• Tidak ada hasil yang ditemukan

Scanned by CamScanner

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Scanned by CamScanner"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Laporan Kinerja (Lakin) Balitbangtan Tahun 2017 ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban kinerja Balitbangtan dalam mendukung pemerintahan yang berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab, sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Laporan Kinerja Balitbangtan ini disusun berdasarkan indikator-indikator yang telah ditetapkan pada Rencana Strategis 2015-2019 dengan melaksanakan 1 (satu) program utama Balitbangtan yang kemudian dijabarkan menjadi 5 (lima) sasaran dan diukur dengan 7 (tujuh) indikator kinerja sasaran. Secara operasional, kegiatan untuk mencapai sasaran tersebut dilaksanakan oleh Puslitbang/Balai Besar/Balai Penelitian lingkup Balitbangtan yang melaksanakan penelitian dan pengembangan pertanian strategis nasional, serta Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) yang melaksanakan kegiatan litbang pertanian spesifik lokasi di seluruh propinsi di Indonesia.

Diharapkan Lakin Balitbangtan Tahun 2017 ini dapat bermanfaat sebagai acuan dalam pengambilan kebijakan program dan umpan balik dalam memperbaiki dan meningkatkan kinerja Balitbangtan di tahun yang akan datang.

Jakarta, Februari 2018

Kepala Badan,

(4)

DAFTAR ISI

Hal.

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

IKHTISAR EKSEKUTIF ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

BAB II. PERENCANAAN KINERJA... ... 5

2.1. Visi ... 5 2.2. Misi ... 6 2.3. Tujuan ... 6 2.4. Sasaran Program ... 6 2.5. Program Balitbangtan ... 8 2.6. Kegiatan Balitbangtan ... 9

2.7. Perjanjian Kinerja Tahun 2017 ... 10

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA ... 12

3.1. Capaian Kinerja Balitbangtan ... 12

3.1.1. Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2017 ... 12

3.1.2. Analisis Capaian Kinerja ... 14

3.1.3. Perbandingan Capaian antar Tahun ... 74

3.1.4. Capaian Kinerja Balitbangtan dengan Target Renstra 2015-2019 ... 75

3.1.5. Capaian Kinerja Balitbangtan TA. 2017 dengan Standar Nasional. ... 77

(5)

3.1.8. Analisis Capaian Kinerja Keuangan ... 84

3.2. Akuntabilitas Keuangan (Unaudited) ………... 87

BAB IV. PENUTUP ... 90

(6)

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 1. Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Program ... 7

Tabel 2. Sasaran Program dan Indikator Kinerja Program Balitbangtan 2015-2019 ... 8

Tabel 3. PK Balitbangtan 2017 (Awal dan Revisi) ... 11

Tabel 4. Capaian Kinerja Indikator Sasaran RPJMN Balitbangtan Tahun 2017 ... 13

Tabel 5. Capaian IKK Mendukung IKU Ke-1 ... 15

Tabel 6. Keragaan Galur Harapan Unggul Tanaman di Tahun 2017 ... 16

Tabel 7. Capaian IKK Mendukung IKU Ke-2 ... 32

Tabel 8. Rekapitulasi Teknologi Spesifik Lokasi lingkup BB Pengkajian ... 35

Tabel 9. Teknologi Spesifik Lokasi Padi . ... 36

Tabel 10. Teknologi Spesifik Lokasi Jagung ... 37

Tabel 11. Teknologi Spesifik Lokasi Kedelai ... 37

Tabel 12. Teknologi Spesifik Lokasi Cabai ... 37

Tabel 13. Teknologi Spesifik Lokasi Bawang Merah ... 38

Tabel 14. Teknologi Spesifik Lokasi Tebu ... 38

Tabel 15. Teknologi Spesifik Lokasi Kakao ... 38

Tabel 16. Teknologi Spesifik Lokasi Mendukung Swasembada Daging ... 38

Tabel 17. Teknologi Spesifik Lokasi Mendukung Komoditas Lainnya ... 39

Tabel 18. Rekapitulasi Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri ... 56

Tabel 19. Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri Berbasis Tanaman Pangan ... 56

(7)

Tabel 20. Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri

Berbasis Hortikultura ... 57

Tabel 21. Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri Berbasis Tanaman Perkebunan ... 57

Tabel 22. Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri Berbasis Peternakan ... 58

Tabel 23. Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri Berbasis Agroekosistem ... 58

Tabel 24. Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri Berbasis Sistem Usaha Tani ... 58

Tabel 25. Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri Spesifik Lokasi ... 58

Tabel 26. Capaian IKK Mendukung IKU Ke-4 ... 61

Tabel 27. Rekomendasi kebijakan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian ... 63

Tabel 28. Capaian IKK Mendukung IKU Ke-5 ... 66

Tabel 29. Indikator tingkat capaian kinerja produksi benih sumber tahun 2017 ... 66

Tabel 30. Distribusi benih sumber padi,jagung, dan kedelai tahun 2017 (kg) 67 Tabel 31. Capaian Kinerja Indikator Kinerja Sasaran Tersedianya Benih Sumber Mendukung Sistem Perbenihan ... 68

Tabel 32. Distribusi Bawang Merah di tahun 2017 ... 68

Tabel 33. Rekapitulasi Output Teknologi yang Didiseminasikan ... 71

Tabel 34. Teknologi Tanaman Pangan ... 71

Tabel 35. Teknologi Hortikultura ... 72

Tabel 36. Teknologi Tanaman Perkebunan ... 73

Tabel 37. Teknologi Peternakan ... 73

Tabel 38. Diseminasi Teknologi ... 74

(8)

DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 1. Keragaan VUB dari Hortikultura: (a) Bawang Merah Violletta Agrihorti 2,(b) Cabai Merah Carvi Agrihorti,(c) Kentang Spudy

Agrihorti,(d) Pisang INA 03,(e) Jeruk Soe 86 Agrihorti ... 17

Gambar 2. Keragaan dari Macam-Macam Krisan: (a) Krisan Cintia Agrihort, (b) Krisan Delisa Agrihort, (c) Krisan Maruto Agrihort, (d) Krisan Yuliana Agrihort, (e) Krisan Xanne Agrihorti, (f) Krisan Xavia Agrihorti, dan (g) Krisan Kamila Agrihorti ... 19

Gambar 3. Keragaan Macam-Macam Anggrek Antara Lain: (a) Phalaenopsis Adelia Agrihort, (b) Phalaenopsis Humaira Agrihorti, dan (c) Phalaenopsis Arvina Agrihorti ... 20

Gambar 4. Keragaan bermacam-macam Varietas Tebu ... 22

Gambar 5. Keragaan Kelapa Bido Morotai ... 22

Gambar 6. Keragaan Sagu Bestari ... 24

Gambar 7. Keragaan Kanesia 21 ... 24

Gambar 8. Keragaan Teh Tambi 1 dan Tambi 2 ... 26

Gambar 9. Keragaan VUB Tembakau ... 27

Gambar 10. Keragaan varietas Tarabas dengan rasa nasi sangat pulen ... 28

Gambar 11. Keragaan varietas Munawacita Agritan, rasa nasi agak pulen, potensi hasil 9,74 ton/ha ... 29

Gambar 12. Keragaan kedelai varietas Derap 1, genjah, biji besar, potensi hasil 3,2 ton/ha ... 30

Gambar 13. Keragaan dari Katana 1 dan 2 ... 31

Gambar 14. Keragaan VUB jagung Nakula Sadewa (NASA 29) bertongkol 2 dengan potensil hasil 13,7 ton/ha ... 31 Gambar 15. Keragaan varietas gandum Guri 7 Agritan, potensi hasil 3,93

(9)

Gambar 16. Teknologi penanganan cabai segar melalui penyimpanan CAS (Controlled Atmosphere) ... 34 Gambar 17. Dam parit di Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros,

Sulawesi Selatan yang merupakan salah satu teknologi pengelolaan air yang diresmikan oleh Menteri Pertanian ... 35 Gambar 18. Mesin tanam padi jajar legowo 2:1 tipe 2 ... 41 Gambar 19. Model pengembangan Poktan/UPJA untuk agribisnis pertanian

modern dengan pemanfaatan alsintan milik brigade ... 42 Gambar 20. Alat mesin pertanian yang digunakan mesin transplanter padi

tipe Jajar Legowo 2:1, mesin penyiang gulma padi dan mesin pemanen tipe combine harvester padi ... 42 Gambar 21. (a) Finger Planting pada rice transplanter (b) Finger Planting,

(c) komponen finger planting ... 43 Gambar 22. Komponen-kompenen penyusun finger planting mesin rice

transplanter ... 43 Gambar 23. Hasil modifikasi mesin panen jagung ... ... 44 Gambar 24. Alat tanam (a) sebelum modifikasi dan (b) setelah modifikasi.. 45 Gambar 25. Mesin Panen Bawang Merah ... ... 46 Gambar 26. (a) Mesin pemisah biji cabai untuk benih, (b) Alat penggulud

untuk tanaman cabai dan (c) Alat pemasang mulsa plastik . .... 46 Gambar 27. Paket Teknologi Budidaya Bawang Merah Produksi 40 Ton/Ha

Off Season ... 47 Gambar 28. Paket Teknologi Produksi Cabai dengan Produktivitas >20t/Ha

Off Season ... 48 Gambar 29. Keragaan Larigo di Lapang ... ... 51 Gambar 30. Keragaan galur padi yang memiliki ketahanan terhadap varian

virus tungro ... 52 Gambar 31. Buku Petunjuk Teknis dan Keragaan Bunga di Pematang ... 53

(10)

Gambar 32. Keragaan pertumbuhan tanaman “Tumpangsari baris ganda jagung (varietas Pertiwi- 6) dengan Kedelai (Dena 1)” pada lahan kering iklim kering bertanah Alfisol di Kabupaten Probolinggo (Jawa Timur), musim hujan tahun 2017 ... 54 Gambar 33. Pengaruh perlakuan benih dan aplikasi insektisida terhadap

intensitas serangan M. sojae ... 55 Gambar34. Biopestisida Be-Bas dalam bentuk powder yang dikemas dalam

botol ... ... 55 Gambar 35. Model Bioindustri Integrasi Model Integrasi Jagung – Ternak di

