjaman uang dari perusahaan dan membatasi pembelian peralatan yang tidak penting, pada akhirnya keputusan-keputusan yang lebih baik bias mencegah timbulnya masalah dan menghasilkan status keuangan yang lebih baik bagi manajer dan bisnisnya.

3. Menyediakan standar evaluasi kinerja

Anggaran memberikan standar yang dapat mengendalikan penggunaan berbagai sumber daya perusahaan dan memotivasi karyawan, sebagai bagian terpenting dari sistem penganggaran, pengendalian dicapai dengan membandingkan hasil aktual dengan hasil yang di anggarkan secara periodik.

4. Memperbaiki komunikasi dan koordinasi

Anggaran juga membantu komunikasi dan koordinasi, secara formal anggaran mengkomunikasikan rencana organisasi pada tiap karyawan, jadi

(7)

semua karyawan dapat menyadari perannya dalam pencapaian tujuan-tujuan tersebut. Penyusunan anggaran mengharuskan kerjasama antara berbagai area dan aktivitas dalam organisasi sehingga koordinasi sangat di anjurkan agar anggaran sesuai dengan tujuan organisasi.

Disamping manfaat,anggaran juga memiliki keterbatasan-keterbatasan.Menurut M.Nafarin (2004) kelemahan-kelemahan anggaran adalah sebagai berikut :

1. Anggaran dibuat berdasarkan taksiran dan asumsi, sehingga mengandung unsur ketidakpastian.

2. Menyusun anggaran yang cermat memerlukan waktu, uang dan tenaga yang tidak sedikit, sehingga tidak semua perusahaan mampu menyusun anggaran secara lengkap dan akurat.

3. Pihak yang merasa dipaksa untuk melaksanakan anggaran dapat menggerutu dan menentang, sehingga pelaksanaan anggaran dapat menjadi kurang efektif.

2.1.3.2.2 Hubungan Anggaran dengan Akuntansi pertanggungjawaban

Menurut Carter (2006) proses penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan proses penetapan peran (role setting) dalam usaha pencapaian sasaran perusahaan.Sumber daya yang disediakan untuk memungkinkan manajer berperan dalam usaha pencapaian sasaran perusahaan tersebut di ukur dengan satuan moneter standar yang berupa informasi akuntansi. Oleh karena itu, penyusunan anggaran hanya mungkin dilakukan jika tersedia informasi akuntansi pertanggungjawaban,yang mengukur berbagai nilai sumber data yang disediakan bagi setiap manajer yang berperan dalam usaha pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam tahun anggaran. Dalam proses penyusunan anggaran, informasi akuntansi pertanggungjawaban berfungsi sebagai alat pengirim pesan (role sending device) Menurut Sinuraya (2004) agar manfaat akuntansi pertanggungjawaban tercapai, suatu organisasi atau perusahaan harus secara cermat mengamati dan menggolongkan pendapatan dan biaya sesuai dengan berbagai jenjang manajemen yang bertanggungjawab. Melalui laporan prestasi, anggaran setiap pusat

(8)

pertanggungjawaban dibandingkan dengan realisasinya atas nilai aktualnya, selanjutnya dapat ditentukan prestasi manajer tiap pusat pertanggungjawaban.

2.1.3.3 Penggolongan Biaya

Tanggungjawab yang diminta dari tiap departemen melalui manajer pusat pertanggungjawaban adalah tanggungjawab ats biaya yang dapat mereka kendalikan secara langsung. Dengan demikian, manajer tiap pusat pertanggungjawaban tersebut dapat mengidentifikasikan pendapatan dan biaya yang berada dibawah pengawasannya (uncontrollable). Hanya biaya dan pendapatan yang terkendali saja yang menjadi tanggungjawab tiap manajer pusat.

Definisi biaya terkendali menurut Daljono (2009) adalah :

“ Biaya dimana manajer dapat mempengaruhi ada tidaknya dan besar kecilnya biaya tersebut. Apabila seseorang manajer tidak dapat mempengaruhi suatu biaya melalui kebijakannya, maka biaya tersebut merupakan tak terkendali bagi manajer tersebut “.

