• Tidak ada hasil yang ditemukan

Varietas unggul merupakan komponen teknologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Varietas unggul merupakan komponen teknologi"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 27 NO. 1 2008

ABSTRACT. Adaptation and Yield Stability of Sweet Potato Promising Clones. Yield stability Analysis for 12 promising sweet potato clones were studied across six locations i.e. Solok (West Sumatra), Malang and Blitar (East Java), Kuningan (West Java), and Karanganyar and Magelang (Central Java) during dry season 2004 and wet season 2004/05. Field experiments were conducted using randomized complete block design, with three replications where clones/varieties as treatments and were planted in plot size of 5m x 5m. Yield (fresh root weight) data were analyzed for stability using a regression technique following Eberhart and Russel (1966) while adaptation analysis followed the method developed by Finlay and Wilkinson (1963). Result of these experiments indicated that effect of clones, location and clones x location interaction were significant. Yield stability analysis indicated that there were three clones/varieties which produce stable yield and had average yield higher than checks, namely MSU 01015-07, MSU 01015-06, MSU 01035-05, and MSU 01015-02 with fresh root yield of 25.1, 24.1, 26.27 and 27.5 t/ha respectively. These three clones had stability lower than average, very susceptible to environmental changes and specifically adapted to productive environments. Clone MSU 01035-05 had stability more than average and specifically adapted to marginal environments with an average yield of 26.3 t/ ha.

Keywords: Fresh root yield, environment, regression and deviation coefficients

ABSTRAK. Penelitian dilaksanakan di lima sentra produksi ubi jalar, yaitu di Solok (Sumatera Barat), Madang (Jawa Timur), Kuningan (Jawa Barat), dan Karanganyar dan Magelang (Jawa Tengah) pada MK 2004 dan MH 2004/05. Bahan yang digunakan adalah 12 klon harapan ubi jalar dan tiga varietas pembanding yaitu Ayamurasaki, Sari, dan lokal setempat. Rancangan percobaan adalah acak kelompok, dengan tiga ulangan, luas petak 5 m x 5 m berupa guludan-guludan. Data hasil umbi basah dari berbagai lokasi digunakan untuk analisis stabilitas hasil menggunakan teknik regresi yang dikembangkan oleh Eberhart dan Russel (1966). Analisis stabilitas hasil menunjukkan tiga klon harapan yang penampilan hasilnya stabil dan memiliki rata-rata hasil umbi lebih tinggi dibanding tiga varietas pembanding, yaitu klon MSU 01015-07, MSU 01015-06, dan MSU 01015-02 dengan hasil umbi masing masing 25,1; 24,1; dan 27,5 t/ ha. Ketiga klon tersebut memiliki koefisien regresi tidak berbeda nyata dengan satu (1) dan simpangan regresinya tidak berbeda nyata dengan nol (0). Ketiga klon harapan ini memiliki stabilitas hasil di bawah rata rata, sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan, dan beradaptasi baik pada lahan yang produktif. Klon MSU 01035-05 memiliki stabilitas hasil di atas rata-rata dan beradaptasi khusus di lingkungan marginal (produktivitas rendah) dengan rata-rata hasil 26,3 t/ha. Adaptasi dan stabilitas hasil dari klon-klon harapan ini perlu diuji lebih lanjut di berbagai sentra produksi lainnya untuk melihat kemantapan hasilnya sebelum dilepas sebagai varietas unggul baru.

Kata kunci: Hasil umbi, lingkungan, koefisien regresi dan simpangan regresi

V

arietas unggul merupakan komponen teknologi yang paling cepat diadopsi petani, karena memberikan dampak yang nyata terhadap peningkatan produksi dan ramah lingkungan. Peng-gunaan varietas unggul yang stabil dan beradaptasi luas sangat penting untuk mengurangi risiko akibat pengaruh lingkungan yang tidak dapat diramalkan (Subandi 1979). Untuk mengembangkan varietas unggul, pemulia tanaman berhadapan dengan faktor interaksi genotipe x lingkungan, yang berarti respon genotipe tidak sama di setiap lingkungan. Lingkungan fisik makro yang mem-pengaruhi adaptasi tanaman antara lain jenis tanah, ketinggian tempat, temperatur, letak lintang, iklim, dan musim. Walaupun telah diadakan stratifikasi lingkungan (lokasi), interaksi genotipe x lokasi sering masih besar, sehingga diperlukan analisis stabilitas guna mencirikan penampilan varietas di berbagai lingkungan, sehingga dapat membantu pemulia tanaman dalam memilih varietas.