Gorontalo ... 59 Gambar 36. Model Bioindustri Integrasi Ternak Sapi - Kelapa ... 59 Gambar 37. Perbandingan Realisasi Capaian Kinerja 9 IKU Balitbangtan

selama 6 tahun terakhir (2012-2017) ... ... 75 Gambar 38. Grafik Persentase Capaian Tahun 2015-2017 terhadap Renstra

2015 – 2019 ... 76 Gambar 39. Peringkat Balitbangtan dalam Webometrics ... 78 Gambar 40. Penghargaan-penghargaan yang diterima oleh Balitbangtan.... 80 Gambar 41. Grafik Persentase Pagu Anggaran ... 87 Gambar 42. Perbandingan (Persentase) Realisasi Terhadap Pagu Anggaran

Balitbangtan TA 2017 Per Belanja ... 88 Gambar 43. Perbandingan (Persentase) Realisasi Terhadap Pagu Anggaran

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi Balitbangtan

Lampiran 2. Data Kebun Percobaan Lingkup Balitbangtan

Lampiran 3. Daftar Laboratorium lingkup Balitbangtan yang Sudah Berstatus Akreditasi

Lampiran 4. Target dan Alokasi Anggaran dari Sasaran Program dan Indikator Kinerja Balitbangtan 2015-2019

Lampiran 5. Revisi Perjanjian Kinerja (PK) Balitbangtan 2017 Lampiran 6. Contoh Matriks Renaksi AKIP Triwulanan

Lampiran 7. Perbandingan capaian 2017 dengan Capaian 2013-2017 dan Target 2015-2019

(12)

IKHTISAR EKSEKUTIF

Dalam rangka menjamin pelaksanaan program penelitian dan pengembangan pertanian yang konsisten dan kontinyu, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) telah menetapkan Rencana Strategis 2015 – 2019. Rencana Strategis ini dilaksanakan dengan mengacu kepada Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana Pembangunan Pertanian Jangka Panjang 2005 – 2025, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 – 2019, dan Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2015 - 2019. Renstra Balitbangtan merupakan dokumen perencanaan yang berisikan visi, misi, tujuan, sasaran strategis, kebijakan, strategi, program, dan kegiatan penelitian dan pengembangan pembangunan pertanian yang akan dilaksanakan oleh Balitbangtan selama lima tahun ke depan (2015-2019). Agar Balitbangtan dapat senantiasa eksis, antisipatif dan inovatif, dalam dokumen ini pula, ditetapkanlah visi Balitbangtan ke depan yaitu : “Menjadi Lembaga Penelitian Terkemuka

Penghasil Teknologi dan Inovasi Pertanian Modern Untuk Mewujudkan Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani”.

Dalam rangka mendukung pelaksanaan program Kementerian Pertanian, Balitbangtan menetapkan program utama pada periode 2015 – 2019 yang diarahkan untuk penciptaan teknologi dan inovasi pertanian bioindustri

berkelanjutan. Oleh karena itu, Balitbangtan menetapkan kebijakan alokasi

sumber daya litbang menurut 11 fokus komoditas yakni (1) padi, (2) jagung, (3) kedelai, (4) gula, (5) daging sapi/kerbau, (6) cabai merah, (7) bawang merah, (8) kelapa sawit, (9) kopi, (10) kakao, dan (11) karet.

Sesuai dengan organisasi Balitbangtan, program Balitbangtan untuk periode 2015-2019 terdiri dari 5 kegiatan, yaitu sebagai berikut: (1) kegiatan strategis litbang tanaman pangan, (2) kegiatan strategis litbang hortikultura, (3) program strategis litbang tanaman perkebunan, (4) kegiatan strategis litbang peternakan, dan (5)

corporate program. Sementara itu, berdasarkan Perjanjian Kinerja Balitbangtan tahun 2017, Balitbangtan mempunyai 5 (lima) sasaran strategis dan 7 (tujuh) indikator kinerja yang digunakan sebagai parameter pengukuran realisasi capaian setiap sasaran, yaitu (1) jumlah varietas (galur/klon) unggul baru, (2) jumlah teknologi dan inovasi peningkatan produksi pertanian, (3) jumlah model pengembangan inovasi pertanian, (4) jumlah rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian, (5) jumlah benih sumber tanaman, (6) jumlah bibit sumber ternak dan (7) jumlah teknologi yang didiseminasikan ke pengguna.

Target untuk 7 indikator kinerja tersebut, secara umum telah tercapai dan melebihi target yang ditetapkan dengan persentase rataan capaian sebesar 120,76 %

(sangat berhasil).

Pencapaian kinerja akuntabilitas bidang keuangan per 31 Desember 2017, anggaran Balitbangtan telah direalisasikan sebesar 93,90%. Rata-rata realisasi

(13)

yaitu di atas 93,12%. Sedangkan realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2017 mencapai 140,54% dari estimasi pendapatan yang ditetapkan. Walau secara umum target yang ditetapkan telah terpenuhi, namun dalam pelaksanaan kegiatan tidaklah selalu berjalan mulus. Masih banyak kendala teknis maupun non teknis yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan Balitbangtan. Namun, agar sasaran tetap tercapai, langkah antisipatif telah diupayakan oleh seluruh jajaran Balitbangtan dengan mengoptimalkan seluruh potensi dan kemampuan yang dimiliki agar seluruh kegiatan dapat berjalan dengan optimal.

(14)

BAB I. PENDAHULUAN

Balitbangtan merupakan leading institution dalam penelitian dan pengembangan pertanian menuju modern agriculture di Indonesia, yang menuntut perlunya inovasi responsif terhadap dinamika iklim dan lingkungan strategis berbasis biosains, bioenjinering dan aplikasi IT dengan memanfaatkan advanced techonology (nanoteknologi, bioteknologi, iradiasi, bioinformatika dan bioprosesing). Sementara, perkembangan organisasi Balitbangtan yang dilaksanakan secara berkelanjutan dan disesuaikan dengan dinamika tuntutan perubahan lingkungan strategis, litbang pertanian berperan penting dalam mendukung pencapaian visi dan misi Balitbangtan.

Struktur Organisasi Balitbangtan tahun 2017 yang mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, terdiri atas jajaran Eselon II yang meliputi: (1) Sekretariat Badan; (2) Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, (3) Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, (4) Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, (5) Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, (6) Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, (7) Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, (8) Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, (9) Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, (10) Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, (11) Balai Besar Penelitian Veteriner, dan (12) Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Berdasarkan Permentan tersebut Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian dan Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian bertanggung kepada Menteri Pertanian melalui Sekretariat Jenderal. Bagan organisasi dapat dilihat pada lampiran 1. Selain itu organisasi Balitbangtan juga mengalami perubahan yaitu pengalihan fungsi Balai Pengujian Mutu Alat dan Mesin Pertanian (BPMA) yang semula berkedudukan di bawah Direktorat Mutu dan Standardisasi, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (PPHP) ke Balitbangtan, ditetapkan melalui Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 693/Kpts/OT.010/12/2015 tentang Pengalihan kedudukan Balai Pengujian Mutu Alat dan Mesin Pertanian. Pengalihan tersebut dimaksudkan dalam rangka meningkatkan efektivitas tugas dan fungsi BPMA yaitu melaksanakan pengujian mutu alat dan mesin pertanian. Terhadap pengalihan pelaksanaan pengujian BPMA tidak mengubah tugas dan fungsi Balitbangtan.

Pengalihan kedudukan BPMA ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 12/Permentan/OT.010/4/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengujian Mutu Alat dan Mesin Pertanian dengan susunan organisasi yang terdiri dari : (1) Kepala, (2) Bagian Tata Usaha, (3) Bidang Program dan Evaluasi, (4) Bidang Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil Perekayasaan dan Pengujian, (5)

(15)

III) yang terdiri atas Seksi Standardisasi Alat dan Mesin Pertanian (Penambahan Eselon IV) dan Seksi Pengujian Alat dan Mesin Pertanian (Penambahan Eselon IV), serta (6) Kelompok Jabatan Fungsional.

Berkaitan dengan perkembangan lingkungan strategis, Balitbangtan juga mengalami peningkatan status eselonisasi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian (LPTP) menjadi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) pada dua provinsi yaitu Provinsi Sulawesi Barat dan Provinsi Kepulauan Riau sehingga jumlah BPTP Balitbangtan menjadi 33 BPTP. Hal ini ditetapkan dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/OT.020/5/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Hingga tahun 2017, Balitbangtan memiliki 64 satker yang tersebar di seluruh Provinsi di Indonesia.

Balitbangtan saat ini didukung oleh sumber daya manusia sejumlah 6.548 orang per 29 Desember 2017. Jumlah SDM tersebut mengalami penurunan cukup besar, dari jumlah SDM 7.037 pada tahun 2016. Berdasarkan statistik Balitbangtan, perkembangan jumlah masing-masing tenaga fungsional dan struktural tahun 2013 hingga 2017, tenaga fungsional secara relatif persentasenya (43,1%) lebih rendah dibandingkan dengan tenaga struktural dan fungsional umum (56,9%). Data statistik juga mendiskripsikan bahwa di antara SDM dengan jabatan fungsional tertentu, ternyata SDM fungsional peneliti relatif besar proporsinya (58,8%), diikuti tenaga fungsional Teknisi Litkayasa (20,2%), Penyuluh (13,4%) dan sisanya adalah tenaga fungsional lainnya. Dari total jumlah pegawai, sekitar 2.822 orang (43,1%) adalah tenaga fungsional tertentu yang terdiri dari Peneliti, Pustakawan, Perekayasa, Pranata Komputer, Arsiparis, Teknisi Litkayasa, Statistisi, Penyuluh, Analis Kepegawaian, Perencana, Pranata Humas, dan fungsional tertentu lainnya.

Pada sisi lain, keberadaan Kebun Percobaan pada Unit Kerja lingkup Balitbangtan bernilai sangat strategis khususnya dalam mendukung mandat di bidang penelitian dan pengembangan pertanian. Upaya pendayagunaan Kebun Percobaan telah dilakukan sejak tahun 2007 dengan memberikan pendanaan khusus untuk pengembangan sarana dan prasarana Kebun Percobaan.

