PERKEMBANGAN INDUSTRI DAN PENGARUHNYA TERHADAP TATA
RUANG WILAYAH KECAMATAN CIBINONG KABUPATEN BOGOR
Muhamad Tri Sasongko (Npm. 052107016)
ABSTRAK
Industri merupakan salah satu penggerak utama ekonomi wilayah yang akan berperan dalam peningkatan laju pertumbuhan ekonomi nasional dan perluasan kesempatan kerja. Salah satu upaya pemerintah dalam mendukung pengembangan sektor industri dituangkan melalui Perpres No 28 Tahun 2008, Undang-undang No. 5 Tahun 1984 dan Permen No. 24 Tahun 2009, mengamanatkan bahwa pengembangan industri merupakan faktor eksternal yang berpengaruh dalam perkembangan tata ruang khususnya di wilayah Kecamatan Cibinong.Industri skala besar di wilayah Kecamatan Cibinong disatu sisi merupakan harapan untuk memperkuat struktur ekonomi wilayah, tetapi disisi lain pengembangan industri juga mempengaruhi kondisi tata ruang tempat industri tersebut berlokasi.
Berdasarkan hasil analisis, pola serta arah perkembangan kawasan dan zona industri Kecamatan Cibinong tahun 2000 dan 2010 bahwa kegiatan industri di Kecamatan Cibinong membentuk pola linier disepanjang jalan negara (Jalan Raya Jakarta – Bogor) dan Jalan Mayor Oking yang terkonsentrasi di Kelurahan Nanggewer Mekar, Kelurahan Ciriung, Kelurahan Cirimekar dan Kelurahan Cibinong.
Adapun pengaruh perkembangan kawasan dan zona terhadap tata ruang wilayah Kecamatan Cibinong ditandai dengan terjadinya :
a. Pergeseran (perubahan) fungsi lahan pertanian menjadi lahan nonpertanian (industri dan permukiman). Alih fungsi lahan ini berpengaruh positif terhadap perkembangan ekonomi wilayah dan perkembangan sektor kegiatan perkotaan (perdagangan, jasa, perbankan, asuransi, dan sebagainya), serta berpengaruh negatif terhadap sektor pertanian.
b. Berbaurnya penggunaan lahan kegiatan kawasan/zona industri dan kegiatan lain berpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan penduduk dan berpengaruh negatif terhadap lingkungan (polusi udara dan suara) akibat kegiatan industri.
c. Timbulnya kegiatan ikutan akibat dari keberadaan kawasan dan zona industri yang lokasinya tidak diarahkan (melalui rencana umum maupun teknis) menyebabkan berpengaruh negatif terhadap tata ruang wilayah.
Kata Kunci : industri, tata ruang, Kecamatan Cibinong
PENDAHULUAN Latar Belakang
Pembangunan di wilayah perkotaan tentunya tidak lepas dari proses industrialisasi dan urbanisasi, sehingga pada wilayah perkotaan kecenderungan intensitas pemanfaatan lahan semakin tinggi. Akibat tingginya permintaan akan lahan di wilayah pusat kota, maka dalam jangka waktu tertentu secara alami akan terjadi suatu titik jenuh ketika akumulasi permintaan lahan dan penawaran lahan menjadi tidak seimbang. Fenomena tersebut menjadikan wilayah pinggiran menjadi alternatif yang ideal bagi pengembangan lahan, khususnya dalam pengembangan zona industri. Permasalahan industri tidak dapat dipisahkan dengan lahan, oleh karena itu untuk menilai suatu lahan yang dapat dipergunakan oleh industri, tidak dapat langsung mengadakan suatu batasan wilayah yang selanjutnya didirikan suatu industri atau dijadikan daerah
industri, namun tetap memperhatikan faktor fisik dan non fisik. Faktor fisik seperti geologi & geomorfologi, jenis tanah/ bentuk lahan, hidrologi, iklim, dan penggunaan lahan. Sedangkan faktor non fisik meliputi masyarakat sekitar, mata pencaharian penduduk sekitar, dan kebijakan pemerintah.
