• Tidak ada hasil yang ditemukan

KINERJA REPRODUKSI SAPI BRAHMAN CROSS DI TIGA PROVINSI DI INDONESIA: STUDI KASUS DI PROVINSI JAWA TIMUR, JAWA TENGAH DAN KALIMANTAN SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KINERJA REPRODUKSI SAPI BRAHMAN CROSS DI TIGA PROVINSI DI INDONESIA: STUDI KASUS DI PROVINSI JAWA TIMUR, JAWA TENGAH DAN KALIMANTAN SELATAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010

KINERJA REPRODUKSI SAPI BRAHMAN CROSS

DI TIGA PROVINSI DI INDONESIA: STUDI KASUS

DI PROVINSI JAWA TIMUR, JAWA TENGAH DAN

KALIMANTAN SELATAN

(Reproductive Performance of Brahman Cross in Three Provinces in

Indonesia: Case Study in East Java, Central Java and South Kalimantan)

YENNY NUR ANGGRAENY,MARIYONO danP.W.PRIHANDINI Loka Penelitian Sapi Potong, Jl. Pahlawan, Grati, Pasuruan 61084

Abstract

Research conducted by survey in three provinces that have many Brahman Cross. They are in East Java (Jember Lumajang and), Central of Java (Pati and Ungaran District) and South Kalimantan (District Tanah Laut, and Hulu Sungai Tengah). Observation is the performance parameter includes anoestrus post partus (APP), service per conception (S/C), days open (DO) and calving interval (CI). East Java. Cow reproductive performance of Brahman Cross in Lumajang is maintained since the beginning in 2006. The parity is 2 – 3 times: S/C = 2.7 ± 1.6, time, APP = 263.35 + 149.74 days, days open = 287.11 ± 179.03 and CI = 473.96 ± 180.01 days. Cow reproductive performance of Brahman Cross in Jember Regency is maintained in the year since 2006. The parity is 2 times. S/C is 3.44 ± 2.5; APP was 187.20 ± 164.89, DO = 193.09 ± 174.94 and CI = 512.48 ± 48.05 days. Central Java. Reproductive performance of Brahman cow in Pati District Cross is maintained since the start in 2006 and had calving 2 – 3 times. Value of S/C at the second calving is 4 + 1.93 times while S/C on the three calving is 3 ± 1.50 times; APP = 229.23 ± 365 days; DO = 433 ± 244.69 days, CI for calving from the first to the second were 526.34 +136.47 day while CI from the second to three are 377.50 + 21.92. Cow reproductive performance of Brahman Cross in Semarang District is maintained since the beginning of the year 2007 – 2008. S/C = 1.65 + 1.10 times, APP is a 249 + 201.44 and the days open is 300.68 + 216.34 days, CI from the first to second calving were 564.95 ± 127.86 day whereas the CI from second to the three are 377.50 + 21.92. South Kalimantan. Value of S/C in the Tanah Laut regency 3.80 + 2.33 times, APP = 171 + 102.91 day, DO = 314 + 154.60 day. CI between first to second calving is 371 + 49 days. In Hulu Sungai Tengah regency. Value of service per conception (S/C) is 3.07 + 1.59 times. APP = 97.5 + 74.79 day, and DO = 263.22 + 152.93 days, CI from first to the second calving were 502.08 + 130.54 days.

Key Words: Reproduction Performance, Brahman Cross

ABSTRAK

Penelitian dilakukan secara survei di tiga provinsi yang padat populasi sapi potong induk asal impor beserta turunannya di yaitu Jawa Timur (Kabupaten Lumajang dan Jember), Jawa Tengah (Kabupaten Pati dan Ungaran) dan Kalimantan Selatan (Kabupaten Tanah Laut Dan Hulu Sungai Tengah). Tujuan penelitian ini adalah memperoleh informasi kinerja reproduksi sapi Brahman Cross di Indonesia. Parameter pengamatan adalah performans reproduksi meliputi birahi sesudah melahirkan (anoestrus post partus/APP), service per

conception (S/C), days open (DO) dan calving interval (CI). Jawa Timur. Performans reproduksi induk sapi