Secara fungsi, Kebun Percobaan digunakan untuk kegiatan penelitian dan pengkajian (litkaji), konservasi ex-situ sumber daya genetik (SDG), produksi benih sumber, show window inovasi teknologi. Selebihnya, Kebun Percobaan dapat dimanfaatkan untuk kebun produksi, pendukung ketahanan pangan, media pendidikan, dan sebagai wahana agrowidyawisata. Dengan demikian, Kebun Percobaan berperan sangat strategis sebagai sarana pelaksanaan tugas dan fungsi Unit Pengelola Teknis (UPT) dan sebagai wahana untuk menghasilkan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP).

Berdasarkan Permentan Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Balitbangtan memiliki 119 Kebun Percobaan dengan luas total sebesar 47.126,7 ha tersebar di 49 UPT (lampiran 3). Pada tahun 2017, berdasarkan keputusan Permentan Nomor 19/Permentan/OT.020/5/2017 terjadi

(16)

penambahan jumlah Kebun Percobaan menjadi 128 Kebun Perkebunan di 49 UPT. Secara umum kondisi dari masing–masing Kebun Percobaan sangat bervariasi, baik luas, status lahan, penggunaan dan pemanfaatan, maupun keragaannya. Kebun-kebun tersebut tersebar di berbagai wilayah pada kondisi agroklimat yang berbeda-beda dengan ketinggian mulai dataran rendah sampai dengan dataran tinggi.

Dalam mendukung tugas dan fungsi Balitbangtan sebagai lembaga penelitian, laboratorium merupakan salah satu sumberdaya yang sangat penting untuk menunjang hasil kegiatan penelitian, keberhasilan dan mutu penelitian yang dihasilkan ditunjang oleh kelengkapan laboratorium yang berstandar, baik peralatan, SDM serta sistem pengendalian mutu yang memenuhi persyaratan standar baku nasional dan internasional yaitu sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI ISO/IEC 17025:2008).

Balitbangtan memiliki 157 laboratorium yang tersebar pada satuan kerja yang berlokasi di seluruh provinsi. Jenis dan kemampuan laboratorium di masing-masing satker beragam, kemampuan dan kapasitas selalu diupayakan meningkat secara bertahap. Sebanyak 49 laboratorium sudah mendapatkan sertifikat SNI ISO/IEC 17025:2008 dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) yang berarti telah mendapatkan pengakuan formal, baik nasional, regional dan internasional, dalam melaksanakan pengujian tertentu (lampiran 2), 10 laboratorium dalam proses akreditasi, dan 98 laboratorium belum terakreditasi. Dengan demikian data analisis yang digunakan untuk menunjang penelitian telah terjamin mutunya dan hasil penelitian terpercaya karena berasal dari data pengujian yang akurat, andal dan bermutu. Dengan pengelolaan sesuai dengan standar baku secara terus menerus, maka mutu layanannya dapat dipertahankan secara berkelanjutan. Pada sisi lain, permasalahan yang masih perlu diatasi dengan penciptaan teknologi dan inovasi adalah (1) perubahan iklim global, yang saat ini mengemuka menjadi isu global, (2) keterbatasan dan degradasi sumberdaya lahan, karena kebutuhan di berbagai sektor seperti sektor industri dan jasa, luasan lahan pertanian yang semakin menurun setiap tahun tidak dapat dibatasi. Oleh sebab itu, diupayakan untuk memanfaatkan dan mengoptimalkan lahan-lahan tidur, seperti lahan kering, lahan rawa dan lahan lebak, yang selama ini belum tersentuh inovasi teknologi agar dapat menjadi lahan pertanian, (3) ketersediaan dan tata kelola air. Tata kelola air yang terlaksana secara optimal diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat meningkatkan Indeks Pertanaman (IP), serta tantangan terbesar adalah (4) belum optimalnya pemanfaatan teknologi dan inovasi pertanian, sehingga perlu diupayakan untuk meningkatkan sinergi antara sub sektor, dimana Balitbangtan sebagai penghasil teknologi selayaknya harus menyediakan output sesuai kebutuhan stakeholder, begitupula sebaliknya, perlu ada mekanisme komunikasi dari stakeholder dalam menyampaikan kebutuhannya kepada Balitbangtan.

(17)

pemanfaatan teknologi dan inovasi hasil Balitbangtan, yang saat ini merupakan

strategic issue. Oleh karena itu, pada tahun 2017 Balitbangtan tetap fokus untuk mengoperasionalkan program Balitbangtan, yaitu penciptaan teknologi dan inovasi pertanian bioindustri berkelanjutan, dengan mengupayakan pencapaian sasaran-sasaran strategis yang ditetapkan di dalam Renstra. Selain dengan teknologi dan inovasi yang diciptakan Balitbangtan, juga perlu diupayakan untuk meningkatkan penderasan dan hilirisasi teknologi dan inovasi yang selama ini sudah dihasilkan.

(18)

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

Renstra merupakan acuan dan arahan bagi unit kerja di lingkup Balitbangtan dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian dan pengembangan pertanian pertanian periode 2015 – 2019 secara menyeluruh terintegrasi, dan sinergis, baik di dalam maupun antar sub-sektor terkait. Penyusunan renstra Balitbangtan mengacu kepada: (1) Undang-undang nasional, (2) Rencana Pembangunan Pertanian Jangka Panjang (RPJP) 2005 – 2025, (3) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 – 2019, dan (4) Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2015 – 2019.

Secara umum, Renstra Balitbangtan berisikan uraian tentangkondisi umum (struktur organisasi, sumberdaya penelitian, dan kinerja 2015-2019), potensi, permasalahan, dan tantangan, visi, misi, tujuan, sasaran strategis, arah kebijakan, strategi, program, kerangka regulasi, kerangka kelembagaan, target kinerja dan kerangka pendanaan yang akan dilaksanakan oleh Balitbangtan selama lima tahun ke depan (2015-2019).

Rencana kerja Balitbangtan selama lima tahun dituangkan dalam Renstra Balitbangtan dengan mengacu kepada Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; Rencana Pembangunan Pertanian Jangka Panjang 2005-2025, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, dan Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019. Sebagai bentuk implementasi dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2015-2019) bidang penelitian dan pengembangan pertanian perencanaan kinerja diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan arahan bagi unit kerja di lingkup Balitbangtan dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian dan pengembangan pertanian periode 2015-2019 secara menyeluruh, terintegrasi, dan sinergis baik di dalam maupun antar sektor/sub-sektor terkait. Pada tahap berikutnya, rencana kinerja yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran strategis, kebijakan, strategi, program, dan kegiatan penelitian dan pengembangan pembangunan pertanian yang akan dilaksanakan oleh Balitbangtan ini dituangkan dalam sebuah perjanjian kinerja antara Kepala Balitbangtan dengan Menteri Pertanian dalam bentuk dokumen Perjanjian Kinerja (PK) sebagai acuan penilaian terhadap akuntabilitas pelaksana kegiatan lingkup Balitbangtan.

2.1 Visi

Visi Balitbangtan adalah “Menjadi Lembaga Penelitian Terkemuka Penghasil Teknologi dan Inovasi Pertanian Modern untuk Mewujudkan Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani”.

(19)

2.2. Misi

Misi Balitbangtan adalah: (1) menghasilkan dan mengembangkan teknologi pertanian modern yang memiliki scientific recognition dengan produktivitas dan efisiensi tinggi, dan (2) hilirisasi dan masalisasi teknologi pertanian modern sebagai solusi menyeluruh permasalahan pertanian yang memiliki impact recognition.

2.3. Tujuan

Sebagai penjabaran dari Visi dan Misi Balitbangtan, maka tujuan yang ingin dicapai selama tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut: (1) menyediakan varietas/galur/klon unggul yang adaptif, produktivitas tinggi, sesuai preferensi pengguna, (2) menyediakan teknologi yang lebih produktif dan efisien serta ramah lingkungan, dan (3) mempercepat dan meningkatkan diseminasi inovasi dan teknologi di tingkat pengguna.

Ketiga tujuan di atas dilengkapi dengan indikator sebagai berikut: (1) jumlah varietas/klon/galur tanaman dan ternak yang memiliki karakteristik unggul sesuai dengan preferensi pengguna, (2) jumlah teknologi baru peningkatan produksi pertanian yang efektif dan ramah lingkungan, (3) jumlah teknologi baru yang didiseminasikan ke pengguna.

2.4. Sasaran Program

Sasaran Program Balitbangtan adalah: (1) tersedianya varietas dan galur/klon unggul baru, (2) tersedianya teknologi dan inovasi Pertanian, (3) tersedianya model pengembangan inovasi, (4) tersedianya rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian, dan (5) tersedia dan terdistribusinya produk inovasi pertanian.

Keterkaitan visi, misi dan sasaran program disajikan pada Tabel 1, sedangkan keterkaitan sasaran program dan indikator kinerja program Balitbangtan 2015-2019 disajikan pada Tabel 2.

(20)

Tabel 1. Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, Indikator Tujuan dan Sasaran Program

Visi Misi Tujuan Indikator Tujuan Sasaran Program

Menjadi lembaga penelitian terkemuka penghasil teknologi dan inovasi pertanian modern untuk mewujudkan kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani 1. Menghasilkan dan mengembangkan teknologi pertanian modern dengan produktivitas dan efisien tinggi yang memiliki scientific recognition

1. Menyediakan varietas/galur/klon unggul yang adaptif, produktivitas tinggi, sesuai preferensi pengguna

1. jumlah varietas/klon/galur tanaman dan ternak yang memiliki karakteristik unggul sesuai dengan preferensi pengguna

1. Tersedianya varietas dan galur/klon unggul baru

2. Menyediakan teknologi yang lebih produktif dan efisien serta ramah lingkungan

2. jumlah teknologi baru peningkatan produksi pertanian yang efektif dan ramah lingkungan

2. Tersedianya teknologi dan inovasi pertanian 3. Tersedianya model pengembangan inovasi 4. Tersedianya rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian

2. Hilirisasi dan masalisasi teknologi pertanian modern sebagai solusi menyeluruh

permasalahan pertanian yang memiliki impact recognition

3. Mempercepat dan meningkatkan diseminasi inovasi dan teknologi di tingkat pengguna

3. jumlah teknologi baru yang didiseminasikan ke pengguna.