Pertumbuhan ekonomi yang mengandalkan sektor industri telah menjadikan sektor industri sebagai sektor yang memegang peranan penting dalam menunjang pembangunan nasional. Dengan mengandalkan sektor industri dalam pembangunan nasional akan menjadikan sektor industri sebagai sektor yang strategis dalam mengarahkan usaha-usaha untuk menciptakan landasan pembangunan yang kokoh bagi pembangunan jangka panjang. Hal ini berarti bahwa pembangunan industri dapat menjadikan sektor industri lebih efisien dan dapat meningkatkan peranan sektor industri dalam perekonomian nasional, sehingga pembangunan industri yang merupakan strategi
nasional dapat meningkatkan nilai tambah yang ditujukan untuk memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha.
Sehubungan dengan hal tersebut, sejak tahun 1989 Pemerintah telah menetapkan Keputusan Presiden (Keppres) No 53 tahun 1989 tentang Kawasan Industri dan Keppres No 98 tahun 1993 (tentang perubahan Keppres No 53 tahun 1989) yang bertujuan :
1. Mempercepat pertumbuhan industri 2. Memberikan kemudahan bagi kegiatan
industri
3. Mendorong kegiatan industri untuk berlokasi dikawasan industri
4. Menyediakan fasilitas lokasi industri yang berwawasan lingkungan
Salah satu arahan kebijakan pembangunan jangka panjang yang dititikberatkan pada pembangunan ekonomi, khususnya dibidang industri adalah pembangunan industri yang mampu membawa perubahan-perubahan fundamental dalam struktur ekonomi Indonesia, sehingga pembangunan industri harus dapat mendorong terwujudnya struktur ekonomi yang maju. Selain itu, proses industrialisasi harus mampu mendorong berkembangnya sektor industri sebagai penggerak utama ekonomi dalam peningkatan laju pertumbuhan ekonomi nasional dan perluasan kesempatan kerja. Hal ini berarti bahwa industri merupakan instrument yang harus mampu mentransformasikan sektor-sektor ekonomi lainnya, seperti sektor pertanian, sektor pertambangan dan energi, sektor perhubungan, sektor pariwisata dan sektor jasa menjadi sektor-sektor yang semakin produktif dalam menunjang pertumbuhan ekonomi.
Dalam rangka pengembangan sektor industri dan dalam upaya menindaklanjuti Keppres No 53 tahun 1989, Pemerintah Daerah Jawa Barat melalui SK Gubernur Jawa Barat Nomor 953 tahun 1990 tentang Pemberian Ijin Pembangunan Kawasan Industri telah menetapkan wilayah seluas 18.000 hektar bagi pembangunan kawasan industri di Propinsi Jawa Barat, termasuk Kabupaten Bogor yang didalamnya terdapat Kecamatan Cibinong yang wilayahnya bisa berkembang dengan tumbuhnya kegiatan industri.
Propinsi Jawa Barat merupakan wilayah yang sangat diminati oleh para pengusaha industri. Hal ini dapat dilihat dari besarnya penerimaan penanaman modalnya (PMA dan PMDN), yaitu hampir 50% dari total penanaman modal di Indonesia berlokasi di Jawa Barat. Para pengusaha Industri memilih
wilayah tersebut karena adanya beberapa keuntungan komparatif, yaitu :
1. Lokasi yang relatif dekat dengan Jakarta 2. Tersedianya infrastruktur
3. Tersedianya sumberdaya manusia
Pembangunan industri dengan skala besar akan memberikan pengaruh bagi wilayah tempat berlokasinya industri tersebut. Pengaruh ini ada yang terlihat dalam jangka pendek dan juga dalam jangka waktu yang panjang. Pengaruh yang akan ditimbulkan dalam jangka panjang setelah kegiatan industri tersebut berproduksi dan berkembang, antara lain : 1. Perkembangan ekonomi wilayah dan kota, 2. Berkembangnya lapangan kerja disektor
jasa,
3. Pertumbuhan dan perubahan sosial penduduk.
Sedangkan dalam jangka pendek pengaruh yang segera timbul dengan dimulainya kegiatan industri tersebut, adalah : 1. Masalah lahan dan tata ruang wilayah, 2. Masalah lingkungan (polusi).
