• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Ketimpangan pembangunan merupakan kenyataan yang terjadi di semua negara, maju maupun berkembang sehingga wajar dalam suatu negara terdapat daerah yang terbelakang dibanding daerah lainnya. Kondisi ketimpangan ini dapat disebabkan berbagai faktor antara lain faktor struktur sosial ekonomi dan distribusi spasial dari sumber daya bawaan yang mencakup faktor geografi, sejarah, politik, kebijakan pemerintah, administrasi, sosial budaya dan ekonomi (Budiharsono 1996, Murty 2000, Rustiadi et al 2009). Pada negara-negara maju, kondisi ketimpangan bisa dieliminir sekecil mungkin dengan kebijakan pemerintah yang optimal dalam proses pembangunan.

Perencanaan pembangunan yang lebih ditujukan pada pertumbuhan ekonomi dengan pendekatan membangun pusat-pusat pertumbuhan ternyata telah menimbulkan masalah yang kompleks. Pusat-pusat pertumbuhan dengan daerah hinterlandnya tidak tumbuh bersama-sama secara seimbang. Trickle down effect yang diharapkan, berjalan sangat lamban bahkan tidak terjadi, sedangkan sumber daya telah terkuras secara tidak terkendali (backwash effect). Pola pembangunan seperti ini telah menciptakan ketimpangan antarwilayah; kawasan barat dan timur Indonesia, Jawa dan luar Jawa, perkotaan dan perdesaan serta dalam internal wilayah otonom.

Pertumbuhan ekonomi sebagai salah satu indikator pembangunan bersama-sama dengan PDRB perkapita akan mempengaruhi struktur ekonomi suatu wilayah. Sebaliknya, perubahan struktur yang terjadi turut berperan dalam proses pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebut Kuznets sebagai structural transformation karena yang terjadi adalah suatu rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan lainnya dalam komposisi permintaan agregat, perdagangan luar negeri (ekspor dan impor), penawaran agregat (produksi dan penggunaan faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal) yang diperlukan guna mendukung proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (Todaro, 2000). Perubahan ini dapat dilihat dan dideskripsikan dengan menggunakan analisis

(2)

Share dan matriks tipologi Klassen. Hasil dari Matriks Klassen dan Shift-Share ini didukung oleh analisis deskriptif pertumbuhan ekonomi antarwilayah (kabupaten/kota) serta sumbangannya terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi. Perubahan struktur ekonomi ini juga secara tidak langsung melalui pertumbuhan ekonomi mempengaruhi ketimpangan pembangunan.

Dalam proses transformasi struktural ini dipastikan terjadi ketidakharmonisan dalam pembangunan. Hal ini telah dibuktikan oleh Douglas C. North dalam analisisnya tentang Teori Pertumbuhan Neo-Klasik dengan hasil bahwa ketimpangan pembangunan antarwilayah dan ketimpangan pendapatan cenderung meningkat sampai ketimpangan tersebut mencapai titik puncak (Divergence). Bila pembangunan terus berlanjut, maka setelah itu secara berangsur-angsur ketimpangan tersebut akan menurun/berkurang (Convergence). Untuk melihat besarnya ketimpangan tersebut akan dilakukan dengan menggunakan Indeks Williamson dan Indeks Gini. Besar kecilnya tingkat ketimpangan ini akan dihubungkan dengan capaian PDRB perkapita, tingkat kesejahteraan masyarakt (yang diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia) dan aksesibilitas infrastruktur (dilihat dari rasio belanja infrastruktur dengan total PDRB) dalam suatu model regresi berganda berdasarkan panel data dari lima daerah/wilayah di Gorontalo.

Selanjutnya untuk melihat ketimpangan pembangunan hubungan positifnya dengan pertumbuhan ekonomi yang telah dicapai selama ini, akan digunakan regresi sederhana dengan pertumbuhan ekonomi sebagai variabel independen, masing-masing terhadap Indeks Williamson dan Indeks Gini sebagai variabel dependen. Secara garis besar, rencana penelitian ini diilustrasikan dalam kerangka pikir penelitian dan kerangka analisisi sebagai berikut:

(3)

Gambar 3.1. Kerangka Pikir Penelitian PEMBANGUNAN Pro Pemerataan:  Distribusi Pendapatan  Keterkaitan spasial sektoral, dll Pro Keberlanjutan:  Kelestarian alam

 Daya dukung lingkungan,

dll

SENTRALISASI

Pro Pertumbuhan:

 Pusat pertumbuhan

Trickle down effect, dll

KETIMPANGAN DESENTRALISASI Mengurangi ketimpangan pembangunan antarwilayah melalui:  Keterpaduan/keterkaitan sektoral dan spasial dengan intensitas interaksi spasial yg optimal

 Alokasi sumber daya yg proporsional

 Pengelolaan dan pemanfaatan

potensi ekonomi wilayah yg optimal,adil dan berkelanjutan Faktor penyebab ketimpangan: - Biofisik/ karakteristik wilayah (SDA). - Sarana & prasarana

(SDB) - SDM.

