• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan jumlah awal ikan yaitu masing-masing 100 ekor ikan Patin. Hasil Survival

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan jumlah awal ikan yaitu masing-masing 100 ekor ikan Patin. Hasil Survival"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

19 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

4.1.1 Survival Rate

Survival Rate merupakan persentase jumlah individu yang hidup pada

akhir pemeliharaan berdasarkan jumlah awal pemeliharaan. Pada penelitian ini

Survival Rate Ikan Patin diamati setelah penelitian berakhir yaitu saat ikan sampai

di lokasi yang selanjutnya dengan membandingkan antara jumlah akhir ikan Patin dengan jumlah awal ikan yaitu masing-masing 100 ekor ikan Patin. Hasil Survival

Rate transportasi tertutup ikan Patin dengan dosis minyak Cengkeh yang berbeda

dapat dilihat pada Gambar 5 berikut.

92.67 92.00 85.33 91.33 80.00 82.00 84.00 86.00 88.00 90.00 92.00 94.00 P1 P2 P3 P4 Gr af ik Su rviv al Ra te (S R ) % Perlakuan

(2)

20

Berdasarkan Gambar 5 diatas, diketahui bahwa survival Rate terendah terdapat pada perlakuan P3 dengan dosis minyak Cengkeh sebesar 0,025 ml/l yaitu tidak terdapat benih ikan yang hidup. Selanjutnya nilai Survival Rate tertinggi berada pada pada perlakuan P1 dengan dosis 0,010 ml/l dengan survival rate 92,67%, Survival rate tertinggi kedua adalah perlakuan P2 dengan dosis 0,015 ml/l dengan Survival Rate sebesar 92%. Kemudian nilai Survival Rate pada perlakuan P4 atau kontrol memiliki nilai Survival Rate sebesar 91,33% dengan lama transportasi selama 12 jam, sehingga jika transportasi hanya dilakukan selama 6 jam (LD50) maka peluang Survival Rate pada perlakuan P4 dengan tidak

menggunakan minyak cengkeh juga akan semakin tinggi. Faktor penyebab rendahnya tingkat Survival Rate pada perlakuan E adalah dikarenakan dosis yang diberikan melebihi ambang batas, sehingga berdampak pada kematian pada saat melakukan proses transportasi ikan Patin.

Selanjutnya untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan pemberian minyak Cengkeh terhadap Survival Rate ikan Patin, maka dilakukan uji anova atau uji sidik ragam. Pengujian perbedaan pengaruh penambahan minyak Cengkeh terhadap Survival Rate Ikan Patin dilakukan menggunakan Anova dengan kriteria apabila FHitung ≥ FTabel atau Pvalue < alpha 5% (0,05) maka

dinyatakan bahwa terdapat perbedaan Nyata pada perlakuan tersebut. Data yang digunakan dalam Anova dan uji lanjut BNT merupakan data yang sudah ditransformasi Arcsin.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan transformasi arcsin ini yaitu:

(3)

21

a) Apabila data asli menunjukkan sebaran nilai antara 30% – 70%, tidak memerlukan transformasi.

b) Apabila data asli menunjukkan sebaran nilai antara 0% – 30% dan 70% – 100%, maka lakukan transformasi arcsin.

Hasil pengujian perbedaan pengaruh minyak cengkeh terhadap Survival Rate Ikan Patin dapat dilihat melalui Tabel 4 berikut.

Tabel 4. Uji ANOVA Survival Rate (SR) pada Setiap Perlakuan

SK JK DB Kt F Hitung F5% F1%

Perlakuan 102,67 3 34,22 2,44 4,07 7,59

Acak 112 8 14

Total 214,67 11

Pada tabel uji anova diatas menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari pada nilai F1% dan lebih kecil dari F5%, hasil data menunjukan hasil tidak ada perbedaan nyata maka tidak dapat dilanjutkan dengan proses uji lanjut yaitu dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT).

Hasil penelitian menunjukkan perlakuan kontrol memberikan hasil (91,3%) dimana nilai SR kontrol tidak berbeda jauh dari perlakuan lainnya. Hal ini menyatakan bahwa minyak cengkeh (Syzigiu Aromaticum) tidak memberikan efek bius terhadap ikan Patin (Pangasius Pangasius). Berbeda dengan hasil penelitian (Dewi, 2014) pada ikan Nila (Oreochromis Niloticus) yang menyatakan bahwa pemakaian konsentrasi minyak cengkeh 150 ppm memiliki kelangsungan hidup sebesar (77,3%), dimana nilai tersebut lebih rendah daripada

(4)

22

yang diperoleh dalam penelitian ini. Hal ini disebabkan konsentrasi yang diberikan tidak memberikan efek bius pada ikan Patin (Pangasius Pangasius).

4.2 Kualitas Air

Kualitas air merupakan factor penting dalam mendukung keberlangsungan hidup biota perairan. Pengelolaan kualitas air utuk keperluan budidaya sangat penting, karena air merupakan media hidup bagi organisme aquaqulture. Pengukuran kualitas air dilakukan selama dua kali, yaitu pada saat sebelum transportasi dan setelah transportasi. Parameter atau indicator kualitas air yang diukur adalah suhu, DO (oksigen terlarut), dan pH.

4.2.1 Suhu

Data suhu pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 6 dibawah ini.

Gambar 6. Suhu Perairan Pada Penelitian (oC)

31 29 30 31 28 28 27 28 25 26 27 28 29 30 31 32 A B C D SUH U (⁰C) Perlakuan Awal Akhir

(5)

23

Pada tabel di atas (tabel 10) menunjukan bahwa rerata kisaran suhu pada setiap perlakuan berada pada nilai 26oC - 31oC. Rentan suhu pada wadah pemeliharaan ini sesuai bagi ikan Patin untuk hidup dan tumbuh. Suhu air yang optimum untuk selera makan ikan antara 22-29ºC, pada suhu tersebut ikan akan makan dengan rakus, hal ini terjadi pada waktu pagi hari dan sore hari. Oleh karena itu pemberian makan yang paling baik adalah pagi hari dan sore hari (Handayani & Nofyan 2015). Sedangkan selama penelitian suhu berkisar antara antara 26-38ºC, suhu tersebut berada dalam kisaran normal karena sesuai dengan pernyataan Nurhamidah (2007), ikan patin yang dipelihara dalam kolam dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 26,5-28ºC.

4.2.2 Derajat Keasaman (pH)

Hasil penelitian menunjukkan rerata pH setiap perlakuan berada pada nilai 7-8. pH tersebut merupakan pH optimum untuk melakukan kegiatan budidaya.

Gambar 7. Derajat Keasaman (pH) pada perairan penelitian

7.1 7.3 7.1 7 7.0 7 6.5 7.0 6.0 6.2 6.4 6.6 6.8 7.0 7.2 7.4 A B C D Ph Perlakuan Awal Akhir

(6)

24

Hal ini berhubungan dengan pernyataan Agung (2002) bahwa derajat keasaman (pH) optimal untuk kehidupan benih ikan berkisar antara 7,4 - 7,9 dengan toleransi 6 - 9. Fluktuasi pH dapat dipengaruhi oleh cuaca, dimana apabila saat hujan dan panas pH air akan berubah. Keadaan pH yang dapat mengganggu kehidupan ikan adalah pH yang terlalu rendah (sangat asam) atau sebaliknya terlalu tinggi (sangat basa). Setiap ikan akan memperlihatkan respon yang berbeda terhadap perubahan pH dan dampak yang dipertimbangkan juga berbeda-beda. Hal ini juga sesuai pernyataan Barus (2004) pH menyatakan intensitas keasaman atau alkalinitas dari suatu cairan encer, dan mewakili konsentrasi hidrogen ionnya. Air minum sebaiknya netral, tidak asam/basa, untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi air minum. pH standar untuk air bersih sebesar 6,5 - 8,5. Air adalah bahan pelarut yang baik sekali, jika dibantu dengan pH yang tidak netral, dapat melarutkan berbagai elemen kimia yang dilaluinya. Kenaikan pH di atas netral akan meningkatkan konsentrasi amoniak yang bersifat toksik (racun) bagi organisme.

4.2.3 Dissolved oxygen (DO)

Data DO perairan pada setiap wadah penelitian diukur menggunakan DO meter yang dapat dilihat pada gambar 8 dibawah ini.

(7)

25

Gambar 8. DO Perairan Pada Stasiun Penelitian (mg/l)

Pada tabel di atas menunjukan bahwa rerata DO pada setiap perlakuan berada pada nilai 5,6 – 6,4. Rentan DO pada wadah pemeliharaan ini merupakan kadar optimum bagi ikan Wader untuk hidup dan tumbuh. Hal ini berbeda dengan pernyataan BBPBAT (2016) dalam Ahmad dan Sri (2018) bahwa kadar optimum oksigen terlarut dalam air yakni > 5 mg/l. Semakin tinggi kandungan oksigen dalam air (pada batas tertentu) akan semakin baik untuk keperluan budidaya. Kebutuhan oksigen ikan sangat bergantung pada faktor-faktor suhu, pH, CO2, dan kecerahan, pada musim dingin ikan banyak yang mati akibat lemas. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Riri et al., (2017) bahwa kualitas air dengan suhu 25 - 27 oC, pH 8,0 - 8,5, DO 4,78 - 5,63 mg/l, NH3 0,0 - 0,44 mg/l termasuk parameter kualitas air yang masih dalam kisaran layak untuk budidaya ikan Patin (Pangasius pangasius). Sedangkan menurut Salmin (2005) Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Karena

5.7 6 5.6 5.6 7.7 7.6 7.7 7.9 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 A B C D D O (m g/ L) Perlakuan Awal Akhir

(8)

26

proses oksidasi dan reduksi inilah maka peranan oksigen terlarut sangat penting untuk membantu mengurangi beban pencemaran pada perairan secara alami.

Gambar

Grafik Survival Rate(SR) %
Tabel 4. Uji ANOVA Survival Rate (SR) pada Setiap Perlakuan
Gambar 6. Suhu Perairan Pada Penelitian ( o C)
Gambar 7. Derajat Keasaman (pH) pada perairan penelitian
+2

Referensi

Dokumen terkait

Adapun faktor ancaman tersebut meliputi jumlah pesaing, perkembangan fasilitas kesehatan yang dimiliki pesaing, Regulasi/aturan yang membatasi dokter untuk

Bentuk segi delapan memiliki keunggulan dalam hal base shear yang kecil dalam arah X, momen maksimum (kolom dan balok) serta gaya geser kolom yang lebih kecil

Suatu kajian penyelidikan itu merupakan tatacara yang teratur yang digunakan oleh masyarakat untuk menambah ilmu pengetahuan atau menyelesaikan suatu masalah yang

Desain dalam penelitian ini menggunakan Desain kuantitif, artinya penelitian dilakukan pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen

Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi kinerja karyawan atau dapat dikatakan bahwa disiplin kerja dan

Dari penjabaran yang telah disebutkan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan nilai akurasi PSA dalam beberapa kelompok kadar serum yang telah dibandingkan

Emosi memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak, baik pada usia prasekolah maupun pada tahap-tahap perkembangan selanjutnya, karena memiliki