• Tidak ada hasil yang ditemukan

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

DUKUNGAN PERLINDUNGAN

PERKEBUNAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

DESEMBER 2017

PEDOMAN TEKNIS

FASILITASI TEKNIS DUKUNGAN

PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

TAHUN 2018

(Operasional Brigade Pengendalian Kebakaran

Lahan dan Kebun)

(2)
(3)

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR LAMPIRAN ... iv I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Sasaran Nasional... 2 C. Tujuan... 3 II PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN... 4

A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan... 4

B. Spesifikasi Teknis... 8

III PELAKSANAAN KEGIATAN... 11

A. Ruang Lingkup... 11

B. Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan... 12

C. Lokasi, Jenis dan Volume... 16

D. Simpul Kritis... 16

IV PROSES PENGADAAN BARANG... 17

V PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN... 18

A. Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan ... 18

B. Pelaksanaan Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan... 19

VI MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN... 20

(4)

iii B. Evaluasi... 20 C. Pelaporan... 20 VII PEMBIAYAAN... 23 VIII PENUTUP... 28 Lampiran ... 29

(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Lokasi dan Volume kegiatan Operasional Brigade Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun ………. 30 2. Form Laporan Perkembangan Realisasi

Fisik Dan Keuangan Kegiatan Penanganan Dampak Perubahan Iklim dan Pencegahan Kebakaran Lahan/Kebun …… 30 3. Out Line Laporan Akhir ... 31

(6)

1

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Dalam rangka mengantisipasi terjadinya kebakaran di lahan perkebunan, Presiden RI telah mengeluarkan Instruksi Presiden No. 11 Tahun 2015 tentang Peningkatan Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun, telah menginstruksikan kepada Menteri Pertanian untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia dalam pengendalian kebakaran lahan pertanian. Kebakaran lahan dan kebun yang hampir terjadi setiap tahun walaupun intensitas dan luasannya tidak selalu sama telah menimbulkan dampak negatif terhadap kerugian ekonomis dan ekologis yang sangat besar, antara lain menurunnya keanekaragaman hayati, menurunnya produktivitas lahan, terganggunya kesehatan masyarakat, terganggunya lalu lintas darat, air dan udara, bahkan kebakaran yang meluas dan terus menerus dapat menyebabkan timbulnya polusi asap lintas batas dan dapat mempengaruhi hubungan diplomatik antara Indonesia dan negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Masalah polusi asap lintas batas ini telah menjadi perhatian dari negara-negara anggota ASEAN yang menghimbau untuk melakukan upaya harmonisasi dalam

(7)

pencegahan dan penanggulangan polusi asap lintas batas.

Berdasarkan data kebakaran lahan dan kebun, diperoleh fakta bahwa umumnya kebakaran terjadi di kawasan budidaya, terutama di areal kehutanan dan perkebunan sebagai akibat dari aktifitas manusia yang membuka lahan dengan cara membakar. Pemadaman kebakaran di kawasan budidaya terbentur oleh kurangnya, SDM dan peralatan pengendalian kebakaran.

Upaya pemadaman kebakaran memerlukan regu, peralatan pemadaman dan biaya operasional brigade.

Dalam rangka pengendalian kebakaran lahan dan kebun, Direktorat Jenderal Perkebunan akan melaksanakan kegiatan “Operasional Brigade Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun”.

B.Sasaran

Terfasilitasinya operasional brigade pengendalian kebakaran lahan dan kebun untuk pencegahan dan pengendalian kebakaran lahan dan kebun pada 6 provinsi rawan kebakaran.

(8)

3

C.Tujuan

1. Terfasilitasinya operasional brigade pengendalian kebakaran lahan dan kebun pada 6 provinsi rawan kebakaran;

2. Meningkatkan kesiapsiagaan brigade dalam mengendalikan kebakaran lahan dan kebun secara dini.

(9)

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan 1. Pendekatan Umum

Prinsip pendekatan umum meliputi hal yang bersifat administratif dan manajemen kegiatan. a. SK Tim Pelaksana Kegiatan

1) Penetapan SK Tim Pelaksana Kegiatan oleh Kepala Dinas/KPA paling lambat 1 (satu) minggu setelah diterimanya penetapan Satker dari Menteri Pertanian.