Brahman Cross di Kabupaten Lumajang adalah sejak mulai dipelihara pada tahun 2006 telah beranak 2 – 3 kali: S/C = 2,7 ± 1,6, kali, APP = 263,35 + 149,74 hari, days open = 287,11 ± 179,03 dan CI = 473,96 ± 180,01 hari. Performans reproduksi induk sapi Brahman Cross di Kabupaten Jember adalah sejak dipelihara pada tahun 2006 telah beranak 2 kali. S/C adalah 3,44 ± 2,5; APP adalah 187,20 ± 164,89, DO = 193,09 ± 174,94 dan CI = 512,48 ± 48,05 hari. Jawa Tengah. Performans reproduksi induk sapi Brahman Cross di Kabupaten Pati adalah sejak mulai dipelihara pada tahun 2006 dan sudah beranak 2 – 3 kali. Nilai S/C anak ke 1 = 4 ± 1,93 kali sedang S/C anak 2 adalah 526,34 ± 136,47 hari sedangkan CI antara anak 2 dan ke-3 = ke-377,50 ± 21,92. Performans reproduksi induk sapi Brahman Cross di Kabupaten Semarang adalah sejak mulai dipelihara pada tahun 2007 – 2008. S/C = 1,65 ± 1,10 kali, APP adalah 249 ± 201,44 hari dan lama kosong adalah 300,68 ± 216,34 hari, CI antara anak ke-1 dan ke-2 adalah 564,95 ± 127,86 hari sedangkan CI anak ke-2 dan ke-3 adalah 377,50 ± 21,92. Kalimantan Selatan. Nilai S/C di Tanah Laut adalah 3,80 ± 2,33

(2)

kali, APP = 171 ± 102,91 hari, DO = 314 ± 154,60 hari. CI antara anak ke-1 dan ke-2 = 371 ± 49 hari. Di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Nilai service per conception (S/C) adalah 3,07 ± 1,59 kali. APP = 97,5 ± 74,79 hari, dan DO = 263,22+152,93 hari, CI anak ke-1 dan ke-2 adalah 502,08 ± 130,54.

Kata Kunci: Kinerja Reproduksi, Sapi Brahman Cross

PENDAHULUAN

Daging merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam mencukupi gizi masyarakat dan merupakan komoditi yang mempunyai nilai ekonomi sangat strategis. Pemenuhan kebutuhan daging sapi nasional saat ini belum dapat dipenuhi oleh pasokan dalam negeri, hal ini disebabkan peningkatan permintaan tidak dapat diimbangi oleh pertambahan populasi dan peningkatan produksi (BADAN LITBANG PERTANIAN, 2005)

sehingga dalam Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan 2005 – 2010 menetapkan daging sapi sebagai salah satu komoditas pangan strategis. Rencana aksi tersebut berupa program menuju kecukupan daging sapi 2010 yang bertujuan untuk mengakselerasi peningkatan produksi daging sapi dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan impor daging dan sapi bakalan (PUSLITBANG

PETERNAKAN, 2006). Program aksi perbibitan

sapi induk Brahman Cross ex-impor dilakukan untuk menyukseskan Program Swasembada Daging Sapi tahun 2010 dilakukan baik melalui peningkatan produktivitas maupun peningkatan populasi namun usaha ini menemui kendala pada populasi induk, sehingga alternative dalam peningkatan populasi tersebut adalah dengan mengimpor sapi induk Brahman Cross dari Australia.

Sapi Brahman Cross di Negara asalnya (Australia) dipelihara secara ekstensif pada padang penggembalaan, tanpa tali hidung, hidup berkoloni dalam jumlah besar, perkawinan secara alami, pemberian pakan baik secara kuantitatif maupun kualitatif terpenuhi. Sapi Brahman Cross di Indonesia, setelah melalui proses adaptasi minimal 3 bulan di feed loter, sapi tersebut dibagikan pada masyarakat dalam kondisi bunting, bertali hidung dan masih dalam temperamen yang liar. Sapi Brahman Cross mulai diimport dari Australia pada tahun 1973 ditempatkan di Sulawesi. Hasil pengamatan di Sulawesi Selatan menunjukkan calf crops 42,54% dan pertambahan berat badan harian 0,38 kg/hari

(HARDJOSUBROTO, 1984). Selanjutnya pada

tahun 1975, sapi Brahman Cross didatangkan ke Pulau Sumba dengan tujuan utama untuk memperbaki mutu genetik sapi Ongole di Pulau Sumba. Impor sapi Brahman Cross induk ke Indonesia dilakukan secara besar-besaran mulai tahun 2006 dalam rangka percepatan pencapaian swasembada daging sapi 2010.

