4
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Sumber Pustaka
1. Rujukan Karya a. Pablo Ruiz Y Picasso
Beberapa karya dari Picasso banyak kaitannya dengan kucing, tidak hanya kucing yang dijadikan sebuah analogi dari satu peristiwa yang terjadi pada masa itu, akan tetapi kucing disitu-pun merupakan sebuah arti yang harfiah. Berikut karya-karya Picasso yang bertemakan kucing dan perbandingan dengan konsep karya bertemakan kucing dari penulis :
1) Cat Eating a Bird (1939)
Lukisan “Cat Eating a Bird” (lihat Gambar 1) merupakan karya dari Picasso yang menganut 2 aliran yakni kubisme dan surealisme. Sedangkan karya yang dibuat dalam Tugas Akhir ini menggunakan gaya naif dan dekoratif. Pada lukisan „Cat Eating a Bird” ini Picasso ingin menjelaskan tentang kejamnya dunia alam liar dan sisi menakutkan dari seekor kucing sebagai predator alam liar. Banyak yang menganggap bahwa lukisan ini merupakan analogi Picasso tentang kekejaman Nazi yang ada di Perancis dimasa itu. Karya yang dibuat dalam Tugas Akhir ini mengambil objek kucing yang memangsa burung, namun hanya menampilkan visualisasinya saja sesuai imajinasi tanpa memberkian maksud yang mendalam seperti Picasso.
Gambar 1. Karya Pablo Ruiz Y Picasso yang berjudul “Cat Eating a Bird” (Sumber: http://cattery.co.id.html/PabloRuizYPicasso_SenimandanPecinta
Kucing di unduh pada tanggal 21/06/2016 08.30 WIB)
2) Woman with a Cat (1900)
Lukisan “Woman with a Cat” (lihat Gambar 2) Picasso sama sekali tidak mengeluarkan gaya kubisme-nya. Lukisan ini dikatakan dibuat oleh Picasso pada masa ia merasa sepi dan sendiri. Terlihat memang dari lukisannya bahwa sang wanita sedang merasa kesepian dan sedih, namun ada seekor kucing yang setia menemaninya.
Objek karya dari Tugas Akhir ini juga mangambil objek seorang wanita dan kucing yang keduanya saling berinteraksi. Interaksi tersebut tidak mengandung unsur kesedihan seperti karya Picasso tetapi mengandung unsur ceria, karena salah satu karya dari Tugas Akhir ini menunjukan interaksi seorang gadis yang gemas dengan kucing.
Gambar 2. Karya Pablo Ruiz Y Picasso yang berjudul “Woman with a Cat” (Sumber: http://cattery.co.id.html/PabloRuizYPicasso_SenimandanPecinta
Kucing 21/06/2016 08.30 WIB)
b. Suparto
Gambar 3. Karya Suparto yang berjudul “Kucing” (Sumber:http://galeri-nasional.or.id/collections/631-kucing
Karya Suparto dalam judul "Kucing” (lihat Gambar 3), bergaya ekspresionisme dalam corak dekoratif naif. Lukisan ini mengungkapkan sosok kucing dan anaknya dalam deformasi bentuk yang mengesankan kesederhanaan naif dan karakter yang lembut. Seperti pada lukisan Suparto yang lain bentuk-bentuk kucing ini diungkapkan pada garis-garis yang liris, sehingga melenyapkan kesan optis volume tubuh dan lekuk anatominya. Warna-warna pastel yang mantap dengan sapuan membentuk nuansa memberikan sugesti dan daya cekam ekspresif.
Pada karya ini dapat dilihat bahwa Suparto lebih mengungkapkan kualitas emosi dan persepsinya, dari pada pengamatannya secara objektif pada objek kucing yang dilukisnya. Oleh karena itu, selain mengungkap persepsi, karya ini juga secara simbolis dapat dibaca sebagai pesan kasih sayang dan kelembutan (http://galeri-nasional.or.id/collections/631-kucing 25/04/2015 09.00 WIB).
Konsep karya yang dimiliki Suparto dengan karya Tugas Akhir ini hampir sama, sama-sama menggunakan gaya dekoratif yang cenderung ke arah naif, dan sama juga dalam mengungkapkan lukisan yaitu dari pengamatan terhadap objek kucing. Perbedaannya adalah pada visualnya, Suparto menggunakan warna-warna pastel yang kalem sedangkan karya Tugas Akhir ini juga menggunakan warna-warna pastel yang kuat dan cerah.
