32
BAB VI
HASIL PERANCANGAN
6.1 Penjelasan Rencana Tapak
Gambar 6. 1 Rencana Tapak
Rencana tapak gelanggang remaja dirancang terintegrasi dengan hutan kota bagian depan (samping entrance). Adapun pembagian zona pada rencana tapak yaitu area hutan kota sebagai ruang publik kota dan gelanggang remaja khusus untuk anak muda. Pada bagian hutan kota, sisi utara dominan pohon-pohon akasia yang merupakan bagian eksisting dari tapak. Penambahan jalan setapak diantara pohon bertujuan agar masyarakat dapat menikmati dan berinteraksi dengan alam. Sedangkan sisi selatan digunakan sebagai akses masuk gelanggang remaja sekaligus area parkir. Pada sisi selatan, pohon yang digunakan adalah pohon trembesi menggantikan pohon eksisting. Pemilihan pohon ini karena tajuknya yang lebar dan mudah tumbuh meskipun lahan kering. Pada area gelanggang remaja, terdapat empat ruang dengan empat kelompok aktivitas. Sebelah barat dijadikan area ampliteater dan plaza sebagai tempat pertunjukkan seni, bazar, dan upacara penyambutan. Sisi timur merupakan zona olahraga ditempatkan beberapa lapangan beserta jogging track dan skatepark. Alasan pemilihan lokasi ini sebagai zona olahraga karena lokasi sebelumnya merupakan tanah lapang sehingga tidak perlu menebang pohon. Area selatan digunakan untuk area belajar seperti berkebun dan mengenal varian tanaman melalui greenhouse. Bagian utara digunakan untuk zona mengenal alam karena sebelumnya terdapat
33 pohon. Namun sebagian area digunakan menjadi tanah lapang dan area bermain anak-anak atau playground agar ruang lebih aktif.
6.1.1 Perletakan dan Orientasi Bangunan
Gambar 6. 2 Perletakan Massa Bangunan
Perletakan massa bangunan gedung serbaguna (GSG) berorientasi memanjang dari timur ke barat, dengan massa bangunan lainnya membentuk lengkungan hampir menyerupai setengah lingkaran. Bentuk lengkungan dibuat sama agar grid pertemuan struktur lebih tertata dan menyesuaikan struktur grid di GSG yang menjadi titik pusat bangunan. Ruang serbaguna diletakkan pada tengah bangunan karena dianggap sebagai ruang utama dari bangunan dan digunakan secara multifungsi, seperti badminton, basket, konser, seminar dengan peserta lebih dari 150 orang.
Peletakkan zona di ruang luar ditentukan oleh beberapa hal. Area plaza merupakan bagian penyambut dari datangnya pengunjung sehingga dibuat agak terbuka dengan perkerasan. Perkerasan juga dikombinasikan untuk ampliteater sehingga ruang luar lebih fleksibel dapat digunakan untuk kegiatan seni disamping penggunaan untuk kegiatan apel (upacara) dan bazar. Area utara yang lahan aslinya merupakan kumpulan pohon akasia dimanfaatkan sebagai tempat santai dan bermain untuk anak-anak. Pepohonan yang banyak memberikan suasana yang tenang menjadi alasan dari pemilihan zona dan kegiatan tersebut.
