ABSTRACT
“IMPLEMENTATION OF ISLAMIC CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY ON SPIRITUAL COMPANY OF WAROENG GROUP IN THE PERSPECTIVE OF MAQASID AL-SYARIAH”
Nurul wulandari putri [email protected]
Pembimbing
Dr. Rahmani Timorita Yulianti, M.Ag
The concern of company in responding the social issue is something that must be seriously discussed. The company is required to be able to fulfill its social responsibilities to society – not simply to obtain the optimal profit but also requires the company to be responsible for itself and social environment. Islam highly concerns with the social and environmental benefit in which it has a complete guideline for its followers including the guideline on how a business is run. This research aims to describe the management of Islamic Cooperate Social Responsibility on the Spiritual Company Waroeng Group in the perspective of Al-Maqasah Al Syaria.
This is a descriptive- qualitative research using the approach of fenomenalogi aimed to describe the realty on the management of Islamic Cooperate Social Responsibility that later was analyzed or measured by means of a number of theories relevant with the issues concerned. In addition, this research used the analysis of Maqasid Al-Syariah to observe how urgency is prioritized by company in management of Islamic Corporate Social Responsibility in the Spiritual Company Waroeng Group Company as a scale of Falah fiddunya wa Akhirat.
Based on the result of this research, it can be found that the management of Islamic Corporate Social Responsibility conducted by Spiritual Company Waroeng Group is not optimally implemented yet from the regulation. It was also in how the principles of management of Islamic Corporate Social Responsibility were conducted
properly. On the other hand, for the implementation of the principles of Maqasid Al-Syariah in the management of Islamic Corporate Social Responsibility conducted by Spiritual Company Waroeng Group recently has been done by concerning with its urgency. Of those five basic principles of Maqasid Al-Syariah: Heredity Protection, brain, pride and soul, religion and wealth, it was only three principles that have been implemented optimally including protection towards brain, religion and wealth; while, for the protection on the heredity, pride and soul, they were not totally done.
Keywords: Islamic Corporate Social Responsibility, Spiritual Company, Maqasid Al-Syariah
I. PENDAHULUAN
Perusahaan pada umumnya didirikan dengan tujuan untuk dapat menghasilkan keuntungan secara optimal dengan mencari peluang untuk dapat melakukan sesuatu yang memberikan nilai tambah. Hal ini dapat terjadi manakala perusahaan masih menjalankan prinsip kapitalis dalam setiap aktivitasnya, yaitu mencapai keuntungan maksimal dengan biaya seminimal mungkin dengan menghalalkan segala cara, sehingga akan berdampak negatif yang akan ditimbulkannya. Maka masyarakat menginginkan agar dampak negatif ini dapat dikendalikan, sehingga dampak negatif yang ditimbulkan dapat diminimalisir.
Bagi perusahaan yang memiliki dasar bahwa tanggung jawab sosial adalah berdampak positif kepada pencitraan perusahaan, maka program tanggung jawab sosial merupakan salah satu sarana investasi bagi perusahaan
March 5, 2018 TRANSLATOR STATEMENT
The information appearing herein has been translated by a Center for International Language and Cultural Studies of Islamic University of Indonesia
CILACS UII Jl. DEMANGAN BARU NO 24 YOGYAKARTA, INDONESIA.
untuk perkembangan perusahaan dan tidak lagi dilihat sebagai sarana biaya melainkan sebagai sarana meraih keuntungan tersendiri. Salah satu contoh perusahaan yang belum menerapkan prinsip CSR dan mengalami banyak kendala dalam operasionalnya adalah PT Caltex Pacific Indonesia di Propinsi Riau Sumatra, perusahaan asal Amerika Serikat mendapatkan tuntutan dari masyarakat pada November 2010, yakni tuntutan mendapatkan ganti rugi, pekerjaan dan pembagian keuntungan perusahaan.1
Sedangkan perusahaan yang sudah menerapkan prinsip CSR namun dalam operasionalnya masih banyak kendala yakni PT Freeport merupakan contoh kegagalan program CSR. Sebab, kendati PT Freeport telah memasukkan program pengembangan masyarakat dalam kontraknya. Freeport sendiri sudah menyisihkan beberapa persen dari penerimaannya, sampai jutaan dolar per tahun untuk CSR. PT Freeport menganggap pembayaran itu hanya pemenuhan kewajiban saja. Meskipun perusahaan tambang asal Amerika Serikat (AS) itu mengeluarkan jutaan dolar untuk program CSR setiap tahunnya, tetapi keuntungan yang mereka peroleh jauh lebih besar sehingga program ini belum diprioritaskan. Artinya perusahaan belum benar-benar memperhatikan kepentingan stakeholder seperti masyarakat Papua, belum memperhatikan keseimbangan lingkungan sekitarnya, dan terkesan hanya menjadikan pelaksanaan CSR untuk kepentingan kegiatan perusahaan.2
Hal ini muncul sebuah pertanyaan mengapa perusahaan yang tidak menerapkan CSR dan perusahaan yang sudah menerapkan prinsip CSR namun tetap memiliki kendala operasionalnya. Islam memiliki pedoman yang lengkap untuk umatnya dalam menjalankan hidup, termasuk pedoman bagaimana sebuah bisnis dijalankan tanpa menjauhkannya dari etika, karena
1 Anty Nudianti Imani, 2013, pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage terhadap
tingkat pengungkapan tangungjawab perusahaan, (jurnal edusentris UPI), diunduh pada 10 maret
2017 pukul 14.06.
