• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akademi Kepolisian Republik Indonesia, Semarang, Indonesia ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Akademi Kepolisian Republik Indonesia, Semarang, Indonesia ABSTRAK"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MEDIA KOMUNIKASI TERHADAP

KINERJA BHABINKAMTIBMAS POLRES

PEKALONGAN (STUDI TENTANG PENGGUNAAN

WHATSAPP)

Effect of Communication Media on the Performance of Pekalongan

Police Bhabinkamtibmas (Study of Whatsapp Use)

Riski Meirika1

1 Akademi Kepolisian Republik Indonesia, Semarang, Indonesia riskimeirika@gmail.com

ABSTRAK

Whatsapp merupakan suatu aplikasi pesan lintas platform yang memungkinkan kita bertukar

pesan menggunakan paket data internet tanpa harus membayar biaya SMS. Pemanfaatan media komunikasi dikandung maksud dan tujuan untuk meningkatkan kinerja anggota kepolisian. Adanya pemanfaatan Whatsapp ini didasari oleh Program Promoter Kepala Kepolisian Republik Indonesia yaitu “Peningkatan Pelayanan Publik yang Lebih Mudah Bagi Masyarakat dan Berbasis Teknologi Informasi.”, dengan harapan kinerja anggota kepolisian dapat menjadi semakin baik. Jauhnya jarak antar Polsek dengan Polres di wilayah kabupaten Pekalogan membuat Bhabinkamtibmas yang memiliki tanggung jawab di wilayah Polsek masing-masing kesulitan untuk berkomunikasi dengan Kasat Binmas yang ada di Polres Pekalongan. Semakin banyak kegiatan yang dilaksanakan Bhabinkamtibmas terkait dengan tugas pokoknya merupakan prestasi kerja bagi Bhabinkamtibmas, untuk dapat tercatatnya prestasi ini maka dibutuhkan suatu media komunikasi yang dapat secara cepat menyampaikan informasi. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan guna mengetahui PENGARUH MEDIA KOMUNIKASI TERHADAP KINERJA BHABINKAMTIBMAS POLRES PEKALONGAN (Studi Tentang Penggunaan Whatsapp). Untuk menjawab permasalahan di atas, teori media komunikasi dioprasionalkan sesuai dengan fungsi media komunikasi yang meliputi efektivitas, efisiensi, konkret, dan motivatif menjadi variabel independen (X). Kemudian diuji pengaruhnya terhadap variable dependen (Y), yaitu kinerja Bhabinkamtibmas Polres Pekalongan, yang menggunakan Perkap No. 16 th.2011 mengenai sistem manajemen kinerja. Penelitian dilaksanakan terhadap Bhabinkamtibmas Polres Pekalongan, dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode survei. Pengambilan sampel dengan sampling jenuh terhadap seluruh anggota Bhabinkamtibmas Polres Pekalongan yang berjumlah 67 orang. Analisis data menggunakan statistik, meliputi uji instrumen, normalitas dan asumsi klasik, dilanjutkan analisis regresi sederhana serta uji signifikansi (pengaruh) terhadap hipotesis. Kesimpulan dalam penelitian ini menemukan bahwa variable Pemanfatan Whatsapp sebagai Media Komunikasi (X) berpengaruh signifikan terhadap

(2)

variable kinerja Bhabinkamtibmas Polres Pekalongan (Y) serta kekuatan hubungan antara variabel X dan Y sebesar 12,2%.

Kata kunci: Whatsapp, media komunikasi, kinerja

ABSTRACT

Whatsapp is a cross platform messaging application that allows us to exchange messages using an internet data plan without having to pay SMS fees. The use of communication media contains the intent and purpose to improve the performance of police officers. The use of Whatsapp is based on the Republic of Indonesia's Police Chief Promoter Program, "Improving Public Services Easier for People and Based on Information Technology.", With the hope that police officers' performance will improve. The distance between the Polsek and Polres in the Pekalogan district area makes it difficult for Bhabinkamtibmas who have responsibility in the Polsek area to communicate with the Kasas Binmas in the Pekalongan District Police. More and more activities carried out by Bhabinkamtibmas related to the main task are work achievements for Bhabinkamtibmas, for this achievement to be recorded, then we need a communication medium that can quickly convey information. Therefore, this research was conducted to determine the EFFECT OF COMMUNICATION MEDIA ON PERFORMANCE OF BHABINKAMTIBMAS PEKALONGAN POLRES (Study of Whatsapp Use). To answer the above problems, the theory of communication media is operationalized in accordance with the function of communication media which includes effectiveness, efficiency, concrete, and motivating to be independent variables (X). Then tested the effect on the dependent variable (Y), namely the performance of the Pekalongan Police Bhabinkamtibmas, which uses Perkap No. 16 th.2011 concerning the performance management system. The study was conducted on the Bhabinkamtibmas Pekalongan Regional Police, using a quantitative approach and survey methods. Sampling with saturated sampling of all members of the Bhabinkamtibmas Pekalongan Regional Police, totaling 67 people. Data analysis using statistics, including instrument testing, normality and classical assumptions, followed by simple regression analysis and significance test (influence) on the hypothesis. The conclusion in this study found that the utilization of Whatsapp as a Communication Media (X) significantly affected the performance variable of Pekalongan Regional Police (Y) and the strength of the relationship between variables X and Y by 12.2%.

Keywords: Whatsapp, communication media, performance

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG MASALAH

Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah alat negara yang memiliki tugas pokok dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas), menegakkan hukum, serta melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat (pasal 13 Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia). Kepolisian Negara Republik Indonesia dipimpin oleh seorang Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden.

Pimpinan tertinggi Kepolisian Republik Indonesia, Jendral Polisi Drs. H. M. Tito Karnavian, M.A., Ph.D dalam menjalankan tugasnya sebagai Kapolri membentuk program

(3)

seratus hari kerja. Penjabaran tentang Commander Wish atau kebijakan Kapolri menekankan pada seluruh personel Polri dengan semboyan “Promoter” (Profesional, Modern dan Terpercaya) untuk mendukung misi Presiden Joko Widodo tentang peningkatan trust (kepercayaan) masyarakat terhadap Polri, sebagaimana upaya peningkatan trust dari masyarakat, maka ada tiga hal yang perlu dilakukan, pertama adalah kultur pada organisasi, kedua adalah kinerja pada organisasi, ketiga kultur dan kinerja organisasi menjadi satu, tidak bisa dipisahkan.

Berkaitan dengan program Promoter tersebut Polri dituntut untuk memperkuat Bhabinkamtibmas dengan program pemenuhan satu Bhabinkamtibmas untuk satu desa secara bertahap. Program ini terus berjalan dengan harapan kebutuhan satu Bhabinkamtibmas setiap desa akan terpenuhi seiring berjalannya waktu. Peningkatan kinerja Bhabinkamtibmas yang sudah ada adalah salah satu upaya untuk memenuhi program tersebut. Sebagaimana yang terjadi di Polres Pekalongan yang kekurangan personel Bhabinkamtibmas, pihak Polres melakukan peningkatan kinerja anggota-anggota dengan menugaskan 68 orang Bhabinkamtibmas. Setiap satu orang Bhabinkamtibmas memegang 2 sampai 5 desa seperti yang tertera dalam tabel jumlah Bhabinkamtibmas pada masing-masing kecamatan berikut:

Tabel 1.1 Jumlah Bhabinkamtibmas NO KECAMATAN JUMLAH KET JUMLAH

BHABIN DESA DUSUN RW RT

1 2 3 4 5 6 7 8 01. KANDANGSERANG 3 14 68 56 149 02. PANINGGARAN 3 15 64 75 213 03. LEBAK BARANG 3 11 30 31 85 04. PETUNGKRIYONO 3 9 40 41 91 1 2 3 4 5 6 7 8 05. TALUN 3 10 80 31 133 06. DORO 3 14 91 65 208 07. KARANGANYAR 3 15 67 75 199 08. KAJEN 6 24 91 117 313 09. KESESI 4 23 75 121 379 10. SRAGI 5 16 82 156 398 11. SIWALAN - 13 60 97 269 12. BOJONG 4 22 76 92 288 13. WONOPRINGGO 3 14 72 43 135 14. KEDUNGWUNI 18 16 69 133 384 15. KARANGDADAP 3 11 45 70 163 16. WIRADESA 4 11 47 93 285 17. WONOKERTO - 11 28 66 204 Jumlah 68 249 1085 1362 3896

Data: Intel Dasar Polres Pekalongan 2016

Jumlah Bhabinkamtibmas di masing-masing kecamatan terbatas, sehingga satu Bhabinkamtibmas mengemban tugas wilayah lebih dari satu desa terkecuali pada wilayah

(4)

kecamatan Kedungwuni. Satuan Binmas Polres Pekalongan menjadikan wilayah Kedungwuni sebagai progam Pilot Project dengan menugaskan satu Bhabinkamtibmas yang bertanggung jawab terhadap satu desa. Namun program ini belum bisa dilakukan terhadap seluruh desa di wilayah Kabupaten Pekalongan dikarenakan kurangnya personel Bhabinkamtibmas. Menurut data yang diperoleh dari Polres Pekalongan, perlu ditambahkan sebanyak 48 Bhabinkamtibmas untuk ditugaskan di desa-desa di wilayah Kabupaten Pekalongan agar dapat memenuhi program Promoter yang dicanangkan Kepala Kepolisian Republik Indonesia. Menurut pasal 27 Perkap No 3 Tahun 2015, tugas pokok Bhabinkamtibmas adalah sebagai berikut:

1. Kunjungan dari rumah ke rumah pada seluruh wilayah penugasan anggota. 2. Melakukan dan membantu pemecahan masalah.

3. Melakukan pengaturan dan pengamanan kegiatan masyarakat. 4. Menerima informasi tentang terjadinya tindak pidana.

5. Memberikan perlindungan sementara kepada orang yang tersesat, korban kejahatan dan pelanggaran.

6. Ikut serta dalam memberikan bantuan kepada korban bencana alam dan wabah penyakit. 7. Memberikan bimbingan dan petunjuk kepada masyarakat atau komunitas berkaitan

dengan permasalahan Kamtibmas dan Pelayanan Polri.