Stabilitas hasil merupakan salah satu sifat yang diinginkan dari suatu genotipe untuk dapat dirilis sebagai suatu varietas unggul yang beradaptasi luas (Singh and Khaudary 1979). Ketidakstabilan hasil suatu genotipe di berbagai lingkungan biasanya menunjukkan interaksi yang tinggi antara faktor genetik dan lingkungan (Subandi

et al. 1988). Keragaman dalam faktor lingkungan

mem-pengaruhi tanggapan tanaman pada berbagai tingkatan pertumbuhan yang akhirnya akan mempengaruhi hasil. Stabilitas hasil ditentukan oleh kemampuan genotipe untuk menghindari fluktuasi hasil pada berbagai lokasi (Heinrich et al. 1983). Mekanisme tercapainya stabilitas hasil adalah melalui daya sangga populasi lewat he-terogenitas genetik, toleransi pada tekanan lingkungan, laju penyembuhan setelah tidak ada tekanan dan adanya kompensasi pertumbuhan komponen hasil (Heinrich

et al. 1983).

Diperlukan varietas ubi jalar yang memiliki daya adaptasi luas (stabil pada banyak lingkungan) agar dapat berkembang di masa datang pada agroekosistem yang berbeda dengan preferensi pengguna yang berbeda pula. Varietas yang beradaptasi luas dan berproduksi tinggi belum tentu diterima di suatu daerah karena mungkin tidak disenangi petani/konsumen. Oleh karena itu diperlukan varietas yang memiliki adaptasi sempit

Adaptasi dan Stabilitas Hasil Klon Harapan Ubi Jalar

M. Jusuf, St. A. Rahayuningsih, T.S. Wahyuni, dan J. Restuono Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian

(2)

(spesifik lokasi), dengan pengertian hanya akan ber-produksi maksimal jika lingkungannya sama atau lebih kurang sama dengan lokasi asalnya.

Pada umumnya varietas lokal memiliki sifat spesifik lokasi dan bila ditanam di daerah lain hasilnya tidak maksimal. Varietas Cilembu misalnya, apabila ditanam di daerah lain hasilnya rendah hingga tidak menghasil-kan dan kalau pun menghasilmenghasil-kan rasanya tidak semanis umbi Cilembu di Sumedang yang merupakan sentra produksi ubi jalar varietas Cilembu. Keuntungan dari varietas yang memiliki adaptasi luas adalah dapat mem-berikan hasil yang tinggi pada agroekosistem yang beragam, sedangkan kerugiannya adalah belum tentu disukai di daerah tersebut karena mungkin kualitas umbinya tidak sesuai dengan selera konsumen.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi daya hasil, stabilitas hasil, dan adaptasi klon-klon harapan ubi jalar pada berbagai lingkungan, terutama di sentra produksi ubi jalar.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di lima sentra produksi ubi jalar yaitu Solok (Sumatera Barat), Malang (Jawa Timur), Kuningan (Jawa Barat), Karanganyar dan Magelang (Jawa Tengah) pada MK 2004 dan MH 2004/2005. Rancangan percobaan adalah acak kelompok, dengan tiga ulangan. Bahan yang digunakan adalah 12 klon harapan ubi jalar dan varietas pembanding Sari (cek beta karoten), Ayamurasaki (cek antosianin), dan varietas lokal setempat. Dari 12 klon harapan yang diuji, lima di antaranya mengandung beta karoten tinggi, yaitu MSU 01015-07, MSU 01015-06, MSU 01035-05, MSU 01035-02, MSU 01015-02 dan tujuh lainnya mengandung antosianin tinggi, yaitu MSU 01022-12, MSU 16, MSU 01008-13, MSU 01016-19, JP 23, JP 33 dan JP 46.