2 Firmansyah, Analisis Peranan Etika Bisnis Terhadap Corporate Sosial Responsibility (Csr)
Pada Pt. Freeport Indonesia, jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Universitas Brawijaya, diunduh pada 10
dalam Islam etika dan bisnis merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Islam sangat menyambut baik kegiatan CSR ini, pelaku ekonomi dalam Islam bertanggung jawab untuk memperhatikan masyarakat dan lingkungan sekitar. Kegiatan sosial perlu satu konsep dalam Islam, sehingga satu tujuan dengan tujuan ekonomi Islam itu sendiri.
Islamic CSR adalah tanggung jawab sosial yang perpedoman kepada praktik bisnis yang memiliki tanggung jawab sosial secara Islami, perusahaan memasukkan norma-norma agama Islam dalam segala aktivitasnya yang ditandai oleh adanya komitmen ketulusan dalam menjaga kontrak sosial dalam bisnisnya3. Dengan begitu, praktik bisnis dalam Islamic CSR mencakup serangkaian kegiatan bisnis dalam berbagai bentuknya. Meskipun tidak dibatasi terkait jumlah kepemilikan terhadap barang, jasa serta profitnya, namun cara-cara memperolehnya serta pendayagunaan terhadap harta dibatasi oleh aturan halal dan haram sesuai dengan prinsip syariah yang mempertimbangan pada konsep maqāşid al-syari‟ah agar tidak menyalahi aturan Islamic CSR terutama yag berkaitan kepatuhan syari‟ah.4
Salah satu contoh bisnis yang menggunakan konsep spiritual company dalam menjalankan aktivitas bisnisnya adalah Spiritual Company Waroeng Group. Spiritual Company Waroeng Group muncul dan didirikan oleh Bapak Jodi Brotosuseno selaku pemilik perusahaan serta Ustad Yusuf Mansur sejak 2010 sebagai pembimbing Agama. Spiritual Company Waroeng Group dalam hal ini adalah hijrahnya konsep bisnis konvesional kepada konsep bisnis yang bertujuan kepada akhirat, moralitas, nurani, serta jangka panjang. Spiritual Company Waroeng Group sebagian besar bergerak di bidang kuliner seperti
3
Wijono, Sutarto. Psikologi Industri & Organisasi.(Cetakan pertama. Jakarta: Kencana Prenad Media Group 2010). hlm 101.
4 M.B. Hendrie Anto dan Dwi Retno Astuti, Persepsi Stakeholder Terhadap Pelaksanaan
Corporate Social Responsibility Kasus Pada Bank Syariah di DIY, (Jurnal Sinergi FE UII: Kajian
Waroeng Steak and Shake, Bebek Goreng H. Slamet, the penyeters, waroeng ayam kampung dan the icon untuk usaha yang lain seperti Soccer Futsal.
CSR yang dilakukan oleh Spiritual Company Waroeng Group sudah banyak dilakukan, adapun aksi sosial yang dilakukannya seperti membantu korban paska erupsi gunung merapi 2010, membantu paska erupsi gunung sinabung dsb.5 Spiritual Company Waroeng Group telah memiliki lebih dari 75 outlet (gerai) yang tersebar dibeberapa kota di Indonesia. Saat ini Spiritual Company Waroeng Group telah dapat memperkerjakan lebih dari 1.200 karyawan sebagai komitmen perusahaan untuk mendukung program Pemerintah dalam mengentaskan pengangguran serta mensejahterakan masyarakat.
Namun dalam hal ini banyak perusahaan yang melebelkan dirinya sesuai dengan prinsip syariah namun hanya digunakan sebagai brand image, dan tidak secara sungguh-sungguh menerapkan prinsip syariah yang sesuai. Seperti halnya label halal dan iklan pangan tidak menjadikan sertifikasi dan labelisasi halal sebuah bentuk kewajiaban bagi pelaku usaha, tetapi bersifat sukarela, maka sertifikasi kehalalan dan lebelisasi syariah dapat dikatakan belum mempunyai legitimasi hukum yang kuat.6 Maka dari itu jangan sampai lebel syariah hanya di jadikan brand image saja bagi sebagaian individu maupun kelompok, namun kesyariahan itu harus di buktikan dengan amalan-amalan yang dilakukan dari berbagai elemen, maka dari itu perlu adanya penelitian lebih mendalam untuk melihat kembali bagaimana prinsip spiritual company ini dapat berjalan sesuai dengan kaidah syaiah yang berlandaskan Maqashid al Syaiah.
Dari latar belakang masalah diatas maka penyusun akan membahas dan melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Penerapan Islamic
5http://www.spiritual-company.com/, padahari Jumat, tanggal 30 desember 2016, jam14.33 WIB. 6 Hasan sofyan, Kepastian hukum sertifikasi dan lebelisasi halal produk pangan, jurnal Simbur
Corporate Social Responsibility Pada Spiritual Company Waroeng Group Perspektif Maqasid Al-Syariah”
II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan umum Corporate Social Responsibility (CSR) a. Pengertian Corporate Social Responsibility
CSR (Corporate Sosial Responcibility) atau yang biasa disebut tanggung jawab sosial perusahaan merupakan kewajiban dari sebuah organisasi untuk melindungi dan memberi bantuan kepada masyarakat dimana perusahaan tersebut berada.7 Dari beberapa definisi ini dapat ditarik kesimpulan, bahwa CSR pada dasarnya adalah kegiatan bisnis dari perusahaan untuk melaksanakan tanggung jawabnya kepada masyarakat sekitar perusahaannya beroperasi.
