• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI POLITEKNIK NEGERI JEMBER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI POLITEKNIK NEGERI JEMBER"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

SOFTWARE DEVELOPMENT LIFE CYCLE (SDLC)

DAN PROTOTYPING MODEL

Oleh:

Saniatu Syaadah

(G41130632)

Mohammad Rizqy Subagia

(G41130872)

REKAM MEDIK GOL.B SEMSETER 6

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

Jl.Mastrip PO Box.164 Jember 68101 Telp (0331)333352

E-mail:politeknik@polije.ac.id

(2)

SDLC

SOFTWARE DEVELOPMENT LIFE CYCLE

1. Pengertian SDLC

Beberapa pengertian Sistem Informasi Manajemen menurut para ahli : a. Menurut Barry E.Cushing, SIM adalah :

Suatu sistem informasi manajemen adalah Kumpulan dari manusia dan sumber daya modal di dalam suatu organisasi yang bertanggung jawab mengumpulkan dan mengolah data untuk mengahasilkan informasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen di dalam kegiatan perencanaan dan pengendalian

b. Menurut Frederick H.Wu SIM adalah :

‘Sistem Informasi Manajemen adalah kumpulan-kumpulan dari sistem-sistem yang menyediakan informasi untuk mendukung manajemen

c. Menurut L. James Havery , SIM adalah:

prosedur logis dan rasional untuk merancang suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.

Metode SDLC adalah metode yang menggunakan pendekatan sistem yang disebut pendekatan air terjun ( waterfall approach ) dimana setiap tahapan sistem akan dikerjakan secara berurut menurun dari perencanaan, analisa, desain, implementasi, dan perawatan ( Aji Supriyanto, 2005: 272 )

Siklus hidup pengembangan sistem (System Development Life Cycle / SDLC) merupakan suatu bentuk yang digunakan untuk menggambarkan tahapan utama dan langkah-langkah di dalam tahapan tersebut untuk proses pengembangannya. Siklus hidup pengembangan sistem , merupakan proses evolusioner yang diikuti dalam menerapkan sistem atau subsistem informal berbasis komputer. SDLC dilakukan dengan pendekatan sistem secara teratur dan dilakukan secara top-down, oleh karenanya sering disebut pendekatan air terjun (waterfall approach) bagi pengembangan dan penggunaan sistem.

Tahap-tahap siklus hidup sistem, empat yang pertama dinamakan siklus hidup pengembangan sistem (system development life cycle - SDLC). Tahap kelima, tahap penggunaannya yang berlangsung sampai waktunya untuk merancang sistem itu kembali. Siklus hidup sistem yang pertama dikelola oleh manajer unit jasa informasi, dibantu oleh manajer dari analis sistem, pemrograman, dan operasional. Kecenderungan sekarang ditangani oleh tingkat yang lebih tinggi dan lebih rendah.

Saat sistem memiliki nilai strategis atau mempengaruhi seluruh organisasi, direktur utama atau komite eksekutif mungkin memutuskan untuk mengawasi proyek pengembangannya. Ketika lingkup sistem menyempit dan fokusnya lebih operasional, kemungkinan besar dipegang oleh yang lebih rendah seperti wakil direktur utama, direktur bagian administrasi dan CIO.Banyak perusahaan membuat suatu komite khusus. Jikatujuannya memberi petunjuk, pengarahan dan pengendalian yang

(3)

berkesinambungan, komite ini disebut komite pengarah. Komite pengarah yang mengarahkan penggunaan sumberdaya komputer perusahaan disebut komite pengarah SIM. Anggota tetap komite pengarah SIM melibatkan eksekutif tingkat tinggi. Sedangkan anggota sementara meliputi manajer yang lebih rendah dan para konsultanselama keahliannya dibutuhkan.Tugas dan fungsi utama komite pengarah SIM:

a. Menetapkan kebijakan, yang memastikan dukungan komputer untuk mencapai tujuan strategis perusahaan;

b. Menjadi pengendali keuangan, dengan bertindak sebagai badan yang berwenang memberi persetujuan bagi semua permintaan dana yang berhubungan dengan komputer; c. Menyelesaikan pertentangan, yang timbul sehubungan dengan prioritas penggunaan

komputer.

Dengan memusatkan manajemen siklus hidup sistem dalam komite pengarah, diperoleh dua keuntungan, yaitu semakin besar kemungkinan penggunaan komputer untuk mendukung aspek manajerial dan operasional perusahaan serta semakin besar kemungkinan proyek-proyek berbasis komputer mempunyai perencanaan dan pengendalian yang lebih baik.

Kebijakan untuk mengembangkan sistem informasi dilakukan oleh manajemen puncak karena manajemen menginginkan untuk meraih kesempatan-kesempatan yang ada yang tidak dapat diraih oleh sistem yang lama atau sistem yang lama mempunyai banyak kelemahan-kelemahan yang perlu diperbaiki (misalnya untuk meningkatkan efektifitas manajemen, meningkatkan produktivitas atau meningkatkan pelayanan yang lebih baik kepada langganan).

