• Tidak ada hasil yang ditemukan

Genealogi Perempuan Periwayat H{{{{{adi>>>>>th

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Genealogi Perempuan Periwayat H{{{{{adi>>>>>th"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

REVIEW BUKU

Genealogi Perempuan Periwayat Hadi{{{{{ >>>th >> al-Kutub al-Tis’ah

Ana Bilqis Fajarwati

Staff Pengajar Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel

Judul Buku : Perempuan Periwayat H{adi>th Pengarang : Agung Danarta

Tebal Halaman : XVI + 389

Tahun : 2013

Penerbit : Yogyakarta, Pustaka Pelajar ISBN : 978-602-229-194-7

Kondisi perempuan di berbagai negara muslim pada awal abad ke 21 ini masih sangat memprihatinkan, seperti di Somalia, Irak, Libia, Kuwait, Mesir, Maroko, Siria, Saudi Arabia, Tunisia, Bahrain, Aljazair dan Yaman. Berbagai indikator tingkat keberdayaan mereka menunjukkan tingkat yang rendah baik dari sektor pendidikan, tingkat kebutaaksaraan, partisipasi perempuan, dan tenaga kerja. Berbagai upaya dilakukan baik oleh pemerintah, lembaga pendidikan dan NGO/ LSM untuk meningkatkan partisipasi dan kualitas kaum perempuan. Hal ini sejalan dengan ajaran yang tuntunkan dan dipraktikkan oleh Rasulullah SAW. Perempuan mendapatkan posisi yang terhormat saat kehidupan masyarakat Islam berada pada masa Rasulullah SAW. Kaum perempuan pada masa itu mendapat perlakuan yang tidak berbeda dengan kaum laki-laki. Apabila laki-laki berperan dalam dunia publik, perempuan juga tidak ada larangan untuk berperang dalam medan yang sama. Bahkan, kedekatan kaum perempuan dengan Rasulullah SAW hampir tidak ada batasnya, misalnya ketika kaum laki-laki memiliki sebuah kelompok pengajian dengan Rasulullah SAW, perempuan merasa tidak mau ketinggalan. Pentingnya kedudukan perempuan dengan Rasulullah SAW bisa juga dilihat pada keterlibatan mereka dalam proses periwayatan hadith dan pembentukan wacana Islam awal. Berbagai pendapat yang beredar di kalangan penulis biografi sahabat tidak memungkiri bahwa peran perempuan sangat besar dalam meriwayatkan hadith. Tidak jarang mereka meriwayatkan hadith secara langsung dari Rasulullah SAW Ibn Isha>q misalnya, menyebut tidak kurang dari lima puluh perempuan yang berstatus sebagai sahabat telah terlibat dalam periwayatan hadith. Agung Danarta dalam buku ini menyebutkan ada sekitar 132 perempuan periwayat hadith. Istri-istri Nabi adalah di antara para perempuan yang banyak meriwayatkan hadith.

(2)

Charles J. Adams Antara Reduksionisme dan Anti-Reduksionisme dalam Kajian Agama

622 hadith. Maimunah binti al-Ha>rith (w 51 H) meriwayatkan 172 hadith. Ummu Habi>bah Ramlah binti Abi> Sufyan (w 42 H) meriwayatkan 144 hadith. Hafshah binti ‘Umar ibn al-Khat}t}a>b (w 45 H) meriwayatkan 147 hadith. Selain para istri nabi tersebut, beberapa perempuan sahabat nabi juga tercatat sebagai orang yang banyak meriwayatkan hadith. Diantaranya adalah Asma>’ binti Abi> Bakr (w 73 H) meriwayatkan 209 hadith. Zainab binti Abi> Salamah (w 73 H) meriwayatkan 177 hadith. Nusaibah binti Ka’ab yang dikenal sebagai Ummu ‘A<tiyah meriwayatkan 119 hadith. Shafiyyah binti Syaibah meriwayatkan 166 hadith. Fa>hit}ah binti Abi> Tha>lib yang dikenal sebagai Ummu Ha>ni meriwayatkan 87 hadith. Dan Fa>t}imah binti Qays meriwayatkan 86 hadith.

