• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proceding Seminar Nasional Biotik 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Proceding Seminar Nasional Biotik 2016"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Proceding

Seminar Nasional Biotik 2016

Pendidikan Berbasis Bio-Enterpreneurship dalam Mempersiapkan Sumber Daya

Manusia pada Era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

(3)

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta

Pasal 2:

1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundangundangan yang berlaku.

Ketentuan Pidana Pasal 72:

1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan per buatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(4)

Proceding Seminar Nasional

BIOTIK 2016

Pendidikan Berbasis Bio-Enterpreneurship dalam Mempersiapkan Sumber Daya Manusia pada Era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

Editor Sri Mulyani Endang Susilowati

Karman Yon Vitner Debby A. J. Selanno Fakhri Yacob Mursito SB Roni Koneri Mudatsir

Universitas Negeri Semarang Universitas Negeri Mataram Institut Pertanian Bogor Universitas Pattimura

Universitas Negeri Islam Ar-Raniry Universitas Tadulako

Universitas Sam Ratulangi Universitas Syiah Kuala

Layout & Sampul Safryadi A

(5)

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

CopyRight©2016 FTK Ar-Raniry Press, All Right Reserved PO. 978.5-9

Proceding Seminar Nasional Biotik 2016

“Pendidikan Berbasis Bio-Enterpreneurship dalam Mempersiapkan Sumber Daya Manusia pada Era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

Editor: Sri Mulyani Endang Susilowati, dkk. Desain & Layout: Safriyadi A.

ISBN: 978-602-18962-9-7

Diterbitkan oleh: FTK Ar-Raniry Press

(Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry) Brkerjasama dengan:

Prodi Pendidikan Biologi (PBL) FTK UIN Ar-Raniry Redaksi:

Jln. Syech Abdur Rauf, Kopelma Darussalam, Banda Aceh, Aceh-Indonesia

Kode Pos: 23111

Telp.: (0651) 7551423/ 0813-75-018656 E-mail: ftk_arranirypress@yahoo.com

Website: tarbiyah.ar-raniry.ac.id Cetakan Pertama: Mei 2016

ISBN: 978-602-18962-9-7

Hak cipta dilindungi Undang-undang.

Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari penerbit.

(6)

KATA PENGANTAR

uji syukur kehadhirat Ilahi Rabbi yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry, telah dapat menyukseskan seminar nasional tahunan pada tanggal 3 Mei 2016 di auditorium Ali Hasjmy. Pendidikan Berbasis Bio-Entrepreneurship dan Pelestarian Sumber Daya Alam Hayati Dalam Mempersiapkan Sumber Daya Manusia Pada Era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) merupakan tema yang diusung pada Seminar Nasional Biotik tahun ini, dengan harapan dapat meningkatkan kesadaran dan pemahaman insane akademik akan pentingnya pengetahuan dan ketrampilan entrepreneur berbasis biologi (Bio-entrepreneurship).

Terselenggaranya seminar nasional kali ini berkat kerjasama dari berbagai pihak, terutama para keynote speakers: Dr. Hari Sutrisno dari Research Centre for Biology-LIPI, membahas tentang “Peran Ilmu Dasar Biosistematika Pada Era Bioteknologi, Jennifer Draiss dari Sumatran Orangutan Conservation Programm (SOCP), pakar Ekologi Tumbuhan Dr. Djufri, M.Si dan Ir. Khairullah dari Universitas Syiah Kuala, masing-masing membicarakan “Potensi Padang Rumput (Grassland) sebagai Peluang Usaha Prosfektif yang Belum dimanfaatkan Secara Optimal” dan "Peluang Entrepreneur Dalam Pengembangan Pertanian Berbasis Sumber Daya Manusia dan Lingkungan (Budidaya Jamur Merang). Keynote speaker lainnya yaitu Dr. Chumidach Roini dari Universitas Kairun Ternate, mendiskusikan “Pemberdayaan Potensi Entrepreneurship Mahasiswa Pendidikan Biologi melalui Pembelajaran Kontektual Berbasis Keunggulan Lokal Daerah”.

Seminar Nasional Biotik 2016 ini mendapat perhatian dari berbagai perguruan tinggi dan instansi terkait melalui partisipasi aktif dalam seminar sesiparalel yang berjumlah 61 makalah dan 350 partisipan non-pemakalah, berasal dari dosen, peneliti, paraguru sekolah/madrasah dan mahasiswa (strata 1, 2, 3) diantaranya: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Pertanian, Fakultas Kelautan dan Perikanan, dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Syiah Kuala, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ubudiyah, Universitas Muhammadiyah, Universitas Serambi Mekkah, Universitas Gunung Leuser Aceh Tenggara, Dinas Pertanian, Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Melalui Seminar Nasional Biotik ini akan terjalin kerjasama antar lembaga pendidikan, penelitian dan instansi terkait dalam mengembangkan potensi entrepreneur mahasiswa dengan memanfaatkan sumber daya alam melalui bioteknologi.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah mendukung terselenggaranya seminar ini, khususnyapara keynote speakers dan pemakalah sesi paralel serta partisipan, yang dengan ikhlas telah berbagi pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman mereka. Terima kasih juga dihaturkan kepada Sumatran Orangutan Conservation Program, PT Lafarge Cement Indonesia, dan para donator lain yang turut menyukseskan seminar ini.

(7)

ii

Penghargaan dan terima kasih atas kerja keras panitia dan dukungan para pimpinan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry sehingga seminar ini berjalan seperti yang direncanakan. Semoga Allah melipatgandakan ganjaranNya, amiiin ya rabbal‘alamin.