- Sumber daya Sosial - Karakteristik struktur ekonomi wilayah. - Kebijakan Pemda Menganalisis : 1. Ketimpangan pendapatan. 2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

3. Rasio Belanja Infrastruktur

Rekomendasi Kebijakan :

Pertumbuhan Ekonomi tinggi disertai pengurangan ketimpangan pembangunan

(4)

Gambar 3.2 Kerangka Analisis

3.2 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang permasalahan serta kerangka pemikiran yang diuraikan sebelumnya, maka ditarik hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Diduga pertumbuhan ekonomi tinggi cenderung tidak disertai penurunan ketimpangan pembangunan di Provinsi Gorontalo.

2. Sumber utama ketimpangan pembangunan di Provinsi Gorontalo baik secara simultan maupun parsial berasal dari ketimpangan proporsional pada PDRB perkapita, indeks pembangunan manusia dan rasio belanja infrastruktur.

3. Pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan dengan ketimpangan pembangunan di Provinsi Gorontalo.

Indeks Pembangunan Manusia PDRB Perkapita Kab/Kota → Provinsi Pertumbuhan Ekonomi Rasio Belanja Infrastruktur Tipologi Klassen Analisis Shift-Share Indeks Williamson Indeks Gini Tipologi & Struktur

Ekonomi Antarwilayah Ketimpangan Pembangunan Rekomendasi Kebijakan Keterangan : keterkaitan/hubungan

(5)

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menjadikan Provinsi Gorontalo sebagai daerah referensi sedangkan 4 kabupaten (Gorontalo, Boalemo, Pohuwato dan Bone Bolango) serta 1 kota (Gorontalo) sebagai unit analisis. Pelaksanaan penelitian dimulai bulan Mei hingga Agustus 2009.

Sumber: Bappeda Prov.Gorontalo, 2008

Gambar 3.3

Peta Administrasi Provinsi Gorontalo

3.4. Desain Penelitian

Penelitian ini membatasi pada Analisis Ketimpangan Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Gorontalo selama 2001– 2008 dengan menggunakan pendekatan deskriptif dan kuantitatif. Metode analisis deskriptif merupakan teknik analisa dengan menyajikan data berupa tabel, rasio dan persentase, yang selanjutnya memaknai angka – angka presentase dan rasio yang diperoleh. Dalam penelitian ini, analisis deskriptif mengggunakan analisis Shift Share dan Matriks Tipologi Klassen untuk menjelaskan struktur ekonomi di Provinsi Gorontalo.

(6)

Pendekatan kuantitatif lebih berdasarkan pada penggunaan teknik ekonometrik. Dalam penelitian ini akan menggunakan model regresi berganda unbalanced panel. Hasil perhitungan yang diperoleh akan dilakukan uji asumsi klasik dan uji statistik yang harus dipenuhi dan selanjutnya diinterpretasikan sesuai nilai – nilai koefisien yang sudah diperoleh.

3.5. Definisi Operasional

Operasionalisasi variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel dan penjelasan berikut:

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

No Variabel Batasan Pengertian Simbol Satuan

1. Pertumbuhan ekonomi

Laju pertumbuhan PDRB riil dengan base year 2000 PE %

2. Ketimpangan Pembangunan

- Perbedaan pendapatan antar kabupaten/kota di Provinsi Gorontalo berdasarkan besarnya deviasi PDRB perkapita kabupaten/kota dari rata-rata PDRB perkapita provinsi dengan menggunakan Indeks Williamson.

- Perbedaan distribusi pendapatan antar kelompok masyarakat yang diukur dengan menggunakan Indeks Gini.

Iw

GR

Poin

3. PDRB perkapita total PDRB dibagi dengan jumlah penduduk yang ada

dalam wilayah yang bersangkutan

Y Rupiah

4. Penduduk 1. Jumlah penduduk dalam 1 tahun

2. Laju pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun.

1. N 2. Pop 1. Jiwa 2. % 5. Indeks Pembangunan Manusia

Indeks yang menyatakan sebagai tolok ukur dari

kesejahteraan masyarakat berdasarkan tingkat

pendapatan, kesehatan dan pendidikan.