Pengolahan tanah dilakukan dengan bajak ditarik ternak dan pencangkulan. Lahan dibersihkan dari gulma, kemudian dibuat guludan memanjang dengan lebar dasar 1 m dan tinggi 40-50 cm, luas petak 5 m x 5 m. Sehari sebelum tanam, lahan diairi agar cukup basah dan dapat mempertahankan jumlah tanaman tumbuh yang maksimal. Penanaman dilakukan secara tegak, 2-3 ruas terbenam ke dalam tanah dengan jarak 100 cm antarguludan (baris) dan 25 cm dalam guludan (baris), setiap lubang berisi satu stek tanaman.

Pupuk dengan takaran 100 kg urea + 100 kg SP36 + 100 kg KCl/ha diberikan secara tugal dua kali, yaitu 1/3 bagian pupuk urea dan KCl dan seluruh SP36 diberikan pada saat tanam, dan sisanya diberikan pada saat tanaman berumur 1,5 bulan setelah tanam. Pupuk

kandang dengan takaran 7,5 t/ha diberikan pada saat tanaman berumur 1,5 bulan, bersamaan dengan pemberian pupuk susulan.

Penyiangan dilakukan pada saat tanaman berumur 4, 7, dan 10 minggu setelah tanam. Penurunan guludan dilakukan pada saat tanaman berumur 1 bulan, ber-samaan dengan penyiangan pertama dan dilanjutkan dengan pemberian pupuk susulan pertama. Untuk menghindari tumbuhnya umbi-umbi kecil pada setiap ruas batang dilakukan pembalikan batang pada saat tanaman berumur 6, 9, dan 12 minggu. Pada kondisi sangat kering, lahan diairi untuk menghindari merosot-nya hasil umbi.

Untuk pengendalian hama boleng, pada saat tanam diaplikasikan Curater 20 kg/ha yang dicampur dengan pupuk dasar. Sebelum ditanam, bibit dicelupkan ke dalam larutan Benlate dan Marshal (dosis rekomendasi) selama + 5 menit.

Parameter yang diamati meliputi jumlah dan bobot umbi serta bahan kering umbi.

Data hasil umbi basah/petak dikonversikan ke t/ha, selanjutnya analisis stabilitas menggunakan teknik regresi yang dikembangkan oleh Eberhart dan Russel (1966), yang meregresikan rata-rata hasil umbi basah dengan indeks lingkungan, menurut model berikut: Yij = Ui+BiIj + dij

Yij = Rata-rata hasil genotipe ke-i, di lingkungan tumbuhnya

Ui = Rata-rata hasil genotipe ke-i di seluruh lingkungan

Bi = Koefisien regresi yang mengukur respon galur ke-i terhadap berbagai lingkungan

Ij = Indeks lingkungan yang dibatasi sebagai rata-rata semua genotipe di lingkungan ke-j, di-kurangi oleh rata-rata umum

Dij = Simpangan dari regresi galur ke-i terhadap lingkungan ke-j

Penilaian adaptasi suatu klon/varietas ditentukan oleh hasil rata-rata dan koefisien regresi (bi)( Finlay and Wilkinson 1963):

a. Koefisien regresi (b) mendekati atau sama dengan 1,0 menunjukkan stabilitas hasil rata-rata. Jika suatu varietas atau galur memiliki stabilitas rata-rata dan hasil rata-ratanya lebih tinggi dari rata-rata umum, maka varietas atau galur tersebut memiliki adaptasi umum. Jika hasil ratanya lebih rendah dari rata-rata umum, maka varietas atau galur-galur tersebut memiliki adaptasi yang buruk di semua lingkungan. b. Koefisien regresi (b) yang meningkat di atas 1,0 menunjukkan stabilitas hasil di bawah rata-rata.