Seorang Bhabinkamtibmas dalam melaksanakan tugasnya memiliki tanggung jawab untuk melaporkan setiap hasil kegiatan yang telah dilaksanakan. Laporan ini berfungsi sebagai bentuk pertanggungjawaban tugas, sebagai dasar penentuan kebijakan dan pengarahan pimpinan, bahan penyusunan rencana kegiatan, dan untuk mengetahui perkembangan dan proses peningkatan kegiatan. Dalam manajemen operasional Polri, laporan hasil kegiatan merupakan hal penting sebagai bahan evaluasi yang dibuat setelah dilaksanakannya suatu kegiatan dengan bentuk tulisan di lembaran kertas maupun laporan langsung kepada pimpinan. Saat ini sistem pelaporan melalui media komunikasi marak digunakan di lingkungan kerja kepolisian. Untuk membangun suatu kerjasama antara pimpinan dengan Bhabinkamtibmas di tiap desa maka diperlukan komunikasi yang baik agar setiap pesan dapat tersampaikan dan terlaksana.

Jarak antar Polsek dengan Polres di wilayah Kabupaten Pekalongan merupakan salah satu kendala yang menyulitkan Bhabinkamtibmas dalam pelaksanaan tugas. Jarak paling jauh untuk mencapai Polres Pekalongan harus ditempuh oleh Bhabinkamtibmas Polsek Petungkriyono yaitu 34 kilometer atau kira-kira 2 jam perjalanan. Selain jarak yang jauh, jalan yang harus dilalui menuju Polres tidak semuanya bagus. Apabila suatu saat terdapat perintah untuk berkumpul maka kecepatan masing-masing Bhabinkamtibmas untuk sampai ke Poles juga berbeda. Oleh karena itu dibutuhkan suatu media komunikasi untuk menyampaikan pesan agar Bhabinkamtibmas yang tinggalnya jauh dari Polres sama-sama dapat menerima pesan dengan kecepatan yang sama walaupun jaraknya jauh dari Polres. Berikut tabel jarak antara Polsek dengan Polres di wilayah Kabupaten Pekalongan:

Tabel 1.2

Jarak Antar Polsek ke Polres Pekalongan

No Polsek Jarak 1 Kandangserang 20 Km 2 Paninggaran 25 Km 3 Lebak Barang 23 Km 4 Petungkriyono 34 Km 5 Talun 21 Km 6 Doro 15 Km

(5)

7 Karanganyar 6 Km 8 Kajen 1 Km 9 Kesesi 9 Km 10 Sragi 15 Km 11 Wiradesa 18 Km 12 Bojong 9 Km 13 Wonopringgo 11 Km 14 Kedungwuni 15 Km 15 Karangdadap 22 Km

Sumber: Intel Dasar Polres Pekalongan 2016

Adanya kendala jarak yang harus ditempuh ini membuat Bhabinkamtibmas membutuhkan media yang dapat menyampaikan pesan secara instan dan cepat untuk menerima perintah serta menyampaikan laporan kepada Kasat Binmas.

Kepolisian Republik Indonesia memanfaatkan Whatsapp sebagai media komunikasi baik dari atasan kepada bawahan maupun dari bawahan kepada atasan dalam melaksanakan tugas kepolisian untuk mewujudkan program Promoter yang ke dua yaitu “Peningkatan Pelayanan Publik yang Lebih Mudah bagi Masyarakat dan Berbasis Teknologi Informasi”. Media ini dianggap perlu untuk membantu kinerja Polri karena selain sudah banyak dikenal masyarakat, Whatsapp mudah digunakan dan juga ekonomis. Kemudahan dalam berkomunikasi yang sekarang ini sudah banyak ditawarkan melalui media-media sosial berbasis teknologi terbaru membuat komunikasi menjadi semakin mudah dan cepat. Perkembangan teknologi sekarang ini hampir bisa meniadakan pembatas baik jarak dan juga waktu. Dimanapun dan kapanpun semua pesan dapat tersampaikan hingga ke wilayah yang jauh sekalipun dengan waktu yang sangat cepat. Kepolisian Negara Republik Indonesia memanfaatkan perkembangan teknologi dalam bidang komunikasi ini untuk menyampaikan pesan terkait dengan tugas kepolisian itu sendiri. Kemudahan dalam bidang komunikasi ini mendukung program Kapolri yaitu “Quick Respons”. Mudahnya komunikasi antar anggota membuat semakin cepat respon yang disampaikan ke masyarakat. Semakin berkembangnya teknologi maka Polri sebagai pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat harus dapat mengikuti perkembangan tersebut dan memanfaatkannya sebagai alat pendukung dalam pelaksanakan tugas. Satuan Fungsi Binmas Polres Pekalongan memanfaatkan perkembangan media komunikasi ini untuk mendukung program Kapolri yaitu “Modernisasi Teknologi Pendukung Pelayanan Publik”.

“Perlu diketahui di era sekarang ini sangat banyak aplikasi yang memfasilitasi suatu komunikasi yang menghubungkan satu sama lain. Riset dilakukan oleh International Data Group (IDG) dalam riset keterlibatan Responden terhadap penggunaan sosial media menyebutkan bahwa 92% dari IT Profesional mengunjungi lebih dari satu situs jejaring sosial ataupun bisnis tiap bulannya, 60% diantaranya mengklasifikasikan diri mereka sebagai peserta aktif di aplikasi Whatsapp.” (IDG, 5 Februari 2016:3, URL)

Ada berbagai macam aplikasi media sosial yang digunakan oleh masyarakat di Indonesia. Whatsapp merupakan salah satu aplikasi yang populer dikalangan masyarakat baik dari kalangan menengah atas maupun kalangan menengah bawah. Kegunaan Whatsapp sendiri adalah sebagai media social chat untuk saling bertukar informasi antar pribadi maupun dalam grup. Hal yang membuat Whatsapp banyak digunakan oleh masyarakat dari berbagai kalangan karena tidak ada biaya untuk mengirim pesan kepada teman dan keluarga selain jaringan data internet yang sudah ada di ponsel pengguna.

(6)

Menurut Yeboah dan Ewur (2014: 157), untuk sementara ini aplikasi pengirim pesan

Whatsapp sudah ada dimana-mana dan sudah diperbarui dari segi fungsionalitas aplikasi sejak

tanggal rilisnya. Tujuan utama dibalik aplikasi ini adalah untuk menggantikan SMS (Short

Messege Service) dengan mobile messenger (layanan pesan instan melalui jaringan internet

berbasiskan web dan telepon seluler). Jika Anda memiliki teks terbatas, hal ini menguntungkan karena cara ini tepat untuk menghindari biaya internasional yang mungkin akan dikenakan.

“Whatsapp selalu dinobatkan sebagai aplikasi pesan instan yang paling banyak

digunakan di seluruh dunia. Aplikasi pesan instan lintas platform itu juga populer di Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari prestasi Whatsapp yang berhasil menjadi aplikasi pesan instan yang paling banyak dicari pengguna Indonesia di Google dan dirangkum dalam data googletrends. Pada Desember 2013, Whatsapp mengumumkan mereka memiliki 400 juta pengguna aktif bulanan. Pengguna Whatsapp rata-rata mengirim 16 miliar pesan per hari, menerima 32 miliar pesan per hari, dan mengirim 500 juta gambar per hari. Dari data tersebut di atas dapat dilihat bahwa aplikasi Whatsapp memiliki kelebihan yaitu dapat berkirim pesan walau dalam keadaan jaringan lemah ini berhasil menarik perhatian para pengguna smartphone. Aplikasi asal Amerika ini juga memiliki fitur lain seperti pesan, grup, kirim video, kirim gambar, dan emotikon.” (Teknokompas, 2 Maret 2016:2, URL)

Untuk aplikasi Whatsapp di kalangan Bhabinkamtibmas sendiri digunakan sebagai sarana untuk saling bertukar informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan dan juga media pelaporan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan. Namun, belum ada regulasi dari pihak Polri yang mengatur penggunaan Whatsapp dikalangan Bhabinkamtibmas. Selain itu akun Whatsapp yang digunakan oleh Bhabinkamtibmas pun biasanya masih bercampur penggunaannya untuk keperluan pribadi dan keperluan yang berhubungan dengan pekerjaannya. Karena masih belum adanya regulasi mengenai penggunaan Whatsapp sebagai media komunikasi bagi Bhabinkamtibmas dalam pelaksanaan tugasnya maka belum bisa diketahui apakah ada pengaruh media komunikasi tersebut terhadap kinerja Bhabinkamtibmas. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menganalisa pengaruh dari media komunikasi terharap kinerja Bhabinkamtibmas dan penulis mengambil judul: “PENGARUH

MEDIA KOMUNIKASI TERHADAP KINERJA BHABINKAMTIBMAS POLRES PEKALONGAN (Studi Tentang Penggunaan Whatsapp)”

1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang permasalahan di atas, maka terdapat beberapa permasalahan dalam penulisan penelitian ini, yaitu:

1.2.1 Bagaimana pengaruh media komunikasi secara simultan terhadap kinerja Bhabinkamtibmas Polres Pekalongan?

1.2.2 Bagaimana pengaruh media komunikasi secara parsial terhadap kinerja Bhabinkamtibmas Polres Pekalongan?

1.2 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah

1.3.1 Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh media komunikasi secara simultan terhadap kinerja Bhabinkamtibmas Polres Pekalongan.

