• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSTRUKSI KONSEP PEREKONOMIAN KELUARGA DALAM AJARAN BUDDHA: SEBUAH TINJAUAN PENDIDIKAN DALAM MEMBANGUN REVOLUSI MENTAL (SUATU TELAAH HERMENEUTIKA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONSTRUKSI KONSEP PEREKONOMIAN KELUARGA DALAM AJARAN BUDDHA: SEBUAH TINJAUAN PENDIDIKAN DALAM MEMBANGUN REVOLUSI MENTAL (SUATU TELAAH HERMENEUTIKA)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

181

KONSTRUKSI KONSEP PEREKONOMIAN KELUARGA DALAM AJARAN BUDDHA: SEBUAH TINJAUAN PENDIDIKAN DALAM

MEMBANGUN REVOLUSI MENTAL (SUATU TELAAH HERMENEUTIKA)

Sapardi

STAB Negeri Sriwijaya 12TUsapardi65@gmail.comU12T

11TAbstract

11TLiving in harmony11T 11Twith the family11T 1 1Tin accordance with11T D11 Thamma11T 11Tis the11T 11Tideal11T 11Tcondition11T to 11Tmake us11T11Thappy11T. A11Tppreciate11T 11Tthe universe11T 11Twithout destroying it11T 11Tis11T 11Ta11T 11Tnecessity that must be11T 1 1Tbuilt together11T. U11Ttilizing11T the 11Tuniverse11T by using 11Tenough11T resources 11 Tfor11T11Tsurvival11T11Tis11T1 1Ta noble11T1 1Ttask11T1 1Tthat we must11T build.

Buddha Dharma has taught us to be able to live a balanced, harmonious, tolerance, and able to understand the essence of life. Understanding the Buddha Dharma will better equip us to see the potential and responsibility which hasto be done in this world. This current business processes thus become a moral benchmark of every human being in order to achieve peace.

11TThe Holy Great teacher,11T11TBuddha11T 11Thas overcome11T 11Tthree11T 1 1Tproblems of life, as follows:11T 11Tgreed11 T, 11Thatred1 1T 11Tand11T 11Tignorance1 1T. 11Tto1 1T 11Tunderstand11T 11Tthe meaning of11T 11Tlife11T 11Tright at once11T11Tpracticed11T11Tin the end11T11Tcan be11T11Tenlightened11T11Tand11T11Tbecome11T11 TBuddha11T.

11TThis modern11T 11Tera11T 1 1Tas a result of11T 11Tglobalization11T 11Thas occurred11T11Trivalries1 1T 11Tare11T 11Tvery11T 11Tstrong in11T 11Tall11T 11Taspects of life community11T 11Tand11T 11Tmade human beings11T 11Tto11T 11Thedonism11T. T11The decline in11T 11Tthe quality of human being11T 11Tbecomes11T 1 1Ta very serious problem11T, 11Twhich11 T 11Tmust be resolved1 1T 11Tby11T 11Tthe readiness of11T 11Tthe increase in11T 11Tthe mentality and11T 11Tmorality11T. A11Tssociated11T 11 Twith11T11Tthe11T1 1Tcrucial11T 11Tcondition that11T11Tthe author intends11T 11Tto give thought11 T 11Tto11T 11Tovercome this,11T 11Tstarting11T 11Tfrom11T 11Tthe family circle11T. B11Tuild11T 11Tmain ideas11T 11Tis11T 11Tabout the economy of11T 11Tthe family according to11T 11Tthe teachings of11T 11TBuddha.11T I11Tt is11T 11Tbased on11T 11Tthe study11T 11Tand11T 11Tinterpretation11T 11Tof11T 11Tthe texts11T 11Tcontains in11T11Tthe Tripitaka11T11Tscripture.

11TThe Buddha was a teacher who taught completely, finishing toward the supernatural earthly problems. Giving choice to man’s life into homelessness. Freedom of choice is at our hand, by choosing the option of family life, the consequences is the need to build a harmonious family, which will never be separated from the problems of life. One of them is the problem of setting the economy well.