Tujuan Studi
Bertitiktolak dari permasalahan yang berkaitan dengan pengembangan kawasan industi, maka tujuan studi ini adalah :
1. Mengidentifikasi perkembangan kawasan dan zona industri tahun 2000 dan tahun 2010
2. Mengkaji pengaruh perkembangan kawasan industri pada tahun 2000 dan 2010 terhadap tata ruang wilayah Kecamatan Cibinong Tinjauan Pustaka
Menurut Undang-undang No. 5 Tahun 1984 Tentang Perindustrian, definisi industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi yang nilai kegunaan dan nilai ekonominya lebih tinggi untuk penggunaannya termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.
Berdasarkan Keppres 41 tahun 1996 tentang Kawasan Industri, definisi yang berkaitan dengan industri adalah :
1. Kawasan Industri (Industrial Estate),
adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri pengolahan yang dilengkapi dengan prasarana, sarana dan fasilitas penunjang lainnya yang disebabkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri. 2. Zona industri, adalah daerah tempat
tumbuh dan berkembangnya kegiatan industri yang beraglomerasi dengan kegiatan sosial ekonomi lain, dengan industri sebagai penggerak utama (prime
mover) dan sektor pendorong (leading sector).
3. Kawasan Berikat (Export Processing Zona), adalah areal yang secara khusus
disediakan bagi industri yang produk orientasi ekspornya lebih dari 85%.
Dari sebanyak 203 kawasan industri yang pernah direncanakan di Indonesia, sampai saat ini terdapat 68 kawasan industri yang beroperasi. Sebagian besar berada di propinsi di Pulau Jawa, Pulau Sumatera pada propinsi Riau (Batam) dan Sumut.
Kawasan industri atau sering pula disebut industrial estate adalah suatu kawasan atau tempat pemusatan kegiatan industri pengolahan yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana seperti lahan dan lokasi yang strategis serta fasilitas penunjang lainnya, seperti listrik, air, telepon, jalan, tempat pembuangan limbah, yang telah disediakan oleh perusahaan pengelola kawasan industri. Semula, perusahaan pengelola kawasan industri tersebut hanya dikuasai oleh pemerintah (BUMN), tetapi sekarang perusahaan swasta pun telah banyak diberi izin untuk membuka atau mengelola kawasan industri tersebut.
Berdasarkan Undang-undang No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan dengan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional. Tata ruang yang dimaksud dalam studi ini adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik yang direncanakan (lingkungan buatan) maupun yang tidak direncanakan (lingkungan alamiah). Tata ruang yang direncanakan misalnya kawasan permukiman, kawasan industri dan sebagainya. Sedangkan tata ruang yang tidak direncanakan meliputi wilayah aliran sungai, danau, suaka alam, gunung dan perbukitan.
Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan agar :
a. terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan; b. terwujudnya keterpaduan dalam
penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan
c. terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
Pengaruh Kegiatan Industri Terhadap Perkembangan Tata Ruang Wilayah
Perkembangan industri akan memberikan dampak bagi wilayah tempat berlokasinya industri tersebut. Menurut Edianto (1987) dalam Lastuti (1999) dampak yang dimaksud disini adalah pengaruh dari suatu kegiatan, selain itu dampak juga berarti perubahan. Dengan demikian, dampak dapat diartikan sebagai pengaruh dari suatu kegiatan terhadap suatu keadaan sehingga keadaan tersebut mengalami perubahan. Terjadinya perubahan dapat diketahui jika keadaan semula, yaitu keadaan sebelum kegiatan tersebut bekerja diketahui. Dampak yang dimaksud dalam studi ini adalah pengaruh yang ditimbulkan oleh perkembangan kawasan dan zona industri di Kecamatan Cibinong terhadap perubahan fisik (tata ruang) wilayahnya.