c. Pengantar Karya Tugas Akhir Yas‟ari Amin Muhlas
Pengantar Karya Yas‟ari yang berjudul “Kucing Sebagai Tema dalam Penciptaan Seni Lukis”, kucing yang dihadirkan Yas‟ari merupakan bentuk
metafor dari tingkah laku manusia. Yas‟ari mengibaratkan kucing seperti manusia, karena ada beberapa persamaan sifat antara manusia dan kucing. Persamaan sifat tersebut di antaranya sama-sama menyukai rutinitas, cinta damai, dan senang dimanja. Yas‟ari meminjam bentuk kucing sebagai pengungkapan perasaan dan pengalaman. Perwujudan visualnya Yas‟ari menggambarkan bentuk-bentuk dari kucing ataupun semua yang berhubungan dengan kucing sebagai objek utamanya. Secara keseluruhan karya Tugas Akhir Yas‟ari menampilkan bentuk-bentuk kucing secara deformatif, yaitu dengan merubah bentuk kucing menjadi beberapa cara yaitu: distorsi, stilisasi, simplifikasi, dan transformasi dengan menggabungkan beberapa unsur seni rupa lainnya. Jika ditinjau dari visualnya seperti unsur garis, warna, dan komposisi dari ke semua karya, Yas‟ari lebih cenderung memakai gaya kubistik (http://ykptisipp--yasariamin-363-1-abstrak-n.pdf 25/04/2015 10.00 WIB).
Judul yang diambil Yas‟ari dengan Tugas Akhir ini hampir mengandung unsur yang sama, yaitu kucing sebagai objek tema dalam seni lukis. Konsep yang diambil Yas‟ari yaitu memvisualisasikan kucing sebagai metaphor kehidupan manusia, sedangkan karya Tugas Akhir ini hanya memvisualisasikan karakteristik kucing. Yas‟ari juga mendeformasi bentuk-bentuk kucing dengan gaya kubistik ke dalam karya lukis. Sedangkan karya Tugas Akhir ini tidak mendeformasi bentuk tetapi menggunakan gaya naif dan dekoratif.
2. Landasan Teori
Landasan teori yang dipakai penulis berupa referensi meliputi penjelasan tentang kucing, komponen dan unsur visual dalam penciptaan karya, serta pengertian tentang seni lukis. Penjelasannya sebagai berikut :
a. Sejarah Kucing
Miacis dipercaya sebagai nenek moyang kucing, selain nenek moyang
anjing dan beruang. Binatang liar yang memiliki rupa mirip musang ini hidup pada masa Eosen sekitar 50 juta tahun silam. Selanjutnya, miacis mengalami evolusi menjadi berbagai keturunan kucing. Adapun perkembangan evolusi keluarga kucing terbagi dalam tiga kelompok, yaitu Panthera, Acinonyx, dan
Felis. Felis adalah sejenis kucing kecil, salah satunya African wild cat ( Felis sylvestris) yang kemudian berkembang menjadi kucing modern.
Berdasarkan sejarah, usaha domestikasi kucing sekitar tahun 4.000 SM di Mesir. Saat itu kucing digunakan untuk menjaga sebuah toko pangan agar terhindar dari serangan tikus. Namun, jauh sebelumnya (tahun 7.500 SM) ada usaha domestikasi kucing yang dicirikan dengan ditemukannya kerangka kucing yang dikuburkan bersama-sama manusia di sebuah makam di Shillourokambos, Cyprus. Kerangka kucing tersebut sangat mirip dengan nenek moyang kucing rumahan.
Tahun 1800-an kembali ditemukan kuburan atau tepatnya situs yang berisi 300.000 mumi kucing dalam keadaan masih utuh. Hal tersebut menandakan bahwa dahulu kucing merupakan hewan yang istimewa. Orang Mesir Kuno telah menganggap kucing sebagai penjelmaan Dewi Bast atau Bastet atau Thet, yakni salah satu tokoh dari mitologi Mesir yang tugasnya menjaga tempat. Pada zaman tersebut, hukuman bagi mereka yang membunuh kucing adalah hukuman mati, seperti halnya pada manusia.
Abad pertengahan, kucing juga sering dianggap berasosiasi dengan penyihir dan sering dibunuh dengan cara dibakar atau dilempar dari tempat
tinggi. Beberapa ahli sejarah mengatakan bahwa takhayul seperti inilah penyebab terjadinya penyebaran wabah black death (wabah hitam) dengan cepat. Black
death atau kematian hitam adalah pandemik hebat yang pertama kali melanda
Eropa pada pertengahan hingga akhir abad ke-14 (1347-1351) dan membunuh dua pertiga populasi warga Eropa. Banyaknya kematian saat itu menyebabkan banyak orang percaya bahwa setan penyebab penyakit tersebut. Akibatnya, banyak kucing yang dibunuh di Eropa saat itu sehingga populasi kucing menurun dan jumlah tikus bertambah. Padahal, tikus yang membawa wabah black death atau saat ini diketahui dengan penyakit pes.
