• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Hemo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Hemo"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji Tuhan atas berkat dan nikmat yang telah Tuhan berikan. Segala puji kami serukan kepada Tuhan, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ASKEP ANAK DENGAN HEMOFILI”. Dalam penyusunannya, penulis memperoleh bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya yang telah bekerjasama dalam menyelesaikan makalah ini. Terutama kepada dosen pembimbing kami yang banyak memberikan masukan dan bantuan dalam menyelesaikan makalah ini. Dari sinilah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa menuntun kami pada langkah yang baik. Meskipun penulis berharap isi makalah ini bebas dari kesalahan dan kekurangan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Dan kami sangat berharap, makalah ini dapat bermanfaat.

PENYUSUN

(2)

BAB I

perdarahan tersebut akan berhenti sendiri, apakah itu dengan bantuan penekanan pada tempat luka ataupun tidak. Untuk mengatasi perdarahan yang terjadi pada anak tersebut dibutuhkan sistem pembekuan darah yang baik. Disebut sebagai sistem karena dalam proses pembekuan darah melibatkan banyak faktor yang saling melengkapi sehingga perdarahan dapat terhenti. Apabila salah satu dari faktor tersebut mengalami kelainan atau tidak ada pada seorang anak, maka pembekuan darah menjadi terhambat atau tidak terjadi sama sekali. Keadaan inilah yang disebut sebagai gangguan pembekuan darah.

Gangguan pembekuan darah pada anak dapat terjadi karena adanya defisiensi dari faktor-faktor pembekuan darah yang bisa didapat secara congenital atau bawaan. Salah satu dari gangguan pembekuan darah yang paling berbahaya adalah hemophilia dan hemophilia adalah satu-satunya penyakit gangguan pembekuan daran bawaan yang disebabkan karena adanya kelainan pada kromosom sex.1 Oleh karena itu, pasien hemophilia lebih banyak dijumpai pada anak-anak dan sangat sulit untuk dihindari kemunculannya.

Angka kejadian hemophilia dapat mencapai satu kejadian diantara sepuluh ribu kelahiran bayi laki-laki hidup. Dan angka ini tidak boleh dianggap remeh. Selain kasus hemophilia masih sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, juga karena manifestasi klinis yang berat yang dapat ditimbulkan oleh penyakit hemophilia. Namun, hemophilia memiliki prevalensi kejadian yang lebih jarang daripada von Willebrand Disease (vWD), dimana prevalensi kejadian von Willebrand Disease adalah 1% dari populasi2. Pada pasien yang mengidap vWD akan memiliki defisit pada von Willebrand factor yang disekresikan oleh sel endothelial ke dalam plasma. Fungsi dari von Willebrand factor adalah melakukan inisiasi penempelam trombosit pada tempat dimana terdapat kerusakan dinding pembuluh darah.

(3)

Hemophilia sendiri dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu hemophilia A, hemophilia B, dan hemophilia C. Namun yang kejadiannya paling sering ditemukan pada anak adalah hemophilia A dan hemophilia B.

Penyakit hemophilia merupakan salah satu penyakit yang sudah ada sejak lama dan menurut sumber yang ada, hemophilia sudah ada sejak dibuatnya kitab suci agama (Injil). Hemofilia tidak hanya merupakan perasaannya, rasa tidak amannya, rasa terisolasi dan masalah keluarga terdekatnya (orangtua, dan saudara kandung). Setiap orang dengan hemofilia tumbuh kembang dalam suatu lingkungan keluarga dan budaya yang unik / spesifik. Juga dengan berbagai variasi kebutuhan, ketakutan, perhatian dan harapan yang berbeda-beda. Masalah psikososial membutuhkan penanganan yang hati-hati. Setiap kasus mempunyai permasalahn yang berbeda, akibat dari adanya perbedaan lata belakang budaya, agama ataupun etnik, juga system penanggulangan kesehatan yang tidak sama. Oleh karena itu dalam menolong seorang pasien hemofilia dan keluarganya dibutuhkan pendekatan satu tim inter-disiplin, yang dapat membina hubungan yang baik dengan anak dan keluarga.

