• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. administratif Provinsi Jawa Barat dan hanya berjarak lebih kurang 60 Km dari ibu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. administratif Provinsi Jawa Barat dan hanya berjarak lebih kurang 60 Km dari ibu"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Kondisi Geografis

Kota Bogor adalah salah satu kota yang berada dibawah wilayah administratif Provinsi Jawa Barat dan hanya berjarak lebih kurang 60 Km dari ibu kota Indonesia, Jakarta. Kota dengan luas 11.850 Km2 ini dihuni lebih dari 950.334 jiwa yang tersebar di enam kecamatan dan 68 kelurahan, dengan batas sebagai beikut:

Tabel 4.1 Tabel Batas Wilayah Kota Bogor

Batas Wilayah

Utara Wilayah Kecamatan Kemang, Kecamatan Bojong Gede dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor.

Selatan Wilayah Kecamatan Cijeruk, dan Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor.

Timur Wilayah Kecamatan Sukaraja, dan Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor.

Barat

Wilayah Kecamatan Darmaga, dan Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor.

Sumber: Kota Bogor Dalam Angka, 2010

Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43’30”BT 106 derajat 51’00”BT dan 30’30”LS –6 derajat 41’00”LS serta mempunyai ketinggian rata-rata minimal 190 meter, maksimal 350 meter. Di Kota Bogor mengalir beberapa sungai yang permukaan airnya jauh di bawah permukaan, yaitu: Sungai Ciliwung, Cisadane,

(2)

Cipakancilan, Cidepit, Ciparigi dan Cibalok. Oleh karena adanya kondisi itu maka Kota Bogor relatif aman dari bahaya banjir

Secara administratif Kota Bogor dikelilingi oleh Kabupaten Bogor dan sekaligus menjadi pusat pertumbuhan Bogor Raya dan secara geografis dikelilingi oleh bentangan pegunungan, mulai dari Gunung/Pegunungan Pancar, Megamendung, Gunung Gede, Gunung Pangrango, Gunung Salak dan Gunung Halimun yang menyerupai huruf U.

4.1.2 Kondisi Demografis

Pertumbuhan penduduk Kota Bogor dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2006-2010) rata-rata sebesar 1,98 persen pertahun. Pertumbuhan penduduk tertinggi terjadi pada tahun 2008 yang mencapai 4,10 persen.

Tabel 4.2 Jumlah dan Persentase Pertumbuhan Penduduk di Kota Bogor Tahun 2006-2010

Tahun Jumlah penduduk (jiwa) Pertumbuhan (%)

2006 879.138 -

2007 905.132 2,96

2008 942.204 4,10

2009 946.204 0,43

2010 950.334 0,44

Sumber: BPS Kota Bogor, 2010

Kepadatan penduduk di Kota Bogor bervariasi antara 5.652 jiwa/ km2 hingga 12.553 jiwa/ km2.. Kecamatan Bogor Tengah menempati urutan pertama kepadatan penduduk yaitu sebesar 12.553 jiwa/ km2, hal ini disebabkan selain sebagai pusat kota, kecamatan ini memliki fasilitas yang lengkap dengan luas wilayah yang paling kecil. Sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk

(3)

terendah yaitu sebesar 5.652 jiwa/ km2 adalah Kecamatan Bogor Selatan, karena selain luas wilayahnya besar, fasilitas di kecamatan ini relatif rendah.

Tabel 4.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan di Kota Bogor Tahun 2010 Kecamatan Jumlah penduduk Luas wilayah (km2) Kepadatan penduduk Peringkat Bogor selatan 174.127 30,81 5.652 6 Bogor timur 86.308 10.,5 8.503 4 Bogor utara 152.053 17,72 8.581 3 Bogor tengah 102.057 8,13 12.553 1 Bogor barat 200.127 32,85 6.092 5 Tanah sareal 182.410 18,84 9.682 2

Sumber: BPS Kota Bogor, 2010.

(4)

Penduduk usia kerja yang berkualitas merupakan salah satu sumber daya wilayah. Sebanyak 66 persen penduduk usia produktif di Kecamatan Bogor Tengah berpendidikan SMA ke atas, hal ini menggambarkan tenaga kerja berkualitas banyak tersedia karena akses pendidikan mudah didapatkan di kecamatan ini. Sedangkan di Bogor Selatan, hanya 37 persen penduduk usia produktifnya yang berpendidikan SMA ke atas, hal ini disebabkan oleh daya tampung sekolah-sekolah di kecamatan ini lebih rendah dibandingkan kecamatan-kecamatan lain.

