STRATEGI INTERVENSI LEMBAGA ADAT DAN
KEARIFAN LOKAL SEBAGAI BENTUK PENCEGAHAN
PERDAGANGAN ANAK DI INDONESIA
LATAR BELAKANG
•
Globalisasi di abad ke-21 membawa
berbagai manfat bagi ummat manusia
sekaligus tantangan dan ancaman berbagai
bentuk kejahatan perdagangan orang
(trafficking in person/human trafficking.
•
Perdagangan perempuan dan anak
merupakan suatu bentuk kejahatan yang
terorganisir, berjaring dari kota besar
sampai daerah terpencil dan sistematik.
Bentuk kejahatan ini sudah lama
menjadikan anak-anak sebagai korban
utama, karena posisi mereka lemah dan
tidak berdaya
FAKTA_FAKTA
•
Kejahatan ini merupakan pelanggaran Hak
Asasi Manusia yang bersifat kejahatan kriminal
luar biasa (extra ordinary crime). United Nations
International Labour Organization (ILO)
melaporkan bahwa terdapat 215 juta anak
terperangkap dalam pekerjaan berbahaya yang
menempatkan mereka beresiko cedera, sakit
atau kematian, dan rentan menjadi korban
perdagangan orang
• Tahun 2010 Bareskrim POLRI : sejumlah 105 kasus
perdagangan orang dengan korban dewasa sejumlah 86 orang dan korban anak 57 orang. Dari hasil rekapitulasi data penempatan tahun 2008 hingga Juli 2010,
Perempuan dan anak-anak menjadi target
perdagangan orang untuk diekploitasi baik
secara seksual maupun tenaganya (forced
labour), di dalam dan di luar negeri.
Bentuk dan modus beragam mulai pelacuran
baik di area lokalisasi maupun ditempat-tempat
pelacuran terselubung seperti di kafe, panti
pijat, salon kecantikan plus-plus, hotel dan
lain-lain Database IOM (Maret 2005-2011) korban
anak perempuan 749 orang sementara 150
LANJUTAN FAKTA
..
pengemis dan anak jalanan modus
paling banyak dipakai untuk
mengeksploitasi anak-anak untuk tujuan
ekonomi. Ironisnya, pelaku pemaksaan
anak untuk mengemis justru orang
dewasa dan bahkan adalah orang tua
mereka sendiri.
Lanjutan…
Pelaku melakukan komunikasi dengan korban melalui berbagai aplikasi jejaring sosial Seperti Facebook,
Twitter, Wechat Merupakan Modus Lainnya Dalam Perdagangan Anak
Remaja perempuan menjadi korban perdagangan orang dengan melakukan pekerjaan sebagai kurir “narkoba” karena janji
mendapat uang, dipacari, dinikahi oleh pelaku. Setelah modus pengantin pesanan di Kalimantan Barat ke beberapa negara tujuan seperti Hong Kong dan Taiwan, sekarang muncul modus baru melalui kawin kontrak yang berlangsung hanya beberapa hari atau minggu yang diperantarai oleh pemandu wisata
(guide), terjadi antara wisatawan asal Timur Tengah dengan
remaja atau perempuan Indonesia kemudian tinggal beberapa hari di daerah tujuan wisata seperti di Cisarua Kabupaten
REGULASI-REGULASI PERDAGANGAN
ORANG antara lain
…
United Nations Convention Against Corruption 2003, United Nations Convention Against Transnational Organized Crime 2000. Perjanjian seperti ini sering
disebut dengan standard/harmonized-setting treaties
Protokol untuk Mencegah, Menindak dan Menghukum Pelaku Perdagangan Orang, khususnya terhadap
Perempuan dan Anak diadopsi dengan Resolusi Majelis Umum 55/25, mulai berlaku pada tanggal 25 Desember 2003. Protokol mengatur mengenai definisi perdagangan orang yang disepakati Negara pihak perjanjian.
