• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

42 A. Desain Penelitian

Berdasarkan tujuan yang akan dicapai dalam masalah penelitian yang harus di pecahkan, maka penelitian ini dilaksanakan memalui penelitian pengembangan (Research and Development). Menurut Borg and Gall (dalam Sugiyono, 2013;4) menyatakan bahwa penelitian dan pengembangan (Research and Development/R&D), merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi produk produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran. Sedangkan Menurut Sugiono (2014;407), metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang di gunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keafektifan produk tersebut.

Produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan itu bermacam macam. Namun Dalam bidang pendidikan, produk produk yang dihasilkan diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pendidikan itu sendiri. Maka dalam penelitian ini, peneliti akan menghasilkan produk berupa video pembelajaran sejarah yang kemudian dilakukan validasi oleh ahli. Selanjutnya video pembelajaran sejarah ini akan direvisi sesuai saran dan pendapat pada saat tahap validasi, hasil pengembangan media pembelajaran berupa video ini diharapkan akan digunakan oleh guru sebagai media pembelajaran sejarah yang menarik dan menyenangkan bagi siswa dalam pembelajaran di kelas.

Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini diharapkan akan mampu menjadi media pembelajaran yang efektif. Untuk menyingkat waktu penelitian, model penelitian dan pengembangan (R & D) dari Sugiyono peneliti sederhanakan menjadi beberapa langkah sebagai berikut: (1) analisis potensi dan masalah, (2) mendesain produk, (3) mengumpulkan mated, (4) membuat produk awal, (5) melakukan uji ahli, (6) merevisi produk, dan (7) melakukan uji lapangan.

Tahapan-tahapan dalam penelitian pengembangan ini, sebagaimana telah disederhanakan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

(2)

Tahap ini merupakan kegiatan research and information collecting yang memiliki dua kegiatan utama, yaitu studi literatur (kajian pustaka dan hasil penelitian terdahulu) dan studi lapangan. Hasil dari kegiatan ini adalah diperoleh informasi tentang media pembelajaran, khususnya media pembelajaran sejarah yang mesti ditingkatkan dan dikreasikan lagi.

2. Pengembangan Media

Tahap ini merupakan gabungan dari tahap planning and development of the preliminary form of product mengandung kegiatan-kegiatan; penentuan tujuan, menentukan kualifikasi pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian dan pengembangan (peneliti dan guru), merumuskan bentuk partisipasi pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian dan pengembangan, menentukan prosedur kerja, dan uji kelayakan. Hasil dari kegiatan ini adalah diperolehnya draft desain media yang siap untuk diujicobakan. Tahap uji lapangan mengandung tahap-tahap preliminary field testing, main product revision, main field testing, dan product revision memiliki kegiatan utama, yahu uji coba, baik uji coba terbatas (preliminary field test) maupun aji coba lebih luas (main field test). Di samping itu, tahap ini mengandung pula kegiatan untuk merevisi terhadap hasil setiap uji coba media pembelajaran. Kegiatan uji coba dilakukan secara siklis (desain, implementasi, evaluasi, dan penyempurnaan) sampai ditemukan media pembelajaran yang siap untuk divalidasikan.

3. Pengujian Efektivitas Media

Tahap ini merupakan tahap validasi terdiri yang atas kegiatan operational field testing dan final product revision dengan tujuan untuk menguji media melalui kuasi eksperimen dengan kelompok (pretest-posttest) satu kelompok perlakuan dan satu kelompok kontrol. Hasil eksperimentasi menjadi bahan pertimbangan dalam membuat rekomendasi tentang efektivitas dan adaptabilitas media pembelajaran pada pokok pembahasan usaha mempertahankan kemerdekaan di sekolah.

Hasil yang dikehendaki oleh peneliti dalam penelitian ini adalah pengembangan media pembelajaran sejarah berupa video dengan memanfaatkan situs candi Dieng yang ada di Jawa Tengah, untuk meningkatkan sikap kesejarahan siswa. Pengembangan media pembelajaran sejarah ini dipandang tepat karena

(3)

tujuannya adalah menghasilkan produk berupa media pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai kondisi sekolah.

B. Implementasi Tahap Tahap Penelitian

Implementasi langkah langkah penelitian dan pengembangan media adalah sebagai berikut.

1. Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan ini memiliki tahap tahap atau bentuk bentuk kegiatan untuk mencari dan mengumpulkan informasi atau data yang dilakukan oleh peneliti. Di dalam tahapan ini terdapat dua kegiatan utama, yaitu studi literatur berupa ( kajian pustaka dan penelitian yang relevan ) dan studi lapangan yang dilakukan di sekolah, dalam hal ini ( SMA Negeri 1 Rumbia sebagai sekolah tempat penelitian ) maupun tempat tempat lainnya yang memiliki informasi tentang situs candi Dieng, seperti perpustakaan situs, perpustakaan daerah, dan museum kailasa Dieng.

