• Tidak ada hasil yang ditemukan

MERETAS JALAN MENUJU WIDYAISWARA PROFESIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MERETAS JALAN MENUJU WIDYAISWARA PROFESIONAL"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

MERETAS JALAN

MENUJU WIDYAISWARA PROFESIONAL Oleh : KOKOM KOMALA, M.Pd. WIDYAISWARA PUSBANGTENDIK

============================================================

Abstrak

Widyaiswara merupakan kata yang sudah tidak asing lagi pada sebuah lembaga pendidikan dan pelatihan (Diklat) baik yang ada di kementerian-kementerian (Pusdiklat atau Pusat Pengembangan SDM) maupun yang ada di daerah dalam bentuk badan diklat atau balai diklat. Merujuk pada Peraturan Kepala LAN Nomor 5 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Widyaiswara, dapat dijelaskan bahwa Widyaiswara adalah Pegawai Negeri Sipil yang diangkat sebagai pejabat fungsional oleh pejabat yang berwenang dengan tugas, tanggung jawab, wewenang, untuk mendidik, mengajar, dan/atau melatih PNS pada lembaga pendidikan dan pelatihan (Diklat) pemerintah Widyaiswara memiliki tugas pokok sebagaimana tercantum dalam peraturan MENPAN No.14 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Widyaiswa dan Angka Kreditnya, yaitu mendidik, mengajar, dan/atau melatih Pegawai Negri Sipil. Artinya, selain pada peserta pelatihan itu sendiri, keberhasilan peserta pelatihan dalam menyerap, mengerti dan memahami materi yang disampaikan dalam sebuah kegiatan pelatihan terletak di pundak Widyaiswara sebagai manager serta motivator dalam pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sebuah lembaga Diklat.

Terdapat empat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang widyaiswara untuk menunjang keberhasilan tugasnya yaitu kompetensi pengelolaan pembelajaran, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi akademik. Selain kompetensi yang dijelaskan di atas, ada beberapa keterampilan lain yang dapat menunjang kompetensi Widyaiswara menjadi lebih profesional yaitu: speaking skill, thinking skill interpersonal skill, network skill, growth, dan discipline.

Keyword : Widyaiswara, kompetensi, professional.

============================================================

PENDAHULUAN

Istilah Widyaiswara merupakan kata yang sudah tidak asing lagi pada sebuah lembaga pendidikan dan pelatihan (Diklat) baik yang ada di kementerian-kementerian (Pusdiklat atau Pusat Pengembangan SDM) maupun yang ada di daerah dalam bentuk badan diklat atau balai diklat. Siapa sih sebenarnya Widyaiswara itu ? Kalau merujuk pada Peraturan Kepala LAN Nomor 5 Tahun

(2)

2008 tentang Standar Kompetensi Widyaiswara, dapat dijelaskan bahwa Widyaiswara adalah Pegawai Negeri Sipil yang diangkat sebagai pejabat fungsional oleh pejabat yang berwenang dengan tugas, tanggung jawab, wewenang, untuk mendidik, mengajar, dan/atau melatih PNS pada lembaga pendidikan dan pelatihan (Diklat) pemerintah.

Melihat definisi tersebut, terlihat bahwa lingkup tugas dan fungsi Widyaiswara lebih difokuskan pada perannya di Diklat PNS di lembaga Diklat Pemerintahan. Hal ini berarti bahwa peran di bidang kediklatan menjadi tugas utama, dengan kata lain bahwa kualitas suatu program Diklat sangat ditentukan oleh kualitas Widyaiswara yang mengajarnya. Selain definisi tersebut, Undang-undang Sisdiknas No 20 Tahun 2003 menyatakan : Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualitas sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, Widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain

yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam

menyelenggarakan pendidikan.

Berkenaan dengan hal tersebut, Widyaiswara memiliki tugas pokok sebagaimana tercantum dalam peraturan MENPAN No.14 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Widyaiswa dan Angka Kreditnya, yaitu mendidik, mengajar, dan/atau melatih Pegawai Negri Sipil. Artinya, selain pada peserta pelatihan itu sendiri, keberhasilan peserta pelatihan dalam menyerap, mengerti dan memahami materi yang disampaikan dalam sebuah kegiatan pelatihan terletak di pundak Widyaiswara sebagai manager serta motivator dalam pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sebuah lembaga Diklat.

PERMASALAHAN

Nah, terkait dengan lingkup tugas dan fungsi Widyaiswara yang lebih difokuskan pada perannya di Diklat PNS di lembaga Diklat Pemerintahan, maka peran di bidang kediklatan menjadi tugas utama Widyaiswara. Oleh katena itu, kualitas suatu program Diklat sangat ditentukan oleh kualitas Widyaiswara yang mengajarnya.