Sedangkan, Islamic CSR adalah CSR yang mana mengacu pada praktik bisnis yang memiliki tanggung jawab etis secara Islami, perusahaan memasukkan norma-norma agama Islam yang ditandai oleh adanya komitmen ketulusan dalam menjaga kontrak sosial dalam bisnisnya.8 Dengan begitu, praktik bisnis dalam kerangka Islamic CSR membahas serangkaian kegiatan bisnis dalam berbagai bentuknya. Meskipun tidak dibatasi jumlah kepemilikan terhadap barang, jasa serta profitnya, namun cara-cara dalam memperolehnya dan pendayagunaan hartanya dibatasi oleh aturan halal dan haram sesuai dengan syariah.
b. Dasar Hukum Corporate Social Responsibility 1) Dasar Al-Qur‟an
Qs. Al-baqarah (2) : 205 Qs. Al-baqarah (2) : 30
7Barney dan Griffin dalam Rafik Issa Beekum, Etika bisnis Islami, (Yogyakarta: PustakaPelajar,
2004),hlm. 63
8 Suharto, Edi, CSR&COMDEV Investasi kreatif perusahaan di era globalisasi. (Bandung:
Qs. Al-hujaraat (49) : 10
2) Dasar Undang-Undang
Undang-Undang No.40 Tahun 2007 Undang-Undang No.25 Tahun 2007
2. Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Perspektif Islam
Konsep CSR dalam perspektif Islam lebih menjurus kepada pendekatan rohani. Pandangan bersifat rohani adalah berdasarkan dari ajaran Al-Quran dan Sunnah. Ide mengenai tanggung jawab sosial ini terkandung dalam ikatan kerohanian (religious bond). Ikatan kerohanian ini mengambarkan komitmen terhadap standar moral dan juga norma-norma sosial dengan berasaskan kepada Syariah. Ini karena dalam Islam matmalat yang ingin dicapai bukan tertumpu kepada keperluan material saja, tetapi merangkumi konsep kesejahteraan hidup manusia yang menekankan konsep persaudaraan dan keadilan sosio-ekonomi, dan spiritual bagi setiap insan.9
Program CSR dalam Islam harus bersesuaian dengan maslahah dan maqasid Shari‟ah, mewajibkan untuk mengutamakan kepentingan al-dharuriyyah lebih dahulu, dilanjutkan pada kepentingan al-hajiyyah dan yang terakhir al-tahsiniyyah.10 Walaupun dalam pencapaian ketiga kepentingan ini bukanlah sesuatu yang berlaku secara berurutan dan ketat, tetapi pencapaian ketiga piramida maslahah ini menjadi petunjuk bagi pengelola perusahaan dalam memutuskan program CSR yang tepat guna dan tepat sasaran.11
CSR dalam perspektif Islam merupakan perbuatan inhern dari ajaran islam itu sendiri. Tujuan dari syariat Islam adalah maslahah, sehingga bisnis merupakan upaya dalam menciptakan maslahah, bukan sekedar mencari
9 Wahyuddin, Islamic Corporate Sosial Responsibility (ICSR); Kajian Teoritis, (Jurnal EBIS
IAIN Langsa, 2016). hlm 45
10Ibid, hlm 47 11
keuntungan semata.12 Bisnis dalam Islam memiliki posisi sangat mulia sekaligus strategis karena tidak sekedar diperbolehkan di dalam Islam
Islam mempunyai prinsip pertanggungjawaban dalam segala bentuk dan ruang lingkupnya, antara jiwa dan raga, antara individu dan keluarga, antara individu dan sosial, dan antara suatu masyarakat dengan masyarakat yang lain.Tanggung jawab sosial tertujukepada kewajiban-kewajiban sebuah perusahaan untuk melindungi dan memberi kontribusi kepada masyarakat sekitar perusahaan. Sebuah perusahaan mengemban tanggung jawab sosial dalam tiga domain, sebagai berikut:
a. Pelaku-pelaku Organisasi
1) Hubungan Perusahaan dengan Pekerja
a) Keputusan Perekrutan, Promosi, bagi pekerja. 13 b) Upah yang adil14
c) Penghargaan terhadap keyakinan pekerja15 d) Hak Pribadi16
2) Hubungan Pekerja dengan Perusahaan
3) Hubungan Perusahaan dan Pelaku Usaha Lain a) Distributor
b) Pembeli atau Konsumen c) Pesaing
b. Lingkungan Alam
c. Kesejahteraan Sosial Masyarakat
Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Islam secara rinci harus memenuhi beberapa unsur yang
12 M.B. Hendrie Anto dan Dwi Retno Astuti, 2008, Persepsi Stakeholder Terhadap Pelaksanaan
Corporate Social Responsibility Kasus Pada Bank Syariah di DIY, Sinergi: Kajian Bisnis dan
Manajemen, Vol. 10 No.1.
