• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wewenang untuk mencerdaskan bangsa, hal ini bertujuan untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. memiliki wewenang untuk mencerdaskan bangsa, hal ini bertujuan untuk"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

16 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan di Indonesia menjadi wadah masyarakat dalam menananamkan ilmu pengetahuan dan pendidikan moral sesuai Pancasila. Pendidikan nasional memiliki wewenang untuk mencerdaskan bangsa, hal ini bertujuan untuk menjadikan putra dan putri bangsa Indonesia menjadi penerus cita-cita pahlawan bangsa. Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa,

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan pernyataan tersebut sangat jelas bahwa pendidikan nasional memiliki fungsi sebagai wadah perkembangan potensi peserta didik diantaranya agar menjadi manusia beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Artinya, bahwa pendidikan di Indonesia bertujuan membentuk melahirkan bangsa yang berkarakter dan jauh dari perilaku korupsi.

Upaya penerapan nilai anti korupsi dalam pendidikan sangat dipengaruhi oleh peran sekolah, kompetensi guru dan pengaruh tempat tinggal lingkungan peserta didik. Melalui pendidikan baik formal dan non formal kita menjumpai adanya nilai dan norma dalam setiap pengajaranya. Nilai dan norma tidak lepas dari

(2)

17

tingkah laku manusia, sehingga nilai dan norma akan membawa manusia sebagai pribadi yang berbudi luhur. Kepribadian yang berbudi luhur tersebut sudah mencakup adanya nilai anti korupsi yang tercantum dalam UUD Republik Indonesia 1945.

Berdasarkan pemaparan di atas sudah menjadi tugas pendidikan menjadikan manusia sebagai pribadi yang berbudi luhur, sehingga akan mempengaruhi berhasil atau tidaknya pembangunan nasional yang tujuan utamanya adalah mencegah tindak pidana korupsi, akan tetapi korupsi masih dianggap menjadi budaya yang mendarah daging pada setiap sendi sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, karena korupsi merupakan salah satu kejahatan yang sulit untuk diberantas, Surachim (2010:11) berpendapat bahwa,

Korupsi merupakan salah satu jenis kejahatan yang semakin sulit untuk dijangkau oleh aturan hokum pidana, kerena perbuatan korupsi bermuka majemuk yang memerlukan kemampuan berpikir aparat pemeriksa dan penegak hukum disertai pola perbuatan yang sedemikian rapi. Oleh karena itu, perubahan dan perkembangan hukum merupakan salah satu untuk mengantisipasi korupsi tersebut.

Pernyataan yang dikemukakan oleh ahli di atas dapat diartikan bahwa korupsi adalah salah satu kejahatan yang sulit dimusnahkan karena memiliki banyak jenis dan salah satu kejahatan yang sulit dideteksi aparat hukum dikarenakan pola-pola yang sudah tersusun rapi. Penegak hukum yang berkompeten diharapkan mampu menghentikan dan mengantisipasi tindak pidan korupsi. Di tambah dengan keterangan penelitian terdahulu dari Larasati

(2016:28) bahwa Tindakan korupsi sudah menjadi tradisi atau kebiasaan

dikalangan masyarakat bahkan sudah mendarah daging. Segala bentuk upaya

(3)

18

pemerintah sudah dilaksanakan agar korupsi di Indonesia terselesaikan, dari paparan di atas dapat kita ketahui bahwa pemberantasan korupsi tidak bisa hanya dicegah melalui hukum saja.

Tatanan masyarakat secara umum mengartikan kurupsi sebagai kejahatan yang digolongkan yang pemberantasanya dilakukan secara luar biasa hingga terlahirnya UU Tipikor yang difungsikan sebagai jaminan kepastian hukum dalam UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 2 ayat 1 menyatakan,

Koruptor mendapat hukuman dipidama penjara dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara minimal 4 Tahun dan maksimal 20 Tahun serta denda minimal Rp. 200.000.000 dan maksimal Rp. 1 Miliar.