Kewajiban Indonesia sebagai Negara peserta
Konvensi
Undang-undang No. 21 Tahun 2007
tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang (selanjutnya
disingkat dengan UU.No. 21 Tahun 2007
tentang PTPPO) dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
58.
Keputusan Presiden (Keppres) RI Nomor
88 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi
Nasional (RAN) Penghapusan
PERDAGANGAN ORANG ADALAH
Perdagangan orang (human trafficking) adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan atau penerimaan dengan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyelahgunaan
kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas
orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam Negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang
Regulasi Perlindungan Anak di Indonesia
Undang-Undang tentang Perlindungan
Anak Nomor 23 Tahun 2002 (UUPA No.
23 Tahun 2002).
Pasal 1 (ayat 2) UU PA No. 23 Tahun 2002
“segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
Identifikasi Masalah
….
Bagaimana strategi intervensi
lembaga adat dan bentuk
pencegahan perdagangan anak
berdasarkan kearifan lokal di
PEMBAHASAN…
Potensi Lembaga Adat Merupakan Garda Terdepan
Intervensi dalam pencegahan Perdagangan Orang
lembaga dan tokoh adat memiliki posisi strategis dalam menggerakkan masyarakat dan dipercaya sebagai tumpuan masyarakat dalam menghadapi berbagai persoalan kekerasan yang terjadi termasuk perdagangan anak. Lembaga dan tokoh adat dianggap memiliki otoritas tertentu sebagai pemelihara nilai-nilai lokal yang harus dilestarikan. Mereka menjadi rujukan dan sebagai pihak yang harus mengambil peran terdepan ketika persoalan-persoalan masyarakat menabrak nilai-nilai kearifan lokal
Lembaga adat dapat berperan dalam mensosialisasikan nilai-nilai kearifan lokal dan memberikan penyadaran kepada masyarakat agar tidak ikut-ikutan mengikuti ajakan orang lain untuk mencari kerja di tempat (negara) lain apalagi melalui jalur tidak resmi yang bisa
mengakibatkan terjebak dalam praktik perdagangan anak. Lembaga dan tokoh adat selayaknya memahami berbagai modus dan tindak
pidana perdagangan orang dan bentuk kejahatan lain yang
berhubungan dengan perdagangan anak yang merupakan bagian dari tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai kearifan lokal.
KEARIFAN LOKAL (LOCAL WISDOM
)
Kearifan lokal didefinisikan sebagai suatu kekayaan budaya lokal yang mengandung kebijakan hidup, pandangan hidup (way of life) yang mengakomodasi kebijakan (wisdom) dan kearifan hidup. Kearifan lokal tidak hanya berlaku secara lokal pada budaya atau etnik tertentu, tetapi dapat dikatakan bersifat lintas budaya atau lintas etnik sehingga membentuk nilai budaya yang bersifat nasional. Sebagai contoh, hampir di setiap
budaya lokal di Indonesia dikenal kearifan lokal yang mengajarkan gotong royong, toleransi, etos kerja, dan seterusnya. Pada umumnya etika dan nilai moral yang
KEARIFAN LOKAL (LOCAL WISDOM)
Kearifan lokal yang cukup banyak tersebut ternyata
mendukung perlindungan anak serta bisa berkontribusi dalam pencegahan perdagangan orang dan hampir
diseluruh wilayah nusantara bisa ditemukan beragam bentuk kearifan lokal yang dapat mencegah terjadinya perdagangan orang. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan, kearifan lokal yang diwariskan dari
generasi ke generasi, jika tidak dipelihara dengan
globalisasi yang menawarkan gaya hidup yang makin pragmatis dan konsumtif.