11TKeywords: household economy, buddha’s teaching, mental revolution

Pendahuluan

Hidup harmonis sesuai dengan alam adalah kondisi ideal. Kondisi ideal dapat diwujudkan dari keinginan yang tidak terlalu muluk-muluk dan dapat membuat kita untuk bahagia. Hidup menghargai alam semesta tanpa dengan

(2)

182

merusaknya adalah suatu keniscayaan. Berkembangnya kehidupan modern dengan proses bisnis perekonomian yang modern tidak mengabaikan terjadinya kerusakan alam. Manfaat didapat dan alam semesta dirawat untuk terus menerus memberikan manfaat. Memanfaatkan alam semesta dengan secukupnya untuk kelangsungan kehidupan adalah tugas mulia yang harus kita bangun.

Buddha Dharma telah mengajarkan kepada kita untuk dapat hidup seimbang, serasi dan dapat memahami hakekat kehidupan. Memahami Buddha Dharma dengan baik akan membekali kita untuk melihat potensi dan tanggung jawab yang harus dilakukan dalam dunia ini. Proses bisnis yang demikian menjadi tolok ukur moral setiap insan demi tercapainya kedamaian.

Buddha Gotama telah mengatasi 3 (tiga) permasalahan hidup uang menjadi momok, yaitu keserakahan, kebencian dan kebodohan. Memahami makna kehidupan dengan benar, makna material yang menjadi sarana kehidupan yang baik dan lebih baik lagi. Tidak hanya semata-mata dalam satu kehidupan sekarang, tapi juga tabungan dari perbuatan untuk kehidupan selanjutnya. Melalui pemahaman tersebut dan sekaligus mempraktikkannya, pada akhirnya dapat tercerahkan dan menjadi Buddha.

Era modern sekarang ini telah terjadi persaingan-persaingan yang sangat kuat dalam semua aspek kehidupan masyarakat. Berlomba-lomba untuk menguasai berbagai bidang kehidupan dan saling adu strategi segi dalam berbagai kepentingan meluas dan terus berkembang diberbagai belahan dunia. Keserakahan demi keserakahan terus dikembangkan dengan mengabaikan persoalan etis dan moral. Berkembangnya paham ermo ergo sum (berbelanja maka aku ada) menjadikan manusia mengarah kepada hedonisme.

Akibat era globalisasi dan berkembangnya kapitalisme, liberalisme dan berujung pengingkaran diri serta bergembangnya hedonism, maka struktur social yang sebenarnya selama ini cukup mapan, tergerus dengan globalisasi tersebut. Kita tidak sadar dengan kondisi yang berkembang. Peningkatan kualitas intelektual dikembangkan, namun kurang dibarengi dengan kesiapan mentalitas dan moralitas. Kepandaian yang dimiliki menjadi penyebab korupsi, kolusi dan nepotisme untuk kepentingan parsial.

(3)

183 Dengan memaknai berbagai permasalahan dewasa ini yang terjadi khususnya yang dialami oleh masyarakat Indonesia, penulis menyadari bahwa terdapat satu permasalahan yang krusial dalam mengatasi kebutuhan minimal manusia yaitu kecukupan bidang ekonomi. Bila kebutuhan minimal saja tidak tercukupi, ini akan menjadi beban dasar setiap individu manusia dalam keluarga. Terkait dengan sistem perekonomian dalam keluarga menurut ajaran Buddha terdapat berbagai permasalahan, diantaranya (a) buku-buku maupun artikel terkait dengan system perekonomian menurt ajaran Buddha kurang; (b) pemahaman umat Buddha tentang konsep perekonomian Buddhis kurang; (c) sumberdaya manusia Buddhis yang memahami konsep ekonomi berdasarkan dharma kurang; (d) pemahaman dan perhatian umat Buddha terhadap konsep ekonomi lemah; (e) pendidikan-pendidikan Buddhis kurang berkembang; (f) lembaga keagamaan Buddha kurang memperhatikan kemajuan umat pada bidang ekonomi; (g) lembaga pendidikan tingggi keagamaan Buddha tidak atau belum peduli terhadap pendidikan ekonomi Buddhis; (h) kebijakan Pembina umat Buddha belum berjalan sebagaimana mestinya; (i) riset tentang sistem perekonomian berdasarkan pada perguruan tinggi keagamaan Buddha menurut ajaran Buddha kurang; (j) kerja sama lembaga-lembaga keagamaan Buddha masih lemah; (k) kerja sama lembaga pendidikan Buddhis dengan para pengusaha Buddhis kurang; (l) kerja sama lembaga pendidikan tinggi Buddhis dengan lembaga pendidikan tinggi Buddhis luar negeri kurang; (m) belum terbentuk konstruksi konsep-konsep perekonomian dalam keluarga menurut ajaran Buddha; (n) sistem kemasyarakatan menurut ajaran Buddha.