Aspek aspek yang dapat di teliti dalam studi pendahuluan yang di lakukan di lapangan lingkungan sekolah adalah rencana pelaksanaan RPP, kondisi guru dan peserta didik, profil sekolah, penggunaan media pembelajaran serta proses pembelajaran sejarah yang berlangsung selama ini. Sedangkan studi pendahuluan yang dilakukan di museum transmigrasi adalah studi wawancara untuk memperoleh informasi tentang situs candi Dieng itu sendiri, serta mencari informasi mengenai peristiwa apa saja yang ada dibalik peninggalan bersejarah yang merupakan peninggalan bersejarah hindu di daerah tersebut. Untuk lebih jelasnya akan di uraikan di bawah ini.

a. Studi literatur ( Studi Pustaka )

Langkah awal dalam penelitian ini dengan melakukan studi literatur, hal ini dilakukan untuk mengumpulkan landasan teoritik yang berkaitan dengan fokus penelitian yaitu mengembangkan media pembelajaran sejarah, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Sedangkan untuk gen teori dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori kontruktivisme, teori ini memfokuskan siswa untuk aktif dan kreatif membangun sendiri pengetahuannya melalui kegiatan belajar mengajar yang di lakukan di kelas atau di lingkungan sekolah. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan kontekstual yang relevan untuk mengembangkan media pembelajaran

(4)

sejarah dengan memanfaatkan peninggalan peninggalan sejarah yang berada di situs Candi Dieng.

b. Studi Lapangan

1. Studi Lapangan di Sekolah

Studi lapangan dilakukan untuk mengumpulkan data di sekolah. Untuk sumber data yang diperoleh di sekolah antara lain analisis dokumen yang ada seperti rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran, sumber data juga dapat diperoleh dari siswa dan guru. Dalam penelitian ini data di peroleh selain melalui angket yang di sebarkan kepada siswa untuk mengumpulkan data data berkenaan dengan bagaimana pembelajaran sejarah yang berlangsung di SMA Negeri 1 Rumbia, dan juga melalui wawancara dengan guru tentang pembelajaran yang di lakukan selama ini di kelas.

Studi lapangan di sekolah dilakukan dengan memberikan angket kepada siswa dia SMA N 1 Rumbia untuk di isi, hal ini bertujuan untuk Mengetahui : 1) pendapat siswa tentang guru sejarah pada saat mengajar di kelas, 2) pendapat siswa terhadap peninggalan sejarah berupa situs candi Dieng yang ada di Jawa Tengah, suatu wilayah yang memiliki peninggalan kebudayaan hindu yang masih ada hingga sekarang, juga sebagai sebagai salah satu keunggulan sejarah kota Jawa Tengah, 3) dan kesan saat mengikuti proses pembelajaran selama ini.

2. Studi lapangan tentang situs candi Dieng yang ada di Jawa Tengah

Sumber data dari studi lapangan di situs candi Dieng ini diperoleh dari perpustakaan di situs tersebut dan juga museum kailasa Dieng. Hal ini di lakukan untuk memperoleh informasi tentang situs candi Dieng seperti buku : 1) situs candi Dieng dulu, kini dan esok, menyongsong kota wisata taman yang berbudaya, 2) proses pemugaran situs 3) penebangan hutan sampai di temukan batu pertama oleh para warga

Selanjutnya peneliti melakukan diskusi dengan guru untuk menyusun media pembelajaran sejarah dengan mengintegrasikan peninggalan sejarah berupa situs candi Dieng sebagai keunggulan sejarah lokal untuk meningkatkan sikap kesejarahan siswa atau peserta didik.

(5)

1) Instrumen Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan ini merupakan penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono, (2011;305) menyatakan bahwa : yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Untuk memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data dan juga untuk menjamin kelengkapan catatan lapangan, peneliti menggunakan alat bantu berupa kamera. Hal itu untuk mempermudah peneliti dalam mengambil gambar situs yang kemudian di visualisasikan dalam bentuk gambar.

2) Triangulasi Data

Menurut Sutopo (2006;92), triangulasi merupakan teknik yang di dasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif. Artinya untuk menarik kesimpulan yang mantap, diperlukan tidak hanya satu cara pandang. Dalam penelitian pendahuluan ini, trianggulasi data di lakukan untuk mendapatkan validasi data. Hal ini di maksudkan untuk mempertajam data sehingga data hasil informasi benar benar telah teruji kebenarannya.

Teknik triangulasi sumber menurut patton (dalam Sutopo.2006;93), merupakan cara yang mengarahkan peneliti agar di dalam pengumpulan data, ia wajib mengumpulkan berbagai sumber data yang berbeda beda. Dalam penelitian ini triangulasi data, akan lebih memantapkan data dalam kebenarannya bila di gali dari beberapa sumber data yang berbeda. Sedangkan triangulasi ,metode/teknik, bisa di lakukan oleh peneliti dengan cara mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teki/metode pengumpulan data yang berbeda. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan validasi data, di lakukan dengan triangulasi sumber/data/ (data tidak hanya di peroleh dari guru tetapi juga siswa) dan triangulasi metode ( tidak hanya menggunakan teknik wawancara, angket, tetapi juga pengamatan/observasi).