2) Penanggung jawab dan pelaksana kegiatan operasional brigade pengendalian kebakaran lahan dan kebun untuk TP provinsi ditetapkan oleh Kepala Dinas Provinsi. 3) Penanggung jawab dan pelaksana pelaksana

kegiatan operasional brigade pengendalian kebakaran lahan dan kebun untuk TP kabupaten/kota ditetapkan oleh Kepala Dinas kabupaten/kota.

b. Rencana kerja

Rencana kerja pelaksanaan masing-masing kegiatan disusun paling lambat 1 (satu) minggu setelah ditetapkannya SK Tim pelaksana dan mengacu kepada Pedoman Teknis dari Ditjen Perkebunan.

(10)

5

c. Juklak, Juknis

Penanggungjawab kegiatan harus menyusun Juklak/Juknis yang mengacu kepada pedoman teknis yang dikeluarkan oleh Ditjen.Perkebunan. Penyusunan Juklak/Juknis untuk kegiatan TP Provinsi/Kabupaten/Kota paling lambat 2 (dua) minggu setelah ditetapkannya SK Tim pelaksana.

d. Koordinasi dan Sosialisasi

Koordinasi dilakukan oleh satker pelaksana kegiatan dengan Direktorat Jenderal Perkebunan melalui Direktorat Perlindungan Perkebunan, Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan, Surabaya, Ambon dan Balai Proteksi Tanaman Perkebunan (BPTP) Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja), dan Dinas Kabupaten/Kota dimana terdapat lokasi kegiatan dilaksanakan.

Sosialisasi dilaksanakan oleh pelaksana kegiatan kepada anggota brigade, Kelompok Tani Peduli Api (KTPA) dan pihak terkait lainnya.

e. Pelelangan/pengadaan

Pelelangan/pengadaan dilaksanakan sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Pelelangan/pengadaan barang dan jasa harus selesai pada bulan Februari 2018. Pengadaan sarana pendukung perlindungan tidak dapat digabungkan dengan pengadaan sarana produksi lainnya.

(11)

f. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh satker pelaksana kegiatan selama kegiatan berlangsung.

g. Laporan

1) Laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan disampaikan oleh satker pelaksana kegiatan sesuai dengan jadual dan form Pedoman SIMONEV.

2) Laporan akhir kegiatan disampai kan oleh satker pelaksana kegiatan ke pusat paling lambat 2 (dua) minggu setelah kegiatan selesai dan tidak melewati bulan Desember 2018.

2. Prinsip Pendekatan Teknis

a. Operasional Brigade Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun

Kegiatan dilaksanakan pada Provinsi/ Kabupaten/Kota sentra tanaman perkebunan dengan kriteria sebagai berikut:

1) Rawan kebakaran lahan perkebunan 2) Sudah membentuk brigade pengendalian

(12)

7

3. Tindak Lanjut

Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi perlu dilakukan tindak lanjut sebagai berikut:

a. Tahap Pelaksanaan Kegiatan

1) Perencanaan kegiatan/Jadual kegiatan. 2) Pembuatan Juklak Juknis setiap kegiatan. 3) Menunjuk penanggung jawab dan

pelaksana kegiatan. 4) Survei lokasi kegiatan.

5) Koordinasi dengan instansi terkait.

6) Menindaklanjuti rekomendasi hasil pembinaan.

b. Tahap Pasca Pelaksanaan Kegiatan Operasional Brigade Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun.

1) Diharapkan Brigade dan KTPA dapat mensosialisasikan upaya pencegahan kebakaran kepada masyarakat, petani dan pelaku usaha perkebunan.

2) Dinas Kabupaten/kota diharapkan memfasilitasi pembinaan/pendampingan dan melakukan monev pada KTPA binaan brigade pengendalian kebakaran lahan dan kebun.

3) Pemerintah Daerah memberikan sharing anggaran APBD untuk operasional Brigade Pengendalian Kebakaran.

