• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Asam Urat 2.1.1 Definisi

Asam urat merupakan produk akhir dari katabolisme purin yang berasal dari degradasi nukleotida purin yang terjadi pada semua sel. Asam urat dihasilkan oleh sel yang mengandung xantin oxidase, terutama hepar dan usus kecil18.

2.1.2 Struktur Kimia

Asam urat (AU) merupakan produk akhir dari katabolisme adenin dan guanin yang berasal dari pemecahan nukleotida purin. Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin yang terdiri dari komponen karbon, nitrogen, oksigen dan hidrogen dengan rumus molekul C5H4N4O3.

Pada pH alkali kuat, asam urat membentuk ion urat dua kali lebih banyak daripada pH asam. 13-15.

Gambar 2.1 Struktur Kimia Asam Urat39.

(2)

Purin yang berasal dari katabolisme asam nukleat dalam diet diubah menjadi asam urat secara lansung. Pemecahan nukleotida purin terjadi di semua sel, tetapi asam urat hanya dihasilkan oleh jaringan yang mengandung xantin oxidase terutama di hepar dan usus kecil. Rerata sintesis asam urat endogen setiap harinya adalah 300-600 mg per hari, dari diet 600 mg per hari lalu dieksresikan ke urin rerata 600 mg per hari dan ke usus sekitar 200 mg per hari13,16,17.

2.1.3 Metabolisme Asam Urat

Dua pertiga total urat tubuh berasal dari pemecahan purin endogen, hanya sepertiga yang berasal dari diet yang mengandung purin. Pada pH netral urat dalam bentuk ion asam urat (kebanyakan dalam bentuk monosodium urat), banyak terdapat di dalam darah. Konsentrasi normal kurang dari 420 μmol/L (7,0 mg/dL). Kadar urat tergantung jenis kelamin, umur, berat badan, tekanan darah, fungsi ginjal, status peminum alkohol dan kebiasaan memakan makanan yang mengandung diet purin yang tinggi. Kadar asam urat mulai meninggi selama pubertas pada laki-laki tetapi wanita tetap rendah sampai menopause akibat efek urikosurik estrogen. Dalam tubuh manusia terdapat enzim asam urat oksidase atau urikase yang akan mengoksidasi asam urat menjadi alantoin. Defisiensi urikase pada manusia akan mengakibatkan tingginya kadar asam urat dalam serum. Urat dikeluarkan di ginjal (70%) dan traktus gastrointestinal (30%). Kadar asam urat di darah tergantung pada keseimbangan produksi dan ekskresinya13,14,17.

Sintesis asam urat dimulai dari terbentuknya basa purin dari gugus ribosa, yaitu 5-phosphoribosyl-1-pirophosphat (PRPP) yang didapat dari ribose 5 fosfat

(3)

yang disintesis dengan ATP (Adenosine triphosphate) dan merupakan sumber gugus ribosa (Gambar 2.2). Reaksi pertama, PRPP bereaksi dengan glutamin membentuk fosforibosi lamin yang mempunyai sembilan cincin purin. Reaksi ini dikatalisis oleh PRPP glutamil amidotranferase, suatu enzim yang dihambat oleh produk nukleotida inosine monophosphate (IMP), adenine monophosphat (AMP) dan guanine monophosphate (GMP). Ketiga nukleotida ini juga menghambat sintesis PRPP sehingga memperlambat produksi nukleotida purin dengan menurunkan kadar substrat PRPP16.

Inosine monophosphat (IMP) merupakan nukleotida purin pertama yang dibentuk dari gugus glisin dan mengandung basa hipoxanthine. Inosine monophosphat berfungsi sebagai titik cabang dari nukleotida adenin dan guanin. Adenosine monophospat (AMP) berasal dari IMP melalui penambahan sebuah gugus amino aspartate ke karbon enam cincin purin dalam reaksi yang memerlukan GTP (Guanosine triphosphate). Guanosine monophosphate (GMP) berasal dari IMP melalui pemindahan satu gugus amino dari amino glutamin ke karbon dua cincin purin, reaksi ini membutuhkan ATP16.