Penelitian dan pengetahuan mengenai penyakit hemophilia ini sudah ada sejak lama juga dan diketahui bahwa hemophilia memiliki komplikasi yang cukup berat yang dapat menurunkan kualitas hidup anak tersebut, bahkan dapat sampai menimbulkan kematian. Modalitas terapi yang tidak memakan biaya yang besar dan berfungsi untuk mengurangi komplikasi akibat hemophilia terhadap sistem musculoskeletal saat ini masih dalam tahap penelitian.3 Oleh karena itu, sangat penting bagi seorang dokter mengetahui secara jelas mengenai kelainan ini. Selain gangguan pembekuan darah yang berupa hemophilia, masih ada juga gangguan pembekuan darah yang lainnya. Tetapi dalam makalah ini hanya akan dibahas mengenai hemophilia yang terjadi pada anak.

B. Rumusan Masalah 1. Apa itu hemofilia?

(4)

5. Bagaimana penatalaksanaan hemofilia?

6. Bagaimana asuhan keperawatan anak dengan hemofilia secara teoritis?

7. Bagaimana asuhan keperawatan anak dengan hemofilia? C. Tujuan

1) Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memahami anak dengan hemofilia baik secara konsep dan asuhan keperawatan.

2) Tujuan Khusus

a) Mahasiswa mampu memahami anak dengan hemofilia secara teoritis mulai dari defenisi hingga penatalaksanaannya.

b) Mahasiswa mampu memahami konsep asuhan keperawatan pada anak dengan hemofilia.

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

1. Tinjauan Teori A. Defenisi

1) Menurut Mary

Hemofilia adalah kelompok gangguan perdarahan yang di turunkan dengan karakteristik defisiensi faktor pembekuan darah.

2) Menurut Rudolph

Hemofilia adalah sindrom klinis yang ditandai dengan perdarahan yang berlebihan dan sering, disebabkan oleh defisiensi genetik atau disfungsi salah satu protein koagulasi.

B. Etiologi

Hemofilia yang paling lazim adalah hemofilia A yang disebabkan oleh defisiensi faktor VIII dan menyusun 75% dari penderita hemofilia. Hemofilia B disebabkan oleh defisiensi faktor IX dan kira-kira jumlahnya seperempat dari penderita hemofilia A. Defisiensi berat faktor XI yang juga dikenal sebagai hemofilia C jarang ditemukan.

1. Hemofilia adalah gangguan resesif terkait gen-x,yang diturunkan oleh perempuan dan ditemukan secara dominan pada laki-laki. 2. Hemofilia juga dapat disebabkan oleh mutasi gen.

C. Patofisiologi

(6)

xxxx

6

XII XII teraktivasi

HMW kinogen , prekalikren

XI teraktivasi XI

CA++

Hemophilia

Tanpa IX IX tidak teraktivasi

Perdarahan Fasfolipid trombosit Thrombin tidak

berbentuk

Sintesa energy terganggu

Ketidak mampuan koping keluarga

Resiko cidera Mobilitas terganggu

Resiko syok Nyeri

Jaringan dan sendi Kerusakan darah atau

(7)

D. Tanda dan Gejala

1. Terdapatnya perdarahan jaringan linak, otot dan sendi, terutama sendi-sendi yang menopang berat badan, disebut hematrosis (perdarahan sendi).

2. Perdarahan berulang kedalam sendi menyebabkan degenerasi kartilago artikularis disertai gejala-gejala arthritis.

3. Perdarahan timbul secara spontan atau akibat trauma ringan sampai sedang.

4. Dapat timbul saat bayi mulai merangkak.

5. Tanda perdarahan : hemartrosis, hematom subkutan / intramuscular, perdarahan mukosa mulut, perdarahan intrakranial, epistaksis, hematuria.

6. Perdarahan berkelanjutan pasca operasi (sirkumsisi, ekstrasi gigi). 7. Hemofilia dicurigai pada bayi baru lahir dengan perdarahan

berlebihan dari tali pusat atau setelah sirkumsisi.

8. Pada hemofilia ringan, dengan karakteristik tingkat faktor 5% sampai 50%,anak-anak mengalami perdarahan lama hanya ketika mereka terluka.

9. Pada hemofilia sedang, dengan karakteristik tingkat faktor 1% sampai 5%,perdarahan lama terjadi akibat trauma atau pembedahan,tetapi kemungkinan terdapat episode perdarahan spontan.