(7)

1.3.2 Untuk mendeskripsikan dan menganalisis besar pengaruh media komunikasi secara parsial terhadap kinerja Bhabinkamtibmas Polres Pekalongan.

1.3 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian tentang pengaruh media komunikasi terhadap kinerja Bhabinkamtibmas Polres Pekalongan yakni bersifat teoritis maupun yang bersifat praktis.

1.4.1 Manfaat Teoritis

Selain memberikan manfaat praktis dari pelaksanaan penelitian ini, besar harapan dari peneliti bahwa hasil dari tulisan ilmiah ini dapat memberikan kontribusi akademis. Adapun manfaat akademisnya adalah sebagai berikut:

1. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang pengaruh pemanfaatan media komunikasi khususnya Whatsapp terhadap kinerja Bhabinkamtibmas.

2. Menambah pengetahuan serta wawasan tentang tujuan dari penggunaan media komunikasi sebagai sarana yang dapat mempengaruhi kinerja.

3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk pelaksanaan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengaruh media komunikasi terhadap kinerja.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan ataupun sebagai saran bagi pimpinan untuk meningkatkan kinerja anggota Polri melalui media yang lebih canggih. Adapun manfaat praktisnya adalah sebagai berikut:

1. Manfaat bagi Kepolisian Negara Kesatuan Republik Indonesia diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dan salah satu sumber dalam pengambilan keputusan terkait pengembangan media elektronik dan teknologi dalam meningkatkan kinerja anggota Polri.

2. Manfaat bagi Polres Pekalongan diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran penggunaan media komunikasi sebagai teknologi informasi baru dalam menunjang kinerja Polri. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan bahan dalam pengambilan kebijakan untuk meningkatkan kinerja Bhabinkamtibmas melalui pemanfaatan teknologi informasi.

3. Manfaat bagi pemerintah diharapkan penelitian ini dapat menjadi motivasi dalam meningkatkan kinerja kepada pelaksana pemerintahan khususnya di sektor pelayanan publik.

4. Manfaat bagi Masyarakat diharapkan dapat menjadi kontrol sosial untuk seluruh pelaksana pemerintahan khususnya di sektor pelayanan publik khususnya lagi bidang satuan Binmas.

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Kepustakaan Penelitian

Kepustakaan penelitian adalah literatur yang menyajikan informasi tentang hasil penelitian yang sebelumnya sudah dilakukan oleh para ahli atau sarjana mengenai permasalahan yang sama. Literatur tersebut dapat berupa dokumen, laporan hasil penelitian, jurnal-jurnal ilmiah, skripsi, tesis maupun desertasi. Adapun kepustakaan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Penelitian yang sejenis dengan pernah dilakukan oleh Jaryono dan Retno (2010) berkaitan dengan hubungan teknologi informasi terhadap kinerja karyawan di Fakultas

(8)

Ekonomi UNSOED. Penelitian ini dilakukan terhadap 109 karyawan yang berstatus PNS dan bukan PNS. Hasil pengujian pengaruh kinerja teknologi informasi terhadap kinerja karyawan menunjukkan hasil yang signifikan. Kesimpulan penelitian di atas memperkuat kajian yang telah dilakukan oleh Mirma dan Imam Ghozali (2006) bahwa sumber daya teknologi yang dikombinasikan dengan sumber daya manusia dan sumber daya bisnis menghasilkan hubungan yang positif antara kinerja teknologi terhadap kinerja para karyawannya, sehingga berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan tersebut. Jika dikaitkan dengan penilitian yang berjudul Pengaruh Pemanfaatan Whatsapp Terhadap Kinerja Bhabinkamtibmas Polres Pekalongan ini, maka penilitian yang dilakukan oleh Jaryono dan Retno ini sama-sama membahas penggunaan teknologi informasi yang memperngaruhi kinerja pekerja dalam pelaksanaan tugasnya.

Penelitian kedua dilakukan oleh Trisha Dowerah (2012) dengan judul Effectiveness of

Social Media as a Tool of Communication and its potential of Technology Enabled Connection. Penelitian

kuantitatif ini melibatkan 200 siswa, guru, insinyur, profesional pemasaran, pengusaha serta penduduk kota Guwahati, Utara-Timur India lainnya. Trisha membuktikan adanya manfaat dari penggunaan media sosial sebagai media interaktif yang penting. Penelitian ini menguraikan beberapa manfaat dari sosial media yang digunakan oleh masyarakat, diantaranya adalah biaya yang efektif dan biasanya gratis. Sedangkan manfaat lainnya dikatakan dalam penelitian ini bahwa sosial media adalah media komunikasi yang efektif dalam manajemen waktu karena berbagai kemudahan akan didapatkan hanya dengan satu sentuhan.

Selain itu, Yeboah dan Ewur (2014) menemukan adanya pengaruh penggunaan

Whatsapp terhadap kinerja mahasiswa. Penelitian ini mengambil sampel sejumlah 550 mahasiswa diberbagai lembaga di Ghana. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah apabila Whatsapp digunakan secara positif maka akan memberikan manfaat yang baik, sebagai contoh Whatsapp membuat komunikasi lebih mudah dan lebih cepat sehingga meningkatkan aliran efektif informasi dan berbagi ide di kalangan mahasiswa. Namun apabila Whatsapp digunakan secara tidak benar maka akan memberikan dampak buruk terhadap kinerja mahasiswa seperti menghancurkan tata bahasa dan ejaan mahasiswa, menyebabkan kurangnya konsentrasi selama kuliah dan kesulitan dalam menyeimbangkan aktivitas online dan persiapan akademik.

Jumiatmoko (2016) dalam jurnalnya menyimpulkan bahwa Whatsapp Messenger merupakan aplikasi yang mampu menjangkau dimensi kemutakhiran, kemanfaatan, dan keadaban bagi akselarasi proses pendidikan diIndonesia yang harus senantiasa dibudidaya dan direkayasa sesuai kaidah-kaidah yang diyakini. Penelitian ini dilakukan terhadap mahasiswa STIT Madina Sragen dengan pendekatan kuantitatif deskriptif.

Dimas Okta (2016) melakukan sebuah penelitian kuantitatif pada tahun 2016 yang membuktikan bahwa komunikasi berpengaruh positif secara langsung terhadap kepuasan kerja karyawan. Penelitian ini dilakukan terhadap kayawan PT. Pabrik Kertas Setia Kawan Makmur Sejahtera Tulungagung. Dalam penelitian ini, indikator iklim komunikasi memiliki

loading factor terbesar dibandingkan dengan indikator lainnya. Hal ini menunjukan bahwa

karyawan PT tersebut mendapatkan informasi yang cukup untuk mengerjakan pekerjaannya sehingga hal ini mendorong mereka untuk menyelesaikanpekerjaan dengan baik dan cenderung meningkatkan kepuasan kerja mereka.

Dari beberapa penelitian di atas, untuk melihat hubungan antara penggunaan teknologi terhadap kinerja dengan lebih jelas, penelitian-penelitian tersebut diringkas dalam tabel berikut ini.

(9)

Tabel 2.1

Rangkuman Penelitian

No Peneliti Hub Variabel Hasil Penelitian

1 Jaryono dan Retno (2010) Pengaruh kinerja

TI terhadap kinerja karyawan

peningkatan kinerja karyawan memerlukan dukungan peningkatan dari kinerja teknologi informasi.

2 Trisha Dowerah

(International Journal of

Scientific and Research

Publications, Volume 2, Issue 5, May 2012)

Sosial media sebagai alat komunikasi

Media sosial menyediakan cara yang murah dan sederhana untuk mengatur anggota, mengatur

pertemuan, menyebarkan informasi, dan mengukur opini.

3 Yeboah and Ewur (Journal

of Education and Practice, Vol.5, No.6, 2014)

Penggunaan Whatsapp terhadap kinerja siswa

Whatsapp membuat komunikasi lebih

mudah dan lebih cepat sehingga meningkatkan aliran efektif

informasi dan berbagi ide di kalangan mahasiswa.

