• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEER ATTACHMENT PADA REMAJA. Desi Susianti, S.Psi., M.Si

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEER ATTACHMENT PADA REMAJA. Desi Susianti, S.Psi., M.Si"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PEER ATTACHMENT PADA REMAJA

Desi Susianti, S.Psi., M.Si

Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Pondok Cina, Depok 16424

desi_susianti@staff.gunadarma.ac.id

ABSTRAK

Peer attachment merupakan kelekatan dengan teman sebaya yang menjadi sumber keamanan psikologis bagi remaja. Pada masa remaja, peer attachment menjadi sangat penting dan mempengaruhi kondisi psikologis remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran peer attachment pada remaja. Responden penelitian ini berjumlah 240 orang. Skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan subskala peer attachment dari IPPA (Inventory parent and peer attachment). Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peer attachment pada remaja berada dalam kategori tinggi.

Kata Kunci: Peer Attachment, Remaja

ABSTRACT

Peer attachment is attachment with peers which is a source of psychological security for adolescents. In adolescence, peer attachment becomes very important and affects the psychological condition of adolescents. This study aims to determine the description of peer attachment in adolescents. The number of respondents in this study was 240 people. The scale used in this study used the peer attachment subscale from IPPA (Inventory parent and peer attachment). The sampling technique was using purposive sampling technique. The data analysis used in this research is descriptive analysis. The results showed that peer attachment in adolescents was in the high category.

Keywords: Peer Attachment, Adolescence

PENDAHULUAN

Penelitian mengenai remaja selalu menarik untuk diteliti. Pada masa remaja terjadi perkembangan transisi yakni perubahan fisik, kognitif, dan social (Papalia & Feldman, 2014). Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibandingkan dengan orang tua (Conger, 1991).Pada fase ini, remaja memerlukan teman dalam menghadapi perubahan psikisnya, baik dalam mencari jati diri, mencari kebahagiaan, serta memenuhi kepuasan hidupnya (Hurlock, 2006; Koohsar & Bonab, 2011).

Salah satu kebutuhan pada masa remaja ini yaitu interaksi dengan teman sebayanya begitu besar. Hal ini disebabkan karena remaja banyak menghabiskan waktunya di luar

(2)

rumah bersama teman sebaya. Remaja mulai mengandalkan teman dibandingkan orangtua untuk mendapatkan kedekatan dan dukungan (Papalia, Olds, & Feldman, 2008). Oleh karenanya, pengaruh teman sebaya terhadap sikap dan perilaku remaja lebih besar dibandingkan dengan orang tua. Apapun yang diterima dari teman sebaya seringkali remaja mengikuti tanpa perlu mengetahui apakah hal itu benar ataupun tidak.

Kebanyakan remaja lebih sering bercerita mengenai hidupnya kepada teman seusianya karena remaja merasa lebih mudah dalam menunjukkan emosinya, hal ini disebabkan karena remaja merasa bahwa temannya telah melalui hal yang serupa. Ketika remaja memiliki kelekatan yang baik dengan teman sebaya, artinya remaja dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan baik. Remaja akan memulai membangun hubungan dengan teman sebayanya biasanya saat kedekatan hubungannya dengan keluarga merenggang (Rasyid, 2012). Hal inilah yang menjadi pelarian remaja untuk lebih menghabiskan waktunya bersama teman sebaya.

Santrock (2003) menjelaskan manfaat kelekatan antara lain membantu remaja memiliki harga diri yang tinggi, memfasilitasi kecakapan dan kesejahteraan sosial, membantu remaja dari kecemasan dan kemungkinan perasaan tertekan, menunjukkan kesejahteraan emosi yang lebih baik dan mengurangi ketegangan emosi yang berkaitan dengan transisi dari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Muntamah (2016) diketahui bahwa kelekatan terhadap teman sebaya pada siswa kelas XI SMK Negeri 1 Trucuk Klaten mayoritas berada pada kategori tinggi. Hasil penelitian lain memaparkan bahwa kelekakatan remaja teman sebaya pada peserta didik di SLTP Negeri 1 Ayah Kebumen sebagian besar memiliki pola kelekatan aman.

Penelitian mengenai peer attachment pada remaja perlu dilakukan karena kelekatan remaja terhadap teman sebaya memiliki dampak positif maupun negatif, sehingga orang tua dapat lebih memahami bagaimana kelekatan teman sebaya ini mempengaruhi sikap dan perilaku remaja. Fokus penelitian ini hanya untuk melihat bagaimana gambaran peer attachment pada remaja.

