• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Pertumbuhan dan Perkembangan

Menurut Doyle (2009), pertumbuhan atau physical growth adalah peningkatan dalam ukuran tubuh yaitu tinggi badan, berat badan dan juga bertambah besarnya ukuran organ kecuali jaringan limfa yang akan mengecil ketika usia anak bertambah.

Dorland Medical Dictionary (2004) menyatakan bahwa pertumbuhan adalah proses normal dari pembesaran ukuran organisme yang disebabkan oleh accretion (pertumbuhan) jaringan tubuh. Sedangkan Tanuwidjaya (2002), mendefinisikan pertumbuhan sebagai bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan intraseluler, yang bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan mempergunakan satuan panjang atau satuan berat.

Doyle (2009) menyatakan bahwa perkembangan adalah peningkatan fungsi dan kapabilitas seorang anak. Dalam mempelajari perkembangan dapat dibagi atas beberapa kategori yang spesifik seperti gerakan motorik kasar, gerakan motorik halus, perkembangan bahasa, sosial dan emosional. Pada anak yang normal, proses perkembangan terjadi dalam kecepatan yang berbeda misalnya ada anak yang berjalan dalam usia yang lebih cepat dari sebagian anak lain namun lambat dalam perkembangan berbicaranya dan Tanuwidjaya (2002) menyebutkan bahwa perkembangan anak ialah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, dan bersifat kualitatif.

2.2.Masa Pertumbuhan dan Perkembagan

Pertumbuhan dan perkembangan secara garis besar terbagi dua tahap,yaitu masa prenatal, dan masa post natal. Masa prenatal, adalah masa janin didalam kandungan, dan terdiri atas dua periode yaitu masa embrio dan masa fetus. Masa embrio adalah periode setelah konsepsi hingga umur kehamilan 8 minggu, dimana ovum yang dibuahi akan mengalami diferensiasi yang berlangsung cepat hingga membentuk suatu sistem organ dalam tubuh. Masa fetus adalah

(2)

kehamilan pada awal minggu ke 9, dan dibagi pada dua tahap yaitu masa fetus dini dan masa fetus lanjut. Masa fetus dini mulai saat kehamilan berusia 9 minggu sampai dengan trimester kedua. Pada tahap ini, terjadi kecepatan yang meningkat pada pertumbuhan dan pembentukan janin, sehingga membentuk manusia dengan organ – organ tubuh yang mulai berfungsi. Masa akhir trimester kedua memasuki trimester ketiga, menunjukkan fasa fetus dini memasuki fase fetus lanjut dimana, pertumbuhan berlangsung dengan pesat dan perkembangan fungsi-fungsi tubuh mulai terlihat. Pada fase ini juga terjadi transfer immunoglobulin G (IgG) dari darah ibu melalui plasenta sedangkan di daerah otak dan retina fetus terjadi akumulasi asam lemak essensial dari seri omega 3 dan omega 6 (Tanuwidjaya.S, 2002).

Sesudah lahir, tahap pertumbuhan dan perkembangan akan masuk ke masa post natal. Masa post natal terdiri dari beberapa periode, yaitu masa neonatal (0-28 hari), masa bayi (bayi dini dan bayi lanjut), masa prasekolah, masa sekolah atau pra-pubertas dan masa remaja (adolescent) (Tanuwidjaya.S, 2002).

Tahap awal neonatus adalah beradaptasi terhadap lingkungan, yang termasuk perubahan sirkulasi darah dan mulainya berfungsi berbagai organ – organ tubuhnya yang lain seperti parunya (Tanuwidjaya. S, 2002).