(13)

B. Spesifikasi Teknis 1. Kriteria

a) Kegiatan dilaksanakan di Provinsi dan Kabupaten/Kota yang sudah membentuk Brigade Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun serta KTPA.

b) Kriteria anggota regu brigade pengendalian kebakaran lahan dan kebun:

- Usia 20 s/d 55 tahun. - Sehat jasmani dan rohani.

- Pendidikan minimal SMA/Setara. - Mempunyai komitmen untuk turut

serta dalam upaya pengendalian kebakaran lahan dan kebun.

2. Metode

a)Kegiatan Pelatihan Pengendalian Kebakaran Untuk Brigade dan KTPA.

- Pelatihan Pengendalian kebakaran dilaksanakan pada akhir musim penghujan atau sebelum memasuki musim kemarau.

- Pelatihan dilaksanakan selama 2 (dua) hari.

- Peserta pelatihan adalah perwakilan brigade dan KTPA. Setiap unit brigade diwakili oleh 3 (tiga) orang peserta dan setiap unit KTPA diwakili oleh 3 (tiga) orang peserta.

(14)

9 - Materi pelatihan meliputi kebijakan pengendalian kebakaran, teori pengendalian kebakaran dan praktek pengendalian kebakaran.

- Setiap peserta pelatihan mendapatkan sertifikat pelatihan pengendalian kebakaran lahan dan kebun.

b)Biaya Operasional Brigade Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun

- Pelaksana kegiatan menetapkan 5 (lima) bulan rawan kebakaran berdasarkan kondisi musim di wilayah masing-masing provinsi.

- Biaya Transportasi pemadaman hanya dapat di bayarkan setelah Brigade melakukan kegiatan (sosialisasi, patroli, pembinaan dan pemadaman); - Honor petugas pemadam diberikan

kepada anggota regu brigade selama 5 (lima) bulan rawan kebakaran.

- Biaya Operasional Brigade diberikan selama 5 (lima) bulan rawan kebakaran.

- Biaya Operasional KTPA diberikan selama 5 (lima) bulan rawan kebakaran.

- KTPA yang memperoleh biaya operasional adalah KTPA yang aktif

(15)

dalam melakukan upaya pencegahan dan pengendalian kebakaran.

- Biaya perawatan sarana prasarana pengendalian kebakaran untuk brigade diberikan untuk 1 (satu) tahun anggaran.

- Biaya perawatan sarana prasarana pengendalian kebakaran untuk KTPA diberikan untuk 1 (satu) tahun anggaran.

- Makanan penambah daya tahan tubuh diberikan kepada anggota regu brigade, sebanyak 2 (dua) kali dalam seminggu selama 5 (lima) bulan rawan kebakaran.

(16)

11

III. PELAKSANAAN KEGIATAN A. Ruang Lingkup

1.Operasional Brigade Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun

1)Kegiatan dilaksanakan di provinsi/kabupaten rawan kebakaran. 2)Kegiatan berupa operasional brigade

pengendalian kebakaran lahan dan kebun. 3)Indikator Kinerja No Indikator Uraian 1 Input/Masukan - Dana - SDM - Biaya operasional Brigade dan KTPA - Pelatihan Pengendalian Kebakaran 2 Output/Keluaran - Terfasilitasinya operasional brigade pengendalian kebakaran lahan dan kebun - Terlaksananya pemadaman kebakaran lahan dan kebun oleh

(17)

No Indikator Uraian brigade pengendalian kebakaran lahan dan kebun

3 Outcome/hasil - Brigade dapat turut berperan aktif dalam pengendalian kebakaran lahan dan kebun dengan memanfaatkan sarana prasarana yang tersedia. B. Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan

1. Pelaksana dan penanggung jawab Kegiatan Operasional Brigade Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun untuk TP provinsi adalah dinas provinsi yang membidangi perkebunan. 2. Dinas yang membidangi perkebunan

provinsi/kabupaten/kota dalam melaksa-nakan kegiatan agar berkoordinasi dengan BBPPTP (Medan/ Surabaya/Ambon)/BPTP Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja) dan pihak-pihak terkait lainnya.