Faktanya, kearifan lokal yang sarat kebijakan
dan filosofi hidup nyaris tidak
terimplementasikan dalam praktik hidup yang
makin pragmatis, akan mengalami pergeseran
nilai, karena tidak mampu bertahan dengan
sehingga nilai-nilai lokal yang bersifat positif
tersebut pun menjadi terpendam dan hanya
tinggal cerita masa lalu atau nilai-nilai tersebut
justru disalahgunakan untuk
Provinsi Aceh
Agama dan kebudayaan Islam
memiliki peran penting dan sangat
mempengaruhi kehidupan
sehari-hari masyarakat Aceh, sehingga
Aceh disebut Serambi Mekah
Kearifan lokal yang banyak diserap dalam
Hukum Adat hidup dan berkembang dalam
masyarakat adat menjadikan bagian tidak
terpisahkan dari dinamika masyarakat adat itu
sendiri. Umumnya kearifan lokal yang diserap
dalam hukum adat dan lembaga adat di Aceh
dipertahankan melalui 2 (dua) cara, yaitu
praktik tingkah laku anggota masyarakat dan
pemeliharaan melalui lisan. Pemeliharaan
ungkapan-Lembaga adat yang berkembang dalam kehidupan masyarakat Aceh sejak dahulu hingga sekarang
mempunyai peranan penting dalam membina nilai-nilai budaya, norma-norma adat dan aturan untuk
mewujudkan keamanan, ketertiban, ketentraman, kerukunan dan kesejahteraan bagi masyarakat Aceh
sesuai dengan nilai islami terutama melindungi berbagai bentuk kejahatan antara isu perdagangan anak.
Keberadaan lembaga adat perlu ditingkatkan perannya tidak hanya berfungsi sebagai pelestarian adat dan adat istiadat sebagai salah satu wujud pelaksanaan
kekhususan dan keistimewaan Aceh di bidang adat istiadat tetapi juga sebagai lembaga yang dapat
melakukan intervensi dalam berbagai bentuk
Bentuk Intervensi Lembaga Adat di Aceh dalam
Regulasi
UU Pemerintahan Aceh No. 11
Tahun 2006 Pasal 98 ayat (1) – ayat
(3)
Kearifan Lokal yang mendukung Perlindungan Anak dan
Pencegahan Perdagangan Anak
“…… bek tertipu ngoen haba
mangat, geu tanyoe meukeumat
bak saboh masa, menyoe geu
tanyoe na ta ingat tentei seulamat
bak tipu daya ….(jangan tertipu
dengan janji-janji manis karena
suatu saat kita akan bermasalah.
Tetapi kalau kita bisa mewaspadai
tentu akan selamat dari tipu daya)”.
“Meunyo tatuoh peulaku, boh labu jeut keu aso
kaya, meunyo hana tatuoh peulaku aneuk
tengku jeut keu beulaga (Meskipun anak
dengan berasal dari orang tua yang mempunyai
status sosial ekonomi yang rendah akan tetapi
apabila anak dididik dengan benar maka ia akan
tumbuh menjadi anak yang baik. Sebaliknya
meskipun anak itu berasal dari orang tua yang
mempunyai status sosial ekonomi yang tinggi
seperti anak ulama, akan tetapi apabila ia tidak
SUMATERA BARAT
Kearifan lokal untuk mencegah perdagangan orang dapat diartikan sebagai norma yang berlaku dalam masyarakat yang diyakini kebenarannya oleh orang Minangkabau dan menjadi acuan dalam bertindak dan berperilaku sehari-hari dan merupakan entitas yang sangat
menentukan harkat dan martabat manusia dalam
komunitas ”ke- Minangkabauan-nya” dalam mencegah terjadinya perdagangan orang. Di dalam adat
Minangkabau terkenal pola “kamanakan barajo ka
mamak, mamak barajo ka panghulu, panghulu barajo kakabanaran, kabanaran barajo ka kapatutan”,
maksudnya dalam tatanan pergaulan masyarakat minang pada setiap generasi atau strata ada fungsi pengawasan dari orang yang lebih disegani baik dalam keluarga
SULAWESI SELATAN
Sulawesi Selatan yang terkenal dengan etnik Bugis dan Makasar misalnya, mempunyai kearifan local yang dikenal dengan sebutan “Siri” yang berarti rasa malu. Rasa malu bagi orang bugis disebutkan pada tiga ujung, pertama “cappa lilah
ujung lidah” bermakna pada tidak boleh berkata-kata dan
dikata-katai dengan kata-kata kotor dan hina. Kedua,
“cappakawali ujung badik” berarti pantang menghindar apalagi lari dari serangan fi sik dan bentuk-bentuk ancaman lainnya, ketiga “cappalaso ujung kemaluan laki-laki” dimaknai pantang melakukan hubungan seksual diluar nikah (berzina atau
dizinahi anggota keluarga dan saudara dekatnya atau oleh
siapapun juga). Bila seseorang sudah tidak bisa mengendalikan ketiga “cappa” tadi, maka dianggap sudah mati sebelum mati.
