• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KEBAB ORIGINAL PADA STOCKIST PT KEBAB TURKI BABA RAFI CABANG BOGOR FAYUMI RIHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KEBAB ORIGINAL PADA STOCKIST PT KEBAB TURKI BABA RAFI CABANG BOGOR FAYUMI RIHAN"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

FAYUMI RIHAN

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kebab Original Pada Stockist PT.Kebab Turki Baba Rafi Cabang Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

Fayumi Rihan

(4)

Kebab Original Pada Stockist PT Kebab Turki Baba Rafi Cabang Bogor. Dibimbing Oleh ABDUL BASITH.

Kebab Turki Baba Rafi merupakan frenchise dengan penggunaan tinggi pada bahan bakunya. Bahan baku yang digunakan harus selalu segar dan terjaga kualitasnya untuk memenuhi pesanan setiap harinya. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengendalian persediaan yang optimal untuk meningkatkan keuntungan dan efisiensi biaya setiap tahunnya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji sistem pengendalian bahan baku yang diterapkan oleh PT. Kebab Turki Baba Rafi, mengetahui manajemen pengendalian persediaan bahan baku yang optimal pada PT. Kebab Turki Baba Rafi menggunakan Analisis ABC, Menentukan nilai efisiensi dari biaya persediaan total menggunakan metode Eonomic Order

Quantity (EOQ) PT. Kebab Turki Baba Rafi. Dari hasil analisis ABC, Kebab

Original mempunyai 2 bahan baku dengan nilai penggunaan tinggi yaitu daging 4kg dan tortilla besar (torbes). Perbandingan hasil biaya total persediaan perusahaan dengan menggunakan perhitungan EOQ diperoleh penghematan Rp 208.600 per tahun untuk daging 4kg dan tortilla besar menghasilkan penghematan sebanyak Rp 1.100 per tahun. Maka total penghematan yang didapatkan oleh perusahaan sebesar RP.209.700 selama per tahun.

Kata Kunci : Analisis ABC, Kebab Turki Baba Rafi, Metode EOQ

ABSTRACT

FAYUMI RIHAN. Analysis of Inventory Control of Raw Materials on PT Kebab

Turki Baba Rafi in Bogor Branch. Supervised by ABDUL BASITH.

Kebab Turki Baba Rafi is one of the frenchise with high usage of raw materials. The raw materials used must always be fresh and maintained its quality to increase the order for every day. Therefore , its necessary the optimal inventories control to improve profit and efficiency cost every year. The purpose of this study is to analys the inventory control’s system in PT Kebab Turki Baba Rafi, knowing the optimal of inventory control in raws material at PT Kebab Turki Baba Rafi using analysis ABC, determines the the value of total inventory efficiency cost using Economic Order Quantity (EOQ) at PT Kebab Turki Baba Rafi. From the ABC analysis results, Original Kebab has 2 raw material with high usage value, its daging 4kg and tortilla besar (torbes). Comparison of the results of total cost of inventory, company using in savings obtained EOQ calculations Rp 208.600 per year for daging 4kg and tortilla besar has obtain the amount of savings as much as Rp 1.100 per year. Then the total saving obtained by the company as much as rp.209.700 during per year.

(5)

FAYUMI RIHAN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Program Sarjana Alih Jenis Manajemn Departemen Manajemen

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

(6)

NIM : H24114060 Disetujui oleh Dr Ir Abdul Basith, MS Pembimbing I Diketahui oleh Dr Ir Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen Tanggal Lulus :

(7)

PRAKATA

Puji syukur saya panjatkan puji syukur kepada ALLAH S.W.T atas limpahan rahmat dan karunia untuk menyelesaikan laporan tugas akhir ini dengan baik. Laporan Skripsi yang berjudul Analisis Pengendalian Persediaan Bahan

Baku Kebab Original Pada Stockist PT Kebab Turki Baba Rafi Cabang Bogor ini sebagai syarat mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Program

Sarjana Alih Jenis Manajemen. Skripsi ini disusun berdasarkan penelitian langsung pada stockist PT Kebab Turki Baba Rafi di Bukit Cimanggu City Blok T8 No.10 yang dilakukan penulis pada awal bulan Mei 2013 sampai dengan Juni 2013.

Penulis berharap bahwa penulisan laporan ini benar-benar dapat memberikan kontribusi positif dan menimbulkan sikap kritis kepada para pembaca khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk senantiasa memperoleh wawasan dan pengetahuan. Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan dan penulisan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan, maka mengharapkan saran dan kritik, agar skripsi ini lebih baik lagi pada masa mendatang dan bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Bogor, September 2013

(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR x DAFTAR LAMPIRAN x PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 3 Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 3

Produksi 3

Pengertian dan Fungsi Persediaan 4

Jenis-Jenis Persediaan 5

Jenis-Jenis Biaya Persediaan 6 Model Pengendalian Persediaan 6

Analisis Persediaan ABC 6

Model Economic Order Quantity (EOQ) 7 Biaya Persediaan Total (TC) 8 Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point/ROP) 9

Penelitian Terdahulu 9

METODE 10

Kerangka Pemikiran Penelitian 10 Lokasi dan Waktu Penelitian 11

Pengumpulan Data 12

Metode Pengolahan dan Analisis Data 12

HASIL DAN PEMBAHASAN 12

Gambaran Umum Perusahaan 12

Layout Stockist PT Kebab Turki Baba Rafi Cabang Bogor 14 Produk PT Kebab Turki Baba Rafi Cabang Bogor 15

(9)

Pembelian Bahan Baku 16 Pembelian Bahan Baku oleh Stockist 16 Pembelian Bahan Baku oleh Outlet 17 Penanganan dan Pengendalian Mutu Bahan Baku 18 Analisis ABC untuk Bahan Baku Kebab Original 19 Pengendalian Penggunaan Persediaan dengan Metode EOQ 20

Biaya Persediaan 20

Economic Order Quantity (EOQ) 21

Perbandingan Biaya Persediaan Total EOQ dan Perusahaan 22

SIMPULAN DAN SARAN 23

Simpulan 23

Saran 24

DAFTAR PUSTAKA 24

(10)

DAFTAR TABEL

1. Jumlah waralaba yang beroperasi di Indonesia (AFI, 2009) 1 2. Jenis bahan baku di stockist 18 3. Analisis ABC bahan baku kebab original 19 4. Biaya per pemesanan dan biaya penyimpanan 21 5. Perhitungan jumlah pesanan optimum 21 6. Estimasi jumlah pesanan dan waktu antar pesanan 22 7. Selisih TC EOQ dengan TC asumsi perusahaan 23

DAFTAR GAMBAR

1.Hubungan antara aiaya penyimpanan dan biaya pemesanan 8

2. Kerangka penelitian 11

3. Struktur organisasi KTBR 14

4. Kebab original 15

5. Prosedur pembelian bahan baku 17 6. Pembelian BB oleh Frenchise 17 7. EOQ dengan menggunakan POM-QM 20

DAFTAR LAMPIRAN

1. Peta proses produksi kebab original 26 2. Perhitungan biaya penyimpanan dan pemesanan 27 3. Layout stockist PT.KTBR Bogor 28 4. EOQ Torbes menggunakan software POM-QM 29 5. EOQ Daging 4Kg menggunakan Software POM-QM 29 6. Perhitungan manual biaya total persediaan 29 7. Daftar harga bahan baku Frenchise 31

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Frenchise atau waralaba ialah suatu sistem pendistribusian barang atau jasa

kepada pelanggan akhir, dimana pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu (Asosiasi Frenchise Indonesia). Banyak para pelaku usaha yang memanfatkan peluang bisnis makanan yang mencoba untuk meraup keuntungan dengan menjual berbagai makanan dalam bentuk bentuk yang menarik dan disajikan secara cepat. Banyak pengusaha lokal maupun pengusaha asing berlomba – lomba untuk mendirikan usaha waralaba di Indonesia. Menurut Ketua Umum Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) Anang Sukandar, pertumbuhan industri waralaba nasional meningkat sekitar 2%-3% per tahun. Dana yang dibutuhkan untuk membangun gerai makanan siap saji hanya sekitar Rp 50 juta-Rp 100 juta per gerai.Maka tidak mengherankan omset waralaba makanan minuman terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada 2010, omset waralaba makanan minuman mencapai Rp 42,6 triliun. Angka itu diperkirakan dapat meningkat hingga Rp 49 triliun hingga akhir 2011. Dengan peningkatan omzet yang besar maka pertumbuhan waralaba di Indonesia pun meningkat dengan pesat hal tersebut mempengaruhi jumlah waralaba lokal maupun asing dari tahun ke tahun yang dapat diihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah waralaba yang beroperasi di Indonesia (AFI, 2009)

TAHUN FRANCHISE ASING FRANCHISE LOKAL JUMLAH 2004 200 85 285 2005 237 129 366 2006 220 230 450 2007 190 49 239 2008 260 700 960

Kota Bogor merupakan kota dengan perkembangan bisnis makanan yang terbilang pesat. Banyak merek-merek dagang baru bermunculan yang membuat persaingan bisnis semakin ketat di kota Bogor. Menurut Bappeda kota Bogor, Laju Petumbuhan Ekonomi (LPE) kota Bogor meningkat beberapa tahun terakhir dimana pada tahun 2010 perekonomian kota Bogor meningkat sebesar 6,07% dibandingkan dengan pertumbuhan pada tahun 2009 sebesar 6,01%. Dimana laju pertumbuhan UKM pada tahun 2009 berjumlah 2059 meningkat menjadi 2669 pada tahun 2011. Begitu juga kenaikan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dibidang perdagangan mengalami kenaikan dari Rp 1.331.874,52 pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 mencapai Rp 1.398.254,93. (Bappeda Kota Bogor 2011).