Tabel 4.4 Penduduk Usia Kerja menurut Kecamatan di Kota Bogor Tahun 2010

Kecamatan Jumlah penduduk

Persentase Penduduk Usia Kerja Berpendidikan SMA ke atas

Peringkat kependudukan Bogor Selatan 174.127 37 6 Bogor Timur 86.308 50 4 Bogor Utara 152.053 60 2 Bogor Tengah 102.057 66 1 Bogor Barat 200.127 57 3 Tanah sareal 182.410 44 5

Sumber: BPS Kota Bogor, 2011, diolah

4.1.3 Struktur Perekonomian Wilayah

Dilihat dari Produk Domestik Regional Buto (PDRB) atas dasar harga berlaku tahun 2009, sektor yang memberikan kontribusi terbesar adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yaitu sebesar 38,04 persen, disusul sektor Industri Pengolahan sebesar 25,57 persen. Sektor Pertanian hanya menyumbang sebesar 0,20 persen. Sub sektor yang memberi sumbangan terbesar adalah sub sektor perdagangan besar dan eceran yaitu sebesar 31,72 persen. Sub sektor terbesar industri pengolahan adalah industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki yaitu sebesar 17,89 persen. Nilai PDRB selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.4

(5)

Tabel 4.5 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku 2009 (Jutaan Rupiah)

No. Sektor PDRB Berlaku Distribusi Persentase

(%)

1. Pertanian 24.008,43 0.20

a. Tanaman Bahan Makanan 16.378,12 0.14

b. Tanaman Perkebunan 26,60 0.00

c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 4.433,86 0.04

d. Kehutanan 0,00 0.00

e. Perikanan 3.169,84 0.03

2. Pertambangan&Penggalian 207,34 0.00

a. Minyak dan Gas Bumi 0,00 0,00

b.Pertambangan Non Migas 0,00 0,00

c. Penggalian 207,34 0,00

3. Industri Pengolahan 3.044.078,40 25,57

a. Industri Migas 0,00 0,00

b. Industri Non Migas 3,044,078.40 25,57

1.Makanan, Minuman dan Tembakau 508,155.58 4,27

2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas Kaki 2,129,500.61 17,89 3. Brg. Kayu & Hasil Hutan Lainnya 43,141.94 0,36

4. Kertas dan Barang Cetakan 0.00 0,00

5. Pupuk, Kimia & Brg dari Karet 363,280.28 3,05

6. Semen & Brg. Galian Bukan Logam 0.00 0,00

7. Logam Dasar Besi dan Baja 0.00 0,00

8. Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya 0.00 0,00

4. Listrik, Gas& Air 245.221,37 2,06

a. Listrik 132.367,73 1,11

b. Gas Kota 82.778,46 0,70

c. Air Bersih 30.075,18 0,25

5. Bangunan 653.511,28 5,49

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 4.528.576,95 38,04

a. Perdagangan Besar dan Eceran 3.722.609,11 31,27

b. Hotel 66.618,92 0,56

c. Restoran 739.348,92 6,21

7. Pengangkutan dan Komunikasi 1.719.767,35 14,45

a. Pengangkutan 1.429.651,88 12,01

b. Komunikasi 290.115,47 2,44

8. Keuangan, Persewaan& Jasa Perusahaan 1.216.482,77 10.22

a. Bank 366.449,98 3.08

b. Lembaga Keuangan selain Bank 272.822,65 2.29

c. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0.00

d. Sewa Bangunan 322.492,19 2.71 e. Jasa Perusahaan 254.717,95 2.14 8. Jasa-Jasa 472.745,77 3.97 a. Pemerintah Umum 171.910,78 1.44 b. Swasta 300.834,99 2,53 PDRB 11.904.599,66 100

(6)

4.2 Analisis Hirarki Potensi Wilayah

Pembangunan wilayah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam wilayah tersebut melalui pemanfaatan sumber daya wilayah yang dimiliki baik sumber daya alam, sumber daya manusia maupun sumber daya buatan. Perbedaan ketiga sumber daya tersebut menimbulkan perbedaan pertumbuhan pembangunan antar wilayah.