Sekarang bagaimana caranya agar Widyaiswara bisa membantu peserta diklat mengikuti proses pembelajaran dengan baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang direncanakan ? Tentu untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan kompetensi dari seorang Widyaiswara. Kompetensi apa saja yang harus dimiliki oleh seorang Widyaiswara? Sebelum berlanjut membahas kompetensi yang harus dimiliki Widyaiswara, maka ada baiknya dijelaskan dulu apa yang dimaksud dengan kompetensi.

Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia dinyatakan b a h w a “kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal”. Sedangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Widyaiswara dan Dosen, dijelaskan bahwa : “Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus

(3)

dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh Widyaiswara atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya”.

Berdasarkan pengertian kompetensi seperti tersebut di atas, terkandung beberapa makna di dalamnya. Karakteristik dasar kompetensi adalah bagian dari kepribadian yang mendalam dan melekat pada seseorang serta mempunyai perilaku yang dapat diprediksi pada berbagai keadaan tugas pekerjaan. Hubungan kausal berarti kompetensi dapat menyebabkan atau digunakan untuk memprediksi kinerja seseorang, artinya jika mempunyai kompetensi yang tinggi, maka akan mempunyai kinerja yang tinggi pula (sebagai akibat). Kriteria yang dijadikan sebagai acuan, bahwa kompetensi secara nyata akan memprediksi seseorang dapat bekerja dengan baik, harus terukur dan spesifik atau terstandar.

PEMBAHASAN

Terkait dengan kompetensi Widyaiswara, berdasarkan Peraturan Kepala LAN Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Standar Kompetensi Widyaiswara dijelaskan bahwa Standar Kompetensi Widyaiswara adalah kemampuan minimal yang secara umum dimiliki oleh seorang Widyaiswara dalam melaksanakan tugas, tanggungjawab dan wewenangnya untuk mendidik, mengajar, dan/atau melatih PNS.

Terdapat empat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang widyaiswara untuk menunjang keberhasilan tugasnya yaitu kompetensi pengelolaan pembelajaran, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi akademik. B e r i k u t i n i a k a n d i u r a i k a n ma s i n g - ma s i n g k o mp e t e n s i y a n g h a r u s d i mi l i k i o l e h s e o r a n g W i d y a i s w a r a .

1. Kompetensi pengelolaan pembelajaran

Kompetensi pengelolaan pembelajaran adalah kemampuan yang harus dimiliki Widyaiswara dalam merencanakan menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran. Kompetensi yang harus dikembangkan adalah : a) membuat Garis-Garis Besar Program Pembelajaran (GBPP)/Rancang Bangun Pembelajaran Mata Diklat (RBPMD) dan Satuan Acara Pembelajaran (SAP)/Rencana Pembelajaran (RP); b) menyusun bahan ajar; c) menerapkan pembelajaran orang dewasa; d) melakukan komunikasi yang efektif dengan peserta diklat; e) memotivasi semangat belajar peserta; dan f) mengevaluasi pembelajaran.

2. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan yang harus dimiliki widyaiswara mengenai tingkah laku dalam melaksanakan tugas jabatannya yang dapat diamati dan dijadikan teladan bagi peserta diklat. Kompetensi kepribadian ini meliputi: a) penampilan pribadi yang dapat diteladani; b) melaksanakan kode etik dan menunjukkan etos kerja sebagaimana

(4)

widyaiswara yang professional. 3. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial adalah kemampuan yang harus dimiliki widyaiswara dalam melakukan hubungan dengan lingkungan kerja. Kompetensi sosial mencakup : a) membina hubungan dan kerjasama dengan sesama widyaiswara; dan b) menjalin hubungan dengan penyelenggara/pengelola lembaga diklat.

4. Kompetensi Substantif

Kompetensi substantif adalah kemampuan yang harus dimiliki di bidang keilmuan dan keterampilan dalam mata diklat yang diajarkan. Yang tercakup dalam kompetensi substantif adalah: a) menguasai keilmuan dan keterampilan mempraktekkan sesuai dengan materi diklat yang diajarkan; b) menulis karya tulis ilmiah yang terkait dengan lingkup kediklatan dan/atau pengembangan spesialisasinya.

Nah, itulah empat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang Widyaiswara berdasarkan Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 5 Tahun 2008. Sudahkah Bapak/Ibu Widyaiswara memiliki keempat kompetensi tersebut? Mari kita instrospeksi diri, kompetensi manakah yang harus ditingkatkan lagi? Jangan pernah berhenti belajar kalau kita ingin profesional.