3) Pengolahan Data Penelitian Pendahuluan

Pengolahan data hasil penelitian pendahuluan di lakukan dengan teknik analisis model interaktif dari Miles and Huberman (dalam Sutopo, 2006;119-120), secara keseluruhan pengolahan data hasil penelitian pendahuluan dengan analisis interaktif meliputi tahap tahap ; 1) pengumpulan data, 2) reduksi data, 3) sajian data, 4) verifikasi/ menarik kesimpulan. Analisis di lakukan terus menerus sejak awal pengumpulan data sampai dengan di perolehnya data hasil penelitian yang lengkap.

(6)

Proses analisis terjadi secara interaktif, yang menguji antar komponen secara siklus dalam waktu yang cukup lama, sehingga di peroleh hasil penjelasan yang tuntas dan mendalam.

Pengolahan data dimulai dengan mengumpulkan dan menelaah seluruh data yang di peroleh dari berbagai sumber yaitu melalui pengamatan (observasi), wawancara, angket serta analisis dokumen (RPP serta bahan bahan bacaan yang relevan dengan fokus penelitian ) di bantu oleh alat perekam, kemudian langkah selanjutnya di lakukan dengan reduksi data. Reduksi data melalui proses penyelesai memfokuskan, menyederhanakan, mengabstraksikan, mentransformasikan data mentah agar mudah di pahami. Setelah itu di lakukan penyusunan sajian data yang berupa cerita sistematis dan logis sehingga maknanya menjadi lebih mudah di pahami. Dari sajian data tersebut di lakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi.

2. Pengembangan Media Pembelajaran Visualisasi

Pengembangan media dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip penelitian tindakan kelas, di mana apabila prosedur penggunaan media telah dijalankan dengan baik dan benar oleh guru maupun siswa dan mengalami fase peningkatan maka model pengembangan dapat dinyatakan selesai. Untuk tujuan kualitas, pengambilan dan pengarsipan, hilangnya informasi yang timbul dari proses rekaman harus disimpan ke minimum. Akhirnya, metode dan pelaksanaannya harus menyediakan fleksibilitas untuk menghasilkan dokumen target skenario distribusi sewenang-wenang dan infrastruktur replay (Hurst,__: 2).

1) Prosedur Pengembangan ADDIE

ADDIE merupakan singkatan dari Analysis, Design, Development or Production, Implementation or Delivery and Evaluations. Menurut langkah-langkah pengembangan produk, model penelitian dan pengembangan ini lebih rasional dan lebih lengkap daripada model 4D. Model ini memiliki kesamaan dengan model pengembangan sistem basisdata yang telah diuraikan sebelumnya. Inti kegiatan pada setiap tahap pengembangan juga hampir sama. Oleh sebab itu, model ini dapat digunakan untuk berbagai macam bentuk pengembangan produk seperti model, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, media dan bahan ajar (Mulyaningsih,____: 5).

(7)

Tahapan-tahapan kegiatan dalam model ADDIE pada dasarnya memiliki kaitan satu sama lain. Oleh karenanya penggunaan model ini perlu dilakukan secara bertahap dan juga menyeluruh. Implementasi model ADDIE secara sistematik dan sistemik akan menjamin terciptanya sebuah program pelatihan yang efektif dan efesien.

Tahap-tahapan pengembangan model atau metode pembelajaran ADDIE, yaitu: a. Analysis

Analysis merupakan tahap pertama dalam menerapkan model ADDIE untuk mendesain dan mengembangkan sebuah program pelatihan. Pada tahap ini seorang perancang program pelatihan atau training designer perlu melakukan proses penilaian kebutuhan pelatihan yang dikenal dengan istilah Training Need Analysis atau TNA. Dalam melakukan proses TNA, perancang program pelatihan harus mengumpulkan data dan informasi yang terkait dengan masalah kinerja yang dihadapi. Setelah memastikan bahwa masalah kinerja dapat di atasi melalui program pelatihan, maka perancang pelatihan perlu merumuskan tujuan atau kompetensi umum program pelatihan.

b. Design

Design merupakan tahap desain yang dilakukan dengan mengidentifikasi sub-sub kemampuan yang perlu dimiliki oleh peserta agar dapat menguasai kompetensi umum program pelatihan. Sub-sub kemampuan tersebut bersifat spesifik dan disebut sebagai kkompetensi khusus program pelatihan. Sub-sub kemampuan atau kompetensi ini diperoleh melalui analisis terhadap kemampuan atau tujuan program pelatihan.