4.2.1 Hirarki Potensi Pertanian

Analisis hirarki potensi pertanian menggunakan batasan administratif kecamatan sebagai satuan wilayah analisis. Komponen yang digunakan dalam penentuan hirarki potensi ini adalah luas lahan petanian sawah dan nonsawah untuk sektor petanian, jumlah ternak yang diusahakan meliputi ternak besar (sapi, kerbau dan kuda), ternak kecil (kambing dan domba) untuk sektor peternakan besar kecil dan ternak unggas (ayam kampung, ayam petelur, ayam pedaging, dan itik manila) untuk sektor peternakan unggas, serta jumlah produksi ikan yang diusahakan baik yang diusahakan di kolam air tenang, kolam air deras, sawah maupun di keramba. Nilai sektor ini dapat dilihat di lampiran 1. Tabel 4.5 menunjukkan nilai potensi yang diperingkatkan pada setiap sub sektor. Kecamatan dengan jumlah potensi terbanyak mendapat peringkat pertama dan seterusnya. Peringkat total terkecil menunjukkan bahwa kecamatan tersebut memiliki sumber daya terbanyak.

(7)

Tabel 4.6 Peringkat Potensi Pertanian menurut Kecamatan di Kota Bogor Ke ca m atan P erta nian P eter na ka n B esa r K ec il P eter na ka n Ungga s P erika na n Tota l P eringka t Bogor Selatan 1 3 1 3 8 1 Bogor Timur 4 5 5 1 15 4,5 Bogor Utara 2 4 4 5 15 4,5 Bogor Tengah 6 6 6 6 24 6 Bogor Barat 3 2 2 4 11 2,5 Tanah Sareal 5 1 3 2 11 2,5

Sumber: BPS Kota Bogor, 2011, diolah

Berdasarkan Tabel 4.6, kecamatan yang memiliki potensi pertanian terbesar adalah Kecamatan Bogor Selatan disusul Kecamatan Tanah Sareal dan

(8)

Kecamatan Bogor Barat. Kecamatan Bogor Selatan memiliki luas wilayah yang cukup besar dibanding kecamatan lainnya dan penggunaan wilayahnya masih berbasis pertanian. Luas wilayah Kecamatan Bogor Selatan sebesar 2.926,7 Km2, dimana 46,52 persen merupakan lahan pertanian. Sedangkan Kecamaan Bogor Barat dan Kecamatan Tanah Sareal masing-masing memiliki luas wilayah sebesar 3.134 Km2 dan 2.030,7 Km2, dimana luas lahan pertanian masing-masing sebesar 10,64 persen dan 1,01 persen. Di kecamatan Bogor Selatan telah dikembangkan padi organik di Kelurahan Mulyaharja dan budidaya anggrek di Kelurahan Cipaku. Di kecamatan Tanah Sareal dikembangkan jambu biji getas merah organik dan produk olahan talas Bogor. Kelurahan Situ Gede dan Kelurahan Sindangbarang, Kecamatan Bogor Barat, juga mengembangkan padi organik. Sedangkan. peringkat terendah adalah Kecamatan Bogor Tengah yang penggunaan lahannya sudah lebih difokuskan pada sarana perkotaan, seperti pertokoan, bank dan sebagainya, sehingga lahan pertaniannya hanya sedikit.

Potensi peternakan terbesar ada di Kecamatan Tanah Sareal. Di kecamatan ini diusahakan sapi potong sebanyak 643 ekor, 2.783 ekor kambing dan 5.566 ekor domba. Sedangkan untuk peternakan unggas, Kecamatan Bogor Selatan menempati urutan pertama karena banyaknya unggas yang diusahakan di kecamatan ini yang meliputi ayam kampung sebanyak 105.155 ekor yaitu di Kelurahan Lawanggintung, Kelurahan Muarasari dan Kelurahan Harjasari, ayam ras potong sebanyak 140.358 ekor yaitu di Kelurahan Ranggamekar dan Kelurahan Bojongkerta dan itik sebanyak 1.932 ekor yaitu di Kelurahan Mulyaharja.

(9)

Potensi perikanan terbesar terdapat di Kecamatan Bogor Timur karena di kecamatan ini diusahakan ikan kolam air deras dengan produksi yang cukup tinggi yaitu sebesar 751.690 kg yaitu Kelurahan Katulampa yang memang terdapat bendungan besar yaitu Bendungan Katulampa.