(18)

13 3. Kewenangan dan tanggung jawab :

a. Direktorat Perlindungan Perkebunan

1) Menyiapkan Terms of Reference (TOR) dan Pedoman Teknis;

2) Melakukan bimbingan, pembinaan, monitoring dan evaluasi.

b. Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan 1) Menetapkan Tim Pelaksana Kegiatan

Operasional Brigade Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun di tingkat provinsi;

2) Menetapkan anggota brigade pengendalian kebakaran lahan dan kebun di tingkat Provinsi;

3) Melakukan koordinasi dengan Direktorat Jenderal Perkebunan, BBPPTP Medan/Surabaya/ Ambon/BPTP Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja) dan Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan, serta institusi terkait lainnya;

4) Membuat Petunjuk Pelaksanaan untuk kegiatan Kegiatan Operasional Brigade Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun;

5) Memfasilitasi pemanfaatan anggaran operasional Brigade dan KTPA;

(19)

6) Melakukan verifikasi KTPA calon penerima biaya operasional dan perawatan sarana prasarana pengendalian kebakaran bersama Dinas Kabupaten;

7) Menetapkan KTPA penerima biaya operasional dan perawatan sarana prasarana pengendalian kebakaran;

8) Melakukan pengawalan, pembinaan, monitoring dan evaluasi, berkoordinasi dengan Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan setempat;

9) Melaksanakan Pelatihan Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun untuk brigade dan KTPA;

10)Menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan ke Direktorat Jenderal Perkebunan cq. Direktorat Perlindungan Perkebunan.

c. Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan

1) Menetapkan Tim Pelaksana Pelaksana Kegiatan Operasional Brigade Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun untuk TP kabupaten;

2) Melakukan koordinasi dengan Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan, BBPPTP (Medan/ Surabaya/Ambon), BPTP Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja),

(20)

15 Direktorat Jenderal Perkebunan, dan pihak terkait lainnya;

3) Membuat juknis kegiatan Penanganan Dampak Perubahan Iklim dan Pencegahan Kebakaran Lahan/Kebun;

4) Menetapkan anggota brigade pengendalian kebakaran lahan dan kebun di tingkat Kabupaten.

5) Melakukan verifikasi KTPA calon penerima biaya operasional dan perawatan sarana prasarana pengendalian kebakaran dan mengusulkannya ke Dinas Provinsi.

6) Melakukan sosialisasi, pembinaan dan monev kegiatan Pencegahan dan pengendalian kebakaran lahan dan kebun. 7) Menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan ke Dinas Provinsi dan Direktorat Jenderal Perkebunan cq. Direktorat Perlindungan Perkebunan.

d.KTPA :

1) Mengikuti pelatihan pengendalian kebakaran lahan dan kebun;

2) Melakukan sosialisasi dan edukasi tentang pencegahan kebakaran lahan dan kebun; 3) Melakukan upaya pengendalian kebakaran

(21)

C. Lokasi, Jenis dan Volume

Lokasi, Jenis dan Volume kegiatan Operasional Brigade Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun terdapat pada lampiran 1.

D. Simpul Kritis

1. Tahapan pelaksanaan kegiatan tidak mengacu pada pedoman teknis pelaksanaan kegiatan (calon lahan, petani dan lokasi), sehingga dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu pelaksana kegiatan agar mengikuti pedoman teknis pelaksanaan kegiatan.

2. Pemilihan anggota brigade dan KTPA tidak tepat, sehingga ketika terjadi kebakaran tidak bersedia turut aktif melakukan upaya pengendalian kebakaran.

(22)

17

IV. PROSES PENGADAAN BARANG

Pengadaan barang dan jasa kegiatan Perlindungan Perkebunan untuk dana Tugas Perbantuan (TP) Direktorat Jenderal Perkebunan mengacu kepada Perpres No 54 tahun 2010 dan Perpres No.70 tahun 2012. Semua kegiatan pengadaan barang dan jasa yang melalui proses tender, pelaksanaan dan penetapan pemenang harus sudah sesuai dengan usulan rencana yang disampaikan oleh Satker pada awal tahun kegiatan.