4 Jumiatmoko (Wahana

Akademika

Volume 3 Nomor 1, April 2016) Whatsapp dalam tinjauan manfaat dan adat WhatsApp Messenger

memberikan kesempatan bagi

siapapun termasuk civitas akademika untuk menyelenggarakan

berbagai kelas virtual berbasis online

system dan fitur multimedia tanpa

batasan ruang dan waktu.

5 Dimas Okta (Jurnal Bisnis

dan Manajemen Vol. 3 No.1, 2016)

Pengaruh komunikasi terhadap kinerja karyawan

Komunikasi berpengaruh positif secara lang-sung terhadap kinDiamerja karyawan.

Sumber: Penelitian terdahulu

Berdasarkan penelitian di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian pengembangan mengenai pemanfaatan Whatsapp sebagai media komunikasi di lingkungan Polri dalam menunjang kinerja anggota.

2.2 Kepustakaan Konseptual

Kepustakaan konseptual menggunakan teori-teori, konsep-konsep, definisi pendapat dan atau gagasan dari seseorang yang memiliki kompetensi terkait masalah yang diteliti dan dari peraturan perundang-undangan maupun para ahli yang disesuaikan dengan permasalahan dalam penelitian ini untuk memberi batasan dalam pembahasan.

2.2.1 Media

Media adalah alat bantu untuk memindahkan pesan dari komunikator kepada penerima pesan. Kata media berasal dari kata latin, merupakan bentuk jamak dari kata “medium”. Secara harfiah, kata tersebut mempunyai arti "perantara" atau "pengantar", yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Media bisa berupa indera

(10)

manusia, telepon, surat, telegram, media massa (cetak dan elektronik), internet, rumah ibadah, pesta rakyat, dan alat bantu lainnya dalam menyebarkan pesan komunikasi.

Menurut Asociation of Education Comunication Technology (AECT), media adalah segala bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk proses penyaluran pesan. Sedangkan menurut Yusuf Hadi Miarso (2004: 456), media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar.

Menurut Arsyad (2002), media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan peserta didik yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan. Media dapat diartikan sebagai alat untuk memberikan perangsang bagi komunikan agar terjadi proses komunikasi karena media merupakan salah satu komponen komunikasi, tetapi komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi dari pembelajaran yang ada dalam kurikulum yang dituangkan oleh pengajar atau fasilitator atau sumber lain kedalam media komunikasi.

2.2.2 Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari kata latin

communication, yang bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya

adalah sama makna. Jadi, apabila dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan.

Dalam bukunya Riswandi (2013:1) mengutip beberapa definisi komunikasi para ahli, diantaranya menurut Carl Hovland, Janis dan Kelley, “Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya.” Sedangkan menurut Bernard Barelson dan Gary A. Steiner, “Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar, angka-angka, dan lain-lain.”

2.2.3 Media Komunikasi

Media komunikasi adalah suatu alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Media dominan dalam berkomunikasi adalah panca indera manusia seperti telinga dan mata. Media komunikasi merupakan jendela yang memungkinkan kita untuk dapat melihat lingkungan yang lebih jauh, sebagai penafsir yang membantu memahami pengalaman, sebagai landasan penyampai informasi, sebagai komunikasi interaktif yang meliputi opini audiens, sebagai penanda pemberi intruksi atau petunjuk. Media komunikasi juga dijelaskan sebagai sebuah sarana yang dipergunakan sebagai memproduksi, reproduksi, mengolah dan mendistribusikan untuk menyampaikan sebuah informasi. Media komunikasi sangat berperan penting bagi kehidupan masyarakat. Secara sederhana, sebuah media komunikasi adalah sebuah perantara dalam menyampaikan sebuah informasi dari komunikator kepada komunikan yang bertujuan agar efisien dalam menyebarkan informasi atau pesan. Komunikasi merupakan bentuk percakapan yang berlangsung atas dasar persamaan persepsi. Komunikasi dalam bahasa Inggris

communication berasal dari kata latin communicatio dan berasal dari kata communis yang berarti

sama.

Media komunikasi sebagai sebuah sarana yang dipergunakan sebagai memproduksi, reproduksi, mengolah dan mendistribusikan untuk menyampaikan sebuah informasi dapat

(11)

diukur dengan indikator yang terdiri dari beberapa fungsi media komunikasi. Media adalah sarana yang dipergunakan oleh pengirim untuk menyampaikan suatu pesan kepada penerima. Media yang digunakan perlu dipertimbangkan agar pesan yang dikirim dapat tiba dan dipahami dengan baik oleh penerima. Media dapat digunakan secara terpisah atau dikombinasikan dengan yang lain atau digunakan secara bersamaan atau bergantian.

Marshall Mc Luhan dalam bukunya yang berjudul Understanding Media: The Extension of

Man mengatakan bahwa media komunikasi memiliki 4 fungsi yaitu efektifitas, efisiensi,

konkret, dan motivatif. Efektifitas yaitu media komunikasi akan mempermudah kelancaran dalam penyampaian informasi. Efisiensi yaitu media komunikasi akan mempercepat penyampaian dalam sebuah informasi. Konkret yaitu media komunikasi akan membantu mempercepat isi pesan yang memiliki sifat abstrak. Motivatif yaitu media komunikasi akan lebih atraktif dan memberikan sebuah informasi yang dapat dipertanggungjawabkan.

Media komunikasi sebagai sebuah sarana yang dipergunakan untuk memproduksi, mereproduksi, mengolah dan mendistribusikan untuk menyampaikan sebuah informasi. Menurut Burgon dan Huffner dapat dibagi ke dalam 4 fungsi, yaitu efisiensi penyebaran informasi, memperkuat eksistensi informasi, menghibur, dan kontrol sosial. Efisiensi penyebaran informasi yaitu penghematan dalam segi biaya, tenaga, pemikiran dan waktu. Memperkuat eksistensi informasi yaitu media komunikasi yang hi-tech dapat membuat informasi ataupun pesan lebih berkesan terhadap komunikan. Menghibur yaitu media komunikasi dapat menyenangkan dan lebih menarik bagi audiens. Kontrol Sosial yaitu media komunikasi sebagai pengawasan dalam sebuah kebijakan sosial.

Jenis media komunikasi berdasarkan jangkauanya adalah media komunikasi eksternal dan media komunikasi internal. Media komunikasi eksternal yang merupakan media komunikasi untuk menjalin suatu hubungan dengan pihak luar seperti misalnya media cetak, televisi, telepon, surat dan juga internet. Sedangkan untuk media komunikasi internal merupakan media komunikasi yang bertujuan untuk sarana menyampaikan dan penerima informasi untuk internal saja. Jenis media komunikasi internal misalnya surat, telepon, papan pengumuman, majalah bulanan dan lainnya.

2.2.4 Whatsapp

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Whatsapp adalah aplikasi pesan untuk

smartphone dengan basic mirip Blackberry Messenger. Whatsapp Messenger merupakan aplikasi pesan

lintas platform yang memungkinkan kita bertukar pesan tanpa biaya SMS (Short Messege Service), karena Whatsapp Messenger menggunakan paket data internet yang sama untuk email, browsing

web dan lain-lain. Aplikasi Whatsapp Messenger menggunakan 3G (third-generation technology) atau

Wifi (wireless fidelity) untuk komunikasi data. Dengan menggunakan Whatsapp, kita dapat melakukan obrolan online, berbagi file, bertukar foto, dan lain-lain. Pada awalnya, Whatsapp dibuat untuk pengguna iphone, kemudian seiring dengan perkembangannya, aplikasi whatsapp tersedia juga untuk versi Blackberry, Android, Windows Phone, dan Symbian. Jadi pada pemanfaatan ini Whatsapp dapat digunakan Bhabinkamtibmas apabila Bhabinkamtibmas memiliki koneksi berupa koneksi 3G maupun Wifi.

Aplikasi Whatsapp dapat juga digunakan sebagai sarana komunikasi antar pribadi antara pengguna tersebut terhadap pengguna lainnya. Jika ingin menggunakan Whatsapp dalam konteks pribadi, maka pengguna dapat menyimpan nomor telepon pengguna lainnya sehingga pengguna dapat saling terhubung. Seseorang cenderung lebih memanfaatkan media komunikasi layaknya Whatsapp sebagai media yang lebih simpel dan efisien untuk saling bertukar informasi dengan pengguna lainnya. Berbagai kemudahan didapatkan dengan menggunakan aplikasi Whatsapp sebagai media komunikasi pada era ini. Selain komunikasi

(12)

menjadi lebih mudah dan cepat, pengguna juga merasakan keuntungan untuk dapat menghemat biaya komunikasi yang serba gratis.

Sampai pada November 2010, Whatsapp memduduki posisi peringkat ke 3 aplikasi paling laris yang diunduh melalui Nokia Ovi Store, setelah Skype dan NHL (National Hockey

League) game center premium. Pemakai aplikasi ini tidak hanya remaja namun dapat digunakan

oleh semua orang karena untuk cara memiliki aplikasi ini termasuk mudah. Sebelum menggunakan Whatsapp harus menginstal aplikasi tersebut dengan cara mengunduh aplikasi

Whatsapp dari websitenya dan instal ke smartphone. Daftarkan nomor telepon tanpa

menggunakan 0 (nol) atau format internasional karena untuk database dari whatsapp menggunakan nomor telepon. Aplikasi ini otomatis akan memverifikasi via SMS yang mengharuskan pengguna mengisikan kode konfirmasi ke langkah berikut. Setelah dikonfirmasi berarti sudah siap digunakan, Whatsapp akan otomatis mencari menggunakan

phonebook untuk menunjukan siapa yang sudah menggunakan Whatsapp yang sudah ada di phonebook handphone lalu tekan pada tab contact. Mereka yang menggunakan Whatsapp akan

memiliki status disamping nama mereka.