4.2.2 Hirarki Potensi Industri

Hirarki potensi industri meliputi jumlah unit usaha dan banyaknya tenaga kerja yang diserap pada industri kecil mikro, industri sedang dan industri besar di tiap-tiap wilayah kecamatan. Tabel 4.6 menunjukkan jumlah industri tenaga kerja yang terserap. Pemeringkatan didasarkan pada jumlah tenaga kerja yang diserap. Tabel 4.7 Hirarki Potensi Industri menurut Kecamatan di Kota Bogor

Kecamatan Industri Kecil Industri Sedang Industri Besar Jumlah tenaga kerja Peringkat industri Bogor Selatan 9 32 7 4566 3 Bogor Timur 2 10 2 1598 4 Bogor Utara 9 13 10 9553 1 Bogor Tengah 6 4 0 413 6 Bogor Barat 1 1 5 1201 5 Tanah Sareal 4 4 4 4830 2

Sumber: BPS Kota Bogor, 2011, diolah

Dilihat dari Tabel 4.7, peringkat pertama diduduki oleh Kecamatan Bogor Utara baik dari sisi jumlah industri maupun tingkat penyerapan tenaga kerja. Terdapat sepuluh industri besar yang berkedudukan di Bogor Utara diantaranya yang paling besar adalah PT Busana Perkasa Garment yang memproduksi pakaian jadi mampu menyerap 4.451 pekerja dan PT Cahaya Sakti Furnintraco yang memproduksi funiture mampu menyerap sebanyak 1.833 pekerja. Peringkat terendah industri adalah Bogor Tengah, karena selain tidak ada industri besar

(10)

sama sekali, jumlah industri kecil dan sedangnya pun relatif sedikit dan hanya menyerap sebanyak 413 pekerja.

Gambar 4.3 Potensi Industri menurut Kecamatan di Kota Bogor

4.2.3 Hirarki Potensi Perdagangan, Hotel dan restoran

Perdagangan merupakan kegiatan ekonomi utama di daerah perkotaan. Ditinjau dari struktur PDRB Kota Bogor sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang memberikan sumbangan terbesar dibandingkan sektor-sektor lainnya yaitu sebesar 38,04 persen. Sebagai kota tujuan wisata terutama

(11)

bagi masyarakat Jakarta, perdagangan, hotel dan restoran di Kota Bogor sangat potensial untuk dikembangkan.

Tabel 4.8 Hirarki Potensi Perdagangan, Hotel dan Restoran

Kecamatan Perdagangan Hotel Restoran Jumlah Potensi Peringkat Potensi Bogor Selatan 1027 161 250 1760 3 Bogor Timur 271 82 530 1038 5 Bogor Utara 333 45 240 918 6 Bogor Tengah 2734 642 1300 5063 1 Bogor Barat 1306 42 1200 2880 2 Tanah Sareal 920 13 160 1279 4

Sumber: BPS Kota Bogor, 2011, diolah

Sumber : BPS Kota Bogor

Gambar 4.1. Potensi Perdagangan, Hotel dan Restoran menurut Kecamatan di Kota Bogor

(12)

Dari Tabel 4.8 ditunjukkan bahwa Kecamatan Bogor Tengah merupakan kecamatan dengan potensi perdagangan, hotel dan restoran yang tertinggi. Hal ini dikarenakan posisi Kecamatan Bogor Tengah yang merupakan pintu masuk Kota Bogor dari Jalan Tol Jagorawi serta keberadaan Terminal Antar Kota Baranangsiang. Di kecamatan ini juga terdapat Kebun Raya Bogor yang menjadi tujuan wisata utama Kota Bogor sehingga memicu munculnya fasilitas-fasilitas pendukung pariwisata disekitarnya berupa pertokoan, hotel dan restoran.

Kecamatan Bogor Tengah memiliki fasilitas perdagangan yang terdiri dari 7 pusat perbelanjaan/mall, banyak pertokoan, KUD, mini market dan toko kelontong. Selain itu Kecamatan Bogor Tengah juga memiliki fasilitas hotel dari kelas melati hingga hotel bintang 4. Hotel berbintang yang dekat dengan tempat wisata Kebun Raya Bogor yaitu Hotel Salak (bintang 4), Hotel Sahira, Hotel Pangrango 2 dan Hotel Santika (bintang 3), Hotel Permata (bintang 2), Hotel New Mirah dan Hotel Pangango 1 (bintang 1). Pusat perbelanjaan yang ada di Kecamatan Bogor Tengah meliputi Plaza Bogor Suyakencana, Botani Squae, Bogor Trade Mall, Bogor Junction, Taman Topi Square, Pusat Grosir Bogor, dan Plaza Jembatan Merah. Sedangkan untuk restoran dan kedai makanan pun kecamatan ini memiliki jumlah yang tidak sedikit.