Setelah berakhirnya masa neonatus, fase berikutnya adalah fase bayi, yang terbagi dua fase yaitu bayi dini dan bayi lanjut. Fase bayi dini yang berawal dari usia 1 bulan hingga 12 bulan. Pada fase bayi dini pertumbuhan akan terjadi dengan pesat dan proses pematangan organ akan berlangsung secara berkelanjutan terutama meningkatnya fungsi sistem saraf (Tanuwidjaya.S, 2002). Setelah bayi mencapai usia 1 tahun, ia akan masuk ke masa bayi akhir,

yang berlangsung hingga ia mencapai usia 2 tahun, ditahap ini kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan ada kemajuan pada perkembangan motorik dan fungsi ekskresi.

Pada saat usianya masuk 2 tahun, dia akan memasuki tahap prasekolah (preschooler), di usia ini pertumbuhan anak akan berlangsung dengan stabil dan terjadi perkembangan dengan aktifitasnya sehari-hari dan meningkatnya keterampilan dan proses berpikir. Masa sekolah atau masa prapubertas terjadi

(3)

pada anak wanita dikalangan usia 6 hingga 10 tahun, sedangkan anak laki laki usia 8 hingga 12 tahun, diperiode ini anak-anak akan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan masa prasekolah, keterampilan dan intelektual makin berkembang, dia senang bermain berkelompok dengan jenis kelamin yang sama. Anak wanita biasanya akan memasuki masa adolesensi 2 tahun lebih cepat dibandingkan anak laki-laki. Usia anak wanita memasuki masa adolesensi adalah antara usia 10 hingga 18 tahun, sedangkan anak laki -laki akan mengalami masa adolensensi diusia 12 hingga 20 tahun. Masa ini merupakan transisi periode anak memasuki tahap menjadi seorang dewasa. Ada terjadi percepatan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang sangat pesat yang disebut Adolescent Growth spurt yang disertai juga dengan terjadi pertumbuhan dan perkembangan pesat dari alat kelamin dan timbulnya tanda- tanda kelamin sekunder (Tanuwidjaya. S, 2002).

2.3. Monitoring pertumbuhan dan perkembangan

Monitoring pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dilakukan dengan parameter ukur tertentu seperti fisik, gizi, maturitas dan penilaian milestones perkembangan (Narendra, 2002). Penilaian pertumbuhan anak menggunakan parameter ukuran antropometrik yang sering dipakai pada penilaian pertumbuhan fisik yaitu berat badan, tinggi badan, lingkaran kepala, tebal lipatan kulit dan lingkaran lengan atas panjang (Narendra, 2002).

Untuk berat badan pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan timbangan seperti timbangan injak. Berat badan merupakan ukuran antropometrik terpenting, karena merupakan hasil keseluruhan peningkatan jaringan-jaringan tulang, otot, lemak dan juga cairan tubuh. Berat badan pada saat ini merupakan indikator yang baik untuk menentukan status gizi anak serta keadaan tumbuh kembang anak (Narendra, 2002).

Pengukuran tinggi badan pada usia hingga 2 tahun diukur dengan menggunakan alat infantometer. Bayi dalam posisi berbaring diantara alat, dan satu bagian dari alat menempel dibagian ubun-ubun bayi. Untuk anak usia diatas 2 tahun dapat digunakan alat seperti stadiometer, microtoise, dan tinggi duduk

(4)

(Narendra, 2002). Tujuan dari pengukuran ini adalah mendapatkan jarak tinggi dari permukaan kepala hingga telapak kaki, atau hingga ujung tulang sacrum pada tinggi duduk. Anak biasanya disarankan untuk menarik nafas dalam-dalam dan berdiri tegak untuk meluruskan posisi tubuh jika sang anak menderita kifosis atau lordosis. Keistimewaan dari pengukuran tinggi badan adalah nilai tinggi badan yang terus meningkat walaupun laju tumbuh akan berubah dari masa ke masa. Tinggi badan hanya menyusut pada usia lanjut maka dari itu nilai tinggi badan dapat digunakan untuk dasar perbandingan terhadap perubahan-perubahan relatif seperti berat badan dan lingkaran lengan atas (Narendra, 2002).