Mitos di Indonesia tentang kucing adalah seseorang akan memperoleh kesialan jika menabrak kucing dan meninggalkannya. Namun, sebenarnya maksud dari pesan tersebut adalah mengajarkan agar bertanggung jawab dan menguburkan kucing jika hal tersebut terjadi. Selain berbuat baik pada hewan, perbuatan tersebut juga menghindari penyakit yang timbul dari bangkainya (Suwed, 2012: 6-8).
b. Karakteristik yang Divisualisasikan pada Karya
Kucing memiliki ciri khas yang istimewa. Kucing sangat mudah dikenali dan dibedakan dengan hewan lainnya. Keistimewaannya mulai ciri fisik hingga perilakunya. Biasanya ciri khas pada bagian-bagian tubuh kucing ras lebih istimewa dibandingkan kucing kampung.
1) Mata
Sampai saat ini genetika pewarisan sifat warna mata masih belum sepenuhnya dapat dijelaskan dengan pasti. Warna mata tidak saja menyangkut substansi warnanya, tetapi refleksi cahaya yang mengenai berbagai material yang
ada di mata. Secara umum, perbedaan warna mata ditentukan oleh konsentrasi, granulasi, dan endapan melanin. Warna mata ditentukan oleh tingkat intensitas melanin di depan atau belakang iris mata.
Warna mata biru merupakan akibat tidak adanya pigmen di depan iris mata dan adanya melanin kecoklatan yang tersebar di belakang iris mata. Warna biru merupakan refleksi dan dispersi cahaya yang melaluinya. Warna mata hijau (lihat Gambar 4) merupakan dilusi warna pigmen cokelat atau kuning di depan iris mata dan adanya melanin kecoklatan yang tersebar di belakang iris. Pigmen kuning tertutupi oleh latar belakang warna biru dan berakibat dihasilkan efek kehijauan. Intensitas warna hijau tergantung pada kualitas dan kuantitas melanin yang berada di depan iris. Warna mata hazel dihasilkan dari penambangan pigmen di depan dan di belakang iris mata yang menghasilkan efek kuning keperakan atau kuning dengan efek hijau. Warna mata cooper, gold, atau orange terjadi apabila bagian depan iris mata dipengaruhi oleh pigmen sehingga tidak ada refleksi cahaya yang melaluinya.
Gambar 4. Bentuk Mata Kucing
(Sumber:http://www.tumblr.com/search/big/eye/20cat/ 19/12/2015 19.00 WIB)
2) Bulu
Gambar 5. Bentuk Bulu Kucing
(Sumber:http://cats.soup.io/post/426564488/Mille-the-Norwegian-Forest-Cat-by-Jane / 19/12/2015 19.05 WIB)
Karakteristik kucing yang berbeda dibandingkan hewan lainnya adalah adanya bulu (lihat Gambar 5). Ada sekitar 9.600 helai rambut tiap cm2 kulit bagian atas dan sekitar 19.200 helai rambut tiap cm2 kulit bagian bawah. Pola warna bulu pada setiap kucing, terutama kucing ras umumnya sama, karena jenis kucing yang terbanyak di Indonesia adalah persia.
3) Kepala
Gambar 6. Bentuk Kepala Kucing (Sumber: http:http://www.huffingtonpost.com/
Kepala kucing (lihat Gambar 6) terdiri dari beberapa bagian, yaitu tengkorak kepala (skull), tumpuan mata (eye socket), dan rahang. Ketiganya terangkai dan terpasang dengan sangat kokoh pada tubuh kucing. Bentuk kepala kucing dipengaruhi oleh ras. Kucing ras biasanya memiliki bentuk kepala yang beragam dan memiliki ciri tersendiri. Sementara itu, bentuk kepala kucing kampung cenderung sama saja.
4) Hidung
Bentuk hidung (lihat Gambar 7) dapat dibedakan dari jenis kucingnya. Bentuk hidung beragam, mulai dari datar (pesek), pendek, sedang, hingga mancung. Ras-ras kucing tertentu, seperti persia memiliki bentuk hidung yang datar. Adapun ras lainnya ada yang memiliki hidung mancung, seperti jenis kucing Balinese.
Gambar 7. Bentuk Hidung Kucing
(Sumber:http://http://picpetz.com/2011/07/01/cat-nose/ 19/12/2015 19.25 WIB)
5) Ekor
Bentuk ekor pada kucing (lihat Gambar 8) sebenarnya beragam, mulai dari ekor panjang, ekor menengah, ekor pendek, dan tidak ada ekor. Ekor kucing yang panjang juga memiliki aneka ragam ciri lainnya, di antaranya ekor berbulu tebal dan lurus (persia), ekor berbulu lembut dan lurus (ragdoll), ekor berbentuk cambuk (sphynx), serta ekor tipis dan meruncing (cornish rex). Ekor yang berukuran sedang juga memiliki ciri lainnya, di antaranya ekor tebal pada bagian pangkal dengan ujung tumpul (american wirehair). Ekor tidak kusut (singapura), ujung ekornya melingkar (korat). Ekor pendek memiliki ragam, di antaranya tebal di dasarnya dan runcing (british shorthair), ekor melingkar (javanese bobtail), serta ekor tebal dan lurus (exotic shorthair). Adapun jenis kucing yang tidak berekor, yaitu manx dan cymcric (longhair manx) (Suwed, 2012: 23-32).