4.2.4 Hirarki Ketersediaan Fasilitas Umum

Analisis hirarki ketersediaan fasilitas umum menunjukkan ketersediaan dan penyebaran fasilitas-fasilitas tersebut pada masing-masing kecamatan. Secara garis besar, fasilitas umum dapat dibedakan ke dalam fasilitas sosial seperti

(13)

fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas ibadah dan fasilitas hiburan dan olahraga, fasilitas ekonomi meliputi sarana yang menunjang perekonomian seperti pasar, bank dan sebagainya, fasilitas transportasi meliputi kemudahan akses ke pusat kota dan kualitas jalan, fasilitas telekomunikasi berupa ketersediaan telepon umum, wartel, warnet dan kantor pos, dan fasilitas pemerintahan berupa kantor-kantor pemerintahan seperti kantor-kantor kelurahan, kantor-kantor kecamatan dan kantor-kantor walikota.

Untuk menginventarisir fasilitas yang dimiliki oleh setiap kecamatan digunakan analisis skalogram. Hasil analisis scalogram kecamatan-kecamatan di Kota Bogor dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tabel 4.9 menunjukkan peringkat ketersediaan fasilitas umum di masing-masing kecamatan di Kota Bogor. Dari Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa kecamatan Bogor Tengah menduduki peringkat pertama dengan jumlah fasilitas umum yang dimiliki sebanyak 3.876 fasilitas. Hal ini dikarenakan Bogor Tengah merupakan sentra perekonomian Kota Bogor dimana terdapat tiga pasar besar yaitu Pasar Bogor, Pasar Kebon Kembang/Pasar Anyar dan Pasar Induk Jambu Dua, bank dan sebagainya.

Tabel 4.9 Jumlah dan Peringkat Fasilitas Umum di Kota Bogor

Kecamatan Jumlah Fasilitas Peringkat Fasilitas

Bogor Selatan 1.961 6 Bogor Timur 2.086 5 Bogor Utara 2.573 4 Bogor Tengah 3.876 1 Bogor Barat 3.203 2 Tanah Sareal 2.774 3

(14)

Tabel 4.10 menunjukkan peringkat ketersediaan fasilitas umum menurut jenis fasilitas masing-masing kecamatan di Kota Bogor. Banyaknya fasilitas pendidikan tertinggi adalah Kecamatan Bogor Tengah, kemudian Kecamatan Tanah Sareal pada peringkat kedua dan peringkat ketiga adalah Kecamatan Bogor Utara. Banyaknya jumlah murid yang mampu ditampung oleh sekolah-sekolah yang ada di kecamatan Bogor Tengah juga menyebabkan fasilitas pendidikan menduduki peringkat teratas di Kota Bogor. Demikian juga, banyaknya fasilitas transportasi dan fasilitas ekonomi yang tinggi mendukung Kecamatan Bogor Tengah menempati peringkat tertinggi dalam ketersediaan fasilitas umum.

Tabel 4.10. Analisis Ketersediaan Fasilitas Umum menurut Jenis Fasilitas Kota Bogor Tahun 2011. Kec am atan Fas ilit a s Pen d id ik an Fas ilit a s Keseh atan Fas ilit a s T ran sp o rtasi Fas ilit a s E k o n o m i Fas ilit a s Pem er in tah an Fas ilit a s T elek o m u n ik asi Fas ilit a s I b ad ah Fas ilit a s Hib u ran & OR Bogor Selatan 6 4 4 6 2 1 1 2 Bogor Timur 5 6 5,5 2 6 6 6 6 Bogor Utara 3 5 3 3 5 4 2 5 Bogor Tengah 1 3 1 1 3 3 5 3 Bogor Barat 4 1 2 4 1 2 3 1 Tanah Sareal 2 2 5,5 5 4 5 4 2

(15)

Dari analisis hirarki diatas, dapat dilihat bahwa: Kecamatan Bogor Selatan memiliki sumber daya pertanian yang paling besar, industri yang cukup banyak, namun memiliki sumber daya manusia terendah. Luas lahan pertaniannya baik sawah maupun non sawah mencapai 1361,4 km2 atau hampir 47 persen dari luas wilayahnya. Industri terbesar di kecamatan Bogor Selatan adalah PT Muara Krakatau yang menyerap sekitar 1786 pekerja, disusul PT Coat Rejo Industry yang memproduksi benang jahit dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 419 orang. Jika dilihat dari ketersediaan fasilitas, fasilitas yang harus mendapat perhatian yang sangat tinggi adalah peningkatan fasilitas pendidikan dan fasilitas Sumber : BPS Kota Bogor

(16)

ekonomi. Fasilitas pendidikan sangat diperlukan untuk mencetak sumber daya manusia berkualitas yang akan menjadi aspek utama dalam pengelolaan sumber daya yang tinggi, selain juga fasilitas pendidikan merupakan salah satu alasan masyarakat untuk bermukim di suatu wilayah. Fasilitas ekonomi diperlukan untuk membantu pengelolaan sumber daya selain juga sebagai daya tarik pemukiman.

