8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan salah satu komponen pendukung keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang lebih banyak dituntut saat sekarang ini adalah model yang berorientasi pada siswa (student centered). Salah satu pembelajaran yang berorientasi pada siswa yaitu pembelajaran kooperatif (Sardiman, 2004).
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil, setiap kelompok umumnya terdiri dari siswa-siswa yang mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda, menggunakan salah satu jenis aktivitas pembelajaran untuk mengembangkan pemahaman siswa terhadap suatu materi pelajaran. Sifat belajar pada pembelajaran kooperatif tidak sama dengan belajar kelompok atau belajar bekerja sama biasa. Pada pembelajaran kooperatif, setiap siswa dituntut untuk bekerja dalam kelompok melalui rancangan-rancangan tertentu yang sudah dipersiapkan oleh guru sehingga seluruh siswa harus bekerja aktif.
Lie (2002) menyebutkan bahwa terdapat 5 unsur model pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) adanya saling ketergantungan positif antara anggota kelompok; (2) adanya tanggung jawab perseorangan. Artinya, setiap anggota kelompok harus melaksanakan tugasnya dengan baik untuk keberhasilan tugas kelompok; (3) adanya tatap muka, setiap kelompok harus diberikan kesempatan
9 untuk bertatap muka dan berdiskusi; (4) harus ada komunikasi antar anggota. Dalam hal ini siswa tentu harus dibekali dengan teknik berkomunikasi; (5) adanya evaluasi proses kelompok, yang dijadwalkan dan dilaksanakan oleh guru.
Berikut ini merupakan model pembelajaran yang dapat mewakili model-model pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Slavin (2009) dalam Sunjaya (2009) diantaranya yaitu Student Teams Achievement Divisions (STAD), Teams Games Tournament (TGT), Numbered Heads Together (NHT), Teams Assisted Individualization (TAI), Think Pair Square (TPSq), dan Jigsaw yang dijelaskan sebagai berikut.
1. Student Teams Achievement Divisions (STAD)
STAD merupakan model kooperatif yang paling sederhana. Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut. Siswa membentuk kelompok yang anggotanya ± 4 orang. Guru menyajikan materi pelajaran baru. Anggota kelompok mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan cara berdiskusi, anggota kelompok yang mengetahui jawabannya memberikan penjelasan kepada anggota kelompok lainnya. Setiap anggota saling membantu dan bertanggung jawab atas keberhasilan anggotanya, sehingga semua anggota kelompok dapat mempelajari materi dengan tuntas. Setelah semua anggota memahami materi, siswa diberikan tes/kuis yang bersifat individual.
2. Teams Games Tournament (TGT)
Konsep pembelajaran TGT pada dasarnya hampir sama dengan pembelajaran STAD. Pada pembelajaran TGT, siswa bermain dalam turnamen akademik.
10 Siswa membentuk kelompok dengan anggota yang heterogen dalam hal akademik. Perwakilan dari masing-masing kelompok dengan kemampuan akademik sama akan bersaing. Setiap anggota yang bermain turnamen akademik, memberikan skor pada kelompoknya, sehingga setiap anggota bertanggung jawab atas kelompoknya. Kelompok dengan skor tertinggi akan menjadi pemenang dalam turnamen.
3. Numbered Heads Together (NHT)
Siswa dikelompokkan secara heterogen berdasarkan kemampuan akademik siswa. Pengelompokan heterogen tersebut terdiri dari siswa berkemampuan akademik tinggi, sedang, dan rendah. Model ini memiliki empat tahap pelaksanaan, yaitu penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama, dan menjawab.
4. Teams Assisted Individualization (TAI)
Siswa secara individu belajar dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dalam jumlah tertentu, selanjutnya siswa dengan kemampuan unggul diminta untuk memeriksa jawaban yang dibuat anggota lainnya, dan memberikan bantuan kepada anggota kelompoknya apabila terdapat kesulitan.
5. Think Pair Square (TPSq)
Setiap anggota kelompok disusun secara berpasangan untuk berdiskusi dan mempelajari topik tertentu. Setelah setiap pasangan menguasai materi dengan baik, dilakukan penggabungan kembali dengan kelompok aslinya untuk menjelaskan materi yang telah dipelajari.