Banda Aceh, 3 Mei 2016

Ketua Program Studi Pendidikan Biologi FakultasTarbiyahdan Keguruan UIN Ar-Raniry,

Dra. Nursalmi Mahdi, M.Ed.St NIP. 19450223 198503 2 001

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... iii UCAPAN TERIMA KASIH... viii MAKALAH UTAM A

1. Peran Ilmu Dasar Biosistematika pada Era Bioteknologi

Hari Sutrisno... 1 2. Potensi Padang Rumput (Grasland) Sebagai Peluang Usaha Prospektif Belum

Dimanfaatkan Secara Optimal

Djufri ... 6 3. Memberdayakan Potensi Entrepreneurship Mahasiswa Pendidikan Biologi Melalui

Pembelajaran Kontekstual Berbasis Keunggulan Lokal Daerah

Chumidach Roini ... 20

MAKALAH PARALEL E K O L O G I

4. Analisis Morfologi Cangkang Neritidae di Ekosistem Mangrove Sungai Reuleng Leupung Kabupaten Aceh Besar

M. Ali S & Asril Mursawal... 25 5. Jenis Rhopalocera Pada Beberapa Tipe Habitat di Pulo Breueh Kabupaten Aceh Besar

Azimah, Ibtihal Maghfirah, Wiwis Maria & Samsul Kamal ... 31 6. Komposisi Jenis dan Kepadatan Porifera di Kawasan Konservasi Perairan Sublitoral

Rinon Pulo Breuh Kecamatan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar

Fastawa, Zakiyul Fuad & Fannia Hidayati ... 34 7. Kepadatan Plankton di Hulu Sungai Krueng Raba Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh

Besar

Mimie Saputri, M. Ali S & Rendi Aditya... 37 8. Karakteristik Spesies Karang di Perairan Pulo Breuh Aceh Besar

Elita Agustina, M. Aria Mardiansyah, Muhammad Doudi & Sahibul Annas ... 43 9. Upaya dan Peran Serta Masyarakat dalam Menanggulangi Konflik Manusia-Gajah

(Elephas Maximus Sumatranus) di Provinsi Aceh

Kaniwa Berliani, Hadi S. Alikodra, Burhanuddin Masy’ud & Mirza Dikari Kusrini.... 49 10. Dampak Pengalihan Lahan Mangrove Terhadap Keanekaragaman Benthos di

Kecamatan Jaya Baru Kota Banda Aceh

Fitria Ulfa, M. Ali S & Abdullah ... 57 11. Spesies Ikan Karang di Zona Sublitoral Perairan Rinon Pulo Breuh Aceh Besar

(9)

iv

12. Jenis-Jenis Collembola di Kawasan Rinon Pulo Aceh

Ansari, Awawin Imamah Akhyar, Nurmi & Firman Rija Arhas ... 68 13. Cadangan Karbon pada Tumbuhan Hutan Kota Banda Aceh

Nurdin Amin ... 71 14. Stok Karbon Pohon di Kawasan Rinon Pulo Breuh Aceh Besar

Maulida, Farhaton, Hera Dini & Muslich Hidayat ... 81 15. Tumbuhan Berguna di Kecamatan Lembah Seulawah, Provinsi Aceh

Iqbar, Masykur & Rindayu Putri... 85 16. Jenis Tumbuhan Sebagai Obat Penyakit Diabetes Mellitus pada Masyarakat Rundeng

Kota Subulussalam

Hasanuddin & Kusyanti ... 95 17. Analisis Kualitas Tanah dan Upaya Mitigasi Bencana Hidrologis di Sub DAS Krueng

Jreue Aceh Besar

Helmi, Hairul Basri, Sufardi & Helmi ... 101 18. Kajian Kuantifikasi Simpanan Karbon pada Hutan Kota Putroe Phang Kota Banda Aceh

Sebagai Referensi Mata Kuliah Ekologi dan Masalah Lingkungan

Nur’aini, Elita Agustina & Samsul Kamal... 109 BIODIVERSITAS

19. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis Raffles) di Kawasa Mercusuar William Torent III Meulingge Kecamatan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar

Anita, Ikhmatal Murdi, Lia Safwani & Hedriansyah ... 115 20. Populasi Serangga Pohon di Kawasan Rinon Pulo Breuh, Kabupaten Aceh Besar

Azhari, Susi Mulyanti, Yusra & Najmul Falah ... 119 21. Kemiripan Serangga Nocturnal pada Beberapa Warna Lampu Perangkap Jebak di

Kawasan Rinon Pulo Breuh, Aceh Besar

Cut Nanda Mutia, Dessri Wahyuni, Soraya Ulfah & Najmul Falah... 122 22. Keanekaragaman Serangga pada Perdu di Kawasan Rinon Pulo Breuh Kabupaten Aceh

Besar

Indri Yetti, Nailul Muna, Novia Vivi Yanti & Syukriah ... 126 23. Keanekaragaman Burung pada Beberapa Tipe Habitat di Desa Rinon Kecamatan Pulo

Aceh Kabupaten Aceh Besar

Juliana, Rahliana, Selli Yudini & Samsul Kamal ... 130 24. Keanekaragaman Serangga Nokturnal di Kawasan Hutan Sekunder Rinon Pulo Breuh

Aceh Besar

Lisa Fatmala, Safiratul Fithri, Vera Purnama & Najmul Falah... 136 25. Keanekaragaman Tumbuhan Herba di Kawasan Hutan Sekunder Desa Rinon

Kecamatan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar

Marhamah, Nessi Maisuri, Salwinda & Rosita ... 139 26. Keanekaragaman Insekta Permukaan Tanah Diurnal di Kawasan Rinon Kecamatan

Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar

(10)

27. Keanekaragaman Vegetasi Pohon di Kawasan Hutan Sekunder Desa Rinon Kecamatan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar

Rahmiati, Ria Suwarni, Tya Zhafira & Muslich Hidayat ... 147 28. Keanekaragaman Plankton di Zona Litoral Perairan Rinon Pulo Breuh Kecamatan Pulo

Aceh Kabupaten Aceh Besar

Rizqi Ferdina, Nurfatia Ozana, Khairun Nisa & Firman Rija Arhas... 150 29. Populasi Serangga Permukaan Tanah Dirunal pada Bitop Terdedah dan Ternaung di

Desa Rinon Kecamatan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar

Wita Rezatinur, Nuril Ilma, Lya Meryanti & Rosita ... 154 30. Keanekaragaman Serangga pada Perdu di Kawasan Pesisir Desa Rinon Pulo Breuh

Kabupaten Aceh Besar

Liza Sasmita Sari, Rizki Rahma Putri & Sumiati ... 158 31. Populasi Cacing Tanah di Hutan Sekunder Kawasan Rinon Kecamatan Pulo Aceh

Kabupaten Aceh Besar

Ardimansyah, Irfa Hasliati Agusmira Ch, Nurul Ramzani & Nur’aini ... 163 32. Keanekaragaman Burung di Kawasan Pesisir Rinon Pulo Breuh Kabupaten Aceh Besar

Mauiza Ridki, Ulfira, Sultia Linika Sari & Samsul Kamal ... 167 33. Keanekaragaman Jenis Burung Predator Serangga di Kawasan Hutan Sekunder Rinon

Pulo Aceh

Samsul Kamal ... 173 34. Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Gampong Pande Kecamatan Kuta Raja Kota

Banda Aceh

Muslich Hidayat ... 180 35. Keanekaragaman Gastropoda di Zona Litoral Kawasan Rinon Pulo Breuh Kabupaten

Aceh Besar

Cut Pah Nurul Asiah, Muhammad Nazar, Sarmiyati & Samsul Kamal... 186

BIOLOGI STRUKTUR DAN FUNGSI

36. Perbandingan Dosis Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera) Dalam Memperbaiki Nekrosa Sel Beta Pankreas pada Tikus Hiperglikemik di Laboratorium

Qurratu Aini, Mustafa Sabri & Samingan ... 189 37. Perubahan Struktur Makroskopis Hati dan Ginjal Mencit yang Diberi Ekstrak Batang

Sipatah-Patah (Cissus Quadrangula Salisb.)

Ria Ceriana & Widya Sari... 196 38. Pengaruh Pupuk Cair Ampas Tebu (Saccharum officinarum) Terhadap Perbintilan dan

Pertumbuhan Vegetatif Kedelai (Glycine Max (L) Merrill)

Wardiah, Supriatno, Hilmawati Rizki & Agam Ihsan Hereri ... 203 39. Pengaruh Dosis Kompos Limbah Bubuk Kopi dan Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan

dan Hasil Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L.)

Jauhar Fuadi, Elly Kesumawati & Erita Hayati... 211 40. Karakteristik Warna Sorus Tumbuhan Paku di Kawasan Gunung Paroy Kecamatan

Lhoong Kabupaten Aceh Besar

(11)

vi

41. Karakteristik Morfologi Padi yang Mengalami Kekeringan pada Berbagai Fase

Cut Nur Ichsan, Muhammad Fadhly & Bakhtiar ... 229 42. Ketahanan Pangan: Suatu Analisis Kecukupan Energi dan Protein Terhadap Kebutuhan

Rumah Tangga Petani di Kabupaten Gayo Lues

Siti Wahyuni & Teuku Fauzi... 236

BIDANG GENETIKA DAN MIKROBIOLOGI

43. Inventarisasi dan Koleksi Insitu Sumberdaya Genetik Tanaman Spesifik Aceh di Kebun Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Banda Aceh

Didi Darmadi & Iskandar Mirza... 244 44. Pengaruh Tembakau Dalam Medium Kultur Terhadap Jumlah Turunan Lalat Buah

(Drosophila melanogaster)

Lina Rahmawati, Jamaluddinsyah & Eriawati ... 252 45. Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula di Rizosfer Beberapa Varietas Jagung pada

Inseptisol

Fikrinda, Syafruddin, Supardi & Rina Sriwati... 259 46. Pengaruh Jenis dan Dosis Bahan Organik pada Entisol Terhadap Total Mikroorganisme

Tanah dan Aktivitas Mikroorganisme (Respirasi) Tanah pada Rhizosfer Kedelai

Karnilawati, Yusnizar & Zuraida ... 266 47. Isolasi dan Identifikasi Jamur pada Proses Pembuatan Pliek U

Rivan Rinaldi, Samingan & Iswadi... 273 48. Jenis-Jenis Spora Mikoriza di Kawasan Rinon Pulo Breuh Aceh Besar

Lia Ulfa, Nidawati, Susi Darmayanti & Muslich Hidayat ... 281 49. Pengendalian Penyakit Blas yang Disebabkan Oleh Cendawan Patogen Pyricularia

grisea dengan Aplikasi Bakteri pada Tanaman Padi (Oriza sativa) Var. Inpari 15

Hendrix Indra Kusuma, Zuraidah & Samsul Kamal ... 286 50. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa)

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Merie Afinizar, Nursalmi Mahdi & Zuraidah ... 293 51. Daya Hambat Bakteri Terhadap Cendawan Patogen Pyricularia grisea Penyebab

Penyakit Blas pada Tanaman Padi Varietas Ciherang

Marjulia Ukhra, Zuraidah & Dewi Andayani ... 301 52. Pengaruh Kombinasi Substrat Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan Serbuk Gergaji

untuk Mempercepat Pertumbuhan Tubuh Buah Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)