c. Development

Pada tahapan ini, bahan pelatihan atau training materials diproduksi atau diadaptasi agar dapat digunakan dalam menyampaikan isi atau materi program pelatihan kepada peserta. Bahan pelatihan yang dikembangkan sesuai dengan teori dan prinsip-prinsip pembelajaran akan dapat memfasilitasi peserta program pelatihan dalam mencapai tujuan atau kompetensi umum program pelatihan. Heinich dan kawan-kawan (2005), mengemukakan bahwa bahan atau media pembelajaran yang digunakan sebagai bahan pelatihan pada dasarnya dapat

(8)

dilasifikasikan menjadi: Bahan cetak, Model dan simulator; Program audio; Program video; Program multimedia; Web dan internet. Semua bahan dan media pembelajaran tersebut memiliki keunggulan dan juga keterbatasan untuk digunakan dalam mendukung penyelenggaraan sebuah program pelatihan.

d. Implementation

Implementation merupakan tahap program pelatihan yang dilaksanakan sesuai dengan desain yang telah dikembangkan sebelumnya. Instruktur menyampaikan isi atau materi pelatihan kepada peserta didik berdasarkan rancangan atau desain program yang telah dibuat sebelumnya. Dalam menerapkan strategi pembelajaran, urutan kegiatan belajar yang perlu diterapkan oleh instruktur adalah sebagai berikut: (1) kegiatan pra-pembelajaran, (2) penyajian isi atau materi pelatihan, (3) partisipasi siswa, (4) penilaian hasil belajar, (5) aktivitas tindak lanjut.

e. Evaluation

Evaluation atau evaluasi merupakan tahap akhir dalam menerapkan model ADDIE untuk mendesain dan mengembangkan sebuah program pelatihan yang efektif dan efesien. Berdasarkan tujuan penggunaannya, evaluasi dapat diklarifikasikan menjadi evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif merupakan bentuk evaluasi yang diaplikasikan dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses atau produksi. Pendekatan evaluasi dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan keterbatasan dari program yang dievaluasi.

Hasil evaluasi sumatif pada dasarnya akan digunakan oleh yang berwenang sebagai bahan pertimbangan dan rekomendasi bagi pengambilan keputusan untuk membuat keputusan dalam melanjutkan atau menghentikan penggunaan sebuah pelatihan. Evaluasi sumatif pada hakekatnya harus dilakukan oleh agen yang berasal dari institusi eksternal dan bersifat independen.

(9)

Pada gambar di atas komponen evaluasi berada di tengah komponen lainnya. Hal ini disebabkan komponen evaluasi merupakan komponen sentral yang dapat digunakan untuk menilai tahap analisis, desain, pengembangan, dan implementasi (Pribadi, 2014: 23-30).

2) Desain Model Media

Dalam desain produk langkah awal yang dilakukan adalah mengumpulkan data-data berupa foto dan studi pustaka tentang situs candi Dieng. Kemudian disusun secara sistematis dengan memanfaatkan software sehingga menghasilkan tampilan berupa video.

3) Validasi Desain

Analysis Design

Develop Implement

Evaluate

Mengumpulkan bahan-bahan untuk menyusun video pembelajaran yang meliputi:

Video situs candi Dieng Studi Pustaka

Penyusunan video dengan software dan di validasi pakar

Pengujian video pembelajaran : 1. Uji coba kecil

2. Uji coba luas Revisi video pembelajaran

(10)

Dalam pengembangan sebuah media pembelajaran sejarah berbasis visualisasi yang akan diteliti nantinya melibatkan 3 pakar sebagai penilai kualitas prototype berdasarkan kriteria teoritis yang telah direncanakan dan diterapkan dari awal penelitian sampai pembuatan skenario terkait media pembelajaran sejarah berbasis visualisasi situs candi Dieng. Melakukan validasi dengan melibatkan ahli media dan ahli materi (Dosen dan Guru), dan pakar pendekatan pembelajaran hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah media yang dikembangkan dalam penelitian ini siap untuk dilakukan uji lapangan.

Pada tahap ini, ahli media memberikan penilaian, komentar dan saran revisi terhadap produk dari aspek penampilan dan kualitas media. Sementara ahli materi memberikan penilaian, komentar dan saran revisi terhadap aspek pembelajaran dikelas sehingga pembelajarannya menjadi efektif dengan menggunakan media tersebut, setelah media dinyatakan layak oleh ahli media dan ahli materi, selanjutnya dilakukan uji coba kepada siswa.

4) Revisi Desain Model Media

Revisi desain atau penyempurnaan media dilaksanakan sesuai dengan masukan dan saran dari ahli materi dan ahli media.