Selain kompetensi yang dijelaskan di atas, ada beberapa keterampilan lain yang dapat menunjang kompetensi Widyaiswara menjadi lebih profesional dikutip berdasarkan pendapat Andrew Singh, seorang pakar manajemen dari Singapura, yang menyatakan bahwa sumberdaya manusia dikatakan berkualitas di era modern ini apabila memiliki enam keterampilan, yaitu: speaking skill, thinking skill interpersonal skill, network skill, growth, dan discipline. Mengadopsi pendapat pakar tersebut, menurut penulis keterampilan-keterampilan tersebut dapat pula diaplikasikan kedalam profesi widyaiswara. Adapun keterampilan tersebut sebagai berikut:

1. Speaking Skill (Keterampilan Menyampaikan Gagasan/Berbicara) Sebagai pengajar, setiap widyaiswara diharapkan memiliki keterampilan berbicara, bagaimana mengungkapkan gagasan dan pendapat dengan baik, serta memberikan pengarahan dengan baik. Keterampilan ini dalam dunia kewidyaiswaraan merupakan kemampuan menyampaikan materi pelajaran dengan baik atau transfer expert. Dengan demikian widyaiswara diharapkan dapat berkomunikasi secara efektif. Untuk itu diperlukan penguasaan tidak hanya keterampilan berkomunikasi secara verbal, tetapi juga secara non verbal, agar dapat mengkomunikasikan ide dengan jelas dan sistematis, dan jika terpaksa melontarkan kritik tidak sampai menyinggung perasaan peserta diklat, serta mampu merangsang audience (peserta diklat) untuk menanggapi usul yang dikemukakan.

(5)

2. Thinking Skill (Keterampilan Berpikir/Intelektual)

Kemampuan untuk mendayagunakan otak dengan optimal. Berpikir merupakan sebuah proses memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan (decision making), memecahkan masalah (problem solving), untuk itu diperlukan kemampuan berpikir kreatif, sistematis, integratif, logis/rasional, jernih, dan kritis. Dengan mengoptimalkan kemampuan berpikir maka para widyaiswara dalam melaksanakan tugasnya diharapkan dapat menjawab dan memecahkan setiap persoalan, setiap pertanyaan dengan jawaban-jawaban yang jernih, tegas, logis dan kreatif. Para widyaiswara diharapkan mampu menelaah dan meneliti berbagai kemungkinan penjelasan dari suatu realitas eksternal maupun internal.

3. Interpersonal Skill (Keterampilan Menjaga Hubungan Antarpribadi) Dalam berinteraksi dan bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan koordinasi antar widyaiswara dengan peserta diklat, widyaiswara dengan widyaiswara dan antar widyaiswara dengan penyelenggara diklat. Agar koordinasi dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan maka dibutuhkan adanya komunikasi. Dan agar komunikasi berjalan efektif dibutuhkan hubungan interpersonal yang baik. Taylor et. al, menyatakan bahwa banyak penyebab dari rintangan komunikasi berakibat kecil saja bila ada hubungan baik di antara komunikan. Sebaliknya, pesan yang paling jelas, paling tegas, dan paling cermat tidak dapat menghindari kegagalan, jika terjadi hubungan jelek. Untuk mewujudkan terciptanya hubungan baik, para widyaiswara harus mampu mengembangkan sikap tenggang rasa, membangun kepercayaan antar widyaiswara dengan peserta diklat, widyaiswara dengan widyaiswara dan antar widyaiswara dengan penyelenggara diklat, saling membuka diri, tidak memaksakan kehendak diri sendiri, bersedia menolong dan ditolong, sedapat mungkin mampu meredam timbulnya bibit-bibit konflik dan apabila terjadi konflik mampu mengelola konflik dengan baik sehingga tidak berlarut dan meluas.

4. Network Skill (Keterampilan Mengembangkan, Membangun Jaringan atau Meluaskan Hubungan Kerja)

Widyaiswara diharapkan berjiwa kosmopolit, yaitu mampu membangun kontak dengan dunia luar organisasi kediklatan. Dengan membangun jaringan ke luar, maka akan bertambah wawasan, pandangan dan pola pikir. Para widyaiswara akan banyak terbantu dalam menyelesaikan berbagai persoalan tertentu dengan adanya informasi-informasi dari luar.

