• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lengkuas (Alpinia galanga )

Tumbuhan lengkuas berdasarkan penggolongan dan tata nama tumbuhan, termasuk ke dalam klasifikasi (Becker & Van Den Brink, 1968) sebagai berikut:

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Bangsa : Zingiberales Suku : Zingiberaceae Anak suku : Alpinioideae

Marga : Alpinia

Jenis : Alpinia galanga

Lengkuas atau laos adalah rempah-rempah populer dalam tradisi boga dan pengobatan tradisional Indonesia maupun Asia Tenggara lainnya. Bagian yang dimanfaatkan adalah rimpangnya yang beraroma khas. Di Amerika, lengkuas dipakai dalam praktek perdukunan dan ilmu hitam (Voodoo). (Anonim, 2009).

Bunganya merupakan bunga majemuk dan berbentuk silindris. Putiknya berwarna kuning kehijauan. Mahkota bunga berbentuk tabung dan berwarna putih. Buah buninya berbentuk bulat, keras, berwarna hijau ketika muda, dan menjadi hitam ketika tua. Akar serabutnya berwarna coklat muda. Tanaman ini digolongkan menjadi dua yaitu lengkuas berimpang merah dan berimpang putih. Rimpang lengkuas muda bisa dipanen pada umur 2-3 bulan, sedangkan tanaman tua yang sudah berserat dipanen pada umur 4-7 bulan.

Lengkuas banyak mengandung oleoresin yang terdiri dari komponen damar dan minyak atsiri. Selain itu, lengkuas mengandung komponen flavonol, yang terdiri dari galangin, kaemferol, kuersetin, dan miliselin. Komponen lainnya adalah à-pinen, 1,8-sineol, limonen, terpineol, kaemferol, kuarsetin, dan miristin. Masyarakat menggunakan lengkuas sebagai pewangi dan penambah cita rasa masakan. Selain itu, rimpang mudanya banyak dimanfaatkan sebagai sayuran dan lalapan. Dalam bidang pengobatan, lengkuas digunakan sebagai antiseptik, pencegah kangker, antialergi, antijamur, dan antioksidan. Selain itu, digunakan sebagai obat panu, pelancar haid, diuretik,

(2)

memperkuat lambung, meningkatkan nafsu makan, dan sebagai penyegar (Suranto, 2004:70).

B. Simplisia dan Ekstrak

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh, bagian tanaman, dan eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi yang spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dikeluarkan dari selnya dengan cara tertentu atau zat yang dipisahkan dari tanamannya dengan cara tertentu yang masih belum berupa zat kimia murni (Depkes, 1979:28).

Proses perusakan di dalam simplisia, umumnya berkaitan dengan penurunan kandungan bahan aktif. Hal ini dapat terjadi melalui peristiwa enzimatis, proses hidrolitik serta reaksi oksidasi dan reduksi. Cahaya dan suhu adalah faktor lainnya yang juga dapat mempengaruhi stabilitas simplisia. Selanjutnya kualitas simplisia sangat bergantung dari sifat tumbuhan segarnya. Kualitas dan kuantitas bahan aktif tidak hanya bergantung dari pertukaran bahan yang berlangsung secara genetik, akan tetapi juga banyak dipengaruhi oleh lingkungannya. Lokasi tumbuh, sifat tanah, kesuburan, pencahayaan, tinggi tempat, iklim, cuaca dan masa panen adalah faktor yang turut menentukan kualitas suatu simplisia (Voight, 1995:554).

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung. Sebagai cairan penyari digunakan air, eter atau campuran etanol dan air (Depkes, 1979:9). Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan masa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes, 1995:7).

Yang lebih penting untuk teknologi farmasi adalah cara ekstraksi. Tumbuhan segar yang telah dihaluskan atau material tumbuhan yang dikeringkan, diproses dengan cairan pengekstraksi. Jenis ekstraksi dan bahan ekstraksi mana (cairan ekstraksi, menstruum) yang sebaiknya digunakan sangat tergantung dari kelarutan bahan kandungan serta stabilitasnya (Voight, 1995:559).