Untuk memisahkan biaya kedalam biaya terkendalikan dan tidak terkendalikan pada kenyataannya seringkali ditemui kesulitan. Pedoman untuk menetapkan apakah suatu biaya dapat dibebankan sebagai tanggungjawab seorang manajer pusat pertanggungjawaban,menurut Mulyadi (2001) adalah sebagai berikut :

1. Seorang manajer memiliki wewenang, baik dalam perolehan maupun penggunaan jasa, akan dibebani biaya jasa tersebut.

2. Seorang manajer secara signifikan mempengaruhi jumlah dengan biaya tertentu melalui tindakannya sendiri,ia dapat dibebani dengan biaya tersebut.

3. Meskipun seorang manajer tidak dapat secara signifikan mempengaruhi jumlah biaya tertentu melalui tindakan langsungnya sendiri,ia dapat dibebani biaya tersebut,jika manajemen puncak menghendaki agar ia membantu manajer lain yang bertanggungjawab untuk mempengaruhi biaya tersebut.

(9)

Dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban,semua biaya yang terkendalikan oleh manajer tingkat bawah, dipandang juga terkendalikan oleh manajer pusat pertanggungjawaban yang membawahinya.

2.1.3.4 Kasifikasi Kode Rekening

Dalam akuntansi pertanggungjawaban, terjadi pengumpulan dan pelaporan biaya untuk setiap tingkatan manajemen dengan tujuan, agar manajemen dapat mempertanggungjawabkan biaya yang dikeluarkannya tersebut, karena itu diperlukan suatu bagian perkiraan yang digolongkan dan diberi kode tertentu yang memuat perkiraan-perkiraan yang ada dalam neraca maupun pada perhitungan rugi laba sesuai dengan tingkatan manajemen yang ada dalam struktur organisasi untuk dapat memudahkan pengumpulan setiap biaya dan pendapatan.

Klasifikasi atau kode rekening diusahakan menggunakan kode yang mudah diingat, sederhana dan memberi kemungkinan untuk menampung perluasan informasi dimasa yang akan datang.

Kriteria-kriteria kode rekening yang harus dipenuhi dalam perusahaan yang menerapkan akuntansi pertanggungjawaban,yaitu :

1. Jumlah angka (digit) dalam setiap kode harus sama.

2. Posisi angka didalam setiap kode merupakan makna tertentu

3. Setiap kode memiliki lebih dari satu makna, maka tergantung pemberian makna terhadap posisi angka dalam setiap kode.

4. Perluasan klasifikasi dilakukan dengan cara menambahkan angka tertentu didalam kode rekening.

Menurut M.Nafarin (2004) pemberian kode rekening memiliki lima metode yaitu :

1. Kode angka atau alphabet urut 2. Kode angka blok

3. Kode angka kelompok 4. Kode angka desimal

(10)

Pemberian kode rekening di atas dapat di jelaskan sebagai berikut : 1. Kode angka atau alphabet urut

Dalam metode pemberian kode,rekening buku besar diberi kode atau huruf yang berurutan. Kelemahan kode angka atau alphabet urut ini adalah jika terjadi perluasan jumlah rekening. Hal ini akan mengakibatkan perubahan menyeluruh terhadap kode rekening yang mempunyai angka yang lebih besar (Terry,2009)

2. Kode angka blok

Dalam metode pemberian kode,rekening buku besar dikelompokan menjadi beberapa golongan dan setiap golongan disediakan satu angka yang berurutan untuk meberi kodenya. Penggunaan kode angka blok ini dapat mengatasi kelemahan kode angka urut,yang jika terjadi perluasan mengakibatkan perluasan semua rekening yang kodenya lebih besar dari kode rekening yang mengalami perluasan (M.Nafarin,2004)

3. Kode angka kelompok

Kode angka kelompok terbentuk dari dua atau lebih sub kode yang di kombinasikan menjadi satu kode (M.Nafarin,2004)

4. Kode angka decimal

Kode angka decimal memberikan kode angka terhadap klasifikasi yang membagi kelompok menjadi maksimal 10 sub kelompok dan membagi sub kelompok menjadi maksimal 10 golongan yang lebih kecil dari sub kelompok tersebut (Terry,2009)

5. Kode angka urut di dahului dengan huruf

Kode ini menggunakan kode berupa kombinasi angak dan huruf, setiap rekening diberi kode angka yang ada didepannya di cantumkan huruf singkatan kelompok tersebut.

Kode rekening yang paling sesuai untuk tujuan akuntansi pertanggungjawaan adalah berdasarkan kode angka kelompok, sebab pada kode angka kelompok ini posisi dari masing-masing angka yang digunakan mempunyai arti tersendiri dan jika terjadi perluasan rekening dapat di sesuaikan dengan mudah.