(3)

Varietas atau galur yang demikian sangat peka terhadap perubahan lingkungan dan beradaptasi khusus di lingkungan produktif.

c. Koefisien regresi (b) yang lebih kecil atau di bawah 1,0 menunjukkan stabilitas di atas rata-rata. Varietas atau galur tersebut beradaptasi khusus di lingkungan marjinal (produktivitas rendah).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sidik ragam gabungan data hasil umbi menunjukkan bahwa pengaruh genotipe (klon), lingkungan, dan interaksi antara genotipe dan lingkungan sangat nyata (Tabel 1). Interaksi nyata genotipe x lingkungan me-nunjukkan perbedaan respon klon terhadap perubahan lingkungan. Hal ini diduga karena penelitian dilaksana-kan di berbagai lokasi dengan agroekosistem yang berbeda. Perbedaan tekanan seleksi yang telah dialami diduga telah membentuk tipe morfologi dan fisiologi yang berbeda.

Penampilan relatif atau peringkat hasil dari masing-masing klon tidak sama di tiap lokasi (Tabel 2). Dari 10 unit pengujian (5 lokasi untuk 2 musim) terlihat bahwa klon JP 46 memberikan hasil tertinggi di empat lokasi pengujian yaitu Kuningan dan Magelang (MK 2004) serta Malang dan Karanganyar (MH 2004/05). Klon MSU 01008-16 memberikan hasil tertinggi di dua lokasi, yaitu

di Kuningan dan Solok pada MH 2004/05. Pada MK 2004 dan MH 2004/05, penampilan hasil dari klon uji juga tidak konsisten dan hasil tertinggi dari 10 unit pengujian dicapai oleh klon MSU 01015-02 dengan rata-rata 27,5 t/ ha, diikuti oleh klon JP 46 dengan rata-rata 26,4 t/ha. Kedua klon ini memiliki daging umbi berwarna ungu (antosianin tinggi) dan hasilnya lebih tinggi daripada Ayamurasaki (19,5 t/ha) yang digunakan sebagai varietas pembanding untuk klon dengan kandungan antosianin tinggi.

Sangat bervariasinya produktivitas klon yang diuji menunjukkan adanya interaksi antara genotipe dan lingkungan, sehingga diperlukan analisis stabilitas hasil seperti terlihat pada Tabel 3. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman ubi jalar meliputi temperatur, kelembaban udara, curah hujan, penyinaran matahari, letak geografi tanah, tofografi, dan sifat tanah (Juanda dan Cahyono 2000). Temperatur Tabel 1. Sidik ragam stabilitas hasil dari 15 klon/genotipe ubi jalar di

lima lokasi, MT 2004-2005. SK db JK KT F hitung Lokasi (L) 9 16403,543 1822,616 44,1119** Galat 20 826,360 41,318 -Genotipe (G) 14 2630,489 187,892 15,0593** G x L 126 5797,682 46,013 3,6879** G. gabungan 280 3493,512 12,477 Total 449 31991,147 2293,489

-Tabel 2. Produktivitas umbi basah (t/ha) dari klon harapan/varietas ubi jalar pada percobaan interaksi genotipe x lingkungan di lima lokasi, 2004-2005.