TELAAH PUSTAKA Pengertian Peer Attachment

Menurut Armsden dan Greenberg (1987), peer attachment (kelekatan dengan teman sebaya) merupakan suatu hubungan seorang individu saat remaja dengan teman sebayanya yang dapat menjadi sumber keamanan psikologis bagi diri individu tersebut. Neufeld dan Mate (2004), berpendapat bahwa peer attachment merupakan sebuah ikatan yang melekat yang terjadi antara remaja dengan teman sebayanya, baik dengan individu maupun dengan kelompok sebayanya. Menurut Barrocas (2009), pada masa remaja terbentuk ikatan kelekatan dengan teman sebaya yang berhubungan dengan pikiran, perasaan dan emosi.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa peer attachment merupakan ikatan kelekatan yang terjalin pada remaja dengan teman sebayanya, dimana ikatan tersebut dapat mempengaruhi kemandirian fisik maupun psikologis

(3)

Aspek-Aspek Peer Attachment

Tiga aspek peer attachment menurut Armsden dan Greenberg (1987) yaitu: a. Communication (Komunikasi):

Adanya komunikasi yang baik maka akan menciptakan ikatan emosional yang kuat antara orangtua dan anak. Pada remaja, aspek komunikasi ditunjukkan dengan adanya ungkapan perasaan, teman sebaya menanyakan permasalahan yang dihadapi individu, meminta pendapat teman sebaya dan teman sebaya membantu individu untuk memahami dirinya sendiri.

b. Trust (Kepercayaan)

Kepercayaan didefinisikan sebagai perasaan aman dan keyakinan bahwa orang lain akan membantu atau memenuhi kebutuhan individu. Kepercayaan dapat muncul saat hubungan terjalin dengan kuat. Kepercayaan pada figur attachment merupakan proses pembelajaran dimana ini akan muncul setelah adanya pembentukan rasa aman melalui pengalaman- pengalaman secara konsisten kepada individu. Kepercayaan juga merupakan kualitas penting dalam suatu hubungan kelekatan dengan teman sebaya.

c. Alienation (Keterasingan)

Keterasingan erat kaitannya dengan penghindaran dan penolakan. Ketika seseorang merasa atau menyadari bahwa figur tidak hadir, maka akan berakibat pada buruknya attachment yang dimiliki oleh individu.

Manfaat Peer Attachment

Santrock (2003) menyebutkan beberapa manfaat kelekatan, antara lain:

a. Kelekatan pada masa remaja bisa memfasilitasi kecakapan dan kesejahteraan sosial seperti yang dicerminkan dalam beberapa ciri seperti harga diri, penyesuaian emosi, dan kesehatan fisik.

b. Membantu remaja menunjukkan kesejahteraan emosi yang lebih baik. c. Membantu remaja untuk memiliki harga diri yang lebih tinggi.

d. Sebagai fungsi adaptif untuk menyediakan dasar rasa aman terhadap remaja agar dapat mengeksplorasi dan menguasai lingkungan baru serta dunia sosial yang semakin luas dalam kondisi psikologi yang sehat.

Remaja

Menurut Papalia dan Feldman (2012) masa remaja adalah masa transisi perkembangan yang melibatkan perubahan fisik, kognitif, dan psikososial dari masa anak-anak (childhood) ke masa dewasa (adulthood).

Tiga tahap perkembangan remaja menurut Sarwono (2006):

a. Remaja Awal (Early Adolescence) Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun masih terheran–heran akan perubahan- perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan- dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu.

b. Remaja Madya (Middle Adolescence) Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ada kecenderungan “narastic”, yaitu

(4)

mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya.

c. Remaja Akhir (Late Adolescence) Tahap ini (16-19 tahun) adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa

METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang melampau metode deskriptif. Bisa mendeskripsikan sesuatu keadaan saja, tetapi bisa juga mendeskripsikan keadaan dalam tahapan-tahapan perkembangannya. Syah (2010) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk menemukan pengetahuan yang seluas-luasnya terhadap objek penelitian pada suatu masa tetentu.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja. Sampel pada penelitian ini berjumlah 240. Karakteristik sampel dalam penelitian ini yaitu pelajar SMP dan SMA, baik laki- laki maupun perempuan.

Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu non- probability sampling. Teknik non-probability sampling adalah suatu cara pengambilan sampel akan disebut sebagai non probabilitas apabila besarnya peluang anggota populasi untuk terpilih sebagai sampel tidak diketahui (Azwar, 2013). Bentuk sampel nonprobabiliy sampling yang digunakan adalah purpose sampling.