34 6.1.2 Sirkulasi Manusia Dan Kendaraan
Sirkulasi Kendaraan Roda Empat Sirkulasi Kendaraan Roda Dua
Sirkulasi Drop-off Kendaraan
Sirkulasi Kendaraan Darurat dan Servis
Sirkulasi Pejalan Kaki
Gambar 6. 3 Jenis Sirkulasi Kendaraan dan Orang pada Tapak
Sirkulasi pada tapak direncanakan memiliki akses pejalan kaki dan akses kendaraan dari jalan utama menuju tapak proyek. Akses pejalan kaki menghubungkan antara jalan Letjen Alamsyah (sisi
35 kiri), komplek Transmart dengan hutan kota (sisi atas) dan Gelanggang Remaja. Pejalan kaki dapat memilih jalan melalui beberapa jalur pedestrian. Terdapat jalur pedestrian selebar 3-4 m untuk memfasilitasi pengguna remaja yang menggunakan kendaraan umum dan senang berkelompok dari jalan raya menuju gelanggang. Jalur pedestrian juga dilengkapi plaza pada persimpangan yang dapat digunakan untuk aktivitas, acara, maupun bazar pada hari libur. Sedangkan untuk akses keluar masuk kendaraan disatukan antara pengunjung dan pengelola dengan jalur aspal selebar 4 m. Area parkir motor dipisahkan dari area mobil untuk menghindari resiko kecelakaan. Khusus pengelola dapat melalui jalur privat yang berada dekat bundaran entrance/tempat drop off. Jalur khusus ini disediakan sewaktu-waktu untuk akses darurat atau pengelola dalam bongkar muat barang. Akses jalan servis dibuat hingga bagian belakang tapak, dengan jalur sebagian tanah, paving, dan aspal.
6.1.3 Ruang Terbuka Hijau
Area Hutan dari Pintu Masuk Gelanggang Salah Satu Pemandangan Taman
Gambar 6. 4 Ruang Terbuka Hijau
Ruang terbuka hijau gelanggang remaja didesain terintegrasi dengan hutan kota. Sebagai bentuk respon dan tanggung jawab, vegetasi pohon akasia pada bagian utara area gelanggang remaja dipertahankan. Vegetasi lain ditambah seperti tanaman perdu sebagai tanaman penghias dan pengarah di jalan setapak. Vegetasi diperbanyak sekitar area gelanggang remaja untuk mendukung suasana yang asri dan nyaman untuk pengunjung. Adapun area hutan kota seluas 1140 m2 dari
gerbang masuk hingga depan gelanggang remaja merupakan bagian ruang terbuka hijau (RTH) yang didesain. Selain hutan kota, terdapat taman bermain, plaza, dan kebun kecil yang menjadi area RTH gelanggang remaja.
36 6.2 Rancangan Bangunan
6.2.1 Bentuk Bangunan
Gambar 6. 5 Bentuk Bangunan
Bentuk Bangunan dirancang melengkung menimbulkan garis massa yang dinamis, memberi kesan menyambut ketika pengunjung datang dari arah pintu masuk. Namun, bentuk lengkungan yang absolut pada awal konsep harus mengalah untuk menyesuaikan susunan grid kolom agar bisa lebih rapih dan efisien. Konsep bangunan membentuk empat macam ruang luar yang berbeda agar kegiatan aktif di outdoor dan lebih sering berinteraksi dengan alam. Ditambah bentuk lengkung fasad yang menguatkan kesan dinamis dan selalu aktif, menggambarkan bentuk karakter pengguna gelanggang remaja.
6.2.2 Tata letak dan Bentuk Ruang
37
Ruang Studio Lantai 2 Ruang Serbaguna
Gambar 6. 7 Bentuk Ruang
Tata letak ruang-ruang yang ada disusun dengan susunan kelas-kelas besar di bagian barat untuk kegiatan studio dan latihan workshop. Sedangkan, bagian timur terdapat beberapa kelas lebih kecil untuk kegiatan kelas, komunitas, dll. Sedangkan bentuk bangunan yang melengkung (radial) mempengaruhi bentuk ruang-ruang yang ada. Sedangkan bagian tengah, menopang ruang serbaguna sebagai pusat aktivitas.
Ruang-ruang di GSG meskipun masuk ke dalam zona olahraga namun dapat digunakan secara multifungsi. Ruang Serbaguna ditujukan untuk latihan olahraga badminton namun juga dapat digunakan untuk aktivitas lain seperti konser. RSG juga dapat dikonversi menjadi satu lapangan basket. Bentuk ini merupakan bagian dari konsep konvertibilitas dan versatilitas. Sedangkan diantara ruang seni (studio) menggunakan partisi pintu lipat agar ruang dapat disatukan apabila membutuhkan kapasitas ruang yang lebih. Bentuk ruang ini merupakan penerapan dari ekspansibilitas. Jendela-jendela studio sengaja dibuat banyak dan lebar sebagai bentuk dari pengawasan pasif.
