• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI. berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir darah/lendir saja. a. Klasifikasi diare menurut terjadinya, yaitu :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI. berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir darah/lendir saja. a. Klasifikasi diare menurut terjadinya, yaitu :"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Diare

1. Pengertian

Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir darah/lendir saja (Ngastiyah, 2005, p.224). Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa peningkatan volume, keenceran dan frekuensi dengan atau tanpa lendir darah, seperti lebih dari 3 kali/hari dan pada neonatus lebih dari 4 kali/hari (Aziz, 2005, p.101).

2. Klasifikasi Diare

a. Klasifikasi diare menurut terjadinya, yaitu : 1) Diare akut

Diare akut adalah kumpulan gejala diare berupa defekasi dengan tinja cair atau lunak dengan atau tanpa darah atau lendir dengan frekuensi 3 kali atau lebih per hari dan berlangsung kurang dari 14 hari dan frekuensi kurang dari 4 kali per hari.

(2)

2) Diare kronik

Diare kronik adalah diare yang berlanjut 2 minggu atau lebih dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah selama masa diare tersebut.

b. Klasifikasi diare menurut derajat dehidrasi

Diare dibagi menjadi diare tanpa dehidrasi dan diare dengan dehidrasi ringan-sedang dan diare dengan dehidrasi berat (Ngastiyah, 2005, p.234).

3. Frekuensi diare

Frekuensi diare adalah banyaknya/berapa kali kejadian diare yang dialami dalam kurun waktu tertentu.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi diare pada bayi

a. Pada garis besarnya kejadian diare dipengaruhi beberapa faktor, yaitu: 1) Pemberian ASI

Pemberian ASI ekslusif pada bayi sampai berusia 6 bulan akan memberikan kekebalan kepada bayi terhadap berbagai macam penyakit karena ASI adalah cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit. Oleh karena itu, dengan adanya zat anti kekebalan dari ASI, maka bayi ASI eksklusif dapat terlindung dari penyakit diare (Roesli, 2005, p.3).

(3)

2) Status Gizi

Diare dapat menyebabkan gizi kurang dan memperberat diarenya. Oleh karena itu, pengobatan dengan makanan yang baik merupakan komponen utama penyembuhan diare tersebut. Bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian besar meninggal karena diare. Hal ini disebabkan karena dehidrasi dan malnutrisi (Purnawati, 2005). 3) Laktosa Intoleran

Laktosa hanya dapat diserap oleh usus setelah dihidrolisis menjadi monosakarida oleh enzim laktose, namun dalam keadaan tertentu aktivitas laktosa menurun atau tidak ada sama sekali, sehingga pencernaan laktosa terganggu dan laktosa pun tidak dapat dicerna. Laktosa yang tidak dapat dicerna tersebut akan masuk ke usus besar dan di dalam usus besar ini akan difermentasi oleh mikro flora usus sehingga dihasilkan asam laktat dan beberapa macam gas. Adanya beberapa gas ini menyebabkan diare.

b. Beberapa faktor penyebab diare, diantaranya : 1) Faktor infeksi

a) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral meliputi:

(1) Infeksi bakteri: Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas.

(4)

(2) Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxackie, Poliomyelitis)Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus.

(3) Infeksi parasit: cacing (Ascaris,Trichuris, Oxyuris,Strogyloides); protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis); jamur (Candida albicans)

b) Infeksi parenteral ialah infeksi dari luar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut (OMA), tonsillitis/ tonsilofaringitis, bronkopneumoni, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama pada bayi dan anak berusia dibawah 2 tahun (Ngastiyah, 2005, p.224)

Proses ini diawali dengan adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa intestinal yang dapat menurunkan daerah permukaan intestinal sehingga terjadinya perubahan kapasitas dari intestinal yang mengakibatkan gangguan fungsi intestinal dalam absorbsi cairan dan elektronik. Adanya toksin bakteri juga akan menyebabkan sistem transpor menjadi aktif dalam usus, sehingga sel mukosa mengalami iritasi dan akhirnya sekresi cairan dan elektrolik akan meningkat (Aziz, 2005, p.101). 2) Faktor malabsorbsi

(5)

a) Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering intoleransi laktosa.

b) Malabsobsi protein

Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat kemudian akan terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare.