Jumlah periwayat perempuan ditingkat sahabat yang hadithnya termuat dalam kutub al-tis’ah sekitar 132 orang. Jumlah tersebut sama dengan 12,6 % dari total seluruh periwayat hadith masa sahabat yang tercatat dalam kutub al-tis’ah sebanyak 1046 orang periwayat. Jumlah tersebut terhitung sangat banyak, terutama bila mengingat kedudukan perempuan dalam masyarakat pra Islam. Pada masa pra Islam, perempuan tidak dipercaya untuk ikut serta mengurus kepentingan umum, terlebih dalam masalah keagaamaan. Nabi Muhammad SAW datang megubah nasib kaum perempuan, mereka diberi berbagai hak, kehormatan dan kewajiban oleh Islam sesuai dengan hakikat dan martabat mereka sebagai makhluk yang bertanggung jawab di hadirat Allah SAW. Seratus tiga puluh dua orang periwayat perempuan tingkat sahabat tersebut adalah bukti keberhasilan pendidikan nabi.

Pada periode sahabat secara perlahan-lahan menunjukkan adanya penurunan perempuan periwayat hadith pada tingkat t}abaqah pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima, keenam, ketujuh, kedelapan, kesembilan dan kesepuluh. Pada periode sahabat (t}abaqah pertama), periwayat perempuan sebanyak 12,6 & atau 132 orang dari total 1.046 periwayat. Angka tersebut turun menjadi 6,85 % atau 30 orang periwayat perempuan pada periode t}a>bi’i>n (t}abaqah kedua) dari 1.467 periwayat. Kemudian turun menjadi 6,34 % atau 93 orang pada periode t}a>bi’i>n pertengahan (t}abaqah ketiga) dari 1.467 periwayat. Pada t}abaqah keempat (t}a>bi’i>n pasca pertengahan sebelum t}a>bi’i>n yunior) tersisa 4,11 % atau 36 orang dari 875 periwayat. Pada t}abaqah kelima (t}a>bi’i>n yunior) terus turun hingga mencapai 1,74 % atau tersisa 10 orang dari 576 periwayat. Sedangkan pada t}abaqah keenam (orang yang berkiprah bersama t}a>bi’i>n yunior, tetapi dipastikan mereka tidak bertemu dengan salah seorang sahabt nabi) turun lagi hingga 1,34 % atau 15 orang periwayat perempuan dari 1.119 periwayat. Pada t}abaqah ketujuh (atba>’ al-t}a>bi’i>n senior) jumlah perempuan tinggal 1,17 % atau 11 orang dari 943 periwayat. Pada t}abaqah kedelapan (atba>’ al-t}a>bi’i>n pertengahan), t}abaqah kesembilan (atba>’ al-t}a>bi’i>n yunior), t}abaqah kesepuluh (orang-orang pertama yang mengutip dari atba>’ al-t}a>bi’i>n senior dan tidak pernah bertemu dengan t}abi’i>n) dan t}abaqah kesebelas (atba>’ al-atba>’ al-t}a>bi’i>n pertengahan), bahkan tidak ada seorang pun dari perempuan yang tercatat sebagai periwayat hadith. Dengan adanya data tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran dan perubahan ditengah masyarakat muslim pada abad I s.d III Hijriyah yang mengakibatkan terjadinya penurunan keterlibatan perempuan dalam periwayatan

(3)

hadith Nabi SAW.

Tentang sikap masyarakat muslim terhadap perempuan, menurut pandangan Leila Ahmad bahwa praktek-praktek yang didukung oleh Nabi Muhammad SAW dalam masyarakat muslim kurun awal disuarakan dalam konteks sikap yang lebih positif disbanding sikap masyarakat ‘Abba>siyah yang datang kemudian. Dalam sepuluh tahun sesudah wafatnya Nabi Muhammad SAW, Penaklukkan-penaklukkan Arab telah membawa Islam ke negeri-negeri di luar Arab. Masyarakat baru pasca penaklukkan tersebut adalah masyarakat urban yang telah menjabarkan tradisi-tradisi skriptural dan legal serta memapankan adat istiadat social yang dipengaruhi oleh budaya daerah taklukan. Peradaban Islam yang berkembang mencerminkan sebuah seleksi dan sintesis dari warisan peradaban Timur Tengah yang erat hubungannya dengan budaya bangsa Yahudi, Kristen, Hellenistik terus berkembang dalam sebuah tradisi yang berkelanjutan. System protokoler Sasania dan Bizantium, kesenian dan arsitektur, system administrasi dan konsep-konsep politik diterima oleh khilafah Umayyah dan ‘Abba>siyah.