5. Tersedia dan

terdistribusinya produk inovasi pertanian

(21)

Tabel 2. Sasaran Program dan Indikator Kinerja Program Balitbangtan 2015-2019

No Sasaran Program Indikator Kinerja Program

1 Tersedianya varietas dan galur/klon

unggul baru Jumlah varietas unggul/klon/galur baru 2 Tersedianya teknologi dan inovasi

pertanian Jumlah teknologi dan inovasi untuk peningkatan produksi pertanian 3 Tersedianya model pengembangan

inovasi pertanian 1. Jumlah model sistem kelembagaan dan inovasi spesifik lokasi 2. Jumlah Taman Sains Pertanian (TSP)

3. Jumlah Taman Teknologi Pertanian (TTP) 4. Tersedianya rekomendasi kebijakan

pembangunan pertanian Jumlah rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian 5 Tersedia dan terdistribusinya produk

inovasi pertanian 1. Jumlah benih sumber tanaman 2. Jumlah bibit sumber ternak

3. Jumlah teknologi yang terdiseminasikan ke pengguna

2.5. Program Balitbangtan

Program Balitbangtan pada periode 2015-2019 diarahkan untuk menghasilkan teknologi dan inovasi pertanian bio-industri berkelanjutan. Oleh karena itu, Balitbangtan menetapkan kebijakan alokasi sumber daya litbang menurut fokus komoditas yang terdiri 8 kelompok produk yang ditetapkan oleh Kementerian Pertanian, yakni: (1) bahan makanan pokok nasional: padi, jagung, kedelai, gula, daging, telur dan susu, (2) bahan makanan pokok lokal: sagu, jagung, umbi-umbian (ubi kayu, ubi jalar), (3) produk pertanian penting pengendali inflasi: cabai, bawang merah, bawang putih, (4) bahan baku industri (konvensional): sawit, karet, kakao, kopi, lada, pala, teh, susu, ubi kayu, (5) bahan baku industri: sorgum, gandum, tanaman obat, minyak atsiri, (6) produk industri pertanian (prospektif): aneka tepung dan jamu, (7) produk energi pertanian (prospektif): biodiesel, bioetanol, biogas, dan (8) produk pertanian berorientasi ekspor dan subtitusi impor: buah-buahan (nanas, manggis, salak, mangga, jeruk), kambing/domba, unggas lokal, babi, dan florikultura.

Dalam 8 kelompok produk tersebut, terdapat tujuh komoditas yang ditetapkan sebagai komoditas strategis, yakni padi, jagung, kedelai, gula, daging sapi/kerbau, cabai merah, dan bawang merah, kemudian Kementerian Pertanian menambahkan 4 komoditas lainnya yaitu kelapa sawit, kopi, kakao, dan karet.

(22)

2.6. Kegiatan Balitbangtan

2.6.1. Kegiatan Litbang Tanaman Pangan

Sasaran kegiatan litbang tanaman pangan dalam upaya mempertahankan swasembada padi dan jagung, mencapai swasembada kedelai serta peningkatan produksi tanaman pangan lainnya untuk pangan, pakan dan energi adalah: (1) tersedianya varietas/galur/klon unggul baru tanaman pangan, (2) tersedianya teknologi dan inovasi tanaman pangan, (3) tersedianya model pengembangan inovasi tanaman pangan, (4) tersedianya rekomendasi kebijakan tanaman pangan, dan (5) tersedianya dan terdistribusinya produk inovasi tanaman pangan.

Adapun kegiatan Litbang Tanaman Pangan diarahkan untuk mendukung: (1) swasembada padi, (2) swasembada jagung, (3) swasembada kedelai dan (4) peningkatan produksi tanaman pangan lainnya.

2.6.2. Kegiatan Strategis Litbang Tanaman Hortikultura

Kegiatan litbang tanaman hortikultura mempunyai sasaran utama yaitu: (1) tersedianya varietas/galur/klon unggul baru hortikultura, (2) tersedianya teknologi dan inovasi hortikultura, baik yang bersifat high technology maupun tepat guna, (3) terlaksananya kerja sama penelitian dan pengembangan hortikultura, (4) tersedianya rekomendasi kebijakan hortikultura, dan (5) tersedia dan terdistribusikannya produk inovasi hortikultura.

Kegiatan litbang tanaman hortikultura difokuskan untuk mendukung stabilisasi harga dan ketersediaan produksi terutama untuk komoditas prioritas, yaitu cabai dan bawang merah. Sementara itu, bagi komoditas hortikultura lainnya diarahkan untuk mendukung peningkatan daya saing terutama di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

2.6.3. Kegiatan Litbang Tanaman Perkebunan

Sasaran kegiatan litbang tanaman perkebunan diarahkan pada: (1) tersedianya varietas/galur/klon unggul baru perkebunan, (2) tersedianya teknologi dan inovasi perkebunan, (3) tersedianya model pengembangan inovasi perkebunan, (4) tersedianya rekomendasi kebijakan perkebunan dan (5) tersedia dan terdistribusinya produk inovasi perkebunan.

Fokus kegiatan litbang tanaman perkebunan terletak pada penciptaan: (1) teknologi benih, (2) teknologi budidaya, (3) teknologi diversifikasi dan (4) pengolahan untuk peningkatan nilai tambah yang berdaya saing. Analisis kebijakan tetap diperlukan baik dalam rangka evaluasi kebijakan maupun sebagai usulan rekomendasi kebijakan pembangunan perkebunan yang bersifat responsif dan antisipatif. Rekomendasi kebijakan mencakup aspek teknologi, ekonomi, sosial

(23)

(kelembagaan) dan lingkungan serta fokus pada upaya untuk mendukung terwujudnya sistem usaha perkebunan berkelanjutan yang berbasis inovasi.

2.6.4. Kegiatan Litbang Peternakan

Kegiatan litbang peternakan ditujukan untuk mendukung peningkatan produksi daging sapi dan protein hewani lainnya sesuai dengan visi, misi, tujuan dan sasaran program Balitbangtan. Untuk pencapaian sasaran program Balitbangtan terhadap 7 komoditas utama Kementan (padi, jagung, kedelai, bawang merah, cabai, gula dan daging sapi) pada periode 2015 – 2019, maka dukungan kegiatan strategis Litbang Peternakan adalah: (1) tersedianya galur unggul ternak baru dan tanaman pakan ternak, (2) tersedianya teknologi dan inovasi peternakan dan veteriner, (3) tersedianya model pengembangan inovasi peternakan, (4) tersedianya rekomendasi kebijakan pembangunan peternakan dan veteriner, dan (5) tersedianya dan terdistribusinya produk inovasi peternakan dan veteriner.

2.6.5. Corporate Program

Corporate Program merupakan kegiatan litbang yang bersifat lintas kepakaran (keahlian) yang melibatkan berbagai institusi, baik di dalam maupun luar lingkup Balitbangtan yang disusun secara tematik, comprehensive, scientific base, dan

cross cutting issues yang dikendalikan dalam kesatuan manajemen yang tidak dibatasi oleh klasterisasi unit kerja. Kegiatan ini dicirikan dengan pelaksanaannya yang lintas institusi dan atau lintas kepakaran. Pelaksanaan Corporate Program

dikoordinasikan oleh suatu unit kerja yang mampu mengkoordinasikan penyelesaian suatu kasus tersebut sebagai leading institution.

Kegiatan dalam Corporate Program dilaksanakan terutama untuk: (1) mendukung secara langsung pencapaian target-target pembangunan pertanian yang sudah ditetapkan oleh Kementerian Pertanian, dan (2) pengembangan iptek pertanian. Untuk menjawab isu strategis dalam rangka mendukung pencapaian target pembangunan pertanian, kegiatan yang menjadi prioritas dalam Corporate Program adalah kegiatan yang aplikatif, praktis dan teknologi yang cenderung sudah matang, namun secara ilmiah tetap dapat dipertanggungjawabkan.

2.7. Perjanjian Kinerja Tahun 2017

Tahun 2017 merupakan tahun ketiga dalam periode Pembangunan Jangka Menengah 2015 – 2019, sehingga merupakan tahun ketiga penetapan sasaran- sasaran yang akan dicapai dalam kurun 5 tahun ke depan beserta program dan kegiatan yang mendukung pembangunan sektor pertanian. Dalam upaya mendukung pencapaian sasaran dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 – 2019 dan Strategi Induk Pembangunan Pertanian (SIPP)

(24)

2015 – 2045 maka disusunlah sasaran program dan indikator kinerja Balitbangtan 2015 – 2019 yang seperti lampiran 4.

Untuk mempertajam rencana pencapaian target kinerja yang tertuang dalam renstra 2015–2019, per tahunnya Badan Litbang menetapkan perjanjian kinerja yang merupakan dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki oleh instansi. Dokumen perjanjian kinerja memuat informasi tentang program, sasaran strategis, indikator kinerja dan target yang akan dicapai serta alokasi anggaran per tahun. Untuk tahun 2017, Balitbangtan telah merencanakan untuk merealisasikan 7 indikator kinerja sebagai penjabaran atas sasaran program meningkatnya inovasi dan diseminasi teknologi pertanian dan ditandatangani oleh Kepala Balitbangtan bersama dengan Menteri Pertanian (pada bulan Januari 2017). Namun demikian, selama tahun 2017 terjadi beberapa kali perubahan kebijakan sehingga berdampak pada target PK. Pada bulan Oktober 2017, PK Balitbangtan direvisi, yaitu terjadi perubahan target pada beberapa indikator. Indikator kinerja pada PK awal dan revisi disajikan pada Tabel 3 dan draft revisi PK Balitbangtan TA. 2017 dapat dilihat pada lampiran 5. Tabel 3. PK Balitbangtan 2017 (Awal dan Revisi)

No Sasaran Program Indikator Kinerja Program Awal Target Revisi

1 Tersedianya varietas/galur/klon unggul baru

1. Jumlah varietas/galur/klon unggul

baru 80 75

2 Tersedianya teknologi

dan inovasi pertanian 2. Jumlah teknologi dan inovasi untuk peningkatan produksi pertanian 248 224 3 Tersedianya model

pengembangan inovasi pertanian

3. Jumlah model sistem kelembagaan

dan inovasi spesifik lokasi 70 69

4. Tersedianya

rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian

4. Jumlah rekomendasi kebijakan

pembangunan pertanian 73 71

5 Tersedia dan

terdistribusinya produk inovasi pertanian

5. Jumlah benih sumber tanaman 1.533 1.441,92

6. Jumlah bibit sumber ternak 12.800 12.800

7. Jumlah teknologi yang

(25)

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA

3.1. Capaian Kinerja Balitbangtan

Untuk mengukur keberhasilan kinerja ditetapkan 4 (empat) kategori keberhasilan, yaitu (1) sangat berhasil: > 100%, (2) berhasil: 80 – 100%, (3) cukup berhasil: 60 – 79%, dan tidak berhasil: 0 – 59%. Pada tahun 2017, Balitbangtan telah menetapkan 7 (tujuh) Indikator Kinerja Utama (IKU), dimana realisasi sampai akhir tahun 2017 menunjukkan bahwa sasaran telah dapat dicapai dengan rata-rata capaian sebesar 120,76% (sangat berhasil). Uraian rincian dari hasil pengukuran capaian kinerja dilaporkan pada sub bab 3.1.1.