3) Faktor makanan

Faktor makanan yang dapat menyebabkan diare diantara adalah makanan basi, beracun, makanan yang merangsang, alergi terhadap makanan.

Apabila terdapat toksin yang tidak mampu diserap dengan baik dan dapat terjadi peningkatan peristaltik usus yang akhirnya menyebabkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan. 4) Faktor psikologi, rasa takut dan cemas.

Faktor tersebut dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus dapat mempengaruhi proses penyerapan makanan (Aziz, 2005, p.102).

5. Pencegahan penyakit diare

Menurut Wahyudi (2009) ada beberapa cara untuk pencegahan penyakit diare, diantaranya :

(6)

a. Pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif sampai umur 6 bulan. Pemberian ASI mempunyai banyak keuntungan bagi bayi atau ibunya. Bayi yang mendapat ASI lebih sedikit dan lebih ringan episode diarenya dan lebih rendah risiko kematiannya jika dibanding bayi yang tidak mendapat ASI. Dalam 6 bulan pertama kehidupan risiko mendapat diare yang dibutuhkan perawatan di rumah sakit dapat mencapai 30 kali lebih besar pada bayi yang tidak disusui daripada bayi yang mendapat ASI penuh. Hal ini disebabkan karena ASI tidak membutuhkan botol, dot, dan air yang mudah terkontaminasi dengan bakteri yang mungkin menyebabkan diare. ASI juga mengandung antibodi yang melindungi bayi terhadap infeksi terutama diare, yang tidak terdapat pada susu sapi dan formula. Saat usia bayi mencapai 6 bulan, bayi harus menerima buah-buahan dan makanan lain untuk memenuhi kebutuhan gizi yang meningkat, tetapi ASI harus tetap terus diberikan paling tidak sampai umur 24 bulan.

b. Hindarkan penggunaan susu botol

Seringkali para ibu membuat susu yang tidak langsung habis sekali minum, sehingga memungkinkan tumbuhnya bakteri. Dot yang jatuh langsung diberikan bayi tanpa dicuci. Botol juga harus dicuci dan direbus untuk mencegah pertumbuhan kuman.

c. Penyimpangan dan penyiapan makanan pendamping ASI dengan baik, untuk mengurangi paparan dan perkembangan bakteri.

(7)

d. Penggunaan air bersih untuk minum.

Pasokan air yang cukup, bisa membantu membiasakan hidup bersih seperti cuci tangan, mencuci peralatan makan, membersihkan WC dan kamar mandi.

e. Mencuci tangan (sesudah buang air besar dan membuang tinja bayi, sebelum menyiapkan makanan atau makan).

f. Membuang tinja, termasuk tinja bayi secara benar.

Tinja merupakan sumber infeksi bagi orang lain. Keadaan ini terjadi baik pada yang diare maupun yang terinfeksi tanpa gejala. Oleh karena itu pembuangan tinja anak merupakan aspek penting pencegahan diare.

B. Bayi

1. Pengertian

Bayi baru lahir adalah bayi yang dilahirkan baik dalam kondisi cukup bulan atau hampir cukup bulan (Saifuddin AB, 2002, p.132). Bayi adalah anak usia 0-12 bulan.

2. Tahapan Bayi

Tahapan-tahapan bayi ada 2 yaitu : a. Masa bayi dini (umur 1-12 bulan)

Pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan berlangsung secara kontinyu terutama meningkatkan fungsi sistem syaraf.

(8)

Kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kinerja dalam perkembangan motorik dan fungsi ekskresi.