11 6. Jigsaw
Siswa dikelompokkan dengan anggota ± 4 orang. Setiap anggota kelompok diberi materi dan tugas yang berbeda, kemudian akan bertemu dengan anggota-anggota kelompok lain yang mempelajari topik yang sama (kelompok ahli). Setelah berdiskusi, para siswa yang berasal dari kelompok ahli yang berbeda kembali ke dalam kelompoknya masing-masing untuk menjelaskan materi yang telah dipelajarinya kepada teman-teman kelompoknya.
B. Pembelajaran berbasis Chem-Card Kombinatorial
Dalam pembelajaran kooperatif dapat dilakukan dengan pembelajaran berbasis chem-card kombinatorial. Pembelajaran berbasis chem-card kombinatorial merupakan pembelajaran yang digunakan dalam teknik manajemen kelas yang menempatkan siswa dalam kelompok dengan kemampuan yang beragam untuk berkompetisi dalam permainan. Tujuan dari pembelajaran berbasis chem-card kombinatorial adalah menciptakan lingkungan kelas yang efektif yang di dalamnya siswa secara aktif terlibat dalam proses belajar mengajar dan secara konsisten menerima dorongan untuk memberikan usaha terbaiknya. Struktur permainan chem-card kombinatorial mendorong pada kompetisi dan kerja sama dengan cara memberikan penghargaan kepada kelompok atas prestasi akademiknya. Secara umum, pembelajaran berbasis chem-card kombinatorial diadaptasi dari model pembelajaran Team Games Tournament (TGT).
Menurut Slavin (1991), TGT terdiri dari lima komponen utama yaitu: (1) presentasi kelas; (2) kelompok; (3) permainan.; (4) turnamen; (5) penghargaan
12 kelompok. Chem-card kombinatorial menerapkan permainan akademik dan turnamen, yang memungkinkan siswa bersaing mewakili kelompoknya dengan kelompok yang lain dengan kemampuan akademik seperti yang mereka miliki.
Guru memulai dengan mengenalkan materi dalam presentasi kelas. Presentasi kelas dalam pembelajaran berbasis chem-card kombinatorial berbeda dengan pengajaran biasa. Siswa perlu berkonsentrasi penuh selama presentasi berlangsung karena akan membantu mereka untuk mengerjakan turnamen akademik, dan poin turnamen akademik mereka akan menentukan nilai kelompoknya.
Kelompok terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili pemerataan dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau etnis. Fungsi utama kelompok yaitu mempersiapkan anggotanya agar dapat mengerjakan turnamen akademik dengan baik. Setelah guru menampilkan materi, kelompok berembuk untuk memelajari lembar tugas atau materi. Seringkali, pembelajaran yang terjadi berupa pemberian kuis untuk menguji pemahaman siswa, atau pengerjaan tugas bersama-sama dan mengoreksi miskonsepsi yang dapat mengakibatkan anggota kelompoknya membuat kesalahan. Kelompok merupakan bagian yang terpenting dalam chem-card kombinatorial. Pada setiap aspek, penekanannya adalah pada usaha anggota untuk kelompoknya, serta pencapaian kelompok untuk anggotanya. Kelompok mendorong performa akademik; dan juga mendorong timbulnya kepentingan bersama serta saling menghormati yang merupakan hal yang sangat penting dalam menciptakan hubungan dalam kelompok, rasa percaya diri, dan keberterimaan siswa.
13 Permainan yang sederhana, berupa pertanyaan untuk menguji pengetahuan siswa yang didapat dari presentasi kelas dan latihan dalam kelompok. Kebanyakan permainanan berupa lembar pertanyaan yang masing-masing diberi nomor. Siswa mengambil kartu bernomor kemudian menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor kartu. Peserta juga dapat saling menguji jawaban masing-masing.