13Rafik Isa Beekhun,Etika Bisnis Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm 64. hlm 64 14
Ibid hlm 65
15
Ibid hlm 65
menjadikannya ruh sehingga dapat membedakan CSR dalam perspektif Islam dengan CSR secara universal yaitu:17
1) Al-Adl
Islam telah mengharamkan setiap hubungan bisnis atau usaha yang mengandung kezaliman dan mewajibkan terpenuhinya keadilan yang teraplikasikan dalam hubungan usaha dan kontrak-kontrak serta pejanjian bisnis.18
2) Al-Ihsan
Ihsan adalah melakukan perbuatan baik, tanpa adanya kewajiban tertentu untuk melakukan hal tersebut. Ihsan adalah beauty dan perfection dalam sistem sosial. Bisnis yang dilandasi unsur ihsan dimaksudkan sebagai proses niat, sikap dan perilaku yang baik, transaksi yang baik, serta berupaya memberikan keuntungan lebih kepada stakeholders.19
3) Manfaat
Konsep ihsan yang telah di jelaskan di atas seharusnya memenuhi unsur manfaat bagi kesejahteran masyarakat (internal maupun eksternal perusahaan). Pada dasarnya, memberikan manfaat terkait operasional yang bergerak dalam bidang jasa yaitu jasa penyimpanan, pembiayaan dan produk atau fasilitas lain yang sangat dibutuhkan masyarakat. Konsep manfaat dalam Corporate
Social Responsibility (CSR), lebih dari aktivitas ekonomi.20
4) Amanah
Prinsip Amanah dalam hal ini dapat dilakukan dalam bentuk pelaporan dan transparan yang jujur kepada yang berhak, serta
17 Muhammad Djakfar, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam, (Malang: UIN Malang Press,2007),
hlm. 45 18 Ibid. 19 Ibid., hlm 47. 20Ibid., hlm 48.
amanah dalam pembayaran pajak, pembayaran karyawan, dll. Amanah dalam skala makro dapat direalisasikan dengan melaksanakan perbaikan sosial serta menjaga keseimbangan lingkungan.21
3. Prinsip, Kriteria dan Instrumen Islamic Corporate Social Responsibility
Tanggung jawab perusahaanternyata selaras dengan pandangan Islam tentang manusia sehubungan dengan dirinya sendiri dan lingkungan sosial, dapat dipresentasikan dengan empat aksioma yaitu kesatuan (tauhid), keseimbangan (equilibrum), kehendak bebas (free will) dan tanggung jawab (responsibility). Meskipun, masing-masing aksioma ini dijabarkan secara beragam dalam sejarah manusia, tapi suatu konsesus yang luas telah berkembang pada masa kita sendiri tentang makna komulatifnya bagi perspektif sosial ekonomi muslim.22
a. Keesaan (Tauhid)
Hubungan ini dipengaruhi oleh penyerahan tanpa syarat manusia dihadapan-Nya, dengan menjadikan keinginan, ambisi, serta perbuatannya tunduk pada perintah-Nya. Ketundukkan manusia pada Tuhan membantu manusia merealisasikan potensi teomorfiknya, juga membebaskannya dari perbudakan manusia.23
b. Keseimbangan/Kesejajaran (al-Adl wa al-ihsan)
Berkaitan dengan konsep kesatuan, dua konsep Islam al Adl dan al Ihsan menunjukkan suatu keadaan keseimbangan/ kesejahteraan sosial. Prinsip keseimbangan/ kesejajaran merupakan nilai etik fundamental, yang merangkum sebagian besar ajaran etik Islam, yakni: diinginkannya pemerataan kekayaan dan pendapatan, keharusab membantu orang yang miskin dan membutuhkan, keharusab membuat
21Ibid., hlm 48. 22
Syed Nawab Haider Naqvi, Menggagas Ilmu Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hlm 37.
penyesuaian dalam spectrum hubungan-hubungan distribusi, produksi, konsumsi dan sebagainya.24
c. Kehendak bebas (ikhtiyar)
Dalam pandangan Islam manusia terlahir memiliki “kehendak bebas”, yakni dengan potensi menentukan pilihan diantara pilihan-pilihan yang beragam. Karena kebebasan manusia tak dobatasi dan bersifat voluntaris, maka dia juga memiliki kebebasan untuk mengambil pilihan yang salah.25
d. Tanggungjawab (fardh)26
Erat kaitannya dengan kehendak bebas adalah aksioma tanggungjawab. Islam menaruh penekanan yang besar pada konsep tanggungjwab; tetapi ini bukan berarti kurang memperhatikan kebebasan individu. Justru Islam berusaha menetapkan keseimbangan yang tepat di atas keduanya. Konsepsi tanggungjawab dalam Islam secara komprehensif ditentukan. Ada dua aspej fundamental dari konsep ini yang harus dicatat sejak awal.
4. Spiritual Company
Spiritual adalah energi utama penggerak institusi bisnis meraih sukses.27 Spiritualitas mampu menghasilkan 5 nilai, yaitu: integritas atau kejujuran, energi atau semangat, inspirasi atau ide dan inisiatif, wisdom atau bijaksana, serta berani dalam mengambil keputusan.28 Lima nilai tersebut menjadi akar fundamental dari kerier kerja yang sehat, bergairah, dang langgeng. Kebenaran melahirkan kepercayaan dan komunikasi yang jujur; kebajikan mendorong kualitas hasil kerja yang tinggi; perdamaian menopang keputusan yang kreatif dan bijak; cinta menghasilkan pelayanan dan 24 Ibid, hlm 42 25Ibid, hlm 41. 26 Ibid, hlm 46-49. 27
Ginanjar Ary, Spiritual Company, (Depok, Arga Publishing, 2016) hlm 25.