Aplikasi Whatsapp ini bisa digunakan dengan klik nama yang sudah ada dan dapat mengundang teman dengan “Invite Friends”. Whatsapp dapat digunakan untuk pengguna iPhone,

Blackberry, serta Symbian (Nokia). Aplikasi Whatsapp hanya dapat bekerja untuk sesama

pengguna yang memiliki aplikasi Whatsapp. Aplikasi ini memungkinkan pengguna Blackberry,

iPhone, dan Symbian untuk dapat saling berkomunikasi satu sama lain. Aplikasi ini

menggunakan fitur push sehingga anda dapat selalu memberitahukan pesan yang sedang diterima.

Aplikasi ini dapat dijalankan dengan baik apabia ada faktor-faktor yang mendukung, diantaranya adalah:

1. Kestabilan Koneksi

Untuk menjalankan aplikasi ini membutuhkan adanya jaringan, GPRS/EDGE/3G atau wifi, apabila tidak ada koneksi tidak sertamerta aplikasi ini keluar, namun masih bisa melihat teman dan perbincangan dengan teman, hanya apabila ingin menulis pesan, pesan tertunda sampai ada koneksi internet kembali.

2. Notifikasi

Pemberitahuan pesan baru dapat memilih akan ditampilkan secara Pop up (muncul) atau hanya tampil di tempat pemberitahuan saja.

3. Nomor handphone sebagai pin Whatsapp

Memerlukan nomor handphone rekan untuk dijadikan pin dari Whatsapp, tidak seperti Blackberry yang harus dengan pin BB untuk menambah teman. Dalam Whatsapp ini juga bisa menambahkan teman secara otomatis, yang sudah ada di phonebook handphone apabila sudah mempunyai aplikasi Whatsapp otomatis secara langsung akan menjadi teman.

4. Tanda pesan sukses terkirim, sudah diterima, dan sudah dibaca

Fitur ini mirip sekali dengan Blackberry Messenger. Kalau di BBM menggunakan tanda D (delivered) dan R (read), di Whatsapp menggunakan tanda centang. Satu tanda centang (wana abu abu) berarti pesan berhasil dikirim, dua tanda centang (warna abu-abu) berarti pesan telah diterima tapi belum dibaca, dan dua tanda centang warna biru berarti pesan telah dibaca. Apabila tidak ada koneksi internet, akan muncul tanda jam yang mengartikan pengiriman pesan tertunda. Yang dapat dikirim melalui Whatsapp tidak hanya pesan seperti dalam SMS saja, namun ada berbagai file yang dapat dikirim.

(13)

Video dapat langsung dari video kamera, file manager dan media galery. Audio dapat langsung dari merekam suara, dari file manager, dari music gallery.

Pengguna dapat menambahkan emoticon dengan berbagai pilihanuntuk menambahkan aktifitas perbincangan, seperti smile emoticon, lambang-lambang seperti cuaca, bintang, tanaman, alat-alat musik, buku, kartu, mobil, bangunan, pesawat, dan lain-lain.

Teman dapat melakukan panggilan langsung dari aplikasi Whatsapp karena pin

Whatsapp ini sama dengan nomor telepon/hp. Whatsapp call dapat digunakan melalui Whatsapp dengan koneksi internet.

Seperti kebanyakan fitur IM, status juga hadir di Whatsapp. Namun tidak seperti BBM yang menampilkan update terbaru setiap ada perubahan status dari teman, Whatsapp hanya menampilkan status di bawah nama teman, mirip dengan di Yahoo Messenger. Anda pun dapat mengubah status yang sudah tersedia di Whatsapp seperti available, busy, at school dan lain-lain.

Fitur chat group dapat digunakan untuk chatting dengan 256 orang sekaligus. Ini adalah cara yang baik untuk terus menjalin komunikasi dengan keluarga, teman, dan rekan kerja. Selain jumlah maksimum peserta yang dapat ditambahkan ke grup, ada beberapa hal lain yang perlu diketahui tantang chat group, yaitu dengan Whatsapp bisa membuat grup sebanyak-banyaknya.

Setiap grup memiliki satu atau lebih admin. Hanya admin yang dapat menambahkan atau mengeuarkan peserta. Hanya admin yang dapat menujuk peserta lain menjadi admin. Jika admin yang terakhir keluar dari grup, seorang admin baru akan secara acak ditunjuk.

Pengguna selalu bisa mengatur partisipasinya pada sebuah Chat Groupdan bisa meninggalkan grup kapan saja. Hanya admin grup saja yang memiliki kemampuan untuk menambahkan peserta baru. Jika ingin bergabung dengan sebuah grup, atau tidak ingin bergabung dengan sebuah grup, yang harus hubungi adalah admin grup Jika pengguna memblokir seorang kontak, akan tetap menerima pesan yang dikirimkan kontak tersebut dalam grup yang dimiliki bersama. Demikian juga kontak tersebut akan tetap dapat menerima pesan yang anda kirimkan di grup.

Pemanfaatan Whatsapp yang digunakan untuk penyampaian pesan dari dan kepada Bhabinkamtibmas ini menggunakan fitur yang ada di Whatsapp seperti dengan mengirimkan foto maupun video yang berkaitan dengan laporan Bhabinkamtibmas terkait pelaksanaan tugasnya maupun arahan dan petunjuk dari Kasat Binmas.

2.2.5 Polisi

Polisi merupakan alat negara yang bertugas memelihara keamanan, memberikan perlindungan, dan menciptakan ketertiban masyarakat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, polisi diartikan: 1) sebagai badan pemerintah yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum (menangkap orang yang melanggar undang-undang dsb.), dan 2) anggota dari badan pemerintahan (pegawai negara yang bertugas menjaga keamanan, dsb.). Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia atau disebut dengan Undang-Undang Kepolisian Negara Republik Indonesia, dalam Pasal 1 Ayat (1) disebutkan bahwa, “Kepolisian adalah segala hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.” Selanjutnya Pasal 5 Undang-Undang Kepolisian Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa:

1) Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta

(14)

memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.

2) Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah Kepolisian Nasional yang merupakan satu kesatuan dalam melaksanakan peran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Sadjijono mengemukakan bahwa polisi adalah organ atau lembaga pemerintah yang ada dalam negara (Sadjijono, 2008: 53). Istilah kepolisian sebagai organ dan juga sebagai fungsi. Polisi sebagai organ, yakni suatu lembaga pemerintah yang terorganisasi dan terstruktur dalam ketatanegaraan yang oleh undang-undang diberi tugas dan wewenang dan tanggung jawab untuk menyelenggarakan kepolisian. Sebagai fungsi menunjuk pada tugas dan wewenang yang diberikan oleh undang-undang yakni fungsi preventif dan fungsi represif.

2.2.6 Kinerja

Menurut Mangkunegara (2002) dalam Aris (2012:30) menyatakan bahwa “Kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. Kinerja yang baik merupakan langkah untuk tercapainya tujuan organisasi. Sedangkan menurut Bernardin dan Russel (2000) dalam Aris (2012:30) menyatakan “kinerja adalah catatan perolehan yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama satu periode pekerjaan tertentu”. Sehingga dalam pelaksanaanya perlu adanya upaya-upaya yang nyata untuk meningkatkan kinerja. Tetapi hal ini tidak mudah sebab banyak faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja seseorang.

Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi. Kinerja merupakan implementasi dari rencana yang telah disusun. Implementasi kinerja dilakukan oleh sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, kompetensi, motivasi, dan kepentingan. Wibowo,(2007:4)

Berdasarkan uraian kinerja menurut para tokoh ataupun ahli di atas, dapat dikemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja nyata yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya sesuai dengan kriteria dan tujuan yang ditetapkan oleh organisasi. Sedangkan dalam Pasal 1 butir 20 Peraturan Kapolri nomor 16 tahun 2011 tentang “Penilaian Kinerja Bagi Pegawai Negeri Pada Kepolisian Negara Republik Indonesia Dengan Sistem Manajemen Kinerja” dijelaskan bahwa “Kinerja adalah prestasi atau kemampuan kerja yang diperlihatkan oleh seorang pegawai dalam mendukung dan melaksanakan tugas pokok dan fungsinya”.

Aspek penting dari suatu sistem penilaian kinerja adalah standar yang jelas. Sasaran utama dari adanya standar tersebut ialah teridentifikasinya unsur-unsur kritikal suatu pekerjaan. Standar itulah yang merupakan tolak ukur seseorang melaksanakan pekerjaannya. Standar yang telah ditetapkan tersebut harus mempunyai nilai komparatif yang dalam penerapannya harus dapat berfungsi sebagai alat pembanding antara prestasi kerja seorang karyawan dengan karyawan lain yang melakukan pekerjaan sejenis.