Pemeliharaan sapi Brahman Cross ditingkat peternak memakai tali hidung, dikandangkan sendiri atau dalam kelompok kecil dalam tempat yang sempit, belum sepenuhnya adaptasi, pemberian pakan yang kuantitas dan kualitasnya tidak memenuhi. Akibat perbedaan manajemen pemeliharaan tersebut menyebabkan terjadinya gangguan reproduksi (slow breeder) ditandai dengan tidak munculnya gejala birahi pada sapi yang belum bunting maupun setelah beranak. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi kinerja reproduksi sapi Brahman Cross di Indonesia

MATERI DAN METODE

Penelitian dilakukan secara survei pada dua agroekosistem yaitu dataran tinggi dan dataran rendah di tiga provinsi yang padat populasi sapi potong induk asal impor beserta turunannya, yaitu Kalimantan Selatan, Jawa Timur dan Jawa Tengah/DI Yogyakarta. Setiap provinsi terdiri atas dataran rendah (tanah basah dan kering) dan tinggi (tanah basah dan kering) dengan masing-masing lokasi adalah 30 sampel.

Pelaksanaan kegiatan dimulai dengan koordinasi terlebih dahulu dengan beberapa dinas/instansi terkait (seperti Dinas Peternakan/BPTP/Ditjen peternakan) ke-3 propinsi yang berdasarkan data sekunder mempunyai sapi potong eks impor dan turunannya. Data ini digunakan sebagai dasar pertimbangan menentukan calon lokasi penelitian. Kabupaten/kecamatan/desa di propinsi terpilih yang mempunyai sapi potong

(3)

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010

eks-impor dengan populasi cukup tinggi, akan diprioritaskan menjadi lokasi kegiatan.

Teknik pengambilan data dilapangan, dilakukan bersama instansi terkait dengan melakukan pengamatan langsung ke ternak dan wawancara ke peternak atau ke key person/petugas terkait. Parameter pengamatan adalah performans reproduksi meliputi performans reproduksi meliputi birahi sesudah melahirkan (anoestrus post partus/APP), service per conception (S/C), days open (DO) dan calving interval (CI). Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN Jawa Timur

Program aksi perbibitan sapi induk Brahman Cross ex-impor dilakukan untuk menyukseskan Program Percepatan pencapaian Swasembada Daging Sapi tahun 2010. Pengembangan kawasan pembibitan sapi Brahman Cross dilakukan di pedesaan yang di fasilitasi melalui pengadaan bibit ternak dengan pola pengembangan bergulir. Aksi perbibitan sapi Brahman Cross di provinsi Jawa Timur dilakukan mulai tahun 2006 sebanyak 192 ekor yang disebarkan di 3 Kabupaten yaitu Jember, Lumajang dan Probolinggo. Pada tahun 2007 sebanyak 700 ekor disebarkan di 5 Kabupaten yaitu Ngawi, Nganjuk, Lamongan, Mojokerto dan Probolinggo. Pada tahun 2008 dilakukan penebaran di 6 Kabupaten yaitu Madiun, Kediri, Blitar, Tulungagung dan Trenggalek.

Arah program kegiatan perbibitan sapi Brahman Cross di Provinsi Jawa Timur adalah dengan pembentukan Village Breeding Centre melalui upaya pemurnian bibit sapi Brahman Cross dengan pola grading up menggunakan semen beku pejantan sapi Brahman sampai generasi – 3. Hasil pengamatan terhadap performans reproduksi sapi Brahman Cross di 2 kabupaten di Propinsi Jawa Timur ditampilkan pada Tabel 1.

Sapi Brahman Cross Induk di Kabupaten Lumajang mulai dipelihara pada tahun 2006 dan sudah beranak 2 – 3 kali. Nilai service per conception (S/C) adalah 2,7 ± 1,6, kali. Timbulnya birahi pertama setelah beranak adalah 263,35 ± 149,74 hari. Lama kosong

adalah Days Open 287,11 ± 179,03 dan selang beranak 473,96 ± 180,01 hari.