Teknik Pengumpul Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner. Metode kuesioner terdiri atas daftar isian identitas partisipan, dan skala peer attachment. Skala peer attachment dalam penelitian ini di ukur dengan menggunakan skala oleh Armsden dan Greenberg (1987), skala ini disusun mengacu pada aspek-aspek dari Armsden dan Greenberg (1987), yaitu communication (komunikasi), trust (kepercayaan), dan alienation (keterasingan). Reliabilitas pada skala ini yaitu 0,86 dengan daya diskriminasi aitem berkisar 0,27 sampai 0,75.

Validitas, Daya Diskriminasi, dan Reliabilitas

Validitas dalam penelitian ini peneliti menggunakan content validity (validitas isi). Menurut Azwar (2013), validitas isi merupakan validitas yang diestimasikan lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement.

Uji daya diskriminasi aitem dalam penelitian ini menggunakan teknik koefisien korelasi. Azwar (2013) menambahkan, semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0.30 daya bedanya dianggap memuaskan. namun apabila aitem yang lolos masih belum mencukupi jumlah yang diinginkan, peneliti dapat mempertimbangkan untuk menurunkan batas kriteria koefisien korelasi.

(5)

Reliabilitas dianggap sudah cukup memuaskan dengan nilai lebih dari sama dengan 0.70 atau ≥ 0.70. Uji reliabilitas dalam penelitian menggunakan teknik Alpha Cronbach.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistic deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil uji validitas, daya diskriminasi aitem dan reliabilitas pada alat ukur subskala IPPA yakni dari 25 aitem yang dianalisis diperoleh 20 aitem yang memiliki daya diskriminasi yang baik dan 5 aitem dinyatakan gugur karena tidak memnuhi syarat nilai koefisien sebessar minimal 0,3. Aitem yang baik dalam alat ukur ini berkisar antara 0,333 sampai dengan 0,687. Reliabilitas pada alat ukur ini sebessar 0,869 sehingga alat ukur yang digunakan dapat dikatakan reliable karena nilai koefisien Alpha Cronbach yang didapat lebih besar dari 0,700.

Tabel 1

Reliabilitas Skala Peer Attachment

Cronbach’s Alpha Jumlah Aitem

0,869 20

Hasil analisi deskriptif pada penelitian ini dilakukan empat analisis deskriptif yaitu kategorisasi variabel pada responden, perbandingan mean setiap dimensi atau aspek peer attachment, dan analisis pertanyaan terbuka. Berikut ini penjabarannya:

a. Kategorisasi variabel pada responden

Berdasarkan hasil Hasil perhitungan mean empirik, mean hipotetik, dan standar deviasi (SD) pada variabel peer attachment dapat dilihat pada table 2 di bawah ini:

Tabel 2

Kategorisasi peer attachment pada remaja Mean

Empirik

Mean Hipotetik

SD Kategori

Peer Attachment 76,56 60 13,33 Tinggi

(6)

Gambar Kategorisasi Peer Attachment pada Responden

Berdasarkan dari hasil kategorisasi tersebut, dapat dilihat bahwa mean empiric pada subskala peer attachment sebesar 76,65 dan dikategorikan tinggi. Hal ini berarti dapat disimpulkan peer attachment pada remaja dalam penelitian ini tinggi.

Remaja perlu menjaga hubungan sosialnya dengan teman baik di sekolah maupun di luar sekolah. Lingkungan tempat remaja berada seperti lingkungan sekolah dan masyarakat berperan penting dalam membentuk emosi remaja. Seperti pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Armsden dan Greenberg (1987) bahwa adanya komunikasi dan kepercayaan yang baik akan menciptakan kelekatan yang baik antar teman sebaya. Kebanyakan remaja lebih sering bercerita mengenai pikiran dan perasaannya kepada teman seusianya karena remaja merasa lebih mudah dalam menunjukkan emosinya. Kehadiran teman sebaya pun membuat remaja jauh dari perasaan negatif dan juga kesepian.

b. Perbandingan mean dari setiap aspek peer attachment Berikut tabel perbandingan mean empirik peer attachment Tabel 3

Mean empirik peer attachment Aspek-aspek peer

attachment

XE Jumlah aitem XE / Jumlah aitem

Communication 26,91 7 3,84

Trust 35,49 9 3,94

Alienation 14,15 4 3,53

Berdasarkan table di atas diketahui bahwa skor mean empiric tertinggi terdapat pada aspek trust dengan nilai sebesar 3,94. Kepercayaan merupakan aspek yang paling menonjol dalam kelekatan remaja dengan teman sebaya. Kepercayaan didefinisikan sebagai perasaan aman