Yunizar Hendri ... 310

BIDANG BIOEDUKASI DAN PTK

53. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Terhadap Hasil dan Aktivitas Belajar Siswa Kelas VII SMPN 1 Montasik Aceh Besar

(12)

54. Minat Mahasiswa Te rhadap Mata Kuliah Pilihan Berorientasi Wirausaha di Program Studi di Program Studi Biologi

Eva Nauli Taib ... 325 55. Penerapan Model Pembelajaran Project-Based Learning (PJBL) Terhadap Berpikir

Kritis, Hasil Belajar dan Motivasi Siswa pada Materi Ekosistem di SMA Negeri 1 Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar

Tria Maulida, Ismul Huda & M. Ali S ... 330 56. Analisis Kemampuan Peserta Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam

Workshop Subject Specific pedagogy (SSP) di FKIP UNSYIAH

Cut Nurmaliah ... 334 57. Tuntutan BSCS pada Pembelajaran Biologi Sebagai Upaya Mempersiapkan Generasi

Bio-Enterpreneurship dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN

Suraihana Mutia ... 339 58. Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) antara Harapan dan Tantangan dari Sudut Pandang

Pendidikan

Yusran... 345 59. Pengaruh Model Melalui Kooperatif Student Team Achievement Division (STAD)

Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Reproduksi Manusia di SMA Negeri 8 Banda Aceh

Khairil & Cut Nurmaliah ... 351 60. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Pada Materi Pencemaran Lingkungan Melalui Model

Project Based Learning

Fatemah Rosma... 356 61. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa Melalui Pemanfatan Media Alami pada

Sub Materi Invertebrta di Mas Babun Najah Banda Aceh

Miftahul Khairi, M. Ali S & Abdullah... 362 62. Analisis Keterampilan Dasar Mengajar Mahasiswa PPL Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan Uin Ar-Ranirybanda Aceh (Studi Deskriptif Kegiatan PPKPM)

(13)

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2016 ISBN: 978-602-18962-9-7

203

PENGARUH PUPUK CAIR AMPAS TEBU (Saccharum officinarum) TERHADAP PERBINTILAN DAN PERTUMBUHAN VEGETATIF

KEDELAI (Glycine max (L) Merrill)

Wardiah1), Supriatno2), Hilmawati Rizky3)dan Afgan Ihsan Hereri4)

1,2,3)

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

4)

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Email: wardiah.fkip@gmail.com

ABSTRAK

Bintil akar kedelai merupakan tempat fiksasi Nitrogen, senyawa yang diperlukan pada pertumbuhan kedelai. Ampas tebu merupakan sumber sukrosa dan senyawa yang diperlukan dalam pembentukan bintil akar dan pertumbuhan tanaman tersebut. Penelitian ini bertujuan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik cair ampas tebu terhadap perbintilan dan pertumbuhan vegetatif kedelai.Metode penelitian adalah eksperimen dengan pola Rancangan Acak Lengap (RAL) dengan lima perlakuan dan lima ulangan. Konsentrasi pupuk cair ampas tebu yang digunakan adalah 0 %, 25 %, 50 %, 75 %, dan 100 %. Metode Analisis data yang digunakan adalah sidik ragam ANAVA dengan uji lanjut Duncan. Parameter yang diukur terdiri dari jumlah bintil akar efektif, tinggi batang (cm), jumlah daun (helai), dan berat kering kedelai (gram). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair ampas tebu berpengaruh nyata terhadap tinggi batang dan jumlah daun pada umur kedelai 21 HST dan 28 HST serta terhadap jumlah bintil akar efektif. Hasil penelitian disimpulkan bahwa pemberian pupuk organik cair ampas tebu berpengaruh terhadap kedelai, dan pertumbuhan terbaik kedelai ditemukan pada perlakuan pemberian pupuk organik cair ampas tebu 50%.

Kata Kunci: Bintil Akar, Pertumbuhan Vegetatif, Kedelai, dan Apas Tebu

PENDAHULUAN

ebu (Saccharum officinarum) adalah jenis tanaman rumput-rumputan yang memiliki umur kurang lebih mancapai satu tahun, tebu merupakan bahan baku dalam pembuatan gula (Wikana dan Lautloly, 2008). Hasil pembuatan gula dari tanaman tebu menghasilkan limbah yang menyebabkan pencemaran bagi lingkungan. Limbah dari penggilingan tebu dapat digolongkan menjadi 3 macam yaitu limbah cair, limbah gas dan limbah padat. Limbah cair yang dihasilkan adalah air bekas kondensor, air cucian dan tetes tebu. Limbah gas yang dihasilkan berupa asap cerobong dan bau dari sisa ampas tebu. Limbah padat dari tebu berupa abu ampas tebu dari sisa pembakaran dan ampas tebu (sugar cane bagasse) yang berbentuk serat dari hasil penggilingan (Wikana dan Lautloly, 2008).

Komposisi kimia pada ampas tebu sebagian besar mengandung lignocellulose, panjang seratnya antara 1,7 mm sampai 2 mm

dengan diameter sekitar 20 mikro. Ampas tebu mengandung air 48 – 52%, gula rata-rata 3,3% dan serat rata-rata 47,7% (Anwar dalam Kusuma, 2009). Komposisi kimia yang dimiliki ampas tebu tersebut masih dapat dimanfaatkan bagi kehidupan dan lingkungan, salah satunya adalah sebagai pupuk organik cair. Kandungan 3,3% gula yang terdapat pada ampas tebu dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh tumbuhan kacang-kacangan dalam pembentukan bintil akar dan pertumbuhan tanaman. Sukrosa adalah bentuk karbohidrat yang umum dan banyak diangkut khususnya pada tumbuhan kacang-kacangan (Salisbury dan Ross, 1995). Salah satu cara untuk membuktikan ampas tebu dapat dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat dalam pembentukan bintil akar dan pertumbuhan kacang-kacangan ,maka ampas tebu dapat diolah menjadi pupuk organik cair.