Dalam perspektif Leila Ahmad, Masyarakat “baru” ini bercorak lebih restriktif dan lebih misoginis dibanding masyarakat Arabia di bawah bimbingan Nabi Muhammad SAW, sekurang-kurangnya misogiis dalam mengontrol perempuan dengan hukum dan adat istiadat yang diartikulasikan secara administrasi dan dipandang sebagai undang-undang tertulis. Berbagai perbedaan antara asumsi-asumsi fundamental tentang perempuan di Arab sewaktu kebangkitan Islam dan ditempat lain di Timur Tengah diisyaratkan antara lain oleh ayat-ayat yang menyatakan persamaan spiritual pria dan wanita serta pandangan teolog di masa ‘Abbasiyah.

al-Kutub al-Tis’ah yang terdiri dari S}ah}i>h al-Bukha>ri, S> }ah}i>h Muslim, Sunan Abi> Da>wud, Sunan al-Tirmid}i>, Sunan al-Nasa>i>, Sunan Ibn Ma>jah, Sunan al-Da>rimi>, al-Muwat}t}a’, dan Musnad Ibn Hanbal. Kitab S}ah}i>h al-Bukha>ri>, Sah} }i>h Muslim, Sunan Abi> Da>wud, Sunan al-Tirmid}i>, Sunan al-Nasa>i> terkenal dengan sebutan al-kutub al-khomsah, oleh mayoritas ulama dianggap sebagai kitab hadith paling s}ahih. Ada beberapa pendapat yang berkaitan dengan kitab keenam antara lain, kitab Sunan Ibn Ma>jah merupakan kitab keenam dari kitab hadith yang paling s}ah}ih, dan menurut al-Qat}t}a>ni> kitab ini yang dipakai sebagai rujukan utama /al-Kutub al-Sittah. Sedangkan Menurut Ibn Hajar al-Asqa>lani>, kitab Sunan al-Da>rimi> adalah kitab keenam dari Kutub

al-Sittah. Sementara menurut Razin dan Ibn al-Atsi>r, al-Muwat}t}a’ merupakan kitan keenam dari

al-Kutub al-Sittah. Kitab Musnad Ahmad ibn Hanbal disepakati oleh mayoritas ulama hadith sebagai kitab ketujuh dari hadith yang paling s}ah}ih yang dipakai sebagai rujukan utama / al-Kutub al-Sab’ah. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab menurunnya jumlah perempuan periwayat hadith antara lain :

Pertama, karena sikap politik khalifah. Pada saat pemerintahan khalifah Abu> Bakr (w 13

(4)