Keberhasilan pencapaian sasaran disebabkan oleh faktor pengawalan kegiatan melalui monitoring dan evaluasi kegiatan penelitian yang cukup ketat, mulai dari tahap awal hingga tahap akhir kegiatan. Keberhasilan pencapaian sasaran tersebut juga didorong oleh dukungan manajemen penelitian, baik aspek pelayanan keuangan, pengolahan data, perpustakaan, publikasi, dan sarana penelitian. Monitoring dan evaluasi realisasi capaian PK secara online telah difasilitasi oleh Setjen Kementan dan mulai dilaksanakan sejak tahun 2015. Sedangkan sejak dua tahun yang lalu, Balitbangtan juga telah melakukan monev rutin terhadap perkembangan capaian PK dengan nama Rencana Aksi AKIP. Pelaksanaan monev dilakukan untuk memastikan tercapainya target setiap IKU yang tercantum di dalam PK. Metode yang dilakukan adalah dengan memantau capaian kinerja setiap bulan ataupun triwulanan beserta kendala yang dihadapi. Sehingga dengan demikian diharapkan bila tidak tercapainya target suatu indikator dapat diantisipasi sejak awal. Contoh matrik renaksi AKIP triwulanan dapat dilihat pada lampiran 6.

3.1.1. Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2017

Pengukuran tingkat capaian kinerja Balitbangtan tahun 2017 dilakukan dengan membandingkan antara target dengan capaiannya. Berdasarkan perjanjian kinerja Balitbangtan mempunyai 5 (lima) sasaran dan 7 (tujuh) indikator kinerja utama (IKU) dengan target dan capaian untuk tahun 2017 adalah sebagai berikut:

(26)

Tabel 4. Capaian Kinerja Indikator Sasaran RPJMN Balitbangtan Tahun 2017

No. Sasaran Indikator Kinerja Utama (IKU)

Uraian Target Capaian %

1 Tersedianya varietas/galur/klon unggul baru Jumlah varietas/galur/klon unggul baru (varietas/galur/klon) 75 92 122,67 2 Tersedianya teknologi

dan inovasi pertanian Jumlah teknologi dan inovasi peningkatan produksi pertanian (teknologi) 224 244 108,93 3 Tersedianya model pengembangan inovasi pertanian

Jumlah model sistem kelembagaan dan inovasi spesifik lokasi (model)

69 69 100 4 Tersedianya rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian Jumlah rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian (rekomendasi) 71 79 111,27 5 Tersedia dan terdistribusinya produk inovasi pertanian

Jumlah benih sumber

tanaman (ton) 1.441,92 1.163,72 80,71 Jumlah bibit sumber

ternak (ekor) 12.800 21.308 166,47 Jumlah teknologi yang

didiseminasikan ke pengguna (teknologi)

170 264 155,29

IKU berdasarkan RPJMN tersusun dari indikator kinerja yang tersebar pada kegiatan yang dilaksanakan oleh unit kerja lingkup Balitbangtan, adalah sebagai berikut:

1. Indikator kinerja jumlah varietas memiliki target sebesar 75 varietas/galur/klon yang terdiri dari atas 10 VUB tanaman pangan, 7 VUB

tanaman perkebunan, 16 VUB tanaman hortikultura, 21

rumpun/galur/varietas unggul/harapan ternak dan TPT spesifik agro-ekosistem peternakan dan 21 galur harapan unggul bioteknologi pertanian. 2. Indikator kinerja jumlah teknologi dan inovasi peningkatan produksi pertanian

memiliki target sebesar 224 teknologi yang terdiri atas 5 teknologi bioteknologi, 15 teknologi pasca panen, 15 teknologi sumberdaya lahan pertanian, 115 teknologi spesifik lokasi, 8 teknologi mekanisasi pertanian, 8 teknologi hortikultura, 17 teknologi perkebunan, 30 teknologi peternakan dan 11 teknologi tanaman pangan.

3. Indikator kinerja jumlah model pengembangan kelembagaan dan inovasi pertanian memiliki target sebesar 69 model yang terdiri atas 66 model pengembangan inovasi teknologi spesifik lokasi, 3 model pengembangan inovasi teknologi Perkebunan.

4. Indikator kinerja jumlah rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian memiliki target sebesar 71 rekomendasi yang terdiri atas 2 rekomendasi

(27)

bioteknologi pertanian, 3 rekomendasi pasca panen, 5 rekomendasi sumberdaya lahan pertanian, 38 rekomendasi diseminasi inovasi teknologi pertanian, 2 rekomendasi mekanisasi pertanian, 2 rekomendasi hortikultura, 6 rekomendasi perkebunan, 7 rekomendasi peternakan dan 6 rekomendasi tanaman pangan.

5. Indikator kinerja jumlah benih sumber tanaman memiliki target sebesar 1.441,92 ton, yang terdiri dari 173 ton dari kegiatan litbang tanaman pangan, dan 1.268,92 ton dari pengkajian teknologi pertanian.

6. Indikator kinerja jumlah bibit sumber ternak memiliki target sebesar 12.800 ekor dari kegiatan litbang peternakan.

7. Indikator kinerja jumlah teknologi yang diseminasikan ke pengguna memiliki target sebesar 170 teknologi merupakan output dari kegiatan pengkajian teknologi pertanian.

3.1.2. Analisis Capaian Kinerja

Pengukuran tingkat capaian kinerja Balitbangtan tahun 2017 dilakukan dengan cara membandingkan antara target IKU dengan realisasi pada tahun berjalan. Analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2017 Balitbangtan dapat dijelaskan sebagai berikut:

Capaian IKU pertama berupa 92 varietas/galur/klon unggul baru, atau sebesar 122,67% dari target yang ditetapkan. Adapun capaian IKU pertama dapat diuraikan menjadi 5 Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) sebagai berikut:

Indikator Kinerja Utama (IKU) 1 :

(28)

Tabel 5. Capaian IKK Mendukung IKU ke-1

IKK Target Realisasi %

1. Jumlah galur harapan unggul tanaman (galur) 21 22 104,76 2. Jumlah varietas unggul baru tanaman hortikultura

(VUB) 16 17 106,25

3. Jumlah varietas unggul tanaman perkebunan (VUB) 7 21 300 4. Jumlah rumpun/galur/varietas unggul/harapan ternak

dan TPT Spesifik Agro-ekosistem (galur) 21 21 100 5. Jumlah varietas unggul baru tanaman pangan (VUB) 10 11 110

Total 75 92 122,67

Berdasarkan uraian IKU pertama yang telah ditargetkan pada tahun 2017, seluruh IKK menunjukkan target tercapai 100% bahkan di atas 100% (sangat berhasil). Pencapaian IKK kesatu telah berhasil dilaksanakan melalui perakitan 22 galur harapan unggul tanaman (104,76%, sangat berhasil) yang terdiri atas lima komoditas, yaitu padi, kedelai, cabai, kentang dan tomat. Perakitan galur dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu 1) pemuliaan berpandukan marka molekuler, 2) mutasi in vitro, dan 3) rekayasa genetik. Pemuliaan berpandukan marka molekuler dilakukan untuk merakit galur padi berbasis gen piramiding untuk karakter provitas tinggi, toleran cekaman biotik dan abitoik, serta sifat aromatik. Pemuliaan mutasi in vitro digunakan untuk merakit kedelai provitas tinggi dan cabai merah besar tahan virus belang. Sedangkan perakitan galur melalui pendekatan rekayasa genetik dilakukan merakit tanaman tomat tahan virus gemini dan kentang tahan busuk daun Phytophthora. Secara rinci perbandingan antara target dan realisasi galur harapan unggul tanaman di tahun 2017 seperti pada tabel di bawah ini:

(29)

Tabel 6. Keragaan Galur Harapan Unggul Tanaman di Tahun 2017

No Galur Harapan Unggul Tanaman Realisasi

1 Jumlah galur galur M8 kedelai asal iradiasi benih F8: (G10428 x Panderman)

yang berumur sedang dan potensi hasil tinggi 4 galur 2 Jumlah galur mutan kedelai yang dapat direkomendasikan menjadi varietas

unggul baru yang berdaya hasil tinggi di lahan marginal 2 galur 3 Jumlah galur padi telah diidentifikasi karakter agronomi dan komponen

hasilnya, sehingga dapat digunakan dalam pembuatan dokumen pelepasan varietas melalui UML di 3 lokasi

2 galur

4 Jumlah galur mutan pisang ambon kuning tahan penyakit layu fusarium yang dilengkapi dengan data ketahanan, agronomi, dan komponen hasil uji kebenaran dan keunggulan

1 galur

5 Jumlah galur tomat transgenik generasi F6-IC hasil persilangan ganda yang berlatar genetik CL6046 disertai set data keragaman, ketahanan terhadap TYLCV dan CMV, karakter morfoagronomis, dan keamanan lingkungan