Gambar 8. Bentuk Ekor Kucing
(Sumber:http://www.photoree.com/photos/permalink/ 19/12/2015 19.35 WIB)
c. Perilaku Kucing
Hal lain yang juga luar biasa dari kucing adalah mempelajari perilakunya. Kucing tidak hanya sekedar hewan cantik yang menggemaskan,
tetapi juga hewan cerdas yang memiliki kemampuan berbeda dengan hewan lainnya. Berikut mengenai penjelasan perilaku kucing yang dilihat dari segi ekspresi ekor dan psikologinya.
1) Ekspresi Ekor
Kucing kampung biasanya memiliki perilaku yang natural dibandingkan dengan kucing ras. Kucing kampung lebih mudah mengekspresikan emosinya melalui ekornya. Perhatikan bagaimana ekornya bergerak-gerak saat akan menangkap musuh atau berburu. Jangan sekali-kali menarik ekor kucing karena kucing bisa sangat marah dan menggigit tangan.
Ekor pada kucing memiliki fungsi komunikasi. Ekor kucing juga dipercayai mampu memberikan dan mengisyaratkan makna seperti pertanda bahwa kucing sedang marah, emosi, dan tidak tenang. Selain itu, sebagai pertanda bahaya karena wilayahnya dikunjungi kucing asing atau pertanda kucing sedang ingin kawin atau ingin dimanja. Kesetiaan kucing juga dapat dilihat dari cara kucing meletakkan atau mengarahkan ekornya ke kaki kita.
Ekor pada kucing juga berfungsi sebagai penyeimbang, seperti fungsi ekor pada hewan lainnya. Ekor penyeimbang ketika akan memanjat pohon, lemari, kursi, atau tempat dimana saja kucing ingin berpindah tempat. Oleh karena itu, ekor sangat penting bagi kucing liar untuk berpetualang di alam bebas.
1) Psikologi
Membicarakan psikologi kucing jinak tidak akan pernah ada habisnya, sederhana karena kucing adalah hewan yang sangat rapi dan pembersih. Pikiran kucing memang menjadi sebuah misteri bagi manusia karena kucing cenderung mandiri.
1. Sifat
Kucing pada dasarnya mandiri karena melakukan segala hal sendiri. Inilah yang menyebabkan kucing dikenal memiliki sifat egois. Ada dua penjelasan yang dapat menggambarkan sifat egois kucing. Pertama, kucing sejak awal diciptakan sebagai hewan pemburu. Kedua, kucing tidak pernah dipaksa oleh manusia untuk berperilaku karena memang ini adalah insting hewan. Sebagai contoh, kita dapat memerintahkan anjing untuk berhenti ketika dia menyakiti domba, lalu membentaknya. Namun, kita tidak akan pernah bisa memerintahkan kucing untuk tidak memangsa tikus. Bahkan, tanpa diperintahkan untuk bersosialisasi dengan lingkungan pun, kucing tetap melakukannya sendiri. Oleh karena itu, psikologi kucing secara alami masih tidak dapat dipahami sepenuhnya oleh manusia.
2. Memori
Kucing adalah hewan yang mudah beradaptasi. Kucing juga memiliki daya ingat yang luar biasa. Karakteristik itulah yang dapat membantu atau merusak hubungan antara kucing dengan pemiliknya. Misalnya, sekali pemilik menunjukkan rasa sayangnya meskipun dalam sebuah rapat kerja, kucing tersebut akan berfikir hal yang sama bahwa pemilik akan menyayanginya dan tidak memarahinya jika datang dalam rapat yang lain. Hal ini terjadi karena kesan pertama itulah yang ditangkap kucing dalam pikirannya bahwa pemilik tidak keberatan untuk diganggu olehnya saat rapat kerja. Padahal, bisa jadi di rapat kerja lainnya pemilik benar-benar tidak ingin diganggu.
Memori kucing terhadap perlakuan manusia akan sangat terekam dengan baik olehnya. Oleh karena itu, saat memperlakukan kucing, pikirkanlah
apakah siap untuk menerimanya, bahkan saat sedang tidak ingin diganggu (misal rapat kerja).
3. Hal-hal yang dapat Dipelajari
Pemilik tidak dapat menerka-nerka pikiran kucing sama halnya dengan anjing. Kucing mungkin memilih tidur pada tempat yang sama untuk setahun atau akan berpindah tempat sesuka hatinya tanpa ada alasan yang jelas. Kucing mungkin lebih suka pakan bermerek untuk bertahun-tahun, lalu tiba-tiba menolak untuk memakannya, tanpa penjelasan. Namun, kucing memiliki rasa sayang yang konsisten pada keluarga yang merawatnya.