Partisipasi dan keterlibatan manajemen puncak masih diharapkan untuk keberhasilan sistem yang akan dikembangkan. Untuk itu manajemen puncak dilengkapi dengan suatu tim penasehat yang disebut dengan komite pengarah (steering commitee) yang umumnya dibentuk dari wakil-wakil pimpinan dari masing-masing departemen pemakai sistem seperti misalnya manajer-manajer departemen atau manajer-manajer divisi. Seringkali komite ini diketuai sendiri oleh direktur utama. 2. Tahapan dalam SDLC

Setiap pengembang mempunyai strategi yang berlainan, namun demikian, pada dasarnya siklus hidup pengembangan sistem informasi terdapat 5 (lima) tahapan, yaitu :

1) Perencanaan Sistem ( Systems Planning); 2) Analisis Sistem (System Analysis); 3) Perancangan Sistem (System Design); 4) Implementasi Sistem (System Implementation); 5) Penggunaan sistem (System Utilization )

2.1 Tahap Perencanaan Sistem

Perencanaan sistem merupakan tahap paling awal yang memberikan pedoman dalam melakukan langkah selanjutnya. Perencanaan sistem menyangkut estimasi dari kebutuhan-kebutuhan fisik, tenaga kerja dan dana yang dibutuhkan untuk mendukung pengembangan sistem ini serta untuk mendukung operasinya setelah diterapkan.

(4)

Perencanaan sistem dapat terdiri : perencanaan jangka pendek meliputi periode 1 s.d. 2 tahun dan perencanaan jangka panjang meliputi periode sampai dengan 5 tahun.

Perencanaan sistem biasanya ditangani oleh staf perencanaan sistem, bila tidak ada dapat juga dilakukan oleh departemen sistem.

Proses Perencanaan Sistem dapat dikelompokkan dalam 3 proses utama yaitu :

a. Merencanakan proyek-proyek sistem yang dilakukan oleh staf perencana sistem b. Menentukan proyek-proyek sistem yang akan dikembangkan dan dilakukan oleh

komite pengarah.

c. Mendefinisikan proyek-proyek sistem dikembangkan dan dilakukan oleh analis sistem. Adapun langkah-langkah dalam tahap perencanaan sistem ini dapat tahap-tahapnya meliputi :

a. Menyadari Masalah: kebutuhan adanya proyek Sistem informasi berbasis komputer biasanya dirasakan oleh manajer perusahaan, non manajer dan unsur-unsur dalam lingkungan perusahaan.

b. Mendefinisikan masalah: setelah sadar akan adanya masalah, manajer harus memahaminya dengan baik agar dapat mengatasinya.

c. Menentukan tujuan sistem: manajer dan analis sistem mengembangkan suatu daftar tujuan sistem yang harus dipenuhi ole sistem untuk memuaskan pemakai.

d. Mengidentifikasi kendala-kendala sistem: kendala-kendala ini penting untuk diidentifikasi sebelum sistem benar-benar mulai dikerjakan.

e. Membuat studi kelayakan: studi kelayakan adalah suatu tinjauan sekilas pada faktor-faktor utama yang akan mempengaruhi kemampuan sistem untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. Kriteria kelayakan dalam hal ini meliputi kelayakan :

Teknis: tersediakah perangkat keras dan perangkat lunak untuk melaksanakan pemrosesan yang diperlukan ?

Pengembalian ekonomis: dapatkah sistem yang diajukan dinilai secara keuangan dengan membandingkan kegunaan dan biayanya?

Pengembalian non ekonomis: dapatkah sistem yang diajukan dinilai berdasarkan keuntungan-keuntungan yang tidak dapat diukur dengan uang?  Hukum dan etika: akankah sistem yang diajukan beroperasi dalam batasan

hukum dan etika?

Operasional: akankah rancangan sistem seperti itu akan didukun oleh orang-orang yang menggunakannya?

Jadwal: mungkinkah menerapkan sistem dalam kendala waktu yang ditetapkan? f. Mempersiapkan usulan penelitian sistem: jika sistem dan proyek layak, diperlukan

penelitian sistem yang menyeluruh. Penelitian siste (system study) akan memberikan dasar yang terinci untuk rancangan sistem baru. Analis akan menyiapkan usulan

(5)

penelitian sistem yan memberikan dasar bagi manajer untuk menentukan perlu tidaknya pengeluaran untuk analis.

g. Menyetujui atau menolak penelitian proyek: manajer dan komite pengarah menimbang pro dan kontra dari proyek dan rancangan sistem yang diusulkan, serta menentukan apakah perlu diteruskan atau tidak.

h. Menetapkan mekanisme pengendalian: sebelum proyek dimulai perlu ditetapkan mekanisme pengendaliannya. Jumlah waktu yang diperlukan dinyatakan dalam orang-bulan. Setelah proyek jalan perlu dimonitor. Berbagai teknik dokumentasi yang dapat digunakan antara lain: tabel, grafik, diagram jaringan (network diagram: PERT dan

CPM).

Proses pengembangan sistem dapat digambarkan sebagai berikut :

Dengan telah dikembangkannya sistem yang baru, maka diharapkan akan terjadi peningkatan-peningkatan di sistem yang baru. Peningkatan-peningkatan-peningkatan ini berhubungan dengan :

Performance (kinerja), peningkatan terhadap kinerja (hasil kerja) sistem yang baru sehingga menjadi lebih efektif. Kinerja dapat diukur dari throughput dan response time. Throughput adalah jumlah dari pekerjaan yang dapat dilakukan suatu saat tertentu. Response time adalah rata-rata waktu yang tertunda diantara dua transaksi atau pekerjaan ditambah dengan waktu response untuk menanggapi pekerjaan tersebut.

Information (informasi), peningkatan terhadap kualitas informasi yang disajikan.

Economy (ekonomis), peningkatan terhadap manfaat-manfaat atau keuntungankeuntungan atau penurunan-penurunan biaya yang terjadi.

Control (pengendalian), peningkatan terhadap pengendalian untuk mendeteksi dan memperbaiki kesalahan-kesalahan serta kecurangan-kecurangan yang dan akan terjadi.