C. Maserasi

Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan simplisia yang dihaluskan sesuai syarat farmakope (umumnya potong-potong atau berupa serbuk kasar)

(3)

disatukan dengan bahan pengekstraksi. Selanjutnya rendaman tersebut disimpan terlindung dari cahaya langsung (mencegah reaksi yang dikatalisis cahaya atau perubahan warna) dan dikocok kembali. Waktu lamanya maserasi berbeda-beda masing-masing farmakope mencantumkan 4-10 hari. Menurut pengalaman 5 hari telah memadai untuk memungkinkan berlangsungnya proses yang menjadi dasar dari cara ini, seperti yang telah diuraikan diatas (melarutnya bahan kandungan simplisia dari sel yang rusak yang terbentuk pada saat penghalusan, ekstraksi (difusi) bahan kandungan dari sel yang masih utuh).

Persyaratannya adalah bahwa rendaman tadi harus dikocok berulang-ulang (kira-kira 3 kali sehari). Melalui upaya ini dapat dijamin keseimbangan konsentrasi bahan ekstraktif yang lebih cepat di dalam cairan. Setelah maserasi selesai rendaman diperas (kain pemeras) dan sisanya juga diperas lagi (Voight, 1995:564).

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat akan didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel dan di dalam sel (Depkes, 1986:10).

D. Gel

Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul anorganik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Gel fase tunggal terdiri dari makro molekul organik yang tersebar serba sama dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang terdispersi oleh cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik (misalnya karbomer) atau dari gom alam (misalnya tragakan) (Depkes, 1995:7-8). Polimer-polimer yang biasa digunakan untuk membuat gel-gel farmasetik meliputi gom alam tragakan, pektin, karagen, agar, asam alginat, serta bahan-bahan sintetis dan semisintetis seperti metil selulosa, hidroksietilselulosa, karboksimetilselulosa, dan karbopol yang merupakan polimer vinil sintetis dengan gugus karboksil yang terionisasi (Lachman et al, 1994).

Gel (dari bahasa Latin gelu — membeku, dingin, es atau gelatus — membeku) adalah campuran koloidal antara dua zat berbeda fase: padat dan cair. Penampilan gel seperti zat padat yang lunak dan kenyal (seperti jelly), namun pada rentang suhu tertentu

(4)

dapat berperilaku seperti fluida (mengalir). Berdasarkan berat, kebanyakan gel seharusnya tergolong zat cair, namun mereka juga memiliki sifat seperti benda padat. Contoh gel adalah gelatin, agar-agar, dan gel rambut.

Biasanya gel memiliki sifat tiksotropi: menjadi cairan ketika digoyang, tetapi kembali memadat ketika dibiarkan tenang. Dengan mengganti cairan dengan gas dimungkinkan pula untuk membentuk aerogel ('gel udara'), yang merupakan bahan dengan sifat-sifat yang khusus, seperti massa jenis rendah, luas permukaan yang sangat besar, dan isolator panas yang sangat baik (Anonim, 2009).

E. Uraian Bahan 1. Na CMC

Na CMC secara luas digunakan dalam farmasi sebagai tambahan sediaan peroral dan topikal, terutama untuk meningkatkan viskositas. Pada konsentrasi yang tinggi, yaitu 3-6% peningkatan viskositas medium yang digunakan untuk menghasilkan gel yang dapat digunakan sebagai basis gel. (Wade dan Paul, 1994). Na CMC mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal, tetapi tidak larut dalam banyak pelarut organik dan dapat meningkatkan viskositas (Lachman et al, 1994). 

2. Gliserin

Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna; rasa manis; hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak). Higroskopik; netral terhadap lakmus (Depkes, 1995:413). Dapat campur dengan air dan dengan etanol (95%) P; praktis tidak larut dalam kloroform P dalam eter P dan dalam minyak lemak (Depkes, 1979:271). Fungsi dari gliserin, sebagai bahan tambah antimikroba; emmolient; solvent; agen pemanis; tonicity agent (Wade dan Paul, 1994:204).

3. Natrium metabisulfit

Hablur putih atau serbuk hablur putih kekuningan, berbau belerang dioksida. Mudah larut dalam air dan dalam gliserin; sukar larut dalam etanol. (Depkes, 1995:596). Natrium metabisulfit atau natrium pirosulfit (IUPAC natrium metabisulpit atau natrium pirosulpit) adalah senyawa anorganik dengan rumus kimia Na2S2O5. Nama ini kadang-kadang disebut sebagai dinatrium (metabisulfite, dll). Ini digunakan sebagai disinfektan,antioksidan dan agen pengawet (Anonim, 2009) F. Minyak Atsiri

(5)

Minyak atsiri umumnya berwujud cairan, yang diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, biji maupun dari bunga dengan cara penyulingan dengan uap. Untuk memperoleh minyak atsiri bisa juga dengan menggunakan cara lain seperti dengan cara ekstraksi dengan menggunakan pelarut organik maupun dengan cara dipres atau dikempa dan secara enzimatik ( Sastrohamidjojo, 2004).