(12)

PT. Kebab Turki Baba Rafi (KTBR) merupakan sebuah frenchise yang bergerak dibidang kuliner dengan produk unggulannya adalah kebab original. Sejak tahun 2007 frenchise ini mengalami kemajuan yang pesat, Sampai saat ini KTBR memiliki 9 outlet yang tersebar diwilayah Bogor. Untuk mempertahankan eksistensinya KTBR tidak hanya memperhatikan keunggulan dari segi produk tetapi juga perlu melakukan pengendalian dari segi proses produksi. Salah satu yang paling riskan pada proses produksi ialah persediaan bahan baku yang harus dipenuhi untuk semua outlet. Persediaan adalah sebagai suatu aktifitas yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan/proses produksi. Jadi persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan,

parts yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam

perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi/produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen/pelanggan setiap waktu Assauri (2008). Secara umum tujuan dari pengendalian persediaan bahan baku adalah untuk menekan biaya operasional seminimal mungkin sehingga akan mengoptimalkan kinerja perusahaan. Untuk melaksanakan pengendalian persediaan yang dapat diandalkan dan dipercaya tersebut maka harus diperhatikan berbagai faktor yang terkait dengan persediaan. Penentuan dan pengelompokan biaya-biaya yang terkait dengan persediaan perlu mendapatkan perhatian yang khusus dari pihak manajemen dalam mengambil keputusan yang tepat.

KTBR sendiri harus memenuhi kebutuhan 9 outlet yang berada di daerah Bogor. Semakin banyak outlet yang ada maka jumlah kebutuhan bahan baku pun semakin tinggi. Bila tidak dapat dikendalikan secara baik permintaan bahan baku produksinya akan mengalami kekurangan atau kelebihan. Untuk memenuhi kebutuhan KTBR membangun stockist (gudang) untuk menyediakan bahan baku yang segar setiap hari. Stockist harus dapat memenuhi kebutuhan bahan baku untuk kegiatan produksi. Bila salah satu bahan baku tidak tersedia maka kegiatan produksi di sejumlah outlet di bogor akan tidak berjalan secara optimal. Oleh karena itu persediaan bahan baku di stockist harus selalu dimonitoring kualitas dan kuantitas agar tidak terjadi kerusakan atau kebusukan. Apabila tidak diperhatikan, biaya yang timbul dari biaya penyimpanan dan biaya pemesanan bahan baku kebab akan mengelembung. Maka perlu adanya suatu metode pengendalian persediaan bahan baku untuk menghindari kekurangan/kelebihan persediaan serta mengefisiensikan biaya persediaan agar mendapatkan keuntungan bagi perusahaan.

Rumusan Masalah

Masalah utama persediaan bahan baku di PT KTBR adalah Pengendalian persediaan di stockist KTBR cabang Bogor belum diterapkan secara optimal. Biaya pemesanan dan penyimpanan yang tidak diperhatikan akan mengakibatkan tingginya alokasi biaya dibidang persediaan dan menumpuknya bahan baku yang mengurangi kualitasnya. Melihat hal tersebut maka penulis dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana sistem persediaan bahan baku yang diterapkan pada PT. Kebab Turki Baba Rafi.

(13)

2. Bagaimana mengoptimalkan persediaan bahan baku agar tidak menghambat proses produksi pada PT. Kebab Turki Baba Rafi.

3. Bagaimana mengefisiensikan total biaya persediaan bahan baku pada PT. Kebab Turki Baba Rafi.

Tujuan Penelitian

1. Mengkaji sistem pengendalian bahan baku yang diterapkan oleh PT. Kebab Turki Baba Rafi.

2. Mengetahui manajemen pengendalian persediaan bahan baku yang optimal pada PT. Kebab Turki Baba Rafi menggunakan Analisis ABC.

3. Menentukan nilai efisiensi dari biaya persediaan total menggunakan metode

Eonomic Order Quantity (EOQ) PT. Kebab Turki Baba Rafi.

Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis: Ilmu pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan dapat diterapkan secara nyata diterapkan.

2. Bagi perusahaan: Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan pengendalian persediaan.

3. Bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengendalian persediaan.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengkaji tentang pengendalian persediaan pada stockist Pt. Kebab Turki Baba Rafi cabang Bogor. Penelitian yang dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2013 bertempat pada stockist PT.KTBR yang beralamat di Bukit Cimanggu City Blok T8 No 10. Data yang digunakan merupakan data yang menyangkut persediaan bahan baku produk Kebab Original dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil wawancara dan observasi langsung serta catatan supervisor gudang dan data sekunder didapat dari pengolahan data primer dan literatur-literatur yang mendukung penelitian, baik dari buku, majalah, data perusahaan, BPS dan sebagainya. Aspek yang dikaji dalam penelitian ini meliputi jumlah kuantitas maksimum, jarak dan waktu yang diperkirakan dan biaya total persediaan yang efisien.

TINJAUAN PUSTAKA

Produksi

Menurut Heizer dan Reinder (2005), manajemen operasi adalah kegiatan yang berhubungan dengan penciptaan barang dan jasa melalui adanya pengubahan

input menjadi output. Manajemen operasi merupakan salah satu fungsi utama

sebuah organisasi yang terkait dengan aspek bisnis lainnya secara utuh. Di dalamnya dikaji cara meningkatkan produktivitas perusahaan dan memproses barang dan jasa diproduksi. Mengingat manajemen operasi merupakan fungsi

(14)

yang utama, maka tidak mengherankan jika ini merupakan bagian yang terbanyak mengeluarkan biaya dalam organisasinya.

Assauri (2008) mengatakan bahwa proses produksi terdiri dari dua kata yaitu proses dan produksi. Proses adalah cara, metode dan teknik bagaimana sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada dirubah untuk memperoleh suatu hasil. Sedangkan produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa. Oleh karena itu, proses produksi dapat diartikan sebagai cara, metode, dan teknik menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-bahan dan biaya) yang ada. Proses produksi dibedakan menjadi dua (2) jenis, yaitu :

1. Proses produksi yang terus-menerus (continous processes) adalah proses produksi yang menggunakan peralatan produksi yang telah dipersiapkan untuk pemakaian jangka lama tanpa mengalami perubahan set-up untuk memproduksi satu barang produksi saja.

2. Proses produksi yang terputus-putus (intermittent processes) adalah proses produksi yang menggunakan peralatan produksi yang telah dipersiapkan untuk pemakaian jangka pendek dan kemudian dirubah, atau dipersiapkan kembali untuk memproduksi barang yang lain.

Manajemen Persediaan

Pengendaliaan persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting, karena persediaan melibatkan investasi rupiah terbesar dalam pos aktiva lancar. Bila perusahaan menanamkan terlalu banyak dananya dan persediaan, menyebabkan biaya penyimpanan berlebihan (Handoko, 2008).

Menurut Assauri (2008), persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual suatu periode usaha yang normal atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan/proses produksi, ataupun persediaan barang baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Jadi persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan, parts yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi/produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari komponen atau langganan setiap waktu.

Pengertian dan Fungsi Persediaan

Assauri (2008), Persediaan adalah sebagai suatu aktifitas yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan/proses produksi. Jadi persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan,

parts yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam

perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi/produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen/pelanggan setiap waktu.

Menurut Heizer, Render (2005), Persediaan dapat melayani beberapa fungsi yang menambah fleksibilitas bagi operasi perusahaan. Keempat fungsi persediaan adalah sebagai beriktu.

(15)

1. “Decouple” atau memisahkan beberapa tahapan dari proses produksi. Sebagai contoh, jika persediaan sebuah perusahaan berfluktuasi, persediaan tambahan mungkin diperlukan untuk melakukan decoupleproses produksi dari pemasok. 2. Melakukan “Decouple” perusahaan dari fluktuasi permintaan dan menyediakan

persediaan barang-barang yang akan memberikan pilihan bagi pelanggan. Persediaan seperti ini digunakan secara umum pada bisnis eceran.

3. Mengambil keuntungan dari diskon kuantitas karena pembelian dalam jumlah besar dapat mengurangi biaya pengiriman barang.

4. Melindungi terhadap inflasi dan kenaikan harga.

Peranan Persediaan

Menurut Ma’arif dan Tanjung (2006), persediaan yang dilakukan oleh perusahaan memiliki beberapa kegunaan yang diantaranya adalah:

1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang. 2. Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak baik. 3. Menumpuk barang-barang yang dihasilkan secara musiman. 4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan.

5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal. 6. Memberi jaminan tetap tersedianya barang jadi.

Menurut Assauri (2008) alasan diberlakukannya persediaan oleh suatu perusahaan, dengan ketentuan:

1. Dibutuhkannya waktu dalam menyelesaikan operasi produksi untuk memindahkan produksi dari suatu tingkat ke tingkat lain, yang disebut persediaan dalam proses pemindahan.

2. Alasan organisasi, untuk memungkinkan satu unit atau bagian membuat jadwal opersinya secara bebas tidak tergantung oleh yang lainnya.