Gambar berikut mengilustrasikan hubungan antara kelompok heterogen dan bagan yang homogen. Penempatan siswa dalam meja turnamen menurut Slavin (2009) ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Penempatan Siswa dalam Meja Turnamen Akademik Sumber: Slavin (2009)
Pembelajaran berbasis chem-card kombinatorial merupakan salah satu cara pembelajaran yang digunakan melalui pendekatan yang menyenangkan
A-1 A-2 A-3 A-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah
Team A Meja Turnamen 1 Meja Turnamen 2 Meja Turnamen 3 Meja Turnamen 4 C-1 C-2 C-3 C-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah B-1 B-2 B-3 B-4
Tinggi Sedang Sedang Rendah
14 (joyfull learning). Melalui pembelajaran ini, guru bertindak sebagai fasilitator untuk mengarahkan dan menggali seluruh potensi siswa. Menurut Shynjo, joyfull learning merupakan pendekatan dalam kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan. Faktor untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dengan penciptaan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan dan merangsang anak untuk belajar. Di dalam pembelajaran joyfull learning terdapat komunikasi yang saling mendukung, baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Pendekatan joyfull learning menuntut kreatifitas guru serta siswa sehingga membuat siswa memiliki motivasi untuk mencari tahu dan terus belajar. Dengan pendekatan joyfull learning diharapkan siswa lebih mudah menerima materi yang disampaikan dikarenakan suasana belajar yang menyenangkan dan tanpa ketegangan.
C. Ketuntasan Belajar
Konsep ketuntasan belajar didasarkan pada konsep pembelajaran tuntas. Pembelajaran tuntas merupakan istilah yang diterjemahkan dari istilah“mastery
learning”. Mastery learning atau belajar tuntas menurut Nasution (1982)
mempunyai arti sebagai penguasaan penuh. Penguasaan penuh pelajaran akan dapat dicapai apabila siswa mampu menguasai materi tertentu secara menyeluruh yang dibuktikan dengan hasil belajar yang baik pada materi tersebut. Nasution (1982) juga menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi penguasaan penuh, yaitu: (1) bakat untuk mempelajari sesuatu, (2) mutu pengajaran, (3)
15 kesanggupan untuk memahami pengajaran, (4) ketekunan, (5) waktu yang tersedia untuk belajar.
Pembelajaran tuntas (mastery learning) dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang mempersyaratkan siswa menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu. Pembelajaran tuntas memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal.
Berdasarkan kurikulum Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan belajar untuk masing-masing indikator adalah 75%. Dalam hal ini, satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Sehingga, kriteria ketuntasan belajar yang ada di setiap sekolah dapat berbeda-beda dan bahkan lebih rendah dibandingkan dengan kriteria ketuntasan belajar minimal 75% yang dianjurkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Akan tetapi, sekolah harus terus berupaya untuk meningkatkan kriteria ketuntasan belajarnya yang diiringi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan. Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Ketuntasan belajar yang harus dicapai oleh siswa dengan menggunakan KTSP, tidak hanya berupa nilai angka yang berasal dari hasil tes baik tes
16 formatif maupun tes sumatif akan tetapi harus memenuhi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
1. Ranah Kognitif
Terdapat 6 jenjang yang terdapat di dalam ranah kognitif menurut Bloom yaitu hafalan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6). Menurut Firman (2007), hafalan merupakan kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajarinya. Pemahaman merupakan kemampuan menangkap arti dari informasi yang diterima, antara lain menafsirkan bagan, diagram atau grafik, menerjemahkan suatu pernyataan verbal ke dalam formula matematis, memprediksikan berdasarkan kecenderungan tertentu (interpolasi dan ekstrapolasi), serta mengungkapkan suatu konsep atau prinsip dengan kata-kata sendiri.
Menurut Silverius (1991), kemampuan pemahaman umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar mengajar. Siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal lain. Bentuk soal yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan ini adalah pilihan ganda dan uraian.
Kemampuan pemahaman dapat dijabarkan menjadi tiga, yaitu: (1) menerjemahkan (translation); (2) menginterpretasi (interpretation) dan; (3) mengekstrapolasi dan menginterpolasi (extrapolation and interpolation).
17 Menerjemahkan dalam konteks ini bukan hanya pengalihan (translation) dari satu bahasa ke bahasa lain, tetapi juga dapat dari konsepsi abstrak menjadi suatu model, yaitu model simbolik untuk mempermudah orang mempelajarinya. Pengalihan konsep yang dirumuskan dengan kata-kata ke dalam gambar grafik dapat dimasukkan dalam kategori menerjemahkan. Kemampuan menginterpretasi lebih luas pengertiannya dibandingkan menerjemahkan. Ini merupakan kemampuan untuk mengenal dan memahami ide utama suatu komunikasi. Misalnya diberikan suatu diagram, tabel, grafik, atau gambar lainnya lalu diminta untuk ditafsirkan.