Melihat permasalahan yang terjadi dan membelenggu menjadi permasalahan krusial, khususnya pada proses perekonomian keluarga Buddhis yang terjadi serta berkeinginan untuk memberikan pemikiran dalam mengatasi hal tersebut, maka penulis ingin memberikan sumbangsih pemikiran untuk mengatasi permasalahan tersebut melalui research terhadap teks-teks Kitab Suci Sutta Pitaka dan teks-teks serta buku-buku lainnya.

Oleh karena itu, menjadi menarik sehingga peneliti ingin melakukan research tentang kontruksi konsep perekonomian Buddhis dalam kehidupan

(4)

184

keluarga. Harapan peneliti ke depan yang ideal bahwa dengan memahami teks-teks yang berada dalam Kitab Suci Sutta Pitaka yang terkait dengan konsep perekonomian akan memberikan menjadi sumber atau acuan untuk menjadi landasan dalam kehidupan dalam keluarga. Reserch ini didasarkan karena melihat kondisi sekarang ini banyaknya permasalahan hidup yang dialami seseorang sebagai bagian dalam keluarga.

Melalui kajian ini, penulis berharap dapat menyajikan teori-teori Buddha terkait dengan bidang ekonomi, khususnya dalam pembangunan keluarga yang harmonis dan sejahtera. Hal ini diharapkan dapat memberikan pandangan yang sekaligus sumbangsih pemecahan dalam konsep tataran berpikir terkait dengan permasalahan hidup. Pada sisi lain bagaimana konsep pemikiran manajemen ekonomi keluarga yang berlandaskan ajaran Buddha.

Sebagaimana kita ketahui bahwa Buddha adalah guru yang mengajarkan tuntas, menyelesaikan permasalahan duniawi menuju adiduniawi. Memberikan pilihan hidup kepada manusia untuk hidup berkeluarga atau hidup menjadi petapa. Dalam mengambil pilihan tersebut mengandung konsekwensi masing-masing jika tidak sesuai dengan norma-norma yang telah ditentukan. Dan dalam keduanya akan membawa kebahagiaan bila sesuai dengan norma-norma yang ada. Untuk mencapai hal tersebut tidak akan pernah terlepas dari dunia material sebelum manusia bebas yang sebenarnya (Nibbana). Sehingga memahami dan memaknai dengan benar akan dunia material menjadi keniscayaan.

Permasalahan bahwa konsep manajemen perekonomian keluarga menurut ajaran Buddha belum dipahami dengan baik. Hal ini menyebabkan tidak dapat berkembangnya perekonomian menurut ajaran Buddha. Oleh karenanya bahwa dengan pemahaman yang benar terhadap hal tersebut, diharapkan akan menjadi pedoman maupun panduan khususnya bagi umat Buddha dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk dapat menciptakan kondisi tersebut harus ada kesatuan untuk bersama-sama bergerak dan berkiprah dari berbagai pihak khususnya dari umat Buddha itu sendiri untuk mengembangkan konsep perekonomian menurut ajaran Buddha. Ini menjadi pemikiran yang sangat penting. Kajian ini bertujuan untuk:

(5)

185 (a) memahami perlunya konstruksi konsep perekonomian keluarga menurut ajaran Buddha; (b) mendeskripsikan bangunan konsep-konsep perekonomian dalam keluarga menurut ajaran Buddha; (c) mengetahui manfaat-manfaat konstruksi konsep perekonomian menurut ajaran Buddha.

Ruang lingkup penelitian ini berada pada kajian pustaka /libary research untuk mengkonstruksi konsep perekonomi keluarga dengan berfokus pada teks ajaran Buddha yang tertulis dalam Kitab Suci Sutta Pitaka (Pali Text Society/PTS) yang dianalisis dengan pendekatan filosofis hermeneutika. Hal ini bertujuan untuk mengetahui hakikat mendalam mengenai ajaran Buddha pada bidang kehidupan bermasyarakat sebagai satu pilihan (diluar kehidupan sebagai petapa), yang dimulai dari kehidupan sebagai individu/pribadi, bermasyarakat serta berkehidupan bangsa dan negara, yang pada dasarnya dalam proses tersebut tidak akan pernah terlepas dari segi ekonomi.