Pengukuran lingkaran kepala dilakukan pada daerah occipitofrontal anak, dan mencerminkan volume intrakranial yang merupakan ukuran pertumbuhan otak. Laju tumbuh akan pesat dalam waktu 6 bulan pertama semenjak lahir, dan akan terus berkurang hingga usia 3 tahun. Maka manfaat pengukuran lingkaran kepala terbatas hingga usia 3 tahun kecuali pada kasus hidrosefalus (Narendra, 2002).

Lingkaran lengan atas dilakukan dari biasanya pada lengan kiri. Lengan dibiarkan menggantung bebas disamping badan. Batas pengukuran adalah pertengahan antara akromion dan olekranon pada lengan dibengkokkan 90 derajat. Pengukuran lingkaran lengan mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak dipengaruhi terlalu banyak oleh jumlah cairan tubuh seperti berat badan. Ini juga bisa dipakai untuk menilai status gizi dan keadaan tumbuh kembang pada anak di dalam kelompok usia prasekolah (Narendra 2002).

Ketebalan lipatan kulit atau skinfold, dilakukan agar dapat menilai tebalnya lemak subkutan. Alat yang dapat digunakan adalah Harpenden skinfold caliper dan pengukuran dilakukan pada daerah biceps, triceps, subskapula dan daerah panggul. Tebalnya lipatan kulit pada daerah triceps dan subskapuler merupakan refleksi tumbuh kembang jaringan lemak di bawah kulit, yang merceminkan kecukupan energi. Dalam keadaan defisiensi lipatan kulit akan menipis dan dalam keadaan gizi yang berlebihan seperti obesitas lipatan kulit dapat menebal (Narendra, 2002).

(5)

Selain menggunakan pengukuran antropometrik untuk menilai pertumbuhan anak, dapat juga dilakukan pemantauan terhadap bentuk tubuh, perbandingan bagian kepala, tubuh dan bagiannya, pertumbuhan rambut termasuk warna rambut, diameter ketebalan atau ketipisan rambut dan akar rambut.Pemantauan juga dapat dilakukan terhadap gigi, melihat kapan gigi susu anak tumbuh atau erupsi dan penggantian dengan gigi permanen (Narendra, 2002).

Kemajuan perkembangan pada anak dapat ditentukan oleh kemampuan fungsionalnya yang dicapainya dengan prinsip-prinsip seperti terdapat pola kemajuan perkembangan yang nyata dan konsisten dan dapat digambarkan dengan patokan kemampuan perkembangan (milestones) berjenjang yang penting. Kemajuan perkembangan pada setiap tahap harus dipertimbangkan tercapai dalam batasan usia yang sesuai patokan dan dalam jangka waktu yang tepat (Narendra, 2002).

Perkembangan anak pada fase awal dapat dibagi menjadi 4 aspek kemampuan fungsional yaitu motorik kasar, motorik halus serta penglihatan, berbahasa, berbicara dan pendengaran dan juga secara sosial emosi dan perilaku. Adanya kekurangan pada salah satu aspek kemampuan tersebut dapat mempengaruhi kemampuan-kemampuan seperti perhatian, kemampuan konsentrasi dan sejauh mana kemampuan individual anak terintegrasi (Narendra, 2002). Terdapat variasi pada pola batas pencapaian dan kecepatan baik pada perkembagan motorik sosial maupun perilaku. Kurangnya stimulasi mungkin berkaitan dengan keterlambatan perkembangan terutama pada kemampuan berbicara, bahasa dan sosial. Selain mencapai tahap perkembangan, kualitas yang dicapai juga penting. Anak mungkin akan mencapai tolok ukur berbahasa, menyusun kalimat, pada tahap yang sesuai akan tetapi tidak mampu atau lemah dalam berdikusi atau berkomunikasi dengan orang dilingkungannya (Narendra, 2002).