Tabel 1. Performans reproduksi sapi Brahman

Cross di Jawa Timur (Lumajang dan Jember)

Uraian Lumajang Jember S/C (kali) 2,7 ± 1,6 (n = 30) 3,44 ± 2,5 APP (hari) 263,35 ± 149,74 (n = 27) 187,20 ±164,89 DO (hari) 287,11 + 179,03 (n = 27) 193,09 ± 174,94 CI (hari) 473,96 ± 180,01 (n = 25) 512,48 ± 48,05 S/C: service per conception; APP: anoestrus post

partus; DO: days open; CI: calving interval

Performans reproduksi sapi Brahman Cross induk di Kabupaten Jember dilakukan di daerah dataran rendah pada 30 ekor ternak. Ternak mulai dipelihara pada tahun 2006 dan sudah beranak 2 kali. Nilai service per conception (S/C) adalah 3,44 ± 2,5; timbulnya birahi pertama setelah beranak adalah 187,20 ±164,89, lama kosong adalah 193,09 ± 174,94 dan selang beranak 512,48 ± 48,05 hari.

Informasi berat badan, skor kondisi tubuh, jenis dan konsumsi pakan sapi Brahman Cross di Kabupaten Jember dan Kabupaten Lumajang Jawa Timur ditampilkan pada Tabel 2. Jenis pakan yang diberikan pada sapi Brahman Cross di Kabupaten Jember adalah rumput Gajah, rumput lapang, jerami jagung, pucuk tebu dan dedak. Total konsumsi segar adalah 32,80 kg. Konsumsi bahan kering (BK), protein kasar (PK) dan energy dalam total digestible nutrient (TDN) masing-masing adalah 8,65 kg; 0,76 kg dan 4,51 kg. Kebutuhan bahan kering (BK), protein kasar (PK) dan total digestible nutrient (TDN) adalah 7,7 kg; 0,814 kg dan 4,6 kg.

Jenis pakan yang diberikan pada sapi Brahman Cross di Kabupaten Lumajang adalah rumput Gajah, rumput lapang, pucuk tebu dan dedak. Total konsumsi segar adalah 40,93 kg. Konsumsi bahan kering (BK), protein kasar (PK) dan energi dalam total digestible nutrient (TDN) masing-masing adalah 10,23 kg; 0,87 kg dan 5,16 kg. Kebutuhan bahan kering (BK), protein kasar (PK) dan total digestible nutrient (TDN) adalah 7,972 kg; 0,831 kg dan 4,702 kg.

(4)

Tabel 2. Jenis dan konsumsi pakan, berat badan dan

skor kondisi tubuh sapi Brahman Cross di Kabupaten Jember dan Lumajang provinsi Jawa Timur Konsumsi pakan (KG) Jenis pakan Jember Lumajang Rumput lapang 23,93 21,58 Rumput Gajah 0,00 14,14 Tebon 8,17 0 Pucuk tebu 0,40 4,67 Dedak 0,31 0,54 Konsumsi total segar 32,80 40,93 Konsumsi total BK 8,65 10,23 Konsumsi total PK 0,76 0,87 Konsumsi total TDN 4,51 5,16

Berat badan sapi Brahman Cross

induk 350 ± 6,77 367 ± 8,5 Skor kondisi tubuh

(SKT) 5,23 ± 0,67 5,00 ± 0,21 Jawa Tengah

Aksi perbibitan sapi Brahman Cross di provinsi Jawa Tengah dilakukan mulai tahun 2006 sebanyak 192 ekor yang disebarkan di 3 kabupaten yaitu: Pati (84 ekor), Kudus (84 ekor), Magelang (84) ekor, Tegal (84 ekor) Banyumas (84 ekor), Banjarnegara (84 ekor) dan Grobogan 74 ekor. Pada tahun 2007 disebarkan di Kabupaten Klaten (150 ekor), Boyolali (99 ekor), Purworejo (50 ekor),

Purbalingga (100 ekor), Wonogiri (99 ekor). Penyebaran pada tahun 2008 di lakukan di Kabupaten Semarang dilakukan: Semarang (50 ekor), Temanggung (135 ekor), Wonosobo (150 ekor), Brebes (150 ekor) dan Kebumen 150 ekor. Hasil pengamatan terhadap performans reproduksi sapi Brahman Cross di 2 kabupaten di Provinsi Jawa Tengah ditampilkan pada Tabel 3.