10. Pada hemofilia berat, dengan karakteristik tingkat factor di bawah 1%, perdarahan lama terjadi secara spontan tanpa cedera. Manifestasi umum antara lain : Kulit mudah memar, Perdarahan memanjang akibat luka, Hematuria spontan, Epiktasis (mimisan), Hemartrosis (perdarahan pada persendian menyebabkan nyeri, pembengkakan, dan keterbatasan gerak).

E. Penatalaksanaan

(8)

Bila terjadi perdarahan akut terutama daerah sendi, maka tindakan RICE (rest,ice,compression,elevation) segera dilakukan. Sendi yang mengalami perdarahan diistirahatkan dan diimobilisasi. Kompres dengan es atau handuk basah yang dingin, kemudian dilakukan penekanan atau pembebatan dan meninggikan daerah perdarahan. Penderita sebaiknya diberikan faktor pengganti dalam 2 jam setelah perdarahan.

Untuk hemofilia A diberikan konsentrat F VIII dengan dosis 0,5 x BB (Kg) x kadar yang diinginkan (%). F VIII diberikan tiap 12 jam sedangkan F IX diberikan tiap 24 jam untuk hemofilia B. Kadar F VIII atau F IX yang diinginkan tergantung pada lokasi perdarahan dimana untuk perdarahan sendi, otot, glukosa mulut dan hidung kadar 30-50 % diperlukan. Perdarahan saluran cerna, saluran kemih, daerah retroperitonial dan susunan saraf pusat maupun trauma dan tindakan operasi dianjurkan kadar 60-100%. Lama pemberian tergantung pada beratnya perdarahan atau jenis tindakan. Untuk pencabutan gigi atau epistaksis, diberikan selama 2-5 hari, sedangkan operasi atau laserasi luas diberikian 7-14 hari. Untuk rehabilitasi seperti pada hemartrosis dapat diberikan lebih lama lagi.

Kriopresipitat juga dapat diberikan untuk hemofilia A dimana satu kantung kriopresipitat mengandung sekitar 80 U F VIII. Demikian juga dengan obat anti fibrinolitik seperti asam epsilon amino-kaproat atau asam traneksamat aspirin dan obat anti inflamasi nonsteroid harus dihindari karna dapat mengganggu hemostasis.

Profilaksi F VIII atau F IX dapat diberikan secara kepada penderita deamino-8-arginive fasopressin, DDAVP) suatu analog faopressin dapat digunakan untuk meningkatkan kadar F VIII endogen kedalam sirkulasi, namun tidak dianjurkan untuk hemofilia berat. Mekanisme kerja sampai saat ini masih belum jelas, diduga obat ini merangsang pengeluaran vWf dari tempat simpanannya (waibel palade bodies) sehingga menstabilkan F VIII di plasma. DDAVP dapat diberikan secara intravena, subkutan atau intranasal.

(9)

Penderita hemofilia dianjurkan untuk berolahraga rutin, memakai peralatan pelindung yang sesuai untuk olahraga, menghindari olahraga berat atau kontak fisik. Berat badan yang harus dijaga terutama bila ada kelainan sendi karena berat badan yang berlebih dapat memperberat artritis. Kebersihan mulut dan gigi juga harus diperhatikan. Vaksinasi diberikan sebagaimana anak normal terutama terhadap hepatitis A dan B. Vaksin diberikan melalui jalur subkutan, bukan intramuscular. Pihak sekolah sebaiknya diberi tahu bila seorang anak menderita hemofilia supaya dapat membantu penderita bila diperlukan.

Upaya mengetahui status pembawa sifat hemofilia dan konseling genetik merupakan hal yang terpadu dalam tatalaksana hemofilia. Konseling genetik perlu diberikan kepada penderita dan keluarga. Konseling meliputi penyakit hemofilia itu sendiri, terapi dan proknosis, pola keturunan, deteksi pembawa sifat dan implikasinya terhadap masa depan penderita dan pembawa sifat. Deteksi hemofilia pada janin dapat dilakukan terutama bila jenis mutasi gen sudah diketahui. Sampel dapat diperoleh melalui tindakan sampling villus khorionik atau amnionsintesis.

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan koagulasi akan menyatakan protrombin yang normal dan waktu perdarahan,kadar fibrinogen normal,faktor VIII rendah pada hemofilia A,faktor IX rendah pada hemofilia B,dan masa tromboplastin parsial memanjang.