Berbeda dengan menerjemahkan dan menginterpretasi, mengektrapolasi dan menginterpolasi lebih tinggi sifatnya. Kemampuan ini menuntut kemampuan intelektual yang tinggi. Dalam mengekstrapolasi, misalnya siswa diminta mengisi dua bilangan yang merupakan kelanjutan dari suatu deret. Intrapolasi sifatnya mirip dengan ekstrapolasi, tetapi perbedaannya adalah apabila siswa diminta mengisi dua bilangan yang letaknya di tengah-tengah suatu deret.
Penerapan merupakan kemampuan menggunakan prinsip, aturan, metode yang telah dikuasainya pada situasi baru atau pada situasi real. Analisis merupakan kemampuan menguraikan suatu informasi yang dihadapi menjadi komponen-komponennya sehingga struktur informasi serta hubungan antar komponen informasi tersebut menjadi jelas. Sintesis merupakan kemampuan mengintegrasikan bagian-bagian yang terpisah-pisah menjadi keseluruhan yang terpadu, termasuk ke dalamnya kemampuan merencanakan eksperimen, mengarang (laporan praktikum, rangkuman, artikel), menyusun cara baru untuk
18 mengklasifikasikan obyek, peristiwa, dan informasi lainnya. Evaluasi merupakan kemampuan mempertimbangkan nilai suatu pernyataan, uraian, pekerjaan, berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan, misalnya memilih kesimpulan yang didukung oleh data, dan menilai suatu karangan berdasarkan kriteria penilaian tertentu. Untuk lebih jelas, dapat dilihat tabel berikut ini.
Tabel 2.1 Kaitan antara Kegiatan Pembelajaran dengan Ranah Kognitif menurut Bloom
No Tingkatan Deskripsi
1 Hafalan Arti : pengetahuan terhadap fakta, konsep, definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar, teori, prosedur dan yang lainnya.
Contoh kegiatan belajar:
mengemukakan arti
menentukan lokasi mendeskripsikan sesuatu menceritakan apa yang terjadi menguraikan apa yang terjadi
2 Pemahaman Arti : pengertian terhadap hubungan antar-faktor, antar konsep, dan antar data, hubungan sebab akibat, penarikan kesimpulan Contoh kegiatan belajar:
mengungkapkan gagasan/pendapat dengan kata-kata sendiri
membedakan, membandingkan
mengintepretasi data
mendeskripsi dengan kata-kata sendiri menjelaskan gagasan pokok
menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri
3 Aplikasi Arti : menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau
menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh kegiatan belajar
menghitung kebutuhan
melakukan percobaan
membuat peta
membuat model
merancang strategi
4 Analisis Arti : menentukan bagian-bagian dari suatu masalah, penyelesaian, atau gagasan dan menunjukkan hubungan antar bagian tersebut Contoh kegiatan belajar :
mengidentifikasi faktor-penyebab
merumuskan masalah
mengajukan pertanyaan untuk memperoleh informasi
membuat grafik
19 5 Sintesis Arti : menggabungkan berbagai informasi menjadi satu
kesimpulan/konsep atau meramu /merangkai berbagai gagasan menjadi suat hal yang baru
Contoh kegiatan belajar :
membuat desain
mengarang komposisi lagu
menemukan solusi masalah
memprediksi
merancang model mobil-mobilan, pesawat sederhana menciptakan produk baru
6 Evaluasi Arti : mempertimbangkan dan menilai benar – salah, baik – buruk, bermanfaat – tak bermanfaat
Contoh kegiatan belajar : mempertahankan pendapat beradu argumentasi
memilih solusi yang lebih baik menyusun kriteria penilaian
menyarankan perubahan
menulis laporan
membahas suatu kasus
menyarankan strategi baru
(Dep Diknas, 2004)
2. Ranah Afektif
Menurut beberapa ahli, afektif dibagi menjadi lima taraf, yaitu:
a. Penerimaan (Receiving). Taraf ini mengenai kepekaan siswa terhadap fenomena-fenomena atau stimulasi dan perangsang-perangsang tertentu, yaitu menyangkut kesediaan siswa untuk memperhatikannya,
b. Responsi (Responding). Pada taraf ini siswa memiliki motivasi yang cukup untuk merespon, menunjukkan perhatian aktif, melakukan sesuatu dengan/tentang fenomena, setuju, ingin, puas meresponsi (mendengar)
c. Menghayati Nilai (Valuing). Pada taraf ini, siswa sudah menghayati nilai tertentu, menunjukkan konsistensi perilaku yang mengandung nilai, termotivasi berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang pasti. Tingkatannya
20 yaitu : menerima, lebih menyukai, dan menunjukkan komitmen terhadap suatu nilai.