Terkait dengan pengaturan keluarga, yang harus dipahami terlebih dulu adalah makna perkawinan, baik berlandaskan hukum agama maupun hukum Negara. Seorang wanita yang menginginkan berjodoh satu dengan yang lainnya dalam kehidupan ini maupun kehidupan yang akan datang, maka keduanya harus memiliki kehidupan yang sebanding dalam hal saddha, sila, caga, dan panna. (Anguttara Nikaya II, 61).

Dalam Pattakammaragga dari Anguttara Nikaya II, Sang Buddha menjelaskan tentang empat jenis kebahagiaan yang dapat dicapai oleh umat awam, yaitu: kebahagiaan memiliki kekayaan, kebahagiaan karena menikmati kekayaan, kebahagiaan tidak memiliki hutang dan kebebasan hidup tanpa cela. Demikian pula dalam Upali Sutta, Majjhima Nikaya, bahwa untuk menunjang kehidupan maka seseorang harus memiliki pekerjaan. Dalam menempuh hidup berkeluarga sebagai pilihan, dan sekaligus juga harus memiliki penghidupan yang benar sebagaimana dalam Ariya Atthangika Magga, yang terdapat dalam Dhammacaka-pavatthana Sutta, Majjhima Nikaya. Demikian juga hidup ditempat yang sesuai sebagaimana dijelaskan dalam Mangala Sutta.

Sang Buddha juga mengajarkan bahwa setiap anggota dalam kehidupan perumah tangga harus melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagaimana dalam

(6)

186

Sigalovada Sutta. Setiap anggota dalam keluarga memiliki dan mengembangkan cinta kasih dan kasih saying sebagaimana dalam Metta Sutta. Agar dalam kehidupan yang akan dating juga dapat berbahagia maka setiap anggota keluarga juga menimbun harta yang sejati sebagaimana dijelaskan dalam Niddhikhanda Sutta. Hal-hal yang harus dihindari oleh para perumah tangga adalah hal-hal yang menyebabkan kemerosotan, sebagaimana dijelaskan dalam Parabhava Sutta.

Tiba waktunya yang tepat, orang tua mempunyai tugas untuk memberikan warisan yang tepat, sebagaimana contoh dalam Rahulovada Sutta. Dalam Vyagghapajja Sutta, sang Buddha menganggap kesejahteraan ekonomi diperlukan untuk mendapatkan kehidupan duniawai, tanpa mengabaikan dasar moral dan spirituan. Juga dalam menempuh kehidupan keluarga, Perumah tangga, mendapatkan bekal yang baik dengan melaksanakan Pancasila Buddhis dalam kehidupan sehari hari.

Landasan teoritis dalam penelitian ini hermeneutika. Hermeneutika adalah interpretasi atau tafsir yang akan digunakan untuk mengkaji teks-teks dalam Kitab Suci Tipitaka sebagai sumber utama (primer) dan buku-buku yang lain sebagai sumber sekunder (penunjang). Teori hermeneutika yang akan dipergunakan akan disesuaikan dengan kepentingan pemaknaan terhadap teks-teks, antara lain teori dari Dhiltey, Ricoeur, Gadamer dll. Dengan menggunakan kajian interpretasi hermeneutika diharapkan akan diperoleh makna yang terkadung dari teks-teks Kitab Suci Tipitaka dimaksud dan sekaligus sesuai dengan tujuan dari penelitian ini.

Pembahasan

Keluarga yang harmonis adalah cita-cita setiap perumah tangga, apapun agama yang dianutnya. Permasalahannya adalah bahwa dalam membentuk keluarga yang harmonis banyak halangan dan rintangan, yang tidak semua perumah tangga mampu mengatasinya. Dalam kotbah-Nya yang pertama kepada 5 (lima) petapa, Sang Buddha menguraikan dengan jelas perihal kehidupan. Hidup adalah dukkha. Dukkha ada sebabnya. Sebab dukkha dapat dilenyapkan dan Jalan untuk melenyapkan dukkha.