Adenosine monophosphate mengalami deaminasi menjadi inosin, kemudian IMP dan GMP mengalami defosforilasi menjadi inosin dan guanosin. Basa hipoxanthine terbentuk dari IMP yang mengalami defosforilasi dan diubah oleh xantin oxsidase menjadi xantin serta guanin akan mengalami deaminasi untuk menghasilkan xantin juga. Xantin akan diubah oleh xantin oxsidase menjadi asam urat16.

(4)

Gambar 2.2 Metabolisme Asam urat24. (Sumber: Buku Ajar Patologi Robbins Edisi 7,2007)

Asam urat diginjal akan mengalami empat tahap yaitu asam urat dari plasma kapiler masuk ke glomerulus dan mengalami filtrasi di glomerulus, sekitar 98-100% akan direabsorbsi pada tubulus proksimal, selanjutnya disekresikan kedalam lumen distal tubulus proksimal dan direabsorbsi kembali pada tubulus distal.

Asam urat akan diekskresikan kedalam urin sekitar 6%-12% dari jumlah filtrasi. Setelah filtrasi urat di glomerulus, hampir semua direabsorbsi lagi di tubuli proksimal. PH urin yang rendah di traktus urinarius menjadikan urat dieksresikan dalam bentuk asam urat14,16.

2.2 Hiperurisemia

Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat darah di atas normal. Seseorang dapat dikatakan hiperurisemia apabila kadar asam urat di dalam darahnya >7 mg/dL pada laki-laki, dan >6 mg/dL pada perempuan. Keadaan hiperurisemia akan beresiko timbulnya arthritis gout, nefropati gout, atau batu ginjal1,2.

(5)

Hiperurisemia dapat terjadi akibat peningkatan metabolisme asam urat (overproduction), penurunan ekskresi asam urat urin (underexcretion), ataupun gabungan dari keduanya, hiperurisemia yang berlanjut dan berkembang dapat berkembang menjadi gout1-5.

2.2.1 Patogenesis Hiperurisemia dan Gout

Kadar asam urat dalam serum merupakan hasil keseimbangan antara produksi dan sekresi. Dan ketika terjadi ketidakseimbangan dua proses tersebut maka terjadi keadaan hiperurisemia, yang menimbulkan hipersaturasi asam urat yaitu kelarutan asam urat di serum yang telah melewati ambang batasnya, sehingga merangsang timbunan asam urat dalam bentuk garamnya terutama monosodium urat di berbagai tempat atau jaringan1,2,25. Menurunnya kelarutan sodium urat pada temperatur yang lebih rendah seperti pada sendi perifer tangan dan ka ki, dapat menjelaskan kenapa kristal MSU (monosodium urat) mudah diendapkan di pada kedua tempat tersebut. Predileksi untuk pengendapan kristal MSU pada metatarsofalangeal-1 (MTP-1) berhubungan juga dengan trauma ringan yang berulang-ulang pada daerah tersebut25.

Awal serangan gout akut berhubungan dengan perubahan kadar asam urat serum, meninggi atau menurun. Pada kadar asam urat yang stabil jarang muncul serangan. Pengobatan dengan allopurinol pada awalnya juga dapat menjadi faktor yang mempresipitasi serangan gout akut. Penurunan asam urat serum dapat mencetuskan pelepasan kristal monosodium urat dari depositnya di sinovium atau tofi (crystals shedding). Pelepasan kristal MSU akan merangsang proses inflamasi dengan mengaktifkan kompleman melalui jalur klasik maupun alternatif. Sel

(6)

makrofag (paling penting), netrofil dan sel radang lain juga teraktivasi, yang akan menghasilkan mediatormediator kimiawi yang juga berperan pada proses inflamasi1,2,25.

2.3 Gout

Gout adalah gangguan yang disebabkan oleh penimbunan asam urat, suatu produk akhir metabolisme purin dalam jumlah berlebihan di jaringan. Penyakit ini ditandai dengan serangan rekuren arthritis akut, kadang-kadang disertai pembentukan agregat-agregat kristal besar yang disebut tofi, dan deformitas sendi kronis. Semua ini terjadi akibat pengendapan kristal mononatrium urat dari cairan tubuh superjenuh dalam jaringan24.