Jenis-Jenis Persediaan

Menurut Handoko (2008), ada beberapa jenis persediaan. Setiap jenis mempunyai beberapa karakteristik khusus tersendiri dan cara pengelolaannya yang berbeda. Persediaan dapat dibedakan atas :

a. Persediaan bahan mentah (raw material) yaitu persediaan barang-barang berwujud seperti baja, plastik, dan komponen-komponen lainnya yang digunakan dalam proses produksi.

b. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchase part/components), yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen lainnya yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.

c. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persedian barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.

d. Persediaan barang dalam proses (work in process), yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses menjadi barang jadi.

(16)

e. Persediaan barang jadi (finish good), yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap dijual atau dikirim ke pelanggan.

Jenis-Jenis Biaya Persediaan

Menurut Assauri (2008), unsur-unsur biaya yang terdapat dalam biaya persediaan dapat digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu:

a. Biaya Pemesanan (ordering cost)

Biaya pemesanan disini adalah biaya-biaya yang dikeluarkan berkenan dengan pemesanan barang-barang atau bahan-bahan dari penjual. Sampai bahan-bahan tersebut dikirim dan diserahkan serta di inspeksi di gudang atau daerah pengolahan (process area)

b. Biaya yang terjadi dari adanya persediaan (inventory carrying cost)

Yang dimaksudkan adalah biaya-biaya yang diperlukan berkenan dengan adanya persediaan yang meliputi seluruh pengeluaran yang dikeluarkan perusahaan sebagai akibat adanya sejumlah persediaan. Jadi biaya ini berhubungan dengan terjadinya persediaan dan disebut juga dengan biaya mengadakan persediaan (stock holding cost).

c. Biaya kekurangan persediaan (out of stock cost).

Yang dimaksudkan biaya disini adalah biaya-biaya yang timbul sebagai akibat terjadinya persediaan yang lebih kecil dari pada jumlah yang diperlukan, seperti kerugian atau biaya-biaya tambahan yang diperlukan karena seorang pelanggan meminta atau memesan suatu barang sedangkan barang atau bahan yang dibutuhkan tidak tersedia.

d. Biaya yang berhubungan dengan kapasitas (capacity associated cost)

capacity associated cost adalah biaya-biaya terdiri atas biaya kerja lembur,

biaya latihan, biaya pemberhentian kerja, dan biaya pengangguran (idle time

cost). Biaya ini terjadi karena adanya penambahan atau pengurangan

kapasitas, atau bila terlalu banyak dan terlalu sedikitnya kapasitas yang digunakan pada waktu tertentu.

Model Pengendalian Persediaan Analisis Persediaan ABC

Menurut Assauri (2008), metode analisis ABC digunakan untuk memberikan penekanan perhatian pada golongan atau jenis-jenis bahan yang terdapat dalam persediaan yang mempunyai nilai penggunaan yang relatif tinggi/mahal. Biasanya metode analisis ini digunakan dalam perusahaan-perusahaan yang mempunyai berbagai jenis atau macam bahan dalam persediaan yang mempunyai nilai penggunaan yang berbeda-beda. Dengan metode ini persediaan yang terdapat dalam suatu perusahaan digolongkan atau dikelompokkan ke dalam tiga golongan yaitu:

1. Golongan atau kelompok barang A terdiri dari jenis/macam bahan yang mempunyai nilai penggunaan mencapai 80% dari seluruh nilai penggunaan bahan, tetapi jumlah bahan/barangnya tidak melebihi 10% dari seluruh jumlah bahan yang terdapat dalam persediaan.

(17)

2. Golongan atau kelompok barang B terdiri dari jenis/macam bahan yang mempunyai nilai penggunaan yang mencapai 15% dari seluruh nilai penggunaan bahan, tetapi jumlah bahan/barangnya mencapai 20% dari seluruh jumlah bahan yang terdapat dalam persediaan. Sedangkan

3. Golongan atau kelompok barang C terdiri atas jenis/macam bahan yang mempunyai nilai penggunaan yang tidak lebih daripada 15% dari keseluruhan nilai penggunaan bahan, tetapi jumlah bahan/barangnya mencapai 70% dari seluruh jumlah bahan yang terdapat dalam persediaan. Jadi dalam hal ini pimpinan perusahaan akan cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar kepada bahan-bahan yang termasuk dalam golongan kelompok barang A yang jumlahnya sedikit tetapi mempunyai peranan yang cukup besar (mencapai 80% dari seluruh nilai penggunaan bahan).

Model Economic Order Quantity (EOQ)

Metode EOQ (Economic Order Quantity) merupakan salah satu metode yang paling sering digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang meminimumkan biaya langsung penyimpanan persediaan dan biaya kebalikannya (inverse cost) pemesanan persediaan (Handoko, 2008). Perhitungan menggunakan metode EOQ tidak hanya dapat mengetahui berapa jumlah persediaan yang paling efisien bagi perusahaan, tetapi dapat juga mengetahui biaya yang akan dikeluarkan perusahaan dengan persediaan bahan baku yang dimilikinya (dihitung dengan menggunakan total cost) serta waktu yang paling tepat untuk mengadakan pembelian kembali (dihitung dengan menggunakan ROP (reorder point). Berdasarkan karakteristik EOQ di atas, maka penggunaan metode EOQ dapat digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan dengan meminimumkan biaya penyimpanan persediaan dan biaya pemesanan persediaan. Hubungan antara biaya penyimpanan (holding atau carrying cost) dan biaya pemesanan (ordering atau set up cost) dapat dilihat bentuk grafik pada Gambar 1.

(18)

Biaya Pemesanan Biaya Penyimpanan Biaya Total Biaya Tahunan Jumlah Pemesanan Jumlah Pesanan Optimal Biaya Persediaan Minimum

Gambar 1.Hubungan antara biaya penyimpanan dan biaya pemesanan

Rumus EOQ yang sering digunakan adalah (Handoko, 2008) :

………(1)

Dimana :

D = pemakaian atau permintaan yang diperkirakan per priode waktu S = biaya pemesanan (persiapan pesanan dan penyiapan mesin) per pesan H = biaya penyimpanan per unit per tahun

Biaya Persediaan Total (TC)

Total cost adalah biaya keseluruhan yang dikeluarkan oleh perusahaan

terhadap bahan baku yang dimilikinya. Rumusan untuk menghitung total cost : + PD………(2) Dimana :

D = penggunaan atau permintaan yang diperkirakan per periode waktu

S =biaya pemesanan (persiapan pesanan dan penyiapan mesin) sekali pesanan

H = biaya penyimpanan per unit per tahun Q = kuantitas barang yang dipesan

(19)

Model EOQ digunakan berdasarkan asumsi bahwa permintaan produk maupun waktu tenggang, merupakan nilai yang konstan. Walaupun demikian, hampir semua kondisi persediaan sesungguhnya, permintaan dan waktu tenggang merupakan variable, sehingga analisis yang akurat menjadi sangat sukar untuk ditangani dengan cara apapun selain dari simulasi (Heizer dan Render 2005).

Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point/ROP)

Menurut Heizer dan Render (2005), Titik Pemesanan Ulang (ROP) adalah tingkat persediaan di mana ketika persediaan telah mencapai tingkat tersebut, pemesanan harus dilakukan. Sebuah perusahaan akan menempatkan sebuah pesanan ketika tingkat persediaannya untuk barang tertentu mencapai nol dan perusahaan menerima barang secara langsung. Waktu antara penempatan dan penerimaan sebuah pesanan, disebut waktu tunggu (lead time) atau waktu pengantaran. Persamaan untuk ROP ini mengasumsikan permintaan selama waktu tunggu dan waktu tunggu itu sendiri adalah konstan, bila perusahaan memelukan persediaan tambahan maka dibutuhkan safety stock (persediaan pengaman). ROP diberikan sebagai berikut.

ROP = (permintaan per hari) x (waktu tunggu untuk pesanan baru dalam hari) = d xL ……….(3) Permintaan perharinya (d) dihitung dengan membagi permintaan pertahunnya (D) dengan jumlah hari kerja dalam satu tahun.

Penelitian Terdahulu

Saragi (2010) dalam penelitiannya berjudul Analisis Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada UKM Waroeng Cokelat Bogor bertujuan untuk mempelajari sistem pengadaan dan pengendalian persediaan bahan baku di Waroeng Cokelat; meramalkan tingkat permintaan pada produk Waroeng Cokelat; menghitung tingkat persediaan yang optimal bagi Waroeng Cokelat; menghitung serta mengevaluasi tingkat biaya persediaan bahan baku yang optimal bagi Waroeng Cokelat. Hasil penelitian menggunakan EOQ didapatkan jumlah pemesanan dan jarak antar pemesanan yang sama pada bahan baku, yaitu mengikuti jumlah pemesanan terbesar pada cokelat, sehingga jumlah pemesanan sebanyak 39 kali dengan jarak waktu antar pemesanan 8 hari. Total biaya yang dikeluarkan dengan model EOQ, yaitu sebesar Rp 2.521.909 dan dengan metode perusahaan sebesar Rp 2.587.800; sehingga menghasilkan penghematan sebesar Rp 65.891.