JAWA BARAT
Konsep budaya yang patut digali dan ditumbuhkan kembali yaitu karakter kesundaan yang disebut “cageur” berati sehat,
“bageur” berarti baik, dan “bener”yang artinya benar, serta
“sieger” berarti mawas diri dan “pinter”(cerdas). Kelima konsep
budaya lokal tersebut bila dipahami secara lebih dalam sangat mendukung upaya pencegahan perdagangan orang dan
masing-masing unsur tersebut dapat saling memperkuat dalam mencegah terjadinya perdagangan orang. Hidup sehat akan terwujud dengan cara hidup yang baik dan benar, hidup yang baik dan benar bisa diwujudkan bila kita selalu mawas diri dan cerdas dalam menghadapi dan mencari solusi dari
permasalahan. Namun demikian, kendati terdapat nilai-nilai kearifan local yang sebenarnya dapat menjadi daya tangkal masyarakat dalam menghindari kejahatan perdagangan orang, perdagangan orang diberbagai daerah masih saja terus terjadi, termasuk di tiga provinsi tersebut di atas. Diduga salah satu penyebabnya adalah karena telah bergeser dan tenggelamnya nilai-nilai kearifan lokal yang ada dalam kehidupan masyarakat saat ini.
KESIMPULAN
Intervensi Lembaga Adat dan peran masyarakat
memiliki ruang terlibat aktif baik secara nilai
kearifan lokal maupun melalui regulasi di
daerah masing-masing berdasarkan otonomi
khusus. Strategi pencegahan perdagangan
anak oleh lembaga adat dan masyarakat selain
merupakan garda terdepan dalam mencegah
perdagangan anak, paling memahami konteks
kejahatan ini sebenarnya bermula dari
KESIMPULAN
Kearifan lokal masih ada namun sebagian dari
nilai-nilai dasar itu banyak bergeser dan
tergusur disebabkan globalisasi dan
konsumerisme, salah satu faktor pendorong
terjadinya migrasi para perempuan dari desa ke
kota-kota maupun ke luar negeri. Media cetak
dan eletronik (radio, TV, internet) kemajuan
teknologi handphone, facebook mempercepat
arus informasi dan komunikasi yang mampu
mengubah gaya hidup. Perubahan gaya hidup
tidak hanya terjadi di perkotaan tetapi juga
KESIMPULAN
Kemiskinan dan upah bekerja ke luar negeri lebih besar serta ingin melihat negeri di luar Indonesia. Informasi kehidupan dirantau lebih baik dan sukses dan lain-lain. Feminisasi kemiskinan karena lapangan kerja yang
terbatas di desa, intensifikasi pertanian (revolusi hijau) dan tiadanya akses anak-anak perempuan terhadap pengelolaan SDA termasuk kepemilikan tanah. Sistem adat/komunitas yang kurang memberikan akses pada ekonomi seperti soal warisan di keluarga. Nilai-nilai dan relasi sosial termasuk pengambilan keputusan akibat
sistem budaya patriarkhi yang menyebab kan perempuan tersubordinasi dengan dampak antara lain pendidikan