Gout dibagi menjadi bentuk primer dan sekunder, yang masing-masing membentuk 90% dan 10% kasus. Istilah gout primer digunakan untuk menamai kasus yang penyebabnya tidak diketahui atau yang lebih jarang, jika penyebabnya adalah suatu kelainan metabolik herediter yang terutama ditandai dengan hiperurisemia dan gout. Pada kasus sisanya yang disebut gout sekunder, penyebab hiperurisemianya diketahui, tetapi gout bukan merupakan penyakit klinis utama atau dominan24.

Terdapat empat tahap perjalanan klinis dari penyakit gout yang tidak di obati, yaitu1,24 :

a. Tahap hiperurisemia asimptomatik

Hiperurisemia asimptomatik adalah keadaan hiperurisemia tanpa adanya manifestasi klinis gout. Fase ini akan berakhir ketika muncul serangan akut

(7)

arthritis gout atau urolitis. Terdapat 10-40% subjek dengan gout mengalami sekali atau lebih serangan kolik renal sebelum adanya serangan arthritis1-3.

b. Tahap arthritis gout akut

Serangan pertama biasanya terjadi antara umur 40-60 tahun pada laki-laki, dan setelah 60 tahun pada perempuan. Onset sebelum 25 tahun merupakan bentuk tidak lazim arthritis gout, yang mungkin merupakan manifestasi adanya gangguan enzimatik spesifik, penyakit ginjal atau penggunaan siklosporin. Pada 85-90% kasus, serangan berupa arthritis monoartikuler dengan predileksi MTP-1 yang biasa disebut podagra3. Gejala yang muncul sangat khas, yaitu radang sendi yang sangat akut dan timbul sangat cepat dalam waktu singkat. Pasien tidur tanpa ada gejala apapun, kemudian bangun tidur terasa sakit yang hebat dan tidak dapat berjalan. Keluhan monoartikuler berupa nyeri, bengkak, merah dan hangat, disertai keluhan sistemik berupa demam, menggigil dan merasa lelah, disertai lekositosis dan peningkatan laju endap darah. Sedangkan gambaran radiologis hanya didapatkan pembengkakan pada jaringan lunak periartikuler. Keluhan cepat membaik setelah beberapa jam bahkan tanpa terapi sekalipun1-3,25. Pada perjalanan penyakit selanjutnya, terutama jika tanpa terapi yang adekuat, serangan dapat mengenai sendi-sendi yang lain seperti pergelangan tangan/kaki, jari tangan/kaki, lutut dan siku, atau bahkan beberapa sendi sekaligus. Serangan menjadi lebih lama durasinya, dengan interval serangan yang lebih singkat, dan masa penyembuhan yang lama. Faktor pencetus serangan akut antara lain trauma lokal, diet tinggi purin, minum alkohol, kelelahan fisik, stress, tindakan operasi,

(8)

pemakaian diuretik, pemakaian obat yang meningkatkan atau menurunkan asam urat. Diagnosis yang definitif/ atau gold standard, yaitu ditemukannya kristal urat (MSU) di cairan sendi atau tofus1-3,25.

c. Tahap interkritis

Stadium ini merupakan kelanjutan stadium gout akut, dimana secara klinik tidak muncul tanda tanda radang akut, meskipun pada aspirasi cairan sendi masih ditemukan kristal urat, yang menunjukkan proses kerusakan sendi yang terus berlangsung progresif. Stadium ini bisa berlangsung beberapa tahun sampai 10 tahun tanpa serangan akut. Dan tanpa tata laksana yang adekuat akan berlanjut ke stadium gout kronik25.

d. Tahap gout kronik

Stadium ini ditandai dengan adanya tofi dan terdapat di poliartikuler, dengan predileksi cuping telinga, MTP-1, olekranon, tendon Achilles dan jari tangan. Tofi sendiri tidak menimbulkan nyeri, tapi mudah terjadi inflamasi di sekitarnya, dan menyebabkan destruksi yang progresif pada sendi serta menimbulkan deformitas. Selain itu tofi juga sering pecah dan sulit sembuh, serta terjadi infeksi sekunder. Kecepatan pembentukan deposit tofus tergantung beratnya dan lamanya hiperurisemia, dan akan diperberat dengan gangguan fungsi ginjal dan penggunaan diuretik1-3. Pada beberapa studi didapatkan data bahwa durasi dari serangan akut pertama kali sampai masuk stadium gout kronik berkisar 3-42 tahun, dengan rata-rata 11,6 tahun1-3. Pada stadium ini sering disertai batu saluran kemih sampai penyakit ginjal

(9)

menahun/gagal ginjal kronik25. Timbunan tofi bisa ditemukan juga pada miokardium, katub jantung, system konduksi,beberapa struktur di organ mata terutama sklera, dan laring1-3.