Pembangunan industri dengan skala besar memberikan pengaruh positif maupun negatif. Positif, bila pengaruh yang terjadi sesuai dengan harapan dan perlu dikembangkan, sedangkan negatif apabila pengaruh yang terjadi tidak sesuai dengan harapan dan perlu dicegah maupun ditanggulangi. Pengaruh-pengaruh yang akan dirasakan dengan adanya kegiatan industri antara lain :
1. Perkembangan ekonomi wilayah,
2. Pertumbuhan dan perubahan sosial penduduk,
3. Masalah lingkungan (polusi),
4. Masalah lahan dan tata ruang wilayah, 5. Berkembangnya lapangan kerja disektor
jasa.
Sagala mengemukakan bahwa adanya pembangunan industri telah menimbulkan permasalahan-permasalahan :
1. Terlihat adanya pergeseran lahan pertanian yang subur oleh kegiatan industri,
2. Terjadinya pola-pola penggunaan lahan yang bersifat tercampur (mixed use) antarsektor industri dengan sektor kegiatan sosial ekonomi lain dengan karakteristik yang bertolak belakang (kontras),
3. Timbulnya tata ruang yang berantakan dan tumbuhnya rumah-rumah kontrakan disekitar pusat-pusat kegiatan industri, terutama disebabkan perencanaan kegiatan industri tidak diikuti perencanaan permukiman buruh maupun jasa penunjang lainnya.
4. Penyediaan infrastruktur oleh lintas sektor terkait kalah cepat dengan perkembangan sektor indutri, terutama fasilitas listrik, penyediaan air bersih maupun sistem telekomunikasi.
Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2008 Tentang Kebijakan Industri Nasional
Industri didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan/atau barang jadi mentah barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Industri nasional yang tangguh ditujukan untuk mencakup kemampuan produksi nasional di semua sektor (Primer, Sekunder, dan Tersier).
Perkembangan industri hingga tahun 2006 tercatat bahwa cabang-cabang industri yang memberikan sumbangan tinggi terhadap pembentukan PDB (Product Domestic Bruto) industri pengolahan non migas. Dalam pengembangan industri, Pemerintah melakukan pengaturan, pembinaan, dan pengembangan. Pengaturan disini maksudnya guna mewujudkan perkembangan industri yang lebih baik, secara sehat dan berhasil guna, mencegah persaingan yang tidak jujur serta mencegah pemusatan atau penguasaan industri oleh suatu kelompok atau perorangan dalam bentuk monopoli yang dapat merugikan masyarakat. Dalam hal pembinaan dan pengembangan, pemerintah melakukan : 1. Keterkaitan antara bidang-bidang usaha
industri untuk meningkatkan nilai tambah serta sumbangan yang lebih besar bagi pertumbuhan produksi nasional;
2. Keterkaitan antara bidang usaha industri dengan sektor-sektor bidang ekonomi lainnya yang dapat meningkatkan nilai tambah serta sumbangan yang lebih besar bagi pertumbuhan produksi nasional; 3. Pertumbuhan industri melalui prakarsa,
peran serta, dan swadaya masyarakat. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2009
Tentang Kawasan Industri
Kawasan Peruntukan Industri adalah bentangan yang diperuntukkan bagi kegiatan industri berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pembangunan Kawasan Industri bertujuan untuk :
a. Mengendalikan pemanfaatan ruang; b. Meningkatkan upaya pembangunan industri
yang berwawasan lingkungan;
c. Mempercepat pertumbuhan industri didaerah;
d. Meningkatkan daya saing industri; e. Meningkatkan daya saing investasi; dan f. Memberikan kepastian lokasi dalam
perencanaan dan pembangunan infrastruktur, yang terkoordinasi antar sektor terkait.