2. HDL akan menyatakan hitung trombosit normal.

3. Uji DNA untuk hemofilia A akan mendeteksi carrier penyakit.

4. Amnionsentesis akan mendiagnosis hemofilia pada waktu pranatal. 5. Uji skrining untuk koagulasi darah

a) Jumlah trombosit (normal 150.000-450.000 tombosit per mm3 darah).

b) Masa protombin (normal memerlukan waktu 11-13 detik). c) Masa tromboplastin parsial (meningkat, mengukur

keadekuatan faktor koagulasi intrinsik).

d) Assays fungsional terhadap faktor VIII dan IX (memastikan diagnosis).

e) Masa pembekuan trombin (normalnya 10-13 detik).

6. Biopsi hati (kadang-kadang) digunakan untuk memperoleh jaringan untuk pemeriksaan patologi dan kultur.

(10)

transaminase [SPGT], serum glutamic-oxaloacetic transaminase [SGOT], fosfatase alkali, bilirubin). (Betz & Sowden, 2002).

(11)

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HEMOFILI

1. PENGKAJIAN

a) Lakukan pengkajian fisik.

b) Dapatkan riwayat kesehatan, khususnya mengenai bukti penyakit pada saudara pria.

c) Observasi adanya manifestasi hemophilia :

1) Perdarahan yang berkepanjangan di mana saja dari atau di dalam tubuh.

2) Hemoragi karena trauma-kehilangan desidua, sirkumsisi, terpotong, epitaksis, injeksi.

3) Memar berlebihan-bahkan karena cidera ringan , seperti jatuh. 4) Hemoragi subkutan dan intramuscular.

5) Hemartrosis (perdarahan dalam rongga sendi, khususnya lutut, pergelangan kaki dan siku.

6) Hematoma-nyeri, bengkak, dan gerakan terbatas. 7) Hematuria spontan.

d) Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian misalnya tes koagulasi, penentuan faktor defisiensi khusus, pengujian DNA.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI

Menurut Wong, diagnosa hemophilia pada anak yaitu : a. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan hemoragi.

Sasaran Pasien 1 : Pasien tidak mengalami perdarahan atau perdarahan minimal.

Intervensi Keperawatan/Rasional :

1) Siapkan dan berikan konsentrat faktor VII atau untuk hemophilia ringan, DDAVP (1-deamino-8-d-argininvasopresin) seperlunya untuk mencegah perdarahan.

2) Ajari pemberian faktor pengganti darah di rumah karena pengobatan tanpa menunda menghasilkan pemulihan yang lebih cepat dan penurunan komplikasi.

3) Lakukan tindakan penunjang untuk mengendalikan perdarahan.

a. Beri tekanan pada area selama 10-15 menit untuk memungkinkan pembentukan bekuan.

(12)

c. Berikan kompres dingin untuk meningkatkan vasokontriksi ; anjurkan keluarga untuk menyiapkan kantong es atau kantong dingin di freezer agar dapat digunakan dengan segera.

Hasil yang diharapkan : Anak mengalami episode perdarahan yang minimum atau tidak sama sekali.

Sasaran Pasien 2 : Pasien akan mengalami penurunan resiko cidera. Intervensi Keperawatan/Rasional :

1) Ciptakan lingkungan seaman mungkin dengan pengawasan ketat untuk meminimalkan cedera tanpa menghambat perkembangan.

2) Anjurkan aktivitas untuk mengejar intelektualitas/kreativitas untuk memberikan alternatif yang aman.

3) Anjurkan olahraga tanpa kontak, misalnya berenang, dan menggunakan alat pelindung misalnya decker, helm, untuk menurunkan resiko cidera.

4) Anjurkan anak yang lebih besar untuk memilih aktivitas tetapi menerima tanggung jawab untuk keamanan dirinya sendiri untuk mendorong kemandirian dan rasa tanggung jawab.

5) Libatkan guru dan perawat sekolah dalam perencanaan aktivitas sekolah yang meningkatkan normalisasi sambil menurunkan resiko cedera.

6) Diskusikan dengan orang tua pola latar belakang batasan yang tepat sehingga kebutuhan anak untuk perkembangan normal dianggap sebagai tambahan kebutuhan akan keselamatan.

7) Ajari metode hygiene gigi yang meminimalkan trauma pada gusi dan mencegah perdarahan.

8) Gunakan sikat gigi yang kecil dan lembut atau sikap gigi sekali pakai berujung busa.

9) Lembukan sikat gigi dalam air panas sebelum menyikat gigi. 10) Gunakan alat pengirigasi air.

11) Hindari latihan rentang gerak pasif setelah episode perdarahan karena kapsul sendi dapat dengan mudah tergores dan terjadi perdarahan.

12) Beritahukan untuk tidak mengkonsumsi aspirin atau produk aspirin karena aspirin menghambat fungsi trombosit ; gunakan asetaminofen atau ibuprofen untuk demam atau ketidaknyamanan.

13) Lakukan kewaspadaan khusus selama prosedur keperawatan seperti injeksi (misalnya terdapat lebih sedikit perdarahan setelah pungsi vena dari pada pungsi jari/tumit / rute subkutan dilakukan untuk injeksi intramuscular jika mungkin.

(13)

Hasil yang diharapkan : Anak mengalami episode perdarahan yang lebih sedikit dan anak menerima perawatan yang tepat dan segera. b. Nyeri berhubungan dengan perdarahan dalam jaringan dan sendi. Sasaran 1 : Pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima.

Intervensi Keperawatan/Rasional dan Hasil yang diharapkan. N

o

Intervensi Rasional

1. Lakukan strategi nonfarmakologis untuk membantu anak mengatasi strategi dan biarkan anak memilih salah satunya.

Memudahkan pembelajaran anak dan penggunaan strategi.

3. Libatkan orangtua dalam pemilihan strategi.

Orangtua adalah orang yang paling mengetahui anak.

4. Ajarkan anak untuk menggunakan strategi nonfarmakologi khusus sebelum terjadi nyeri atau sebelum nyeri menjadi lebih berat.

Pendekatan ini tampak paling efektif pada nyeri ringan.

5. Bantu atau minta orangtua membantu anak dengan menggunakan strategi selama nyeri aktual. dapat diterima, anak belajar dan mengimplementasikan strategi koping yang efektif, orang tua belajar keterampilan koping dan efektif dalam membantu anak untuk melakukan koping.

Sasaran Pasien 2 : Pasien tidak mengalami nyeri atau penurunan nyeri pada tingkat yang dapat diterima pada anak bila mendapat analgesik.

N o

Intervensi Rasional

(14)

pendukung misalnya “Obat yang Bila anak menolak injeksi, jelaskan bahwa sakit sedikit karena jarum akan menghilangkan sakit yang sakit yang sangat untuk waktu yang lama.

Hal ini adalah nyeri tambahan terhadap nyeri yang sudah ada.

4. Hindari pernyataan seperti ini “Ini obat yang cukup untuk menghilangkan nyeri siapapun” atau “Mulai sekarang kamu tidak memerlukan lagi obat nyeri yang banyak”

Karena pernyataan ini menunjukkan penilaian dan sikap yang meremehkan.

5. Berikan control pada anak jika mungkin (misalnya dengan penggunaan analgesik yang dikontrol pasien, memilih lengan mana yang akan disuntik, melepaskan perban, atau memegang plester atau alat lain).

c. Resiko tinggi gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan efek hemoragi dalam sendi dan jaringan lain.

N

Karena hal ini memungkinkan anak untuk mengontrol derajat latihan sesuai dengan tingkat ketidaknyamanan.

4. Latihan sendi dan otot yang sakit. Mempertahankan mobilitas.

(15)

mengenai program latihan. sendi dan bagian tubuh yang tidak sakit.

6. Kaji kebutuhan akan penatalksanaan nyeri.

Meningkatkan kemudahan mobilitas.

7 Diskusikan pertimbangan diet. Karena BB berlebihan dapat meningkatkan peregangan sendi dan mencetuskan hematrosis.

Hal yang diharapkan : Episode perdarahan dikendalikan dengan tepat untuk mencegah gangguan mobilitas fisik, anak berpartisipasi dalam program latihan untuk mempertahankan mobilitas.

d. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit serius.

Sasaran Pasien 1 : Pasien menerima dukungan yang adekuat.

1) Rujuk untuk konseling genetik, termasuk identifikasi keturunan karier, dan kerabat wanita lainnya.