3 galur

6 Jumlah galur padi transgenik mengandung gen AlaAT disertai set data analisis molekular (Southern blot dan tingkat ekspresi gen AlaAT) dan data efikasi

1 galur

7 Jumlah galur padi transgenik dilengkapi set data analisis molekular dan histokimia (pola eskpresi gen reporter) yang mengandung promoter gen spesifik akar

1 galur

8 Jumlah galur BC1F8, BC1F9, BC2F7 , BC2F8, BC3F6 dan BC3F7 persilangan

Code dengan NIL-QTl 1 galur

9 Jumlah galur piramida turunan Ciherang-HDB atau Inpari 13-HDB hasil uji

petak pembanding 2 galur

10 Jumlah galur harapan padi sawah dan gogo dilengkapi benih murni tahan penyakit blast terseleksi dari empat persilangan Situ Patenggang x IRBL (Pii, Pia, Pita, Pikp) hasil uji petak pembanding

2 galur

11 Jumlah galur BC3F1 yang membawa dua alel gen Bph3 dan Bph6 untuk

pyramiding gen ketahanan terhadap WBC dilengkapi dengan benihnya 1 galur 12 Jumlah galur harapan padi pup1 yang memiliki nukleus seed 1 galur 13 Jumlah galur BC5F8 Ciherang/ Pandan Wangi dan Ciherang/Mentik Wangi

beserta set data uji daya hasil lanjutan di 2 lokasi selama 1 musim 1 galur

Total 22 galur

Pencapaian IKK kedua yaitu melalui pendaftaran 17 VUB tanaman hortikultura atau sebesar 106% dari target 16 VUB (kategori sangat berhasil). Tujuh belas VUB tanaman hortikultura secara terinci dijabarkan di bawah ini :

1. Bawang Merah Violletta Agrihorti 2, merupakan calon VUB hasil persilangan Sembrani dengan Kramat 1, warna umbi merah muda, jumlah umbi per rumpun 10-13, bobot umbi basah per rumpun 90,26 – 123,74 gram, bobot umbi kering per rumpun 60,99 – 83,90 gram umur panen 86 hari setelah tanam, daya simpan umbi 3-4 bulan setelah panen dengan hasil umbi basah per hektar 23,12 – 29,07 ton/ha dan umbi kering per hektar 13,56 – 19,09 ton/ha dengan penciri utama bentuk umbi bulat dan warna umbi merah muda (182A Greyed Red Group RHS). Keunggulan varietas produksi umbi tinggi dan agak tahan terhadap Alternaria porii.

(30)

2. Cabai Merah Carvi Agrihorti, varietas ini mempunyai keunggulan derajat agak tahan hingga tahan terhadap virus belang cabai (ChiVMV), potensi hasil panen buah cabai 18-20 ton/ha, umur awal panen 95 hari setelah tanam, mempunyai panjang buah 10-13 cm dan warna buah setelah tua merah (RHD red grup 46 A).

3. Kentang Spudy Agrihorti, varietas ini memiliki keunggulan sebagai berikut: cocok untuk bahan baku kentang olahan keripik dengan warna kuning, rendemen hasil keripik tinggi lebih dari 20%, sehingga sangat disukai oleh industri keripik skala menengah dan kecil di Garut dan Banjarnegara. Relatif lebih tahan (toleran) terhadap penyakit busuk/hawar daun (Phythoptora infestans) dibandingkan varietas Atlantik dan memiliki produktivitas tinggi mencapai 30 ton/ha.

4. Pisang INA 03, memiliki keunggulan sangat tahan terhadap penyakit layu Foc, rasa manis dengan total padatan terlarut (TSS) berkisar 28-29 obrix,

kandungan vitamin C tinggi (23,17- 27,81 mg), persentase bagian buah yang dapat dimakan tinggi (71,10 – 72,42%), dan berumur panen genjah (266 - 285 hari).

5. Jeruk Soe 86 Agrihorti, memiliki keunggulan berbiji sedikit (seedless), warna kulit orange (RHS 30D), daging buah orange (RHS 17A), hasil buah per pohon per tahun 19,80 –23,54 kg, kandungan air 88,86%, kadar gula 9,3 –10 obrix,

kadar asam 0,38–0,44%, kandungan vitamin C 39,6–48 mg/100 gram.

Gambar 1. Keragaan VUB dari Hortikultura: (a) Bawang Merah Violletta Agrihorti 2, (b) Cabai Merah Carvi Agrihorti, (c) Jeruk Soe 86 Agrihorti, (d) Kentang Spudy Agrihorti, dan (e) Pisang INA 03

(31)

6. Krisan Cintia Agrihort, Krisan bunga potong, tinggi tanaman 105,2 + 6,05 cm, bunga berwarna merah (Red 53A), diameter bunga 5,65 + 0,39 cm. Bentuk bunga tunggal, vaselife 12-15 hari. Produksi 60-64 tangkai/m2/musim tanam.

Adaptif pada ketinggian 750-1200 m dpl, respon time 8 minggu setelah periode hari panjang. Jumlah kuntum bunga banyak yang terangkai dalam tandan bunga berbentuk payung. Resisten penyakit karat.

7. Krisan Delisa Agrihort, Krisan bunga potong, tinggi tanaman 102,5 + 6,7 cm, bunga berwarna ungu merah (Red Purple 71A), diameter bunga 5,6 + 0,3 cm. Bentuk bunga semi dekoratif, vaselife 12-15 hari. Produksi 60-64 tangkai/m2/musim tanam. Adaptif pada ketinggian 750-1200 m dpl, respon time 8 minggu setelah periode hari panjang dan batangnya sangat kuat menunjang banyak kuntum bunga serta resisten penyakit karat.

8. Krisan Maruto Agrihort, Krisan bunga potong, tinggi tanaman 91,2 + 2,78 cm, bunga berwarna ungu-merah (Red Purple 71A), diameter bunga 10,1 + 0,66 cm. Bentuk bunga dekoratif, vaselife 14-16 hari. Produksi 60-64 tangkai/m2/musim tanam. Adaptif pada ketinggian 750-1200 m dpl, respon time 8-9 minggu setelah periode hari panjang dan resisten terhadap penyakit karat. Batang kuat dengan tangkai bunga pendek sehingga kuntum bunga tidak mudah patah.

9. Krisan Yuliana Agrihort, Krisan bunga potong, tinggi tanaman 98,6 + 6,01 cm, bunga berwarna putih-hijau, diameter bunga 7,13 + 0,36 cm. Bentuk bunga dekoratif, vaselife 15-18 hari. Produksi 55-58 tangkai/m2/musim tanam.

Adaptif pada ketinggian 750-1200 m dpl, respon time 8-9 minggu setelah periode hari panjang, resisten terhadap penyakit karat, dan bunga potongnya tahan lama dalam vas.

10. Krisan Xanne Agrihorti, Krisan bunga potong. Tinggi tanaman 73,4 – 113,5 cm. Diameter batang 3,91 – 7,50 mm. Bentuk bunga ganda. Warna bunga pita yellow orange group 14 A. Warna bunga tabung yellow green group N 144 A. Diameter kuntum bunga 6,01 – 7,34 cm. Diameter bunga tabung 1,13 – 1,55 cm. Waktu respon 57 – 60 hari. Kesegaran bunga dalam vase 10 – 16 hari, warna yang kontras antara bunga pita dan piringan bunga serta kesegaran bunga dalam vase cukup panjang.

11. Krisan Xavia Agrihorti, Krisan bunga potong. Tinggi tanaman 86,8 – 104,5 cm. Diameter batang 4,48 – 7,55 mm. Bentuk bunga ganda. Warna bunga pita white group NN 155 A. Warna bunga tabung yellow green group 144 A. Diameter kuntum bunga 4,55 – 5,55 cm. Diameter bunga tabung 0,49 – 0,77 cm. Waktu respon 60 – 70 hari. Kesegaran bunga dalam vase 10 – 16 hari, dan warna yang kontras antara bunga pita yang putih dan piringan bunga hijau serta kesegaran bunga dalam vase cukup panjang.

12. Krisan Kamila Agrihorti, tinggi tanaman 22,0 – 28,5 cm. Diameter batang 2,1 – 2,9 mm. Bentuk bunga ganda. Warna bunga pita yellow orange group 15 A. Warna bunga tabung. Yellow green group N 144 B. Diameter kuntum

(32)

bunga 3,24 – 4,65 cm. Diameter bunga tabung 0,56 – 0,91 cm. Waktu respon 62 – 72 hari. Lama kesegaran bunga 11 – 15 hari, dan bentuk bunga ganda dengan warna kuntum bunga kuning oranye (yellow orange group 15 A) dan warna bunga tabung kuning kehijauan (yellow green group N 144 B), dengan ukuran kuntum bunga yang sedang.

Gambar 2. Keragaan dari Macam-Macam Krisan: (a) Krisan Cintia Agrihort, (b) Krisan Delisa Agrihort, (c) Krisan Maruto Agrihort, (d) Krisan Yuliana Agrihort, (e) Krisan Xanne Agrihorti, (f) Krisan Xavia Agrihorti, dan (g) Krisan Kamila Agrihorti

13. Anggrek Phalaenopsis Adelia Agrihort, bunga berbentuk bundar, berukuran panjang (5 – 6) cm, lebar (5 – 6) cm. Warna bunga putih (white groups N155A royal hort. colour chart). Jumlah kuntum 17 – 22 kuntum/2 tangkai multiflora. Hasil bunga 6 – 10 tangkai/tahun. Vaselife 3 – 4 bulan dan bunga multiflora dengan tangkai tegak, rajin berbunga karena dalam periode 2 – 3 tahun sudah 7 – 9 kali berbunga.

14. Anggrek Phalaenopsis Humaira Agrihorti, Warna sepal dorsal dasar putih, splas violet dan garis-garis violet. Warna sepal lateral dasar putih, pangkal sisi bawah splas kuning kehijauan, bintik-bintik red purple dan sisi atas bawah splas violet. Warna petal dasar putih, pangkal splas, garis-garis dan bintik-binti violet. Jumlah kuntum bunga 8 – 10 kuntum, panjang bunga 8,4 – 9,2 cm, lebar bunga 10,0 – 10,6 cm, panjang tangkai bunga 22,0 – 37,2 cm dan panjang rachis 17,2 – 25,4 cm, bentuk bunga bulat dan susunan bunga lebih rapat.