Sistem yang ada

Permasalahan ; kesempatan; instruksi Pengembangan Sistem Memecahkan masalah; meraih kesempatan; memenuhi instruksi Sistem yang Baru

(6)

Efficiency (efisiensi), peningkatan terhadap efisiensi operasi. Efisiensi berbeda dengan ekonomis. Bila ekonomis berhubungan dengan jumlah sumber daya yang digunakan, efisiensi berhubungan dengan bagaimana sumber daya tersebut

2.2 Tahap Analisis Sistem

Analisis Sistem dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan, kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikan.

Tahap analisis merupakan tahap yang kritis dan sangat penting, karena kesalahan di dalam tahap ini akan menyebabkan juga kesalahan di tahap selanjutnya

Langkah-langkah di dalam tahap analisis sistem hampir sama dengan langkah-langkah yang dilakukan dalam mendefinisikan proyek-proyek sistem yang akan dikembangkan di tahap perencanaan sistem. Perbedaannya pada analisis sistem ruang lingkup tugasnya lebih terinci. Didalam tahap analisis sistem terdapat langkah-langkah dasar yang harus dilakukan oleh Analis Sistem Yaitu :

a. Identify, yaitu mengidentifikasikan masalah, mengindentifikasikan penyebab masalah; mengidentifikasikan titik keputusan; mengidentifikasikan personil-personil kunci.

b. Understand, yaitu memahami kerja dari sistem yang ada, menentukan jenis penelitian; merencanakan jadual penelitian; Mengatur jadual wawancara; Mengatur jadual observasi; Mengatur jadual pengambilan sampel; Membuat penugasan penelitian; Membuat agenda wawancara; Mengumpulkan hasil penelitian

c. Analyze, Yaitu Menganalis Sistem, Menganalisis kelemahan Sistem; Menganalisis kebutuhan Informasi pemakai / manajemen.

d. Report, Yaitu membuat laporan hasil analisis yang tujuannya : Memberi laporan bahwa analisis telah selesai dilakukan; Meluruskan kesalah-pengertian mengenai apa yang telah ditemukan dan dianalisis oleh analis sistem tetapi tidak sesuai menurut manajemen; Meminta pendapat-pendapat dan saran-saran dari pihak manajemen; Meminta persetujuan kepada pihak manajemen untuk melakukan tindakan selanjutnya.

Adapun Adapun langkah-langkah dalam tahap analisis sistem ini tahap-tahapnya meliputi : a. Mengumumkan Penelitian Sistem: untuk mengurangi kekuatiran akan adanya aplikasi

komputer baru, kiranya perlu dikomunikasikan dengan cara : alasan perusahaan melaksanakan proyek; dan bagaimana sistem baru menguntungkan perusahaan dan para karyawan.

b. Mengorganisasikan tim proyek: sebaiknya pemimpin proyek adalah spesialis informasi, jangan pemakai.

(7)

c. Mendefinisikan kebutuhan pemakai: pengumpulan informasi kebutuhan pemakai dapat dilakukan dengan: wawancara perorangan, pengamatan, pencarian catatan dan survei. Wawancara lebih disukai, karena: (1) adanya komunikasi dua arah dan pengamatan terhadap bahasa tubuh; (2) meningkatkan antusiasme pada proyek baik dari pihak spesialis, maupun pemakai; (3) dapat menjalin kepercayaan antara pemakai dan spesialis informasi; (4) memberi kesempatan bagi peserta proyek kalau ada perbedaan pandangan. Dokumentasinya dapat berupa flowchart, diagram arus data (data flow diagram), dan grafik serta penjelasan naratif dari proses dan data. Semua dokumentasi ini yang menjelaskan sistem ini disebut kamus proyek.

d. Mendefinisikan kriteria kinerja sistem: setelah kebutuhan informasi didefinisikan, langkah selanjutnya adalah menspesifikasikan secara tepat kriteria kinerja sistem. Contoh, manajer pemasaran menetapkan kriteria laporan biaya bulanan sbb: (1) laporan disiapkan dalam kertas dan tampilan; (2) laporan disediakan tidak lebih dari tiga hari setelah akhir bulan; (3) laporan harus membandingkan pendapatan dan biaya aktual dengan anggaran.

e. Menyiapkan usulan rancangan: analis sistem memberikan kesempatan bagi manajer untuk membuat keputusan teruskan/hentikan untuk kedua kalinya. Manajer harus menyetujui tahap rancangan dan dukungan bagi keputusan itu termasuk usulan rancangan.

f. Menyetujui atau menolak rancangan proyek: manajer dan komite pengarah SIM mengevaluasi usulan rancangan dan menentukan apakah disetujui atau tidak.

2.3 Tahap Perancangan Sistem

Setelah tahap analisis sistem selesai dilakukan, maka analis sistem telah mendapatkan gambaran dengan jelas apa yang harus dikerjakan. Tiba waktunya sekarang bagi analis sistem untuk memikirkan bagaimana membentuk sistem tersebut. Tahap ini disebut dengan perancangan sistem (system design ). Tahap perancangan sistem ini mempunyai tujuan utama yaitu untuk memenuhi kebutuhan kepada pemakai sistem; untuk memberikan gambaran yang jelas dan rancang bangun yang lengkap kepada pemrogram komputer dan ahli-ahli teknik lainnya yang terlibat. Tahap perancangan sistem merupakan tahap penentuan proses dan data yang diperlukan oleh sistem baru. Untuk sistem berbasis komputer biasanya dalam rancangan ada spesifikasi jenis peralatan yang akan digunakan.