5) Uji Coba Model Media

Uji coba media dilakukan untuk mengetahui keabsahan data. Uji coba media dalam penelitian dan pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan dan memeriksa data yang berkaitan dengan kualitas dari media yang dikembangkan, baik dari desain teknis, interaksi media dengan siswa, kemudian dalam penggunaan, dan isi atau materi. Data yang sudah diperoleh nantinya akan dianalisis dan dimanfaatkan untuk menyempurnakan media yang dikembangkan. Diadakannya uji coba media diharapkan terpenuhi kuaalitas media visualisasi pembelajaran yang dikembangkan supaya media tersebut dinyatakan layak sebagai media pembelajaran.

a. Desain Uji Coba

Dalam penelitian media yang dikembangkan hanya dimanfaatkan oleh guru karena guru sebagai pengguna. Sehingga tahapan dalam uji coba media terbatas sampai validasi yang dilakukan oleh ahli media pembelajaran dan ahli materi.

(11)

Validasi ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan produk yang dikembangkan sebelum nantinya digunakan sebagai media pembelajaran.

b. Subyek Uji Coba

Subyek uji coba dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Rumbia, dengan alasan, yakni 1) Sekolah tersebut memiliki cukup fasilitas yang memadai, dan 2) Siswa kelas XI IPS memiliki wawasan sejarah yang bervariasi (tinggi, sedang, dan rendah) dengan latar belakang yang beragam. Sekolah tersebut nantinya akan digunakan dalam uji coba yakni dalam uji kompetensi. Dalam penelitian ini hanya dilakukan uji kompetensi karena model media visualisasi yang dikembangkan nantinya akan digunakan oleh guru.

Uji kompetensi dilakukan sebagai langkah untuk menguji efektivitas media pembelajaran yang dikembangkan. Pelaksanaan uji kompetensi melibatkan dua kelas, yaitu kelas yang menggunakan model media pembelajaran berbasis visualisasi yang disebut kelas eksperimen yang terdiri dari 20 siswa dan kelas yang menggunakan media power point yang disebut kelas kontrol yang terdiri dari siswa 20 siswa. Sekolah yang diambil harus memiliki tingkat kecerdasan yang sama. Apabila hasil uji kompetensi diperoleh ≥ 75% peserta didik mencapai KKM, maka model media pembelajaran yang dikembangkan layak digunakan. Sebaliknya jika dari hasil uji kompetensi diperoleh < 75% peserta didik KKM, maka dilakukan uji coba lagi.

c. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian pengembangan ini terdiri dari kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif disusun berdasarkan penelitian pendahuluan mengenai penggunaan dan pengembangan model media pembelajaran oleh guru di sekolah. Data ini berfungsi untuk kepentingan pengembangan model media pembelajaran yang akan dilakukan. Data kuantitatif diperoleh dari kuisioner yang nantinya dianalisis dengan statistik.

d. Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini instrument yang digunakan meliputi: lembar observasi, kuesioner (lembar validasi), serta pedoman wawancara. Lembar observasi dan wawancara digunakan untuk mencari informasi-informasi dari lapangan dan

(12)

penelitian pendahuluan. Kuesioner (lembar validasi) digunakan untuk mengukur kelayakan media pembelajaran yang telah dikembangkan.

Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah data awal, data penilaian ahli materi, data penilaian ahli media, serta data hasil wawancara dengan siswa. Sehingga teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, validasi, serta wawancara.

a) Observasi dan wawancara digunakan untuk mengumpulkan data mengenal kondisi awal tentang pembelajaran dan penggunaan serta manfaat media dalam pembelajaran sejarah di sekolah yang merupakan dasar dalam mengembangkan media pembelajaran.

b) Validasi digunakan untuk mengumpulkan data sebagai penelitian kelayakan media pembelajaran menurut pendapat ahli materi dan ahli media.

e. Teknik Analisis Data

Data dari hasil ini merupakan tanggapan dari ahli media pembelajaran dan ahli materi terhadap kualitas media pembelajaran yang dikembangkan yang ditinjau dari aspek komunikasi, desain teknis, dan format tampilan. Data dalam komentar atau saran umum serta hasil pengamatan peneliti saat uji coba dianalisis secara dekriptif kualitatif dan akan disimpulkan untuk masukan dalam merevisi atau memperbaiki produk media pembelajaran yang dikembangkan. Analisis data kuantitatif dengan teknik presentase dan kategorisasi digunakan untuk data berupa skor tanggapan para ahli media pembelajaran dan ahli materi.

Langkah-langkah yang digunakan untuk menentukan kriteria kualitatif produk yang telah dikembangkan adalah sebagai berikut:

a) Data yang diperoleh dari kuesioner (lembar validasi) tentang tanggapan dari ahli media terlebih dahulu diubah menjadi data interval sebagai berikut:

Sangat Baik : 5 (100% sesuai dengan pernyataan) Baik : 4 (80% sesuai dengan pernyataan) Cukup : 3 (60% sesuai dengan pernyataan) Kurang : 2 (40% sesuai dengan pernyataan) Sangat Kurang : 1 (20% sesuai dengan pernyataan)

(13)

Dalam kuesioner diberikan lima pilihan untuk memberikan tanggapan tentang media pembelajaran yang menggunakan visualisasi yang dikembangkan, yaitu sangat baik (5), baik (4), cukup (3), kurang (2), sangat kurang (1).

b) Kemudian skor dikontroversi menjadi nilai pada skala lima dengan acuan table menurut Sukardjo dalam (Maulinna, 2015: 61).