Charles J. Adams Antara Reduksionisme dan Anti-Reduksionisme dalam Kajian Agama

meminta kepada umat Islam agar tidak meriwayatkan yang mereka tidak pernah mendengar hadith itu pada masa Abu> Bakr dan ‘Umar ibn al-Khat}t}ab. Demikian juga ‘Ali> ibn Abi> T}a>lib, dalam khutbahnya ia memerintahkan agar orang memiliki catatan selain kitabullah agar segera menghapusnya. Pada masa Mu’a>wiyah (w 60 H/681 M) sampai akhir abad pertama, pihak istana tidak terlalu menaruh perhatian terhadap perkembangan periwayatan hadith. Pada periode ini, para perempuan masih leluasa dalam melaksanakan periwayatan hadith. Sahabat perempuan dan ta>bi’i>n perempuan cukup banyak yang melakukan aktivitas periwayatan hadith. Pihak istana kembali memberikan perhatian pada masa khalifah ‘Umar ibn Abdul ‘Aziz, masa kekuasaannya dianggap sebagai akhir periode sahabat yang ditandai dengan meninggalnya Abu T}ufail Amir ibn Wasilah (w 100 H) sahabat Nabi yang terakhir meninggal dunia. Khalifah ‘Umar ibn Abdul ‘Azi>z menginstruksikan kepada para gubenurnya dan juga kepada para ulama agar membukukan seluruh hadith Nabi, terutama yang beredar di wilayahnya. Diantara gubernur yang menerima instruksi tersebut adalah gubernur Madinah yaitu Muhammad ibn Hazm (w 117 M). ia melaksanakan instruksi khalifah dan segera membukukan hadith-hadith yang dihafal oleh penghafal hadith di Madinah. Akan tetapi khalifah ‘Umar ibn Abdul ‘Azi>z dalam kebijakannya tidak melibatkan kaum perempuan periwayat hadith untuk membukukan hadith-hadith yang mereka ketahui dengan alasan pertama, Khalifah ‘Umar ibn Abdul ‘Azi>z masih melanjutkan sikap budaya paternalistic masyarakat Arab yang lebih menghargai laki-laki dari pada perempuan untuk masalah-masalah yang berkaitan dengan public. Kedua, ia melanjutkan sikap konservatif penduduk Madinah yang tidak mengizinkan perempuan belajar dari laki-laki yang bukan muhrimnya. Ketiga, ia mengakomodir berbagai budaya non Islam/Arab dalam imperiumnya. Salah satu kebijakan ‘Umar ibn Abdul ‘Azi>z yang dianggap genius adalah menghilangkan antagonism antara Arab dan non-Arab menjadi kesatuan Muslim yang universal. Akibat dari kebijakannya tersebut, ia harus mengakomodir berbagai budaya yang di bawa oleh masyarakat non-Arab menjadi budaya Islam, termasuk sikap yang kurang menghargai perempuan dalam wilayah publik.

Khalifah berikutnya yang juga memberikan perhatian besar bagi periwayatan hadith adalah Abu> al-‘Abba>s al-Saffah (132-137 H/ 749-754 M), pembukuan hadith berlangsung di beberapa kota yaitu di Mekah, Madinah, Basrah, Kufah, Syam, Wasith, Yaman, Rei, Khurasan dan Mesir. Para ulama yang membukukan hadith tersebut tidak ada satu pun yang perempuan, meskipun masih ada beberapa perempuan yang meriwayatkan hadith tapi umumnya tidak terkenal. Khalifah al-Mansu>r (137-158 H/ 754-775 M) juga memberikan perhatian terhadap periwayatan hadith, ia memerintahkan Malik ibn Anas untuk menyusun kitab yang berisi riwayat dari Nabi SAW untuk memenuhi permintaan tersebut, Malik ibn Anas menyusun kitab al-Muwat}t}a’. Akhir periode ta>bi’i>n berada pada masa pemerintahan khalifah Harun al-Rasyid (170-194 H/ 786-809 M) yang ditandai dengan meninggalnya Khalaf ibn Khalifah, seorang ta>bi”i>n yang meninggal terakhir, yang wafat pada tahun 181 H. Pada masa pemerintahan Harun al-Rasyid ini, paling tidak terdapat tiga t}a>baqa>h bagi perempuan periwayat hadith yaitu t}a>baqa>h kelima (ta>bi’i>n yunior)

(5)

dengan 10 orang perempuan periwayat hadith. t}a>baqa>h keenam (atba>’ al-t}a>bi’i>n yang berkiprah bersamaan dengan masa ta>bi’i>n yunior, tetapi dipastikan tidak bertemu dengan sahabat) dengan 15 orang perempuan periwayat hadith, dan t}a>baqa>h ketujuh atba>’ al-t}a>bi’i>n senior) dengan 11 orang perempuan periwayat hadith. t}a>baqa>h ketujuh ini adalah t}a>baqa>h terakhir untuk perempuan periwayat hadith, karena setelah itu tidak ditemukan lagi perempuan yang meriwayatkan hadith yang di dokumentasikan dalam al-kutub al-tis’ah.