(6)

Penilaian perkembangan anak kecil dilakukan diprogram kegiatan surveilans dan skrining, kepedulian orang tua dan apabila terdapat hal-hal yang ganjil ditemukan oleh para profesional pada perkembangan anak (Narendra, 2002). Skrining perkembangan adalah instrumen yang standard dan valid yang telah diteliti kepekaannya untuk mendeteksi gangguan perkembangan pada anak. Instrumen standard pengukuran memerlukan kepekaan dan spesifisitas sebanyak 70-80% (Glascoe, 2004). Ada beberapa instrumen yang dapat digunakan untuk deteksi gangguan perkembangan anak, salah satu yang paling sering digunakan secara internasional adalah DDST (Denver Developmental Screening Test) (Narendra, 2002). Sedangkan di Indonesia alat yang paling sering digunakan oleh para ahli medis seperti dokter, bidan , perawat dan juga dikalangan masyarakat oleh petugas PADU terlatih atau Guru TK terlatih, adalah KPSP atau Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2005).

KPSP adalah suatu kuesioner yang berisi 9 hingga 10 pertanyaan yang disusun merurut umur anak. Sasaran KPSP adalah anak umur 0 hingga 72 bulan. Acuan yang digunakan dalam penyusunan KPSP adalah 'Prescreening Developmental Questionaire' (PDQ) dari Frankenburg dkk pada tahun 1976.

2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Faktor faktor yang berpengaruh digolongkan ke dalam dua golongan,

internal dan eksternal atau faktor lingkungan.

Faktor internal yang mempengaruhi perutumbuhan dan perkembangan adalah perbedaan ras, etnik atau bangsa, usia mengalami pubertas, jenis kelamin (wanita lebih cepat dewasa dibandingkan laki - laki), kelainan gen atau kromosom.

Faktor eksternal atau peranan lingkungan adalah faktor prenatal ibu yang termasuk status gizi ibu pada saat hamil, posisi fetus normal atau tidak, salah satu kelainan kongenital yang bisa disebabkan oleh abnormalitas posisi fetus adalah club foot. Toksin atau obat-obatan yang bisa menyebabkan kelainan kongenital seperti thalidomide. Kelainan gejala endokrin seperti yang dialami oleh ibu hamil yang menderita gestational diabetes mellitus, (GDM), bayinya bisa mengalami

(7)

makrosomia atau kardiomegali atau hiperplasia adrenal. Paparan terhadap sinar radiasi seperti X-ray dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak, kelainan kongenital mata dan jantung. Ibu yang mengalami infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks) dan penyakit menular seksual dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti katarak, bisu, tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan jantung congenital. Jika sang ibu memiliki golongan darah yang berbeda antara dirinya dan janin maka ada kemungkinan terjadi Eritroblastosis fetalis, dimana tubuh sang ibu akan membentuk antibodi terhadap darah sel darah merah janin, dan akan mengalir ke dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang akan mengakibatkan hiperbilirubinemia dan kern ikterus, yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak janin. Gangguan fungsi plasenta seperti anoksia embrio juga dapat mengganggu pertumbuhan janin. Psikologis ibu juga berperan penting dalam perkembangan janin.

Faktor eksternal yang lainnya adalah faktor pasca natal, yaitu bila gizi yang diperlukan bayi untuk bertumbuh dan berkembang mencukupi. Jika sang anak atau bayi mengalami penyakit kronis atau kelainan congenital, serta lingkungan fisik dan kimia, contohnya adalah tempat tinggal anak sanitasinya baik atau tidak, kecukupan terpapar dengan sinar matahari untuk membentuk vitamin D, terpapar terhadap rokok, merkuri dan biji timah hitam, yang memberikan dampak negatif pada anak. Psikologis sang anak, caranya berhubungan dan berinteraksi dengan orang sekitarnya, apakah sang anak tidak dikehendaki oleh orang tuanya dan merasa tertekan. Gangguan hormon tiroid anak dapat mengakibatkan anak mengalami dwarfnism (hypothyroid) atau gigantism (hyperthyroid) dan juga retardasi mental pada hypothyroid. Sosio-ekonomi keluarga sang anak, apakah kebutuhannya ditemui, serta apakah ia tumbuh pada lingkungan yang mendukung atau tidak (Tanuwidjaya, 2002).