Produktivitas (t/ha) Klon/

varietas Malang Kuningan Solok Karanganyar Magelang Rata-rata

MK I MK II MK I MK II MK I MK II MK I MK II MK I MK II MSU 01015-07 35,7 32,1 22,7 26,6 22,5 27,2 17,4 30,7 25,4 11,1 25,14 MSU 01015-06 35,2 32,5 23,9 22,0 23,3 24,3 17,3 28,1 22,9 11,1 24,07 MSU 01035-05 32,4 33,7 27,7 26,1 25,4 26,3 19,2 28,0 30,6 13,2 26,27 MSU 01035-02 31,0 33,8 25,3 30,4 22,1 25,7 16,6 28,5 29,7 8,7 25,16 MSU 01015-02 34,7 32,8 27,7 25,3 34,6 28,8 20,2 28,9 30,5 11,3 27,48 MSU 01022-12 33,2 31,6 20,4 17,3 20,9 23,2 14,4 27,7 27,6 7,5 22,37 MSU 01008-16 34,6 30,8 28,3 31,2 20,3 30,6 12,3 24,2 19,9 11,2 24,35 MSU 01008-13 30,3 22,1 24,4 13,8 29,4 25,5 18,5 19,5 21,8 3,0 20,83 MSU 01016-19 27,0 26,2 25,4 10,5 21,9 27,3 16,4 22,1 20,8 3,4 20,12 JP 23 32,0 27,5 19,8 19,7 19,3 23,4 24,9 27,7 35,3 9,2 23,87 JP 33 26,5 32,8 26,3 23,8 27,0 26,9 19,2 35,0 32,9 14,0 26,44 JP 46 35,1 35,3 29,4 23,4 20,2 22,7 15,5 34,8 36,4 11,3 26,41 Ayamurasaki 27,8 27,9 15,0 16,2 24,7 22,1 19,2 14,8 17,8 9,2 19,47 Sari 32,2 26,6 25,4 22,6 20,2 25,1 21,7 33,4 22,1 11,8 24,10 Lokal setempat 29,3 31,5 26,7 25,1 27,6 24,0 23,0 20,3 29,1 6,3 24,29 Rata-rata 31,8 30,5 24,6 22,3 24,0 25,5 18,4 26,9 26,9 9,5 -KK 16,9 15,6 21,0 11,3 17,0 19,2 10,8 23,7 17,3 27,2 -BNT 0,05 3,7 2,8 4,5 4,2 6,8 4,0 3,3 11,7 7,8 4,3

(4)

-optimum untuk tanaman ubi jalar adalah 210C-270C.

Temperatur yang rendah menyebabkan rendahnya kandungan karbohidrat dalam umbi dan dapat meng-hambat pertumbuhan umbi. Di daerah yang memiliki curah hujan 750-1500 mm/tahun produksi ubi jalar dapat diharapkan tinggi. Ubi jalar yang ditanam di daerah pegunungan umumnya memberikan hasil yang rendah dan tanaman berumur panjang.

Homogenitas ragam galat percobaan pada biologi yang melibatkan banyak musim dan lokasi memang sulit dilakukan (Steel and Torrie 1982). Karena itu, menurut Sutjihno (1988), untuk analisis stabilitas hasil sebaiknya koefisien keragaman (KK) lebih kecil dari 30%.

Koefisien keragaman semua klon-klon harapan yang diuji di bawah 30% dan memenuhi syarat untuk uji stabilitas hasil. Sidik ragam gabungan data hasil menunjukkan bahwa pengaruh klon, lingkungan, dan interaksi antara lingkungan dan klon sangat nyata (Tabel 1). Interaksi nyata klon x lingkungan menunjukkan adanya perbedaan respon klon terhadap perubahan lingkungan. Perbedaan tekanan seleksi yang telah dialami diduga telah membentuk tipe morfologi dan fisiologi yang berbeda. Oleh karena adanya interaksi, maka untuk menentukan kecocokan klon terhadap lingkungan perlu dilakukan uji stabilitas hasil.

Pada Tabel 3 terlihat bahwa 12 klon harapan yang diuji memiliki koefisien regresi tidak berbeda nyata dengan satu (1), tujuh di antaranya dengan rata rata hasil lebih tinggi dari rata-rata umum (23,9 t/ha), yaitu MSU 07, MSU 01005-06 MSU 01035-05, MSU 01015-02, MSU 01022-12, JP 33, dan JP 46. Ditinjau dari segi

simpangan regresi terdapat lima klon yang simpangan regresinya tidak berbeda nyata dengan 0 (nol), yaitu MSU 01015-07, MSU 01005-06, MSU 01035-05, MSU 01015-02, dan MSU 01022-12.