(7)

187 Satu pilihan untuk hidup berkeluarga, tidak akan pernah lepas dari permasalahan perekonomian. Dalam membentuk keluarga sebagaimana ajaran Buddha terdapat syarat yang sebaiknya dimiliki oleh pasangan yaitu sebanding dalam keyakinan, sebanding dalam moralitas, sebanding dalam kedermawanan dan sebanding dalam kebijaksanaan. Empat hal tersebut sebagai dasar untuk dapat terciptanya kehidupan yang harmonis dalam keluarga Buddhis.

Agar terciptanya keluarga yang harmonis maka setiap anggota keluarga haruslah berpenghidupan benar. Ini adalah sumber utama untuk dapat hidup harmonis dan bahagia, baik bagi para petapa maupun bagi kehidupan berkeluarga. Karena kemiskinan adalah sebagai sumber malapetaka, maka dalam kehidupan keluarga maka haruslah kecukupan terkait dengan sandang, pangan dan papan.

Setiap anggota dalam keluarga tentu mempunyai hak dan kewajiban yang harus dipatuhi dan dilaksanakan. Hak dan kewajiban haruslah seimbang dan tidak sepihak. Bila hal-hal yang seharusnya dilakukan tetapi tidak dilakukan dan sebaliknya yang harus tidak dilakukan tetapi dilakukan maka akan menjadi awal kemerosotan dalam kehidupan. Oleh karena itu setiap anggota keluarga memiliki kewajiban untuk menghindarinya.

Untuk mendapatkan materi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan perekonomian dalam keluarga maka setiap anggota keluarga harus bekerja keras dengan baik dan jujur. Demikian pula bahwa setiap anggota keluarga harus mengembangkan cinta kasih dan kasih sayang untuk dapat terciptanya suasana keluarga yang harmonis. Pada waktunya yang tepat, orang tua tentu akan memberikan warisan kepada anak-anaknya. Agar terciptanya kehidupan yang harmonis, setiap anggota keluarga mampu memilih antara kebutuhan dan keinginan. Mana yang harus didahulukan dan dipentingkan. Dan juga yang tidak kalah pentingnya bahwa dalam kehidupan sehari-hari sebagai perumah tangga harus melaksanakan pancasila Buddhis dengan baik.

Penutup

Mengacu kepada hasil pembahasan tersebut di atas bahwa terdapat kearifan konsep-konsep menurut ajaran Buddha dalam membangun keluarga yang

(8)

188

harmonis. Konstruksi konsep-konsep perekonomian dalam membangun keluarga sangat dibutuhkan. Sehingga umat Buddha dapat memahami dengan baik ajaran Sang Buddha terkait dengan system perekonomian.

Dalam membangun perekonomian keluarga menurut ajaran Buddha yang terdapat dalam kitab Tipitaka. Konsep-konsep Berbagai aspek yang harus dipahami dan sekaligus dilaksanakan oleh perumah tangga. Hal-hal yang harus dimiliki dalam membentuk keluarga yang harmonis diawali dengan sebanding dalam keyakinan, sebanding dalam moralitas, sebanding dalam kedermawanan dan sebanding dalam kebijaksanaan. Empat hal tersebut menjadi dasar dan landasan, sehingga perjalanan dalam membangun keluarga yang harmonis akan kuat.

Dengan berpatokan pada penghidupan benar, memahami akar permasalahan, memahami sebab-sebab kemerosotan, mampu menciptakan berkah utama, dapat melaksanakan kewajiban dengan baik, bekerja keras untuk mendapatkan penghasilan, mengembangkan cinta kasih kepada semua mahluk hidup, memberikan jamuan terhadap tamu, memberikan warisan yang tepat, hidup sesuai dengan kebutuhan dan bukan keinginan, memiliki sarana dan prasarana yang cukup, dan lain sebagainya. Dengan melaksanakan hal-hal demikian maka manfaat akan dapat diperoleh yaitu hidup berbahagia dalam kehidupan perumah tangga.

Terkait dengan konsep-konsep perekonomian menurut ajaran Buddha, kiranya dapat lebih banyak lagi yang meneliti. Para dosen dapat mengembangkan lagi penelitian yang lebih luas. Perguruan tinggi hendaknya lebih apresiasif untuk mampu memberikan warna yang lebih baik, sehingga mampu memberikan perubahan-perubahan dalam proses perkembangan.