Periode ta>bi’i>n berakhir pada 181 H dengan meninggalnya khala>f ibn khali>fah. Berdasar hal tersebut dapat diperkirakan bahwa t}a>baqa>h keenam yang terdiri dari atba>’ al-t}a>bi’i>n yang kiprahnya bersamaan waktunya dengan t}a>bi’i>n yunior berakhir tidak terlalu jauh terpaut waktunya dengan akhir masa ta>bi’i>n tersebut. Oleh karenanya dapatlah disimpulkan bahwa periode t}a>baqa>h keenam berakhir pada masa pemerintahan Harun al-Rasyid. Akhir periode atba>’ al-t}a>bi’i>n menurut Subhi> al-Sha>lih pada tahun 220 H. t}a>baqa>h ketujuh adalah generasinya atba>’ al-t}a>bi’i>n senior. Setelah ta>bi’i>n terakhir wafat pada 181 H, masa pemerintahan Harun al-Rasyid masih 13 tahun lagi sesudah itu, maka dapat disimpulkan bahwa akhir periode t}a>baqa>h ketujuh, yang juga merupakan akhir masa bagi perempuan periwayat hadith adalah pada akhir masa pemerintahan Harun al-Rasyid atau pada masa pemerintahan Muhammad al-Ami>n (194-198 H/ 809-813 H), atau masa ‘Abdullah al-Ma’mu>n (198-218 H/813-833 M).

Kedua, Peran keluarga. Pada generasi sahabat, perempuan yang banyak meriwayatkan

(6)

Charles J. Adams Antara Reduksionisme dan Anti-Reduksionisme dalam Kajian Agama

dan Saudah binti Zam’ah yang meriwayatkan 9 hadith. Kemudian pada generasi ta>bi’i>n ada sekitar 18 perempuan periwayat hadith, dan pada generasi berikutnya perempuan periwayat hadith tidak lagi muncul dari keluarga kalangan periwayat hadith. Keluarga tidak lagi menjadi persemaian kaderisasi bagi perempuan sebagai periwayat hadith.

Ketiga, Tafsir agama tentang perempuan. Al-Qur’a>n diyakini sebagai dokumen yang abadi

yang tidak adakan mengalami perubahan seiring dengan perubahan zaman. Hal ini terjadi karena Allah sendiri yang akan menjaga kemurnian Qur’an, sebagaimana dikemukakan dengan al-Qur’a>n surat al-Hijr ayat 9. Akan tetapi pemahaman manusia terhadap al-Qur’an dan ajaran agama senantiasa mengalami perubahan dan perkembangan. Demikian juga halnya dengan paham agama terhadap perempuan senantiasa mengalami perubahan sejak masa nabi hingga masa-masa sesudahnya. Pergeseran paham keagamaan yang berkaitan dengan perempuan ini memang tidak dapat dinyatakan sebagai mewakili seluruh orang pada masanya. Akan tetapi yang memiliki pendapat tersebut adalah tokoh ulama pada masanya, tentu akan membawa pengaruh yang cukup penting bagi merosotnya pencitraan perempuan.

Keempat, kondisi sosial politik. Komunitas muslim dalam waktu singkat telah meluas ke

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan analisis hasil penelitian secara garis besar dapat ditarik kesimpulan, yaitu program Family Development Session pada

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 pasal 1 ayat 14 menegaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang

Tahap ini dilakukan jika produk final telah dinyatakan praktis. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah mengevaluasi efektivitas dari produk final. Evaluasi

Penelitian ini merupakan suatu studi retrospektif cross-sectional analytic untuk melihat hubungan eosinofil dan neutrofil darah tepi terhadap derajat keparahan

Struktur organisasi perusahaan merupakan salah satu cara untuk menggambarkan tugas pokok, wewenang dan tanggung jawab antar bagian yang satu dengan yang lain, sehingga

Berdasarkan identifikasi terhadap ketiga elemen utama metafora di atas, dalam kajian ini dapat dijelaskan makna metafora beras beserta hal-hal yang bertalian dengan beras

Butir-butir yang seharusnya ada dalam latar belakang penulisan makalah adalah hal-hal yang melandasi perlunya ditulis makalah.Hal-hal yang dimaksud dapat berupa

Abstrak: Perkembangan teknologi pada saat ini sangat maju, semakin mudah digunakan, dan semakin banyak fitur-fitur yang menarik yang muncul. Masyarakat Indonesia