• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI SUMBERDAYA PAKAN DI WILAYAH PROPINSI JAWA TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POTENSI SUMBERDAYA PAKAN DI WILAYAH PROPINSI JAWA TENGAH"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI SUMBERDAYA PAKAN DI WILAYAH PROPINSI JAWA TENGAH (The Feed Resources Availability in Central Java)

H. Tabrany1, L. A. Sofyan2, E. B. Laconi2, dan A. Daryanto2

1Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang 2Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi sumberdaya pakan yang ada di daerah Jawa Tengah. Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk mengetahui jumlah ternak yang masih mungkin dikembangkan di wilayah Propinsi Jawa Tengah. Pengumpulan data dilakukan dengan survei data sekunder yang kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil kajian menunjukkan bahwa berdasarkan jumlah populasi ternak yang ada di Daerah Jawa Tengah, masih terdapat kelebihan daya dukung pakan sebesar 1.898.200 AU. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum populasi ternak di Daerah Jawa Tengah masih dapat ditingkatkan populasinya setara dengan kelebihan daya dukung pakan yang ada. Dari daya dukung pakan tersebut 52,57% potensi pakan di Jawa Tengah berasal dari limbah pertanian, sedangkan dari rumput lapangan 27,06% dan 20,37% dari rumput unggul. Dari 52,57% daya dukung pakan yang berasal dari limbah pertanian tersebut. 37,36% berasal dari jerami padi, 51,31% berasal dari jerami jagung, 2,81% berasal dari daun ketela pohon, 0,69% berasal dari daun ketela rambat, 3,14% berasal dari jerami kedelai, 2,35% berasal dari daun kacang tanah, 2,32% berasal dari daun tebu dan 0,02% berasal dari daun-daunan.

Kata kunci : potensi daerah, pakan, Jawa Tengah

ABSTRACT

This study was aimed to identify the potency of feed resources availability in Central Java area. The results of study could be used to determine the number of livestock that is still possible to be raised in Central Jawa area. Data were collected by a survey on secondary data, then were analized descriptively. Result of the study showed that there was a surplus on feed resources equal to 1,898,200 animal unit, based on the population of livestock Central Java area. This means that the livestock population is still could be developed in the Central Java area equal to the surplus of feed resources. The surplus on total feed resources were from agricultural waste (52.57%), field grass (27.06%) and cultivated grass (20.37%). Among agricultural wastes, 37.36% from rice straw; 51.31% from corn straw; 2.81% from cassava leaves; 0.69% from sweet potato leaves; 3.14% from soybean straw; 2.35% from peanut leaves; 2.32% from sugar cane and 0.02% from other foliage.

(2)

PENDAHULUAN

Jawa Tengah merupakan salah satu wilayah yang mempunyai potensi dalam pengembangan peternakan rakyat tidak terlepas dari permasalah-permasalahan klasik. Salah satu permasalah-permasalahan tersebut adalah ketersediaan sumberdaya pakan seperti ketersediaan rumput dan hijauan pakan ternak yang sangat fluktuatif di sepanjang tahun. Pada musim penghujan rumput dan hijauan pakan sangat melimpah, sedangkan dimusim kemarau akan kekurangan rumput dan hijauan pakan, selain itu belum dimanfaatkannya limbah pertanian dan limbah industri pertanian secara optimal sebagai pakan. Padahal potensi limbah pertanian dan limbah industri pertanian sangat besar seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1. Untuk mengatasi permasalahan ini perlu dibuat suatu strategi perencanaan dalam penyediaan dan pemanfaatan sumberdaya pakan berdasarkan potensi yang ada di daerah tersebut. Untuk dapat membuat strategi perencanaan tersebut diperlukan identifikasi potensi pakan yang ada di daerah Jawa Tengah. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengidentifikasi potensi pakan di daerah Jawa Tengah.