Daftar Pustaka

Bodhi, Bhikkhu. 1995. The Middle Length Discourse of the Buddha, A Translation of the Majjhima Nikaya. Boston: Wisdom Publications.

______________. 2006. The Miror Readings (Khuddakapatha). Terjemahan Cintiawati dan Lena Anggawati. Klaten: Wisma Sambodhi.

(9)

189 ______________. 2010. Khotbah khotbah Berkelompok Sang Buddha, Samyutta

Nikaya. Terjemahan Indra Anggara. Jakarta: Dhammacittapress.

Bleicher, Josef. 2013. Hermeneutika Kontemporer (Hermeneutika sebagai Metode, Filsafat dan Kritik. Yogyakarta: Fajar Pustaka.

Jutanago (ed.). 1985. Kitab Suci Dhammapada. Jakarta: Yayasan Dhammadipa Arama.

Lay, U Ko. 2000. Guide To Tipitaka (Panduan Tipitaka Kitab Suci Agama Buddha).Terjemahan Lanny Anggawati dan Wena Cintiawati. Klaten: Vihara Bodhiwamsa.

Mulyono, Edi. 2012. Belajar Hermeneutika. Yogyakarta: IRCiSoD.

Narada. 1988. The Buddha and His Teaching. Kuala Lumpur: Buddhist Missionary Society.

Ñānamoli, Bhikkhu. 1998. The Life of the Buddha. Kandy: Buddhist Publication Society.

______________. 2013. Khotbah-Khotbah Menengah Sang Buddha, Majjhima Nikaya. Terjemahan Edi Wijaya dan Indra Anggara. Jakarta: Dhammacittapress.

Nyanatiloka. 1970. Buddhist Dictionary: Manual of Buddhist Terms and Doctrines. Singapore: Singapore Buddhist Meditation Centre.

Palmer, Richard E (2005) Hermeneutika Teori Baru Mengenai Interpretasi, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Riceour. Paul (2014). Teori Interpretasi Membelah Makna dalam Anatomo Teks. Yogyakarta: IRCiSod.

Saddatissa. 2003. Sutta Nipata Kitab Suci Agama Buddha, terjemahan Lenny Anggawati dan Wena Cintiawati (Klaten: Vihara Bodhivamsa).

Sumaryono.E (1993). Hermeneutika Sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.

Walse. Maurice (2009) Digha Nikaya (Kotbah-kotbah Panjang Sang Buddha) Jakarta: Dhamma Citta Press.

Widjaya. Hendra (Penerjemah) (2013) Dhammapada Syair Kebenaran. Tanpa Kota: Ehipassiko Foundation.

Referensi

Dokumen terkait

Sasaran promosi kesehatan pada tingkat pelayanan promotif adalah kelompok orang sehat merupakan upaya kesehatan dari.. Masyarakat sosial ekonomi lemah , rentan dan berisiko terhadap

SEO suatu website sangat berkaitan pada trafik pengunjung yang ada pada website tersebut, sehingga website sebagai media periklanan internet dapat lebih efektif dalam

Rencana anggaran biaya (begrooting) suatu bangunan atau proyek adalah perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya-biaya lain yang

Dari urutan selama prosesi kirab berlangsung dibarisan paling depan adalah kebo bule yang didampingi oleh beberapa pawang kemudian diikuti oleh keturunan asli

Telah dilakukan penelitian tentang fenomena dielektroforesis menggunakan sel khamir (Saccharomyces cerevisiae) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh frekuensi terhadap

Namun, karena kurangnya dokumentasi dan karakeristik budaya Jawa penuh rasa “ewuh pekewuh” mengakibatkan kurang sosialisasinya budaya Jawa, maka perlu ada kajian sains asli

Pada Figure 3 terlihat bahwa untuk mengubah sumber tegangan AC 50Hz menjadi frekuensi yang lebih rendah (10Hz), rangkaian konverter tyristor lengan kiri bekerja sedemikian

Bila lengan depan sulit dilahirkan maka harus diputar menjadi lengan belakang yaitu lengan yang sudah lahir di sekam dengan kedua tangan penolong sedemikian rupa sehingga kedua