Pada analisa cairan sendi atau isi tofi akan didapatkan Kristal MSU, sebagai kriteria diagnostic pasti. Gambaran radiologis didapatkan erosi pada tulang dan sendi dengan batas sklerotik dan overhanging edge1,2,3.

2.3.1 Terapi Pengobatan a. Terapi non farmakologi

Sebagian besar kasus gout dan hiperurisemia (termasuk hiperurisemia asimptomatik) mempunyai latar belakang penyebab primer, sehingga memerlukan pengendalian kadar asam urat jangka panjang. Perlu compliance yang baik dari pasien untuk mencapai tujuan terapi di atas, dan hal itu hanya didapat dengan edukasi yang baik. Pengendalian diet rendah purin juga menjadi bagian tata laksana yang penting1,2,25.

b. Terapi Farmakologi 1. Kolkisin

Kolkisin mempunyai efek anti inflamasi yang kuat, namun batas amannya sangat sempit, dan sering menimbulkan efek samping. Secara tradisional dulu kolkisin digunakan pada serangan akut arthritis dengan dosis 0,5-0,6 mg tiap jam peroral sampai terjadi tiga hal yaitu keluhan arthritis membaik; muncul efek samping mual, muntah, diare; atau sudah mencapai dosis maksimal sebanyak 10 dosis. Saat ini para ahli lebih menganjurkan pemberian tiap 2-6 jam sehingga tidak menimbulkan banyak efek samping, dan lebih berharap

(10)

pada efek prevensi serangan berikutnya. Pemberian kolkisin intravena menjadi alternatif, namun dengan risiko efek samping yang lebih besar. Hati-hati pada gangguan fungsi ginjal1,2,26.

2. Kontrol hiperurisemia xantin oxidase inhibitor dan urikosurik agen

Kontrol hiperurisemia dilakukan dengan diet rendah purin, serta menghindari obat-obatan yang meningkatkan kadar asam urat serum terutama diuretik1,2,26. Selanjutkan diperlukan urate lowering agent seperti golongan xanthine oxidase inhibitor, maupun uricosuric agent, dengan catatan tidak boleh dimulai pada saat serangan akut. Pada hiperurisemia asimptomatik terapi farmakologik dimulai jika kadar asam urat serum >9 mg/dL. Sedangkan pada penderita gout telah diketahui bahwa pemberian urate lowering agent juga menjadi faktor pencetus serangan akut, sehingga diberikan juga kolkisin dosis prevensi 0,6 mg 1-3 kali perhari, atau OAINS dosis rendah, dan dimulai setelah tidak adanya tanda-tanda inflamasi akut1,2,26,27. Rilonacept, suatu inhibitor IL-1 sedang dikembangkan sebagai obat pencegah serangan akut pada awal terapi penurun asam urat28. Target terapi adalah menurunkan kadar asam urat serum sampai di bawah 6,8 mg/dL (lebih baik sampai 5-6 mg/ dL)1,2,26,27. Jenis urate lowering agent yang pertama yaitu golongan xanthine oxidase inhibitor dengan cara kerja penghambatan oksidasi hipoxantin menjadi xantin, dan xantin menjadi asam urat. Obat yang termasuk golongan ini adalah allopurinol. Diberikan mulai dosis 100 mg/hari dan dinaikkan tiap minggu sampai tercapai target (rata-rata diperlukan minimal 300 mg/hari). Pada gangguan fungsi ginjal dosis harus disesuaikan.1 Jenis obat yang lain

(11)

seperti febuxostat, non-purine xanthine oxidase inhibitor yang juga cukup poten, maupun pegylated recombinant uricase, masih dikembangkan26,29,30.