Kecamatan Bogor Timur memiliki sumber daya pertanian yang cukup sedikit, yaitu hanya didukung oleh sektor perikanan air deras di kelurahan Katulampa. Potensi industri di kecamatan ini didukung oleh dua perusahaan yaitu PT Unitex Tbk. yang menyerap 870 pekerja dalam memproduksi kain bahan kemeja dan PT Nutrifood yang memproduksi minuman mampu menyerap 341 tenaga kerja. Kualias sumber daya manusia di kecamatan Bogor Timur menduduki peringkat keempat. Dilihat dari sisi fasilitas, kecamatan ini menduduki hampir semua fasilitas di peringkat terakhir. Hal ini harus mendapat perhatian yang serius dari pemerintah, terkait peruntukkan kecamatan Bogor Timur sebagai kawasan pemukiman.

Kecamatan Bogor Utara menduduki peringkat pertama dalam potensi industri seperti telah disebutkan sebelumnya, industri yang ada di kecamatan ini mampu menyerap ratusan bahkan ribuan pekerja. Sumber daya pertanian yang ada di kecamatan ini berasal dari perikanan air tenang dan perikanan ikan keramba. Dari sisi sumber daya manusia, kecamatan Bogor Utara menduduki peringkat kedua. Hal ini tidak lepas dari fasilitas pendidikan yang menduduki peringkat ketiga. Dari segi fasilitas, fasilitas yang perlu mendapat perhatian serius adalah

(17)

fasilitas kesehatan dan fasilitas ekonomi untuk mendukung kecamatan Bogor utara sebagai wilayah pemukiman, perdagangan dan jasa

Kecamatan Bogor Tengah memiliki sumber daya pertanian yang sangat sedikit di semua sub sektor pertanian. Begitu pula dengan potensi industri yang juga sedikit yaitu industri roti Bogor Permai dan Galuh Sari yang masing-masing hanya menyerap sebanyak 88 pekerja. Keunggulan kecamatan Bogor Tengah adalah pada sisi sumber daya manusia berkualitas dan fasilitas yang paling lengkap diantara kecamatan lainnya. Hal ini sesuai peruntukkan kecamatan Bogor Tengah sebagai pusat perdagangan dan jasa yang didukung perkantoran, terlihat dari banyaknya bank, hotel, pasar dan pertokoan.

Industri besar yang ada di Kecamatan Bogor Barat adalah CV Pintu Mas yang memproduksi baju dan celana dan mampu menyerap sebanyak 875 pekerja. Dilihat dari segi sumber daya manusia berkualitas kecamatan ini menduduki peringkat ketiga. Dari segi fasilitas yang dimiliki, hampir semua fasilitasnya sudah memadai. Fasilitas yang masih harus ditingkatkan adalah fasilitas pendidikan dan fasilitas ekonomi agar mampu mendukung kecamatan Bogor Barat sebagai kawasan pemukiman dan mendukung pengelolaan sumber daya yang ada.

Sebagai kecamatan yang terjauh dari pusat kota, fasilitas pendidikan, dan fasilitas kesehatannya telah memadai. Fasilitas yang harus mendapat perhatian ekstra adalah fasilitas transportasi, fasilitas ekonomi, dan fasilitas telekomunikasi. Peningkatan fasilitas-fasilitas tersebut untuk menunjang kecamatan Tanah Sareal sebagai pemukiman. Kualitas penduduk kecamatan ini menduduki peringkat ke 5

(18)

namun kepadatan penduduknya menempati peingkat kedua, hal ini berarti kecamatan ini memiliki daya tarik sebagai permukiman namun kualitas penduduknya masih belum memadai. Potensi industri kecamatan ini menduduki peringkat kedua karena di kecamatan Tanah Sareal ada PT Busana Perkasa yang memproduksi pakaian jadi mampu menyerap sebanyak 1910 pekerja yaitu di Kelurahan Tanah Sareal, PT Goodyear Indonesia yang mempoduksi ban mampu menyerap sebanyak 869 pekerja, PT Troas Indah Abadi yang juga memproduksi pakaian jadi mampu menyerap 680 pekerja dan CV. Panca Karya Makmur yang memproduksi celana dari bahan denim mampu menyerap 688 pekerja bertempat di Kelurahan Kedungwaringin.