Survei sapi Brahman Cross induk di Provinsi Jawa Tengah di lakukan di Kabupaten Pati dan Kabupaten Semarang. Survei reproduksi sapi Brahman Cross induk di Kabupaten Pati dilakukan pada 30 ekor ternak. Ternak mulai dipelihara pada tahun 2006 dan sudah beranak 2 – 3 kali, Nilai S/C anak ke-1 adalah 4 ± 1,93 kali sedangkan S/C anak ke 2 adalah 3 ± 1,50 kali, Timbulnya birahi pertama setelah beranak adalah 365 ± 229,23 hari dan lama kosong adalah 433 ± 244,69 hari. Jarak beranak antara anak ke 1 dan ke 2 adalah 526,34 + 136,47 hari sedangkan jarak beranak antara anak ke 2 dan ke 3 adalah 377,50 + 21,92.

Survei lanjutan reproduksi sapi Brahman Cross induk di Jawa Tengah untuk agroekosistem dataran tinggi dilakukan di Kabupaten Semarang (Desa Tambakboyo, Desa Barukan, Desa Gedang Anak,) terhadap 30 ekor ternak. Ternak mulai dipelihara pada tahun 2007 – 2008. Sapi Brahman Cross Induk pengadaan tahun 2007 sebanyak 35 ekor, 88,7% (31 ekor induk) telah beranak lebih dari 1 kali, Sebanyak 35% (28 ekor pedet) mati pada usia prasapih. Sampai dengan September 2009 populasi sapi Brahman Cross dan turunannya sebanyak 61 ekor (56 ekor betina, 5 jantan). Nilai service per conception (S/C)

Tabel 3. Performans reproduksi sapi Brahman Cross di Jawa Tengah (Pati dan Ungaran)

Uraian Pati Ungaran

S/C anak -2 (kali) 4 ± 1,93 (n = 28) 1,65 ± 1,10 (n = 78) S/C anak -3 (kali) 3 ± 1,50 (n = 12) APP (hari) 365 ± 229,23 (n = 24) 249 ± 201,44 (n = 58) DO (hari) 433 ± 244,69 (n = 23) 300,68 ± 216,34 (n = 57) CI anak – 2 (hari) 565 ± 127,86 (n = 20) 526,34 ± 136,47 (n = 39) CI anak – 3 (hari) 3,78 ± 21,92 (n = 2) 408,13 ± 67,25 (n = 7) S/C: service per conception; APP: anoestrus post partus; DO: days open; CI: calving interval

(5)

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010

adalah 1,65 ± 1,10 kali. Timbulnya birahi pertama setelah beranak adalah 249 + 201,44 hari dan lama kosong adalah 300,68 + 216,34 hari, Jarak beranak antara anak ke 1 dan ke 2 adalah 564,95 ± 127,86 hari sedangkan jarak beranak antara anak ke 2 dan ke 3 adalah 377,50 + 21,92 jarak beranak 408,13 + 67,25.

Informasi berat badan, skor kondisi tubuh, jenis dan konsumsi pakan sapi Brahman Cross di Kabupaten Pati dan Kabupaten Semarang Jawa Tengah ditampilkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Jenis dan konsumsi pakan, berat badan

dan skor kondisi tubuh sapi Brahman Cross di Kabupaten Pati dan Ungaran Provinsi Jawa Timur

Konsumsi Pakan (KG) Jenis pakan Pati Ungaran Rumput Gajah 11,16 0,00 Rumput lapang 11,94 25,79 Jerami padi 13,00 18,95 Jerami kacang tanah 2,13 0,00 Jerami jagung 1,94 0,00 Pucuk Tebu 0,16 0,00 Dedak 1,40 0,92 Singkong 0 1,71 Ampas singkong 1,00 0,00 Konsentrat 0,64 0,53 Total konsumsi pakan segar 45,08 47,89 Konsumsi BK 14,64 16,56 Konsumsi PK 1,05 1,08 Konsumsi TDN 6,92 7,39 Berat badan sapi Brahman Cross induk 450,55 ± 10,67 450 ± 11,12 Skor kondisi tubuh 4,97 ± 1,12 5,26 ± 0,75 Jenis pakan yang diberikan pada sapi Brahman Cross di Kabupaten Pati adalah rumput Gajah, rumput lapang, jerami padi, jerami kacang tanah, jerami jagung, pucuk tebu, dedak, ampas singkong dan konsentrat pabrik. Total konsumsi segar adalah 45,08 kg, konsumsi bahan kering (BK), protein kasar