d. Mengorganisasikan (Organization). Pada taraf ini, siswa dapat menghadapi situasi yang mengandung lebih dari satu nilai, mengorganisasi nilai-nilai yang relevan ke dalam suatu sistem, dapat menentukan saling hubungan antar nilai, memantapkan suatu nilai yang dominan dan diterima di mana-mana, memantapkan suatu nilai yang dominan dan diterima di mana- mana. Tingkatannya yaitu : konseptualisasi suatu nilai, organisasi suatu sistem nilai e. Memperhatikan nilai atau seperangkat nilai (Characterization by value or
value complex). Dalam taraf ini, siswa sudah dapat digolongkan sebagai orang yang memegang nilai atau seperangkat nilai tertentu.
3. Ranah Psikomotor
Menurut Arikunto (2003), ranah psikomotor dalam penggunaanya harus menunjukkan pada aktualisai kata-kata yang dapat diamati meliputi:
1. Muscular or motor skills
Ranah psikomotor jenis ini dapat berupa mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil, melompat, menggerakkan, dan menampilkan.
2. Manipulation of materials or subjects
Ranah psikomotor jenis ini dapat berupa mereparasi, menyusun, membersihkan, menggeser, memindahkan, dan membentuk.
21 3. Neuromuscular coordination
Ranah psikomotor jenis ini dapat berupa mengamati, menerapkan, menghubungkan, menggandeng, memadukan, memasang, memotong, menarik, dan menggunakan.
D. Deskripsi Materi Hidrokarbon
Hidrokarbon merupakan golongan senyawa karbon yang paling sederhana. Hidrokarbon hanya terdiri dari unsur karbon (C) dan hidrogen (H). Walaupun hanya terdiri dari dua jenis unsur tetapi hidrokarbon merupakan suatu kelompok senyawa yang besar.
Berdasarkan bentuk rantai karbonnya, hidrokarbon digolongkan ke dalam hidrokarbon alifatik, alisiklik, dan aromatik. Hidrokarbon alifatik merupakan hidrokarbon rantai terbuka, sedangkan hidrokarbon alisiklik dan aromatik memiliki rantai lingkar (cincin). Rantai lingkar pada hidrokarbon aromatik berikatan konjugat yaitu ikatan tunggal dan rangkap yang tersusun selang-seling contohnya adalan benzen, C6H6. Semua hidrokarbon siklik yang tidak termasuk aromatik digolongkan ke dalam hidrokarbon alisiklik. Hidrokarbon alisiklik, dan aromatik memiliki sifat yang berbeda nyata. Sifat hidrokarbon alisiklik lebih mirip dengan hidrokarbon alifatik. Nama alisiklik menyatakan adanya rantai lingkar (siklik) tetapi sifatnya menyerupai senyawa alifatik.
Berdasarkan jenis ikatan antaratom karbonnya, hidrokarbon dibedakan atas jenuh dan tak jenuh. Jika semua ikatan karbon-karbon merupakan ikatan tunggal (-C-C-) maka digolongkan sebagai hidrokarbon jenuh. Jika terdapt satu
22 saja ikatan rangkap (-C=C-) atau ikatan rangkap tiga (-C=C-) maka disebut hidrokarbon tak jenuh.
1. Alkana
Alkana merupakan hidrokarbon alifatik jenuh, yaitu hidrokarbon dengan rantai terbuka dan semua ikatan karbon-karbonnya merupakan ikatan tunggal. Rumus umum alkanaadalah CnH2n+2.
a. Deret Homolog Alkana
Suatu kelompok senyawa karbon dengan rumus yang sama dan sifat yang bermiripan disebut satu homolog. Deret homolog pada alkana dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Deret Homolog Alkana Rumus Molekul Nama
CH4 C2H6 C3H8 C4H10 C5H12 C6H14 C7H16 C8H18 C9H20 C10H22 Metana Etana Propana Butana Pentana Heksana Heptana Oktana Nonana Dekana
b. Tata Nama Alkana
Pemberian nama IUPAC alkana:
1) Nama IUPAC alkana bercabang terdiri dari dua bagian. 2) Bagian pertama, yaitu nama cabang (cabang-cabang)
23 3) Bagian kedua, yaitu nama rantai induk (rantai karbon terpanjang dalam
molekul)
4) Rantai induk merupakan rantai terpanjang dalam molekul.