3. Perubahan pada Sistem Pencernaan

Bayi yang baru lahir mempunyai sistem pencernaan yang belum sempurna. Tidak sembarang makanan bisa masuk ke lambung, usus dua belas jari, dan usus besar yang masih sangat rentan ini. Air Susu Ibu (ASI) yang pertama keluar berwarna bening atau disebut kolostrum sangat bagus untuk mengkondisikan perut bayi dan menyempurnakan sistem pencernaanya. Kolostrum merupakan makanan separuh cerna yang mudah diserap. Selain itu, kolostrum juga berfungsi sebagai pencahar bagi bayi, yang membantu memudahkan perjalanan mekonium.

Mekonium ini merupakan media perkembangbiakan pertama bagi bakteri Lactobacillus bifidus, bakteri baik yang sangat membantu dalam proses pencernaan makanan. Mekonium ini pula yang dikeluarkan anus bayi pertama kali (Majidi, 2008, p.31).

Sistem gastrointestinal pada bayi baru lahir cukup bulan relatif matur. Sebelum lahir, janin cukup bulan mempraktikkan perilaku menghisap dan menelan. Refleks muntah dan batuk yang telah matur telah lengkap pada saat lahir.

Kemampuan bayi lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna sumber makanan dari luar terbatas. Sebagian besar keterbatasan tersebut membutuhkan berbagai enzim dan hormon pencernaan yang terdapat di semua bagian saluran cerna, dari mulut sampai ke usus. Bayi baru lahir

(9)

kurang mampu mencerna protein dan lemak dibandingkan orang dewasa. Absorpsi karbohidrat relatif efisien, tetapi tetap kurang efisien dibandingkan kemampuan orang dewasa. Kemampuan bayi baru lahir, terutama efisien dalam mengabsorpsi monosakarida, seperti glukosa dalam jumlah yang tidak terlalu banyak.

Kapasitas lambung bayi baru lahir dan bayi kurang dari 30 cc untuk bayi baru lahir cukup bulan. Awal pemberian makanan oral menstimulasi lapisan usus agar matur dengan meningkatkan pergantian sel yang cepat dan produksi enzim mikrovilus, seperti amilase, tripsin, dan lipase pankreas.

Epitel usus yang tidak matur mempengaruhi kemampuan usus untuk melindungi dirinya dari zat-zat yang sangat berbahaya. Pada manusia keseluruhan saluran cerna berfungsi sebagai bagian dari sistem imun alami, suatu sistem pertahanan.

Selama awal masa bayi, bayi baru lahir menghadapi tugas penting ”penutupan usus”, proses yang membuat permukaan epitel usus menjadi tidak permeabel terhadap antigen. Sebelum penutupan usus, bayi rentan terhadap infeksi bakteri atau virus dan juga terhadap stimulasi alergen melalui absorpsi molekul-molekul besar oleh usus. Semua makanan enteral, bahkan dalam jumlah kecil sekalipun, menyebabkan peningkatan faktor trofik saluran cerna yang bermanfaat, terutama hormon-hormon yang menyebabkan maturasi penuh saluran cerna. Pemberian ASI terutama

(10)

mempercepat penutupan usus karena menghasilkan sejumlah IgA sekretori yang menstimulasi proliferasi enzim usus.

Kolon bayi baru lahir kurang efisien untuk menyimpan cairan dari pada kolon orang dewasa sehingga bayi baru lahir cenderung mengalami komplikasi kehilangan cairan. Kondisi ini membuat penyakit diare kemungkinan besar menjadi serius pada bayi (Varney, 2003, p.885-886).

C. Makanan Pendamping ASI (MP ASI)

1. Pengertian

MP ASI adalah makanan tambahan yang diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 6 bulan (Majidi, 2008, p.65). MP ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan kepada bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Sebelum usia 6 bulan, bayi sebaiknya hanya diberikan Air Susu Ibu (ASI). Makanan yang sempurna untuk bayi ini menyediakan semua kalori dan nutrisi yang diperlukan dan mampu dicerna oleh bayi. Semakin meningkat umur bayi/anak, kebutuhan akan zat gizi semakin bertambah karena tumbuh kembang, sedangkan ASI yang dihasilkan kurang memenuhi kebutuhan gizi. MP ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi/anak.