(14)

204 Wardiah, dkk.

Penggunaan pupuk organik cair ampas tebu diharapkan dapat memudahkan pengaplikasian dan penyerapan unsur hara yang terdapat di dalam pupuk cair organik oleh tanaman (Siboro, dkk, 2013). Selain itu, pupuk organik cair ini juga diharapkan dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil dan bintil akar pada kedelai, dan juga merangsang pertumbuhan cabang (Suryati, 2014).

METODE PENELITIAN

Pendekatan, Jenis, dan Rancangan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Jenis penelitian ini adalah Eksperimental design, dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan pupuk organik cair ampas tebu yaitu P1 (0 % pupuk organik cair ampas tebu (kontrol), P2 (25 % pupuk organik cair ampas tebu), P3 (50 % pupuk organik cair ampas tebu), P4 (75 % pupuk organik cair ampas tebu), P5(100 % pupuk cair ampas tebu). Setiap perlakuan diulang sebanyak lima kali. Jumlah volume penyiraman masing-masing konsentrasi pupuk organik cair ampas tebu terhadap tanaman sebanyak 120 ml, volume tersebut diperoleh berdasarkan hasil konversi dari kandungan C-organik antara pupuk kompos dengan pupuk organik cair (Wardiah dkk., 2015).

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Syiah Kuala University Farm Research Station 2 Ie Se’um Aceh Besar pada bulan Februari sampai dengan Juli 2015.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan antara lain cangkul, meteran pita, Kamera Digital Merk Asus, gelas kimia, timbangan digital dengan ketelitian 0,001 gram, corong, dan kain penyaring. Bahan yang digunakan benih kedelai Varietas Anjasmoro, tanah liat berpasir, polybag ukuran 10 kg, ampas tebu, dedak padi, EM4, air cucian beras, feser sapi segar, Qurater, dan Decis.

Prosedur Penelitian

1. Pembuatan Pupuk Organik Cair Ampas Tebu Pupuk organik cair ampas tebu dibuat berdasarkan Wardiah dkk (2015) yaitu ampas tebu segar dipisahkan dari kulit keras, dicacah dan ditimbang sebanyak 6 kg. Feses sapi sebanyak 3 kg dan dimasukkan dalam ember. Secara terpisah, dicampurkan EM4 sebanyak 10 ml kedalam 40 liter air, kemudian ditambah dengan 10 liter air beras dan diaduk hingga homogen kembali. Campuran homogen tersebut dimasukkan ke dalam ember yang berisi feses 3 kg dan ditambahkan dedak padi dan diaduk hingga homogen. Ampas tebu sebanyak 6 kg dan diaduk kembali hingga benar-benar homogen, kemudian dipindahkan ke wadah dan ditutup rapat. Fermentasi dilakukan selama 20 hari. Setiap seminggu sekali dilakukan pemeriksaan terhadap pupuk cair ampas tebu. Jika sudah tercium bau asam, warna pupuk telah menjadi coklat dan tidak terdapat ulat dalam pupuk dan tidak tercium lagi bau feses, maka pupuk cair sudah siap untuk disaring. Kemudian dilakukan analisis untuk mengetahui kandungan pupuk cair ampas tebu tersebut.

2. Penyiapan Media Tanam

Tanah liat berpasir dikeringanginkan selama 24 jam, kemudian ditimbang sebanyak 8 kg dan dimasukkan ke dalam polybag kemudian diletakkan pada area penelitian, selanjutnya tanah tersebut disirami air sebanyak 250 ml sebelum dilakukannya penanaman kedelai.

3. Penyiapan Bibit, Pengendalian Hama dan Penyakit

Bibit yang diperoleh dari Balai Pengkajian Tehnik Pertanian Aceh direndam terlebih dahulu di dalam air selama 2-4 jam guna memutuskan dormansi, kemudian bibit kedelai tersebut disaring dan ditanam pada media tanam yang telah disiapkan. Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kedelai dengan cara pemberian qurater pada benih yang baru ditanam dengan cara ditabur di atas permukaan tanah secukupnya dan dilakukan pemantauan secara berkala. Selain itu, dilakukan

(15)

Pengaruh Pupuk Cair Ampas Tebu (Saccharum officinarum) Terhadap Perbintilan dan Pertumbuhan ... 205 penyemprotan insektisida berupa decis jika

terdapat indikasi terserang hama.

4. Penyiraman Air dan Penyiangan

Penyiraman kedelai dilakukan pada umur 0 sampai 7 hari setelah tanam (HST) yaitu sehari sekali pada pagi atau sore hari. Pada tanaman kedelai yang telah berumur 8 sampai 28 HST, penyiraman dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari. Penyiraman juga dilakukan berdasarkan kondisi di lapangan. Penyiangan dilakukan apabila telah terdapat rumput pengganggu yang berada di dalam polybag dan di area penelitian. Pendangiran atau penggemburan tanah dilakukan jika tanah dalam polybag telah memadat.

5. Pemupukan dengan Pupuk Organik Cair Ampas Tebu

Pemberian pupuk ampas tebu dilakukan seminggu sekali sebanyak dua kali pemupukan, mulai dari tanaman kedelai berumur 14 HST dan 21 HST. Pemberian pupuk cair ampas tebu sebanyak 120 mL dengan cara menyiram langsung pada kedelai.