Table 3.1 Konversi skor ke Nilai pada skala lima

Interval skor Nilai Kategori

X > x I + SBi A Sangat Baik

x i + 0,06 SBi < X ≤ x i + 1,80 SBi B Baik

x i - 0,06 SBi < X ≤ x i + 0,60 SBi C Cukup Baik

x i - 0,06 SBi < X ≤ x i - 0,60 SBi D Kurang

X ≤ x i – 1,80 SBi E Sangat Kurang

Keterangan :

x i = rerata ideal = ½ (skor maks, ideal + skor min, ideal)

SBi = Simpanan baku ideal = ¼ (skor maks, ideal + skor min, ideal) X = Skor actual

Berdasarkan rumus konversi skor ke nilai pada skala lima di atas, dapat diperoleh gambaran untuk mengubah data kuantitatif ke dalam data kualitatif. Dalam tabel di bawah ini dipaparkan pedoman pengubahan data kuantitatif menjadi data kualitatif (Oda, Judithia, 2012: 75).

Tabel 3.2 Pedoman pengubahan data Kuantitatif menjadi data Kualitatif

Nilai Data Kualitatif Data Kuantitatif

A Sangat Baik X > 4,21

B Baik 3,40 < X ≤ 4,21

C Cukup Baik 2,60 < X ≤ 3,40

(14)

E Sangat Kurang X ≤ 1,79

Keterangan :

Skor maksimal = 5 x i = ½ (5 + 1) = 3 X = Skor Aktual Skor minimal = 1 Sbi =1/6(5 - 1) = 0,67

Sedangkan untuk menghitung skor rata-rata (rerata skor) dalam memberikan penilaian terhadap model media yang dikembangkan digunakan rumus:

Keterangan:

X i = Skor rata-rata ∑ = jumlah Skor n = Jumlah Respon Budiyono, 2013: 38).

Dalam penelitian ini ditetapkan nilai kelayakan model media minimal “C” dengan kategori cukup, sebagai hasil dari penilaian baik dari ahli media pembelajaran maupun dari ahli materi. Maka dari itu model media yang telah dikembangkan sudah dianggap layak dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.

Dari pembanding skor tersebut didapat standar kualitas model media pembelajaran berbasis visualisasi dengan rincian sebagai berikut:

1. Media pembelajaran yang dikembangkan dinyatakan sangat baik (A) bila rata-rata skor yang diperoleh antara 4,22 sampai dengan 5,00.

2. Media pembelajaran yang dikembangkan dinyatakan baik (B) bila rata-rata skor yang diperoleh antara 3,41 sampai dengan 4,21.

3. Media pembelajaran yang dikembangkan dinyatakan cukup (C) bila rata-rata skor yang diperoleh antara 2,61 sampai dengan 3,40.

4. Media pembelajaran yang dikembangkan dinyatakan kurang (D) bila rata-rata skor yang diperoleh antara 1,79 sampai dengan 2,60.

5. Media pembelajaran yang dikembangkan dinyatakan sangat kurang (E) bila rata-rata skor yang diperoleh antara 1 sampai dengan 1,78.

Pedoman pengubahan data presentase ketuntasan belajar atau KKM menjadi data kualitatif dipaparkan dalam tabel, yaitu:

Table X i =∑

(15)

Tabel 3.3 Pedoman pengubahan data kuantitatif menjadi data kualitatif

Keterangan :

Persentase maksimal = 100 X i =½ (100 + 1) = 50,5 Persentase minimal = 1 SBi =¼ (100 -1) = 16,5 X = Persentase Actual

c) Keefektifan pembuatan media pembelajaran yang dikembangkan dalam menumbuhkan harmoni sosial peserta didik, maka diperlukan uji t. uji t dilakukan untuk menguji kesamaan rata-rata dari dua populasi yang bersifat independen. Hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan uji t adalah peserta didik dari dua kelas yang masing-masing terdiri dari 20 siswa mempunyai kecerdasan yang sama dibuktikan dengan pengujian menggunakan uji t dimana angka-angka sebagai nilai ulangan akhir semester (UAS) II (perhitungan terlampir), dua kelas dibagi menjadi satu kelas eksperimen yang dikenai media pembelajaran yang dikembangkan dan satu kelompok kelas kontrol yang dikenai media pembelajaran power point.