Adapun langkah-langkah dalam tahap analisis sistem ini tahap-tahapnya meliputi :

a. Menyiapkan rancangan sistem yang terinci: analis bekerja sama dengan pemakai dan mendokumentasikan rancangan sistem baru dengan alat-alat yang telah dijelaskan dalam modul teknis. Penggambaran dilakukan dari yang besar dan secara bertahap

(8)

secara rinci dengan pendekatan top-down dan ini biasanya dilakukan untuk rancangan terstruktur(structured design).

b. Mengidentifikasikan berbagai alternatif konfigurasi sistem: analis harus mengidentifikasikan konfigurasi (bukan merek atau model) peralatan komputer yang akan memberikan hasil terbaik bagi sistem untuk menyelesaikan pemrosesan.

c. Mengevaluasi berbagai alternatif konfigurasi sistem: analis bekerja bersama manajer mengevaluasi berbagai alternatif dan dipilih yang paling memungkinkan subsistem memenuhi kriteria kinerja, dengan kendala-kendala yang ada.

d. Memilih konfigurasi yang terbaik: analis mengevaluasi semua konfigurasi subsistem dengan menyesuaikan kombinasi peralatan sehingga semua subsistem menjadi satu konfigurasi tunggal. Setelah dianalisis kemudian direkomendasikan kepada manajer untuk disetujui. Persetujuan dilakukan oleh Komite pengarah SIM. e. Menyetujui usulan penerapan: analisis menyiapkan usulan penerapan yang

mengikhtisarkan tugas-tugas penerapan yang harus dilakukan, keuntungan yang diharapkan dan biayanya.

f. Menyetujui atau menolak penerapan sistem: jika keuntungan dari sistem melebihi biayanya, penerapan akan disetujui.

A. Tahap Implementasi Sistem

Setelah dianalisis dan dirancang secara rinci dan teknologi telah diseleksi dan dipilih. Tiba saatnya , sistem untuk diimplementasikan. Tahap implementasi system merupakan tahap meletakkan sistem supaya siap untuk dioperasikan. Tahap ini termasuk juga kegiatan menulis kode program jika tidak digunakan paket perangkat

lunak aplikasi.

Implementasi sistem merupakan kegiatan untuk memperoleh dan mengintegrasikan sumberdaya fisik dan konseptual yang menghasilkan suatu sistem yang bekerja.

Adapun langkah-langkah dalam tahap analisis sistem ini dapat dilihat pada gambar 9.5. tahap-tahapnya meliputi :

a. Merencanakan penerapan: sebelum sistem baru digunakan, manajer dan spesialis informasi memahami dengan baik pekerjaan yang diperlukan untuk menerapkan rancangan sistem.

b. Mengumumkan penerapan: proyek penerapan diumumkan kepada para pegawai dengan cara yang sama seperti penelitian sistem. Tujuannya untuk menginformasikan pegawai mengenai keputusan untuk menerapkan sistem baru dan meminta kerjasama pegawai. c. Mendapatkan sumberdaya perangkat keras: rancangan sistem disediakan bagi para

pemasok berbagai jenis peralatan komputer yang terdapat pada konfigurasi yang disetujui. Setiap pemasok diberikan request for proposal (RFP).

(9)

d. Mendapatkan sumberdaya perangkat lunak: dapat membuat sendiri oleh programmer dari dokumen yang disiapkan analis sistem atau menggunakan perangkat lunak aplikasi jadi (prewritten application soft ware).

e. Menyiapkan database: DBA bertanggungjawab untuk semua kegiatanyang berhubungan dengan data, dan ini mencakup persiapan database.

f. Menyiapkan fasilitas fisik: fasilitas di sini adalah lantai yang ditinggikan, pengendalian suhu ruangan dan kelembaban khusus, keamanan, peralatan pendeteksi api dan pemadam kebakaran, dsb.

g. Mendidik peserta dan pemakai: baik peserta (operator pemasukan data, pegawai coding, dan administrasi) dan pemakai harus dididik tentang peran mereka dalam sistem. Pendidikan sebaiknya setelah siklus hidup dimulai, tepat sebelum bahan-bahan yang dipelajari mulai diterapkan.

h. Masuk ke sistem baru: proses menggantikan sistem lama ke sistem baru disebut cutover. Ada 4 pendekatan dasar: percontohan (pilot project), serentak, bertahap, dan paralel.

B. Tahap Penggunaan Sistem

Pada tahap ini terdiri dari 3 langkah sebagaimana ditunjukkan pada gambar 9.6, langkah – langkah penggunaan sistem ( System Implementation ) adalah :

a. Menggunakan sistem. Pemakai menggunakan sistem untuk mencapai tujuan yang diidentifikasikan pada tahap perencanaan.

b. Audit sistem. Penelitian apakah sistem baru memenuhi kriteria kinerja. Studi ini disebut “penelaahan setelah penerapan” (postimplementation).

c. Memelihara sistem. Selama manajer menggunakan sistem, berbagai modifikasi dibuat sehingga sistem terus memberikan dukungan yang diperlukan. Modifikasi ini disebut pemeliharaan sistem. Ada tiga alasan untuk pemeliharaan : Memperbaiki kesalahan; Menjaga kemutakhiran sistemdan Meningkatkan sistem.

3. Pendekatan Pengembangan Sistem

Terdapat beberapa pendekatan untuk mengembangkan sistem, yaitu: a. Pendekatan Klasik

Pendekatan Klasik (classical approach) disebut juga dengan Pendekatan Tradisional (traditional approach) atau Pendekatan Konvensional (conventional approach). Metodologi Pendekatan Klasik mengembangkan sistem dengan mengikuti tahapan-tahapan pada System Life Cycle. Pendekatan ini menekankan bahwa pengembangan akan berhasil bila mengikuti tahapan pada System Life Cycle.