Pengamatan dan Pengukuran

Pengukuran dan pengamatan dilakukan setiap satu minggu mulai dari kedelai berumur 21 hingga 28 HST. Pengukuran dilakukan terhadap tinggi batang dengan menggunakan meteran pita, diukur mulai dari permukaan tanah hingga

pucuk. Seluruh daun dihitung termasuk daun yang baru muncul, sedangkan untuk pengukuran bintil akar pada kedelai dilakukan setelah kedelai berumur 28 HST dan dilanjutkan dengan menimbang berat kering kedelai (Gram). Sebelum penimbangan, tanaman kedelai dikeringkan dengan cara mengering anginkan dengan cara menempatkannya di dalam koran selama 3 minggu dan dilanjutkan dengan penimbangan menggunakan timbangan digital.

Teknik Analisis Data

Data dianalisis dengan ANAVA dengan taraf uji 5 % digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis dengan ketentuan jika Fhitung ≥ Ftabel maka hipotesis diterima dan sebaliknya. Jika terdapat perbedaan nyata, maka dilakukan uji lanjut berdasarkan nilai Koofesien Keragaman (KK).

HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Bintil Akar

Bintil akar merupakan hasil dari simbiosis bakteri Rhizobium dengan rambut akar pada tumbuhan kedelai, bintil akar berfungsi dalam proses fiksasi Nitrogen yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman kedelai. Jumlah rata-rata bintil akar kedelai pada 28 HST dapat dilihat dalam Gambar 1.

Gambar 1. Rataan Jumlah Bintil Akar Kedelai pada Berbagai Konsentrasi Pupuk Organik Cair Ampas Tebu. Error Bar adalah Standar Deviasi dengan 5 ulangan

Terdapat perbedaan jumlah bintil akar kedelai pada berbagai konsentrasi pupuk organik cair ampas tebu (Gambar 1). Jumlah

bintil akar terbanyak diperoleh tanaman P3 (7,2 unit) jumlah bintil akar paling banyak, sehingga konsentrasi pupuk organik cair ampas tebu yang

(16)

206 Wardiah, dkk.

lebih baik terhadap jumlah bintil akar adalah konsentrasi 50%. Analisis varian dari jumlah bintil akar kedelai pada umur 28 HST menunjukkan Fhitung > Ftabel (3,289>2,67), sehingga pemberian pupuk cair ampas tebu berpengaruh nyata dalam pertumbuhan bintil akar. Uji lanjut menggunakan Uji Duncan. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa jumlah bintil akar pada tanaman kontrol, P2 dan P5 tidak berbeda nyata, sedangkan tanaman P3 berbeda nyata dengan tanaman kontrol, P4 dan P5.

Tabel 1. Hasil uji Duncan pada Jumlah Bintil Akar Kedelai. Perlakuan Rata-rata P1 4 abc P2 5,2 bcd P3 7,5 cd P4 3,4 ab P5 1,2 a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata.

Pemberian pupuk organik cair ampas tebu berpengaruh nyata terhadap jumlah bintil akar. Kandungan unsur C pada pupuk cair yang merupakan salah satu unsur utama penyusun karbohidrat yang berfungsi dalam membantu bakteri di dalam bintil akar untuk berkembang biak sehingga pembentukan bintil akar semakin optimal. Selain itu, pupuk organik cair ampas tebu juga mengandung unsur N yang berfungsi sebagai sumber makanan bagi bakteri untuk pembentukan sel-sel tubuh bakteri tersebut dalam bintil akar. TS Cahaya dan Nugroho

(2008) menyatakan bahwa nitrogen dibutuhkan oleh mikroorganisme sebagai sumber makanan untuk pembentukkan sel-sel tubuhnya dan karbon sebagai sumber tenaga bagi mikroorganisme untuk berkembang biak dengan baik. Salisbury dan Ross (1995) juga menyatakan bahwa tumbuhan inang menyediakan karbohidrat bagi bakteriod (bakteri yang membesar dan tidak bergerak yang mengisis sel bintil akar) yang akan dioksidasi sehingga diperoleh energi untuk pertumbuhan bintil akar dan membantu bakteriod untuk mereduksi N2 menjadi NH4

+

.” Bintil akar produktif dapat mengikat Nitrogen bebas dengan baik, sehingga dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan inangnya untuk pertumbuhan. Hal tersebut dapat dilihat dari tinggi batang, jumlah daun, perbungaan, biji dan berat dari tumbuhan tersebut.

Tinggi Batang

Tinggi batang merupakan salah satu parameter pertumbuhan vegetatif dari suatu tanaman. Setiap waktu tanaman terus mengalami pertumbuhan yang menunjukkan terjadinya pembelahan sel, selain itu pertumbuhan tanaman juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan, fisiologi dan genetik tanaman. Pengamatan terhadap pertambahan tinggi batang kedelai pada umur 21 dan 28 hari setelah tanam (HST) dapat dilihat dalam Gambar 2.

Gambar 2. Rataan Tinggi Tanaman Kedelai Umur 21 dan 28 HST pada Berbagai Konsentrasi Pupuk Organik Cair Ampas Tebu. Error Bar adalah Standar Deviasi dengan 5 ulangan.

(17)

Pengaruh Pupuk Cair Ampas Tebu (Saccharum officinarum) Terhadap Perbintilan dan Pertumbuhan ... 207 Terdapat perbedaan tinggi batang kedelai

pada umur 21 dan 28HST pada berbagai konsentrasi pupuk organik cair ampas tebu. Tinggi batang kedelai tertinggi pada kedua lama hari setelah tanam terdapat pada tanaman P3 yaitu secara berturut 47,10 cm dan 68,44 cm, sehingga konsentrasi pupuk organik cair ampas tebu yang paling baik untuk pertumbuhan tinggi batang kedelai adalah konsentrasi 50 %. Analisis varian dari tinggi batang kedelai umur 21 dan 28 HST menunjukkan nilai Fhitung > Ftabel yaitu 3,115>2,67 (21 HST) dan 4,209>2,67 (28 HST),sehingga pemberian pupuk cair ampas tebu berpengaruh nyata terhadap tinggi batang kedelai. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi batang kedelai umur 21 HST pada tanaman kontrol, P2, P4 dan P5 tidak berbeda nyata, sedangkan tanaman P3 memiliki perbedaan yang nyata. (Tabel 2).