(PK) dan energi dalam total digestible nutrient (TDN) masing-masing adalah 14,64 kg; 1,05 kg dan 6,92 kg, Kebutuhan bahan kering (BK), protein kasar (PK) dan total digestible nutrient (TDN) adalah 9,2 kg; 0,911 kg dan 5,3 kg.

Jenis pakan yang diberikan pada sapi Brahman Cross di Kabupaten Ungaran adalah rumput lapang, jerami padi, singkong dan konsentrat pabrik. Total konsumsi segar adalah 47,89 kg. Konsumsi bahan kering (BK), protein kasar (PK) dan energi dalam total digestible nutrient (TDN) masing-masing adalah 47,89 kg; 1,08 kg dan 7,39 kg, Kebutuhan bahan kering (BK), protein kasar (PK) dan total digestible nutrient (TDN) adalah 9,2 kg; 0,911 kg dan 5,3 kg.

Kalimantan Selatan

Hasil pengamatan terhadap performans reproduksi sapi Brahman Cross di 2 kabupaten di Propinsi Kalimantan Selatan ditampilkan pada Tabel 5.

Survei sapi Brahman Cross induk di Provinsi Kalimantan Selatan di lakukan di Kabupaten Tanah Laut dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Tanah Laut mewakili agroekosistem dataran rendah. Nilai S/C di Tanah Laut adalah 3,80 ± 2,33 kali. Timbulnya birahi pertama setelah beranak adalah 171 ± 102,91 hari dan lama kosong adalah 314 ± 154,60 hari. Jarak beranak antara anak ke 1 dan ke 2 adalah 371 ± 49 hari.

Survei lanjutan reproduksi sapi Brahman Cross induk di daerah beragrosistem dataran tinggi dilakukan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Nilai service per conception (S/C) adalah 3,07 ± 1,59 kali. Timbulnya birahi pertama setelah beranak adalah 97,5 ± 74,79 hari dan lama kosong adalah 263,22 ± 152,93 hari. Jarak beranak antara anak ke-1 dan ke-2 adalah 502,08 ± 130,54. Jenis konsumsi pakan, berat badan dan skor kondisi tubuh sapi Brahman Cross di Kalimantan Selatan ditampilkan pada Tabel 6.

Jenis pakan yang diberikan pada sapi Brahman Cross di Kabupaten Tanah Laut adalah rumput lapang, dedak dan konsentrat. Total konsumsi segar adalah 45,08 kg. Konsumsi bahan kering (BK), protein kasar (PK) dan energi dalam total digestible nutrient (TDN) masing-masing adalah 63,50 kg;

(6)

Tabel 5. Performans reproduksi sapi Brahman Cross di Kalimantan Selatan (Tanah Laut & Hulu Sungai

Tengah)

Uraian Tanah Laut Hulu Sungai Tengah

S/C anak – 2 (kali) 3,80 ± 2,33 (n = 44) 3,07 ± 1,59 (n = 14)

APP (hari) 171 ± 102,91 (n = 44) 97,5 ± 74,79 (n = 8) DO (hari) 314 ± 154,60 (n = 42) 263,22 ± 152,93 (n = 9)

CI anak – 2 (hari) 371 ± 49 (n = 9) 502,08 ± 130,54 (n = 12) S/C: service per conception; APP: anoestrus post partus; DO: days open; CI: calving interval.