(23)

V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN

A. Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan

Kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan dana dekonsentrasi Provinsi dilakukan secara terencana dan terkoordinasi dengan unsur penanggung jawab kegiatan di Direktorat Jenderal Perkebunan, Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan.

Pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan diutamakan pada tahapan yang menjadi simpul-simpul kritis kegiatan yang telah ditetapkan.

Dalam melaksanakan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan dilakukan koordinasi secara berjenjang sesuai dengan tugas fungsi dan kewenangan masing-masing unit pelaksana kegiatan.

Sasaran kegiatan pembinaan, pengendalian, dan pengawalan terhadap pelaksana kegiatan (Man), pembiayaan (Money), Metode, dan bahan-bahan yang dipergunakan (Material). Kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan harus mampu meningkatkan kualitas pelaksanaan kegiatan melalui pemberian rekomendasi dan pemecahan masalah

(24)

19 terhadap pelaksanaan kegiatan sehingga dapat mengakselerasi kegiatan sesuai dengan tujuan dan sasaran kegiatan yang ditetapkan.

B. Pelaksanaan Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan

Waktu pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan minimal satu kali pada setiap jenis kegiatan yang dilaksanakan.

Pelaksanaan kegiatan hendaknya selalu di koordinasikan dengan pusat, provinsi dan kabupaten/kota sehingga pembinaan, pengendalian dan pengawalan efektif dan efisien.

Direktorat Perlindungan Perkebunan melakukan pembinaan dan pengawalan kegiatan pemberdayaan perangkat pada seluruh wilayah pelaksana kegiatan.

Dinas yang membidangi Perkebunan tingkat provinsi melakukan pembinaan, pengendalian, pengawalan dan pendampingan kegiatan pemberdayaan perangkat tingkat provinsi.

Dinas yang membidangi Perkebunan tingkat kabupaten/kota melakukan pembinaan, pengendalian, pengawalan dan pendampingan kegiatan pemberdayaan perangkat tingkat kabupaten/kota.

(25)

VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN A. Monitoring

Monitoring ditujukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan dan kemajuan yang telah dicapai pada setiap kegiatan.

Monitoring dilaksanakan oleh petugas Dinas yang membidangi perkebunan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota pada wilayah kerja masing-masing. Pelaksanaan monitoring minimal satu kali selama kegiatan berlangsung.

B. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui ketepatan/kesesuaian pelaksanaan kegiatan dan hasil yang dicapai dibandingkan dengan yang direncanakan serta realisasi/penyerapan anggaran. Hasil evaluasi sebagai umpan balik perbaikan pelaksanaan selanjutnya.

Evaluasi dilakukan oleh Direktorat Perlindungan Perkebunan, serta Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota pada wilayah kerja masing-masing.

C. Pelaporan

Setiap kegiatan didokumentasikan dalam bentuk laporan tertulis sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan. Laporan dibuat oleh pelaksana kegiatan dan dilaporkan secara berjenjang kepada penanggung jawab/pembina kegiatan mengacu kepada pedoman outline

(26)

21 penyusunan laporan dan SIMONEV serta bentuk laporan lainnya sesuai dengan kebutuhan.

1. Jenis Laporan : a. Laporan Mingguan

Laporan Mingguan berisi laporan kemajuan (fisik dan keuangan) pelaksanaan kegiatan setiap minggu berjalan dan disampaikan kepada Direktorat Perlindungan Perkebunan setiap minggu hari Jum’at.

b. Laporan Bulanan

Laporan Bulanan berisi laporan kemajuan (fisik dan keuangan) pelaksanaan kegiatan setiap bulan berjalan dan disampaikan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan paling lambat tanggal 5 pada bulan berikutnya.

c. Laporan Triwulan

Laporan Triwulan berisi laporan kemajuan fisik dan keuangan (Lampiran 2) pelaksanaan kegiatan setiap triwulan dan disampaikan setiap triwulan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan, paling lambat tanggal 5 pada bulan pertama triwulan berikutnya .

d. Laporan Akhir

Laporan Akhir merupakan laporan keseluruhan pelaksanaan kegiatan, setelah seluruh rangkaian kegiatan selesai dilaksanakan. Laporan akhir disampaikan

(27)

kepada Direktorat Perlindungan Perkebunan, paling lambat 2 minggu setelah kegiatan selesai. Laporan disampaikan melalui surat dan e-mail

2. Out Line Laporan

Out line laporan akhir kegiatan seperti dalam lampiran 3.