Terkait tata cara penilaian kinerja bagi pegawai Kepolisian Negara Republik Indonesia, telah diatur dalam Peraturan Kapolri Nomor 16 tahun 2011 Pasal 13 yang menjelaskan “Penilaian Kinerja adalah nilai kumulatif dari hasil penilaian faktor generik dan faktor spesifik”. Sistem penilaian kinerja di institusi Polri menggunkan Sistem Manajemen Kinerja (SMK) dengan penilaian kinerja berdasarkan nilai kumulatif antara dua faktor yaitu hasil penilaian dari faktor generik dan faktor spesifik seperti yang diterangkan sebelumnya. Dua faktor penilaian kinerja yang diterapkan di kepolisian dijelaskan lebih mendalam di pasal 1 butir 10 yang menjelaskan “Faktor Generik yang selanjutnya disingkat FG adalah indikator

(15)

penilaian yang diberlakukan sama pada semua pegawai” dan di pasal 1 butir 11 “Faktor Spesifik yang selanjutnya disingkat FS adalah indikator penilaian yang terkait dengan tugas pokok, fungsi, dan tanggung jawab pegawai pada masing-masing fungsi yang ada pada Polri”.

Pasal 7 Peraturan Kapolri nomor 16 tahun 2011 dijelaskan lebih mendetail tentang faktor-faktor yang digunakan dalam penilaian kinerja bagi pegawai Kepolisian :

a. Penilaian kinerja generik menilai 10 (sepuluh) faktor kinerja, meliputi:

1. Kepemimpinan 2. Jaringan sosial 3. Komunikasi 4. Pengendalian emosi 5. Agen perubahan 6. Integritas 7. Empati 8. Pengelolaan administrasi 9. Kreativitas, dan 10. Kemandirian.

b. Penilaian kinerja spesifik didasarkan atas kesepakatan antara PP dengan PYD yang mencakup 5 (lima) faktor kinerja sesuai dengan tugas, fungsi dan tanggungjawabnya. c. 5 (lima) faktor kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengacu kepada penetapan

kinerja tahunan yang telah ditetapkan oleh masingmasing satuan kerja.

Berdasarkan Pasal 7 Perkap nomor 16 tahun 2011 di atas mengenai faktor spesifik penilaian kinerja anggota kepolisian berasal dari penetapan masing-masing satuan kerja, maka diperoleh data dari Bagian Operasional (Bagops) Satuan Binmas Polres Pekalongan dalam hal penilaian kinerja, bahwa faktor penilaian kinerja spesifik Bhabinkamtibmas Polres Pekalongan meliputi:

1. Kunjungan dari rumah ke rumah pada seluruh wilayah penugasannya. 2. Melakukan dan membantu pemecahan masalah.

3. Melakukan pengaturan dan pengamanan kegiatan masyarakat 4. Menerima informasi tentang terjadinya tindak pidana

5. Memberikan perlindungan sementara kepada orang yang tersesat, korban kejahatan dan pelanggaran

6. Ikut serta dalam memberikan bantuan kepada korban bencana alam dan wabah penyakit 7. Memberikan bimbingan dan petunjuk kepada masyarakat atau komunitas berkaitan

dengan permasalahan Kamtibmas dan Pelayanan Polri

Mengacu pada Peraturan Kapolri nomor 16 tahun 2011 tentang penjabaran cara-cara penilaian kinerja bagi pegawai kepolisian Negara Republik Indonesia, maka dengan ini penulis tetapkan sebagai dasar dalam menjelaskan variabel kinerja. Selain itu dengan output lulusan penulis sebagai sarjana terapan atau vokasi dibidang kepolisian yang lebih mengedepankan ilmu aplikatif di lapangan maka dirasa Perkap nomor 16 tahun 2011 ini sangat tepat dan sesuai untuk penulis gunakan dalam mengkaji lebih mendalam variabel kinerja karena langsung menjurus dan terfokus dalam menilai kinerja anggota Polri yang dalam penelitian ini merupakan sebagai variabel terikat atau variabel dependen (Y).

2.2.7 Bhabinkamtibmas

Bhayangkara Pembina Kamtibmas (Bhabinkamtibmas) berdasarkan Keputusan Kapolri No. : KEP/8/XI/2009, tanggal 24 November 2009 tentang perubahan buku petunjuk lapangan Kapolri No. Pol.: Bujuklap/17/VII/1997 tanggal 18 Juli 1997 tentang Bintara Polri pembina Kamtibmas di Desa/Kelurahan adalah Petugas Polmas di Desa/Kelurahan yang ditunjuk berdasarkan Surat Perintah, dipilih dengan sengaja karena mempunyai kapasitas, atau dibentuk dan disiapkan dengan pelatihan-pelatihan tertentu untuk dapat melaksanakan

(16)

tugasnya sebagai seorang mediator dan fasilitator dalam penyelesaian masalah-masalah sosial yang ada di masyarakat (Problem Solving), dinamisator dan motivator aktivitas masyarakat yang bersifat positif dalam rangka menciptakan dan memelihara Kamtibmas.

Bhabinkamtibmas sesuai dengan Keputusan Kapolri No. Pol: KEP/8/XI/2009, tanggal 24 November 2009 tentang perubahan buku petunjuk lapangan Kapolri No. Pol: Bujuklap/17/VII/1997 tentang Bintara Polri Pembina Kamtibmas di Desa/Kelurahan adalah Bhayangkara Pembina Kamtibmas dari kelompok kepangkatan Brigadir sampai dengan Inspektur. Personil Bhabinkamtibmas dalam pelaksanaan tugasnya didasari oleh buku mengenai Standar Operasional Prosedur tentang pelaksanaan tugas Bhabinkamtibmas di Desa/Kelurahan yang menjadi pedoman dasar dalam pelaksanaan tugasnya yang salah satunya mengatur tentang tugas pokok, fungsi dan peranan Bhabinkamtibmas. Menurut pasal 25 Perkap No 3 tahun 2015 tentang Pemolisian Masyarakat, Bhabinkamtibmas diangkat berdasarkan Keputusan Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) dan wajib menerapkan prinsip-prinsip Polmas dalam melaksanakan tugasnya.

Tugas pokok Bhabinkamtibmas terdapat dalam pasal 27 yaitu melakukan pembinaan masyarakat, deteksi dini, dan mediasi/negosiasi agar tercipta kondisi yang kondusif di desa/kelurahan. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bhabinkamtibmas melakukan kegiatan: a. Kunjungan dari rumah ke rumah (door to door) pada seluruh wilayah penugasannya. b. Melakukan dan membantu pemecahan masalahan (Problem Solving).

c. Melakukan pengaturan dan pengamanan kegiatan masyarakat. d. Menerima informasi tentang terjadinya tindak pidana.

e. Memberikan perlindungan sementara kepada orang yang tersesat, korban kejahatan dan pelanggaran.

f. Ikut serta dalam memberikan bantuan kepada korban bencana alam dan wabah penyakit. g. Memberikan bimbingan dan petunjuk kepada masyarakat atau komunitas berkaitan dengan

permasalahan Kamtibmas dan pelayanan Polri.

2.2 Kerangka Berfikir

Kerangka berpikir adalah pemikiran penulis dalam memberikan sebuah gambaran dalam penulisan, dimana penulis akan menganalisis permasalahan yang ada dalam penelitian ini dengan menggunakan teori dan konsep yang relevan terhadap permasalahan penelitian. Sebagaimana kita ketahui bahwa tugas Polri sesuai dalam Pasal 14 ayat (1) huruf (e) dan (i) Undang-undang nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, yaitu memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum dan melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Dalam melaksanakan tugasnya polisi didukung dengan kemajuan teknologi untuk menyalurkan informasi dengan lebih baik. Polres Pekalongan berusaha meningkatkan pelayanan publik dengan memanfaatkan Whatsapp sebagai media komunikasi dalam penyampaian pesan dari atasan kepada bawahan, dari bawahan kepada atasan, dan juga penyampaian pesan kepada sesama Bhabinkamtibmas.

Penelitian ini menggunakan model penelitian pengaruh yang menggambarkan hubungan antara variabel independen (X) yaitu pemanfaatan Whatsapp dengan menggunakan teori Marshal McLuhan yang menyebutkan fungsi media komunikasi adalah efektifitas, efisiensi, konkret, motifatif dan variabel dependen (Y) yaitu kinerja Bhabinkamtibmas Polres Pekalongan dengan menggunakan Peraturan Kapolri nomor 16 tahun 2011. (penilaian kinerja adalah hasil kumulatif faktor generik dan faktor spesifik), maka dapat digambarkan dalam kerangka pikir sebagai berikut.