(16)

TINJAUAN KASUS

Seorang anak perempuan bernama D usia 5 tahun datang ke klinik dengan memar dan perdarahan pada ekstremitas bawah akibat terjatuh dari sepeda yang dinaikinya, luka yang dialami adalah luka robek sepanjang 2 cm, perdarahan tidak berhenti >5 menit, frekuensi napas 30 x/menit, suhu 36 C, nadi 80 x/menit, saat dilakukan pengkajian anak memiliki riwayat penyakit hemofili.

(17)

Nama Mahasiswa : Sondang Yuliana Sinaga NIM : PO.71.20.1.15.144 Mata Kuliah : Keperawatan Anak

ANALISA DATA

NO DATA KEMUNGKINAN

PENYEBAB MASALAH

1. Hemoragi Resiko TinggiCidera

2.

DS :

1. Anak berteriak “sakit, bu, sakit”.

DO :

1. Anak tampak menangis dan memegang area luka dikakinya.

2. Skala nyeri 5.

Luka Perdarahan

(18)

DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO TGL/JAM DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF

1 Senin

06-11-2017

Resiko tinggi cidera berhubungan dengan hemoragi.

Sondang

2 Senin

06-11-2017 Nyeri berhubungan dengan lukaperdarahan dalam jaringan ditandai dengan anak tampak menangis dan memegangi area luka dikakinya, skala nyeri 5, anak berteriak “sakit,

bu, sakit”. Sondang

(19)

PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN / IMPLEMENTASI

1. Memberikan tekanan pada kaki yang luka.

2. Memberikan kompres dingin.

 Tampak perdarahan minimum.

3. Memberikan cairan NaCl 500 Ml 0,9 % 20 tetes per menit.

4. Memantau suhu : 36o, nadi : 76

x/menit, RR : 26 x/menit. Sondang 2 Senin

yaitu memberikan boneka kesayangan anak D dan membiarkan anak melakukan segala sesuatu pada boneka. 2. Lakukan strategi nonfarmakologis

untuk membantu anak mengatasi nyeri.

 Menggunakan teknik distraksi yaitu minta anak meniup gelembung untuk meniup jauh rasa sakit.

3. Menggunakan strategi yang dikenal anak atau menggambarkan

beberapa strategi dan biarkan anak memilih salah satunya.

 Karena anak suka mendengar humor, menceritakan cerita lucu atau lawakan pada anak. Kolaborasi :

4. Memberikan analgesik dari dokter asetamonifen 1x40 mg, Or dan ketorolac 1x15 mg, IV.

(20)
(21)

EVALUASI

MASALAH KEPERAWATA

N TGL/JAM CATATAN PERKEMBANGAN PARAF

Resiko Tinggi Cidera

Senin

06-11-2017 S :a) Ibu mengatakan

sepertinya perdarahan x/menit, RR : 26 x/menit. A :

(22)

DAFTAR PUSTAKA

1) Mary E.Muscari. 2005. Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik Edisi 3. Jakarta : EGC.

2) Huda, Amin dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta : Mediaction.

3) Wong, L Donna. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta : EGC.

Referensi

Dokumen terkait

Etika dalam keseharian sering dipandang sama denga etiket, padahal sebenarnya etika dan etiket merupakan dua hal yang berbeda. Dimana etiket adalah suatu perbuatan yang harus

Given that Japan is one of Indonesia’s larger sources of foreign direct investment, it is possible to gauge the attractiveness of Indonesia as an investment destination from a

Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Program Penilaian Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup , 2014; Suratmodjo & Vanany, 2018):

Dimana pembentukan magma ini ditentukan berdasarkan pada drajat kristalisasi dan lama pendinginan magma, dan berpengaruh pada sifat yang akan dibawa oleh mineral yang

Kegiatan pertunjukan ini akan sering diadakan untuk mendukung proses pembelajaran musik itu sendiri karena pada dasarnya musik adalah seni pertunjukan dan banyak hal yang tidak

Perancangan adalah usulan pokok yang mengubah sesuatu yang sudah ada menjadi sesuatu yang lebih baik, melalui tiga proses: mengidentifikasi masalah-masalah, mengidentifikasi

Kedua faktor tersebut adalah alasan rasional yang menyebabkan wilayah Laut Cina Selatan dan Kepulauan Spartly menjadi sengketa antara 4 (empat) negara ASEAN

4 tahun 1984 juga menyebutkan bahwa wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat, yang jumlah penderita nyameningkat secara nyata melebihi dari