(11)

2.1.3.5 Laporan Pertanggungjawaban

Laporan pertanggungjawaban merupakan laporan-laporan yang menerangkan hasil dari aplikasi konsep akuntansi pertanggungjawaban. Laporan pertanggungjawaban memegang peranan penting dalam kegiatan penyusunan perencanaan dan pengendalian atas jalannya operasi perusahaan. Laporan pertanggungjawaban digunakan oleh manajemen untuk mengambil keputusan. Laporan pertanggungjawaban merupakan ikhtisar-ikhtisar hasil-hasil yang dicapai oleh seseorang manajer bidang pertanggungjawaban dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya selama periode tertentu. Di dalam pengumpulan atau pelaporan biaya, tiap bidang pertanggungjawaban harus dipisahkan antara biaya terkendali dan biaya tak terkendali.

Secara umum, tujuan dari laporan pertanggungjawaban adalah untuk memberikan informasi kepada para pemimpin tentang hasil-hasil pelaksanaan suatu pekerjaan yang berada dalam lingkup tanggungjawabnya dan memberikan motivasi kepada manajer untuk mengambil satu tindakan dalam upaya meningkatkan hasil.

Tujuan laporan pertanggungjawaban adalah sebagai berikut :

1. Memberi informasi pada manajer dan atasan mengenai pelaksanaan dan prestasi kerja dalam bidang-bidang pertanggungjawaban.

2. Mendorong para manajer dan atasan guna mengambil tindakan langsung yang diperlukan untuk memperbaiki prestasi kerja.

Isi laporan pertanggungjawaban harus disesuaikan dengan tingkatan manajemen yang akan menerimanya. Laporan pertanggungjawaban harus mencantumkan semua biaya yang sesungguhnya dikeluarkan di sertai dengan jumlah biaya yang di anggarkan. Selisih anggaran merupakan prestasi manajer. Selisih anggaran dapat menguntungkan ataupun merugikan , oleh karena itu diperlukan perhatian dari manajer. Namun tidak semua selisih yang merugikan harus diperhatikan karena yang dimiliki terbatas.

(12)

2.1.3.5.1 Prinsip-Prinsip Dasar Penyajian Laporan Pertanggungjawaban

Secara umum ada dasar-dasar pembuatan laporan yang tepat untuk sebagian besar perusahaan bisa menerapkan dasar-dasar tersebut yang tentu saja harus di sesuaikan dengan besar kecilnya perusahaan, jenis usaha kemampuan (pendidikan) penerima laporan dan sebagainya.

Menurut Supriyono (2001) laporan kinerja harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Laporan menyajikan selisih antara anggaran dan realisasinya, faktor-faktor penyebab selisih dan manajer yang bertanggungjawab.

2. Laporan kinerja untuk manajer tingkat bawah harus berisi informasi rinci dan laporan kinerja untuk manajer tingkat di atasannya harus berisi informasi yang lebih ringkas

3. Laporan kinerja berisi unsur terkendalikan dan unsur tidak terkendalikan yang disajikan secara terpisah, sehingga manajer yang bertanggungjawab atas kinerja dapat di mintai pertanggungjawaban atas unsur-unsur yang terkendalikan olehnya.

4. Laporan mencakup ramalan tahunan

5. Laporan mencakup penjelasan mengenai penyebab selisih, tindakan koreksi atas selisih dan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan tindakan secara efektif.

Menurut Abdul (2010) kelima prinsip dasar di atas merupakan dasar bagi suatu sistem pelaporan yang baik. Selain itu, ada berbagai faktor lain yang dapat membantu untuk membuat tanggapan dari pembaca laporan yang lebih baik, yaitu :

1. Laporan tepat waktu

2. Laporan harus sederhana dan jelas

3. Laporan harus dinyatakan dalam bahasa dan istilah ynag dikenal oleh pimpinan yang akan memakainya

4. Informasi harus disajikan dalam urutan yang logis 5. Laporan harus akurat

(13)