4. Rasa Ingin Tahu
Kucing merupakan hewan dengan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap lingkungannya. Jika sesuatu terlihat tidak sesuai atau aneh, seperti mainan yang bergerak-gerak dengan cepat, sesuatu yang terbang seperti burung, atau aroma yang wangi, kucing akan menyelidikinya. Perilaku ini memang umum pada predator. Pikirannya selalu terjaga dan tidak berhenti menyelidiki lingkungannya. Tujuannya agar kucing dapat bertahan hidup di lingkungan tersebut.
5. Wilayah
Kucing merupakan hewan yang yang cenderung menandai wilayahnya. Kucing juga akan selalu bertahan untuk mempertahankan wilayah kekuasaannya dari pendatang lain. Kucing biasanya akan bereaksi luar biasa dengan pendatang baru dengan cara mendesis. Alasannya untuk mempertahankan wilayah kekuasaannya. Di alam liar, hal tersebut mutlak dilakukan. Oleh karena itu, pendatang sebaiknya dikenalkan terlebih dahulu secara perlahan-lahan agar tercipta hubungan yang baik.
Kucing yang sudah jinak juga biasanya tidak mempedulikan ada orang lain yang datang ke wilayahnya. Kucing tersebut baru mau berteman dengan orang baru di rumah setelah beberapa hari dan terlihat tidak asing.
6. Terlihat Galak
Saat kucing merasa diperlakukan tidak baik atau ada sesuatu yang mengancamnya, bulunya biasanya berdiri, badannya melengkung, dan miring. Reaksi insting ini membuat tubuhnya terlihat lebih besar dari yang sebenarnya sehingga membuat lawan takut untuk mendekatinya, dengan kata lain, semakin besar tubuhnya terlihat, semakin sedikit gangguan atau serangan dari lawan. 7. Menunjukkan Rasa Sayang
Kucing dengan bulu panjang, seperti ras persia, cenderung tidak banyak bergerak dibandingkan dengan bulu pendek, seperti ras Siamese yang terlihat aktif dan lebih cepat merespon benda asing. Tentu saja, ini adalah secara umum dengan banyak pengecualian. Kucing tersebut, terutama betina, biasanya lebih ingin disayangi atau dimanja. Kucing betina juga cenderung kurang begitu mandiri jika dibandingkan dengan kucing jantan (Suwed, 2012: 41-44).
4. Komponen dan Unsur Visual dalam Penciptaan Karya Seni Lukis a. Komponen Seni
Ada tiga komponen seni dalam proses penciptaan seni sebagai landasan berkarya, walaupun secara teori dapat dipisahkan namun sebenarnya ketiga komponen seni tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Tiga komponen tersebut adalah :
1) Subject matter
Subject matter atau tema pokok ialah rangsang cipta seniman dalam
usahanya untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan. Bentuk menyenangkan adalah bentuk yang dapat memberikan konsumsi batin manusia secara utuh, dan perasaan keindahan kita dapat menangkap harmoni bentuk yang disajikan lewat sensitivitasnya (Kartika, 2004: 28).
Tema merupakan gagasan yang hendak dikomunikasikan pencipta karya seni kepada masyarakat atau penikmat seni (Bahari, 2008: 22). Objek-objek atau gagasan yang dipakai dalam berkarya yang ada dalam sebuah karya seni (Susanto, 2011: 383).
Subject matter merupakan bentuk dalam ide sang seniman, artinya
bentuk yang belum dituangkan dalam media atau belum lahir sebagai bentuk fisik. Maka dapat dikatakan pula bahwa seni adalah pengejawantahan dari dunia ide sang seniman dan dalam capaian bentuk di dalam karya, diperlukan beberapa ketentuan dasar yang disebut asas desain: repetisi (pengulangan), harmoni (selaras), kontras (berbeda), gradasi (pengulangan dengan penambahan atau pengurangan), dan semua ketentuan itu masih mempertimbangkan adanya kesatuan (unity) dan keseimbangan (balance) dalam teknik pengorganisasian unsur-unsur tersebut.
2) Bentuk (form)
Pada dasarnya apa yang dimaksud dengan bentuk (form) adalah totalitas dari pada karya seni. Bentuk itu merupakan organisasi atau satu kesatuan atau komposisi dari unsur-unsur pendukung karya. Ada dua macam bentuk: pertama visual form, yaitu bentuk fisik dan sebuah karya seni atau satu kesatuan
dari unsur-unsur pendukung karya seni tersebut. Kedua special form, yaitu bentuk yang tercipta karena adanya hubungan timbal balik antara nilai-nilai yang dipancarkan oleh fenomena bentuk fisiknya terhadap tanggapan kesadaran emosionalnya (Kartika, 2004 :28).