5) Cabang diberi nama alkil, yaitu sama dengan nama alkana yang sesuai tetapi akhiran ana diganti dengan il, misalnya metana menjadi metal dan atana menjadi etil.
6) Posisi cabang ditunjukkan dengan awalan angka. Penomoran dimulai dari salah satu ujung sedemikian sehingga posisi cabang mendapat nomor terkecil.
7) Bila terdapat lebih dari satu cabang sejenis, nama cabang disebut sekali saja dengan diberi awalan yang menyatakan jumlah cabang, misalnya 2 = di, 3 = tri, 4 = tetra, 5 = penta, dam seterusnya.
8) Bila terdapat lebih dari satu jenis cabang, maka cabang-cabang tersebut ditulis sesuai dengan urutan abjad, misalnya etil harus ditulis lebih dahulu daripada metil.
d. Sumber dan Kegunaan Alkana
Alkana merupakan komponen utama dari gas alam dan minyak bumi. Kegunaan alkana dalam kehidupan sehari-hari antara lain:
1) Bahan bakar, misalnya elpiji, kerosin, bensin dan solar. 2) Pelarut, misalnya petroleum eter dan nafta.
3) Sumber hidrogen. Gas alam dan gas petroleum untuk industri amonia dan pupuk.
24 4) Pelumas. Pelumas merupakan alkana suku tinggi (jumlah atom karbon tiap
molekulnya cukup besar, misalnya C18H38).
5) Bahan baku untuk senyawa organik lain. Minyak bumi dan gas alam merupakan bahan baku utama untuk sintesis berbagai senyawa organik seperti alkohol, asam cuka dan lain-lain.
6) Bahan baku industri. Berbagai produk industri seperti plastik, dan karet sintetis.
2. Alkena
Alkena merupakan hidrokarbon alifatik tak jenuh dengan satu ikatan rangkap C C . Senyawa yang mempunyai dua ikatan rangkap disebut alkadiena, yang mempunyai tiga ikatan rangkap disebut alkatriena, dan seterusnya. Rumus umum alkena CnH2n.
a. Tata Nama Alkena
Pemberian nama IUPAC alkena hampir sama dengan penamaan alkana akan tetapi akhiran ana menjadi ena dengan rantai induk terpanjang yang mengandung ikatan rangkap dua dan penomorannya dimulai dari salah satu ujung rantai induk sedemikian rupa sehingga ikatan rangkap mendapat nomor terkecil.
b. Sumber dan Kegunaan Alkena
Dalam industri, alkena dibuat dari alkana melalui pemanasan dengan katalis, yaitu dengan proses yang disebut perengkahan atau cracking. Alkena,
25 khususnya suku-suku rendah, yaitu bahan baku industri yang sangat penting, misalnya untuk membuat plastik, karet sintesis, dan alkohol.
3. Alkuna
Alkuna merupakan hidrokarbon alifatik tak jenuh dengan satu ikatan rangkap tiga C C . Senyawa yang mempunyai dua ikatan rangkap tiga disebut alkadiuna, sedangkan senyawa yang mempunyai satu ikatan rangkap dan satu ikatan rangkap tiga disebut alkenuna, dan seterusnya. Rumus umum alkuna adalah CnH2n-2
a. Tata Nama Alkuna
Pemberian nama IUPAC alkuna diturunkan dari nama alkana yang sesuai (yang jumlah atom karbonnya sama) dengan menggantikan akhiran ana menjadi una. Tata nama alkuna bercabang, yaitu pemilihan rantai induk, penomoran dan cara penulisan, sama seperti pada alkena.
b. Sumber dan Kegunaan Alkuna
Alkuna yang mempunyai nilai ekonomis penting hanyalah etuna (C2H2). Nama lain etuna adalah asetilena. Dalam industri, asetilena dibuat dari metana melalui pembakaran tak sempurna.