(17)

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

2.3 Hipotesis Penelitian

Merumuskan dan menguji hipotesis adalah hal pokok dalam penelitian kuantitatif. Menurut Farouk Muhammad (2008 : 88) hipotesis adalah :

Hasil proses teoritik atau proses rasional yang berbentuk pernyataan tentang karakteristik populasi. Hipotesis juga merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian. Dikatakan sementara karena baru didasari oleh teori yang relevan, belum didasarkan fakta-fakta empiris yang diperoleh dari pengumpulan data. Sebagai hasil proses teori yang belum berdasarkan fakta, maka hipotesis masih perlu diuji kebenarannya dengan data empiris.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa di dalam penelitian kuantitatif diperlukan suatu hipotesis yang didasari oleh teori-teori yang sudah ada dan relevan dengan penelitian yang dilakukan. Selain merumuskan hipotesis tersebut perlu dilakukan pengujian terhadap hipotesis yang telah dirumuskan. Rumusan hipotesis dalam penelitian ini terdiri atas:

Hipotesis Null (Ho) : μ1 = 0

“Tidak terdapat pengaruh antara media komunikasi terhadap kinerja

Bhabinkamtibmas Polres Pekalongan”

Hipotesis Alternatif (Ha) : μ1 ≠ 0

“Terdapat pengaruh antara media komunikasi terhadap kinerja Bhabinkamtibmas

Polres Pekalongan”

Dari Hipotesis di atas, oleh peneliti diturunkan dalam rumusan hipotesis berdasarkan pada rumusan permasalahan nomor dua adalah sebagai berikut:

Ho (X1) : Tidak terdapat pengaruh antara media komunikasi dalam sub variabel

efektivitas terhadap kinerja Bhabinkamtibmas Polres Pekalongan

Ha (X1) : Terdapat pengaruh antara media komunikasi dalam sub variabel

efektivitas terhadap kinerja Bhabinkamtibmas Polres Pekalongan

Ho (X2) : Tidak terdapat pengaruh antara media komunikasi dalam sub variabel

efisiensi terhadap kinerja Bhabinkamtibmas Polres Pekalongan Media Komunikasi (X) Kongkret (X4) Efektivitas (X1) Efisiensi (X2) Motivatif (X3) Kinerja (Y) Pengaruh

(18)

Ha (X2) : Terdapat pengaruh antara media komunikasi dalam sub variabel efisiensi terhadap kinerja Bhabinkamtibmas Polres Pekalongan

Ho (X3) : Tidak terdapat pengaruh antara media komunikasi dalam sub variabel

motivatif terhadap kinerja Bhabinkamtibmas Polres Pekalongan

Ha (X3) : Terdapat pengaruh antara media komunikasi dalam sub variabel

motivatif terhadap kinerja Bhabinkamtibmas Polres Pekalongan

Ho (X4) : Tidak terdapat pengaruh antara media komunikasi dalam sub variabel

konkret terhadap kinerja Bhabinkamtibmas Polres Pekalongan

Ha (X4) : Terdapat pengaruh antara media komunikasi dalam sub variabel

konkret terhadap kinerja Bhabinkamtibmas Polres Pekalongan

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

3.1.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif di mana penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara variabel-variabel yang dipilih dan dijabarkan dalam sub-sub variabel-variabel yang lebih operasional, sehingga lebih memudahkan dalam pengumpulan datanya.

Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan menggunakan cara-cara tertentu dalam mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis data dengan teknik statistik, mengambil kesimpulan dengan generalisasi. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang senantiasa mendasarkan pada ciri-ciri ilmiah dalam pelaksanaannya. (Farouk Muhammad, dkk, 2008:62)

Arikunto (2006) dalam Setiadi (2012:60) menyatakan “sesuai dengan namanya, banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya”. Penulis menggunakan pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini karena dengan alasan penulis ingin menggambarkan secara nyata tentang pengaruh media komunikasi terhadap kinerja Bhabinkamtibmas Polres Pekalongan. Pendekatan kuantitatif yang akan digunakan penulis dalam melakukan penelitian ini memiliki ciri-ciri rasional, empiris, dan sistematis.

3.1.2 Metode Penelitian

Farouk dan Djaali (2010:2) menjelaskan bahwa “Metode ilmiah adalah cara mencari kebenaran yang tidak hanya didasarkan kepada alasan induktif atau deduktif saja, tetapi bersifat menyeluruh atau gabungan antara berfikir induktif dan berpikir deduktif”. Dalam melakukan suatu penelitian kita dapat menggunakan beberapa jenis metode yang ada. “Berdasarkan metodenya, penelitian dikelompokkan menjadi: penelitian survei, penelitian sejarah, penelitian eksperimen, dan penelitian kualitatif yang meliputi grounded research, studi etnografik, dan kajian kasus” (Farouk dan Djaali, 2010:3).

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode survei. Menurut Farouk Muhammad dan Djaali (2010:64) yang mengutip pendapat Fraenkel dan Wallen (1990), ”penelitian survei merupakan penelitian dengan mengumpulkan informasi dari suatu sampel dengan menanyakan melalui angket atau interview yang nantinya menggambarkan berbagai aspek dalam populasi”. Menurut Riyanto (2001) dalam Farouk Muhammad dan Djaali (2010:65), penelitian survei mempunyai ciri-ciri:

(19)

a. Data survei dapat dikumpulkan dari seluruh populasi, atau dapat pula dari hanya sebagian populasi.

b. Untuk suatu hal data yang sifatnya nyata.

c. Hasil survei dapat dimanfaatkan untuk kepentingan yang sifatnya terbatas, karena data yang dikumpulkan dibatasi oleh waktu dan saat data itu dikumpulkan.

d. Biasanya untuk memecahkan masalah yang sifatnya insidental.

e. Pada dasarnya survei dapat merupakan metode cross-sectional dan longitudinal. f. Cenderung mengandalkan teknik pengumpulan data kuantitatif.

g. Mengandalkan teknik pengumpulan data yang berupa kuesioner dan wawancara berstruktur.

Oleh karna itu, penulis menggunakan metode survei ini untuk menggambarkan aspek-aspek penelitian di lokasi penelitian. Dengan menggunakan metode survei tersebut penulis dapat lebih mudah untuk mendapatkan data yang akurat dalam penelitian ini, seperti yang diharapkan oleh penulis karena dengan alasan dapat langsung menyentuh kepada objek penelitian, yaitu Bhabinkamtibmas Polres Pekalongan. Dengan memperhatikan metode di atas, pelaksanaan penelitian ini menggunakan pendekatan yang bermaksud untuk memprediksikan pengaruh langsung antara variabel bebas yaitu media komunikasi terhadap variabel terikat yaitu kinerja Bhabinkamtibmas Polres Pekalongan, melalui analisa regresi dan pembuktian hipotesis pengaruh media komunikasi terhadap kinerja Bhabinkamtibmas.

3.2 Operasionalisasi Variabel

Menurut Farouk dan Djaali (2010:7) menyatakan bahwa “Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai, atau mempunyai lebih dari satu nilai, keadaan, kategori atau kondisi”. Sedangkan menurut Sambas dan Maman (2009) dalam Setiadi (2012:62) disebutkan bahwa “variabel adalah karakteristik yang dimiliki satuan pengamatan keadaannya berbeda-beda atau memiliki gejala yang bervariasi dari satu satuan pengamatan ke satu satuan pengamatan lainnya, atau untuk satuan pengamatan yang sama, karakteristiknya berubah menurut waktu atau tempat”.

Operasional variabel merupakan tahapan untuk menyusun instrumen pertanyaan. Operasional variabel memberikan kemudahan dalam pengukuran suatu variabel dengan cara penentuan dimensi variabel, kemudian dari dimensi variabel ditentukan indikator-indikatornya dijadikan tolak ukur penyusunan item instrumen berupa pertanyaan atau pernyataan yang dijawab responden sehingga memudahkan dalam memberikan penilaian secara kuantitatif.

Penelitian ini penulis secara garis besar membagi Variabel operasional menjadi 2 (dua) yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Dalam penelitian ini sebagai variabel independen (X) yaitu media komunikasi dengan menggunakan fungsi media komunikasi menurut Marshall Mc Luhan yang penulis susun indikator efektifitas, efisiensi, konkret, motivatif dan variabel dependen (Y) yaitu kinerja Bhabinkamtibmas Polres Pekalongan dengan menggunakan Peraturan Kapolri nomor 16 tahun 2011 tentang Sistem Manajemen Kinerja kepolisian yang melakukan penilaian kepada pegawai kepolisian dengan cara kumulatif dari hasil faktor generik dan faktor spesifik.

Terkait dengan variabel bebas atau independen (X) dan variabel terikat atau dependen (Y), Menurut Sugiyono (2009: 39) dijelaskan bahwa “Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat), sedangkan variabel terikat merupakan variabel yang di pengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”.

(20)

Berdasarkan pendapat dari Sugiyono di atas dapat dimengerti bahwa kehadiran dari variabel dependen sebagai varibel terikat (Y) yang dipengaruhi muncul karena adanya variabel independen sebagai variabel bebas (X) yang mempengaruhi variabel (Y).

3.2.1 Variabel Independen (X)

Variabel independen (bebas) adalah suatu variabel yang akan mempengaruhi variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini, variabel independennya adalah media komunikasi, yang didasari dari pendapat Marshall Mc Luhan dalam bukunya yang berjudul Understanding

Media : The Extension of Man yang menyebutkan fungsi media komunikasi yaitu :

a. Efektifitas yaitu media komunikasi akan mempermudah kelancaran dalam penyampaian informasi.

b. Efisiensi yaitu media komunikasi akan mempercepat penyampaian dalam sebuah informasi.

c. Konkret yaitu media komunikasi akan membantu mempercepat isi pesan yang memiliki sifat abstrak.

d. Motivatif yaitu media komunikasi akan lebih atraktif dan memberikan sebuah informasi yang dapat dipertanggungjawabkan.