(8)

2.5. Peyimpangan pada Pertumbuhan 2.5.1. Perawakan Pendek

Perawakan pendek atau dwarfinism adalah ketinggian yang berada dibawah persentil kedua atau 0.4th centile. Hanya 1 dari 50 anak lebih pendek dari pada persentil kedua dan hanya 1 dari 250 anak lebih pendek dari 0.4th centile. Kebanyakan anak-anak walaupun memiliki badan yang kecil tetap berkembang normal namun ada kemungkinan besar ada gangguan patologis pada tahap pertumbuhannya (Lissauer, Clayden, 2002).

2.5.2. Perawakan Tinggi

Walaupun jarang orang tua mengeluh tentang anaknya yang lebih tinggi dibandingkan kawan-kawannya, anak-anak remaja merasa cemas pada saat pubertal growth spurt, disebabkan tinggi mereka yang meningkat dengan cepat. Kebanyakan anak yang tinggi disebabkan genetik orang tua dan juga disebabkan karena mengkonsumsi makanan yang berlebihan. Ini mengakibatkan obesitas pada anak dan pertumbuhan yang cepat (Lissauer, Clayden, 2002).

2.5.3. Pertumbuhan Kepala Abnormal

Pertumbuhan pesat kepala terjadi dalam dua tahun pertama dan 80% dari ukuran kepala dewasa telah dicapai pada usia 5 tahun. Ini memberi gambaran terhadap pertumbuhan otak, namun ukuran besar atau kecilnya kepala biasanya juga tergantung terhadap faktor keturunan dan biasanya perlu menggunakan mid-parental head percentile untuk menentukannya(Lissauer, Clayden, 2002).

Pada saat lahir sutura dan fontanel masih belum tertutup. Setelah beberapa bulan hidup, sirkumferens kepala bayi akan lebih melebar, terutama ukuran badan bayi kecil dibanding umur gestasionalnya. Bagian posterior kepala tertutup dalam minggu ke delapan, sedangkan bagian anterior fontanel tertutup dalam 12 hingga 18 bulan. Jika terjadi kecepatan pada kelebaran sirkumferens kepala, maka peningkatan tekanan intrakranial harus di eksklusikan.

(9)

Berbagai gangguan pertumbuhan kepala yang dialami adalah termasuk mikrosefali, makrosefali, kepala asimetris dan kraniositosis (Lissauer, Clayden, 2002).

2.6. Penyimpangan pada Perkembangan 2.6.1. Gangguan Perkembangan motorik

Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh hal-hal tertentu seperti faktor keturunan dan faktor lingkungan. Faktor keturunan dimana pada keluarganya rata-rata perkembangan motorik lambat dan faktor lingkungan pula seperti anak tidak kesempatan untuk belajar karena terlalu dimanjakan, selalu digendong atau diletakkan di babywalker terlalu lama dan juga anak yang mengalami deprivasi maternal. Disamping itu, faktor kepribadian anak misalnya anak sangat penakut, gangguan retardasi mental juga adalah penyebab perkembangan motorik yang lambat. Selain itu, kelainan tonus otot, obesitas, penyakit neuromuskular seperti penyakit duchenne muscular dystrophy dan buta juga merupakan antara gangguan perkembangan motorik (Soetjiningsih, 2002).

2.6.2. Gangguan Perkembangan bahasa

Gangguan perkembangan bahasa dapat diakibatkan oleh berbagai faktor termasuk faktor genetik, gangguan pendengaran, intelegensi yang rendah, kurang pergaulan dan kurang interaksi dengan lingkungan sekitarnya, maturasi yang lambat, gangguan lateralisasi dan juga masalah yang dialami oleh disleksia dan afasia.