4.3 Analisis Hubungan Potensi Wilayah

Untuk mengetahui hubungan antar potensi sumber daya wilayah dilakukan uji korelasi Spearman. Pengujian dilakukan antar keempat sumber daya wilayah dan antara sumber daya wilayah dengan fasilitas sosial ekonomi pemerintahan. Tabel 4.11 Hasil Uji Korelasi Spearman

Variabel Nilai Koefisien Korelasi Spearman

Deskripsi

Potensi Pertanian dan Industri 0.323 Cukup erat

Potensi Pertanian dan Penduduk 0,688 Erat

Potensi Pertanian dan Perdagangan 0,029 Tidak erat

Potensi Pertanian dan Fasilitas 0,457 Cukup erat

Industri dan Penduduk 0,086 Tidak erat

Industri dan Perdagangan 0,829 Sangat Erat

Industri dan Fasilitas 0,371 Cukup Erat

Penduduk dan Perdagangan 0,143 Tidak Erat

Penduduk dan Fasilitas 0,657 Erat

Fasilitas dan Perdagangan 0,600 Erat

(19)

Berdasakan koefisien korelasi rank spearman dapat dilihat beberapa hal: 1. Terdapat hubungan yang cukup erat antara potensi petanian dengan potensi

industri. Hal ini menunjukkan bahwa pada beberapa kecamatan, industri dan pertanian memiliki peringkat yang sejalan, misalnya Kecamatan Bogor Tengah peringkat industri maupun peringkat pertaniannya yang paling rendah. Begitu pula dengan Kecamatan Tanah Sareal yang menempati peringkat kedua untuk pertanian maupun industrinya. Sedangkan kecamatan lainnya memiliki potensi pertanian dan industri yang berbanding terbalik seperti Kecamatan Bogor Utara yang memiliki industri terbesar namun potensi pertaniannya hanya di peringkat ke-4.

2. Terdapat hubungan yang erat antara potensi petanian dengan kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk tertinggi di Kecamatan Bogor Tengah namun potensi pertaniannya terendah, begitupun sebaliknya di Kecamatan Bogor Selatan dengan kepadatan terendah namun potensi pertaniannya tertinggi.

3. Terdapat hubungan yang tidak erat antara potensi pertanian dengan potensi perdagangan. Potensi perdagangan tertinggi di Kecamatan Bogor Tengah namun potensi pertaniannya terendah, begitupun sebaliknya di Kecamatan Bogor Selatan dengan potensi perdagangan terendah namun potensi pertaniannya tertinggi.

4. Terdapat hubungan yang cukup erat antara potensi pertanian dengan fasilitas umum. Fasilitas umum tertinggi di Kecamatan Bogor Tengah namun potensi

(20)

pertaniannya terendah, begitupun sebaliknya di Kecamatan Bogor Selatan dengan potensi pertanian tertinggi namun fasilitas umumnya terendah.

5. Terdapat hubungan yang tidak erat antara potensi industri dengan kepadatan penduduk. Potensi industri tertinggi di Kecamatan Bogor Utara namun kepadatan penduduknya menempati peringkat keempat. Sedangkan Kecamatan Bogor Tengah dengan kepadatan tertinggi, namun potensi industrinya terendah.

6. Terdapat hubungan yang sangat erat antara potensi industri dengan perdagangan. Potensi industri tertinggi di Kecamatan Bogor Utara namun potensi perdagangannya menempati peringkat terendah. Begitu pula sebaliknya di kecamatan Bogor Tengah dengan potensi perdagangan tertinggi, namun potensi industri terendah. Hal ini menyiratkan bahwa pusat perdagangan terpisah dari pusat industri.

7. Terdapat hubungan yang erat antara potensi industri dengan fasilitas umum. Potensi industri tertinggi di Kecamatan Bogor Utara namun ketersediaan fasilitas umumnya menempati peringkat keempat. Sedangkan Kecamatan Bogor Tengah dengan fasilitas umum terlengkap namun potensi industrinya menempati peringkat terendah. Hal ini berarti potensi industri belum didukung fasilitas memadai.