Permasalahan-permasalahan yang dapat timbul pada Pendekatan Klasik adalah sebagai berikut :

(10)

Pendekatan klasik kurang memberikan alat-alat dan teknik-teknik di dalam mengembangkan sistem dan sebagai akibatnya proses pengembangan perangkat lunak menjadi tidak terarah dan sulit untuk dikerjakan oleh pemrogram. Lain halnya dengan pendekatan terstruktur yang memberikan alat-alat seperti diagram arus data (data flow diagram), kamus data (data dictionary), tabel keputusan (decision table). Diagram IPO, bagan terstruktur (structured chart) dan lain sebagainya yang memungkinkan Pengembangan Sistem Informasipengembangan perangkat lunak lebih terarah berdasarkan alat-alat dan teknik-teknik tersebut .

2. Biaya perawatan atau pemeliharaan sistem akan menjadi mahal

Mahalnya biaya perawatan pada pendekatan sistem klasik disebabkan karena dokumentasi sistem yang dikembangkan kurang lengkap dan kurang terstruktur.Dokumentasi ini merupakan hasil dari alat-alat dan teknik -teknik yang digunakan. Karena pendekatan klasik kurang didukung oleh alat-alat dan teknik-teknik, maka dokumentasi menjadi tidak lengkap dan walaupun ada tetapi strukturnya kurang jelas, sehingga pada waktu pemeliharaan sistem menjadi kesulitan.

3. Kemungkinan kesalahan sistem besar

Pendekatan klasik tidak menyediakan kepada analis sistem cara untuk melakukan pengetesan sistem, sehingga kemungkinan kesalahan-kesalahan sistem akan menjadi lebih besar.

4. Keberhasilan sistem kurang terjamin

Penekanan dari pendekatan klasik adalah kerja dari personil-personil pengembang sistem, bukan pada pemakai sistem, padahal sekarang sudah disadari bahwa dukungan dan pemahaman dari pemakai sistem terhadap sistem yang sedang dikembangkan merupakan hal yang vital untuk keberhasilan proyek pengembangan sistem pada akhirnya. b. Pendekatan Terstruktur

Pendekatan terstruktur akan dilengkapi dengan alat-alat dan teknik-teknik yang dibutuhkan dalam pengembangan sistem, sehingga hasil akhir dari sistem yang dikembangkan akan didapatkan sistem yang strukturnya didefinisikan dengan baik dan jelas. Melalui pendekatan struktur,permasalahan yang kompleks dalam organisasi dapat dipecahkan dan hasil dari produktifitas dan kualitasnya lebih baik ( bebas kesalahan ).

Keuntungan pendekatan terstruktur :  Mengurangi kerumitan masalah

 Konsep mengarah pada sistem yang ideal  Standarisasi

 Orientasi kemassa datang

 Mengurangi ketergantungan pada desainer

(11)

 SSAD berorientasi utama pada proses, sehingga mengabaikan kebutuhan non-fungsional.  Sedikit sekali manajemen langsung terkait dengan SSAD.

 Prinsip dasar SSAD merupakan pengembangan non-iterasi (waterfall)

 Interaksi antara analisis atau pengguna tidak komprehensif, karena sistem telah didefinisikan dari awal, sehingga tidak adaptif terhadap perubahan (kebutuhan-kebutuhan baru).

 Selain dengan menggunakan desain logic dan DFD, tidak cukup tool yang digunakan untuk mengkomunikasikan dengan pengguna, sehingga sangat sulit bagi pengguna untuk melakukan evaluasi.

c. Dari Bawah Ke Atas (Bottom-up Approach)

Pendekatan ini dimulai dari level bawah organisasi, yaitu level operasional dimana transaksi dilakukan. Pendekatan ini dimulai dari perumusan kebutuhan-kebutuhan untuk menangani transaksi dan naik ke level atas dengan merumuskan kebutuhan informasi berdasarkan transaksi tersebut. Pendekatan ini ciri-ciri dari pendekatan klasik. Pendekatan dari bawah ke atas bila digunakan pada tahap analisis sistem disebut juga dengan istilah data analysis, karena yang menjadi tekanan adalah data yang akan diolah terlebih dahulu, informasi yang akan dihasilkan menyusul mengikuti datanya.

d. Pendekatan Dari Atas Ke Bawah (Top-down Approach)

Pendekatan Dari Atas Ke Bawah (Top-down Approach) dimulai dari level atas organisasi, yaitu level perencanaan strategi. Pendekatan ini dimulai dengan mendefinisikan sasaran dan kebijaksanaan organisasi. Langkah selanjutnya dari pendekatan ini adalah dilakukannya analisis kebutuhan informasi. Setelah kebutuhan informasi ditentukan, maka proses turun ke pemrosesan transaksi, yaitu penentuan output, input, basis data, prosedur-prosedur operasi dan kontrol. Pendekatan ini juga merupakan ciri-ciri pendekatan terstruktur. Pendekatan atas-turun bila digunakan pada tahap analis sistem disebut juga dengan istilah decision analysis, karena yang menjadi tekanan adalah informasi yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan oleh manajemen terlebih dahulu, kemudian data yang perlu diolah didefinisikan menyusul mengikuti informasi yang dibutuhkan.

e. Pendekatan Sepotong (piecemeal approach)

Pengembangan yang menekankan pada suatu kegiatan/aplikasi tertentu tanpa memperhatikan posisinya di sistem informasi atau tidak memperhatikan sasaran organisasi secara global (memperhatikan sasaran dari kegiatan atau aplikasi itu saja). f. Pendekatan Sistem (systems approach)

Memperhatikan sistem informasi sebagai satu kesatuan terintegrasi untuk masing-masing kegiatan/aplikasinya dan menekankan sasaran organisasi secara global. g. Pendekatan Sistem menyeluruh (total-system approach)

Pendekatan pengembangan sistem serentak secara menyeluruh, sehingga menjadi sulit untuk dikembangkan (ciri klasik).