(33)

15. Anggrek Phalaenopsis Arvina Agrihorti, warna sepal dorsal dasar yellow green, splas menyeluruh, dan garis berurat greyed orange. Warna sepal later dasar yellow green, pangkal bintik-bintik greyed red dan purple. Warna petal dasar yellow green, splas menyeluruh greyed orange, dan bergaris tipis

greyed orange. Panjang bunga 7,7 – 8,5 cm, lebar bunga 7,4 – 8,0 cm, panjang tangkai bunga 19,7 – 40,2 cm dan panjang rachis 5,4 – 13,6 cm. Warna bunga lebih cerah dan petal serta cepal tebal sehingga umur kesegaran bunga lebih lama hingga mencapai 4 bulan.

16. Anggrek Dendrobium Bigiante Agrihorti, tinggi tanaman 17 – 18,2 cm, panjang tangkai malai bunga 8 – 8,5 cm, panjang rachis 12 – 17 cm, diameter tangkai malai bunga 0,3 cm, jumlah kuntum bunga 7 – 10, ukuran bunga panjang bunga 4,0 – 4,2 cm, lebar bunga 5,2 – 5,4 cm. Rajin berbunga, umur berbunga lebih pendek dari pada Dendrobium yang lain.

17. Anggrek Dendrobium Kumala Agrihorti, tinggi tanaman 97 cm, panjang daun 10 cm, lebar daun 3,2. Warna Bunga N 75A. Ukuran bunga 5,5 x 7,5 (pxl). Jumlah kuntum bunga per tangkai 7 bintang, warna lembut putih kehijauan dan ungu tahan lama lebih dari 2 bulan.

Gambar 3. Keragaan Macam-Macam Anggrek Antara Lain: (a) Phalaenopsis Adelia Agrihort, (b) Phalaenopsis Humaira Agrihorti, dan (c) Phalaenopsis Arvina Agrihorti

IKK ketiga dicapai melalui kegiatan pemuliaan dan perakitan varietas tanaman perkebunan dengan melepas 21 VUB tanaman perkebunan yang tercapai sebesar 300% (kategori sangat berhasil), terdiri dari 4 VUB tebu, 4 VUB kelapa, 1 VUB sagu, 2 VUB teh, 3 VUB kapas, dan 7 VUB tembakau. Varietas unggul tanaman perkebunan yang telah dilepas pada TA 2017 beserta keunggulannya adalah sebagai berikut:

(34)

TEBU

1. AAS Agribun

Varietas ini mempunyai produktivitas dan rendemen yang tinggi, yaitu mencapai 134,6 ± 68,95 ton/ha di lahan sawah dan 112,5 ± 33,11 ton/ha untuk lahan tegal. Rendemen yang diperoleh mencapai 10,05 ± 0,97% di lahan sawah dan 7,76 ± 0,47% di lahan tegal. Hablur yang dihasilkan mencapai 13,73 ± 5,87 ton/ha lahan sawah dan 8,70 ± 2,36 ton/ha di lahan tegal. Klon mutan baru tersebut juga mempunyai kadar sabut mencapai 13,10%. Varietas ini cocok untuk dikembangkan spesifik untuk lokasi dengan iklim C2 Oldeman, tekstur tanah geluh (loamy).

2. AMS Agribun

Varietas ini mempunyai produktivitas stabil pada semua lokasi pengujian dengan produktivitas 132,5 ± 63,34 ton/ha di lahan sawah dan 110,0 ± 57,52 ton/ha di lahan tegal, rendemen 10,03 ± 0,45 % di lahan sawah dan 7,84 ± 0,11% di lahan tegal. Hablur gula yang diperoleh mencapai 13,10 ± 4,82 ton/ha di lahan sawah dan 8,60 ± 4,31 ton/ha di lahan tegal.

3. ASA Agribun

Varietas ini diperoleh melalui kegiatan perakitan varietas menggunakan metoda keragaman somaklonal dan induksi mutasi menggunakan iradiasi sinar gamma. Melalui kegiatan seleksi, uji daya hasil dan uji mutilokasi diperoleh varietas hasil perlakuan iradiasi sinar gamma pada populasi sel somatik varietas Bululawang dengan produktivitas 121,10 ± 42,10 ton/ha di lahan sawah dan 116,63 ± 49,52 ton/ha di lahan tegal. Rendemen di lahan sawah 10,18 ± 0,13 %, sedangkan untuk lahan tegal 7,16 ± 0,30 % dan hablur gula mencapai 12,25 ± 2,47 ton/ha di lahan sawah dan 8,37 ± 3,84 ton/ha di lahan tegal.

4. CMG Agribun

Varietas ini diperoleh melalui perakitan tebu menggunakan kombinasi keragaman somaklonal dengan iradiasi sinar gamma pada varietas asal PS 864. Melalui kegiatan seleksi, uji daya hasil dan uji adaptasi telah diperoleh varietas yang mempunyai rendemen tinggi dan stabil pada tipe agroekologi C2 dan C3 pada saat terjadi cekaman iklim la nina pada tahun 2016. Produktivitas yang dihasilkan adalah 102,3 ± 53,97 ton/ha di lahan sawah dan 84,77± 20,02 di lahan tegal. Rendemen yang diperoleh mencapai 10,68 ± 1,27% di lahan sawah dan 7,94 ± 0,2% di lahan tegal, sedangkan hablur gula mencapai 10,60 ± 1,75 ton/ha di lahan sawah dan 6,77 ± 2,34 ton/ha di lahan tegal. Kadar sabut dari klon mutan ini mencapai 14,84%.

(35)

AAS Agribun AMS Agribun

ASA Agribun CMG Agribun

Gambar 4. Keragaan bermacam-macam varietas tebu

KELAPA

5. Kelapa Bido Morotai

Varietas asal Pulau Morotai, Maluku Utara, Provinsi Maluku Utara. Ciri khasnya berbatang pendek, produksi buah dan nira yang tinggi. Kelapa Bido lambat bertambah tinggi dibanding kelapa tipe Dalam. Mulai berbuah umur 3 tahun, ukuran buah bulat dan besar (2,5 kg/butir). Varietas ini tumbuh baik di lahan kering iklim basah dengan tinggi tempat <100 m dpl, curah hujan >1500 – 2.500 mm per tahun dengan bulan kering < 6 bulan kering dengan curah hujan 1000-1200 mm/tahun. Kelapa Bido memiliki potensi hasil kopra lebih dari 4 ton/ha/tahun, dengan berat kopra/butir 320 gr dan kadar minyak 58,34 %.

(36)

6. Kelapa Dalam Lampanah

Varietas kelapa Dalam asli Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Tumbuh di lahan kering iklim basah dengan tinggi tempat < 300 m dpl, curah hujan >1500 – 2000 mm per tahun dengan bulan kering < 6 bulan kering, mulai berbunga 5 tahun, panen 6 tahun dan buahnya beragam memiliki lingkar polar lebih panjang dari lingkar ekuatorial. Memiliki 13,35 tandan/pohon, jumlah buah 9,25 butir/tandan atau rata-rata sebanyak 138 butir/pohon/tahun, berat daging kelapa segar adalah 449 g/butir atau sekitar 224 g kopra/butir dan potensi produksi kopra 30,97 kg/pohon/tahun atau 3,80 ton kopra/ha/tahun dengan kadar lemak 66,40, kadar air kopra sekitar 3,42% dan protein sekitar 6,81%. Total asam lemak jenuh 94,27%, asam lemak jenuh rantai medium 67,21%, dan kandungan asam laurat 46.50%. Air buahnya memenuhi standar air minum yang sehat, jumlah bunga betina dan buahnya juga relatif banyak.

7. Kelapa Dalam Selayar

Varietas unggul Kelapa Dalam Selayar berasal dari Kab. Kepulauan Selayar memiliki keunggulan buah besar dengan rata-rata jumlah buah/tandan > 9 butir, rata-rata jumlah buah/pohon/tahun 119 butir. Potensi produksi kopra > 3 ton/tahun. Jumlah PIT 1300 pohon dengan potensi benih 122.200 butir/tahun. Memiliki kadar minyak dan protein tinggi. Daerah pengembangan lahan kering iklim basah dengan bulan kering < 5 bulan berturut-turut dengan air tanah dangkal.

8. Kelapa Dalam Babasal

Varietas unggul Kelapa Dalam Babasal berasal dari Kab. Banggai. Varietas ini memiliki keunggulan jumlah buah/tandan >10 butir, jumlah buah/pohon rata-rata 128 butir, kadar minyak dan protein tinggi, daging buah tebal. Potensi produksi kopra sekitar 3 ton/ha/tahun. Daerah pengembangan lahan kering iklim basah dengan curah hujan <6 bulan dengan air tanah dangkal. Jumlah PIT 1.000 pohon dengan potensi benih 106.000 per tahun. Penamaan Babasal (Banggai, Belantak dan Saluan) adalah singkatan dari etnis yang ada di Kab. Banggai.

SAGU

9. Sagu Bestari

Varietas unggul Sagu Bestari berasal dari Kab. Indragiri Hilir tergolong dalam sagu yang tidak berduri dengan keunggulan setiap pohon memiliki rata-rata 495 kg pati sagu atau 255 kg berat kering. Persentase Karbohidrat cukup tinggi yaitu 84%. Daerah pengembangan iklim basah dan berair.

(37)

Gambar 6. Keragaan Sagu Bestari

KAPAS

10. Kanesia 21

Varietas ini moderat toleran terhadap kekeringan, agak tahan terhadap hama A. biguttula dengan kerapatan bulu daun 421 bulu/cm2 (banyak), tahan terhadap penyakit S. rolfsi. Potensi produksi bervariasi antara 1.951,8 kg – 3.533,7 kg kapas berbiji/ha tanpa perlakuan benih dan 1.621,7 kg – 3.521,0 kg kapas berbiji/ha dengan perlakuan benih, dengan peningkatan produktivitas 25% - 35% dibandingkan Kanesia 10. Galur 03008/25 mampu beradaptasi secara luas pada kondisi dengan perlakuan benih sebelum tanam, berproduktivitas tertinggi di daerah dengan tipe tanah vertisol/grumosol, curah hujan setahun 2900 mm dengan tipe iklim sedang. Kandungan serat 38,9 %, mutu serat (kehalusan serat 4,9 mikroner, kekuatan serat 28,4 g/tex, panjang serat 28,5 mm, keseragaman serat 86,6 % dan mulur serat 7,3 %). Mutu serat memenuhi syarat yang diinginkan industri tekstil.