POTENSI PAKAN DI DAERAH JAWA TENGAH Pakan merupakan faktor utama dalam keberhasilan usaha pengembangan ternak pada usaha peternakan disamping faktor bibit dan tatalaksana. Pakan ternak yang berkualitas akan sangat mendukung peningkatan produksi maupun reproduksi ternak (Anggorodi, 1985). Penyediaan pakan baik dari segi kualitas, kuantitas maupun kontinuitas merupakan kendala dalam upaya pen in gkatan pr oduktifitas ter nak. Adan ya per saingan dalam pen yediaan pakan den gan kebutuhan penyediaan pangan merupakan masalah yang harus segera diatasi. Jumlah penduduk yang semakin lama semakin meningkat menyebabkan terjadinya perubahan fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan pemukiman. Djajanegara (1999) mengemukakan bahwa penyediaan hijauan pakan memiliki kendala dengan terjadinya perubahan fungsi lahan yang sebelumnya sebagai sumber

hijauan pakan menjadi lahan pemukiman, lahan untuk tanaman pangan dan tanaman industri. Dengan semakin meningkatnya intensifikasi tanaman pangan akan mengakibatkan produksi limbah pertanian dan limbah industri pertanian yang melimpah. Limbah ini dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak sebagai pakan selingan atau tambahan untuk mengatasi kekurangan rumput atau pakan hijauan lainnya terutama di musim kemarau. Apabila dilihat dari data statistik pada Tabel 1 terlihat bahwa limbah pertanian ini sangat potensial digunakan sebagai pakan ternak. Hal ini disebabkan karena 52,57% potensi pakan di Jawa Tengah berasal dari limbah per tanian, sedangkan dari rumput lapangan 27,06% dan 20,37% dari rumput unggul.

Potensi pakan yang berasal dari limbah pertanian tersebut (yaitu sebanyak 52,57%), 37,36% berasal dari jerami padi, 51,31% berasal dari jerami jagung, 2,81% berasal dari daun ketela pohon, 0,69% berasal dari daun ketela rambat, 3,14% berasal dari jerami kedelai, 2,35% berasal dari daun kacang tanah, 2,32% berasal dari daun tebu dan 0,02% berasal dari daun-daunan, seperti terlihat pada Tabel 2.

Men urut Soedardjat (2001), kebijakan pengembangan peternakan yang dikembangkan di suatu daerah harus disesuaikan dengan potensi pakan lokal yang ada di daerah tersebut. Dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku pakan lokal, baik kuantitas maupun kualitas sebenarnya telah banyak dicobakan pemberian bahan baku pakan lokal dari limbah pertanian dan limbah industri pertanian dengan sentuhan teknologi terapan ke ternak. Hal ini disebabkan karena limbah pertanian seperti jerami padi, jagung dan pucuk tebu umumnya mempunyai kualitas yang rendah (Sinurat, 2001). Menurut Sofjan (2001), pakan lokal yang berasal dari limbah pertanian dan limbah industri pertanian mempunyai kendala seperti kadar airnya tinggi, kandungan protein rendah, dan adanya zat anti nutrisi selain itu juga keragaman dalam komposisi kandungan zat gizi bahan baku pakan lokal sangat besar koefisien variasinya (> 20%). Sumbangan bahan pakan yang berasal dari limbah pertanian ini cukup besar maka perlu dilakukan upaya pengolahan limbah pertanian baik secara fisik, kimiawi, biologi atau kombinasi diantaranya. Pengolahan limbah ini

(3)

sebagai upaya peningkatan nilai gizi dan daya cerna limbah pertanian agar dapat dimanfaatkan oleh ternak.

TARAF PENGGUNAAN LIMBAH PERTANIAN UNTUK TERNAK

Pola penggunaan limbah pertanian dalam ransum ternak kelihatannya mengikuti pola tanam yang ada di daerah bersangkutan. Peternak lebih mementingkan rumput sebagai pakan dalam ransum ternak dibandingkan dengan limbah pertanian. Hasil survei inventarisasi limbah pertanian di Jawa dan

Bali oleh Tim Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada pada tahun 1982 adalah 55,97% dari seluruh ransum ternak ruminansia adalah rumput, 20,83% adalah jerami padi, 16,21% adalah daun-daunan (ramban) sedang selebihnya adalah limbah yang lain. Pada bulan-bulan kering (Agustus dan September) jerami padi, sorgum dan kedelai nampaknya merupakan pakan yang dominan. Hasil survei inventarisasi limbah industri pertanian di Jawa dan Bali oleh Tim Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor pada tahun 1985 menunjukkan bahwa taraf penggunaan limbah industri pertanian ke dalam ransum ternak unggas, babi dan ruminansia dapat di lihat pada Tabel 3.