(12)

Pendekatan dengan memecah sistem komplek menjadi modul yang sederhana, sehingga sistem lebih mudah dipahami dan dikembangkan, tepat waktu, mudah dipelihara (ciri terstruktur)

i. Pendekatan Lompatan jauh (great loop approach)

Pendekatan yang menerapkan perubahan menyeluruh secara serentak menggunakan teknologi canggih, sehingga mengandung resiko tinggi, terlalu mahal, sulit dikembangkan karena terlalu komplek.

j. Pendekatan Berkembang (evolutionary approach)

Pendekatan yang menerapkan teknologi canggih hanya untuk aplikasi-aplikasi yang memerlukan saja dan terus dikembangkan untuk periode berikutnya mengikuti kebutuhan dan teknologi yang ada.

4. Fungsi SDLC

Untuk menggambarkan tahapan-tahapan utama dan langkah-langkah dari setiap tahapan yang secara garis besar terbagi dalam fase fase utama dalam SDLC, yaitu:

Perencanaan : Mengapa Mengembangkan Sistem?

Analisis : Siapa, apa, kapan dan dimana sistem diterapkan? Perancangan : Bagaimana kerja sistem?

Implementasi : Bagaimana Sistem Dipasang/diinstall?

5. Pemeliharaan Sistem

􀂄 Corrective – memperbaiki desain dan error pada program

􀂄 Adaptive – memodifikasi sistem untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan

􀂄 Perfective – Melibatkan sistem untuk menyelesaikan masalah baru atau mengambil kesempatan (penambahan fitur)

􀂄 Preventive – Menjaga sistem dari kemungkinan masalah di masa yang akan datang

6. Daftar Istilah Penting

1) Systems development (Pengembangan sistem)

2) System Development Life Cycle / SDLC (Siklus hidup pengembangan sistem) 3) waterfall approach (pendekatan air terjun)dalam pengembangan dan

penggunaan sistem.

4) System design (perancangan sistem) 5) Structured design (rancangan terstruktur) 6) data flow diagram (diagram arus data)

7) System Implementation (penggunaan sistem) 8) Hierarchy Input Process Output ( HIPO)

(13)

9) Data Dictionary ( Kamus data)

10)Data Flow Diagram (Diagram Alir Data ) 11) Decission Table ( Tabel Keputusan )

12)Program Evaluation and Review Techniques ( Jaringan proyek ) 13)Sytems Flowchart (Diagram alir sistem )

PROTOTYPING MODEL

1. Sejarah Prototype

Pada tahun 1960-an: Teknik-teknik prototyping pertama cepat menjadi diakses

pada tahun delapan puluhan kemudian dan mereka digunakan untuk produksi komponen

prototipe dan model. Sejarah prototipe cepat dapat ditelusuri sampai akhir tahun enam

(14)

puluhan, ketika seorang profesor teknik, Herbert Voelcker, mempertanyakan dirinya

sendiri tentang kemungkinan melakukan hal-hal menarik dengan alat komputer dikontrol

dan otomatis mesin. Alat-alat mesin baru saja mulai muncul di lantai pabrik itu. Voelcker

berusaha mencari jalan di mana alat-alat mesin otomatis dapat diprogram dengan

menggunakan output dari program desain komputer.

Kemudian 1970: Voelcker mengembangkan alat dasar matematika yang dengan

jelas menggambarkan tiga aspek dimensi dan menghasilkan teori-teori awal teori

algoritma dan matematika untuk pemodelan solid. Teori-teori ini membentuk dasar

program komputer modern yang digunakan untuk merancang hampir segala hal mekanis,

mulai dari mobil mainan terkecil ke gedung pencakar langit tertinggi. teori Volecker

berubah metode perancangan pada tahun tujuh puluhan, namun, metode lama untuk

merancang masih sangat banyak digunakan. Metode lama terlibat baik alat masinis atau

mesin dikendalikan oleh komputer. Para cowok logam dipotong dan bagian yang

dibutuhkan tetap sesuai kebutuhan.

Namun, pada tahun 1987, Carl Deckard, bentuk peneliti dari University of Texas,

datang dengan ide yang revolusioner yang baik. Dia memelopori manufaktur yang

berbasis lapisan, dimana ia memikirkan membangun lapisan model dengan lapisan. Dia

dicetak model 3D dengan menggunakan sinar laser untuk bedak sekering logam dalam

prototipe solid, single layer pada suatu waktu. Deckard mengembangkan ide ini menjadi

sebuah teknik yang disebut "Selective Laser Sintering". "

2. Definisi Prototyping Model

Prototyping merupakan salah satu metode pengembangan perangat lunak yang

banyak digunakan. Dengan metode prototyping ini pengembang dan pelanggan dapat

saling berinteraksi selama proses pembuatan sistem. Sering terjadi seorang pelanggan

hanya mendefinisikan secara umum apa yang dikehendakinya tanpa menyebutkan secara

detal output apa saja yang dibutuhkan, pemrosesan dan data-data apa saja yang

dibutuhkan. Sebaliknya disisi pengembang kurang memperhatikan efesiensi algoritma,

kemampuan sistem operasi dan interface yang menghubungkan manusia dan komputer.