Sedangkan jenis urate lowering agent yang kedua yaitu golongan uricosuric agent, bekerja dengan cara menghambat reabsorsi urat di tubulus renalis. Yang paling sering dipakai adalah probenesid dan sulfinpirazon. Probenesid dengan dosis 0,5-3 gram dibagi 2-3 kali perhari. Sedangkan sulfinpirazon diberikan dengan dosis 300-400 mg dibagi 3-4 kali perhari. Pemakaian obat urikosurik ini lebih diindikasikan pada keadaan dengan ekskresi asam urat di urin <800 mg perhari, dan dengan fungsi ginjal yang masih baik (creatinine clearance >80ml/menit). Risiko batu ginjal semakin besar pada kadar asam urat di urin yang tinggi. Pada beberapa kasus yang sulit dikendalikan dengan obat tunggal, kombinasi uricosuric agent dan xanthine oxidase inhibitor dapat dibenarkan1,2,26,27.

3. OAINS, Steroid dan ACTH

Terapi dengan obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) menjadi pilihan utama untuk diberikan pada serangan akut dengan dosis yang optimal, dengan syarat fungsi ginjal yang masih baik.6 Jenis OAINS termasuk yang selektif COX-2 tidak terlalu berpengaruh terhadap respon klinik, tapi sebaiknya digunakan yang jenis dengan onset kerja cepat, dan dengan pertimbangan efek sampingnya1,2,26.

Pemakaian kortikosteroid intrartikuler cukup bermanfaat pada arthritis monoartikuler atau yang melibatkan bursa. Sedangkan kortikosteroid sistemik dapat digunakan terutama pada gangguan fungsi ginjal, atau intoleran dengan

(12)

kolkisin dan OAINS. Dosis steroid yang diperlukan sesuai dengan prednisone 20-60 mg perhari1,2,26. Adrenoc orticotropic (ACTH) injeksi intramuskuler dapat mengatasi serangan akut pada pemberian pertama kali, meskipun kadang-kadang diperlukan pengulangan 24-48 jam kemudian1,2

2.4 Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) 2.4.1 Klasifikasi Tanaman Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Bangsa : Rutales Famili : Rutaceae Genus : Citrus

Species : Citrus aurantifolia (Cristm.) Swingle.

2.4.2 Nama Daerah dan Nama Asing

Nama daerah : Tanaman Citrus aurantifolia (Cristm.) Swingle dikenal Di Pulau Sumatra dengan nama Kelangsa (Aceh), di pulau Jawa dikenal dengan nama Jeruk Nipis (Sunda) dan Jeruk Pecel (Jawa), di pulau Kalimantan dikenal dengan nama Lemau Nepi, di pulau Sulawesi dengan nama Lemo Ape, Lemo

(13)

Kapasa (Bugis) dan Lemo Kadasa (Makasar), di Maluku dengan nama Puhat Em Nepi (Buru), Ahusi Hisni, Aupfisis (Seram), Inta Lemonepis, Ausinepsis, Usinepese (Ambon) dan Wanabeudu (Halmahera).

Nama Asing : Lime (Inggris), Lima (Spanyol), Limah (Arab), Mudutelong (Flores), Mudakenelo (Solor) dan Delomakii (Rote).

Sinonim : Limonia aurantifolia Christm., Limon spinosum Mill, Citrus limonia Osbeck, Citrus lima Luman, Citrus spinosissima G.F.W. Meyer, Citrus acida Roxb., Citrus aurantium 10.

2.4.3 Morfologi Tumbuhan

Gambar 2.3 Tumbuhan jeruk nipis31.

(Dikutip dari: CCRC Farmasi Universitas Gajah Mada)

Gambar 2.4 Buah jeruk nipis31.