Pujiastuti (2008) dalam penelitian yang berjudul Analisis Kebijakan Perusahaan dalam Pengendalian Bahan Baku di PT X ini bertujuan untuk menganalisis sistem persediaan yang telah ada di PT X, menentukan decoupling

point yaitu kondisi dimana perushaan dapat melaukan aktivitas tanpa menunggu

permintaan langsung dari supplier dalam rantai produksi perusahaan sehingga dapat diketahui langsung strategi yang dapat digunakan dalam persediaan, menentukan safety stock persediaan optimum bahan baku skim dari leadtime

(20)

pemasok yang bervariasi dan menentukan kebijakan terbaik yang mungkin dilakukan dalam persediaan. Hasil dari penelitian ini didapatkan hasil pemesanan ekonomis yang dilakukan perusahaan sebesar 17.506,95 KG yang dilakukan sebanyak 25 kali dalam satu tahun, safety stock sebanyak 37.500 Kg dengan tingkat kebutuhan selama leadtime sebanyak 132.650 KG. Hasil pemesanan berdasarkan EOQ diperoleh pemesanan sebanyak 9.600 KG sedangkan efisiensi kontainer 24.000 KG dan safety stock sebesar 6.500 KG. Maka biaya persediaan yang dikelukan perusahaan setahun sebesar Rp 950.276.067,87 dari biaya semula sebesar Rp 158.474.010,57 dengan demikian pemesanan yang berulang biaya persediaan tersebut dapat ditekan menjadi Rp 505.870.668,99.

METODE

Kerangka Pemikiran Penelitian

Persediaan merupakan komponen yang sangat vital untuk memproduksi suatu barang. Hal itu membuat perusahaan untuk tetap menjaga pasokan bahan baku untuk melakukan produksinya selain itu perusahaan perlu mengendalikan persediaan bahan baku agar tidak terjadi kelebihan yang dapat meningkatkan biaya dan tidak terjadi kekurangan bahan baku yang dapat menghambat proses produksi. Kelebihan persediaan mengakibatkan peningkatan biaya, karena penumpukan bahan baku akan menyebabkan banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk penyimpanan, dan penumpukan bahan baku dapat menyebabkan bahan baku menurun kualitasnya akibat disimpan pada jangka waktu tertentu, untuk itu perusahaan perlu mengendalikan persediaan bahan baku, agar bahan baku dapat dioptimalkan penggunaannya dalam jumlah dan kualitas yang sesuai dan dapat menekan biaya seminimum mungkin.

Informasi-informasi mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perusahaan dalam melakukan persediaan juga perlu dilakukan agar metode yang akan dipilih untuk dapat diterapkan perusahaan akan sesuai dengan alasan perusahaan melakukan persediaan. Hal ini memungkinkan hasil penelitian dapat diterapkan oleh perusahaan. Setelah mengetahui kondisi dan karakteristik perusahaan,barulah dapat ditentukan metode apa yang lebih tepat yang dapat memenuhi tujuan perusahaan dan menghasilkan biaya persediaan yang lebih sedikit dan keuntungan yang maksimal. Dengan menerapkannya, perusahaan akan mampu untuk meningkatkan daya saing serta mempertahankan keberadaannya dalam persaingan dunia bisnis.

Pengendalian persediaan bahan baku yang optimal bisa didapatkan dengan melakukan pengkajian terhadap sistem dan metode yang dipakai oleh perusahaan dan membandingkannya dengan perhitungan analisis Material Requirment Planning (MRP). Untuk menemukan bahan baku yang memiliki nilai penggunaan tinggi / mahal digunakan Analisis ABC yang akan memberikan tingkatan pada masing-masing bahan baku. Bahan Baku yang memiliki nilai paling tinggi akan dijadikan sebagai acuan untuk melakukan perhitungan dengan metode EOQ yang akan memberikan informasi mengenai biaya terendah dengan perhitungan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan bahan baku yang sesuai dengan keadaan

(21)

perusahaan. Perbandingan menggunakan metode EOQ dengan asumsi perusahaan akan menghasilkan selisih atau penghematan dari biaya total persediaan selama setahun. Maka dari itu hasil dari perbandingan perhitungan biaya total metode EOQ dengan asumsi perushaan ini akan dijadikan rekomendasi kepada perusahaan untuk melakukan sistem yang lebih baik agar tidak terjadi pembekakan biaya atau pun kekurangan lainnya pada sistem pengendalian bahan baku perusahaan. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.

PT. KTBR Bogor Perencanaan & Pengendalian Bahan Baku 1.Identifikasi kebutuhan BB 2.Identifikasi jumlah BB 3. Identifikasi Harga BB Identifikasi nilai penggunaan BB dengan Metode ABC

Identifikasi Biaya Persediaan Bahan Baku

Analisis Biaya Total Persediaan dengan Metode

EOQ

Membandingkan

Asumsi Perusahaan Metode EOQ

Hasil Optimal Biaya Persediaan Bahan Baku

Rekomendasi Gambar 2. Kerangka penelitian

Lokasi dan Waktu Penelitian : Hasil Perbandingan

(22)

Penelitian ini dilakukan di PT. Kebab Baba Rafi yang bertempat di Stockist PT. Kebab Baba Rafi yang beralamat di Bukit Cimanggu City Blok T8 No.10. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan yaitu bulan Mei sampai bulan Juni 2013. Lokasi penelitian ini dipilih karena Stockist ini harus dapat menyuplai kebutuhan bahan baku sembilan outlet yang berada di daerah bogor untuk kegiatan produksi setiap harinya.

Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari catatan supervisor gudang serta wawancara langsung. Pada penelitian ini peneliti mencari data dan laporan perusahaan mengenai data-data tentang jumlah kebutuhan bahan baku, catatan waktu pemesanan, dan lain-lain pada bagian stockist bahan baku.

Data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut, misalnya dalam bentuk tabel, grafik, diagram, dan sebagainya, sehingga lebih informatif jika digunakan untuk pihak lain. Data sekunder diperoleh dari pencarian data di Internet dan studi pustaka yang sesuai dengan penelitian ini, dan juga diperoleh dari literatur-literatur yang mendukung penelitian, baik dari buku, majalah, data perusahaan, BPS dan sebagainya.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan membandingkan perhitungan pengendalian persediaan yang telah dilakukan perusahaan dengan metode EOQ untuk mendapatkan biaya yang paling minimum jumlah pemesanan yang optimal dan waktu pemesanan yang sesuai. Perhitungan Analisis ABC digunakan untuk mencari/mengkategorikan bahan baku deri nilai penggunaan paling tinggi (A) dan paling rendah (C). Setelah itu bahan baku dengan kategori A akan dicari kuantitas ekonomis bahan baku dalam sekali pesan dengan metode EOQ (Economic Order Quantity). Metode EOQ ini bertujuan untuk mencari biaya total persediaan pertahun yang paling ekonomis dengan membandingkannya dengan biaya total persediaan dari perusahaan. Program analisa metode ABC dan EOQ menggunakan software POM for windows 3. POM adalah sebuah program komputer yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam bidang produksi dan operasi yang bersifat kuantitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Perusahaan

PT. Kebab Turki Baba Rafi Indonesia yang disingkat KTBR didirikan oleh Hendy Setiyono pada tahun 2003. Nama Baba Rafi sendiri diadopsi dari nama anak dari Hendy Setiyono yaitu Rafi dimana Baba Rafi itu dapat di artikan sebagai ayahnya Rafi. Pada awalnya perusahaan ini mempunyai dua outlet yaitu yummy burger yang menjual burger biasa dan kebab turki yang menjual kebab ala timur tengah. Karena penjualan kebab lebih menguntungkan maka perusahaan

(23)

memutuskan untuk menjual Kebab Turki Baba Rafi yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Dalam kurun waktu 3 tahun perusahaan ini mengalami pertumbuhan yang pesat dengan kepemilikan 152 (seratus lima puluh dua) cabang franchise (sampai bulan Juli 2007) yang tersebar di beberapa kota di Indonesia. Mulai Surabaya, Yogyakarta, Gresik, Jember, Banjarmasin, Pekan Baru, Sukabumi, Tasikmalaya, Jakarta, Bekasi, Bogor, Malang, Probolinggo, Sidoarjo, Medan, Bali, Makasar, Balikpapan, Banjarmasin, Karawang, Cilacap, Solo, Kudus, Cimahi, Pasuruan, Kediri, Lampung, Semarang, Batam, Padang, dan Bandung.

Cabang Bogor merupakan anak cabang dari KTBR Jakarta yang dibuka perdana pada tahun 22 Juni 2007 yang didirikan oleh ibu Kartika Sari Darjomo selaku pemilik dan manajer operasional KTBR cabang Bogor. Outlet pertama KTBR berada di Taman Yasmin sektor 6, setelah berapa bulan beroperasi dan konsumen juga semakin banyak maka pada tanggal 22 oktober 2008 membuka cabang kedua di Jalan Bangbarung samping Alfamart. Kantor pusat akhirnya menyarankan untuk membuka stockist cabang Bogor dengan syarat mempunyai 3 cabang yang dibuka di ruko di Jalan Baru. Sampai saat ini frenchise KTBR mempunyai 9 cabang untuk wilayah kota Bogor. Melalui Stockist (gudang) yang berada di bukit Cimanggu City Blok T8 no 11 kebutuhan bahan baku outlet Bogor dapat terpenuhi.

Visi dan Misi PT Kebab Turki Baba Rafi

1. Bagi Karyawan

Menjadikan karyawan merasa memiliki bisnis Kebab Turki Baba Rafi melalui suasana kekeluargaan dengan sistem bagi hasil yang adil.

2. Bagi Franchise

Menjadikan Kebab Turki Baba Rafi sebagai sarana investasi yang menguntungkan dan membanggakan.

3. Bagi Pelanggan

Menjadikan Kebab Turki Baba Rafi sebagai alternatif makanan pilihan dengan rasa yang lezat dan harga yang terjangkau..

Struktur Organisasi PT Kebab Turki Baba Rafi Cabang Bogor

Organisasi merupakan sistem yang menggerakkan suatu proses produksi dalam perusahaan. Perusahaan yang terorganisir akan memperlancar kegiatan jangka pendek maupun panjang perusahaan. KTBR mempunyai divisi-divisi yang berperan dalam mengatur kegiatan produksi. Struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar 3.