Analisis stabilitas menunjukkan empat klon harapan memiliki penampilan hasil yang stabil dengan rata-rata hasil lebih tinggi dibanding varietas lokal, yaitu MSU 07, MSU 06,MSU 01035-05 dan MSU 01015-02 dengan rata-rata hasil masing-masing 25,14 t; 24,07 t; 26,27 t, dan 27,50 t/ha. Keempat klon tersebut memiliki koefisien regresi tidak berbeda nyata dengan satu (1) dan simpangan regresinya tidak berbeda nyata dengan nol (0). Tiga klon lainnya memiliki hasil umbi lebih tinggi dari dua varietas pembanding dan rata-rata umum serta tergolong tidak stabil karena memiliki simpangan regresi berbeda nyata dengan nol (0), walaupun koefisien regresinya tidak berbeda nyata dengan satu (1). Klon tersebut adalah MSU 01035-02, JP 33, dan JP 46.

Klon MSU 01035-02 dan JP 46 dengan rata-rata hasil masing-masing 25,15 t dan 26,41 t/ha memiliki koefisien regresi (b) di atas 1,0 dan menunjukkan stabilitas hasil di bawah rata-rata (Tabel 3). Klon-klon ini tergolong sangat peka terhadap perubahan lingkungan dan ber-adaptasi khusus di lingkungan produktif. Klon JP 33 dengan rata-rata hasil 26,44 t/ha memiliki koefisien regresi 0,838 dan menunjukkan stabilitas di atas rata-rata. Klon ini beradaptasi khusus di lingkungan marjinal (produktivitas rendah).

Hasil varietas Sari (pembanding dengan kandungan -karoten tinggi), Ayamurasaki (pembanding dengan kandungan antosianin tinggi) dan hasil rata-rata umum Tabel 3. Kisaran rata-rata hasil, koefisien regresi (bi), koefisien determinasi (R2) dan simpangan regresi (S2di) klon-klon harapan ubi jalar

pada uji multilokasi, 2004.

Klon/varietas Kisaran hasil Rata-rata hasil Koefisien regresi Koefisien determinasi Simpangan regresi

(t/ha) (t/ha) (bi) (R2) (S2 di)

MSU 01015-07 11,1-35,7 25,143 1,065 tn 0,883 1,655 tn MSU 01015-06 11,1-35,2 24,070 1,037 tn 0,907 1,211 tn MSU 01035-05 13,2-32,4 26,268 0,943 tn 0,956 0,450 tn MSU 01035-02 8,7-33,8 25,154 1,100 tn 0,847 2,399 * MSU 01015-02 11,3-34,7 27,503 1,057 tn 0,874 1,764 tn MSU 01022-12 7,5-33,2 22,367 1,212 tn 0,928 1,245 tn MSU 01008-16 11,2-34,6 23,346 1,007 tn 0,613 7,003 ** MSU 01008-13 3,0-30,3 19,833 0,969 tn 0,495 10,497 ** MSU 01016-19 3,4-27,0 20,116 1,082 tn 0,766 3,921 ** JP 23 9,2-35,3 23,878 0,935 tn 0,643 5,322 ** JP 33 14,0-35,3 26,442 0,838 tn 0,692 3,429 ** JP 46 11,3-36,4 26,413 1,251 tn 0,766 5,221 ** Sari 11,8-32,2 24,104 0,801 tn 0,688 3,191 ** Ayamurasaki 9,2-27,8 19,471 0,720 tn 0,562 4,433 ** Lokal setempat 6,3-31,5 24,296 0,983 tn - -Rata-rata 9,4-33,0 23,890 1,000 3,450

(5)

masing-masing adalah 24,10 t; 19,47 t; dan 23,89 t/ha. Adaptasi dan stabilitas hasil dari klon-klon harapan ini perlu diuji lebih lanjut pada berbagai lingkungan untuk dilihat kemantapan hasilnya (stabilitas hasil) di berbagai sentra produksi sebelum dilepas sebagai varietas unggul baru.