6. Bentuk penyajian harus disesuaikan dengan pimpinan yang akan menggunakannya

7. Selalu distandarisasikan, apabila mungkin

8. Rancangan laporan harus mencerminkan sudut pandang pimpinan 9. Laporan harus berguna

10. Biaya penyiapan laporan harus di pertimbangkan

11. Perhatian yang di berikan untuk penyiapan laporan harus sebanding dengan manfaatnya

2.1.3.5.2 Prosedur Penyusunan Laporan Dalam Akuntansi Pertanggungjawaban Prosedur penyusunan laporan dalam akuntansi pertanggungjawaban pertama-tama dimulai dengan pusat-pusat pertanggungjawaban mengirim bukti-bukti setiap periode sekali (bulanan/triwulan) sebagai dasar menyusun laporan atas biaya yang terjadi dan menjadi tanggungjawab department atau bagiannya, data biaya yang dilaporkan oleh pusat pertanggungjawaban adalah biaya yang sesungguhnya (actualcost) dan data biaya sesungguhnya terjadi ini, dikirim (diserahkan) kepada penyusun laporan perusahaan keseluruhan (biasanya department/staf controller atau pengawas internal atau bagian akuntansi)selanjutnya bagian penyusunan laporan perusahaan keseluruhan (controller/pengawas internal) mengolah data-data yang berasal dari laporan pusat-pusat pertanggungjawaban. Tahap akhir, controller atau pengawas internal mengirimkan laporan pertanggungjawaban tersebut ke pusat-pusat pertanggungjawaban yang di nilai maupun atasan dari pusat pertanggungjawaban yang dinilai.

2.1.4 Jenis-jenis Pusat Pertanggungjawaban

Pusat pusat pertanggungjawaban individu berfungsi sebagai kerangka kerja untuk megukur dan mengevaluasi kinerja dari manajer segmen. Kinerja manajer dalam kerangka kerja akuntansi pertanggungjawaban disamakan dengan kemampuan mereka untuk mengelola faktor-faktor operasional tertentu yang dapat dikendalikan. Sistem tersebut tidak mampu mengukur dan mengevaluasi kinerja secara total, yang

(14)

selain itu akan memasukan faktor-faktor seperti pengendalian mutu, tingkat moral bawahan dan kualitas pimpinan, faktor-faktor tersebut harus diukur dan dievaluasi dengan cara lain.

Pusat pertanggungjawaban dikelompokan ke dalam empat kategori, yang masing-masing mencerminkan rentang dan diskresi atau pendapatan dan/atau biaya serta lingkup pengendalian dari manajer yang bertanggungjawab. Pusat pertanggungjawaban tersebut dapat berupa :

1. Pusat Biaya (cost center)

Merupakan bidang tanggungjawab yang menghasilkan suatu produk atau memberikan suatu jasa. Manajer yang bertanggungjawab atas pusat biaya memiliki diskresi dan kendali hanya tas penggunaan sumber daya fisik dan manusia yang diperlukan untuk melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya. Pusat biaya adalah pusat pertanggungjawaban yang inputnya diukur secara moneter sedangkan outputnya tidak. Berdasarkan hubungan antara masukan dan keluarannya, pusat biaya dapat dibagi lagi menjadi : a) Pusat Biaya Teknik

Pusat pertanggungjawaban yang sebagian besar masukannya mempunyai hubungan yang nyata dan erat dengan keluarannya. Manajer pusat biaya teknik diukur prestasinya atas dasar seberapa jauh dapat mepertahankan efisiensinya.

b) Pusat biaya Kebijakan

Pusat pertanggungjawaban yang sebagian besar masukannya tidak mempunyai hubungan dengan keluarannya. Pusat biaya kebijakan tidakdapat diukur prestasinya dari sudut efisiensinya. Pengendalian pusat biaya kebijakan dilakukan dengan menggunakan anggaran pedoman bagi manajer

2. Pusat Pendapatan(revenue center)

Jika tanggungjawab utama dari seorang manajer adalah penghasilan pendapatan maka segmennya sebaiknya diperlakukan sebagai pusat pendapatan. Manajer pusat tidak mempunyai diskresi maupun pengendalian

(15)

terhadap investasi pada aktiva atau biaya lain dari barang atau jasa yang akan dijual.

3. Pusat Laba (Profit Center)

Adalah segemen dimana manajer memiliki kendali baik atas pendapatan maupun atas biaya, manajer dievaluasi berdasarkan efisiensi mereka dalam menghasilkan pendapatan dan mengendalikan biaya. Deskresi yang mereka miliki terhadap biaya meliputi beban produksi dari produk atau jasa. Tanggungjawab mereka adalah lebih luas dibandingkan dengan tanggungjawab dari pusat pendapatan atau pusat biaya karena mereka bertanggungjawab atas fungsi distribusi dan manufaktur.