Makanan pendamping ASI wajib diperkenalkan karena pada umur 6 bulan, ASI hanya mampu mencukupi 60-70 persen kebutuhan bayi. Selain itu bayi harus mulai diperkenalkan keterampilan mengunyah. Pada tahap

(11)

ini harus bisa melatih kemampuan bayi secara bertahap. MP ASI yang biasa diberikan adalah bubur susu, bubur saring, atau nasi tim yang dilumatkan. MP ASI yang berupa sereal beras baik diberikan karena bebas gluten dan tidak menimbulkan alergi sebagaimana makanan lain.

Meski bayi perlu diperkenalkan beragam jenis makanan, bayi perlu waktu untuk membiasakan diri terhadap tiap rasa dan tekstur baru. Masing-masing bayi juga memiliki makanan kesukaanya. Umumnya transisi makanan yang dialami bayi adalah sereal semi cair, buah-buahan yang dihaluskan, tambahan makanan bergizi lain seperti daging atau sumber protein (Majidi, 2008, p.68).

2. Jenis MP ASI dan waktu pemberiannya a. Umur 6-8 bulan

Pada tahap awal, bayi dapat diberikan bubur susu, biskuit yang diencerkan dengan susu, buah seperti pisang atau pepaya yang dilumatkan. Pemberian dapat dimulai 1-2 kali sehari dengan jumlah 1-2 sendok makan. Dapat pula diberikan bubur susu dalam bentuk instan atau membuatnya sendiri dari tepung beras, beras merah, atau kacang hijau. Walaupun bayi telah diperkenalkan dengan makanan tambahan, proses menyusui tetap dilanjutkan. Sebagai tahap awal, perkenalkan bubur dan sari buah dua kali sehari sebanyak 1-2 sendok makan penuh. Apabila dalam tahap awal ini yang diperkenalkan adalah bubur, harus berupa bubur saring. Frekuensi pemberian bubur ini, lambat laun harus ditingkatkan.

(12)

b. Umur 8-10 bulan

Memasuki umur 8 bulan, kekentalan makanan bayi dapat ditingkatkan. Nasi tim kini tidak perlu disaring, namun cukup dilumatkan. Bayi juga dapat memungut benda dengan ibu jari dan telunjuknya dan memasukkannya ke mulut. Gerakan mengunyah pun mulai nampak. Jadi, dapat diberikan makanan yang mudah lumat untuk dimasukkan sendiri ke mulut, seperti crackers yang dipotong dalam ukuran kecil. Ini akan sangat menyenangkan bagi bayi dan langkah penting untuk membantunya mengembangkan keterampilan motorik dan koordinasi.

Pada usia ini, dapat memberikan sebanyak 3-6 sendok tiap kali makan, paling tidak 4 kali sehari. Pada saat berumur 9 bulan, berikan bubur yang tidak disaring atau nasi tim yang dibuat dari bahan-bahan makanan bergizi tinggi yang merupakan campuran ganda (Majidi, 2008, p.70).

c. Umur 10-12 bulan

Pada usia ini, bayi dapat menelan lebih mudah dan tidak lagi mendorong makanan keluar dengan lidahnya. Mulai umur 10 bulan, seorang bayi sudah mempunyai beberapa gigi dan mulai beradaptasi untuk makan makanan yang agak kasar. Saat bayi berumur 10-12 bulan, bayi sudah dapat diberi bubur yang dicacah untuk mempermudah proses penelanan. Makanan harus terdiri dari makanan pokok,

(13)

kacang-kacangan, ikan, minyak, santan, lemak, dan buah-buahan (Majidi, 2008, p.71).

d. Umur 12 bulan keatas

Diatas umur 12 bulan, bayi dapat diberikan nasi tim atau mulai diperkenalkan dengan makanan yang sama untuk keluarga. Namun perlu diingat, makanan keluarga yang diberikan adalah makanan keluarga yang lembut, mudah dicerna, dan tidak pedas. Porsinya bisa sampai setengah porsi orang dewasa. Pemberiannya adalah tiga kali sehari. Biskuit, makanan tambahan seperti bubur kacang hijau, dapat diberikan sebagai selingan. Buah yang diberikan pada bayi dapat mulai diperkenalkan dalam bentuk yang tidak lagi diblender, namun dalam potongan kecil-kecil.