Dalam pasal 10 disebutkan bahwa luas lahan untuk suatu kawasan industri paling rendah adalah 50 (lima puluh) hektar dalan satu hamparan, sedangkan luas lahan kawasan industri tertentu untuk Usaha Mikro, Kecil, dan menengah adalah paling rendah 5 (lima) hektar dalam satu hamparan.
Kebijakan Wilayah Berdasarkan RTRW kabupaten Bogor Tahun 2005 – 2025
Dalam rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Bogor dijelaskan bahwa pengembangan wilayah yang mencakup aspek pengembangan sumberdaya alam dan pengembangan sumberdaya manusianya, direncanankan melalui perumusan struktur ruang yang diarahkan pada :
a. Kegiatan ekonomi yang berbasis pada sumber daya hutan, pertanian dan industri pengolahan yang meliputi perikanan, pertambangan, pariwisata dengan tetap memperhatikan aspek pelestarian lingkungan kawasan hutan yang memiliki nilai-nilai konservasi.
b. Pengembangan diwilayah bagian selatan Kabupaten Bogor (lereng Gunung Salak, Gunung Gede Pangrango dan sekitarnya/Kecamatan Tamansari, Ciawi, Megamendung, dan Cisarua) dikendalikan secara ketat karena terkait fungsinya sebagai kawasan perlindungan bagi wilayah bawahnya.
c. Pengembangan diwilayah selatan sebelah barat (lereng Gunung Salak dan Halimun, meliputi Kecamatan Ciomas, Tenjolaya, Pamijahan, Nanggung, Leuwiliang dan Sukajaya) dikendalikan secara ketat karena terkait fungsinya sebagai kawasan perlindungan bagi wilayah bawahnya. d. Pengembangan Jalan Lintas :
- Tol Jagorawi – Jalan Tegar Beriman – Kemang – Gunung Sindur (alternatif menuju Tangerang)
- Poros selatan – utara pada wilayah Bogor Barat/poros Cianteun (menghubungkan wilayah Sukabumi – Tangerang)
- Poros tengah barat – timur (Sentul – Tanjungsari) untuk membuka keterisolasian (alternatif puncak yang menghubungkan Bogor – Cianjur)
Dalam RTRW Propinsi Jawa Barat (Perda No 2 Tahun 2003), Kabupaten Bogor diposisikan sebagai wilayah andalan pengembangan industri, dan pariwisata, disamping pertanian menjadi basis utama perekonomian masyarakat, dengan pusat pelayanan utama berada di Kota Cibinong.
Kebijakan Wilayah Berdasarkan RDTR Cibinong raya Tahun 2010
Berdasarkan kebijakan struktur ruang Kawasan Cibinong Raya, maka Kawasan Cibinong saat ini terdiri dari dua pusat utama, yaitu Kota Cibinong sebagai pusat perdagangan dan jasa, dan pusat pemerintahan Kabupaten Bogor di kawasan Tegar Beriman; dimana keduanya memiliki letak yang saling berdekatan. Namun perkembangan kawasan ini dimasa yang akan datang akan mengarah pada pusat lebih banyak, dimana perkembangan permukiman akan menjadi pemicu pertumbuhan pusat ini.