4. Pusat Investasi (Investment center)

Bertanggungjawab terhadap investasi dalam aktiva serta pengendalian atas pendapatan dan biaya. Mereka bertanggungjawab untuk mencapai margin kontribusi dan target laba tertentu serta efisiensi dalam penggunaan aktiva.

2.1.5 Tujuan dan Manfaat Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban

Tujuan akuntansi pertanggungjawaban adalah meghasilkan laporan-laporan untuk setiap tingkat manajemen pada setiap pusat pertanggungjawaban (responsibility centre). Laporan yang dibuat harus disesuaikan dengan tingkatan manajemen yang akan menggunakan laporan tesebut yang merupakan hasil kegiatan suatu unit yang berada dibawah wewenangnya. Laporan yang dibuat dan ditujukan kepada tiap tingkatan manajemen akan memberikan umpan balik bagi manajemen sehinnga dapat diambil suatu tindakan korektif atau pencegahan dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan.

Menurut Leaners (2010) informasi akuntansi pertanggungjawaban dapat berupa informasi yang masa lalu dan informasi yang akan datang. Informasi yang akan datang bermanfaat untuk penyusunan anggaran, sedangkan informasi akuntansi masa lalu bermanfaat sebagai penilai kinerja manajer akuntansi pertanggungjawaban dan memotivasi manajer.

(16)

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikatakan bahwa akuntansi pertanggungjawaban bermanfaat terhadap jalannya perusahaan yaitu berupa keputusan yang di ambil tepat pada waktunya serta sesuai dengan tingkat manajemen yang ada dan organisasinya terbagi menjadi unit yang dikendalikan. Bagi para manajer yang didapat adalah meningkatkan keahlian manajerialnya serta berpartisipasi aktif dalam mengambil keputusan, sehingga keputusan kerja dan moralnya dapat lebih ditingkatkan.

2.2 Efektifitas

Pengertian efektifitas yang dikemukakan oleh Anthony dan Govindarajan yang telah diterjemahkan oleh Tjakrawala dalam bukunya Sistem Pengendalian Manajemen (2005) yaitu :

“ Efektifitas di tentukan oleh hubungan antara output yang dihasilkan oleh suatu pusat pertanggungjawaban dengan tujuannya. Semakin besar output yang dikontribusikan terhadap tujuan, Maka semakin efektiflah unit tersebut karena baik tujuan maupun input sangatlah sukar buat dikuantifikasikan”.

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa efektifitas merupakan hubungan antara output yang dihasilkan dan tujuan yang hendak dicapai oleh perusahaan. Pada dasarnya, efektifitas merupakan derajat keberhasilan bagi suatu perusahaan, sampai seberapa jauh perusahaan dinyatakan berhasil dalam usahanya mencapai tujuan tersebut. Semakin besar kontribusi output terhadap tujuan, maka unit tersebut semakin efektif.

Arens dkk (2008) mendefinisikan efektifitas sebagai berikut :

“ Efektifitas merujuk ke pencapaian tujuan, sedangkan efisiensi mengacu ke sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan itu”.

Dan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa efektifitas lebih menitik beratkan pada tingkat keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Jadi penilaian efektifitas didasarkan atas sejauh mana tujuan organisasi dapat dicapai dan pencapaian sasaran yang berkaitan dengan tujuan yang telah di tetapkan.

(17)

2.3 Pengendalian

Pengendalian merupakan suatu tindakan manajemen agar tujuan perusahaan dapat tercapai dan menjaga aktivitas yang terjadi diperusahaan agar dapat berjalan sesuai dengan standar juga menghindari penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi. Menurut Hansen and Mowen (2009) pengendalian adalah :

“ Pengendalian adalah melihat kebelakang, menentukan apakah sebenarnya yang telah terjadi, dan membandingkannya dengan hasil yang direncanakan sebelumnya”.

2.4 Jenis Produksi

Proses produksi dapat diartikan sebagai cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-bahan dan dana) yang ada. Jenis-jenis produksi yaitu :

1. Proses produksi terus-menerus (continuous processes)

Suatu proses produksi yang mempunyai pola atau ururtan yang selalu sama dalam pelaksanaan proses produksi didalam perusahaan.