Tabel 6. Jenis dan konsumsi pakan, berat badan dan skor kondisi tubuh

Konsumsi pakan (KG) Jenis pakan

Tanah Laut Hulu Sungai Tengah

Rumput lapang 47 69,29

Rumput Gajah 12,5 0

Jerami padi segar 5 0

Dedak 0,5 0

Konsentrat 0,25 0

Ketela pohon 0,25 0

Total konsumsi pakan segar 63,5 69,29

Konsumsi BK 13,97 14,50

Konsumsi PK 0,98 1,02

Konsumsi TDN 7,00 7,10

Berat badan 476,54 ± 10,67 489 ± 20,25

Skor kondisi tubuh 5,71 ± 0,49 7,20 ± 0,33

0,98 kg dan 7,00 kg, Kebutuhan bahan kering (BK), protein kasar (PK) dan total digestible nutrient (TDN) adalah 9,564 kg; 0,9349 kg dan 5,456 kg

Jenis pakan yang diberikan pada sapi Brahman Cross di Kabupaten Hulu Sungai Tengah adalah rumput lapang, dedak dan konsentrat. Total konsumsi segar adalah 69,29 kg. Konsumsi bahan kering (BK), protein kasar (PK) dan energy dalam total digestible nutrient (TDN) masing-masing adalah 16,56 kg; 1,08 kg dan 7,39 kg. Kebutuhan bahan kering (BK), protein kasar (PK) dan total digestible nutrient (TDN) adalah 9,746 kg; 0,95 kg dan 5,53 kg.

Pembahasan

Tujuan awal dari impor sapi induk Brahman Cross adalah untuk meningkatkan

populasi baik induk maupun pedet yang lahir di Indonesia. Namun tujuan tersebut belum bisa terpenuhi disebabkan performans reproduksi sapi induk Brahman Cross dan viabilitas pedet yang rendah. Performans reproduksi yang rendah tercermin dari tingginya nilai S/C, panjangnya APP dimana pada akhirnya menyebabkan jarak beranak yang panjang. PAMBUDI (2009) menyatakan

karena performans reproduksi yang rendah pada sapi Brahman Cross disebabkan oleh perbedaan manajemen pemeliharaan antara di Australia dan di Indonesia. Sapi Brahman Cross di Negara asalnya (Australia) dipelihara secara ekstensif pada padang penggembalaan, tanpa tali hidung, hidup berkoloni dalam jumlah besar, perkawinan secara alami, pemberian pakan baik secara kuantitatif maupun kualitatif terpenuhi. Pemeliharaan sapi

(7)

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010

Brahman Cross ditingkat peternak memakai tali hdung, dikandangkan sendiri atau dalam kelompok kecil dalam tempat yang sempit, belum sepenuhnya adaptasi, pemberian pakan yang kuantitas dan kualitasnya tidak memenuhi. Akibat perbedaan manajemen pemeliharaan tersebut menyebabkan terjadinya gangguan reproduksi (slow breeder) ditandai dengan tidak munculnya gejala birahi pada sapi yang belum bunting maupun setelah beranak, masa estrus yang lebih pendek yaitu 6,7 ± 0,8 serta munculnya gangguan pada ovarium seperti corpus luteum persistence, hipofungsi ovary dan cystic foliculair. VANDEPLASSHE

(1982) menyatakan bahwa APP yang panjang disebabkan oleh makanan yang kurang berkualitas, temperature lingkungan yang panas, infeksi parasit, penyakit reproduksi, tubuh yang kurus dan stress akibat menyusui.

Pada sapi induk, skor kondisi tubuh (SKT) merupakan petunjuk yang bagus untuk menentukan status kecukupan nutrisi dan produktivitas bila dibandingkan dengan berat badan. Skor kondisi tubuh yang ideal untuk menunjang reproduksi yang normal adalah > 4 sampai ≤ 8 (WINUGROHO dan TELENI, 1993).

Berdasarkan hasil pengamatan di tiga provinsi SKT pada sapi Brahman Cross mempunyai SKT4,97 ± 1,12 (Pati) hingga 7,20 ± 0,33 yang ideal untuk menunjang reproduksi. Meskipun sapi Brahman Cross induk mempunyai SKT ideal untuk menunjang reproduksi namun performans reproduksinya menunjukkan hasil yang tidak maksimal ditunjukkan dengan buruknya nilai S/C, APP, DO dan CI, akibatnya banyak sekali sapi induk Brahman Cross yang dijual kemudian ditukar dengan sapi local oleh peternak pemelihara. Performans reproduksi sapi Brahman Cross yang di impor dari Australia pada tahun 1973 di Sulawesi Selatan mempunyai nilai calf crop hanya 42,54%. Berdasarkan pengamatan terhadap SKT dan performans reproduksi sapi induk Brahman Cross induk di 3 propinsi diduga adaptasi yang rendah terhadap pola pemeliharaan di Indonesia, akibatnya terjadinya gangguan reproduksi (slow breeder) ditandai dengan tidak munculnya gejala birahi pada sapi yang belum bunting maupun setelah beranak dan masa birahi yang pendek. Pemendekan periode APP pada sapi Brahman

Cross salah satunya dapat dilakukan dengan: (1) pemberian vitamin ADE 3 ml intra musculair dengan selang 3 hari selama 45 hari; (2) dipelihara dalam kandang kelompok dengan manajemen kawin alam.