Gagap atau strutter mungkin disebabkan oleh tekanan dari orang tua supaya anak berbicara dengan jelas, ada juga kemungkinan disebabkan sang anak meniru seseorang dikeluarganya yang gagap, rasa tidak aman dan juga bisa oleh kepribadian anak. Penyebab lain yang dapat menganggu perkembangan sang anak dalam berbicara adalah kelainan kongenital seperti bibir sumbing atau cleft palate lip (Soetjiningsih, 2002).

(10)

2.6.3. Retardasi Mental

Retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang rendah (IQ< 70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntunan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005).

2.6.4. Cerebral Palsy

Cerebral Palsy adalah suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif, dan disebabkan oleh karena kerusakan atau gangguan di sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang dalam proses pertumbuhan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005).

2.6.5. Sindrom Down

Anak dengan sindrom down adalah individu yang dapat dikenal dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat jumlah kromosom 21 yang berlebihan. Perkembangan pada anak anak dengan sindrom down biasanya lebih lambat dari anak yang normal.

Anak dengan sindrom down biasanya juga menderita kelainan seperti kelainan jantung kongenital, hipotonia yang berat dan juga masalah biologis lainya yang dapat berperan dalam menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik dan keterampilan menolong diri sendiri (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2005).

2.6.6. Gangguan Autisme

Ini adalah gangguan pervasif pada anak yang gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas dan berat dan mempengaruhi anak dengan sepenuhnya. Gangguan perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup bidang interaksi sosial, komunikasi dan perilaku (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005).

(11)

2.6.7. Disfungsi neurodevelopmental pada anak usia sekolah

Disfungsional susunan saraf pusat sering disertai dengan kemampuan akedemik yang berada dibawah normal, kelainan perilaku dan juga gangguan dalam berinteraksi sosial, salah satu contoh adalah kasus ADHD dan disleksia (Soetjiningsih,2002).

2.7. Gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan anak

Gizi memegang peran yang penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Bermula dari saat bayi ada di dalam kandungan ibu, bila ibu mendapat makanan yang mencukupi, maka bayi yang dikandungnya akan lahir dengan berat badan lahir bayi normal, sedangkan ibu yang kurang gizi akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Maka dari itu asupan gizi pada ibu hamil harus mendapat perhatian yang lebih terutama pada triwulan terakhir kehamilan, karena pada masa itu terjadi proliferasi sel-sel otak yang pesat dan akumulasi long chain polyunsaturated fatty acids (LCPUFAs) pada retina dan otak yang pesat (Soetjiningsih, IKG, 2002).

Setelah lahir terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, proliferasi sel-sel otak dan akumulasi LCPUFAs masih berlangsung; disertai dengan proses mielinasi pertumbuhan dendrit dan sinaps yang pesat; sehingga terbentuk jaringan otak yang kompleks. Periode kritis pertumbuhan otak terletak pada masa triwulan terakhir kehamilan hingga anak berusia tiga tahun. Pada masa kritis ini anak harus mendapat gizi yang esensial dan memadai untuk mencukupi kebutuhan gizinya (Soetjiningsih, IKG, 2002).

ASI adalah salah satu sumber yang baik untuk memenuhi kebutuhan anak karena ASI telah dibuktikan mengandung LCPUFAs dalam jumlah yang memadai untuk pertumbuhan otak anak. Selain gizi yang baik, pada masa periode kritis tersebut, anak juga harus mendapat stimulasi mental dini yang memadai dan dijaga kesehatannya agar dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik (Soetjiningsih, IKG, 2002).