Kegiatan industri dan pergudangan pada Kawasan Cibinong Raya yang mempunyai fungsi primer adalah beberapa jenis pergudangan dan industri. Kegiatan industri dan pergudangan dapat menampung stok barang untuk mendukung kegiatan perdagangan dan distribusi. Kegiatan industri ini ditempatkan pada kawasan industri dan atau mengelompok pada daerah disekitar kawasan ini. Sementara itu, kualitas pemanfaatan ruang pada lingkungan industri yang ada sekarang ada pada pusat primer, yaitu Kecamatan Cibinong (Jalan Raya Bogor) dan di Kecamatan Citeureup perlu untuk lebih dimaksimalkan lagi, antara lain melalui perbaikan kualitas bangunan, pengelolaan limbah padat, cair dan gas ke lingkungan dalam sistem buangan limbah yang tidak mencemari tanah, air dan udara, khususnya yang berada dekat dengan kawasan permukiman yang berada disekitar lingkungan industri tersebut.
Secara umum, kriteria jenis industri yang akan dikembangkan di Kawasan Cibinong, diantaranya berupa :
Industri padat modal yang menggunakan teknologi sedang hingga tinggi
Industri yang tidak membutuhkan banyak air dan tidak menimbulkan pencemaran lingkungan (non industri polutif)
Industri yang memanfaatkan sumber daya alam yang ada di Kawasan Cibinong dan wilayah sekitarnya sebagai bahan baku, sehingga dapat mempercepat proses pengembangan wilayah sekitarnya dan daerah belakangnya
Industri yang mempunyai potensi pasar dan mempunyai daya saing tinggi, baik jenis industri yang memanfaatkan teknalogi tinggi maupun yang padat tenaga kerja Industri kecil yang dikelola oleh
masyarakat setempat, baik berupa industri kerajinan maupun industri makanan khas setempat.
Penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Cibinong pada tahun 2010 didominasi oleh perumahan sebesar 1.811 ha, kebun campuran sebesar 1.051 ha, dan sawah tadah hujan sebesar 737 ha, sedangkan untuk penggunaan lahan disektor industri belum terlalu besar namun disetiap Kelurahan sudah ada. Untuk penggunaan lahan industri yang paling besar yaitu terdapat di Kelurahan Cirimekar yaitu sebesar 34 ha, lalu di Kelurahan Nanggewer Mekar yaitu sebesar 33 ha.
Tabel 8
Penggunaan Lahan di Kecamatan Cibinong Tahun 2010
No Kelurahan Permukiman (ha) Kebun Campuran (ha) Sawah Tadah Hujan (ha) Lain-lain (ha) Industri (ha) Jumlah (ha) Pros enta se (%) 1 Karadenan 178 110 80 37 4 409 9,5 2 Nanggewer 144 94 70 50 8 366 8 3 Nanggewer Mekar 96 50 44 30 33 253 6 4 Cibinong 190 109 115 50 7 471 11 5 Pakansari 196 82 120 63 14 475 12 6 Sukahati 202 180 45 40 2 469 11 7 Tengah 91 110 35 86 4 326 7 8 Pondok Rajeg 63 60 50 25 3 201 5 9 Harapan Jaya 106 101 27 25 6 265 6 10 Pabuaran 320 60 0 36 9 425 10,5 11 Cirimekar 50 0 41 47 34 172 5 12 Ciriung 142 81 100 32 17 372 9 Jumlah 1.778 1.037 727 521 141 4.204 100
Perkembangan industri di Kecamatan Cibinong telah menunjukkan perannya dalam membentuk struktur perekonomian wilayah. Adanya pengembangan kawasan dan zona industri di Kecamatan Cibinong juga telah menimbulkan pengaruh terhadap kondisi tata ruang wilayahnya, ditandai dengan adanya : a. Pergeseran/perubahan fungsi lahan kebun
campuran menjadi nonpertanian (industri dan permukiman). Alih fungsi lahan ini berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi wilayah dan perkembangan sektor kegiatan perkotaan (perdagangan), jasa, perbankan, asuransi, dan sebagainya), serta berpengaruh negatif terhadap sektor pertanian.