kepedulian kebaikan orang lain; antikekerasan menguatkan kolaborasi sama-sama menang. 29
a. Paradigma Spiritual Company30
Paradigma menurut Thumas S. Khun adalah konstruk berfikir yang mampu menjadi wacana untuk temuan ilmiah berdasarkan pencapaian (hasil-hasil) ilmiah yang diakui secara universal untuk suatu masa tertentu menawarkan model, masalah dan solusi kepada komunitas pemraktek. Paradigm ditentukan maka interpretasi data merupakan pokok kegiatan yang mengekslorasi.
b. Pengertian Spiritual Company31
1) Bisnis
Praktek bisnis yang lebih mementingkan duniawi saja, hanya ingin memperoleh kekayaan mengikuti model kapitalisme, mencari keuntungan yang bersifat semua, dan mengikuti trend gaya hidup. 2) Spiritual
Bisnis menggunakan nilai spiritual berorientasi pada tujuan akhirat, lebih menanamkan moralitas serta melahirkan kedamaian, mengikuti suara hati nurani yang sejati, dan keberlangsungan bisnis dalam jangka panjang.
Berdasarkan dua paradigma yang dijelaskan diatas, maka kemudian membentuk adanya analisis maupun berbagai menejemen perusahaan serta harmonisasi kesejahteraan bagi seluruh karyawannya. Pandangan tersebut dilihat dari segi individu maupun komunitas di sekitar peusahaan yang hingga akhirnya membentuk spiritual company.
29Ibid,hlm 23-24 30
Thoman S. Khun, peran paradigm dalam revolusi sains,( terj. Tjun surjaman, bandung: PT. Remaja rosdakarya, 1993), hlm 119.
c. Pola Hubungan 4.0 (Four Point O) Dalam Spiritual Company32
Pola hubungan 4.0 ( four point o) atau hubungan tetradik yang terjadi adalah antara produsen, konsumen dan local wisdom (kearifan local), dan nilai-nilai spiritualitas. Seorang komunikator harus mampu mewujudkan nilai-nilai tetradik kepada para komunikan khususnya dan komunitas pada umumnya. Nilai-nilai tersebut adalah mencerahkan (enlightening), mendidik (educating), memberdayakan (empowering), dan menggerakkan (moving on).
5. Implikasi Maqasid Al Syariah dalam CSR a. Dimensi-dimensi Maqasid
Maqasid hukum Islam diklasifikasikan dengan berbagai cara, berdasarkan sejumlah dimensi. Berikut beberapa dimensi tersebut: 1) Tingakatan-tingakatan keniscayaan, yang merupakan klasifikasi
tradisional.
2) Jangkauan tujuan hukum untuk menggapai Maqasid. 3) Jangkauan orang yang tercangkup dalam Maqasid.
4) Tingkatan keumuman Maqasid, atau sejauh mana Maqasid itu mencerminkan keseluruhan Nas.33
Klasifikasi tradisional membagi Maqasid menjadi tiga: tingkatan keniscayaan(level of necessity), yaitu: kenisyaaan atau dadruriat (daruriyyat), kebutuhan atau hajiat (hajiyyat), kelengkapan (tahsiniyyat). Daruriat terbagi menjadi perlindungan agama (hifz al-din), perlindungan harta (hifz al-mal), perlindungan akal (hifz al-aql) dan perlindungan keturunan (hifzul al-Nasl). Beberapa pakar Usul Fikih
32 Riyanto, waryani fajar, komunikasi Islam (1) perspektif integrasi Interkoneksi, (Yogyakarta:
galuh patria, 2012), hlm 197
33
Jasser Auda, Membumikan Hukm Islam Melalui Maqasid Syariah, (Bandung: PT mizan Pustaka, 2015),, hlm 32
menambahkan perlindungan kehormatan (hifz al-ird) di samping kelima keniscayaan yang sangat terkenal di atas.34
b. Dari „Penjagaan‟ dan „Perlindungan‟ Menuju „Pengembangan‟ dan „Hak-Hak Asasi‟
Menurut para fakih terdapat bahasan dalam tradisional, yang menyatakan bahwa hifzun-nasli (perlindungan keturunan) adalah salah satu keniscayaan yang menjadi tujuan hukum Islam „hukum bagi tindakan melanggar kesusilaan‟. Serta dimulai pada abad ke 20M para penulis Maqasid mulai mengembangkan „perlindungan keturunan‟ menjadi teori berorientasi keluarga dan nilai-nilai moral dalam hukum Islam.35
Sama halnya, hifzul-aqli (perlindungan akal), maka para fakih mulai memperluas ruang lingkup hifzul-aqli (perlindungan akal)yang hingga akhir-akhir ini masih terbatas pada maksud larangan minum-minuman keras dalam Islam, sekarang sudah berkembang dengan memasukkan „pengembangan pikiran ilmiah‟, „perjalanan menunut ilmu‟, „melawan mentalitas taklid‟, dan „mencegah mengalirnya tenaga ahli keluar negeri‟.36
c. Pembangunan Sumber Daya Manusia Sebagai Maqasid
Pembangunan SDM (Sumber daya manusia) agar menjadi salah satu tema utama bagi kemaslahatan publik pada zaman kita sekarang. Kemaslahatan publik pengembangan SDM seharusnya menajdi salah satu tujuan pokok (Maqasid) Syariah, yang direalisasi melalui hukum Islam. Dengan mengadopsi konsep pengembangan SDM, realisasi Maqasid dapat diukur secara empiris dengan mengambil manfaat dari
34 Ibid, hlm 33 35 Ibid, hlm 56 36Ibid, hlm 57
target-target pembangunan SDM versi PBB, sesuai dengan standar ilmiah saat ini dan dirujukan kepada Maqasid Syariah yang lain.37
III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dijelaskan dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif. Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yaitu pengamatan secara langsung ke objek yang diteliti guna mendapatkan data yang relevan dengan metode penelitian kuantitatif. Studi dokumentasi tersebut merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian dalam rangka memperoleh informasi terkait objek penelitian. Dalam studi dokumentasi, peneliti melakukan penelusuran data historis objek penelitian serta melihat sejauhmana proses yang berjalan telah terdokumentasikan dengan baik..
Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif dimana penulis berupaya menjelaskan dasar-dasar filosofis dari penerapan Islamic CSR secara umum pada sebuah instansi, dan melihat Islamic CSR dari sudut pandang Maqasid Al Syariah.
Adapun lokasi penelitian di Spriritual Sompany Waroeng Group Yogyakarta pada bidang Pengembangan Insani yang berdiri sejak tahun 2010, Jalan Ganesha II No.16, Muja Muju, Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55165, Indonesia.
Teknik penentuan informan menggunakan Pemilihan informan sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah berdasarkan pada asas subyek yang menguasai permasalahan, memiliki data, dan bersedia memberikan informasi lengkap dan akurat. Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling atau sampling bertujuan, purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu
tentang yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial yang diteliti.38
Sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan Interview atau wawancara dipandang sebagai metode pengumpulan data dengan tanya-jawab sepihak, yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian. Pada umumnya dua orang atau lebih hadir secara fisik dalam proses tanyajawab, dan masing-masing pihak dapat menggunakan saluran-saluran komunikasi secara wajar. Teknik wawancara, yaitu cara yang dipergunakan seseorang dalam melakukan penelitian, untuk mendapatkan keterangan secara lisan dari responden, dengan berdialog dengan face to face terhadap orang lain.39
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Spiritual Company Waroeng Group dalam menyalurkan CSR-nya Sebagaimana diamanahkan oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, dalam Pasal 15 (b) antara lain disebutkan bahwa : “Setiap penanaman modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan”. Sedangkan Menurut Ust. Syamsuri, walaupun ada dan tidak adanya Undang-Undang dari pemerintah tersebut. Karena etika bisnis kepada masyarakat juga sudah diajarkan dalam syariat Islam, maka sebagai seorang muslim harus menjaga satu sama lain. Semua hal harus didasari niat, karena Spiritual Company Waroeng Group ingin menjalankan
38
Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,(Bandung: Alfabeta, 2012),hlm.218-219
syariat Islam, maka pelaksanaan tanggungjawab sosial ini bukan hanya dijadikan kewajiban dari pemerintah saja, namun dilakukan dengan hati.40
Penerapan Islamic Corporate Social Responsibility kepada masyarakat dalam hal ini menggunakan studi wawancara dan dokumentasi dimana penulis melihat bagaimana bentuk pengelolaan program Islamic Corporate Social Responsibility kepada masyarakat yang terjadi dengan memperhatikan tingkat Maqashid Al-Syariah, sebagai berikut:
a. Daruriyat
Pada pengelolaan program Islamic Corporate Social Responsibility pada Spiritual Company Waroeng Group bahwa lebih mendahulukan penyaluran pada kepentingan yang sangat utama atau mendesak. Sebagaimana dari hasil wawancara bahwa perusahaan lebih aktif pada kegiatan bencana alam yang sangat mendesak untuk mendapatkan pertolongan diluar dari program-program yang sudah ada sebelumnya. 41
Adapun bentuk program yang menjadi prioritas perusahaan yang tidak memiliki jadwal tertentu adalah Bantuan bencana alam, Bantuan masyarakat yang sedang sakit. Sedangkan untuk program prioritas dengan jadwal yang sudah ditentukan perusahaan adalah Bantuan bersama lembaga PKPU, ACT, peduli umat dan rumah zakat. Berbedanya dengan program
40 Wawancara dengan penganggung jawab spiritual company Ust. Syamsuri, pada tanggal 19 Mei
2017.
41
Wawancara dengan penganggung jawab spiritual company Ust. Syamsuri, pada tanggal 19 Mei 2017.
yang tidak memiliki jadwal pasti adalah perusahaan melimpahkan penyaluran dana Corporate Social Responsibility kepada lembaga yang dipercaya.
Pengajian rutin yang dilakukan bersama dengan warga sekitar outlet sebulan sekali juga termasuk dalam kebutuhan daruriyat karena dalam hal ini kebutuhan akan keilmuan agama sangat ditekankan oleh perusahaan. Serta program rutin yang dilakukan oleh perusahaan yang termasuk dalam golongan daruriyat adalah program desa binaan, karena dalam hal ini desa binaan salah satu bentuk penjagaan terhadap harta dan agama.
b. Hajiyyat
Tingkat yang kedua adalah hajiyyat, pada tingkatan ini perusahaan lebih kepada program luar yang tidak melibatkan perusahaan secara langsung, yakni dengan program bantuan dana proposal yang diajukan kepada perusahaan oleh instansi atau masyarakat sekitar.
c. Tahsiniyat
Untuk tingkatan yang terakhir tahsiniyat, perusahaan sangat amat jarang melirik pada tingkatan ini. Karenanya sampai saat ini program masyarakat dengan tingkatan ini belum menjadi prioritas perusahaan.