"Bentuk" dalam suatu karya seni adalah aspek visualnya, atau yang terlihat itu, yaitu karya seni itu sendiri. Bentuk dikenal pula sebagai "totalitas" karya, yang merupakan organisasi unsur-unsur rupa sehingga terwujud apa yang disebut karya. Unsur-unsur yang dimaksudkan adalah: garis. Shape, gelap-terang, warna. Ini berarti bahwa bentuk adalah sesuatu yang dapat ditangkap dengan panca-indera; dengan kata lain bisa dilihat, diraba, atau didengar (dalam musik) (Mulyadi, 1998: 16).
3) Isi atau arti
Isi atau arti sebenarnya adalah bentuk psikis dari seorang penghayat yang baik. Perbedaan bentuk dan isi hanya terletak pada diri penghayat. Bentuk hanya cukup dihayati secara indrawi, tetapi isi atau arti dihayati dengan mata batin seorang penghayat secara kontemplasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa isi disamakan dengan subject matter seorang penghayat (Kartika, 2004 :29).
Isi disebut sebagai kualitas atau arti, yang ada dalam suatu karya seni. Isi juga dimaksudkan sebagai final statement, mood (suasana hati) atau pengalaman penghayat, isi merupakan arti yang essential daripada bentuk, dan seringkali dinyatakan sebagai sejenis emosi, aktifitas intelektual atau asosiasi yang kita lakukan terhadap suatu karya seni (Mulyadi, 1998: 16).
b. Unsur visual 1) Kesatuan (Unity)
Unity merupakan “kriteria kunci dari pengorganisasian keseluruhan”
(Bahari 2008: 104). Sebuah karya seni yang baik mempunyai unsur- unsur yang bersatu dan tidak terpisah-pisah. Kesatuan atau keutuhan merupakan salah satu prinsip dasar seni rupa. Kesatuan dapat juga disebut keutuhan seluruh bagian-bagian atau semua unsur menjadi satu kesatuan. Tanpa adanya satu kesatuan, sebuah karya seni tidak sempurna atau tidak enak untuk dilihat. Prinsip kesatuan sesungguhnya "adanya saling hubungan" antar unsur yang disusun di dalam karya seni (Sunyoto, 2009: 213).
2) Keseimbangan (Balance)
Keseimbangan atau balance dapat dibedakan menjadi “keseimbangan simetris, asimetris, radial, dan occult balance” (Bahari, 2008: 104). Keseimbangan merupakan suatu keadaan, semua bagian sebuah karya seni tidak ada yang lebih dibebani. Sebuah karya seni dikatakan seimbang manakala di semua bagian pada karya bebannya sama, sehingga pada karya tersebut akan membawa rasa tenang dan enak dilihat, di dalam keseimbangan ada keseimbangan simetri (symmetrical balance), keseimbangan memancar (radial balance), keseimbangan sederajat (obvious balance) (Sunyoto, 2009: 237).
3) Harmoni (ritme dan repetisi)
Ritme (irama) suatu istilah yang biasanya dipakai di dalam musik dan puisi. Didalam seni rupa ritme berarti suatu susunan teratur yang ditimbulkan dari pengulangan sebuah atau beberapa unsur sehingga menimbulkan atau memberi kesan keterhubungan yang kontinyu serta kesan gerak (Hakim, 1997: 18).
Sedangkan kesan ritmis diperoleh dengan “memperlakukan warna dan garis secara khusus sehingga lukisan serasa bergerak bergelombang-gelombang” (Bahari, 2008: 104).
4) Garis
Garis adalah perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar. Garis memiliki dimensi memanjang dan punya arah, bisa pendek, panjang, halus, tebal, berombak, melengkung, lurus dan lain-lain. Garis sangat dominan sebagai unsur didalam karya seni, dan dapat disejajarkan dalam peranan warna. Garis dapat pula membentuk karakter dan watak pembuatnya. Dengan penggunaan garis secara matang dan benar dapat pula membentuk kesan tekstur (barik) nada dan ruang serta volume (Susanto, 2002: 300). Garis sebagai bentuk mengandung arti lebih daripada titik karena dengan bentuknya sendiri garis menimbulkan kesan tertentu pada sang pengamat. Garis yang kencang memberikan rasa berbeda daripada garis membelok dan melengkung, yang pertama memberikan kesan kaku, keras, dan berikutnya memberi kesan luwes, maupun lembut (Djelantik, 1999 : 19).
5) Bentuk (shape)
Benda apa saja dialam ini, juga karya seni atau desain, tentu mempunyai bentuk. Bentuk apa saja yang ada di alam dapat disederhanakan menjadi titik, garis, bidang, gempal, pasir, kelereng dan semacamnya yang relative kecil dan “tidak berdimensi” dapat dikategorikan sebagai titik (Sunyoto, 2009: 200).