(24)

Kantor Pusat Manajer Operasional Manajer Keuangan Supervisor Gudang Operator Operator Operator

Gambar 3. Struktur organisasi KTBR Adapun tugas dari masing 2 divisi, yaitu ;

1. Manajer Operasional

Mengatur jalannya produksi KTBR dan Memesan Bahan Baku ke Kantor Pusat di Jakarta.

2. Manajer Keuangan

Membukukan semua biaya yang dikeluarkan dalam produksi KTBR. 3. Supervisor Gudang

Melakukan Stock Opname, melakukan pemeliharan Bahan Baku, mencatat jual/beli bahan baku dari stockist.

4. Operator

Orang yang berinterksi langsung dengan konsumen dan mencatat jumlah penjualan setiap harinya.

Layout Stockist PT Kebab Turki Baba Rafi Cabang Bogor

Stockist KTBR berada di komplek Bukit Cimanggu City Blok T8 no 10,

Bangunan yang memiliki luas tanah 90 m2 dan luas bangunan 60 m2 persegi ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan bahan baku. Bangunan ini berupa rumah yang memiliki 7 ruangan yang memiliki daya 1300 va dimana terdapat ruang kasir/office, dua kamar pegawai, dua storage room, ruang pencucian dan pemeriksaan bahan baku dan toilet. Storage room terbagi menjadi dua yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan daging, roti, saus, dan mayonaisse dan ruang storage sayur dan slongsong (bungkus). Layout stockist dapat dilihat pada Lampiran 3.

(25)

Produk PT Kebab Turki Baba Rafi Cabang Bogor

Produk yang dihasilkan KTBR merupakan makanan cepat saji yang produknya bercirikan makanan asal timur tengah yang disajikan dengan cita rasa yang cocok untuk lidah masyarakat indonesia. Produk yang paling diminati adalah kebab original dimana produk tersebut memiliki cita rasa yang unik dan khas timur tengah dimana kebab ini merupakan paduan dari roti tortilla dengan daging sapi pilihan. Selain kebab original, KTBR juga menawarkan menu lain yang terdiri 4 macam, yaitu Kebab, Burger, Sandwich dan Canai. Menu lainnya yaitu, Menu kebab turki baba rafi antara lain, Kebab original, Kebab unyu, Kebab piscok, Chicken Kebab, Chicken Kebab Mini, Patty Burger, Crispy Burger, Beef Burger, Chicken Burger, Double Beef Burger, Syawarma, Italian Sausage, Hot Dog, Canai Original, Canai Cokelat, dan Canai salad. Karena Produk Kebab Original merupakan menu andalan serta memiliki demand yang tinggi, produk tersebut akan digunakan sebagai materi dari analisis pengendalian persediaan pada penelitian ini. Kebab original dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Kebab original

Proses Produksi

KTBR melakukan produksinya langsung pada outlet dengan sistem produksi make to order. Proses produksi yang melibatkan langsung konsumen bertujuan untuk pemilihan langsung menu yang diinginkan dan melihat secara langsung proses pembuatannya. Proses pembuatan kebab harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh KTBR agar produk yang dihasilkan memiliki citra rasa yang sama di semua outlet. Secara umum proses pembuatan kebab original sangatlah mudah. Berikut adalah tahapan pembuatan Kebab Original. 1. Siapkan roti tortilla ukuran besar yang akan digunakan sebagai pembungkus,

lebarkan roti jangan sampai robek.

2. Taburkan sayur sesuai urutan yaitu dari lettuce (sawi), Tomat, Bombay, dan Timun.

3. Lalu beri mayonnaise 3-4 baris, saus tomat 2 garis, dan saus cabai sesuai permintaan pelanggan.

(26)

4. Daging sapi yang telah dipanggang dengan suhu 180̊ celcius. Potong 8-10

slice dengan ukuran 5-8 cm.

5. Gulung roti tortilla dan goreng selama 5-7 menit hingga kecoklatan. Lalu tiriskan

6. Siapkan kertas minyak dan selongsong (bungkus), masukkan kebab yang telah jadi.

7. Kebab original siap disajikan.

Peta Proses Operasi pembuatan Kebab Original dapat dilihat pada lampiran 1.

Pembelian Bahan Baku

Pembelian bahan baku KTBR dilakukan berdasarkan sistem produksi Make

to Order dimana pembuatan produk berdasarkan pesanan yang dilakukan

konsumen. Bahan baku berasal dari stockist pusat di jakarta selatan. Bahan baku yang disediakan stockist pusat merupakan bahan baku yang berasal dari supplier terpercaya dan telah diuji kualitasnya. Hal itu bertujuan untuk menjaga kualitas bahan baku dan rasa yang dihasilkan oleh outlet KTBR seragam. Untuk daftar harga bahan baku kebab original dapat dilihat pada Lampiran 7. Supplier merupakan supplier tetap KTBR dalam memasok bahan baku keseluruh wilayah Indonesia. Tetapi untuk sayur-sayuran seperti bawang bombay, tomat, timun dan sawi dibeli di pasar terdekat agar tetap segar dalam produksi sehari-hari. Untuk pembelian bahan baku pada stockist terdapat 2 macam yaitu pembelian bahan baku oleh stockist dan pembelian bahan baku oleh outlet.

Pembelian Bahan Baku oleh Stockist

Pembelian bahan baku dilakukan setiap minggu sekali setiap hari selasa dengan melakukan stock opname pada pagi hari untuk menentukan jumlah pembelian. Bahan baku didatangkan dari gudang utama BB yang berada di Jalan. Fatmawati 33, Pondok Labu, Jakarta Selatan.

Berikut tahap pembelian bahan baku oleh stockist :

1. Stock opname oleh supervisor gudang (SG) untuk menghitung jumlah barang yang jumlahnya telah kurang dari stock standar yang berlaku.

2. Setelah itu, SG akan menginformasikan jumlah Bahan Baku (BB) yang dibutuhkan kepada manajer operasional (MO). MO memperhitungkan jumlahnya untuk kebutuhan stockist serta membicarakan dengan Manajer Keuangan (MK) untuk menentukan biaya.

3. MO akan melakukan pemesanan BB ke Kantor Pusat melalui telepon atau sms. 4. Setelah informasi dikonfirmasi oleh pihak gudang pusat, pengiriman BB

dilakukan sehari setelahnya menggunakan mobil Box(pengiriman bahan baku dilaksanakan setiap seminggu sekali pada hari rabu kecuali bila ada pemesanan mendadak). Biaya pengiriman bahan baku dibebankan ke kantor pusat.

5. BB yang datang akan di cek jumlah dan keadaan, bila rusak akan dibawa kembali ke stockist pusat.

6. Lalu BB yang memenuhi syarat dan kualitas, maka SG akan menerima pembelian dengan mencatat nota penjualan.

(27)

Pembelian Bahan Baku oleh Outlet

Pembelian BB oleh outlet terdiri dari 2 macam dikarenakan outlet kebab dimiliki oleh stockist dan perseorangan (frenchise). Pembelian BB outlet dilakukan oleh operator masing-masing outlet. Bahan baku yang dipesan oleh outlet diambil oleh operator dengan datang langsung ke stockist sehari setelah operator memesan bahan baku. Operator diharuskan mengkonfirmasi terlebih dahulu ketersediaan bahan baku yang dipesan karena terkadang barangnya tidak tersedia pada stockist. Bahan baku yang tidak tersedia pada stockist akan dipesan kepada stockist pusat dan dikirimkan sehari setelahnya. Pembelian bahan baku dicatat oleh petugas. Prosedur pembelian bahan baku dapat dilihat pada Gambar 5.

Sms/Telpn Kebutuhan BB Konfirmasi BB Isi &Tanda tangan Nota pembelian BB Ambil & Bayar Ada Pesan Barang Datang ke Stockist Tidak

Gambar 5. Prosedur pembelian bahan baku

Tetapi untuk outlet milik stockist semua kebutuhan outlet harus diperiksa terlebih dahulu oleh SG melalui catatan harian operator. SG akan memeriksa kebenaran jumlah kebutuhan BB outletnya dari catatan operator. Bila catatan tersebut benar maka bahan baku akan disediakan oleh stockist. Kesalahan pada catatan operator akan dikoreksi oleh SG dengan mengecek kembali jumlah bahan baku yang ada dioutlet dengan catatan tersebut. Prosedurnya dapat dilihat pada Gambar 6.

Buat catatan stock BB oleh operator Datang langsung bawa catatan Diperiksa kebenaran oleh Pihak gudang kebutuhan BB Benar Beri BB yang dibutuhkan Tidak Periksa ulang catatan

Gambar 6. Pembelian BB oleh Frenchise

Bahan baku dapat dibeli sesuai jenis dan jumlah kebutuhan masing-masing outlet. Stockist juga menyediakan pembelian dengan menyediakan paket pembelian agar memudahkan pembelian dan penggunaannya oleh stockist, paket tersebut terdiri dari 2 macam yaitu,

1. Paket Torbes (Tortilla Besar)

Paket ini terdiri dari 1 tiang daging 4Kg dengan 4 pack roti tortilla besar yang berisi 20 pieces/pack dan 2 pack bungkus kebab (selongsong) yang berisi 20 pcs/pack.