(7)

dan keyakinan bahwa orang lain akan membantu atau memenuhi kebutuhan individu (Armsden dan Greenberg, 1987). Hasil ini diperkuat juga dari pertanyaan terbuka yaitu sebanyak 43 kali disebutkan bahwa arti teman bagi remaja adalah orang yang dapat dipercaya. Oleh karenanya, remaja dapat mencurahkan segala perasaan. Teman adalah orang yang selalu mendukung dan mendengarkan ketika remaja membutuhkan seseorang disampingnya untuk berbagi perasaan suka dan dukanya. Kepercayaan dapat muncul saat hubungan terjalin dengan kuat. Kepercayaan pada figur attachment merupakan proses pembelajaran dimana ini akan muncul setelah adanya pembentukan rasa aman melalui pengalaman- pengalaman secara konsisten kepada individu. Kepercayaan juga merupakan kualitas penting dalam suatu hubungan kelekatan dengan teman sebaya.

Aspek kedua berikutnya yang memiliki skor tinggi yaitu aspek komunikasi. Pada remaja, aspek komunikasi ditunjukkan dengan adanya ungkapan perasaan, teman sebaya menanyakan permasalahan yang dihadapi individu, meminta pendapat teman sebaya dan teman sebaya membantu individu untuk memahami dirinya sendiri. Kepercayaan dan komunikasi merupakan dua aspek yang saling berhubungan. Ketika sebuah kepercayaan baik maka komunikasi yang terjalin juga baik. Oleh karenanya dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil analisis peer attachment pada remaja dalam penelitian ini tinggi. Ini dapat dilihat dari hasil perbandingan mean empiric dan pertanyaan terbuka.

c. Hasil Pertanyaan Terbuka

Hasil pertanyaan terbuka ini dipakai sebagai penunjang data untuk dapat mengetahui perasaan remaja. Berikut table hasil pertanyaan terbuka

Tabel 4

Hasil Pertanyaan Terbuka

Pertanyaan Jawaban Total

Apa arti teman menurut adik-adik

Tempat mencurahkan isi hati Orang yang dapat saya percaya

Orang yang mengenal saya dengan baik Orang yang selalu ada

Orang yang selalu mendukung saya Orang yang selalu mendengarkan saya

57 43 31 25 25 22 Pertanyaan terbuka 1 dijawab oleh keseluruhan responden, dimana terdapat 57 orang responden yang menjawab teman merupakan tempat mencurahkan isi hati, terdapat 43 orang responden yang menjawab teman merupakan orang yang dapat saya percaya, terdapat 31 orang responden yang menjawab teman merupakan orang yang mengenal saya dengan baik, terdapat 25 orang responden yang menjawab teman merupakan orang yang selalu ada, terdapat 25 orang responden yang menjawab teman merupakan orang yang selalu mendukung saya, dan terdapat 22 orang responden yang menjawab teman merupakan orang yang selalu mendengarkan saya.

(8)

Remaja dengan keterampilan yang baik dalam membangun keintiman merupakan remaja yang memiliki kedekatan emosional dengan orang lain, menunjukkan ketertarikan yang lebih pada sekolah serta menampilkan hasil akademis yang lebih baik, memiliki penyesuaian sosial yang baik, dan menunjukkan hubungan yang kuat dengan teman sebaya (Muntamah, 2016). Dari hasil pertanyaan terbuka tersebut dapat dilihat bahwa remaja memiliki kelekatan dengan teman sebaya yang tinggi. Teman merupakan tempat untuk mencurahkan segala perasaan dan orang yang selalu mendengarkan ketika remaja butuh seseorang ketika dalam situasi apapun.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peer attachment pada remaja termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini menandakan bahwa teman sebaya begitu berarti bagi kehidupan remaja. Remaja yang memiliki kelekatan dengan teman sebaya yang tinggi dapat membantu dalam kecakapan dan kesejahteraan sosial membantu keberhasilan remaja dalam hubungan intim dan harga diri pada awal masa dewasa.