(15)

Untuk mengatasi ketidakserasian antara pelanggan dan pengembang maka harus

dibutuhakan kerjasama yang baik diantara keduanya sehingga pengembang akan

mengetahui dengan benar apa yang diinginkan pelanggan dengan tidak

mengesampingkan segi-segi teknis dan pelanggan akan mengetahui proses-proses dalm

menyelasaikan system yang diinginkan. Dengan demikian akan menghasilkan sistem

sesuai dengan jadwal waktu penyelesaian yang telah ditentukan.

Kunci agar model prototype ini berhasil dengan baik adalah dengan

mendefinisikan aturan-aturan main pada saat awal, yaitu pelanggan dan pengembang

harus setuju bahwa prototype dibangun untuk mendefinisikan kebutuhan. Prototype akan

dihilangkan sebagian atau seluruhnya dan perangkat lunak aktual aktual direkayasa

dengan kualitas dan implementasi yang sudah ditentukan.

Pada

Prototyping Model

kadang-kadang klien hanya

memberikan beberapa kebutuhan umum software tanpa detil input,

proses atau detil output. Di lain waktu mungkin dimana tim

pembangun (developer) tidak yakin terhadap efisiensi dari algoritma

yang digunakan, tingkat adaptasi terhadap sistem operasi atau

rancangan form user interface. Ketika situasi seperti ini terjadi model

prototyping sangat membantu proses pembangunan software. Proses

pada model prototyping bisa dijelaskan sebagai berikut:

Pengumpulan kebutuhan: developer dan klien bertemu dan

menentukan tujuan umum, kebutuhan yang diketahui dan

gambaran bagian-bagian yang akan dibutuhkan berikutnya. Detil

kebutuhan mungkin tidak dibicarakan disini, pada awal

pengumpulan kebutuhan

Perancangan : perancangan dilakukan cepat dan rancangan

mewakili semua aspek software yang diketahui, dan rancangan ini

menjadi dasar pembuatan prototype.

Evaluasi prototype: klien mengevaluasi prototype yang dibuat dan

digunakan untuk memperjelas kebutuhan software.

Perulangan ketiga proses ini terus berlangsung hingga semua

kebutuhan terpenuhi. Prototype-prototype dibuat untuk memuaskan

kebutuhan klien dan untuk memahami kebutuhan klien lebih baik.

Prototype yang dibuat dapat dimanfaatkan kembali untuk membangun

(16)

software lebih cepat, namun tidak semua prototype bisa

dimanfaatkan. Sekalipun prototype memudahkan komunikasi antar

developer dan klien, membuat klien mendapat gambaran awal dari

prototype.

Penjelaskan pengertian Prototyepe berdasarkan Ilmu Interaksi Manusia dan

Komputer. Prototype merupakan alat yang digunakan untuk mensimulasikan beberapa

atau tidak semua fitur dari sistem yang akan dibuat. Terdapat 3 pendekatan utama

prototyping, yaitu:

1.

Throw-Away, Prototype dibuat dan dites. Pengalaman yang diperoleh dari

pembuatan prototype digunakan untuk membuat produk akhir (final), kemudian

prototype tersebut dibuang (tak dipakai).

2.

Incremental, Produk finalnya dibuat sebagai komponen-komponen yang terpisah.

Desain produk finalnya secara keseluruhan haya ada satu tetapi dibagi dalam

komonen-komponen lebih kecil yang terpisah (independent).

3.

Evolutionary, Pada metode ini, prototipenya tidak dibuang tetapi digunakan untuk

iterasi desain berikutnya. Dalam hal ini, sistem atau produk yang sebenarnya

dipandang sebagai evolusi dari versi awal yang sangat terbatas menuju produk final

atau produk akhir.

Di sisi manajemen, terdapat beberapa masalah potensial yang terkait dengan

prototyping, seperti:

Waktu, membangun prototype membutuhkan waktu, sehingga seringkali prototype

dipakai jika waktunya cepat. Hingga muncul istilah rapid prototyping.

Rencana, sebagian manajer proyek tidak memiliki pengalaman untuk menyatukan

proses prototyping dengan keseluruhan rencana perancangan.

Fitur Non-Fungsional, seringkali fitur sistem yang paling penting merupakan fitur

non-fungsional seperti safety dan reliability, tidak disertakan dalam prototyping.

Kontrak, proses desain kadang dibatasi oleh kontrak antara desainer dengan

(17)

Teknik Prototyping, Terdapat beberapa terdapat beberapa teknik yang digunakan untuk

membuat rapid prototype, seperti:

STORYBOARD, adalah bentuk prototype yang paling sederhana berupa gambaran

secara grafis dari tampilan sistem yang akan dibangun tanpa fungsi dari sistem.

SIMULASI FUNGSI TERBATAS, fungsi sistem disertakan pada prototype tidak

sekadar gambar tampilannya saja.

HIGH-LEVEL PROGRAMING SUPPORT, HyperTalk adalah contoh dari

special-purpose high-level programming language yang memudahkan desainer membuat fitur

tertentu dari sebuah sistem interaktif.

3. Keunggulan dan Kelemahan Prototyping.

Keunggulan prototyping adalah:

1.

Adanya komunikasi yang baik antara pengembang dan pelanggan

2.

Pengembang dapat bekerja lebih baik dalam menentukan kebutuhan pelanggan

3.

Pelanggan berperan aktif dalam pengembangan system

4.

Lebih menghemat waktu dalam pengembangan system

5.