5. Growth (Keterampilan Mengembangkan Diri)

Para widyaiswara diharapkan, secara sadar, mau dan mampu untuk secara terus menerus mengembangkan diri ke arah yang lebih baik mampu memperlihatkan kemampuan diri secara optimal, dan mampu mendorong diri sendiri untuk

(6)

mengembangkan kapasitas prestasi secara optimal. Perlu kesadaran yang timbul dari dalam diri untuk mau menjadi manusia pembelajar.

6. Dicipline (Disiplin)

Ketaatan dan kepatuhan serta kerelaan dalam menjalankan tugas sesuai dengan aturan yang berlaku. Setiap widyaiswara secara sadar dan sukarela harus taat pada berbagai ketentuan yang berlaku dan memenuhi standar nilai atau norma yang telah ditetapkan baik yang berlaku di lingkup organisasi, masyarakat, dan agama. Perasaan memiliki dan kecintaan terhadap pekerjaan harus dikembangkan dan menjadi komitmen dalam diri setiap widyaiswara, sehingga akan selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi proses pembelajaran. KESIMPULAN

Terdapat empat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang widyaiswara untuk menunjang keberhasilan tugasnya yaitu kompetensi pengelolaan pembelajaran, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi akademik. Selain kompetensi yang dijelaskan di atas, ada beberapa keterampilan lain yang dapat menunjang kompetensi Widyaiswara menjadi lebih profesional dikutip berdasarkan pendapat Andrew Singh, seorang pakar manajemen dari Singapura, yang menyatakan bahwa sumberdaya manusia dikatakan berkualitas di era modern ini apabila memiliki enam keterampilan, yaitu: speaking skill, thinking skill interpersonal skill, network skill, growth, dan discipline.

Demikianlah beberapa keterampilan yang perlu dikuasai oleh widyaiswara sehingga meningkatkan kompetensinya menjadi Widyaiswara yang profesional. ============================================================== Referensi :

Bower, Gordon H., Ernest R. Hilgard (1981). Theories of Learning, US: Prentice-Hall Inc.

DePorter, Bobby & Mike Hernacki (2000). Quantum Learning. Terjemahan : Sri Meuti. Bandung: Penerbit Kaifa.

Domjan, Michael; Barbara Bukhard (1986). The Principles of Learning and Behavior. USA: Wadsworth, Inc.

Dweck S. C (2006), Mindset: The New Psychology of Success, NewYork: Random House

Peter Senge (1990). The Fifth Discipline, The Art And Practice of Learning Organization. Doubleday, Currency Book.

(7)

Rachman, Maman. 1998. Manajemen Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Ricky Linksman (2004). Cara Belajar Cepat. Semarang: Dahara Prize. Wina Senjaya. (2008).Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar

ProsesPendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

================================================================ BIODATA PENULIS

Nama : Kokom Komala, M.Pd. NIP : 196304171985122001 Pangkat/Gol. : Pembina Tingkat I/IV b Jabatan : Widyaiswara Madya

Unit Kerja : Pusbangtendik-Kemdikbud

Kompleks Kemdiknas Gd. D. Lt.17

Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta Pusat,10270

Telp/Faks (021) 57946110

Kampus: Jl. Raya Cinangka, Km.19 Bojongsari-Depok 16517, Telp : (021) 7490411, Fax (021) 7491174

HP. : 081320719326

Referensi

Dokumen terkait

Perayaan hari ini mengundang kita para pengikut Yesus untuk berani beriman, percaya dan mengakui bahwa Yesus adalah satu-satunya Raja yang akan membawa kita masuk ke

Kuesioner pengujian beta merupakan media yang digunakan pengguna aplikasi Informasi Jurusan Teknik Informatika UIN Sunan Gunung Djati Bandung Berbasis Android

Decrease (increase) in sharia financing and receivables Penurunan (kenaikan) piutang murabahah ( 134,592 ) ( 224,058 ) Decrease (increase) in murabahah receivables

Malihat kenyataan di atas, maka pengajuan penelitian skripsi ini akan membahas tentang titik temu antara konsep belajar Ibnu Khaldun dan Jean Piaget, karena

Hasil penelitian adalah persepsi masyarakat tentang pengurangan risiko bencana tanah longsor di Desa Cibangkong Kecamatan Pekuncen Kabupaten Banyumas tergolong

[r]

Hasil penelitian Arson Abdul Rasyid Nunu (2015) menyatakan bahwa Dana Alokasi Umum (DAU) tidak mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.Kinerja keuangan

menyajikan laporan keuangan. 8) Selisih kurs adalah selisih yang timbul karena perbandingan mata uang asing ke rupiah pada kurs yang berbeda. 9) Materialitas adalah suatu