3.2.2 Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen (bebas). Dalam penelitian ini sebagai variabel terikatnya adalah kinerja Bhabinkamtibmas Polres Pekalongan, dengan indikatornya penilaian terhadap faktor generik dan faktor spesifik.

Secara garis besar, dengan melihat operasionalisasi variabel yang ada, maka desain penelitian kali ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Sementara itu kisi-kisi instrumen penelitian dibutuhkan untuk penyusunan angket atau kuesioner. Menurut Sambas dan Maman (2009) dalam Setiadi (2012:27) mengatakan bahwa “hal yang penting diperhatikan dalam penyusunan kuesioner adalah bahwa kuesioner penelitian merupakan turunan dari variabel yang hendak diteliti. Variabel diturunkan kepada

Media Komunikasi (X) Kongkret (X4) Efektivitas (X1) Efisiensi (X2) Motivatif (X3) Kinerja (Y) Pengaruh

(21)

dimensi, kemudian dimensi kepada indikator. Indikator inilah yang kemudian menjadi sumber item pertanyaan kuesioner”.

Berdasarkan dari variabel-variabel tersebut, maka pengukuran aspek-aspek dari dua variabel tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.1

Tabel Pengukuran Variabel Independen “X” (Media Komunikasi)

Variabel Sub Variabel No Item

Variabel Bebas (X) Media Komunikasi Theory Marshall Mc Luhan Efektifitas 1,2,3, 4,5,6, Efisiensi 11,12,13,14 7,8,9,10, Konkret 15,16,17, 18,19 Motivatif 20,21, 22,23 Tabel 3.2

Tabel Pengukuran Variabel Dependen “Y” (Kinerja)

Variabel Sub Variabel Indikator No Item

Variabel Terikat (Y) Kinerja Perkap no.16 th.2011 Faktor generik o kepemimpinan o jaringan sosial o komunikasi o pengendalian emosi o agen perubahan o integritas o empati o pengelolaan administrasi o kreativitas dan kemandirian 24,25 26,27 28,29 30,31 32,33 34,35 36,37 38,39 40,41 42,43 Faktor Spesifik

o Kunjungan dari rumah ke

rumah pada seluruh wilayah penugasannya

o Melakukan dan membantu

pemecahan masalah

o Melakukan pengaturan dan

pengamanan kegiatan masyarakat

o Menerima informasi tentang

terjadinya tindak pidana

o Memberikan perlindungan

sementara kepada orang

44,45

46,47 48

(22)

Variabel Sub Variabel Indikator No Item

yang tersesat, korban kejahatan dan pelanggaran o Ikut serta dalam

memberikan bantuan kepada korban bencana alam dan wabah penyakit

o Memberikan bimbingan dan

petunjuk kepada masyarakat atau komunitas berkaitan dengan permasalahan Kamtibmas dan Pelayanan Polri

50

51

52

Skala pengukuran amat bervariasi. Skala yang sederhana (simple scales) adalah suatu skala yang digunakan untuk mengukur beberapa karakteristik. Dalam penelitian sosial ataupun penelitian organisasional dan manajemen, umumnya digunakan 2 (dua) jenis penskalaan penilaian yaitu skala pengurutan (rating scales) dan skala sikap (attitude scale). Skala pengurutan adalah satu skala yang berisi kategori respons yang berbeda-beda berdasarkan satu kriteria tertentu, seperti sejauh mana seorang responden setuju atau tidak setuju dengan satu pernyataan. Sering digunakan untuk rating scales adalah graphic scale dan itemized rating scale. Skala penilaian lebih fleksibel daripada skala sikap, sebab skala penilaian tidak terbatas untuk mengukur sikap melainkan juga dapat digunakan untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lainnya, seperti mengukur status sosio ekonomi. Sebaliknya, skala sikap, seperti namanya, hanya digunakan untuk mengukur sikap, persepsi, atau pendapat. Pemilihan skala sangat tergantung dari ciri-ciri yang mendasari konsep dan antisipasi peneliti terhadap penggunaan variabel yang digunakan dalam tahap analisis data.

3.3 Populasi dan Sampel

Farouk dan Djaali (2010:97) menjelaskan bahwa “Dalam setiap penelitian (dengan pendekatan/paradigma kuantitatif) selalu berbicara tentang populasi dan sampel. Kesimpulan akhir suatu penelitian berlaku bagi populasi, tetapi yang dipelajari/ dianalisis adalah sampel”. 3.3.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2009: 117), Populasi adalah “Wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Sedangkan menurut Sukestiyarno (2012:94) menyatakan “Populasi adalah sekumpulan karakteristik dari orang, binatang, tanaman atau benda yang akan diobservasi”. Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas maka Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh Bhabinkamtibmas Polres Pekalongan.

(23)

3.3.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2015: 149), “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Menurut Sukestiyarno (2012:94), “Sampel adalah bagian dari populasi yang sengaja dipilih secara representative (mewakili), dengan memepelajari sifat data yang ada di sampel dijadikan generelasi untuk menjelaskan populasi”.

Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian terdapat berbagai teknik sampling yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu Probability Sampling dan Nonprobability Sampling. Dalam penulisan ini menggunakan Nonprobability Sampling. Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik Nonprobability Sampling yang digunakan adalah sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini dilakukan dengan alasan karna penelitian ini ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Sehingga sampel yang digunakan sama dengan jumlah populasi yaitu seluruh Bhabinkamtibmas Polres Pekalongan yang berjumlah 67 sampel.

3.4 Sumber Data Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian dengan pendekatan kuantitatif ini, penulis menggunakan dua macam data penelitian, yaitu data primer dan data sekunder.

3.4.1 Sumber Data Primer

Penelitian yang menggunakan metode dengan pendekatan kuantitatif, maka yang utama digunakan adalah data primer. Data primer adalah data yang yang berasal dari sumber asli dan dikumpulkan secara khusus untuk menjawab pertanyaan penelitian.

Penulis menggunakan instrumen kuesioner atau angket untuk mengumpulkan data primer. Sebagaimana yang disebutkan dalam Sugiyono (2009:142):

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos, atau internet.

Lebih lanjut dilakukan bahwa kuesioner atau angket memiliki kelebihan sebagai berikut :

a. Angket dapat digunakan untuk mengumpulkan data dari sejumlah besar responden yang menjadi sampel.

b. Dalam menjawab pertanyaan melalui angket responden dapat lebih leluasa, karena tidak dipengaruhi oleh sikap mental hubungan antara peneliti dengan responden.

c. Setiap jawaban dapat dipikirkan masak-masak terlebih dahulu, karena tidak terikat oleh cepatnya waktu yang diberikan kepada responden untuk menjawab pertanyaan sebagaimana wawancara.

d. Data yang terkumpul dapat lebih mudah dianalisa, karena petanyaan yang diajukan kepada setiap responden adalah sama.

Teknik pengumpulan data instrumen yang berupa kuesioner ditujukan kepada personil Bhabinkamtibmas Polres Pekalongan. Sebelum digunakan, daftar pernyataan tersebut terlebih dahulu di lakukan uji validitas dan realibilitas, sehingga akan di peroleh pernyataan yang valid dan reliabel yang dapat di gunakan dalam kuesioer. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala 5 tingkat (Likert), yaitu:

Gambar

Gambar 2.1   Kerangka Berfikir
Gambar 3.1   Desain Penelitian
Tabel di atas menunjukan pada kolom Pearson Correlation dengan r table = 0,374, terlihat  bahwa  indikator  yang  tidak  valid  adalah  butir  pernyataan  nomor  7
Tabel di atas menunjukkan Pearson Correlation yang secara keseluruhan lebih besar  dari r tabel (0,374)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Bupati Bone Nomor 42 Tahun 2008 Tentang Rincian tugas ,Fungsi dan tata kerja kepala dinas,Sekretaris, kepala bidang, kepala Sub bagian dan kepala seksi pada Dinas

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa populasi tanaman 6 biji/lubang menghasilkan berat kering brangkasan lebih banyak daripada berat kering brangkasan yang lain,

dengan tidak adanya dukungan dari sistem infromasi yang baik, PT Mahakam Prima Lintas beberapa kali mengalami kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan dalam estimasi

Pada pengujian sifat-sifat fisik bata, material bata dan mortar terdiri dati pengujian penentuan dimensi bata, uji berat volume kering, uji kandlUlgan lumpur dalam pasir,

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang di olah melalui program SPSS dapat di simpulkan bahwa Terdapat pengaruh positif serta hubungan antara

Identifikasi dapat dilakukan dengan membandingkan data tinggi badan sebenarnya dengan data tinggi badan yang tercantum di dalam kartu Surat Izin Mengemudi (SIM).. Tinggi

Dan saran untuk penelitian selanjutnya adalah meningkatkan performa dari video game dengan mengimplementasikan seluruh update yang dilakukan oleh CPU dengan.

Bagi manajemen Indomaret Tanjung Batu Manado, perlu meninjau kembali program Potongan Harga yang dilaksanakan mengingat kebutuhan masyarakat Manado yang pada umumnya lebih