Tabel 2. Hasil Uji Duncan pada Tinggi Batang Kedelai Umur 21 HST. Perlakuan Rata-rata P1 39,86 ab P2 40,7 abcd P3 47,1 cd P4 37,34 ab P5 32,82 a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata.

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi batang kedelai umur 28 HST pada tanaman kontrol, P2, P4 tidak memiliki perbedaan yang nyata, sedangkan tanaman P3 memiliki perbedaan yang nyata dengan tanaman kontrol, P4 dan P5 (Tabel 3). Tabel 3. Hasil uji Duncan pada Tinggi Batang

Kedelai Umur 28 HST. Perlakuan Rata-rata P1 57,4 bc P2 60,08 bcd P3 68,44 cd P4 52,82 ab P5 43,48 a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata.

Jumlah Daun Kedelai

Daun merupakan organ tanaman yang memiliki fungsi sebagai organ yang dapat mensintesis makanan untuk kebutuhan tanaman. Daun memiliki plastida yang merupakan salah satu organel sel yang berfungsi dalam melakukan fotosintesis. Di dalam plastida terdapat pigmen yang berperan dalam proses fotosintesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat variasi jumlah daun kedelai yang disirami dengan pupuk organik cair ampas tebu yang dapat dilihat dalam Gambar 3.

Gambar 3. Rataan Jumlah Daun Kedelai Umur 21 dan 28 HST pada Berbagai Konsentrasi Pupuk Organik Cair Ampas Tebu. Error Bar adalah Standar Deviasi dengan 5 ulangan

(18)

208 Wardiah, dkk.

Gambar 3 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jumlah daun kedelai pada umur 21dan 28 HST pada berbagai konsentrasi pupuk organik cair ampas tebu. Jumlah daun terbanyak di kedua umur setelah tanam diperoleh pada tanaman P3 yaitu 14 dan 19 helai berturut-turut, sedangkan jumlah daun yang paling sedikit diperoleh pada P5 yaitu 10 helai (21 HST) dan 14 helai (28 HST).Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi 50% pupuk organik cair ampas tebu paling baik pada parameter jumlah daun. Analisis varian jumlah daun kedelai umur 21 dan 28 HST menunjukkan bahwa pemberian berbagai konsentrasi pupuk organik cair ampas tebu berpengaruh nyata terhadap jumlah daun kedelai.

dan P5.

Pupuk organik cair ampas tebu juga berpengaruh nyata meningkatkan tinggi batang dan jumlah daun kedelai pada 21dan 28 HST. Pupuk organik cair ampas tebu telah dapat memberikan nutrisi bagi mikroorganisme yang berada di bintil akar, sehingga kedelai menjadi semakin bertambah tinggi dan ketersediaan unsur hara di dalam tanah semakin bertambah

khususnya unsur hara Nitrogen (N), Fosfor (P) dan K (Kalium) yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tinggi batang kedelai. Asupan unsur hara Nitrogen (N) yang optimal mampu meningkatkan pertumbuhan vegetatif kedelai yang dibuktikan dengan pertumbuhan tinggi dan jumlah daun pada kedela. Sarief (1986) menyatakan bahwa ketersediaan unsur hara Nitrogen (N), Fosfor (P) dan K (Kalium) dapat mengaktifkan pembelahan sel pada titik tumbuh tanaman dan perkembangan jaringan pembuluh yang akan mempegaruhi pertumbuhan tanaman serta mempengaruhi transfer hara dan air. Selanjutnya, Prawiranata dan Tjondronegoro (2009) menambahkan bahwa ketersedian unsur hara yang cukup memungkin proses fotosintesis yang optimum dan asimilat yang dihasilkan dapat digunakan sebagai cadangan makanan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Berat Kering Kedelai

Berat kering kedelai dengan pemberian berbagi dosis pupuk dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Rata-rata Berat Kering Kedelai pada Beberapa Dosis Pupuk Organik Cair Ampas Tebu Gambar 4 menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan berat kering kedelai dengan pemberian berbagai dosis pupuk organik cair ampas tebu. Berat kering kedelai terendah diperoleh pada perlakuan P1 (0%) dengan rata-rata berat kering kedelai sebesar 1,167 gram, sedangkan berat kering kedelai tertinggi

diperoleh pada perlakuan P3 (50%) dengan rata-rata berat kering kedelai sebesar 1,9622 gram. Pada perlakuan P2 (25%), P4 (75%), dan P5 (100%) rata-rata jumlah bintil akar kedelai berturut-turut adalah 1,446 gram, 1,5884 gram, dan 1,1734 gram. Analisis varian menunjukkan bahwa Fhitung < Ftabel yaitu 2,537>2,670,

(19)

Pengaruh Pupuk Cair Ampas Tebu (Saccharum officinarum) Terhadap Perbintilan dan Pertumbuhan ... 209 sehingga pemberian beberapa konsentrasi pupuk

organik cair ampas tebu tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering kedelai.

Pengaruh pupuk cair ampas tebu tidak nyata dalam meningkatkan berat kering kedelai. Hal ini diduga karena unsur hara yang diperoleh belum diserap dengan sempurna oleh kedelai, sehingga menyebabkan berat kering kedelai tidak optimal. Menurut Lakitan (2001) ketersediaan unsur N dalam tanah berfungsi sebagai salah satu unsur yang dibutuhkan untuk pembentukan klorofil sehingga berpengaruh

pada laju fotosintesis. Hasil fotosintesis yang meningkat menghasilkan senyawa-senyawa organik yang ditranslokasikan keseluruh organ tanaman sehingga menyebabkan tingginya berat kering tanaman. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa hasil fotosintesis dari tanaman kedelai belum meningkat dikarenakan penyerapan N belum sempurna sehingga menyebabkan berat kering kedelai tidak nyata dalam pemberian pupuk organik cair ampas tebu.