Klon/varietas yang stabil yang memiliki koefisien regresi tidak berbeda nyata dengan satu (1) dan simpangan regresinya tidak berbeda nyata dengan nol (0). Berdasarkan kriteria tersebut maka dari 12 klon harapan yang diuji terdapat empat klon yang stabil dan memiliki rata-rata hasil lebih tinggi dari rata-rata umum, yakni MSU 01015-07, MSU 01005-06, MSU 01035-05, dan MSU 01015-02.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Tiga klon harapan yang penampilan hasilnya stabil dan memiliki rata-rata hasil umbi lebih tinggi di-banding tiga varietas pemdi-banding adalah MSU 01015-07, MSU 01015-06, dan MSU 01015-02 dengan rata-rata hasil masing-masing 25,14 t; 24,07 t, dan 27,50 t/ha. Ketiga klon harapan ini memiliki stabilitas hasil di bawah rata-rata, sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan, dan beradaptasi baik pada lahan produktif.

2. Klon MSU 01035-05 memiliki stabilitas hasil di atas rata-rata dan beradaptasi khusus di lingkungan marjinal (produktivitas rendah) dengan rata-rata hasil 26,27 t/ha.

3. Adaptasi dan stabilitas hasil klon-klon harapan ini perlu diuji lebih lanjut untuk melihat kemantapan hasilnya di berbagai sentra produksi lainnya sebelum dilepas sebagai varietas unggul baru.

DAFTAR PUSTAKA

Eberhart, S.A. and W.A. Russel.1966. Stability parameters for comparing varieties. Crop Sci 6:36-40.

Finlay, K.W. and G.N. Wilkinson. 1963. The analysis of adaptation in plant breedingprogramme. Aust J. Agric. Res 14:742-754. Heinrich, G.M., C.A. Francis, and J.D. Eastin. 1983. Stability of grain sorghum yield components in a cross diverse environments. Crop Sci. 23:209-212.

Juanda, D dan B. Cahyono. 2000. Ubi jalar: budi daya dan usaha taninya. Kanisius, Yogyakarta.

Singh, R.K. and B.D. Chaudary. 1979. Biometrical methods in quantitative genetics analysis. Kalyani, New Delhi. India. 304 p.

Stell, R.G.D. and J.H. Torrie. 1982. Principles and procedures of statistical a biometrical approach. Mc Graw Hill. Int Book Comp. London.

Subandi.1979. Yield stability of nine early maturity of corn. Contributions 53:1-11.

Subandi, I. Marwan, dan A. Blumenschein, 1988. Koordinasi program penelitian nasional jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 83 p.

Sutjihno. 1988. Program komputer untuk mengukur stabilitas hasil tanaman. Penelitian Pertanian 8 (1):35-39.

Tan, W.K., G.Y. Tan, and P.D. Walton. 1979. Regression analysis of genotype environment interaction in smooth bromegrass. Crop Sci. 19:393-396.

Referensi

Dokumen terkait

Abu dasar batubara merupakan bahan buangan dari proses pembakaran batubara pada pembangkit tenaga yang mempunyai ukuran partikel lebih besar dan lebih berat

Dalam artikel yang ditulis oleh Hari Santoso (2011) yang berjudul “Pencegahan Dan Penaggulangan Plagiarisme Dalam Penulisan Karya Ilmiah Di Lingkungan

ketika itu yang melawan hukum, terhadap diri sendiri maupun orang lain; terhadap kehormatan kesusilaan (eerbaarheid) atau harta benda sendiri maupun orang lain,

Perwakilan BPKP Provinsi Papua tahun 2012 merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan kinerja, yang terdiri dari kinerja program yang diukur dengan indikator hasil

(4) Biro Perencanaan mengirimkan dokumen proposal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Pemberi Insentif Kegiatan Riset, dengan surat pengantar yang ditandatangani oleh

Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada masing-masing bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki alam yang berpotensi

Juga terdapat penegasan (tahqiiq tahqiiq) dari Alamah ) dari Alamah Abul Hasan Al 'Umari yang berasal dari Umar bin Ali bin Husein di dalam Abul Hasan Al 'Umari yang

Produk Unggulan Daerah (PUD) merupakan suatu barang atau jasa yang dimiliki dan dikuasai oleh suatu daerah, yang mempunyai nilai ekonomis dan daya saing tinggi serta menyerap