Saran yang dapat diberikan kepada remaha yaitu diharapkan remaja mampu menjalin hubungan yang baik dengan teman sebaya untuk mempertahankan kelekatan yang sudah terbentuk sehingga remaja memiliki harga diri yang lebih tinggi dan dapat bersosialisasi dengan baik. Bagi orang tua diharapkan membangun kelekatan yang baik dengan anak sehingga kelekatan anak dengan teman sebaya merupakan kelekatan yang positif sehingga remaja tidak melakukan hal-hal di luar norma. Saran bagi penelitian selanjutnya yaitu diharapkan dapat menyempurnakan penelitian ini dengan menambah variabel lain dan menggunakan metode yang berbeda.

Dalam menjalani proses penelitian ini, peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak keterbatasan dan kekurangan, salah satu kekurangan pada penelitian ini yaitu peneliti tidak menambahkan variabel parental attachment, dimana variabel parental attachment itu sendiri memiliki keterkaitan dengan variabel peer attachment. Peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan variabel parental attachment sehingga lebih komprehensif ketika meneliti mengenai peer attachment.

DAFTAR PUSTAKA

Armsden, G.C., & Greenberg, M.T. (1987). The inventory of parent and peer attachment: Relationships to well-being in adolescence. Journal of Youth and Adolescence. 5, 427-454.

(9)

Barrocas, A.L. (2009). Adolescent attachment to parents and peers. (online). Diakses dari: http://ejournal.narotama.ac.id/files/barrocas%20thesisfinal.pdf. Desidearia, B. (2015). Banyak remaja yang beranggapan sesekali merokok aman.

Diambil dari: http://m.liputan6.com/health/read/2161448/banyak-remaja- yang-beranggapan-merokok-sesekali-aman. (Diakses pada 04 Agustus 2017 pukul 16.15 WIB).

Hurlock, & Elizabeth, B. (2006). Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga

Koohsar, A. A. H., & Bonab, B. G. (2011). Relation between quality of attachment and life satisfaction in high school administrators. Social and Behavioral Scienes, 30, 954-958.

Mappiare, A. (1982). Psikologi remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

Muntamah, J.A. (2016). Hubungan antara kelekatan terhadap teman sebaya dengan kematangan karir pada siswa kelas XI SMK Negeri 1 Trucuk Klaten. Jurnal Empati, 5(4), 705-710.

Neufeld, Gordon. & Mate, Gabor. (2004). Hold on to your kids: Why parents need to matter more than peers. Canada: Random House of Canada Limited.

Papalia, E. D. & Feldman, R. T. (2014). Menyelami perkembangan manusia: experience human development. Jakarta: Salemba Humanika.

Santrock, J.W. (2003). Adolescene. Jakarta: Erlangga.

Sarwono, S. W. (2001). Psikologi remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sarwono, S. W. (2006). Psikologi remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Singh, K. (2007). Quantitative social research methods. Los Angeles: Sage Publication Inc.

Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta.

(10)

Tito, F. (2016). 71 persen remaja suka curhat dengan teman sebaya. Diambil dari: http://beritajatim.com/pendidikan_kesehatan/266952/71_persen_remaja_suk a_curhat_dengan_teman_sebaya.html. (Diakses pada 09 September pukul 19.00 WIB).

Upton, Penney. (2012). Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Uzer, Moh., Lilis. (1993). Upaya optimalisasi kegiatan belajar mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Gambar

Gambar Kategorisasi Peer Attachment pada Responden

Referensi

Dokumen terkait

Pada masa kerajaan Majapahit agama Hindu mengalami perkembangan yang sangat pesat. Kehidupan keagamaan ditata dengan baik dan orang-orang suci Hindu mendampingi raja-raja

Nilai potensial int€raksi pasangan antar partikel di dalam inti yang sesungguhnya sangat sulit untuk dit€rfukan baik secra eksperimen maupun teori. Model-model yang

Tujuan: Untuk mengetahui perbaikan gejala klinis, fungsi penghidu dan kadar IL-8 sekret mukosa hidung, serta mencari korelasi antara IL-8 dengan fungsi penghidu pada RSK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui spesies tumbuhan paku yang berada di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat yang dilakukan pada tanggal 3 -

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompetensi konselor pada Pusat Pelayanan dan Perlindungan Keluarga Cilegon (P3KC) dalam memberikan pelayanan penanganan

[r]

Dengan memanfaatkan grid computing sebagai suatu rendering farm maka dapat melakukan proses render dengan menggunakan tools bantuan yaitu yadra yang dapat

3.Kualitas barang lebih baik  Tidak boleh ada tambahan biaya , pembeli berhak menerima maupun menolak... Waktu penyerahan barang pada saat jatuh tempo .. pembeli harus menerimanya