(28)

2. Paket Tormin (Tortilla Mini)

Paket ini terdiri dari 2 tiang daging 4Kg dengan 6 pack roti tortilla mini yang berisi 20 pcs/pack beserta 3 pack bungkus kebab mini yang berisi 20 pcs/pack.

Penanganan dan Pengendalian Mutu Bahan Baku

Bahan baku yang disimpan pada stockist mencakup semua bahan baku yang berupa barang setengah jadi dari produk yang dihasilkan dimana terdapat roti, daging, canai dan kemasannya. Supervisor gudang akan memantau jumlah, kualitas dan kemasan bahan baku agar kualitas bahan baku tetap fresh dan mencukupi kebutuhan frenchise KTBR. Setiap pagi supervisor gudang akan melakukan stock opname untuk memeriksa jumlah dan keadaan bahan baku yang tersedia di stockist. Penggunaan BB menggunakan sistem FIFO (First In First

Out) agar bahan baku tidak cepat busuk. Stockist menyediakan 6 freezer

berukuran 500cm dengan suhu 3o s/d (-3o) yang digunakan untuk menyimpan macam-macam bahan baku seperti daging 4Kg & daging 2Kg, beef, chicken

burger, chicken crispy, chicken patty, dan sosis. Penyimpanan roti menggunakan

box kedap udara. Pengecekan kualitas bahan baku yang disimpan di stockist dilakukan pada pagi dan malam hari. Pengecekan yang dilakukan ini terdiri dari pengecekan kualitas dengan memeriksa kemasan, bentuk dan tampilan dan pengecekan terhadap jumlah untuk semua bahan baku yang ada. Jenis dan persediaan standar BB dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jenis bahan baku di stockist

Nama Standar stock Nama Standar stock

Tortilla Besar 150 pack/minggu Keju 10 pack/minggu Tortilla Kecil 60 pack/minggu Roti Hotdog 30 pcs/hari Daging 4kg 15 tiang/minggu Saus cabai 20 gallon/bulan Daging 2kg 35 tiang/minggu Saus tomat 15 gallon/bulan Beef 10 pack/minggu Mayonnaise 8 pil/ minggu Chicken Burger 10 pack/minggu Bungkus besar 50 pack/ minggu Chicken Crispy 5 pack/minggu Bungkus kecil 25 pack/minggu Chicken Patty 5 pack/minggu Bungkus burger 5 pack/ minggu Sosis kecil 5 pack/minggu Bungkus hotdog 5 pack/ minggu Sosis Jumbo 5 pack/ minggu Bungkus canai 5 pack/ minggu Canai 5 pack/ minggu Hotdog jumbo 5 pack/ minggu Roti Burger 70 pcs/hari

Sayuran tidak memiliki standar stock karena cepat busuk dan terkadang outlet membeli sendiri pada tempat mereka inginkan. Untuk penanganannya sayur yang baru dibeli akan dicuci dan di check kualitas agar sayur yang busuk tidak

(29)

tercampur. Sayur sayuran ditempatkan di tempat terpisah dimana kelembaban dan cahaya diatur agar tidak cepat membusuk.

Analisis ABC untuk Bahan Baku Kebab Original

Menurut Assauri (2008), metode analisis ABC ini digunakan untuk memberikan penekanan perhatian pada golongan atau jenis-jenis bahan yang terdapat dalam persediaan yang mempunyai nilai penggunaan yang relatif tinggi/ mahal. Biasanya metode analisis ini digunakan dalam perusahaan-perusahaan yang mempunyai berbagai jenis atau macam bahan dalam persediaan yang mempunyai nilai penggunaan yang berbeda-beda. Perhitungan menggunakan analisis ABC menggunakan periode waktu tertentu untuk menentukan permintaan bahan baku. Analisis ABC ini menghasilkan urutan penggunaan bahan baku yang memiliki nilai tertinggi sampai nilai terendah dengan menggunakan penggolongan/pengkategorian nilai A – C. Pada pembuatan Kebab Original ini, KTBR menggunakan 11 bahan baku yang berbeda dengan nilai penggunaan yang berbeda. Penghitungan analisis ABC ini didasarkan pada data perusahaan untuk periode juli 2012 – juli 2013 dan pengolahan data menggunakan software POM for windows ver 3. Hasil analisa metode ABC menggunakan software POM pada bahan baku Kebab Original dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Analisis ABC bahan baku kebab original

Nama Barang Demand Price Biaya Produk Percent % Kumulatif % Kategori Daging 4kg 998 210600 210178800 29,35 29,35 A Tortilla Besar 5023 35000 175805000 24,55 53,9 A Daging 2kg 1145 112200 128469000 17,94 71,84 B Selongsong 2627 27500 72242500 10,09 81,92 B Mayonnaise 360 103000 37080000 5,18 87,1 B Saus Cabai 456 77000 35112000 4,9 92 B Lettuce/Sawi 1834 18000 33012000 4,61 96,61 C Keju Slice 376 23500 8836000 1,23 97,85 C Saus Tomat 84 76000 6384000 0,89 98,74 C Tomat 576 8000 4608000 0,64 99,38 C Bombay 144 22000 3168000 0,44 99,83 C Timun 208 6000 1248000 0,17 100 C TOTAL 13831 716143300

Pada Tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai penggunaan tertinggi dengan nilai A terdapat pada 2 bahan baku yaitu, Daging 4Kg dan Tortilla Besar (Torbes) dimana persentase pemakaiannya 29,35% dan 24,55%. Bahan baku dengan kategori B terdapat 4 macam bahan baku yaitu, Daging 2Kg, Selongsong Mayonnaise, dan saus cabai dengan nilai 17,94%, 10,09%, dan 5,18%. Sedangkan kategori nilai C dimana penggunaannya tidak terlalu besar terdapat 6 macam bahan baku, yaitu sawi, keju slice (lembaran), saus tomat, tomat, bombay dan timun dengan nilai persentasenya 4,61 %,1,23 %, 0,89 %, 0,64 %, 0,44%, 0.17%. kedua bahan baku yang memiliki nilai penggunaan tinggi atau berkategori A akan digunakan sebagai acuan untuk melakukan analisis metode EOQ.

(30)

Pengendalian Penggunaan Persediaan dengan Metode EOQ

Metode EOQ (Economic Order Quantity) merupakan salah satu metode yang sering digunakan untuk mengetahui jumlah persediaan bahan baku terbaik yang dibutuhkan perusahaan untuk menjaga kelancaran produksinya dengan biaya yang efisien. Penggunaan bahan baku yang tinggi harus diantisipasi dan dilakukan suatu metode pengendalian persediaan agar tidak terjadinya kelebihan atau kekurangan stock pada periode tertentu. Penggunaan EOQ dalam pengendalian persediaan bahan baku membuat biaya persediaan perusahaan menjadi efisien dengan mempertimbangkan biaya pemesanan dan penyimpanan, sehingga diharapkan tidak ada kekurangan persediaan. Analisis metode EOQ disini menggunakan software POM-QM for windows ver 3 (Production and Operations

Management, Quantitive Methods) dimana software tersebut menggunakan

metode kuantitatif untuk mencari solusi efisien dari pengendalian persediaan pada stockis KTBR. Penggunaan metode EOQ dengan POM-QM dapat dilakukan dengan langkah berikut :

Klik module lalu pilih Inventory →File → New → Economic Order

Quantity (EOQ) Model

Isikan judul pada kolom Title lalu klik OK

• Isikan data sesuai formula di atas seperti tampak pada Gambar 7.

Gambar 7. EOQ dengan menggunakan POM-QM

Klik SOLVE untuk melihat hasilnya yang berupa Q*, biaya persediaan, biaya penyimpanan dan biaya total persediaan.

Biaya Persediaan

Secara umum biaya yang terdapat pada stockist KTBR ini adalah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Biaya pemesanan berasal dari durasi telepon dan jumlah sms untuk memesan bahan baku ke stockist pusat di jakarta serta biaya administrasi yang berasal dari nota-nota pembelian bahan baku. Biaya pengiriman bahan baku tidak termasuk dalam biaya pemesanan karena ditanggung oleh

stockist pusat kecuali bila terdapat pemesanan mendadak. Biaya pemesanan yang

terdapat pada KTBR dalam sekali melakukan pemesanan dapat dilihat pada Tabel 4.

Biaya penyimpanan yang terjadi di stockist terdiri dari biaya upah tenaga kerja, biaya listrik dan biaya sewa gudang. Upah tenaga kerja berasal dari gaji dan komisi pemeliharaan BB yang dilakukan oleh 2 orang. Biaya listrik didapat dari 2

(31)

freezer berdaya 90 watt dengan asumsi pemakaian 24 jam perhari dan 1 lampu

berdaya 40 watt yang digunakan selama 8 jam perhari untuk penerangan BB dan biaya sewa bangunan pertahunnya. Biaya penyimpanan pertahun dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Biaya per pemesanan dan biaya penyimpanan

Nama Biaya Total Nama Biaya Total

(Rp/Unit/tahun)

Biaya Telepon & SMS Rp 4 450 Biaya Penyimpanan Rp 2 820 Biaya Administrasi Rp 1 000

Total Biaya Rp 5 450 Total Biaya Rp 2 820

Perhitungan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan dapat dilihat pada Lampiran 2. (Berdasarkan asumsi perusahaan).