(28)

23

VII. PEMBIAYAAN

Kegiatan dukungan perlindungan perkebunan di daerah antara lain didanai dari APBN tahun anggaran 2018 melalui anggaran Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (TP) Ditjen. Perkebunan.

(29)

VIII. PENUTUP

Pelaksanaan kegiatan Operasional Brigade Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun diharapkan mampu berkontribusi dalam upaya pengurangan kejadian kebakaran lahan dan kebun

Untuk keberhasilan pelaksanaannya diperlukan koordinasi, komitmen dan kerjasama, serta upaya yang sungguh-sungguh dari semua pihak terkait sesuai dengan kewenangan, tugas dan fungsi masing-masing.

(30)

29

LAMPIRAN

(31)

Lampiran 1. Lokasi dan Volume kegiatan Operasional Brigade Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun

No Provinsi Volume 1. RIAU 10 Brigade 2. JAMBI 10 Brigade 3. SUMSEL 15 Brigade 4. KALTENG 15 Brigade 5. KALSEL 5 Brigade 6. KALTIM 5 Brigade

Lampiran 2. Form Laporan Perkembangan Realisasi Fisik Dan Keuangan Kegiatan Operasional Brigade Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun

KEGIATAN : PROVINSI : KABUPATEN : LUAS : POSISI : (Tanggal/bulan/tahun) NO URAIAN PAGU (Rp) REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK (%) PERMAS ALAHAN RTL Rp %

(32)

31 Lampiran 4. Out Line Laporan Akhir Laporan akhir dibuat sesuai out line sebagai berikut:

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL (jika ada) DAFTAR GAMBAR (jika ada) DAFTAR LAMPIRAN (jika ada) I. PENDAHULUAN

A.Latar belakang B.Tujuan dan Sasaran C.Ruang Lingkup Kegiatan D.Indikator Kinerja

II.TINJAUAN PUSTAKA III.PELAKSANAAN KEGIATAN

A.Waktu dan Lokasi B.Alat dan Bahan C.Metode

D.Tahap Aktivitas/Kegiatan/ Pelaksanaan E.Simpul Kritis Kegiatan

F.Pelaksana G.Pembiayaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

B.Saran/rekomendasi C.Rencana Tindak Lanjut VI. DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

6.3.3 Seseorang peserta yang menarik diri daripada mana-mana acara atas nasihat Pegawai Perubatan hanya boleh mengambil bahagian seterusnya dalam semua acara yang didaftarkan

Teknik dalam permainan sepak bola terdiri atas bermacam- macam gerakan. Teknik dasar yang dipelajari di kelas IX ini merupakan materi lanjutan dari kelas VII dan VIII. Adapun

Pendekatan atas-turun bila digunakan pada tahap analis sistem disebut juga dengan istilah decision analysis, karena yang menjadi tekanan adalah informasi yang

Kawasan Strategis untuk kepentingan sosial budaya, sebagaimana dimaksud pada Pasal 33 ayat (1) huruf b yang dikembangkan di Kabupaten Mandailing Natal, meliputi

Hal ini penting juga untuk dapat meningkatkan pengalaman dan skeptisisme profesional auditor BPK RI Perwakilan Sumatera Selatan dalam mendeteksi kecurangan yang

15. Duyduğuma göre bana gücenmiĢ. Beklemek ister misiniz? 17. Günümüzde uzaydaki uydular sayesinde haberleĢme çok hızlı bir Ģekilde sağlan_____________.. Mehmet adlı

Tabel 10.. Hasil analisis secara biologis berdasarkan nilai RP, bahwa perawat dengan tingkat pendidikan D III berpeluang untuk tidak mengendalikan INOS sebesar 0,542

|jejakseribupena.com, Soal dan Solusi Simak UI Matematika IPA, 2013