Sebagaimana di jelaskan di atas maka dapat dilihat bahwasanya perusahann Spiritual Company Waroeng Group mendahulukan tingkat Daruriyat (keniscayaan) dengan program sasarannya fokus pada pemeliharaan Harta, Agama, dan Akal.
Perusahaan memperhatikan Maqasid hukum Islam dengan klasifikasi berdasarkan sejumlah dimensi. Berikut beberapa dimensi tersebut:
1) Tingakatan-tingakatan keniscayaan, yang merupakan klasifikasi tradisional.
2) Jangkauan tujuan hukum untuk menggapai Maqasid. 3) Jangkauan orang yang tercangkup dalam Maqasid.
4) Tingkatan keumuman Maqasid, atau sejauh mana Maqasid itu mencerminkan keseluruhan Nas.42
V. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dari penelitian ini mengacu pada rumusan masalah, tujuan penelitian, serta hasil penelitian dan analisis, maka penulis menarik kesimpulan bahwa :
1. Penerapan Islamic CSR nya spiritual company waroeng group memeiliki beberapa domain dalam mengemban tanggung jawab sosial sebagai berikut:
Berdasarkan hasil dari penelitian dapat diketahui bahwa dalam pengelolaan Islamic Corporate Social Responsibility yang dilakukan oleh Spiritual Company Waroeng Group secara keseluruhan belum dilaksanakan secara maksimal dari perundang-undangan, dan juga bagaimana prinsip pengelolaan Islamic Corporate Social Responsibility yang semestinya.
Untuk Penerapan Islamic CSR yang sudah dilakukan dengan baik oleh Spiritual Company Waroeng Group, yaitu pertama; dari segi:Keputusan Perekrutan, kedua; Penghargaan terhadap keyakinan pekerja dan hak pribadi, ketiga; Pemberian edukasi
42
Jasser Auda, Membumikan Hukm Islam Melalui Maqasid Syariah, (Bandung: PT mizan Pustaka, 2015), hlm 32
terhadap karyawan, keempat; Hubungan pekerja dengan perusahaan dengan presentase 12% memiliki hubungan yang baik sekali, 70% baik, 18% kurang baik,
kelima; Hubungan perusahaan dengan pelaku usaha lain, keenam; Lingkungan alam, ketujuh; Kesejahteraan sosial karyawan dan masyarakat untuk berlaku Adl,
Al-Ihsan dan bermanfaat..
Sedangkan Penerapan Islamic CSR yang belum dilakukan dengan baik oleh Spiritual Company Waroeng Group, yaitu pertama; Amanah karena Bentuk transparansi Corporate Sosial Responsibility pada Spiritual Company Waroeng Group belum memiliki laporan eksternal, hanya memiliki laporan internal saja. Maka dalam hal ini bentuk amanah yang dilakukan dengan transparansi pelaporan secara rutin yang di lakukan oleh Spiritual Company Wroeng Group belum didapatkan.,
kedua; pemberian upah yang belum adil
2. Manfaat Islamic Corporate Social Responsibility Pada Spiritual Company Waroeng Group Terhadap Masyarakat Dalam Perspektif Maqashid Al-Syariah
Manfaat adanya Islamic Corporate Social Responsibility bagi perusahaan Spiritual Company Waroeng Group memiliki dua manfaat secara umum yaitu dari sisi internal dan eksternal. Yang keduanya sama-sama memiliki manfaat yang baik bagi perusahaan maupun luaran perusahaan.
Sedangkan untuk penerapan prinsip-prinsip Maqashid Al-Syariah pada pengelolaan Islamic Corporate Social Responsibility yang dilakukan oleh Spiritual Company Waroeng Group selama ini sudah dilaksanakan dengan memperhatikan keurgensiannya. Dari kelima prinsip dasar Maqasid Al-Syariah yakni perlindungan keturunan, akal, kehormatan dan jiwa, agama dan harta. hanya tiga prinsip yang dilaksanakan secara utuh yakni perlindungan terhadap akal, agama dan harta. Sedangkan untuk perlindungan terhadap keturunan, kehormatan dan jiwa belum dilaksanakan secara utuh
DAFTAR PUSTAKA
Chairul Hadi, 2016, “Corporate Social Responsibility dan Zakat Perusahaan dalam Perspektif Hukum Ekonomi Islam”. Ahkam Jurnal Ilmu Syariah UIN JKT Vol XVI No. 2, Juli.
Abdul Kohar irwanto, prabowo, 2010, “kajian efektivitas program corporate social responsibility (csr) yayasan unilever Indonesia”, jurnal Respository IPB Vol 1 No 1.
Aisyiah Aisiqya dkk, 2013, “CSR Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Pabrik Gula”, Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1 No. 5.
Ali Syukron, 2015, “CSR dalam Perspektif Islam dan Perbankan Syariah”, (Jurnal Kopertais Ekonomi dan Hukum Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Darul Ulum Banyuwangi Vol. 5, No. 1.
Aprilia Frastica Nainggolan, 2015,”Strategi Pelaksanaan Program Corporate Social Responsibility (CSR) Pada PT. Riau Andalan Pulp and Paper Di Kabupaten Pelalawan”, Jurnal online mahasiswa Universitas Riau- JOM UNRI.