Tabel 1. ‘Carrying Capacity’ per Kabupaten di Jawa Tengah (x 1.000 AU)

No Kabupaten/Kota Limbah Pertanian Rumput Lapangan Rumput Unggul Jumlah 1. Cilacap 85,0 14,9 0,9 100,8 2. Banyumas 10,9 28,7 4,8 44,4 3. Purbalingga 42,3 2,1 0,8 45,2 4. Banjarnegara 82,2 1,5 7,7 91,4 5. Kebumen 53,8 7,8 2,1 63,7 6. Purworejo 32,8 14,6 11,4 58,8 7. Wonosobo 90,2 99,0 59,0 248,2 8. Magelang 20,2 19,7 58,7 98,6 9. Boyolali 122,3 137,6 520,5 780,4 10. Klaten 51,7 9,8 6,2 67,7 11. Sukoharjo 45,1 17,3 3,6 66,0 12. Wonogiri 18,0 0,8 4,6 23,4 13. Karanganyar 41,5 0,0 25,8 67,3 14. Sragen 76,8 0,4 9,3 86,5 15. Grobogan 282,7 11,3 0,7 294,7 16. Blora 134,0 236,0 12,3 382,3 17. Rembang 87,2 0,0 0,1 87,3 18. Pati 76,0 0,0 1,2 77,2 19. Kudus 20,5 5,4 0,8 26,7 20. Jepara 49,4 68,2 1,1 118,7 21. Demak 71,5 5,1 0,0 76,6 22. Semarang 226,6 179,5 59,0 465,1 23. Temanggung 69,2 14,4 12,3 95,9 24. Kendal 57,4 17,0 3,9 78,3 25. Batang 59,1 64,9 1,0 125,0 26. Pekalongan 28,2 68,3 1,7 98,2 27. Pemalang 40,5 33,3 2,7 76,5 28. Tegal 48,5 3,8 2,7 55,0 29. Brebes 98,0 26,5 2,7 127,2 30. Kod. Magelang 0,2 0,0 0,5 0,7 31. Kod. Surakarta 0,2 0,0 0,0 0,2 32. Kod. Salatiga 2,6 0,1 1,1 3,8 33. Kod. Semarang 1,6 8,3 6,2 16,1 34. Kod. Pekalongan 3,7 0,0 0,0 3,7 35. Kod. Tegal 0,5 0,3 0,0 0,8 Jumlah 2.130,4 1.096,6 825,4 4.052,4

(4)

Dari hasil survei tersebut terlihat bahwa tingkat pemanfaatan limbah industri pertanian masih sangat bervariasi. Beberapa jenis limbah tertentu seperti dedak padi, ampas tahu dan onggok, taraf penggunaannya sebagai pakan cukup tinggi, hampir 100% limbah ini dimanfaatkan untuk pakan ternak terutama ternak ruminansia. Pada limbah industri pertanian yang lain seperti dedak jagung, dedak gandum, ampas bir, ampas tempe, ampas kecap, ampas kelapa dan bungkil kelapa taraf penggunaannya sebagai pakan ternak masih rendah.

DAYA DUKUNG PAKAN

Daya dukung pakan adalah kemampuan wilayah tersebut untuk menghasilkan pakan yang dapat menampung bagi kebutuhan sejumlah populasi ternak dalam bentuk segar atau kering, tanpa melalui pengolahan (Ashari et al., 1995). Berdasarkan jumlah populasi ternak yang ada di Daerah Jawa Tengah seperti terlihat pada Tabel 4, masih terdapat kelebihan daya dukung pakan sebesar 1.898.200 AU (‘animal unit’). Hal ini menunjukkan bahwa secara umum populasi ternak di Daerah Jawa Tengah masih

dapat ditingkatkan populasinya setara dengan kelebihan daya dukung pakan yang ada.