(14)

Jeruk nipis termasuk salah satu jenis citrus Geruk. Jeruk nipis termasuk jenis tumbuhan perdu yang banyak memiliki dahan dan ranting. Tingginya sekitar 0,5-3,5m. Batang pohonnya berkayu, berduri, dan keras. Permukaan kulit luarnya berwarna tua dan kusam. Daunnya majemuk, berbentuk elips dengan pangkal membulat, ujung tumpul, dan tepi beringgit. Panjang daunya mencapai 2,5-9 cm dan lebarnya 2-5 cm. Tulang daunnya menyirip dengan tangkai bersayap, hijau dan lebar 5-25mm. Bunganya berukuran majemuk/tunggal yang tumbuh di ketiak daun atau di ujung batang dengan diameter 1,5-2,5 cm, kelopak bunganya berbentuk seperti mangkok berbagi 4-5 dengan diameter 0,4-0,7 cm berwama putih kekuningan dan tangkai putik silindris putih kekuningan. Daun mahkota berjumlah 4-5, berbentuk bulat telur atau lanset dengan panjang 0,7-1,25 cm dan lebar 0,25-0,5 cm berwarna putih. Buahnya berbentuk bulat sebesar bola pingpong dengan diameter 3,5-5 cm berwarna (kulit luar) hijau atau kekuning-kuningan. Tanaman jeruk nipis mempunyai akar tunggang. Buah jeruk nipis yang sudah tua rasanya asam. Tanaman jeruk umumnya menyukai tempat-tempat yang dapat memperoleh sinar matahari langsung10.

2.4.4 Kandungan dan Khasiat Tumbuhan10

Jeruk nipis mengandung unsur-unsur senyawa kimia yang bemanfaat, misalnya :

a. Asam sitrat

(15)

c. Minyak atsiri (sitral, limonen, felandren, lemon kamfer, kadinen, gerani-lasetat, linali-gerani-lasetat, aktilaldehid, nonildehid)

d. Damar e. Glikosida f. Lemak, kalsium g. Zat besi h. Belerang i. Vitamin B1 dan C j. Antioksidan

Jeruk nipis juga mengandung senyawa saponin dan flavonoid yaitu hesperidin (hesperetin 7-rutinosida), tangeretin, naringin, eriocitrin, eriocitrocide. Hesperidin bermanfaat untuk antiinflamasi, antioksidan, dan menghambat sintesis prostaglandin, zat caretenoids, zeaxantin dan beta-cryptoxantin yang terdapat di dalam Citrus aurantifolia dapat digunakan sebagai obat dari rheumatoid arthritis10.

Jeruk nipis juga mengandung 7% minyak essensial yang mengandung citral, limonen, fenchon, terpineol, bisabolene, dan terpenoid lainnya. Guo, et al.

(2006) telah meneliti bahwa D-Limonene dapat menghambat proliferasi dan

menginduksi apoptosis pada sel HL-60 dan sel K56210.

Buah jeruk nipis berkhasiat sebagai obat batuk, obat penurun panas, dan obat pegal linu, buah jeruk nipis juga bermanfaat sebagai obat disentri, sembelit, ambeyen, haid tidak teratur, difteri, jerawat, vertigo, suara serak batuk, menambah

(16)

nafsu makan, mencegah rambut rontok, ketombe, flu/demam, menghentikan kebiasaan merokok, amandel, mimisan, inflamasi, arthritis, dan lain sebagainya10.

2.4.5 Ekologi Tanaman

Tanaman jeruk umumnya menyukai tempat-tempat yang dapat memperoleh sinar matahari langsung. Syarat tumbuh jeruk nipis diantaranya adalah, ketinggian tempat 200 m - 1.300 m di atas permukaan laut, curah hujan tahunan 1.000 mm - 1.500 mm/tahun, suhu udara 2000C - 3000C, kelembapan sedang – tinggi, penyinaran sedang, jenis tana latosol, aluvial, andosol, drainase baik, kedalaman air tanah : 40 cm - 170 cm dari permukaan tanah, kedalaman perakaran di bawah 40 cm dari permukaan tanah dan kesuburan sedang – tinggi11.

2.4.6 Kandungan Kimia

Citrus aurantifolia mengandung unsur-unsur kimia yang bermanfaat, seperti Limonene, linalin asetat, geranil asetat, fellandren, sitrat, asam sitrat, kalium dan fosfor12.