Berdasarkan Undang-Undang di atas hukuman yang diberikan oleh tindak pidana korupsi masih belum memberikan efek jera, akan tetapi pada kenyataanya permasalahan tentang tindak pidana korupsi dikehidupan sehari-hari masih saja terus terjadi, dalam dibuktikan dengan adanya kasus tindakan korupsi yang merugikan negara lebih dari 100 Miliar dari kasus bank Century hingga dari tahun ketahun sampai yang sedang dalam masa jabatanya sendiri melakukan tindak pidana korupsi beberapa angggota hingga ketua DPR pun menjadi salah satu pelaku tindak pidana korupsi (Andriyanto.Heru,2021).

Sebenarnya masih banyak pelanggaran nilai anti korupsi yang terjadi di Indonesia diantaranya kasus pencurian, pemerintah yang korupsi, dan beberapa kasus ketidakadilan serta kurangnya pertanggung jawaban pemerintah dalam mengayomi masyarakat yang sudah jelas ini sangat bertolak belakang dengan nilai-nilai anti korupsi. Berangkat dari adanya beberapa pemaparan kasus di atas ternyata membuktikan bahwa pemberantasan korupsi secara hukum tidak mencegah

(4)

19

tindakan korupsi secara penuh, sementara itu aparat penegak hukum saja juga tidak mampu memecahkan kejahatan tersebut, maka kita perlu upaya lain dalam upaya mencegah dan mengurangi tindak pidana korupsi yaitu melalui pendidikan, karena melalui pendidikan masyarakat diharapkan mampu membangun bangsa yang bermoral dan berbudaya luhur sehingga mampu mengantisipasi dan melawan terhadap adanya sifat-sifat koruptif.

Beberapa pemaparan di atas menunjukan bahwa tujuan pentingnya penerapan nilai anti korupsi melalui pendidikan didukung oleh pendapat Hassan (2004:8) bahwa pendidikan antikorupsi dilakukan agar memutus rantai kejahatan korupsi sangat tepat, apabila dilakukan di sekolah dan mengupayakan agar sekolah harus bisa memberikan contoh-contoh dan tauladan memiliki sifat anti korupsi.

Berdasarkan pendapat ahli di atas pendidikan antikorupsi bisa di bentuk dan diterapkan melalui peran sekolah dengan adanya mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewargaegaraan (PPKn) sebagai salah satu pendidikan nilai dan moral sebagai upaya menanamkan dan menerapkan nilai anti korupsi terhadap peserta didik, karena Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) memiliki beberapa komponen nilai kepribadian dalam menanamkan nilai anti korupsi salah satunya sesuai peraturan yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang membagikan nilai anti korupsi yang terbagi menjadi 9 komponen nilai karakter anti korupsi diantaranya, kejujuran, kesederhanaan, kemandirian, rasa tanggung jawab, kedisiplinan, keadilan, kepedulian, kerja keras, dan keberanian (Puspito, dkk, 2011:5-81).

(5)

20

Ada pula penelitian terdahulu yang menyebutkan bahwa mengimplementasikan nilai anti korupsi secara praktis melalui adanya kantin kejujuran menurut Riwayati, Hidayah. (2009:30) Pendidikan di Indonesia memiliki peran penting dalam mengembangkan nilai-nilai anti korupsi. Kantin kejujuran menjadi salah satu pilihan bagi siswa dalam belajar memaknai arti kejujuran. Dari pemaparan teori terdahulu tersebut diketahui bahwa kantin kejujuran masih memiliki relevansi untuk implementasi nilai anti korupsi seperti yang sudah dijalankan di SMPN 1 Wates Kabupaten Blitar.