38 6.2.3 Sirkulasi di dalam Bangunan
Gambar 6. 8 Gambaran Sirkulasi Bangunan
Sirkulasi pada bangunan memiliki pola menyebar (ditandai warna kuning yang merupakan jalur sirkulasi). Hal ini beralasan untuk memberikan kesempatan anak remaja untuk mengeksplorasi ruang-ruang yang ada di gelanggang dengan harapan pengunjung menemukan ruang/kelompok yang sesuai dengan minat dan bakat mereka. Sirkulasi vertikal dihubungkan dengan tangga (warna merah) dan lift (hijau) untuk akomodasi barang dan difabel. Pada lantai satu (bawah RSG), sirkulasinya saling menghubungkan ruang luar. Pada lantai dua, koridor RSG memiliki fungsi sebagai pre hall function dan menghubungkan koridor bangunan sisi barat dengan sisi timur.
6.2.4 Sistem Struktur dan Konstruksi
Sistem struktur bangunan menggunakan struktur beton dengan sistem grid dan radial. Sistem grid diterapkan pada gedung serbaguna dengan bentang antar kolom mencapai 8 m. Sistem susunan struktur radial tersebar pada ruang-ruang kelas. Sedangkan untuk sistem konstruksi atap terbagi menjadi dua dengan konstruksi atap plat beton dan atap truss frame. Atap pada bangunan yang menaungi kelas dan studio, sebagian atap menggunakan atap plat beton untuk memudahkan mengikuti bentuk bangunan yang melengkung. Sebagian atap lagi menggunakan atap zincalum dengan kemiringan sekitar 15° untuk meringankan beban atap dan menyesuaikan dengan iklim tapak. Atap pada gedung serbaguna menggunakan konstruksi atap truss frame karena bentang ruang yang mencapai 21 m.
39
Gambar 6. 9 Sistem Pembalokan
6.2.5 Sistem Utilitas
Gambar 6. 10 Sistem Utilitas Air Bersih
Sistem utilitas air bangunan mengandalkan sistem pipa PDAM kota. Meskipun di sekitar lahan terdapat banyak pohon karena berada di area hutan kota, Langkah ini merupakan bentuk untuk
40 mengurangi ketergantungan terhadap air tanah dan konservasi air tanah pada lahan. Sistem distribusi air dimulai dari pipa PDAM kota yang disalurkan ke bangunan tangki air/ground water tank (GWT) yang tersebar di bangunan gelanggang remaja. Jumlah GWT di gelanggang remaja ada dua, diletakkan sesuai dengan letak toilet bangunan gelanggang remaja. Air akan didistribusikan menggunakan pompa menuju toilet yang ada di lantai dasar dan lantai dua.
Sistem sirkulasi vertikal bangunan dibantu dengan lift barang. Lift ini digunakan untuk keperluan pengangkutan barang-barang sekaligus membantu akses kelompok difabel menuju lantai atas. Jenis lift yang digunakan menggunakan lift hidrolik yang biasa digunakan untuk mengangkut barang. Jenis lift ini dipilih karena perawatan yang mudah dan harga relatif lebih murah untuk ketinggian lantai yang tidak tinggi.
6.2.6 Fasad Bangunan
41
Gambar 6. 12 Tampak Fasad pada Bangunan
Fasad Bangunan menggunakan material metal yang diberikan warna dan menjadi corak pada bangunan. Warna yang digunakan adalah warna cerah yaitu orange, kuning, hijau muda, dan merah yang digradasi sehingga menjadi selaras. Fasad bangunan menggunakan bentuk kisi-kisi horizontal. Kisi-kisi horizontal dipilih karena lebih efektif menahan sinar matahari yang cukup terik saat siang hari dan menjaga suhu lebih sejuk saat siang hari. Sistem pemasangan fasad menggunakan konstruksi hollow baja yang disambungkan dengan pilar kolom sisi luar bangunan.