KESIMPULAN

Perlakuan pupuk organik cair ampas tebu pada kedelai menunjukkan adanya pengaruh nyata terhadap jumlah bintil akar kedelai, tinggi batang kedelai umur 21 HST, tinggi batang kedelai umur 28 HST, jumlah daun kedelai umur 21 HST dan jumlah daun kedelai umur 28 HST, namun tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap berat kering kedelai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pupuk organik cair

ampas tebu pada kedelai berpotensi dalam meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman kedelai (tinggi batang dan jumlah daun) dan bintil akar, namun tidak meningkatkan berat kering kedelai. Pertumbuhan tanaman kedelai terbaik dijumpai pada penggunaan pupuk organik cair ampas tebu 50% yang ditunjukkan pada tinggi batang dan jumlah daun kedelai.

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwano.2005.Kedelai. Jakarta: Penebar Swadaya.

Cahaya T S, A dan Nugroho, D.A (2008)

Pembuatan Kompos Dengan

Menggunakan Limbah Padat Organik (Sampah Sayuran Dan Ampas Tebu.

Irwan,A.W. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill).Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Jatinangor. http://www.kedelaipustaka.unpad.ac.id diakses 12 September 2014.

Kusuma, K.J. 2009. Pengaruh Tingkat Penggunaan Ampas Tebu (Bagasse) Fermentasi Dalam Ransum Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Pada Domba Lokal Jantan.

Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas

Sebelah Maret Surakarta.

Lakitan, B., 2001. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Rajawali Pres

Prawiranata,W.S.H dan Tjondronegoro, P. 2009.

Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan Departmen Botani Fakultas Pertanian

IPB. Bogor.

Salisbury,F.B dan Ross,C.W. 1995. Fisiologi

Tumbuhan Jilid 2 Terjemahan Diah R Lukman dan Sumaryono. Bandung: Penerbit ITB.

Sarief,ES. 1986. Kesuburan dan Pemupukan

Tanah Pertanian. Bandung: Pustaka Buana.

Siboro,Surya, dan Herlina. 2013. Pembuatan Pupuk Cair dan Biogas Dari Campuran Limbah Sayuran. Jurnal Teknik Kimia

USU. Vol 2 No. 3

Suryati, T. 2014. Bebas Sampah Dari Rumah; Cara Bijak Mengolah Sampah Menjadi

(20)

210 Wardiah, dkk.

Kompos dan Pupuk Cair. Jakarta. AgroMedia Pustaka.

Wikana,I dan Lukas, L. 2008. Tinjauan Kuat Lentur Panel Menggunakan Bahan Ampas Tebu dan Sikacim Bonding Adhesive.

Majalah Ilmiah Ukrim Edisi 1/th xiii.

Wardiah, Supriatno, dan Irmas, C.M. 2015. Efektivitas Pupuk Cair Ampas Tebu (Saccharum officinarum) Terhadap Perbintilan dan Pertumbuhan Vegetatif Kedelai (Glycine max (L) Merrill). Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Biotik 2015, Banda Aceh 30 April 2015.

Gambar

Gambar  1.    Rataan  Jumlah  Bintil  Akar  Kedelai  pada  Berbagai  Konsentrasi  Pupuk  Organik  Cair Ampas Tebu
Tabel  1.  Hasil  uji  Duncan  pada  Jumlah  Bintil Akar Kedelai. Perlakuan Rata-rata P1 4 abc P2 5,2 bcd P3 7,5 cd P4 3,4 ab P5 1,2 a
Tabel 2.  Hasil Uji Duncan pada Tinggi Batang Kedelai Umur 21 HST. Perlakuan Rata-rata P1 39,86 ab P2 40,7 abcd P3 47,1 cd P4 37,34 ab P5 32,82 a
Gambar  3  menunjukkan  bahwa  terdapat perbedaan  jumlah  daun  kedelai  pada  umur 21dan 28 HST pada berbagai konsentrasi pupuk organik cair ampas tebu

Referensi

Dokumen terkait

Pada kondisi nilai efisiensi penurunan COD lebih rendah dari jumlah influen sebelumnya, maka dilakukan penurunan jumlah influen agar mikroorganisme tidak

Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Jadi individu artinya

Kemajuan teknologi saat ini berkembang sangat pesat.Baik perusahaan besar maupun kecil sudah menggunakan sentuhan teknologi untuk membantu mengolah data

Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan ini adalah; (1) Melalui nyanyian yang disampaikan dengan metode bermain yaitu menyanyi dengan gerakan, maka anak-anak usia

Sebelum lahir, janin hanya bergantung pada placenta untuk semua pertukaran gas dan ekskresi sisa metabolik. Dengan pelepasan placenta pada saat lahir, sistem sirkulasi bayi

Syarat batas (Boundrary condition) berguna mengontrol perhitungan, sehingga dapat lebih mendekati keadaan yang sebenarnya. Kondisi batas tersebut dapat dianggap mewakili

Tarif Layanan Penunjang Akademik sebagaimana dimaksucl dalam Pasal 4 huruf e, huruf f clan huruf g ditetapkan clengan Keputusan Rektor Badan Laym�an Umum Universitas

Hal ini juga ditunjang dengan kultur masyarakat Gresik yang mayoritas warga nahdliyin yang selalu memilih partai ataupun calon yang dipilih pemimpinnya, apalagi