(14)

Tabel 2.1 Jadwal Pemberian MP ASI Menurut Umur Bayi dan Jenis Makanan (Ma’sum, 2007, p.138)

Jenis makanan berdasarkan komposisi makanan sehat, menurut Joyce (2006) meliputi :

1. Karbohidrat

a. 6 bulan : tepung beras, tepung maizena, biskuit, berangsur-angsur minggu per minggu: kentang, ubi, jagung, makaroni, roti, nasi (bubur atau tim)

b. Cara memasak : tepung dimasak dengan air sampai matang baru masukkan susu (formula atau ASI). Kentang, ubi, jagung manis

Umur Bayi Jenis Makanan 0-4 / 6 bulan - ASI Kira-kira 6 bulan - ASI

- Buah lunak/sari buah - Bubur tepung beras merah

Kira-kira 7 bulan

- ASI

- Buah-Buahan

- Hati ayam atau kacang-kacangan - Beras merah atau ubi

- Sayuran - Minyak/santan/alpukat Kira-kira 9 bulan - ASI - Buah-buahan - Bubur/roti - Daging/kacang-kacangan - Ayam/ikan - Beras merah/kentang - Kacang tanah 12 bulan atau lebih - ASI

- Makanan pada umumnya, termasuk telur dengan kuningnya dan buah jeruk

(15)

disisir, dikukus. Haluskan, campurkan susu tambahkan parutan keju, roti tambah susu.

2. Protein-lemak

a. 6-8 bulan : susu, yoghurt, kuning telur (ambil setelah telur direbus), keju parut, kacang merah, kacang hijau, tempe, tahu, ayam cincang (tanpa kulit), daging cincang (pilih daging tanpa lemak, cincang sendiri), hati.

b. 9 bulan : ikan

Cara masak : yoghurt dimakan dengan buah, ayam/daging dan tahu tempe dimasak bersama makaroni atau dikukus, campurkan dengan kentang, jagung. Makan disertai sup. Buat sup bening biasa (ayam/daging), sup krim jagung, sup kacang merah/hijau, blender campur susu.

3. Vitamin-mineral

a. Buah : pisang, jeruk, pepaya, pear, apel, melon, semangka, mangga, alpukat.

b. Sayur 6 bulan : kacang polong, wortel, brokoli, bayam, labu siam, kangkung, buncis, kembang kol.

Cara masak : Pear atau apel dikukus. Sayur dikukus, dihancurkan atau diblender.

3. Pemberian MP ASI

ASI akan efektif jika diberikan bagi bayi selama 6 bulan pertama kehidupannya. Rekomendasi terbaru UNICEF (United Nation Childs

(16)

International Emergency Fund) bersama banyak negara lainnya adalah menetapkan jangka waktu pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan. Bayi hanya diberikan ASI tanpa ditambah pengganti ASI (PASI) atau susu formula maupun makanan padat atau makanan pendamping ASI, karena pemberian ASI pada usia 0-6 bulan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan zat gizi bayi (Roesli, 2005, p.3).

Namun yang terjadi di Indonesia pada umumnya masih banyak orang tua yang memberikan makanan sebelum bayi berumur 6 bulan. Umumnya mereka beranggapan bahwa bayi kelaparan dan akan tidur nyenyak setelah diberi makan. Sedangkan sistem pencernaannya harus bekerja secara keras untuk mengolah dan memecah makanan.

Harus diperhatikan bahwa apabila pemberian MP ASI pada bayi lebih dini (dibawah umur 6 bulan) maka asupan gizi yang dibutuhkan bayi tidak sesuai kebutuhannya.