Sembilan nilai anti korupsi tersebut harus diterapkan oleh guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) seperti disalah satu lembaga pendidikan yang saat ini menjadi obyek penelitian kali ini adalah SMPN 1 Wates setelah diobservasi, ternyata telah diadakan penerapan nilai anti korupsi dalam pembelajaran di dalam kelas dan di luar kelas sesuai dengan pendapat Mahammudun (2008:3) yang memberikan tiga hal yang harus diperhatikan dalam membangun pendidikan anti korupsi yaitu, menjadikan pendidikan sebagai media pembentukan karakter, selain menyajikannya dalam bentuk teori ilmu pengetahuan pendidikan antikorupsi harus dikontekstualisasi dengan fenomena sosial yang terjadi di masyarakat, pendidikan antikorupsi harus dijadikan sebagai prinsip kehidupan bernegara.

Berdasarkan paparan di atas, dapat dihubungkan dengan hasil observasi yang telah dilakukan di SMPN 1 Wates, ternyata masih ada juga kasus kenakalan remaja yang berhubungan dengan nilai anti korupsi seperti mencontek, tidak disiplin, membolos, merokok, kurangnya sikap gotong royong, apatis, kurangnya rasa berani dan lain-lain. Hal tersebut sangat jelas membuktikan bahwa penerapan

(6)

21

nilai anti korupsi di sekolah salah satunya di SMPN 1 Wates Kabupaten Blitar belum sepenuhnya berhasil.

Ada pun peneltian terdahulu yang menunjukan bahwa menurut Murdiono (2016:18) implementasi nilai anti korupsi secara teoritis bisa melalui mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) sebagai upaya yang preventif dalam membentuk dan mendidik siswa dalam menanamkan sikap antikorupsi dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) selain itu Pentingnya penerapan nilai anti korupsi di sekolah, selain dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), sehingga upaya implementasi nilai anti korupsi di SMPN 1 Wates Kabupaten Blitar dapat diterapkan melalui pembelajaran luar kelas, yaitu melalui kegiatan wajib pramuka seperti kantin kejujuran, dan kompetesi kepribadian pendidik yang secara tidak langsung dijadikan sebagai tauladan peserta didik dalam menerapkan nilai-nilai anti korupsi. Berdasarkan latar yang telah dipaparkan di atas maka munculah latar belakang mengapa peneliti mengambil judul penelitian “Peran Sekolah dalam Implementasi Nilai-Nilai Anti Korupsi di SMPN I Wates Kabupaten Blitar”.

(7)

22 B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana peran sekolah dalam implementasi nilai-nilai anti korupsi di SMPN I Wates Kabupaten Blitar?

2. Bagaimana kendala dalam implementasi nilai-nilai anti korupsi di SMPN I Wates Kabupaten Blitar?

3. Bagaimana solusi dalam implementasi nilai-nilai anti korupsi di SMPN I Wates Kabupaten Blitar?

C. Fokus Masalah

Fokus masalah dalam penelitian digunakan agar penelitian tetap berjalan pada inti permasalahan sehingga, fokus masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Kegiatan belajar di dalam kelas, adapun penelitian di dalam kelas yang terintegrasi melalui langkah-langkah dalam memaknai nilai-nilai anti korupsi dan menerapkanya terhadap proses belajar mengajar yang dilakukan oleh Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) SMPN 1 Wates sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

2. Kegiatan belajar di luar kelas. Kegiatan pembelajaran diluar kelas yang akan diteliti diantara lain berupa adanya kegiatan wajib pramuka, pembiasaan kantin kejujuran atau Koperasi Siswa (KOPSIS), dan kepribadian Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam memberikan tauladan nilai anti korupsi di sekolah dihadapan peserta didik.

(8)

23 D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana peran sekolah dalam implementasi nilai-nilai anti korupsi di SMPN I Wates Kabupaten Blitar. 2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan apa saja kendala dalam implementasi

nilai-nilai anti korupsi di SMPN I Wates Kabupaten Blitar.

3. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana solusi dalam implementasi nilai-nilai anti korupsi di SMPN I Wates Kabupaten Blitar.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis diharapkan penelitian ini menjadi sumber wawasan lembaga pendidikan Indonesia dalam upaya teoritik sebagai sumber refrensi penerapan nilai-nilai anti korupsi. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pendidik di Indonesia salah satunya guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dalam menererapkan penanaman nilai-nilai anti korupsi terhadap peserta didik.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat Bagi Peneliti

Adapun manfaat bagi peneliti diharapkan penelitian ini menjadi tugas akhir serta analisa penemuan yang baru untuk melengkapi karya ilmiah terdahulu. Melalui penelitian ini diharapkan dapat mengukur kemampuan dalam menganalisis

(9)

24

nilai-nilai anti korupsi, kendala serta solusi dalam menerapan nilai-nilai anti korupsi di sekolah.

b. Manfaat Bagi Sekolah

Melalui penilitian ini diharapkan bermanfaat bagi SMPN I Wates Kabupaten Blitar sebagai salah satu refrensi dan pengetahuan dalam mengimplementasi penerapan nilai-nilai anti korupsi bagi pihak SMPN I Wates Kabupaten Blitar tanpa melupakan norma dan etika yang masih berlaku.

c. Manfaat Bagi Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Adapun manfaat bagi Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah sebagai upaya program studi menambah refrensi untuk memajukan dan mengembangkan proses belajar dan mengajar Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang.

F. Penegasan Istilah 1. Peran Sekolah

Menurut Soekanto (2009:212-213) bahwa “Peranan didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang diharapkan oleh masyarakat dari orang yang menduduki status tertentu. Sejumlah peran disebut sebagai perangkat peran (role-set)”. Maka peran dapat diartikan sebagai suatu proses perilaku yang diinginkan orang lain berdasarkan posisi sosial, baik secara langung maupun tidak langsung akan mempengaruhi tindakan atau perilaku baik secara formal maupun nonformal.

Zainal (2016:47) berpendapat bahwa “peran sekolah merupakan gaya pengembangan, inisiatif, memecahkan masalah, dan mengeksplorasi semua

(10)

25

kemungkian untuk memfasilitasi efektifitas pengajaran guru dan efektivitas pembelajaran peserta didik”. Berdasarkan teori di atas peran sekolah adalah peran yang dilakukan oleh aspek pendidikan untuk efektifnya proses belajar dan mengajar.

2. Implementasi

Terdapat berbagai pendapat para ahli yang mengemukakan tentang pengertian dari implementasi. Hal ini perlu dijelaskan agar pemahaman tentang implementasi dapat pahami dari konsep penelitian terhadap suatu nilai-nilai anti korupsi yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini. Karena implementasi merupakan kegiatan yang penting dari keseluruhan proses perencanaan. Pengertian implementasi tersebut dapat dilihat dalam beberapa pendapat ini. Menurut Mulyadi (2015:12), artinya implementasi mengacu pada tindakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan bersama. Tindakan ini berusaha untuk mengubah keputusan-keputusan tersebut menjadi pola-pola operasional dan keinginan untuk mencapai perubahan perubahan besar atau kecil sebagaimana kesepakatan yang disetjui bersama.

Menurut Taufik dan Isril (2013:136) menyatakan, “bahwa definisi implementasi secara eksplisit mencakup tindakan oleh individu/kelompok privat (swasta) dan publik yang langsung pada pencapaian serangkaian tujuan terus menerus dalam keputusan kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya” dari pemaparan pendapat di atas dapat diartikan bahwa implementasi adalah serangkaian tindakan atau proses untuk mencapai tujuan yang telah disepakati

(11)

26

bersama. Sedangkan, menurut Syahida, (2014:10), “implementasi berarti menyediakan sarana untuk melaksanakan suatu kebijakan dan dapat menimbulkan dampak dan akibat terhadap sesuatu” dari pemaparan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi adalah pelaksanaan kebijakan yang dijadikan sarana dan dapat dijadikan sebagai sebab dan akibat terhadap suatu pencapaian tertentu.

3. Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)

Ma’ruf (2018:19) perbendapat bahwa “Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan atau yang di singkat (PPKn) merupakan mata pelajaran yang sangat penting bagi siswa maupun mahasiswa Indonesia”. Menurut Fauzi dkk (2013:1) ”Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan mata pelajaran yang sarat isi dengan nilai-nilai pancasila untuk membentuk kepribadian”. Berdasarkan beberapa pemaparan pendapat di atas maka Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dapat didefinisikan sebagai mata pelajaran wajib mulai sekolah dasar hingga perguruan tinggi yang mendidik mengenai bagaimana menjadi warga negara yang baik, dan memahami konsep kehidupan bernegara sesuai dengan Pancasila dan UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945.

Menurut Undang-undang No 14 Tahun 2008 tentang Guru dan Dosen menjelaskan “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

(12)

27

pendidikan menengah”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) guru adalah orang yang pekerjaan, mata pencaharian, atau profesinya mengajar.

Menurut Alawiyah (2013:67) “Guru adalah individu yang berhadapan langsung dengan peserta didik di kelas dalam pembelajaran.” Menurut teori ini guru merupakan seseorang atau individu yang berkomunikasi secara langsung dengan peserta didik dalam suasana pembelajarn baik di luar kelas maupun di dalam kelas. Menurut Syaiful (2011:31), guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Kemudian guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak harus di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau atau mushola, di rumah dan sebagainya, sedangkan menurut pendapat di atas guru merupakan individu yang memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik baik di dalam maupun di luar kelas.

Berdasarkan pendapat yang telah dipaparkan maka dapat disimpulkan bahwa pengertian guru adalah manusia yang berjasa sebagai sumber proses belelajar bagi peserta didiknya, guru adalah fasilitator bagi proses pendidikan yang akan memepermudah peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah disepakati.

(13)

28 4. Nilai Anti Korupsi

Menurut Fitri (2012:87) “Nilai adalah prinsip-prinsip sosial, tujuan-tujuan, atau standar yang dipakai atau diterima oleh indivdu, kelas, masyarakat, dan lain-lain. Anti korupsi menurut Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) (2006:31) “Merupakan kebijakan untuk mencegah dan menghilangkan peluang bagi perkembangan korupsi pencegahan yang dimaksud adalah bagaimana meningkatkan kesadaran individu untuk tidak melakukan korupsi dan bagaimana menyelamatkan uang dan aset negara”. Berdasarkan beberapa pemaparan di atas maka nilai anti korupsi dapat diartikan sebagai prinsip-prinsip, atau karakter kepribadian yang memiliki tujuan pencegahan dan bertolak belakang terhadap sifat korupsi.

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak terdiri dari sembilan bagian utama yaitu judul, nama penulis, institusi, email dari penulis, latar belakang, metode, hasil, diskusi, dan kata kunci.. Latar belakang

Pada variabel tingkat stratifikasi sosial tabel pertama ( tabel 3.39), menjelaskan tentang jumlah hewan ternak yang dimiliki responden dari data di

Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan, komunikasi dan latar belakang pendidikan terhadap implementasi akuntansi akrual yang

Dari urain di atas peneliti dapat mengetahui apa saja yang menjadi permasalahan dalam meningkatkan minat di TK Humairah Kutacane Aceh Tenggara, minat yaitu

PERBEDAAN SIKAP KEWIRAUSAHAAN SISWA SMA DAN SMK ( Studi Kasus Pada Siswa Kelas XII IPS SMA Negeri 1 Genteng dan Siswa Kelas XII Akuntansi SMK Muhammadiyah 1 Genteng Tahun

Bila terjadi gangguan atau impedansi kurang pada saluran, maka elemen impedansi kurang (3), dengan fasa yang relevan, dan arus urutan nol akan mengoperasikan elemen waktu atau

Berdasarkan 138 pasien rawat jalan di Puskesmas Rengas Kota Tangerang Selatan yang mendapatkan terapi antasida, PPI dan AH2 periode Januari-April 2019 ditemukan

64 63008 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Dharma Putra Semarang 65 63009 Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Farming Semarang 66 63010 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata Indonesia 67