Senyawa atsiri memberikan ciri khas pada produk yang kandungan utamanya terpenoid, sebagai kandungan citarasa dan bau buah dan bunga minyak atsiri dalam tanaman bisa membantu proses penyerbukan dengan menarik beberapa jenis serangga atau hewan. Kegunaan lain minyak atsiri dalam tanaman adalah untuk mencegah kerusakan tanaman oleh serangga atau hewan dan sebagai cadangan makanan dalam tanaman. Senyawa trans 2-heksenal (aldehida daun) bertindak sebagai antibiotik, hormon luka dan perangsang perkecambahan biji. Dalam industri, minyak atsiri digunakan untuk pembuatan kosmetik, parfum, antiseptik, obat-obatan, flavoring agent dalam bahan pangan atau minuman dan sebagai pencampur rokok kretek (Depkes RI, 1985:105). G. Flavonoid

Dalam tumbuhan, aglikon flavonoid (yaitu flavanoid tanpa gula terikat) terdapat dalam berbagai bentuk struktur. Semuanya mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya, yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6, yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan tiga karbon yang dapat atau tak dapat membentuk cincin ketiga (Markham, 1988:1).

Aglikon flavonoid adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia senyawa fenol, yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Tetapi harus diingat, bila dibiarkan dalam larutan basa, dan disamping itu terdapat oksigen, banyak yang akan terurai. Karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih atau suatu gula, flavonoid merupakan senyawa polar (Markham, 1988: 15).

Flavonoid terutama berupa larutan yang larut dalam air. Mereka dapat diekstraksi dengan etanol 70% dan tetap ada dalam lapisan air setelah ekstrak ini dikocok dengan eter minyak bumi. Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu warnanya berubah bila ditambah basa atau ammonia; jadi, mereka mudah dideteksi pada kromatogram atau dalam larutan ( Harbone, 1987: 70).

H. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

KLT merupakan metode fisikokimia. Lapisan yang memisahkan, yang terdiri dari bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas, logam,

(6)

atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah, berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita (awal). Setelah pelat atau lapisan ditaruh di dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan). Selanjutnya, senyawa harus ditampakkan (dideteksi) (Stahl, 1985: 3).

Fase diam (lapisan penyerap) dibuat dari lapisan yang khusus digunakan untuk KLT yang dihasilkan oleh berbagai perusahaan. Bila dilihat dalam sinar jatuh dan sinar lewat, lapisan yang kering mempunyai wajah yang seragam dan membentuk ikatan yang baik dengan penyangga. Sebelum digunakan, lapisan disimpan dalam lingkungan yang tidak lembab dan bebas dari uap laboratorium (Stahl, 1985: 4). Fase gerak (fase pengembang) adalah medium angkut dan terdiri satu atau beberapa pelarut. Ia bergerak didalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori, karena ada gaya kapiler (Stahl, 1985: 6).

Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan dengan Rf atau hRf Rf = awal titik dari depan garis Jarak awal titik dari bercak pusat k Jarak titi

Angka Rf berkisar antara 0, 00 sampai 1,00 dan hanya dapat ditentukan ditentukan dua desimal. Sedangkan hRf adalah angka Rf dikalikan faktor 100 (h) yang menghasilkan angka berkisar 0 sampai 100 (Stahl, 1985: 16-17).

I. Media Kultur dan Bakteri

Media kultur adalah cairan nutrisi yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme di laboratorium. Kultur media kadang-kadang dipersiapkan dalam bentuk semisolid dengan penambahan agen gel ke media cair. Media padat dipersiapkan dengan cara yang sama seperti media cair, kecuali bahwa sebelum sterilisasi, agar (media padat, cawan petri, dan kultur murni ditambahkan dengan agen gel, biasanya pada konsentrasi 1,5%, agar meleleh selama proses sterilisasi dan media cair kemudian dituangkan ke dalam gelas atau piring plastik steril dan biarkan memadat sebelum digunakan (Madigan dan John, 1979).