Penerapan menjadi lebih mudah karena pemakai mengetahui apa yang diharapkannya.

Kelemahan prototyping adalah :

1.

Pelanggan kadang tidak melihat atau menyadari bahwa perangkat lunak yang ada

belum mencantumkan kualitas perangkat lunak secara keseluruhan dan juga belum

memikirkan kemampuan pemeliharaan untuk jangja waktu lama.

2.

Pengembang biasanya ingin cepat menyelesaikan proyek. Sehingga menggunakan

algoritma dan bahasa pemrograman yang sederhana untuk membuat prototyping lebih cepat

selesai tanpa memikirkan lebih lanjut bahwa program tersebut hanya merupakan cetak biru

sistem .

3.

Hubungan pelanggan dengan komputer yang disediakan mungkin tidak

mencerminkan teknik perancangan yang baik.

(18)

1. dalam membuat prototype banyak hal yang diabaikan seperti efisiensi, kualitas,

kemudahan dipelihara/dikembangkan, dan kecocokan dengan lingkungan yang

sebenarnya. Jika klien merasa cocok dengan prototype yang disajikan dan berkeras

terhadap produk tersebut, maka developer harus kerja keras untuk mewujudkan

produk tersebut menjadi lebih baik, sesuai kualitas yang seharusnya.

2. Developer biasanya melakukan kompromi dalam beberapa hal karena harus membuat

prototype dalam waktu singkat. Mungkin sistem operasi yang tidak sesuai, bahasa

pemrograman yang berbeda, atau algoritma yang lebih sederhana. Agar model ini bisa

berjalan dengan baik, perlu disepakati bersama oleh klien dan developer bahwa

prototype yang dibangun merupakan alat untuk mendefinisikan kebutuhan software.

4.

Tahapan-tahapan Prototyping

Tahapan-tahapan dalam Prototyping adalah sebagai berikut:

1.

Pengumpulan kebutuhan.

Pelanggan dan pengembang bersama-sama mendefinisikan format seluruh

perangkat lunak, mengidentifikasikan semua kebutuhan, dan garis besar sistem yang

akan dibuat.

2. Membangun prototyping.

Membangun prototyping dengan membuat perancangan sementara yang berfokus

pada penyajian kepada pelanggan (misalnya dengan membuat input dan format

output).

(19)

Evaluasi ini dilakukan oleh pelanggan apakah prototyping yang sudah dibangun

sudah sesuai dengan keinginann pelanggan. Jika sudah sesuai maka langkah 4 akan

diambil. Jika tidak prototyping direvisi dengan mengulangu langkah 1, 2 , dan 3.

4. Mengkodekan system.

Dalam tahap ini prototyping yang sudah di sepakati diterjemahkan ke dalam

bahasa pemrograman yang sesuai.

5. Menguji system.

Setelah sistem sudah menjadi suatu perangkat lunak yang siap pakai, harus dites

dahulu sebelum digunakan. Pengujian ini dilakukan dengan White Box, Black Box,

Basis Path, pengujian arsitektur dan lain-lain

6. Evaluasi Sistem.

Pelanggan mengevaluasi apakah sistem yang sudah jadi sudah sesuai dengan

yang diharapkan . Juka ya, langkah 7 dilakukan; jika tidak, ulangi langkah 4 dan 5.

7. Menggunakan system.

Perangkat lunak yang telah diuji dan diterima pelanggan siap untuk digunakan.

Prototyping bekerja dengan baik pada penerapan-penerapan yang berciri sebagai

berikut:

1. Resiko tinggi Yaitu untuk maslaha-masalah yang tidak terstruktur dengan baik, ada

perubahan yang besar dari waktu ke waktu, dan adanya persyaratan data yang tidak

menentu.

2. Interaksi pemakai penting . Sistem harus menyediakan dialog on-line antara

pelanggan dan komputer.

3. Perlunya penyelesaian yang cepat.

4. Perilaku pemakai yang sulit ditebak

5. Sitem yang inovatif. Sistem tersebut membutuhkan cara penyelesaian masalah dan

penggunaan perangkat keras yang mutakhir

Referensi

Dokumen terkait

Prosiding SI MaNIs (Seminar Nasional Integrasi Matematika dan Nilai Islami) Halaman | 619 Berdasarkan penjabaran yang telah dikemukaan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah

d) Diberikan alat, bahan, dan LKS SMK, siswa dapat melaksanakan eksperimen untuk menyelidiki pengaruh banyak beban terhadap besar daya yang digunakan sesuai rubriks yang

Tulang Femur ( tulang paha) Merupakan tulang pipa dan terbesar di dalam tulang kerangka pada bagian pangkal yang berhubungan dengan asetabulum membentuk kepala sendi yang disebut

Apabila Anda pernah menonton Corpse Bride garapan Tim Burton, Anda akan tahu bahwa yang diperdebatkan bukan lagi pernikahan sejenis, beda etnis, atau beda agama, tetapi

Kesejahteraan hewan adalah segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu diterapkan dan ditegakkan

merugikan dan hasil yang lebih aman untuk bibir dapat dibuat dengan bahan alami.. seperti tumbuh – tumbuhan atau buah

Akan tetapi khalifah ‘Umar ibn Abdul ‘Azi > z dalam kebijakannya tidak melibatkan kaum perempuan periwayat hadith untuk membukukan hadith-hadith yang mereka ketahui dengan

pilihan ganda untuk siklus I, dan 20 soal pilihan ganda pada siklus II. Untuk hasil dari validitas siklus II ada 21 soal pilihan ganda koefesien corrected item to total