(12)

Pada bayi yang berusia 6 bulan ke atas disarankan agar memberikan makanan tambahan untuk mendamping-ASI atau makanan sapihan, bagi bayi yang tidak disusui lagi oleh ibunya. Proses ini dikenal sebagai proses weaning. Pada tahap ini diet bayi akan berubah dari ASI saja ke makanan orang dewasa. Masa transisi ini merupakan masa yang sangat kritikal bagi bayi, karenakan bayi akan mudah terkena infeksi terutama infeski saluran cerna. Gangguan gizi juga sering terjadi pada tahap ini disebabkan oleh keluarga atau sang ibu yang kurang pengetahuan mengenai kebutuhan bayi dan makanan-makanan yang bergizi yang diperlukan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya dan juga peran ekonomi, dimana keluarga sang anak kurang mampu menyediakan makanan yang bergizi (Soetjiningsih, IKG, 2002).

Pada anak-anak yang berusia setahun hingga pra-remaja lebih cenderung mengalami gangguan gizi yang disebabkan oleh asupan-asupan makanan yang tidak tepat, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi asupan makanan seperti keluarga yaitu orang tua anak dan juga saudara-saudaranya, media massa dimana gencaran iklan makanan dalam televisi dapat bermain peran yang besar terhadap makanan asupan. Teman sebaya sang anak terutama pada anak-anak pra-remaja karena bertambah luasnya kontak sosial anak dengan lingkungannya maka tidak dapat dihindari. Penyakit dapat juga berpengaruh terhadap nafsu makan sang anak dan juga asupan makanannya (Soetjiningsih, IKG, 2002).

2.8. Penentuan Status Gizi Anak

Status gizi anak dapat diukur dengan beberapa cara yaitu dengan cara pengukuran antropometrik, klinik dan laboratorik. Diantara ketiganya, pengukuran antropometrik adalah yang relatif paling sederhana dan banyak dilakukan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2003).

Pengukuran antropometrik dilakukan dengan membandingkan pengukuran berat badan dibadingkan dengan umur atau dengan perbandingan pengukuran berat badan anak dengan tinggi badan anak dengan menggunakan Tabel Berat Badan/Tinggi Badan (Direktorat Gizi Masyarakat 2002) (Departemen Kesehatan

(13)

Republik Indonesia, 2003). Dari pengukuran antropometri, status gizi anak dapat diketahui dan dapat dibagi menjadi; status gizi baik (normal); status gizi kurang (kurus); status gizi buruk (kurus sekali) dan status gizi lebih (gemuk) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005).

Referensi

Dokumen terkait

1) Sifat basa zeolit disebabkan oleh adanya kation-kation dalam pori dimana kekuatan basa meningkat dengan meningkatnya sifat elektropositif kation yang dapat dipertukarkan.

Selain itu timbulnya sendi plastis dan pola keretakan yang terjadi pada dinding dengan rasio ini termasuk mekanisme kegagalan akibat lentur sehingga dapat

Rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) sangat baik digunakan jika satuan percobaan heterogen dan berasal dari satu sumber keragaman, seperti percobaan yang melibatkan umur

Danang ingin menjual tanah kavelingnya yang terletak di Jalan Pattimura nomor 12, Semarang. Letaknya sangat strategis, sudah diurug, dan siap bangun. Danang

APAC INTI CORPORA Bawen, Semarang berdasarkan SNI 7231:2009 tentang Metode Pengukuran Intensitas Kebisingan di Tempat Kerja dan hubungannya pada perubahan nilai ambang

Survei BI: Desember 2017, Optimisme Konsumen Indonesia Menguat AS Hanya Catatkan 148.000 Tenaga Kerja pada Desember.. Indonesia Economic Data Monthly Indicator Last

Dari hasil pengukuran dengan menggunakan model penyilangan penuh dihasilkan penurunan nilai latency sebesar 2% dan peningkatan nilai throughput sebesar 1% jika

Sifat memperlakukan secara eksklusif oleh negara kepada calon peserta dan peserta pengampunan pajak dengan tidak melakukan pemeriksaan serta menangguhkan dugaan tindak