Gambar 7. Keragaan Kanesia 21 11. Kanesia 22

Varietas ini toleran terhadap kekeringan, agak tahan terhadap hama A. biguttula

dengan kerapatan bulu daun 277 bulu/cm2 (sedang). Tahan terhadap penyakit S. rolfsii, agak tahan terhadap penyakit R. solani. Potensi produksi bervariasi antara 1.921 kg – 2.744 kg kapas berbiji/ha tanpa perlakuan benih dan 1.635 kg – 3.037 kg kapas berbiji/ha dengan perlakuan benih sebelum tanam, dengan peningkatan produktivitas 18% dibandingkan Kanesia 10. Varietas ini beradaptasi secara luas

(38)

dengan perlakuan benih maupun tanpa perlakuan benih. Kandungan serat 37,8%, mutu serat (kekuatan serat 30,1 g/tex, kehalusan serat 4,7 mikroner, panjang serat 28,3 mm, keseragaman serat 87,3 % dan mulur serat 8,0 %). Mutu serat memenuhi syarat yang diinginkan oleh industri tekstil.

12. Kanesia 23

Varietas ini moderat toleran terhadap kekeringan, agak tahan terhadap A. biguttula, tahan terhadap penyakit S. rolfsii, agak tahan terhadap penyakit R. solani. Potensi produksi bervariasi antara 2.073 kg – 2.926 kg kapas berbiji/ha tanpa perlakuan benih dan 1.011 kg – 3.627 kg kapas berbiji/ha dengan perlakuan benih, dengan peningkatan produktivitas 18% - 26% dibandingkan Kanesia 10. Galur 03017/15 mampu beradaptasi secara luas pada kondisi dengan perlakuan benih, berproduktivitas tertinggi di daerah dengan tipe tanah vertisol/grumosol, curah hujan setahun 2900 mm dengan tipe iklim sedang. Kandungan serat 40,2 %, mutu serat (kekuatan serat 31,3 g/tex, kehalusan serat 4,8 mikroner, panjang serat 28,0 mm, keseragaman serat 88,4 % dan mulur serat 7,3 %). Mutu serat memenuhi syarat yang diinginkan oleh industri tekstil.

TEH

13. Teh Tambi 1

Varietas ini termasuk dalam golongan sinensin. Bentuk batang silindris, permukaan batang halus, sistem percabangan 36,50°, warna batang kecokelatan. Panjang ruas tunas/daun 1,96 cm, Bangun daun (circum scriptio) memanjang (oblongus), panjang daun 6,26± 1,41 cm, lebar daun 2,33±0,61 cm, luas daun 16,04 cm². Panjang tangkai daun (petiolus) 0,35±0,10 cm, kedudukan daun (phyllotaxis) 40°, pangkal daun (basis follii) runcing (acutus), tulang daun (venatio) 6-8 pasang, tepi daun (margofollii) bergerigi (serratus), ujung daun (apex follii) runcing (acutus). Muka daun bergelombang, warna pucuk p+1 hijau kecoklatan, warna daun tua adalah hijau tua. Bobot pucuk p+2 adalah 0,45±0,19 g, bobot pucuk p+3 adalah 0,81±0,26 g. Jumlah bulu pada peko 24,50 per mm², jumlah stomata 55,75 per mm². Pertumbuhan tunas setelah dipankas cepat, potensi hasil teh kering 2201,70 kg/ha/thn, kandungan polifenol 4,29%, perakaran baik, agak tahan terhadap

Helopeltis, Empoasca sp., dan tahan tungau. Agak tahan terhadap penyakit cacar daun. Baik ditanam di dataran tinggi dengan tipe iklim B.

14. Teh Tambi 2

Varietas ini termasuk dalam golongan sinensin. Bentuk batang silindris, permukaan batang halus, sistem percabangan 37,50°, warna batang kecokelatan. Panjang ruas tunas/daun 2,21 cm, bangun daun (circum scriptio) memanjang (oblongus), panjang daun 9,61 + 1,26 cm, lebar daun 3,91 + 0,67 cm, luas daun 21,5 cm². Panjang tangkai daun (petiolus) 0,37 + 0,10 cm, kedudukan daun (phyllotaxis) 39°, pangkal daun (basis follii) runcing (acutus), tulang daun (venatio) 6-8 pasang, tepi daun (margofollii) bergerigi (serratus), ujung daun (apex follii) runcing (acutus). Muka daun bergelombang, warna pucuk p+1 hijau kecoklatan, warna

(39)

daun tua adalah hijau tua. Bobot pucuk p+2 adalah 0,68 + 0,22 g, bobot pucuk p+3 adalah 1,35 + 0,23 g. Jumlah bulu pada peko 31,25 per mm², jumlah stomata 55,43 per mm². pertumbuhan tunas setelah dipankas cepat, potensi hasil teh kering 3.289,40 kg/ha/thn, kandungan polifenol 4,55%, perakaran baik, agak tahan terhadap Helopeltis, Empoasca sp., dan tungau. Agak tahan terhadap penyakit cacar daun. Baik ditanam di dataran tinggi dengan tipe iklim B.

Gambar 8. Keragaan Teh Tambi 1 dan Tambi 2

TEMBAKAU

15. Kemloko 4 Agribun

Hasil persilangan antara varietas Kemloko 2 dengan Prancak 95. Varietas ini tahan terhadap penyakit layu bakteri (R. solanacearum), nematoda puru akar (Meloidogyne spp) dan penyakit lanas (P. nicotianae). Hasil rajangan kering galur ini meningkat 16,21 – 29,43% dibanding Kemloko 3 menjadi 861 – 1.061 kg/ha. Indek tanaman meningkat 10,83 – 29,52% dibanding Kemloko 3 menjadi 25,37 – 47,84. Kadar nikotin 3,00 – 3,54. Varietas ini direkomendasikan untuk dikembangkan pada lahan tegal.

16. Kemloko 5 Agribun

Hasil persilangan antara varietas Kemloko 1 dengan varietas K 399. Varietas ini tahan terhadap penyakit layu bakteri (R. solanacearum), nematoda puru akar (Meloidogyne spp) dan penyakit lanas (P. nicotianae). Hasil rajangan kering galur ini meningkat 11,45 – 13,17% dibanding Kemloko 3 menjadi 893 – 1.071 kg/ha. Indek tanaman meningkat 14,07 – 16,45% dibanding Kemloko 3 menjadi 29,53 – 42,37. Kadar nikotin 3,24 – 4,54. Varietas ini direkomendasikan untuk dikembangkan pada lahan di lereng gunung Sumbing.

17. Kemloko 6 Agribun

Hasil persilangan antara varietas Kemloko 2 dengan varietas K 399. Varietas ini tahan terhadap penyakit layu bakteri (R. solanacearum), nematoda puru akar (Meloidogyne spp) dan Penyakit lanas (P. nicotianae). Hasil rajangan kering galur ini meningkat 14,46 – 48,90% dibanding Kemloko 3. Indek tanaman meningkat 9,74 – 15,79% dibanding Kemloko 3. Varietas ini direkomendasikan untuk dikembangkan pada lahan di lereng Gunung Sindoro.

Gambar

Tabel 4. Capaian Kinerja Indikator Sasaran RPJMN Balitbangtan Tahun 2017
Gambar 1. Keragaan VUB dari Hortikultura: (a) Bawang Merah Violletta Agrihorti  2,  (b)  Cabai  Merah  Carvi  Agrihorti,  (c)  Jeruk  Soe  86  Agrihorti,  (d)  Kentang Spudy Agrihorti, dan  (e) Pisang INA 03
Gambar 2.  Keragaan dari Macam-Macam Krisan: (a)  Krisan Cintia Agrihort, (b)  Krisan Delisa Agrihort, (c) Krisan Maruto Agrihort, (d) Krisan Yuliana  Agrihort, (e) Krisan Xanne Agrihorti, (f) Krisan Xavia Agrihorti, dan  (g) Krisan Kamila Agrihorti
Gambar 3. Keragaan Macam-Macam Anggrek Antara Lain: (a) Phalaenopsis Adelia  Agrihort,  (b)  Phalaenopsis  Humaira  Agrihorti,    dan  (c)  Phalaenopsis  Arvina Agrihorti
+7

Referensi

Dokumen terkait

KEMENTERIAN PELAJARAN MALAYSIA JABATAN PELAJARAN NEGERI PEJABAT PELAJARAN DAERAH SEKOLAH Menerima penataran PBS dari KPM Menyediakan bahan penataran MULA Menyediakan Laporan

Sifat fisik dan sifat mekanik tanah atau batuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kestabilan dari lereng karena berhubungan dengan besar kecilnya nilai kuat

Pada pemilihan tulangan, peringkat pertama adalah informasi harga yang diberikan, diperingkat kedua adalah tenggang waktu penyerahan material dari perusahaan

1) Akad pembiayaan mura&gt;bah}ah. 2) Bentuk perjanjian pembiayaan mura&gt;bah}ah pada kredit pemilikan rumah. 3) Klasifikasi permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan pembiayaan

data uji organoleptik dianalisis menggunakan uji Anava Ganda (Two Way Anava) dan dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh nyata

Secara umum dapat disimpulkan bahwa dari Lima Sasaran Strategis yang ditetapkan dalam Penetapan/Perjanjian Kinerja Tahun 2017 menunjukkan lima sasaran

Setujukah Bapak/Ibu dengan air dan makanan yang tercemar tinja dapat menimbulkan penyakit :.. Tidak Setuju

Berdasarkan hasil penelitian tentang peningkatan aktivitas belajar siswa, maka dapat disimpulkan secara umum bahwa penggunaan metode kerja kelompok dapat meningkatkan