Prosedur perhitungan uji t adalah sebagai berikut: 1) Hipotesis

a. H0: µ1= µ2(kedua kelompok mempunyai prestasi belajar sama)

b. H1:µ1≠ µ2(kedua kelompok mempunyai prestasi belajar yang tidak sama) 2) Taraf Signifikansi = 0,05 3) Statistik Uji t = ( √ dengan S = ( )

+

( ) Interval Persentase Ketuntasan Belajar Nilai Kategori X > 80,2 A Sangat Baik 60,4 < X ≤ 80,2 B Baik 40,6 < X ≤ 60,4 C Cukup Baik 20,8 < X ≤ 40,6 D Kurang X ≤ 20,8 E Sangat Kurang

(16)

4) Daerah Kritis DK = {t / |t| >1/2 } 5) Keputusan Uji

H0diterima, jika harga statistik uji t jatuh di luar daerah kritis. H1ditolak, jika harga statistik uji t jatuh di dalam daerah kritis.

(Budiyono, dalam Maulinna, 2013: 65). f. Revisi Media

Pengujian media pada sampel yang terbatas tersebut menunjukkan bahwa kinerja sistem kerja baru ternyata yang lebih baik dari sistem lama pada saat di uji cobakan (dalam hal ini guru mata pelajaran sejarah) dalam mengaplikasikasn proses pembelajaran. Perbedaan sangat signifikan, sehingga sistem kerja baru tersebut dapat diberlakukan.

g. Evaluasi dan Penyempurnaan

Penyempurnaan media dilakukan setelah melakukan uji coba penerapan media yang dikembangkan dalam proses pembelajara. Evaluasi ini berdasarkan analisis yang diperoleh dari uji coba subyek yang terdiri atas ahli materi dan ahli media. Kemudian pada akhirnya diperoleh media yang dikembangkan yang siap untuk dimanfaatkan dalam proses pembelajaran Sejarah.

3. Uji Efektivitas Media Visualisasi

Validasi empiris media yang paling ingin ditemukan dalam tahap validasi media adalah dampak media pembelajaran sejarah berbasis visualisasi situs candi Dieng yang digunakan oleh siswa telah sesuai dan efektif untuk pembelajaran sejarah atau tidak. Dalam hal ini dilakukan eksperimen dengan dicirikan pemisahan antar kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk kemudahan di uji melalui pretes dan post tes dan akan dibandingkan perbedaan nilai rata-rata antara dua kelompok kelas tersebut.

1) Instrumen Fase Uji Efektivitas

a. Tes hasil belajar yang digunakan dalam setiap proses pembelajaran. Tes untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Menurut Arif Furchon (2011: 259), tes adalah alat pengukur yang berharga bagi penelitian pendidikan. Tes ialah seperangkat rangsangan (stimulus) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor

(17)

angka. Dalam penelitian ini menggunakan tes presentasi belajar achievement tes.

(1) Validitas dan Reliabilitas Instrumen

(a) Validitas Instrumen tes, disusun berdasarkan tujuan dan materi pembelajaran. Dalam penelitian validitas dihitung dengan menggunakan rumus Indek Daya Diskriminasi item, dengan rumus:

d = niT/ NT– niR/ NR

(Sumber : Saifuddin Azwar, 2012: 138) Keterangan :

NIT = Banyaknya penjawab aitem dengan benar dari Kelompok Tinggi NT = Banyaknya penjawab dari Kelompok Tinggi

NiR = Banyaknya penjawab aitem dengan benar dari Kelompok Rendah NR = Banyaknya penjawab dari Kelompok Rendah

Dengan tolak ukur :

0,40 atau lebih : valid/bagus sekali 0,30 - 0,29 : valid/bagus 0,20 – 0,29 : valid/revisi

Kurang dari 0,20 : tidak valid dan harus dibuang

(2) Uji Reliabilitas menggunakan teknik belah 2 dari Pearman Brown dan bisa juga menggunakan rumus Alpha Cronbach’s dengan bantuan program SPSS 17.

=         S x j S k k 2 2 1 1

(Sumber : Saifuddin Azwar, 2012 : 184). Keterangan :

α = Koefisien reliabilitas Alpha k = Jumlah item

S2j = varians responden untuk item I S2x= jumlah varians skor total

Untuk mengetahui tingkat korelasi dapat menggunakan daftar sebagai berikut:

0,80 – 1,00 reliabilitas sangat tinggi 0,60 – 0,80 reliabilitas tinggi

(18)

0,40 – 0,60 reliabilitas sedang 0,20 – 0,40 reliabilitas rendah 0,00 – 0,20 reliabilitas sangat rendah

Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan hasil yang dapat dipercayai apabila alat ukur itu di uji cobakan berkali-kali. Menggunakan program komputer Herman Pearson 3.00 untuk uji Realibilitas menggunakan rumus Kuder-Richardson 20.

Untuk mengetahui reabilitas rumus Kuder-Richardson 20:

KR-20 =               

2 ) 1 ( 1 1 sX p p k k

(Sumber : Saifuddin Azwar, 2012: 187).