8. Terdapat hubungan yang tidak erat antara kepadatan penduduk dengan perdagangan. Kecamatan Bogor Tengah dengan kepadatan penduduk dan potensi perdagangan tertinggi, sedangkan kecamatan lainnya memiliki

(21)

potensi perdagangan cukup tinggi dan kepadatan yang rendah seperti di Kecamatan Bogor Barat.

9. Terdapat hubungan yang erat antara kepadatan penduduk dengan fasilitas. Kecamatan Bogor Tengah dengan kepadatan tinggi mempunyai fasilitas umum yang tinggi pula. Sebaliknya Kecamatan Bogor Selatan dengan kepadatan terendah memiliki fasilitas terendah pula. Hal ini memnunjukkan bahwa penduduk cenderung terkonsentrasi pada daerah yang lengkap fasilitasnya. Temuan ini sesuai dengan penelitian Dianawati (2004) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara fasilitas dan kepadatan penduduk.

10. Terdapat hubungan yang erat antara kepadatan penduduk dengan pedagangan. Kecamatan Bogor Tengah dengan kepadatan tinggi mempunyai potensi pedagangan yang tinggi pula. Sebaliknya Kecamatan Bogor Timur dengan kepadatan rendah memiliki fasilitas perdagangan yang masih rendah dibandingkan kecamatan lainnya. Hal ini memnunjukkan bahwa penduduk cenderung terkonsentrasi pada daerah yang perdagangannya memadai untuk mengefisienkan perjalanan mereka, sehingga dengan tinggal di daerah dengan potensi perdagangan tinggi maka perjalanan mereka untuk memenuhi kebutuhannya semakin sedikit dan cepat. Temuan ini sesuai dengan penelitian Dianawati (2004) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara ekonomi dan kepadatan penduduk. Hal ini juga sesuai dengan apa yang dikemukakan Dusseldorf (1971) bahwa wilayah dengan fungsi pusat pelayanan adalah yang memiliki fungsi pelayanan yang tercermin dari

(22)

keterediaan fasilitas umum, fungsi pemukiman yang tercermin dari kepadatan penduduk dan fungsi ekonomi yang tercermin dari potensi perdagangan, hotel dan restoran.

Gambar

Tabel  4.3  Jumlah  dan  Kepadatan  Penduduk  menurut  Kecamatan  di  Kota  Bogor  Tahun 2010  Kecamatan  Jumlah  penduduk  Luas wilayah (km2)  Kepadatan penduduk  Peringkat   Bogor selatan  174.127  30,81  5.652  6  Bogor timur  86.308  10.,5  8.503  4  B
Tabel 4.4 Penduduk Usia Kerja menurut Kecamatan di Kota Bogor Tahun 2010  Kecamatan  Jumlah
Tabel  4.5  Produk  Domestik  Regional  Bruto  (PDRB)  Kota  Bogor  Menurut   Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku  2009 (Jutaan Rupiah)
Tabel 4.6 Peringkat Potensi Pertanian menurut Kecamatan di Kota Bogor
+4

Referensi

Dokumen terkait

Metodologi yang diterapkan dalam studi ini adalah mempelajari pr~nsip-prinsip keselamatan lAEA yang terkait dengan disain clan manajemen kecelakaan, clan kemudian

Energi listrik dapat diubah menjadi bentuk energi yang lain seperti energi gerak, energi cahaya, energi panas, atau energi bunyi.. •

Masyarakat bersama Tim Kementerian Lingkungan Hidup pada bulan Juli 2014 melakukan kunjungan lapangan di area Cekungan Air Tanah Watuputih, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, telah

Dari hasil penelitian menggambarkan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran bervariasi dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.Penerapan suatu metode pembelajaran

Tiga variasi dosis ekstrak rimpang kencur yaitu 0, 52 mg/kgBB mencit; 1,04 mg/kg BB mencit; dan 1,3 mg/kgBB mencit berefek untuk mencegah erosi mukosa gaster mencit walaupun dalam

Dari 176 spesimen yang memenuhi kriteria inklusi, 55 spesimen diekslusi antara lain karena hasil MAC ELISA CSS pada fase akut negatif tetapi positif pada

Sebagai wujud dari penjabaran Tri Dharma Perguruan Tinggi, telah dilaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam program Pembuatan Kolam Budidaya Ikan

Hasil penelitian menerima hipotesis pertama (H1) yang menyatakan bahwa motivasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajerial1. Hasil penelitian ini mendukung