Arief Faladia Mukti, 2012, “Implementasi Strategi CSR Pada PT. Petrokimia Gresik.”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB.
Bambang Rudhito dan Melia Famiola, 2007, Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia, Bandung: Rekayasa Sains.
Barney dan Griffin dalam Rafik Issa Beekum, 2004, Etika bisnis Islami, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Darmawati, 2014, “Corporate Social Responsibility Dalam Perspektif Islam”,( Jurnal Mazahib Ekonomi Islam, No 2, Desember, XIII..
Dusuki, dkk, 2007, “Maqasid Al-Shari‟ah, Maslahah and Corporate Social Responsibility”. The American Journal of Islamic Social Sciences (AJISS), 24(1): 25–45.)
Ginanjar Ary, 2016, Spiritual Company, Depok, Arga Publishing.
Indra Kharisma, 2014, “Implementasi Islamic Corporate Social Responsibility (Csr) Pada Pt. Bumi Lingga Pertiwi Di Kabupaten Gresik”, Jurnal pengembangan dan publikasi ilmiah Unair edisi I.
Ismail Nawawi, 2011, Islam dan Bisnis, Pendekatan Ekonomi dan Manajemen Doktrin, Teori dan Praktik, Surabaya: Vivpress.
Jasser Auda, 2015, Membumikan Hukm Islam Melalui Maqasid Syariah, Bandung: PT mizan Pustaka.
Lexi J. Moleong, 2004 „Metode Penelitian Kualitatif’, Bandung, Remaja Rosda. M. Masruri, hanafi, 2012, “hubungan orientasi tanggungjawab social dan
karakteristik individu dengan ketertarikan perusahaan”, jurnal social budaya UMK Vol. 5 No. 2.
M. Umer Capra, 2000, Sistem Moneter Islam, Jakarta: Gema Insani Press & Tazkia Cendekia.
M.B. Hendrie Anto dan Dwi Retno Astuti, 2008, Persepsi Stakeholder Terhadap Pelaksanaan Corporate Social Responsibility Kasus Pada Bank Syariah di DIY, Sinergi: Kajian Bisnis dan Manajemen, Vol. 10 No.1.
Marzuki, 2005, Metodologi Riset, Yogyakarta: Ekonosia Kampus FE UII.
Mudrajad kuncoro, 2013, Metode Riset untuk Bisnis dsn Ekonomi, Yogyakarta: Erlangga.
Muhammad Djakfar, 2007, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam, Malang: UIN Malang Press.
Muhammad yasir yusuf, 2010,“model pelaksanaan CSR bank syariah: kajian empiris pembiayaan mikro baitul mal aceh”, jurnal la riba UII.
Muhammad,2004, Etika Bisnis Islami, Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Naning Fatmawati, 2015, “Pengungkapan Corporate Social Responsibility (Csr) Dalam Akuntansi Sosial Ekonomi Di Tinjau Dari Syariah”, Jurnal Equilibirium STAIN Kudus Vol 3, No. 2.
Nazir, Muhammad, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia, 1988), hlm 63
Penerjemah Zaini Dahlan, 1999, Qur’an karim dan terjemahan artinya, Yogyakarta: UII Press.
Rafik Isa Beekhun, 2004, Etika Bisnis Islami, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Riyanto, waryani fajar, 2012, komunikasi Islam (1) perspektif integrasi Interkoneksi, Yogyakarta: galuh patria.
Setiawan bin lahuri, 2013, “corporate social responsibility dalam perspektif Islam”, jurnal TSAQOFAH UNIDA Gontor, vol 7 no.2.
Sugiyono, memahami penelitian kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm 1.
Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,(Bandung: Alfabeta, 2012),hlm.218-219
Suharto, Edi, 2010, CSR&COMDEV Investasi kreatif perusahaan di era globalisasi. Bandung: Alfabetahlm.
Syed Nawab Haider Naqvi, 2003, Menggagas Ilmu Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Syeh Nawab Naqvy,1996, Etika dan Ilmu Ekonomi Suatu Sintesa Islam, Bandung: Mizan.
Thoman S. Khun, 1993, peran paradigm dalam revolusi sains,( terj. Tjun surjaman, bandung: PT. Remaja rosdakarya.
Tuti Azra dan Gustina, 2012, “Implementasi Corporate Social Responsibility Di Indonesia”, Jurnal REPO Politeknik Negeri Padang,4 (2). pp. 1-11.
Wahyu supriadinata, 2013, “analisis efektivitas corporate social responsibility (csr) dalam menyelesaikan masalah social lingkungan perusahaan”, jurnal ilmiah mahasiswa universitas Surabaya CALYPTRA vol.2 no.1.
Wahyuddin, 2016, “Islamic Corporate Sosial Responsibility (ICSR); Kajian Teoritis”, Jurnal EBIS IAIN Langsa.
Wawancara dengan karyawan waroeng group, 26 April sampai 7 Agustus 2017. Wawancara dengan penerima ICSR waroeng group, 5 Maret sampai 6 Maret 2017 Wawancara pengelola spiritual company bapak Shohibul Halim, 19 mei 2017
Wawancara pengelola spiritual company Ust. Syamsuri, 26 April 2016
Wibisono, Yusuf., 2007, Membedah Konsep dan Aplikasi CSR, Gresik : Fascho Publishing.
Wijono, Sutarto. 2010. PsikologiIndustri&Organisasi.Cetakanpertama. Jakarta: KencanaPrenad Media Group.