Buku "Kritik Seni Wacana, Apresiasi dan Kreasi" menjelaskan bahwa ada dua jenis macam bidang, yaitu
Bidang geometris dan organis. Bidang geometris seperti lingkaran, atau bulatan, segi empat, segi tiga, dan segi lain-lainnya, sementara bidang organis dengan bentuk bebas yang terdiri dari aneka macam bentuk yang tidak terbatas (Bahari, 2008: 100).
Shape digunakan sebagai simbol perasaan seniman di dalam
menggambarkan objek hasil subject matter, maka tidaklah heran apabila seseorang kurang dapat menangkap atau mengetahui secara pasti tentang objek hasil pengolahannya. Hal ini disebabkan shape (bangun) tersebut kadang-kadang mengalami perubahan di dalam penampilannya (transformasi) yang sesuai dengan gaya dan cara pengungkapannya, bahkan perwujudan yang terjadi akan semakin jauh berbeda dengan objek sebenarnya, di dalam pengolahan objek akan terjadi perubahan wujud sesuai dengan selera maupun latar belakang senimannya. Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai dengan konsep, tema, dan latar belakang seniman. Perubahan susunan yang dilakukan dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan hal yang baru, sehingga menghasilkan figur semula atau yang sebenarnya, yang seperti ini biasa disebut dengan istilah deformasi. Adapun cara pengubahan bentuk antara lain, seperti simplikasi atau penyederhanaan, distorsi atau pembiasan, destruksi atau perusakan, stilasi atau penggayaan, dan kombinasi semua susunan bentuk tersebut (Susanto, 2011: 98).
6) Warna
Warna merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto, 2009: 12). Warna adalah gelombang cahaya dengan frekuensi yang dapat mempengaruhi penglihatan kita. Warna memiliki tiga dimensi dasar yaitu hue, nilai (value), dan intensitas (intensity). Hue adalah gelombang khusus dalam spektrum dan warna
tertentu. Misalnya, spektrum warna merah disebut hue merah. Nilai (value) adalah nuansa yang terdapat pada warna, seperti nuansa cerah atau gelap, sedangkan intensitas adalah kemurnian dari hue warna (Bahari, 2008: 100).
7) Tekstur
Tekstur adalah sifat permukaan suatu benda, baik itu nyata maupun semu, suatu permukaan benda mungkin kasar,halus,lunak dan bisa juga licin. Tekstur dalam seni lukis tektur dalam seni lukis berperan mendukung dalam pengungkapan karakter atau sifat suatu objek. Di samping itu tekstur mampu memberikan bayangan pada permukaanya. Tiap benda yang berbeda permukaan mempunyai sifat dan ekspresi yang berbeda pula (Arsana, 1983: 58). Tekstur merupakan unsur rupa yang menunjukkan rasa permukaan bahan, yang biasanya sengaja dibuat oleh seniman untuk memberikan rasa tertentu agar memunculkan efek atau kesan nyata dan atau semu pada karya seni (Kartika, 2004: 95). Tekstur merupakan “kesan halus atau kasarnya suatu permukaan lukisan atau gambar. Tekstur nyata mempunyai “nilai permukaaan” yang “nyata atau cocok antara tampak dengan nilai rabanya” sedangkan tekstur semu mempunyai “kesan kasar karena penguasaan teknik gelap terang pelukisnya” (Bahari, 2008: 101).
8) Komposisi
Komposisi merupakan pengaturan unsur - unsur seni rupa baik berupa garis, bidang, ruang, warna dan sebagainya, dengan pertimbangan suatu keseimbangan yang dapat menghasilkan karya yang harmonis (Poerwardaminta, 1976: 581). Komposisi adalah kombinasi dari berbagai elemen seni rupa untuk mencapai integrasi antara garis, warna, bidang, dan unsur-unsur karya seni yang lain untuk mencapi susunan yang dinamis, termasuk tercapainya keseimbangan
yang indah juga menarik (Susanto, 2011: 226). Jenis komposisi ada dua, yaitu komposisi terbuka dan tertutup. Komposisi terbuka adalah aransemen atau komposisi tanpa ada batasan, figur atau objek dapat muncul di dalam atau di luar frame secara random dan objek dapat disajikan sebagai bagian dari hal yang melebihi pandangan mata penonton. Komposisi tertutup adalah tipe komposisi yang semua elemen gambar muncul hanya mengisi bidang gambar, figur-figurnya hadir dalam batas pandang penonton (Susanto, 2011: 227).