b. Berbaurnya penggunaan lahan kegiatan fungsi primer (contohnya, kawasan/zona industri) dan fungsi sekunder (contohnya, perumahan dan warung/toko). Berbaurnya penggunaan lahan ini berpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan penduduk dan berpengaruh negatif terhadap lingkungan (polusi udara dan suara) akibat kegiatan industri.
c. Timbulnya kegiatan penunjang kawasan dan zona industri, yaitu berkembangnya sarana sosial ekonomi, seperti perdagangan, jasa, pendidikan dan kesehatan. Berkembangnya sarana sosial ekonomi ini berpengaruh positif terhadap peningkatan pelayaran sosial ekonomi penduduk, dan jika lokasinya tidak diarahkan melalui rencana umum maupun teknis akan berpengaruh negatif terhadap tata ruang wilayah.
KESIMPULAN
1. Pola perkembangan kawasan dan zona industri di Kecamatan Cibinong dalam kurun waktu 2000 – 2010 membentuk pola linier disepanjang jalan negara (Jalan Raya Jakarta – Bogor dan Jalan Mayor Oking) dan terkonsenterasi di Kelurahan Nanggewer Mekar, Ciriung, Cirimekar dan Cibinong.
2. Perkembangan industri di Kecamatan Cibinong menunjukkan perannya dalam membentuk struktur perekonomian wilayah, dimana secara tidak langsung keberadaan kegiatan industri ini menambah pendapatan ekonomi wilayah khususnya di Kecamatan Cibinong itu sendiri. Adanya pengembangan industri di Kecamatan Cibinong juga telah menimbulkan pengaruh terhadap kondisi tata ruang wilayah, ditandai dengan adanya :
a) Pergeseran atau perubahan penggunaan lahan, yaitu alih fungsi lahan dari permukiman, tegalan atau perkebunan yang berubah menjadi lahan industri. Perubahan lahan ini berpengaruh positif terhadap perkembangan ekonomi wilayah dan sektor kegiatan perekonomian seperti salah satunya adalah sektor perdagangan dan jasa, serta berpengaruh terhadap sektor transportasi yang mengakibatkan kemacetan lalu lintas pada waktu-waktu tertentu.
b) Jenis industri yang mendominasi di Kecamatan Cibinong adalah industri pakaian jadi dan kulit, industri kimia, industri makanan, minuman dan tembakau.
c) Dengan adanya industri yang berkembang di Kecamatan Cibinong mengakibatkan terjadinya keterkaitan sektor, hal ini ditujukan dengan munculnya kegiatan-kegiatan sektor pembangunan lain yang terkait dengan adanya kegiatan industri. Munculnya kegiatan sektor lain mendorong pula tersedianya kesempatan kerja yang pada akhirnya dapat menyerap tenaga kerja yang tersedia. Beberapa sektor yang akan dikaji dalam keterkaitan industri sektor lain yaitu perdagangan dan jasa, transportasi dan tenaga kerja. 3. Sesuai dengan arahan RDTR Cibinong
Raya tahun 2010, kegiatan industri yang telah ada dengan skala lebih dari industri rumah tangga, maka perkembangannya akan dibatasi dan diarahkan ke kawasan industri di Kecamatan Citeureup. Hal ini dilakukan guna menanggulangi permasalahan akibat kegiatan industri yang sudah muncul seperti kemacetan, polusi dan penggunaan lahan yang tidak sesuai peruntukkannya.
SARAN
1. Perlunya peraturan daerah yang mengatur perkembangan industri baru disepanjang jalan negara (Jalan Raya Jakarta – Bogor dan Jalan Mayor Oking), serta mengarahkan perkembangan kegiatan industrinya pada lokasi kawasan industri yang sudah ada.
2. Dilihat dari kecenderungan serta potensi yang berkembang terus di Kecamatan Cibinong, maka dalam upaya pengembangan industri pada masa mendatang diperlukan prioritas pengembangan industri pada kawasan
industri yang sudah disiapkan sehingga tidak menggunakan lahan-lahan pertanian yang masih produktif.