IPM Poin

6. Rasio Belanja

Infrastruktur

Merupakan rasio dari belanja untuk infrastruktur terhadap total PDRB

RBI Poin

1. Pertumbuhan Ekonomi adalah laju pertumbuhan PDRB riil dengan base year 2000 yang dihitung dengan formulasi :

100% . PDRB PDRB -PDRB 1 -t 1 -t t  n Ekonomi Pertumbuha

Dimana: PDRBt = PDRB tahun sekarang

PDRBt - 1 = PDRB tahun sebelumnya

2. Ketimpangan pembangunan: perbedaan pendapatan antar kabupaten/kota di Provinsi Gorontalo berdasarkan besarnya deviasi PDRB perkapita

(7)

kabupaten/kota dari rata-rata PDRB perkapita provinsi dengan menggunakan Indeks Williamson dan ketimpangan pendapatan antara kelompok masyarakat dengan menggunakan Indeks Gini.

3. PDRB perkapita adalah total PDRB dibagi dengan jumlah penduduk yang ada dalam wilayah yang bersangkutan.

4. Penduduk memiliki 2 batasan, yaitu dalam jumlah absolut dan dalam persentase. Secara absolut merupakan jumlah penduduk suati wilayah dalam 1 tahun dan dalam persentase menggambarkan laju pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun dengan rumus:

100% . N N -N op 1 -t 1 -t t  P

Dimana: Nt = jumlah penduduk tahun sekarang

Nt-1 = jumlah penduduk tahun sebelumnya

5. Indeks Pembangunan Manusia adalah indeks yang menggambarkan kondisi tingkat pendapatan, kesehatan dan pendidikan masyarakat suatu wilayah yang digunakan sebagai tolok ukur kesejahteraan suatu wilayah.

6. Rasio belanja infrastruktur merupakan rasio antara pengeluaran belanja untuk infrastruktur dengan total PDRB yang berdampak langsung dan tak langsung bagi kemudahan masyarakat dalam mengakses infrastruktur.

3.6. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder runtun waktu (time series) periode tahun 2001 – 2008, yang diperoleh dari berbagai laporan dan kompilasi data serta bentuk publikasi lainnya, seperti dari Badan Pusat Statistik dan Bappeda Kabupaten, Kota dan Provinsi serta publikasi Bank Dunia dan cross section dari lima wilayah (Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Bone Bolango).

3.7. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui dokumentasi terhadap berbagai data sekunder yang dibutuhkan yang berasal dari BPS dan pemerintah daerah Provinsi Gorontalo serta pemerintah daerah kabupaten dan kota. Berdasarkan variabel yang

(8)

diteliti maka data yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan dan metode analisis yang digunakan disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3.2

Kinerja Arah Penelitian

No Tujuan Metode Analisis Variabel/

Paramater

Data & Sumber Data

1. Mendeskripsikan perubahan struktur ekonomi di Provinsi Gorontalo Deskriptif dengan menggunakan analisis Shift-Share, Tipologi Klassen PDRB sektor Kab/Kota/provinsi

PDRB Provinsi & Kab. Kota, Gorontalo Dalam

Angka (GDA) 2. Menganalisis besarnya

ketimpangan proporsional pada PDRB perkapita, IPM dan rasio belanja infrastruktur sebagai sumber ketimpangan pembangunan di Provinsi Gorontalo

Indeks Williamson, Indeks Gini & Regresi berganda dengan panel data

PDRB Kab/Kota, pendapatan kelompok

masyarakat, PDRB perkapita, IPM, rasio

belanja infrastruktur

PDRB Provinsi & Kab./Kota, GDA, APBD

Kab/Kota, jumlah penduduk, IPM, belanja

pemerintah untuk infrastruktur Kab/kota. 3. Menganalisis hubungan

ketimpangan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Gorontalo

Regresi double log dengan metode OLS

PDRB Kab/Kota, Pertumbuhan Ekonomi Kab/Kota

PDRB Provinsi & Kab. Kota, Gorontalo Dalam

Angka 4. Memberi rekomendasi

kebijakan kepada pemerintah yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pembangunan di Provinsi Gorontalo

Deskriptif Dari hasil analisis

yang telah dilakukan poin sebelumnya

Dari hasil analisis yang telah dilakukan poin

sebelumnya

3.8. Metode Analisis

1. Analisis untuk struktur perekonomian di Provinsi Gorontalo a. Analisis Shift-Share

Analisis ini dilakukan untuk melihat pergeseran/perubahan aktivitas perekonomian kabupaten kota dalam dua titik tahun dibandingkan dengan Provinsi Gorontalo sebagai wilayah referensi. SSA ini melihat perkembangan tahunan selang 2001-2008 (7 titik tahun), 2001-2007 serta tahun 2001-2008 dengan menggunakan data PDRB yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi dan masing-masing kabupaten kota di Gorontalo. Formulasi Shift-Share seperti pada persamaan berikut:

                            i(t0) i(t1) ij (t0) ij (t1) ij (t0) (t0) (t1) i(t0) i(t1) ij (t0) (t0) (t1) ij (t0) i X X -X X X X.. X.. -X X X 1 -X.. X.. X X a + b + c

(9)

Dimana :

a : komponen Regional Share b : komponen proportionality shift c : komponen differential shift ΔXi : perubahan nilai aktifititas sektor i

X.. : Nilai total aktivitas dalam total provinsi Xi : Nilai total aktivitas i dalam total provinsi.

Xij : nilai aktivitas sektor i dalam setiap kab/kota.

t1 : titik tahun akhir

t0 : titik tahun awal

Pada analisis kabupaten kota, untuk daerah referensi adalah data provinsi.

b. Deskripsi komparatif dan Analisis Matriks Tipologi Daerah (Matriks Klassen Typology).

Deskripsi komparatif dilakukan untuk melihat perubahan struktur ekonomi termasuk didalamnya PDRB perkapita, baik tingkat provinsi maupun untuk kabupaten kota. Dilanjutkan dengan analisis tipologi daerah dengan menggunakan Matriks Klassen. Hal ini seperti dilakukan oleh Syafrizal dalam penelitiannya di daerah Sumatera Barat tentang Analisis Pertumbuhan Ekonomi Regional: Kasus Sumatera Barat dalam bukunya Ekonomi Regional (Sjafrizal, 2008).

Menurut Hill dalam Kuncoro (2004), analisis tipologi daerah digunakan untuk mengetahui gambaran mengenai pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Tipologi daerah pada dasarnya membagi daerah berdasarkan 2 indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan perkapita (PDRB pekapita). Dengan menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata-rata PDRB perkapita sebagai sumbu horizontal, daerah yang diamati dapat dibagi menjadi empat klasifikasi, yaitu:

1) High growth and high income (daerah cepat maju dan cepat tumbuh). 2) High growth but low income (daerah berkembang cepat).

3) Low growth and low income (daerah relatif tertinggal). 4) High income but low growth (daerah maju tapi tertekan).

(10)

Tabel 3.3 Tipologi Daerah PDRB per Kapita (y)

Laju Pertum.(r) (yi < y) (yi > y)

(ri > r)

Pendapatan rendah dan pertumbuhan tinggi

Pendapatan tinggi dan pertumbuhan tinggi

(ri < r)

Pendapatan rendah dan pertumbuhan rendah

Pendapatan tinggi dan pertumbuhan rendah

Keterangan : r : Rata-rata pertumbuhan ekonomi provinsi. y : Rata-rata PDRB perkapita provinsi.

ri : Pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota yang diamati.

yi : PDRB perkapita kabupaten/kota yang diamati

Kriteria daerah untuk membagi daerah kabupaten/kota adalah:

a) High growth and high income: daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan PDRB perkapita yang lebih tinggi dibanding rata-rata kabupaten/kota di wilayah penelitian.

b) High growth but low income: daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi tetapi tingkat PDRB perkapita yang lebih rendah dibanding rata-rata kabupaten/kota di wilayah penelitian.

c) Low growth and low income: daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendpatan perkapita yang lebih rendah dibanding rata-rata kabupaten/kota di wilayah penelitian

d) High income but low growth: daerah yang memiliki tingkat PDRB perkapita yang lebih tinggi tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibanding rata-rata kabupaten/kota di wilayah penelitian.

Disebut “tinggi” apabila indikator di suatu kabupaten/kota lebih tinggi dibanding rata-rata kabupaten/kota di wilayah penelitian; digolongkan “rendah” apabila indikator di suatu kabupaten/kota lebih rendah dibanding rata-rata kabupaten/kota di wilayah penelitian.

(11)

2. Analisis ketimpangan pembangunan antarwilayah. Indeks Williamson , 0 < Vw < 1 Dimana : Iw = Indeks Wllilamson yi = PDRB perkapita di kabupaten/kota i.

y = rata-rata PDRB perkapita di Provinsi Gorontalo. fi = jumlah penduduk di kabupaten/kota i.

n = jumlah penduduk di Provinsi Gorontalo.

Nilai angka indeks yang semakin kecil atau mendekati nol menunjukan ketimpangan yang semakin kecil atau makin merata dan bila semakin jauh dari nol menunjukan ketimpangan yang semakin melebar.

3. Analisis sumber ketimpangan pembangunan digunakan metode analisis regresi berganda pada data panel dengan dua model sebagai berikut:

t ε RBI 3 β t IPM 2 β Y 1 β α Iw   t   t  t ε RBI 3 β t IPM 2 β Y 1 β α GR  t   t  Dimana : Iw : Indeks Williamson GR : Indeks Gini Y : Pertumbuhan PDRB Perkapita IPM : Indeks Pembangunan manusia RBI : Rasio Belanja Infrastruktur

4. Analisis hubungan ketimpangan pembangunan dengan pertumbuhan ekonomi digunakan Regresi Double Log dengan metode OLS terhadap nilai indeks dengan PDRB perkapita

Mengikuti Hipotesa Neo-Klasik, variabel yang dapat digunakan sebagai independen variabel adalah pendapatan perkapita yang menunjukan tingkat pembangunan suatu negara/daerah. Sedangkan persamaan yang digunakan adalah dalam bentuk kuadratik karena hubungan antara ketimpangan pembangunan dengan tingkat pembangunan adalah bersifat non linear (Sjafrizal, 2008). Dengan demikian fungsi regresi yang dapat digunakan adalah persamaan regresi sebagai berikut:

y /n) (f ) y (y I i 2 i n 1 i W  

(12)

ε logY 2 Y log δ log logIw     , dan ε logY 2 Y log δ log GR log     Dimana Iw : Indeks Williamson GR : Indeks Gini Y : PDRB perkapita φ & δ: kofisien regresi ε : epsilon

Dengan menggunakan persamaan kuadratik maka dapat diketahui apakah ketimpangan pada wilayah bersangkutan masih berada pada kondisi meningkat (divergence) atau sudah berada pada kondisi yang menurun (convergence).

3.9. Uji Hipotesis

1. Uji Gejala Multikolinearitas.

Multikolinearitas merupakan pelanggaran terhadap asumsi klasik yang menunjukan adanya hubungan linear diantara variabel-variabel bebas dalam model yang memiliki lebih dari satu variabel independen. Gejala multikolinearitas dapat menyebabkan koefisien regresi masing-masing variabel independen tidak signifikan secara statistik sehingga tidak dapat diketahui variabel mana yang mempengaruhi variabel dependen. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala ini dapat dilihat pada nilai koefisien korelasi parsial. Jika koefisien korelasi parsial mendekati nilai 1,00 maka ada indikasi terdapat gejala multikolinearitas (Gujarati, 2003).

2. Uji Gejala Heteroskedastisitas.

Dalam asumsi klasik, dalam suatu model ekonometrika terdapat kondisi dimana semua disturbances error yang muncul dalam model harus memiliki varians yang sama pada tiap kondisi pengamatan atau bersifat homoskedastis. Tidak terpenuhinya asumsi ini menyebabkan adanya heteroskedastisitas yang menyebabkan penaksiran/estimasi tidak lagi memiliki varians yang minimum.

Untuk menguji gangguan ini dapat digunakan beberapa cara yang salah satunya dengan White Heteroscedasticity Test melalui pengujian hipotesis berikut ini:

(13)

H0 : i2  2 (tidak terdapat gejala heteroskedastisitas) H0 : i2  2 (terdapat gejala heteroskedastisitas)

Jika nilai nR2 atau Obs* lebih besar dari nilai χ2 pada tingkat signifikansi tertentu, maka H0 ditolak. Atau dengan menggunakan probability value

dengan kriteria tidak menerima H0 jika probability valuenya < nilai α.