Bakteri adalah sel prokariotik yang khas; uniselular dan tidak mengandung struktur yang terbatasi membran di dalam sitoplasmanya. Sel-selnya secara khas, berbentuk bola, seperti batang atau spiral. Bakteri yang khas berdiameter 0,5 sampai 1,0µm dan panjangnya 1,5 sampai 2,5µm. Reproduksi terutama dengan pembelahan biner sederhana yaitu suatu proses aseksual. Beberapa dapat tumbuh pada suhu 0°C, ada yang tumbuh

(7)

dengan baik pada sumber air panas yang suhunya 90°C atau lebih (Pelczar dan Chan, 1986:46).

1. Pseudomonas aeruginosa

Aeruginosa adalah bakteri yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan dan manusia. Aeruginosa ditemukan dalam tanah, air, flora kulit, dan sebagian besar lingkungan buatan manusia di seluruh dunia. Aeruginosa adalah bakteri gram negatif, aerobik, dan berbentuk batang. Aeruginosa mengeluarkan berbagai pigmen, termasuk pyocyanin (biru-hijau), fluorescein (kuning-hijau), dan pyorubin (merah-coklat).

Pseudomonas juga merupakan penyebab paling umum infeksi paska operasi pasien bedah, organisme ini juga berhubungan dengan lesi kulit. Aeruginosa sering dikaitkan dengan luka tusukan.

Aeruginosa mempunyai klasifikasi (Anonim, 2009) sebagai berikut: Kerajaan : Bakteri Filum : Proteobacteria Kelas : Gamma Proteobacteria Order : Pseudomonadales Family : Pseudomonadaceae Genus : Pseudomonas

Spesies : Pseudomonas aeruginosa 2. Bacillus subtilis

Subtilis adakah bakteri gram positif yang umumya ditemukan di tanah. Subtilis berbentuk batang, dan memiliki kemampuan untuk melindungi endospere, sehingga memungkinkan bakteri mentolerir kondisi lingkungan yang ekstrim.

Subtilis sangat teruji untuk manipulasi genetik, dan karena itu digunakan secara luas sebagai model organisme untuk penelitian di laboratorium, terutama sporulasi, yang merupakan contoh sederhana diferensiasi selular. Dalam hal kepopuleran sebagai model di laboratorium, subtilis sering digunakan sebagai gram positif dan E. coli sebagai bakteri gram negatif (Anonim, 2009).

Subtilis mempunyai klasifikasi (Anonim, 2009) sebagai berikut: Domain : Bakteri

(8)

Kelas : Basil Order : Bacillales Family : Bacillaceae Genus : Basil Species : B. subtilis  

Referensi

Dokumen terkait

ICP MS Susu dan Produk Analognya; Lemak, Minyak, dan Emulsi Minyak; Es untuk Dimakan, Buah dan Sayur; Kembang Gula/Permen dan Cokelat, Serealia dan Produk Serealia; Produk

Untuk balok komposit dengan dek baja terbentuk, kekuatan geser yang tersedia didasarkan pada properti penampang baja saja sesuai dengan Bab G SNI 1729, Spesifikasi untuk

diminta menandatangani atau cap sidik jari surat pernyataan kesediaan menjadi responden penelitian bagi yang bersedia berpartisipasi dalam kegiatan penelitian. 3)

Pelaporan laporan keuangan yang lama masih memberikan permasalahan kepada para pengguna informasi keuangan dalam melakukan akses, integrasi, dan analisis informasi secara

Hasil Konfigurasi teroptimal yang didapat yaitu tanpa menggunakan wind turbin dikarenakan selain biaya modal untuk membangun wind turbin yang lebih besar, penyebab lainnya

Bulan September 2012, kontribusi Wanita yang terdiri dari PB IUD, PB MOW, PB Implant, PB Suntik, dan PB PIL terhadap total pencapaian PB mencapai. Untuk sebarannya

  This  system  is created  to make the  students  in  STT  X easier to download 

Kemudian Customer Service akan meminta informasi kepada nasabah pelapor seperti nomor telepon nasabah pelapor yang dapat dihubungi, nomor kartu Anjungan Tunai Mandiri