5. Seni Lukis
Seni rupa sebagai cabang atau bagian dari seni pada umumnya, diartikan sebagai suatu cabang seni yang mengekspresikan pengalaman artistik manusia lewat objek-objek dua atau tiga dimensional yang memerlukan ruang dan waktu (Mulyadi, 1994: 7). Sedangkan seni lukis adalah salah satu cabang seni rupa berupa pengucapan pengalaman artistik manusia pada bidang dua dimensional. Seni lukis merupakan satu bagian dari seni rupa yang divisualkan pada media dua dimensi dengan unsur - unsur seni rupa yang menjadi bentuk karya cipta. Pada dasarnya seni lukis merupakan bahasa ungkapan dari pengalaman estetik maupun idiologis yang merupakan warna dan garis guna mengungkap perasaan, mengekspresikan emosi, gerak, ilusi maupun ilustrasi dari kondisi subjektif seseorang (Susanto, 2011 : 71).
B. Sumber Ide 1. Popo Iskandar
Karya dari Popo Iskandar yang berjudul "Kucing" (lihat Gambar 9), dengan ukuran 120 x 145 cm, dibuat tahun 1975, media cat minyak di atas kanvas, mengungkapkan salah satu dari berbagai karakter yang pernah dibuat dengan objek binatang. Deformasi yang mengandalkan efek-efek goresan yang spontan dan transparan, binatang itu seakan baru bangkit dari tidur dan mengibaskan badanya. Warna hitam belang-belang putih, kucing ini tampak sebagai sosok binatang yang misterius.
Gambar 9. Lukisan Popo Iskandar berjudul “Kucing” (Sumber:http://galeri-nasional.or.id/collections/381-kucing 26/03/2015
Popo Iskandar dikenal sebagai pelukis yang sangat esensial dalam menangkap objek-objeknya. Popo masih mengembangkan berbagai unsur visual lain dan cara pengolahannya. Hal itu bisa dilihat misalnya pada pengolahan nilai tekstur, efek-efek teknik transparan atau opaque dalam medium cat, maupun pengolahan deformasi dan komposisi objek-objeknya. Di samping itu, pelukis ini juga selalu melakukan penggalian psikologis untuk menampilkan esensi dan ekspresi objek yang akan ditulis, karakter objek-objek itu bisa diungkapkan secara khas. Serial objek kucing Popo menggali esensi berbagai gerak kucing yang biasa dilihat karakternya sebagai binatang jinak, lucu, indah, bahkan juga bisa memancarkan sifat-sifat misterius.
2. Bunga Jeruk
Gambar 10. Lukisan Bunga Jeruk berjudul “Moonlight Girl” (Sumber:http://indoartnow.com/artists/bunga-jeruk
26/03/2015 12.30 WIB)
Karya dari Bunga Jeruk yang berjudul "Moonlight Girl" (lihat Gambar 10) , dengan ukuran 150 x 200 cm, dibuat tahun 2010, media cat minyak di atas
kanvas, juga menginspirasi. Penulis terkesan dengan imajinasi dari Bunga Jeruk yang menggambarkan hubungan antara seorang gadis dengan banyak kucing, kucing digambarkan sedang bermain, kucing ini tampak menggemaskan dengan tingkah polahnya.
3. Widayat
Gambar 11. Lukisan Widayat berjudul “Kucing dan Ikan”
(Sumber:http://dunialukisan-javadesindo.blogspot.com/2011/06/top-10-pelukis-maestro-legendaris.html 18/04/2015 14.00 WIB)
Salah satu Pelukis Maestro asal Kutoarjo-Jawa Tengah, sebagian besar karya Lukisanya bertemakan Flora dan Fauna, terinspirasi dari pengalamanya yang membekas pada Tahun 1939 saat beliau pernah bekerja sebagai mantri opnamer ( juru ukur ) pada bidang kehutanan di Palembang selama tiga Tahun, dari pengamatanya tentang alam, hewan dan tumbuhan selama beliau bekerja
itulah yang mengilhami sebagian besar karya Lukisanya bertema tentang alam, flora dan fauna dilukis dalam gaya batik kontemporer
(http://lelanglukisanmaestro.blogspot.com/2011/07/lukisan-karyawidajat.html 16/04/2015 11.04 WIB).
Karya Widayat yang berjudul “Kucing dan Ikan” (lihat Gambar 11), dengan ukuran 58 x 47 cm, dibuat tahun 1989, media cat minyak diatas kanvas. Menggambarkan ada dua kucing dan dua ikan, yang keduanya saling berhubungan, karena makanan kucing adalah ikan.
4. Klowor Waldiyono
Gambar 12. Lukisan Klowor Waldiyono berjudul “Mother and Son” (Sumber:http://kloworwaldiyono.tripod.com/
19/04/2015 09.00 WIB)
Karya Klowor yang berjudul “Mother and Son”(lihat Gambar 12), dengan ukuran 30 x 40 cm, dibuat tahun 2003, media akrilik di atas kertas. Karya Klowor menggambarkan kucing yang sedang mengandung, bahwa karya ini berbicara tentang hubungan ibu terhadap anaknya, mengingatkan kita bahwa sebelum kita bahwa sosok ibu sangat berperan penting dalam kehidupan kita, sehingga kita dapat lahir di dunia.