3. Uji Gejala Autokorelasi.

Otokorelasi merupakan kondisi tidak adanya korelasi serial yang terjadi antara anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu pada data time series. Pelanggaran terhadap asumsi ini disebut autokorelasi dan dapat menyebabkan dihasilkannya taksiran OLS yang tak bias namun tidak efisien (underestimated). Untuk mengetahui ada tidaknya gejala ini dilakukan Uji Durbin Watson dengan hipotesis sebagai berikut : H0 : ρ = 0 (tidak ada autokorelasi)

Ha : ρ ≠ 0 (ada autokorelasi)

H0 : ρ > 0 (ada autokorelasi positif)

H0 : ρ < 0 (ada autokorelasi negatif)

Jika H0 terdapat pada kedua ujung interval berarti tidak ada serial autokorelasi

baik positif maupun negatif (Gujarati, 2003), maka jika:

L

d

d : H0 tidak diterima (terdapat autokorelasi positif)

L

d 4

d  : H0 tidak diterima (terdapat autokorelasi negatif)

U U d 4-d

d   : H0 tidak ditolak (tidak terdapat autokorelasi)

U

L d d

d   : pengujian tidak memberikan hasil/ragu-ragu.

L U d 4-d

d

-4   : pengujian tidak memberikan hasil/ragu-ragu. Dimana:

dU: nilai kritis atas.

dL: nilai kritis bawah.

4. Kriteria Statistik:

a) Uji Simultan (Uji-F)

Uji-F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel dependent dengan hipotesis statistik sebagai berikut (Gujarati, 2003) :

H0: αn = 0

(14)

Untuk menguji kedua hipotesis tersebut dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dan nilai Ftabel. Jika nilai Fhitung > Ftabel maka

kita tidak dapat menerima H0 atau dengan kata lain H1 yang menyatakan

bahwa semua variabel independet secara simultan mempengaruhi variabel dependent tidak dapat ditolak. Atau pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan probability value dengan kriteria tidak menerima H0 jika

probability valuenya < nilai α

Menurut Juanda (2007) dalam menganalisis model sebaiknya pertama kali dilakukan pengujian model secara keseluruhan dengan menggunakan statistik uji-F.

b) Uji Parsial (Uji-t)

Uji-t dilakukan untuk mengetahui signifikansi setiap variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen dengan uji satu arah. Hipotesis yang akan diuji adalah :

H0 : αn ≤ 0, setiap variabel independen tidak signifikan mempengaruhi

variabel dependent

H1 : αn > 0, setiap variabel independen signifikan mempengaruhi variabel

dependen

Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai thitung dari

persamaan regresi dengan nilai kritis dari tabel-t (ttabel) pada tingkat

kepercayaan tertentu. Jika thitung > ttabel berarti H0 tidak dapat diterima,

artinya variabel independen signifikan mempengaruhi variabel dependen, demikian pula sebaliknya jika thitung < ttabel berarti H0 tidak dapat ditolak,

artinya variabel independen tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen. Pengujian juga dapat dilakukan dengan menggunakan probability value dengan kriteria tidak menerima H0 jika probability

valuenya < nilai α.

c) Penafsiran koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur kedekatan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Besarnya R2 berada antara 0 dan 1 ( 0 < R2 < 1 ). Hal ini menunjukan bahwa semakin mendekati 1 nilai R2 berarti model tersebut dapat dikatakan baik karena semakin dekat hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen.

Gambar

Gambar 3.2  Kerangka Analisis  3.2  Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Adapun yang menjadi faktor pendorong aktualisasi diri adalah: 1) Dorongan karena kekurangan, kekurangan yang dimiliki oleh seseorang baik itu kekurangan dari segi kebutuhan

Nilai b2 sebesar -0.036, mempunyai arti bahwa jika variabel FL bertambah satu maka variabel Y atau Return 15 hari setelah IPO bemilai negatif sebesar 0.036. Nilai b5 sebesar

Pada hierarki V karakter gaya Cina yaitu terdapat ukiran di daun pintu dengan motif mega mendung yang merupakan campuran budaya Cina dan Cirebon, terdapat relief bunga

Bab IV merupakan bab inti dari penelitian yang akan membahas analisis psikologi sastra pada tokoh utama Bodhi, dalam novel Supernova Episode Akar karya Dewi Lestari. Bab V

Penerimaan dalam masyarakat ialah mereka lebih mudah menerima seseorang berpenampilan agamis (pakaian syar’i) dibandingkan seseorang yang biasa.Selain itu, pada bidang ekomoni dari 5

Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik

Walaupun dalam penelitian ini menunjukkan hasil peningkatan yang signifikan antara permainan halang rintang terhadap kemampuan gerak dasar lokomotor anak autis,

Dalam penelitian ini dibahas mengenai identifikasi cakupan yang mungkin muncul dalam penelitian, supaya pembahasannya lebih terarah dan sesuai dengan tujuan yang dicapai