2.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 2.5.1 Kerangka Pemikiran

Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat darah di atas normal. Seseorang dapat dikatakan hiperurisemia apabila kadar asam urat di dalam darahnya >7 mg/dL pada laki-laki, dan >6 mg/dL pada perempuan. Keadaan hiperurisemia akan beresiko timbulnya arthritis gout, nefropati gout, atau batu ginjal1,2.

(17)

Obat antihiperurisemia pilihan untuk gout kronik adalah allopurinol. Selain mengontrol gejala, obat ini juga melindungi fungsi ginjal. Allopurinol menurunkan produksi asam urat dengan cara menghambat enzim xantin oksidase32,33. Penggunaan allopurinol dalam jangka panjang dapat mengakibatkan tibulnya efek samping seperti reaksi alergi atau hipersensitivitas, sindrom toksisitas allopurinol termasuk ruam, demam, perburukan insufisiensi ginjal, vaskulitis dan kematian. Maka diperlukan terapi alternatif untuk menghindari efek samping dari penggunaan jangka panjang allopurinol, salah satunya adalah dengan menggunakan pengobatan yang berasal dari tumbuhan. Salah satu tumbuhan obat yang dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk mengobati hiperurisemia dan gout adalah Citrus aurantifolia (jeruk-nipis)32,33.

Citrus aurantifolia biasa dikenal dengan nama jeruk nipis. Kandungan antioksidan yang tinggi di dalam Citrus aurantifolia dan Flavonoid berguna sebagai anti-inflamasi, selain itu zat Caretenoids, zeaxantin dan beta-cryptoxantin yang terdapat di dalam Citrus aurantifolia dapat digunakan sebagai obat dari rheumatoid arthritis9.

Flavonoid mempunyai mekanisme yang sama seperti allopurinol, yaitu menghambat kerja enzim xantin oksidase dalam proses metabolisme asam urat. Selain flavonoid, metabolism asam urat juga di hambat oleh zat saponin dan asam sitrat10.

Berdasarkan uraian di atas, mekanisme Citrus aurantifolia dapat menurunkan kadar asam urat yaitu dengan cara menurunkan produksi asam urat dengan menghambat kerja enzim xantin oksidase oleh flavonoid, saponin, dan

(18)

asam sitrat. Berikut adalah bagan dari kerangka pemikiran dari penjelasan sebelumnya :

Gambar 2.5 Kerangka pemikiran

2.5.2 Hipotesis

H0 = Air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) memiliki efek antihiperurisemia dalam menghambat pembentukan asam urat pada mencit model hiperurisemia.

H1 = Air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) tidak memiliki efek antihiperurisemia dalam menghambat pembentukan asam urat pada mencit model hiperurisemia. Adenosin Inosin Hipoxantin Guanosin Guanin Xantin Hiperurisemia Inhibisi

Allopurinol Jeruk Nipis (Citrus Aurantifola)  Flavonoid  Saponin  Asam sitrat Adenosin deaminase Xantin oksidase

Gambar

Gambar 2.1 Struktur Kimia Asam Urat 39 .
Gambar 2.2 Metabolisme Asam urat 24 .
Gambar 2.3 Tumbuhan jeruk nipis 31 .
Gambar 2.5 Kerangka pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan: merancang ulang map berkas rekam medis rawat jalan sebelumnya sudah ada dengan menyesuaikan kebutuhan yang ada di UPT Puskesmas Wonosari II dengan merancang

Hal ini dimaksudkan agar guru tidak terjebak dalam rutinitas mengajar yang membosankan, dan akan mengakibatkan suatu kondisi kelainan psikis guru yang negatif

Menurut Punch (dalam Poerwandari, 2001) studi kasus adalah fenomena khusus yang hadir dalam suatu konteks yang terbatasi, meski batas-batas antara fenomena dan

Rematik dapat menyerang hampir semua sendi, tetapi yang paling sering diserang adalah sendi di pergelangan tangan, buku-buku jari, lutut dan engkel kaki. Sendi-sendi lain yang

[r]

peningkatan kesadaran akan gizi dan perbaikan pendidikan masyarakat (Djaafar dan Rahayu 2007) Saat ini konsumsi daging nasional didominasi oleh karkas atau daging

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayahNya penelitian ini dapat terselesaikan dengan judul ”Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas dan Solvabilitas