3. Dalam upaya mengurangi konflik yang terjadi akibat adanya pembauran penggunaan lahan kegiatan fungsi primer dan fungsi sekunder disekitar kawasan dan zona industri, diperlukan adanya pengendalian dan pengawasan yang ketat terhadap para pengelola kawasan industri dan pengusaha industri dalam hal pengelolaan polusi yang ditimbulkan oleh kegiatan industri.
4. Untuk menghindari timbulnya pengaruh perkembangan industri yang tidak diharapkan, maka dalam pengembangannya di Kecamatan Cibinong diperlukan adanya koordinasi yang baik serta kerjasama antara pemerintah, pihak swasta, baik sebagai
penanam modal maupun
pengembang/developer dan juga masyarakat. Selain itu, perlu juga diberikan penyuluhan-penyuluhan (kepada pihak swasta maupun masyarakat) terutama yang berkaitan dengan pengembangan industri. 5. Untuk mengantisipasi terjadinya
perkembangan tata ruang pada masa yang akan datang, maka penyusunan perangkat pengendalian tata ruang, dari rencana umum sampai rencana teknis khususnya wilayah studi disekitar kawasan dan zona industri perlu disusun untuk mengimbangi perkembangan yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
A, M, Sunjana. 2006 Identifikasi Pengaruh
Kegiatan Industri Terhadap Tata Ruang Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi, Tugas Akhir,
Jurusan Perencanaan Wilayah Dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Pakuan, Bogor.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, 2012
Kabupaten Bogor Dalam Angka,
Kabupaten Bogor.
Bappeda Kabupaten Bogor, 2012 Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW), Kabupaten
Bogor.
D, Cominac, 2008, Identifikasi Lahan Potensial
Untuk Pengembangan Kawasan Perumahan Di Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor, Tugas
Akhir, Jurusan Perencanaan Wilayah Dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Pakuan, Bogor.
Keppres No. 53/1989 Tentang Kawasan
Industri, Pasal 2, Departemen Perindustrian, Jakarta.
Keppres No. 98/1993, tentang Perubahan
Keppres, Republik Indonesia No.
53/1989 Tentang Kawasan Industri, Pasal 1 Ayat 1, Halaman 67.
Kwanda, Timiticin, 2000, Pengembangan
Kawasan Industri di Indonesia.
Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra, Jakarta. Lastuti, Dewi Catur, 1999, Perkembangan
Industri dan Pengaruhnya Terhadap Tata Ruang Wilayah (Studi Kasus : Kawasan dan Zona Industri di Kabupaten DATI II Bekasi), Tugas
Akhir, Jurusan Perencanaan Wilayah Dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Pakuan, Bogor.
Nazir, Moh. 2005, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2009 Tentang Kawasan Industri.
Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2008 Tentang Kebijakan Industri Nasional.
Sagala, Arriyanto, 1995, Kebijaksanaan Pengembangan dan Penyebaran Kawasan Industri Dalam Mengatasi Masalah Pengalokasian Tanah Secara Seimbang dan Efisien,
Departemen Perindustrian, Jakarta. Sugiarto, Endar, 1999, Psikologi Pelayanan
dalam Industri Jasa, Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.
Sutanto, 1991. Dasar-dasar Manajemen. Edisi Baru. CV. Miswa. Jakarta.
Undang-undang No. 5 Tahun 1984 Tentang Perindustrian.
Undang-undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.
Program Studi Perencanaan Wilayah Dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Pakuan, 2006, Evaluasi Rencana Detail Tata
2008 (Studi Kasus : Kelurahan Naggewer, Nanggewer Mekar, Karadenan, Sukahati, Pakansari, dan Cibinong, Laporan Akhir Studio
Perencanaan Kota, Bogor.
RIWAYAT PENULIS
Muhamad Tri Sasongko, Mahasiswa Strata 1 (satu) jurusan Teknik Planologi Universitas Pakuan Bogor.