Economic Order Quantity (EOQ)

Model perhitungan EOQ mencari jumlah optimum unit per pesanan (Q*) dengan begitu biaya total juga diminimalisir. Mengoptimalkan biaya pada EOQ dilakukan pada bahan baku yang berkategori A pada perhitungan analisis ABC. Dengan Model EOQ, kuantitas pesanan optimal akan muncul pada satu titik dimana biaya pemesanan/penyetelan totalnya sama dengan biaya penyimpanan total. Hasil perhitungan kebutuhan optimal dengan metode EOQ dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Perhitungan jumlah pesanan optimum

Nama Barang

Permintaan (D) B.Pesan(S) B.Simpan(H) (Rp/kg/thn) EOQ (Q*) /Unit Daging 4kg 998 5.450 2.820 62,11 (62) Torbes 5.023 139,34 (139)

Daging 4Kg diperkirakan mempunyai jumlah pesanan optimum sebanyak 62 unit dan roti tortilla besar sebanyak 139 unit. Setelah didapatkan Q*, mencari jumlah pesanan yang diperkirakan (N) dengan cara membagi permintaan (D) dengan (Q*) dimana perkiraan jumlah pesanan dapat mencari waktu yang tepat untuk memperkirakan pesanan dengan membandingkan jumlah hari kerja per tahun dengan jumlah pesanan yang diperkirakan. Perhitungan jumlah dan dan waktu dapat dilihat pada Tabel 6.

(32)

Tabel 6. Estimasi jumlah pesanan dan waktu antar pesanan Nama Barang N = Nama Barang T = Daging

4 kg = 15,9 atau 16 kali pesanan Daging 4kg

= 22,06 atau 22 hari antar pesanan

Tortilla

Besar = 36,13 atau 36 kali pesanan

Tortilla

Besar = 9,8 atau 10 hari antar pesanan

Waktu pesanan dan jumlah pesanan ditentukan agar mendapatkan jumlah dan biaya yang efektif dalam setiap pemesanan. Pada perhitungan diatas dapat dilihat bahwa jumlah pesanan yang diperkirakan dari Q* bahan baku daging 4kg yaitu 16 pesanan dalam setahun dengan interval waktu 22 hari antar pesanan. Sedangkan tortilla besar denganperkiraan 36 pesanan dengan interval waktu 10 hari antar pesanan. Dengan jumlah pesanan yang diperkirakan dan waktu antar pesanan yang diperhitungkan kebutuhan bahan baku untuk outlet kebab dapat terpenuhi dalam kegiatan produksi setiap periodenya.

Perbandingan Biaya Persediaan Total EOQ dan Perusahaan

Biaya total persediaan adalah biaya keseluruhan yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap bahan baku yang dimilikinya. Rumusan untuk menghitung

total cost :

+ PD………(4) Dimana :

D = Penggunaan atau permintaan yang diperkirakan per priode waktu S = Biaya pemesanan (persiapan pesanan dan penyiapan mesin) per pesan H = Biaya penyimpanan per unit per tahun

Q = Kuantitas barang yang dipesan P = Harga

Biaya total persediaan didapatkan dari penjumlahan semua biaya yang terdapat pada KTRB dimana biaya tersebut adalah biaya pemesanan, biaya penyimpanan dan biaya produk. Perhitungan biaya persediaan total EOQ menggunakan software POM-QM. TC yang didapatkan daging 4kg adalah Rp 210.354.000 dan TC Torbes Rp 176.197.900 sedangkan TC torbes dengan Q* daging 4kg sebanyak 15 unit dan Q* torbes sebanyak 150 unit. Perhitungan TC menggunakan POM dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 5. Asumsi perusahaan didapatkan Rp 210.562.600,- dan Rp 176.199.000,- untuk TC daging 4kg. Selisih TC dengan EOQ dan Asumsi Perusahaan dapat dilihat pada Tabel 7.

(33)

Tabel 7. Selisih TC EOQ dengan TC asumsi perusahaan

Nama Barang TC Asumsi Perusahaan TC Metode EOQ Selisih (penghematan) Daging 4kg Rp 210.562.600 Rp 210.354.000 Rp 208.600 Tortilla Besar Rp 176.199.000 Rp 176.197.900 Rp 1.100 Total Rp 386.761.600 Rp 386.551.900 Rp 209.700

Perbandingan antara TC EOQ dengan TC asumsi perusahaan diperoleh untuk bahan baku daging 4kg menghasilkan TC sebesar Rp 386.551.900 dan bahan baku tortilla besar menghasilkan TC Sebesar Rp 386.761.600. Maka total penghematan yang didapatkan dari perhitungan pada periode juli 2012 – juli 2013 diatas sebesar Rp 209.700.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Penggunaan bahan baku KTBR menggunakan metode FIFO dengan sistem produksi make to order untuk mencukupi outlet cabang bogor. Pembelian bahan baku terdiri dari pembelian oleh stockist dan pembelian oleh outlet. 2. Berdasarkan analisis ABC menggunakan software POM for Windows 3

didapatkan bahan baku berkategori A terdapat pada 2 bahan baku yaitu, Daging 4kg dan Tortilla Besar (Torbes) dengan 29,35% dan 24,55%. Bahan baku berkategori B terdapat 4 macam bahan baku yaitu, Daging 2kg, Selongsong, Mayonnaise, dan saus cabai dengan nilai 17,94%, 10,09%, dan 5,18%. Sedangkan kategori nilai C terdapat 6 macam bahan baku, yaitu sawi, keju slice (lembaran), saus tomat, tomat, bombay dan timun dengan nilai persentasenya 4,61 %,1,23 %, 0,89 %, 0,64 %, 0,44%, 0.17%.

3. Tingkat pemesanan optimum (Q*) daging 4kg sebanyak 32 unit dengan 31 kali pesanan dalam setahun dengan interval waktu 12 hari antar pesanan dan tortilla besar dengan Q* sebanyak 139 unit dengan 37 kali pesanan dengan interval waktu 10 hari antar pesanan.

4. Biaya persediaan total pertahun dari perhitungan EOQ didapatkan Rp 386.551.900 sedangkan Biaya persediaan total dengan asumsi perusahaan didapatkan Rp 386.761.600 sehingga didapatkan penghematan pada periode juli 2012 – juli 2013 adalah Rp 209.700.

5. Berdasarkan perbandingan yang dilakukan dengan metode Economic Order

Quantity (EOQ) dan pengendalian yang sudah dilakukan oleh perusahaan

dapat disimpulkan bahwa pengendalian persediaan bahan baku yang diterapkan pada PT. Kebab Turki Baba Rafi sudah baik dimana selisih biaya total persediaan antara kedua metode tidak signifikan.

(34)

Saran

Hasil Penelitian ini menghasilkan beberapa saran yang dapat diterapkan perusahaan yaitu ;

1. Mengkaji kembali pengendalian persediaan untuk bahan baku kebab original yang telah diterapkan dan membandingkan dengan pengendalian persediaan menggunakan metode EOQ.

2. Perusahaan sebaiknya menerapkan sistem pengkategorian dengan analisis ABC karena bahan baku yang nilai penggunaan yang tinggi akan memerlukan perhatian khusus dalam pengendalian persediaan dengan begitu diharapkan tidak terjadinya kekurangan dalam persediaan.

3. Mempertimbangkan untuk menerapkan metode EOQ yang dapat meminimalisasi biaya total persediaan pertahun dari bahan baku yang memiliki nilai penggunaan yang tinggi dan perusahaan dapat mengoptimalkan biaya yang dikeluarkan sehingga menghasilkan keuntungan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja perusahaan di sektor lain.

DAFTAR PUSTAKA

Asosiasi Frenchise Indonesia. 2011. Ekspansi Waralaba Asing Ke Indonesia [Internet]. [diunduh 2013 Juni 21]; [Edisi dan volume tidak diketahui]. Tersedia pada: http:// www.franchiseindonesia.org/2013/ekspansi-waralaba-asing-ke-indonesia

Assauri S. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta (ID) : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Uniersitas Indonesia.

Baba Rafi Indonesia. 2013. Sejarah Perusahaan [Internet]. [diunduh 21 Juni 2013]; [Edisi dan volume tidak diketahui]. Tersedia pada : http://www.babarafi.com/new/en/history/

[Bappeda] Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Bogor. 2013. Evaluasi Hasil Pelaksanaan RKTB tahun 2012 [Internet]. [diunduh 24 Juni 2013]; [Edisi dan volume tidak diketahui]. Tersedia pada:

http://bappeda.kotabogor.go.id/index.php/download-dokumen /category

/20-rkpd-kota-bogor-2013?download=124:rkpd-kota-bogor-2013.

Handoko T.H. 2008. Dasar-Dasar Manajemen dan Operasi. Yogyakarta (ID) : BPFE

Heizer J dan Render B. 2005. Manajemen Operasi, Edisi Tujuh. Penerjemah: Setyoningsih, Dwianoegrahwati dan Almahdy, Indra, Editor. Jakarta (ID): Salemba Empat. Terjemahan dari: Operations Manajemen, 7th Edition.

Ma’arif M. S dan H. Tanjung. 2006. Manajemen Operasi. Jakarta (ID) : PT. Grasindo.