Ciri-ciri proses produksi terus-menerus adalah :

a. Produksi dalam jumlah yang besar (produksi massa) variasi produk sangat kecil dan sudah distandardisir.

b. Menggunakan produksi layout atau departementation by product. c. Mesin berdifat khusus (special purpose machines).

d. Operator tidak mempunyai keahlian/skill yang tinggi.

e. Salah satu mesin/peralatan rusak atau terhenti, seluruh proses produksi terhenti.

f. Tenaga kerja sedikit.

g. Persedian bahan mentah dan bahan dalam proses kecil.

h. Dibutuhkan maintenance specialist yang berpengetahuan dan pengalaman yang banyak.

i. Pemindahan bahan dan peralatan handling yang fixed (fixed path equipment) menggunakan ban berjalan (conveyor).

(18)

Kebaikan proses produksi terus-menerus adalah :

a. Biaya per unit rendah bila produk dalam volume yang besar dan distandardisir.

b. Pemborosan dapat diperkecil, karena menggunakan tenaga mesin. c. Biaya tenaga kerja rendah.

d. Biaya pemindahan bahan di pabrik rendah karena jaraknya lebih pendek. Sedangkan kekurangan proses produksi terus-menerus adalah :

a. Terdapat kesulitan dalam perubahan produk.

b. Proses produksi mudah terhenti, yang menyelesaikan kemacetan seluruh produksi.

c. Terdapat kesulitan menghadapi tingkat permintaan. 2. Proses produksi terputus-putus (infermitten processes)

Suatu proses produksi dimana arus proses yang ada dalam perusahaan tidak selalu sama. Ciri-ciri produksi yang terputus-putus adalah :

a. Produk yang dihasilkan dalam jumlah kecil, variasi sangat besar dan berdasarkan pesanan.

b. Menggunakan proses layout (departementation by equipment).

c. Menggunakan mesin-mesin bersifat umum (general purpose machines) dan kurang otomatis.

d. Operator mempunyai keahlian yang tinggi.

e. Proses produksi tidak mudah berhenti walaupun terjadi kerusakan di salah satu mesin.

f. Menimbulkan pengawasan yang lebih sukar. g. Persediaan bahan mentah tinggi.

h. Pemindahan bahan dengan peralatan handling yang flexible (varies path equipment) menggunakan tenaga manusia seperti kereta dorong (forklift).

(19)

Kelebihan proses produksi terputus-putus adalah :

a. Flexibilitas yang tinggi dalam menghadapi perubahan produk yang berhubungan dengan process layout, mesin bersifat umum (general purpose machines) sistem pemindahan menggunakan tenaga manusia. b. Di peroleh penghematan uang dalam investasi mesin yang bersifat

umum.

c. Proses produksi tidak mudah terhenti, walaupun ada kerusakan di salah satu mesin.

Sedangkan kekurangan proses produksi terputus-putus adalah :

a. Dibutuhkan scheduling, routing yang banyak karena produk berbeda tergantung pemesanan.

b. Pengawasan produksi sangat sukar di lakukan.

c. Persediaan bahan mentah dan bahan dalam proses cukup besar

d. Biaya tenaga kerja dan pemindahan bahan sangat tinggi, karena menggunakan tenaga kerja yang banyak dan mempunyai tenaga ahli.

2.5 Klasifikasi Biaya

Klasifikasi atau penggolongan adalah proses pemgelompokan secara sistematis atas keseluruhan unsur-unsur yang ada kedalam kelompok-kelompok tertentu yang lebih ringkas, untuk memberikan informasi yang berarti. Agar data biaya dapat digunakan secara maksimal oleh puhak manajemen baik untuk membentuk perencanaan, pengendalian maupun utnuk kepentingan-kepentingan lainnya, maka biaya harus di klasifikasikan menurut jenis dan hubungannya.

Menurut Hammer at all yang telah di alih bahasakan oleh Krista (2004) biaya dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Produk ( satu lot, batch, atau unit dari suatu barang jadi atau jasa ) a. Biaya Manufaktur

Di sebut biaya produksi atau biaya pabrik biasanya sebagai hasil penjumlahan dari tiga elemen biaya : bahan baku, tenaga kerja langsung

(20)

dan overhead pabrik. Bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung dan overhead pabrik, keduanya disebut biaya produksi.

b. Bahan Komersial

Terdiri atas dua klasifikasi, yang pertama beban pemasaran dimulai dari titik dimana biaya produksi berakhir, yaitu ketika proses produksi selesai dan produk ada dalam kondisi siap jual, yang kedua beban administrative, beban yang terjadi dalam mengarahkan dan mengendalikan organisasi.

2. Volume Produksi a. Biaya tetap

Merupakan biaya yang bersifat konstan secara total dalam rintang yang relevan.

b. Biaya variabel

Biaya yang jumlah totalnya berubah secara proposional terhadap perubahan aktivitas dalam rentang yang relevan.

c. Biaya semi variabel

Biaya yang memiliki elemen biaya tetap dan biaya variabel.

3. Departemen proses, pusat biaya (cost center ), atau sub devisi lain dari manufaktur :

a. Biaya yang dikeluarkan oleh departemen produksi dan departemen jasa adalah biaya departemen langsung dan departemen tidak langsung. b. Biaya yang dikeluarkan oleh bagian lainnya yaitu biaya bersama (

common cost ) dan biaya gabungan ( joint cost ) 4. Periode akuntansi

a. Pebgeluaran modal, pengeluaran yang digunakan untuk memberikan manfaat dimasa depan dan dilaporkan sebagai aktiva.

b. Pengeluaran pendapatan, pengeluaran yang memberikan manfaat untuk periode sekarang dan dilaporkan sebagai beban.

(21)

a. Biaya diferensal, biaya yang relevan untuk suatu pilihan diantara banyak alternatif.

b. Biaya komponen, Sejumlah pendapatan atau manfaat lain yang mungkin hilang bila alternatif tertentu diambil.

c. Biaya tertanam, Suatu biaya yang telah terjadi dan oleh karena itu tidak relevan dalam pengambilan keputusan.

2.6 Biaya Produksi

2.6.1 Definisi Biaya Produksi

Biaya produksi adalah sejumlah pengorbanan ekonomis yang harus dikorbankan untuk memproduksi suatu barang. Menurut Atkinson, Banker, Kaplan dan young (2005) definisi biaya produksi adalah sebagai berikut :

“ Product cost are cost associated with the manufacture of product.”

SementaraCarter dan Usry (2004)yang telah di alihbahasakan oleh Krista, pengertian biaya produksi yaitu :

“ Biaya manufaktur juga disebut biaya produksi atau biaya pabrik biasa didefinisikan sebagai jumlah dan tiga elemen biaya : bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik”.

Biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik disebut pula conversation cost. Menurut Mulyadi (2005) biaya produksi adalah :

“ Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Menurut objek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik (factory overhead cost).”

2.6.2 Fungsi Pengendalian Biaya Produksi

Hasil akhir dari fungsi pengendalian tidak hanya beripa laporan atas prestasi kerja, melainkan akan mencakup juga pertimbangan-pertimbangan berikut ini :

1. Bantuan dalam menetapkan nama-nama untuk pengendalian.

(22)

3. Pelaporan tentang prestasi pelaksanaan jangka pendek yang sesungguhnya dibandingkan dengan prestasi kerja yang di standarkan.

4. Pengembangan trends dan hubungan-hubungan untuk membantu para pimpinan operasional.

5. Memastikan bahwa melalui tinjauan yang berkesinambungan, system dan prosedur dapat menyediakan data yang diperlukan dan yang paling berguna atau basis yang paling praktis dan ekonomis.

2.6.3 Proses Pengendalian Biaya Produksi

Proses pengendalian biaya produksi meliputi tiga hal, yaitu : 1. Pengendalian biaya bahan baku

Bila pemakaian bahan baku di konsumsi dengan terkendali, maka biaya pun dapat terkendali. Dalam arti luas, pengendalian bahan baku adalah menyediakan bahan baku dengan kualitas dan kuantitas yang diisyaratkan pada waktu dan tempat yang diperlukan proses produksi. Bahan baku harus digunakan sesuai dengan kebutuhan produksi dan harus dapat dipertanggungjawbankan secara penuh. Pengendalian ini mencakup banyak fase yaitu rencana dan spesifikasi pembelian, penerimaan atau pemeliharaan, persediaan, penggunaan barang sisa dan pemborosan.

2. Pengendalian biaya tenaga kerja langsung

Pengendalian ini berkisar pada pengukuran prestasi pelaksanaan sesungguhnya terhadap tolak ukur atas standard dan mengadakan tindak lanjut terhadap alasan terjadinya penyimpangan dari standar ini. Berhasilnya proyek akan bergantung pada suatu sistem upah yang layak dari standar-standar kuantitatif dan kualitatif yang efektif.

3. Pengendalian biaya overhead pabrik

Semakin banyak mesin dan peralatan canggih yang digunakan, menjadi semakin rumit pula biaya overhead pabrik. Dengan bertambahnya investasi dalam mesin, dapat meningkatkan produktifitas dan mengurangi jam tenaga kerja langsung. Maka pengendalian biaya penyusutan, penggunaan tenaga

(23)

kerja listrik, perbaikan dan pemeliharaan mesin mendapat perhatian yang lebih besar dari manajemen. Meskipun sedikit lebih rumit, namun inti pengendaliannya tetap berada pada penetapan standar. Pengukuran prestasi sebenarnya pada standar, dan pengambilan tindakan perbaikan.

2.7 Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban Terhadap Efektifitas Pengendalian Biaya Produksi

Akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting) menghasilkan keluaran berupa informasi akutansi pertanggungjawaban. Informasi pertanggungjawaban merupakan informasi biaya, pendapatan, dan aktiva yang dihubungkan dengan para manajer yang bertanggungjawab terhadap pusat pertanggugjawaban tertentu. Informasi ini dapat meliputi informasi masa lalu dan juga dapat berupa informasi yang akan datang yang bermanfaat untuk penyusunan anggaran.

Informasi masa lalu bermanfaat sebagai penilai kinerja manajer pusat pertanggungjawaban dan sebagai pemotivasi manajer. Dalam proses pengendalian, informasi yang digunakan adalah informasi pertanggungjawaban masa lalu. Tujuan utama adanya peranan akuntansi pertanggungjawaban terhadap biaya pengendalian biaya produksi adalah untuk menunjang efektifitas dari pengendalian biaya produksi melalui penerapan sistem akuntansi pertanggnggjawaban oleh perusahaan.

Pengendalian produksi dapat dilakukan dengan cara memberikan peran bagi manajer untuk merencanakan biaya yang menjadi tanggungjawabnya dan kemudian menyajikan informasi realisasi biaya tersebut. Akuntansi pertanggungjawaban dapat meningkatkan efektifitas biaya produksi.

Akuntansi pertanggungjawaban dapat meningkatkan efektifitas pengendalian biaya produksi bila perusahaan dan pusat-pusat pertanggungjawaban yang ada didalamnya dapat melaksanakan persyaratan utnuk terselanggaranya akuntansi pertanggungjawaban yang memadai. Dengan demikian informasi akuntansi pertanggungjawaban mencerminkan prestasi kerja dan juga penyimpangan yang

(24)

dibuat oleh manajer dalam menggunakan berbagai sumber daya untuk melaksanakan peran manajer tersebut dalam mencapai sasaran perusahaan.

Adapun manfaat dari diterapkannya informasi akuntansi pertanggungjawban dapat membantu perusahaan dalam hal-hal sebagai berikut :

1. Penyusunan Anggaran 2. Penilaian kinerja manajer

3. Pemotivasi manajer dalam menghasilkan kinerja 4. Pengelolaan aktivitas

Referensi

Dokumen terkait

terhadap nilai f(x) adalah 0,0001 atau lebih

Sedangkan untuk variabel pemahaman prosedur perpajakan mempunyai t hitung -0,03 lebih kecil dari t tabel 1,656 dengan nilai signifikansi 0,957 > 0,05 yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh nyata antara komposisi dedak bekatul dan konsentrasi air kelapa terhadap kedalaman miselium umur 7 dan 21 HSI, diameter

mengoptimalkan hal tersebut, pemerintah Jateng dapat mengawinkan tren pariwisata syari’ah dengan basis pariwisata religi.. Namun realitasnya, walaupun kuantitas okupasi

Terbatasnya lahan sebagai sumber hijauan pakan ternak, maka pola pengembangan usaha ternak kambing dapat dilakukan melalui pendekatan integrasi dengan sistem usaha perkebunan

Urut dari skor yang paling tinggi ke skor yang paling rendah serta di bagi 2 menjadi kelompok atas dan kelompok bawah.. Tenentukan jumlah kelompok atas dan kelompok bawah

Untuk mencegah terbentuknya warna coklat pada buah atau sayuran dapat dilakukan dengan : (1) menghilangkan oksigen pada permukaan buah atau sayuran yang

Arah kebijakan pembangunan daerah ditujukan untuk pengentasan kemiskinan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat, revitalisasi pertanian dan kelautan, perluasan