KESIMPULAN

Sapi Brahman belum mampu beradaptasi pada manajemen pemeliharaan di Indonesia ditandai buruknya performans reproduksinya sehingga informasi reproduksi sapi Brahman Cross diharapkan dapat digunakan untuk menentukan strategi peningkatan efisiensi reproduksi sapi Brahman Cross induk. Disarankan usaha untuk memperbaiki reproduksinya adalah dengan introduksi kandang kelompok dengan manajemen kawin alam, aplikasi hormon serta pemberian mikromineral.

DAFTAR PUSTAKA

BADAN LITBANG PERTANIAN. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Sapi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta.

HARDJOSUBROTO,W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

HARDJOSUBROTO,W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

MARTOJO, H. 1988, Performans Sapi Bali dan Persilangannya, Seminar Ekspor Ternak Potong, Jakarta, Kumpulan Makalah.

PAMBUDI,G.T. 2009. Sejarah dan Pertumbuhan Sapi

Brahman Cross di Indonesia. ternakonline.

wordpress.com/.../sejarah-dan-pertumbuhan-sapi-Brahman-Cross-di-indonesia/5 Mei 2010 PUSLITBANG PETERNAKAN. 2006. Rencana Tindak,

Program Menuju Kecukupan Daging Sapi 2010, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.

WINUGROHO, M. 2002. Strategi pemberian pakan tambahan untuk memperbaiki efisiensi reproduksi induk sapi. J. Litbang Pertanian, 21(21) Juli, 2003

Gambar

Tabel 1.  Performans reproduksi sapi Brahman  Cross di Jawa Timur (Lumajang dan  Jember)
Tabel 2.  Jenis dan konsumsi pakan, berat badan dan  skor kondisi tubuh sapi Brahman Cross di  Kabupaten Jember dan Lumajang provinsi  Jawa Timur  Konsumsi pakan (KG)  Jenis pakan  Jember Lumajang  Rumput lapang  23,93  21,58  Rumput Gajah  0,00  14,14  Te
Tabel 4. Jenis dan konsumsi pakan, berat badan  dan skor kondisi tubuh sapi Brahman  Cross di Kabupaten Pati dan Ungaran  Provinsi Jawa Timur
Tabel 6.  Jenis dan konsumsi pakan, berat badan dan skor kondisi tubuh

Referensi

Dokumen terkait

aplikasi yang dibuat untuk Kebun Binatang, namun yang. menjadi pembeda di Ragunan Zoo tidak ada fitur donate

Dalam kaitan dengan proses pembelajaran melukis gaya Batuan, metode ceramah diaplikasikan hampir pada setiap awal pertemuan ketika para pembina/instruktur

Uraian di atas memperlihatkan bahwa basis hukum berada dalam masyarakat itu sendiri, sehingga untuk memaharni hukum dalam masyarakat secara utuh maka hukum harus

Suatu sistem adalah seperangkat komponen, elemen, unsure atau sub sistem dengan segala atributnya yang satu sama lain saling berkaitan, pengaruh mempengaruhi dan saling

Undang-undang berlaku bagi orang yang ada, baik di dalam suatu wilayah negara maupun di luar negaranya (asas personalitas, misalnya dalam Pasal 5 KUHP apabila di negara

Dari pelaksanaan kegiatan PPL di SD Negeri Sendangadi 1 maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan PPL dapat memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam pengembangan

Di dalam strategi, pihak pengurusan akan membincangkan perkara seperti strategi pemasaran yang meliputi perletakan harga, perluasan pasaran atau perbezaan barangan agar

isolat kapang entomopatogen yang menunjukkan hubungan filogenetik yang tinggi dan memiliki nilai similaritas sekuen 28S rDNA lebih dari 99% dengan spesies acuan dapat