Saragi Y. 2010. Analisis Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada UKM Waroeng Cokelat Bogor. Skripsi. Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen, , Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

(35)

Pujihastuti E. 2008. Analisis Kebijakan Perusahaan Dalam Pengendalian Persediaan Bahan Baku Di PT X. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

(36)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta proses produksi kebab original

Di lebarkan Roti Tortilla

Diberi 2 garis 0-3

Peta Proses Operasi PT. Kebab Turki Baba Rafi

Nama Obyek : Kebab Original Dipetakan Oleh : Fayumi Rihan Tanggal Dipetakan : Juni 2013

Ringkasan Kegiatan Jumlah Operasi Pemeriksaan 10 2 0-2 0-1 1-1 Di Taburi Sayur 0-4 Diberi Secukup-nya Saus Cabai Daging 0-5 Diberi 6-8 slice Di gulung 0-6 0-7 Di goreng 0-8 1-2 Di angkat & tiriskan 0-9 Di taruh pada kertas minyak 0-10 1-3 Di masukkan ke selongsong Di sajikan Saus Tomat Mayonnaise

(37)

Lampiran 2. Perhitungan biaya penyimpanan dan pemesanan

BIAYA PENYIMPANAN

1. Tenaga kerja = 2 Orang Asumsi gaji/ bulan = Rp 500.000,- Total biaya dalam 1 tahun = Rp 12.000.000

Biaya TK untuk BB kebab original = Rp 12.000.000/12 =Rp 1.000.000 Rata2 stock daging 4kg dan torbes/thn = 720 kg /thn

= 7200 Pack/thn

-daging 4kg = Rp 1.000.000/720 =Rp 1389 -Torbes = Rp 1.000.000/7200 =Rp 138,9 2. Biaya listrik Total watt pemakaian lampu 40 watt@1bh = 40 w x 8 jam/hari x 30 hari

= 9600 = 9,6 kwh

Total biaya penggunaan frezzer 90@1 buah = 90 x 24 jam x 30 hari

= 64800= 64,8(65) kwh Total kwh (1 kwh = Rp.790) = 9.6 + 65 = 74.6 * 790

Biaya listrik per jumlah BB kebab ori = Rp 58.934/12= Rp 4911,2 Jadi untuk biaya listrik untuk pnyimpanan

daging 4kg = Rp 4.911,2 / 60 kg

= Rp 81,8*12= Rp981,6- per tahun torbes = Rp 4.911,2 /600 pack

= Rp 8,18*12 = Rp 98,16- pertahun 3. Biaya sewa pertahun = Rp 10.000.000

Biaya sewa/ruangan Rp10.000.000/6 = Rp 1.666.666

Biaya sewa untuk BB kebab origial = Rp 1.666.666/12 = Rp 138.888 Biaya sewa untuk daging 4kg/thn = Rp 138.888/720 = Rp.192,9 Biaya sewa untuk tortilla besar = Rp 138.888/7200 = Rp. 19,3

Total biaya penyimpanan/ pcs daging = Rp 1389 + Rp 981,6 + Rp.192,9 = Rp 2563,9

Total b. Simpan torbes s= Rp 138,9 + Rp 98,16 + Rp. 19,3 = Rp 256,36

jadi = Rp 2563,9 + 256,36 = Rp 2820,26

BIAYA PEMESANAN

1. Biaya telp (provider xl) & sms PT. KTBR Indonesia:

Telpon = Rp 800 x 5 menit = Rp 4.000,- Sms = Rp 150 x 3 = Rp 450,-

Total = Rp 4.450,-

2. Biaya administrasi

Jumlah kertas dokumen = 2 lembar x Rp 500= Rp 1.000 Total Biaya pemesanan/ pesan = Rp 4.450 + Rp 1.000= Rp 5.450

(38)

Lampiran 3. Layout stockist PT.KTBR Bogor

R1

R2

R3

R4

R5

R6

R7

Keterangan : Luas Bangunan 60 m2

R1 : Ruang Office & Kasir R2&R4 : Kamar Pegawai R3 : Toilet

R5 : Storage Room (daging) R6 : Tempat Pencucian BB R7 : Storage Room (sayur & selongsong)

(39)

Lampiran 4. EOQ Torbes menggunakan software POM-QM

Lampiran 5. EOQ Daging 4Kg menggunakan Software POM-QM

Lampiran 6. Perhitungan manual biaya total persediaan Perhitungan Manual Biaya Total Persediaan

1. Daging 4 kg

A. Metode EOQ

• Q* = = = 62,11 (62) • Biaya pemesan = S = 5.450 = Rp 86.848,39- • Biaya Penyimpanan = H = 2820 = Rp 87.420,-

Total Cost (TC) = Biaya pemesanan + Biaya penyimpanan + Biaya Produk (PD)

= Rp 86.848,39+ Rp87.420,- + Rp 210.178.800 = Rp 210.353.068,39,-

A. Asumsi Perusahaan (Q*= 15 unit)

• Biaya pemesanan = S = 5.450 = Rp 358.973,33 • Biaya Penyimpanan = H = 2.820 = Rp 21.150,-

(40)

Lanjutan Lampiran 6.

• Total Cost (TC) = Biaya pemesanan + Biaya penyimpanan + PD = Rp 358.973,33 + Rp 21.150+ Rp 210.178.800 = Rp 210.558.923,33

2. Torbes (Tortilla Besar) A. Metode EOQ

• Q* = = = 139,33 (139) • Biaya pemesan = S = 5.450 = Rp 196.944,96- • Biaya Penyimpanan = H = 2820 = Rp 195.990,-

Total Cost (TC) = Biaya pemesanan + Biaya penyimpanan + Biaya Produk (PD)

= Rp 196.944,96 + Rp 195.990,- + Rp 175.805.000 = Rp 176.197.934,96,-

B. Asumsi perusahaan (Q* 150 unit)

• Biaya pemesanan = S = 5.450 = Rp 182.502,3,- • Biaya Penyimpanan = H= 2820 = Rp 211.500,-

Total Cost (TC) = Biaya pemesanan + Biaya penyimpanan + Biaya Produk (PD)

= Rp 182.502,3+ Rp 211.500,- + Rp 175.805.000 = Rp 176.199.002,3,-

 Selisih Daging 4kg berdasarkan asumsi perusahaan dan Metode EOQ = Rp 210.558.923,33 - Rp 210.353.068,39 = Rp 205.854,94,-

 Selisih Torbes berdasarkan asumsi perusahaan dan Metode EOQ = Rp 176.199.002,3 - Rp 176.197.934,96 = Rp 1067,34,-

 Maka Penghematannya

Rp 205.854,94 + Rp 1067,34= Rp 206.922,28

Catatan : Lampiran 4 dan 5 pada Halaman 22

(41)

Lampiran 7. Daftar harga bahan baku Frenchise

(42)

Lampiran 8. Daftar istilah

1. Demand = Permintaan terhadap bahan baku.

2. FIFO (First In First Out) = Metode persediaan bahan baku dengan prinsip yang masuk pertama akan keluar pertama (digunakan lebih pertama).

3. Freezer = Tempat untuk bahan baku bersuhu minus. 4. Frenchise = Suatu sistem pendistribusian barang atau jasa

kepada pelanggan akhir, dimana pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu.

5. KTBR = Kebab Turki Baba Rafi.

6. Make To Order = Sistem produksi berdasarkan permintaan konsumen.

7. Operator = Orang yang melakukan kegiatan produksi pada outlet dan melayani konsumen secara

langsung.

8. Outlet = Toko atau tempat menjual produk KTBR. 9. Standar stock = Persediaan normal yang harus disediakan

Stockist

10. Stockist = Gudang penyimpanan bahan baku.

11. Stock Opname = Menghitung kuantitas jumlah bahan baku yang tersedia

(43)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 04 November 1990, sebagai anak kedua dari Slamet Rahardjo dan Sri Sutarsih. Penulis merupakan lulusan pendidikan Sekolah Dasar Swasta (SDS) Angkasa 03 Jakarta Timur pada tahun 2002, kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 128 Jakarta pada tahun 2005 dan kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas Swasta (SMAS) Angkasa 02 Jakarta Timur. Pada tahun 2008, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Masuk Reguler IPB untuk Program Diploma.

Penulis memperoleh gelar Ahli Madya pada tahun 2011 dari Program Diploma dengan predikat Sangat memuaskan. Pada tahun 2011, penulis melanjutkan pendidikan ke Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM), IPB melalui jalur reguler.

Gambar

Gambar 2. Kerangka penelitian
Gambar 3. Struktur organisasi KTBR  Adapun tugas dari masing 2 divisi, yaitu ;
Gambar 5. Prosedur pembelian bahan baku
Tabel 2. Jenis bahan baku di stockist
+6

Referensi

Dokumen terkait

Võttes arvesse beeta-blokaatoriga saadud häid tulemusi südamepuudulikkuse ravis täis- kasvanutel, kasutasid Buchhorn ja kolleegid keeruliste kaasasündinud südameriketega

Pada masa sebelum kemerdekaan, di Indonesia telah berdiri unit kesatuan sosial yang berkembang pada setiap suku di seluruh wilayah nusantara. Unit kesatuan sosial tersebut,

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan tentang harga pokok pesanan dengan pendekatan full costing sebagai dasar penilaian atas penetapan harga jual

aureus bertahan pada konsentrasi yang tinggi dari zat tersebut, resistensi terhadap. metisilin menyebabkan resi stensi terhadap semua agen β -laktam ,

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah- Nya penelitian ini dapat terselesaikan dengan judul “Analisis Penerimaan Pajak atas UMKM di KPP

(2) Melalui pelaksanaan pembelajaran desain instruksional Project Minerva Model berbasis Contextual Teaching Learning dapat di tingkatkan kompetensi mata kuliah praktik

260 dalam pembelajaran kewirausahaan dan praktik bengkel untuk menghasilkan sebuah karya produktif yang layak jual, (c) Guru dan siswa memberikan respon yang baik terhadap

Dengan demikian, judul yang diambil dalam penelitian ini adalah: “Efektivitas Strategi Pembelajaran TANDUR Berbantuan Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan