MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan bulan Juni sampai dengan September 2011. Pengolahan minyak ikan Lemuru ke dalam bentuk Campuran Garam Karboksilat Kering (CGKK) dan penguraian karkas kerbau Rawa dan sapi Peranakan Ongole ke dalam potongan komersial daging dilakukan di Laboratorium Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pengeringan CGKK dengan oven dilakukan di Teknopark SEAFAST, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan dan penggemukan ternak dilakukan di Laboratorium Lapang Blok A, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, sedangkan penyembelihan dan pemotongannya dilakukan di RPH (Rumah Potong Hewan) Elders.
Materi Ternak
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan 14 ekor ternak uji. Ternak yang digunakan meliputi enam ekor kerbau rawa dan delapan ekor sapi Peranakan Ongol (PO). Ternak yang digunakan adalah ternak jantan yang berumur 2,5 tahun serta memiliki rataan bobot awal 218,66±16,28 kg (kerbau) dan 217,37±15,44 kg (sapi).
Pakan
Ransum yang diberikan untuk penggemukan ternak pada penelitian ini terdiri dari rumput lapang dan rumput gajah, konsentrat komersil yang dicampur dengan kulit ari kedelai yang merupakan limbah dari proses pembuatan tempe, dan sebagai perlakuan, ditambahkan minyak ikan lemuru yang telah terproteksi ke dalam bentuk CGKK pada konsentratnya. Air minum ternak diberikan secara ad libitum. Ransum yang digunakan dalam penelitian disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Ransum yang Digunakan dalam Penelitian
Persentase pemberian hijauan dan konsentrat adalah 60:40. Konsentrat yang diberikan terdiri dari konsentrat komersil yang dicampur dengan kulit ari kedelai dengan perbandingan 1:2. Suplemen minyak ikan lemuru terproteksi dalam bentuk CGKK ditambahkan pada ransum dengan takaran 45 gr/ 1 kg konsentrat. Kandungan nutrisi ransum yang digunakan disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan Nutrisi Ransum Penelitian
Zat-zat Makanan Ransum Ransum+CGKK
Bahan Kering 33,33 33,58 Kadar Abu 7,42 7,25 Lemak Kasar 2,25 2,91 Protein Kasar 13,65 13,82 Serat Kasar 35,80 35,93 BETN 40,87 40,09 TDN 57,79 58,87
*Hasil analisa Proksimat **Berdasarkan perhitungan
TDN (Hartadi et al, 1980) = 92.64–.338(SK)–6.945(LK)–0.762(BETN)+
1.115(PK)+0.031(SK)2-0.133(LK)2+0.036(SK)(BETN)+ 0.207(LK)(BETN)+0.100(LK)(PK)-0.022(LK)2(PK)
Peralatan
Alat-alat yang digunakan untuk menunjang terlaksananya penelitian ini antara lain kandang pemeliharaan dan peralatan perkandangan, pisau daging serta timbangan digital. Kandang yang digunakan adalah kandang individu berukuran 2 x 1,5 m, lengkap dengan tempat pakan dan tempat air minum. Timbangan berkapasitas
20 kg disediakan untuk menimbang hijauan pakan ternak dan timbangan dengan kapasitas 10 kg disediakan untuk menimbang konsentrat. Timbangan digital dengan kapasitas 1000 kg disediakan untuk menimbang bobot badan ternak.
Prosedur
Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu pengolahan minyak ikan lemuru ke dalam bentuk CGKK (Campuran Garam Karboksilat Kering), pemeliharaan dan penggemukan kerbau Rawa dan sapi PO selama 12 minggu, serta pemotongan dan penguraian karkasnya ke dalam potongan komersial daging. Pengambilan data dilakukan ketika pemotongan dan penguraian karkas dilaksanakan. Pembuatan CGKK (Campuran Garam Kering Karboksilat)
Penelitian ini diawali dengan proses pengolahan minyak ikan lemuru ke dalam bentuk CGKK. Pembuatan CGKK dilakukan beberapa kali sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan CGKK saat pemeliharaan dan penggemukan. Pengolahan minyak ikan lemuru ke dalam bentuk CGKK dilakukan dengan mencampurkan sejumlah minyak ikan lemuru dengan HCl, campuran ini kemudian dikocok dan ditambahkan aquades. Adonan tersebut dipanaskan selama ±30 menit sampai suhunya mencapai 60 oC. KOH lalu ditambahkan untuk mencegah adonan teroksidasi, setelah itu adonan disimpan pada suhu ruang sampai terbentuk garam karboksilat dipermukaannya. Onggok super dicampurkan dengan adonan, menggunakan perbandingan 5:1. Pencampuran harus halus, merata dan tidak terjadi gumpalan. Campuran tersebut lalu dioven di Teknopark SEAFAST dengan suhu 32 oC. CGKK yang sudah kering dikemas dalam plastik. Satu bungkus CGKK memiliki berat 90 gram. CGKK yang telah siap inilah yang nantinya dicampurkan ke dalam konsentrat sebagai suplemen pakan sapi. Alur pembuatan suplemen minyak lemuru yang terproteksi dalam bentuk CGKK disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Alur Pembuatan Suplemen Minyak Ikan Lemuru yang terproteksi dalam Bentuk CGKK
Pemeliharaan dan Penggemukan
Enam ekor kerbau Rawa jantan dan delapan ekor sapi Peranakan Ongol (PO) dipelihara selama 12 minggu dengan sistem feedlot, dimana tiga ekor kerbau Rawa dan empat ekor sapi PO diberi pakan dengan menggunakan konsentrat yang diberi penambahan suplemen CGKK, sedangkan tiga ekor kerbau Rawa dan empat ekor sapi PO lainnya diberi pakan tanpa penambahan suplemen CGKK. Ternak dikandangkan sesuai dengan perlakuannya sehingga memudahkan pemberian perlakuan CGKK. Pakan yang diberikan untuk ternak dalam satu hari adalah hijauan sebanyak 20 kg dan konsentrat sebanyak 12 kg. Konsentrat terdiri dari campuran konsentrat komersil dan kulit ari kedelai yang merupakan limbah dari proses
Alat disiapkan, bahan (HCl, KOH dan onggok) ditimbang HCl dan KOH masing-masing dilarutkan dengan aquades Minyak ikan lemuru + larutan HCL, lalu dikocok Ditambahkan aquades, dipanaskan, lalu diaduk hingga suhu ±60 oC Ditambahkan larutan KOH, diaduk kemudian didinginkan Dicampur dengan onggok (perbandingan 5:1) hingga merata
Dioven pada suhu 32 oC
Dikemas dengan takaran 90 gram
pembuatan tempe, lalu sebagai perlakuan, ditambahakan suplemen CGKK ke dalam konsentrat dengan takaran 45 gram/ kg konsentrat. Pemberian pakan dilakukan selama tiga kali.
Pemotongan Ternak dan Deboning
Penyembelihan dilakukan di RPH (Rumah Potong Hewan) Elders. Ternak yang akan disembelih ditimbang bobot potongnya terlebih dahulu, kemudian dimandikan dan diberi tanda (berupa nomor) dengan menggunakan spidol marker agar mudah dalam mengidentifikasi. Ternak digiring masuk ke ruang pemingsanan (knocking box) lalu dipingsankan (stunning) dengan menggunakan alat cash knocker yang dipukulkan tepat dipertengahan dahi di antara kedua kelopak mata. Penyembelihan dilakukan dengan memotong vena jugularis, oesophagus dan trachea, lalu didiamkan sebentar sampai pengeluaran darah sempurna, setelah ternak mati, salah satu kaki belakang diikatkan dengan rantai pada ujung katrol listrik dan kemudian secara perlahan ditarik ke atas sampai menggantung sempurna pada rel penggantung (roller dan shackling chain). Penggantungan dilakukan pada tendon Achilles. Kepala, keempat kaki, ekor dan kulit dipisahkan dari tubuh ternak. Kaki belakang dilepas dengan gunting listrik. Kepala dilepas dari tubuh pada sendi occipito-atlantis (heading). Kaki depan dan belakang dilepaskan pada sendi Carpo-metacarpal dan sendi Tarso-metatarsal. Pengulitan (skinning) dilakukan dengan membuat irisan dari anus sampai leher melewati bagian perut dan dada, juga dari arah kaki belakang dan kaki depan menuju irisan tadi. Kulit dilepas dari arah ventral perut dan dada ke arah dorsal dan punggung.
Pengeluaran isi rongga perut dan dada dilakukan dengan menyayat dinding abdomen sampai dada. Karkas segar kemudian dibelah simetris (splitting) dengan menggunakan gergaji listrik besar (power saw) pada sepanjang tulang belakang dari sacral (Ossa vertebrae sacralis) sampai leher (Ossa vertebrae cervicalis). Karkas diberi label dan ditimbang dengan timbangan sebagai bobot karkas segar/panas sebelah kiri dan kanan, kemudian persentase bobot karkas panas dari setiap ternak dihitung. Karkas disimpan dalam chilling room pada suhu 2-5 oC selama ±24 jam.
Gambar 3. Alur Pemotongan Ternak dan Deboning Ternak digiring ke ruang pemingsanan, lalu dibius dengan Stunning Gun Ternak disembelih, kemudian didiamkan hingga pengeluaran darah maksimal Karkas dingin ditimbang
Deboning dan fat trim
Tubuh ternak digantung. Kepala, kaki dan
kulit dilepaskan Karkas disimpan di chilling room dengan suhu 2-5 oC Evicerasi Karkas dibelah menjadi dua bagian, lalu ditimbang Masing-masing potongan komersial karkas ditimbang
Karkas yang diamati potongan komersialnya adalah karkas sebelah kiri, setengah karkas sebelah kiri ini dibelah menjadi dua bagian terlebih dahulu sebelum dideboning, yaitu pada ruas tulang rusuk 12 dan 13. Seperempat potongan karkas bagian depan (forequarter) meliputi chuck, blade, cuberoll, brisket dan shin, sedangkan seperempat bagian belakang (hindquarter) meliputi striploin atau sirloin, tenderloin, rump, silverside, topside, knuckle, flank dan shank. Semua potongan komersial karkas kemudian ditimbang dan dicatat sebagai bobot potongan komersial karkas. Bobot total daging juga ditimbang dan dihitung persentasenya dari setiap karkas. Alur pemotongan dan deboning ternak disajikan pada Gambar 3.
Rancangan dan Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 2x2 dengan dua faktor perlakuan yang berbeda yaitu jenis tenak (kerbau dan sapi) dan perlakuan pemberian pakan suplemen CGKK pada ternak (tiga ekor kerbau rawa dan empat ekor sapi PO menggunakan CGKK serta tiga ekor kerbau rawa dan empat ekor sapi PO lainnya tidak menggunakan CGKK).
Model matematika yang digunakan adalah :
Yijk = µ + Ai + Bj + (AB)ij + εijk
Keterangan :
Yijk = Hasil pengamatan terhadap perdagingan dan distribusi daging
pada ternak dengan jenis ternak ke-i, dan pemberian pakan suplemen ke-j, dan dengan ulangan ke-k
µ = Nilai rataan perdagingan dan distribusi daging pada ternak Ai Pengaruh jenis ternak taraf ke-i
Bj = Pengaruh pemberian pakan suplemen pada taraf ke-j
(AB)ij = Pengaruh interaksi faktor jenis ternak pada taraf ke-i dengan
pemberian pakan suplemen pada taraf ke-j
ε
ijk = Pengaruh galat percobaan yang berasal dari faktor jenis ternakke-i dan perlakuan pemberian pakan suplemen ke-j pada ulangan yang ke-k
Data rataan karakteristik karkas yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) sedangkan data rataan potongan komersial karkas dianalisis dengan menggunakan Analysis of Covariance (ANCOVA). Hasil analisis yang menunjukkan perbedaan nyata diuji lanjut dengan menggunakan Least Square Means (LS Means). Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah karakteristik karkas yang meliputi bobot potong, bobot karkas panas, persentase bobot karkas panas, bobot daging dan persentase bobot daging, serta potongan komersial karkas yang meliputi chuck, blade, cuberoll, brisket, shin, striploin, tenderloin, rump, silverside, topside, knuckle, flank dan shank.