D. Hubungan MP ASI yang diberikan dengan frekuensi kejadian diare

Pada waktu bayi baru lahir secara alamiah mendapat zat kekebalan tubuh dari ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut akan cepat turun setelah kelahiran bayi, padahal dari waktu bayi lahir sampai bayi berusia beberapa bulan, bayi belum dapat membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. Sehingga kemampuan bayi membantu daya tahan tubuhnya sendiri menjadi lambat selanjutnya akan terjadi kesenjangan daya tahan tubuh. Kesenjangan daya tahan tersebut dapat diatasi apabila bayi diberi ASI (Roesli, 2005, p.7).

(17)

Pemberian makanan berupa ASI sampai bayi mencapai usia 6 bulan, akan memberikan kekebalan kepada bayi terhadap berbagai macam penyakit karena ASI adalah cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, jamur dan parasit. Namun banyak orang tua yang memberikan MP ASI terlalu dini yaitu sebelum bayi berusia 6 bulan, sedangkan karena sebelum 6 bulan sistem pencernaannya relatif belum sempurna dan belum siap menerima MP ASI. Beberapa enzim pemecah protein seperti asam lambung, pepsin, lipase, enzim amilase, dan sebagainya akan diproduksi setelah bayi berusia 6 bulan. Salah satu efek dari pemberian MP ASI karena kurangnya kekebalan penyakit terutama infeksi adalah diare. Oleh karena itu, dengan adanya zat anti bodi dari ASI, maka bayi ASI eksklusif akan terlindungi dari berbagai macam infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan parasit, bahwa ada perbedaan yang signifikan antara bayi yang mendapat ASI eksklusif minimal 6 bulan dengan bayi yang hanya diberi susu formula. Bayi yang diberikan MP ASI biasannya mudah sakit dan sering mengalami masalah kesehatan seperti sakit diare, penyakit infeksi telinga, batuk dan pilek, yang memerlukan pengobatan sedangkan bayi yang diberikan ASI eksklusif biasanya jarang mendapat sakit dan kalaupun sakit biasanya ringan dan jarang memerlukan perawatan.

(18)

E. Kerangka Teori

Landasan teori diatas merupakan penjelasan dari kerangka teori sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka teori

Sumber : (Aziz, 2005, p.102), (Ngastiyah, 2003, p.224), (Purnawati, 2005)

PEMBERIAN MP ASI INFEKSI LAKTOSA INTOLERAN STATUS GIZI BAKTERI,VIRUS, JAMUR MAL ABSORBSI MAKANAN BASI, BERACUN FREKUENSI KEJADIAN DIARE

(19)

F. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

G. Hipotesis

Hipotesis alternatif (Ha) : Ada hubungan antara Pemberian MP ASI dengan frekuensi kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan.

Variabel independen : Pemberian MP ASI Variabel Dependen : Frekuensi Kejadian Diare Variabel Pengganggu: Infeksi Mal absopsi Laktosa Intoleran

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka teori
Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk : 1) Mengkaji tanggung jawab pengurus terhadap pelaksanaan perjanjian kredit apabila terjadi

Sebagai langkah awal dari pemerintah kota Semarang adalah dengan menerbitkan berbagai peraturan daerah yang digunakan untuk melindungi dan mengatur elemen masyarakat

Karakteristik perusahaan tidak berpengaruh positif terhadap kesetiaan merek pada produk minuman coca cola di kota padang, maka Perusahaan yang memproduksi coca cola

Rawa Pening merupakan danau alami yang terletak di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Danau ini menjadi lahan usaha warga yang bekerja serta menjadi tempat wisata

Pada aspek afektif tidak dilakukan penghitungan statistika karena parameter bersifat kebutuhan dari realita yang ada di lapangan atau dengan kata lain merupakan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian susu kedelai dan jus alpukat sama-sama berpengaruh menurunkan kadar kolesterol pada anak obesitas di SD Negeri 1 dan

Assauri (2013:75) mengartikan bahwa “Bauran pemasaran ( marketing mix ) merupakan kombinasi variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran, yaitu variabel

Oleh karena itu, seorang penyelam yang berada pada kedalaman 10 meter dibawah permukaan laut akan terpapar oleh tekanan sebesar 2 atmosfer, 1 atmosfer disebabkan