Keterangan:

k = Banyaknya item dalam tes p = Indeks kesukaran item Sx2= Varians skor tes (X)

2) Analisis Data Fase Efektivitas

Pada tahap pengembangan, penelitian ini menghasilkan pengembangan media yang sudah valid yang dapat dilihat keefektivitasannya. Untuk itu dilakukan eksperimen. Data yang diperoleh dari eksperimen. Data yang diperoleh dari eksperimen dianalisis dengan statistik uji T. Penggunaan uji ini didasarkan atas perimbangan bahwa dalam uji coba model ini peneliti ingin membandingkan nilai rata-rata kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, dan membandingkan keadaan sebelum perlakuan dengan sesudah perlakuan.

Rumus Uji T yaitu:

                    2 n n 1)s (n 1)s (n n 1 n 1 x x t k1 e1 2 k1 k1 2 1 e1 k1 e1 1 1 e k e Dengan: 1 e

x = mean pada kelompok eksperimen

2 1

e

(19)

ne1 = banyak siswa pada kelompok eksperimen

1

k

x = mean pada kelompok kontrol

2 1

k

s = nilai variansi pada kelompok kontrol nk1 = banyak siswa pada kelompok kontrol

Selanjutnya, membandingkan skor post tes kelas kontrol dan kelas eksperimen. Tujuannya untuk melihat perbedaan yang timbul yang diberikan pada subyek penelitian apakah mengalami peningkatan.

C. Lokasi Dan Subjek Penelitian

Penelitian ini di lakukan di sekolah menengah Atas (SMA) di Kabupaten Lampung Tengah , khususnya SMA Negeri 1 Rumbia dengan memanfaatkan situs candi Dieng. Sedangkan dalam rangka keperluan uji coba media, peneliti menggunakan kelas XI SMA N 5 Surakarta. Pelaksanaan studi pendahuluan dilakukan di SMA Negeri 1 Rumbia sekaligus menjadi sekolah yang dipakai guna kepentingan implementasi media pembelajaran (video pembelajaran) yang telah di rancang atau di kembangkan. Sedangkan untuk memperoleh data tentang situs candi Dieng, peneliti mengumpulkan bahan – bahan bacaan untuk memperoleh informasi tentang data tersebut seperti di perpustakaan perpustakaan daerah yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Data-data dari bahan bacaan tersebut kemudian di sederhanakan dan di kemas sebagus mungkin untuk pembelajaran kemudian di sajikan sebagai pengembangan materi pembelajaran yang akan di pelajar siswa.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS A, peneliti memilih kelas ini dengan alasan bahwa di kelas XI IPS A terdapat materi yang dikembangkan dan kemudian di buatlah media pembelajaran berupa video pembelajaran. Dipilihnya kelas XI IPS A sebagai subjek penelitian karena kelas ini memiliki perlengkapan yang memadahi dalam hal listrik, LCD dan fasilitas lain yang mendukung untuk jalannya proses pembelajaran.

Dilibatkannya siswa sebagai subjek dalam penelitian ini meliputi studi pendahuluan ( Pra-Survey ) dan Uji coba media pembelajaran yang dikembangkan yakni di SMA N 1 Rumbia, kemudian dilibatkan dalam evaluasi media yang selesai di uji cobakan secara empiris.

Referensi

Dokumen terkait

Imunisasi pada mencit bertujuan untuk memicu Respon imun untuk melindungi mencit dari infeksi parasit malaria sehingga dapat menekan pertumbuhan parasit dalam

(2016) yang mengemukakan bahwa serangan pembuluh kayu yang terlihat dilapang pada penelitiannya di Sulawesi terdapat ciri-ciri serangan seperti daun tanaman kakao

Fungsi Keanggotan Bin Warna Output Hasil inferensi fuzzy tipe mamdani adalah berupa himpunan fuzzy, dari himpunan fuzzy tersebut dapat dicari nilai crisp-nya menggunakan

b) Implementansi kebijakan pengurangan risiko bencana. Dimana potensi kerentanan akan lebih banyak berbicara tentang aspek teknis yang berhubungan dengan dimensi

Untuk dapat memotret segenap skenario yang telah menimpa pendidikan kita, maka sorotan yang paling tajam yang dapat kita lakukan adalah langsung menuju kepada berbagai

Scott (1986) melaporkan renin sapi dapat dipertahankan sebanyak 5-8% sedang renin mikroba mencapai 3-5%, sehingga nilai keju yang dibuat dengan enzim renin anak sapi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecemasan bertanding dengan efektivitas komunikasi interpersonal pelatih dengan atlet pada atlet Persatuan

Seiring dengan perkembangan lembaga kursus ini, proses akademik yang selama ini dijalankan dirasa kurang efektif dan efisien dan membutuhkan suatu sistem yang baru