6.3 Rekapitulasi data hasil rancangan
Berikut rekapitulasi data hasil perancangan luas bangunan gelanggang remaja. Rekapitulasi data berdasarkan perhitungan kelompok ruang dari pembagian ruang utama yaitu kelompok ruang pendidikan, ruang seni, dan ruang olahraga. Adapun ruang serbaguna yang dihitung terpisah dari zona olahraga serta ruang penunjang.
TABEL 3 Data Rekapitulasi Hasil Perancangan
Ruang Dalam
No Zona Ruang Total Luas (m2) Persentase
1 Ruang serbaguna 754.92 9% 2 Pendidikan 923 12% 3 Seni 896.9 11% 4 Olahraga 457.58 6% 5 Penunjang 760.5 10% 6 Sirkulasi 4201.4 53% Luas keseluruhan 7994.3 100%
42 Ruang Luar
Zona Ruang Total Luas (m2) Persentase
Luas Lantai Dasar Bangunan 3992.2 26.6%
Area Perkerasan 3270 21.8%
Area Olahraga (Lapangan,
Skate Park, Jogging Track) 1703
11.4%
Luas KDH 6034.8 40.2%
43
BAB VII
REFLEKSI PROSES PERANCANGAN
Bagi penulis proyek Gelanggang Remaja merupakan proyek yang cukup unik. Hal ini karena untuk merancang bangunan ini perlu mempelajari mengenai psikologi anak remaja. Gelanggang remaja merupakan sarana rekreasi dan juga sosial khusus anak remaja. Kebutuhan anak remaja cukup kompleks karena minat dan bakat setiap anak bervariasi. Dari seluruh minat dan bakat, program kegiatan ruang gelanggang remaja dibagi menjadi 3 kelompok besar yaitu Olahraga, Seni, dan Pendidikan, namun tidak selamanya program menggunakan kelompok tersebut. Sebagai contoh di Gehua Youth Centre yang hanya mengakomodir kegiatan seni.
Sekilas jenis bangunan ini memiliki kemiripan dengan tipologi bangunan rekreasi seperti adanya ruang sosial/komunal, ruang multifungsi, ruang yang digunakan secara bersama-sama namun memiliki perbedaan yang cukup dalam hal penggunaan ruang. Sebagai contoh aktivitas pada bangunan rekreasi digunakan untuk aktivitas semua umur namun pada gelanggang remaja ruangan lebih mengakomodasi aktivitas remaja sehingga susunan furnitur dan ukuran berpengaruh. Sayangnya pengetahuan tipologi bangunan rekreasi belum memiliki standar yang jelas di Indonesia, sehingga penulis cukup kesulitan dalam menentukan besaran ruang dan pendekatan dalam menentukan perletakan luar.
Merancang bangunan Gelanggang Remaja merupakan pengalaman yang cukup menyenangkan karena setiap peserta TA diberikan kebebasan berekspresi sesuai dengan karakter calon pengguna gelanggang. Meskipun demikian, bangunan gelanggang remaja tetap memiliki tantangan dimana bangunan terletak dekat area hutan kota dan agak menjauh 200 m dari sisi jalan raya. Hal ini menjadi perhatian dan perlu memikirkan ekstra bagi penulis agar pengguna dapat berjalan dengan nyaman, tetap aman, dan mengurangi kemungkinan penebangan pohon. Mengurangi penebangan pohon sangat penting bagi penulis dengan alasan vegetasi di kota sangat terbatas dan sulit menumbuhkan pohon besar kembali.
Bagian tersulit yang penulis alami adalah merancang bangunan yang melengkung. Hal ini karena perlu ketekunan dalam menyusun dan menyesuaikan grid struktur bangunan agar tertata dengan baik. Massa bangunan yang memiliki lengkungan akan sulit dalam mengaplikasikan konstruksi atap yang memiliki kemiringan. Konstruksi atap tersebut sebenarnya dapat diaplikasi menggunakan atap beton atau ferrocement namun akan terlalu mahal dalam biaya konstruksi. Akhirnya agar bangunan dapat diaplikasikan, konstruksi atap menggunakan konstruksi hybrid dimana sebagian atap menggunakan dak dan sebagian menggunakan atap metal.