Pada Tabel 3 terlihat bahwa populasi ternak di Daerah Jawa Tengah cukup besar. Hal ini membutuhkan penyediaan pakan yang mencukupi, dan seyogyanya disediakan dengan memanfaatkan potensi sumberdaya pakan lokal. Apabila dilihat ketersediaan pakan (‘carrying capacity’) per kabupaten, ada daerah-daerah yang daya dukung pakannya tidak mendukung walaupun memiliki populasi ternak yang cukup potensial. Daerah-daerah yang kekurangan daya dukung pakan tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut (x 1.000 AU) :

1. Kekurangan daya dukung pakan 0 – 25 : Kabupaten Banyumas, Karanganyar, Pati, Kota Magelang, Kota Surakarta, Kota Semarang, dan Kota Tegal

2. Kekurangan daya dukung pakan 25 – 50 : Kabupaten Klaten

3. Kekurangan daya dukung pakan 50 – 75 :

-4. Kekurangan daya dukung pakan 75 – 100:

-Tabel 2. Produksi Limbah Pertanian di Daerah Jawa Tengah (x 1.000 AU)

No. Limbah Pertanian Jumlah Persentase

1. Jerami Padi 796,0 37,36

2. Jerami Jagung 1.093,1 51,31

3. Daun Ketela Pohon 59,8 2,81

4. Daun Ketela Rambat 14,6 0,69

5. Jerami kedelai 67,0 3,14

6. Daun Kacang Tanah 50,0 2,35

7. Daun Tebu 49,4 2,32

8. Daun-daunan 0,5 0,02

Jumlah 2.130,4 100,00

Sumber : Dinas Peternakan Propinsi Jawa Tengah Tahun 2000

Tabel 3. Taraf Penggunaan Limbah Industri Pertanian

Taraf Penggunaan (%)

No Jenis Limbah pertanian

Unggas Babi Ruminansia

1. Dedak Jagung - 1,4 2 – 40 2. Dedak Padi 10 - 100 9 – 100 20 – 100 3. Dedak Gandum 17 - - 4. Ampas Bir - 9 – 12 - 5. Ampas Tempe - - 0,3 6. Ampas Kecap - 0,4 – 11 - 7. Ampas Tahu - 20 – 90 12 – 96 8. Onggok 75 - 40 – 75 9. Ampas Kelapa - 14 – 33 0,2 10. Bungkil Kelapa 2,44 - 20 2,18 – 10 0,86 – 22

(5)

Tabel 4. Populasi Ternak dan ‘Carrying Capacity’ di Daerah Jawa Tengah ( x 1.000 AU)

No Kabupaten/ Kota Ternak

Besar dan Kecil Ternak Unggas Jumlah Carrying Capacity Kelebihan/ kekurangan 1. Cilacap 26,2 4,9 31,1 100,8 69,7 2. Banyumas 35,6 10,5 46,1 44,4 -1,7 3. Purbalingga 32,3 9,4 41,7 45,2 3,5 4. Banjarnegara 59,9 2,5 62,4 91,4 29,0 5. Kebumen 41,9 3,2 45,1 63,7 18,6 6. Purworejo 50,1 4,7 54,8 58,8 4,0 7. Wonosobo 70,4 4,2 74,6 248,2 173,6 8. Magelang 79,9 3,0 82,9 98,6 15,7 9. Boyolali 121,3 15,6 136,9 780,4 643,5 10. Klaten 79,4 19,0 98,4 67,7 -30,7 11. Sukoharjo 30,1 7,5 37,6 66,0 28,4 12. Wonogiri 160,8 4,9 165,7 23,4 -142,3 13. Karanganyar 73,0 11,2 84,2 67,3 -16,9 14. Sragen 71,7 8,3 80,0 86,5 6,5 15. Grobogan 152,7 13,2 165,9 294,7 128,8 16. Blora 164,4 3,4 167,8 382,3 214,5 17. Rembang 86,1 1,1 87,2 87,3 0,1 18. Pati 86,3 4,3 90,6 77,2 -13,4 19. Kudus 18,6 8,0 26,6 26,7 0,1 20. Jepara 29,1 1,7 30,8 118,7 87,9 21. Demak 15,5 2,1 17,6 76,6 59,0 22. Semarang 119,0 13,2 132,2 465,1 332,9 23. Temanggung 58,8 13,6 72,4 95,9 23,5 24. Kendal 29,6 26,0 55,6 78,3 22,7 25. Batang 23,6 1,9 25,5 125,0 99,5 26. Pekalongan 32,8 4,9 37,7 98,2 60,5 27. Pemalang 46,6 7,3 53,9 76,5 22,6 28. Tegal 29,6 3,8 33,4 55,0 21,6 29. Brebes 73,4 7,8 81,2 127,2 46,0 30. Kod. Magelang 0,3 1,1 1,4 0,7 -0,7 31. Kod. Surakarta 1,3 0,4 1,7 0,2 -1,5 32. Kod. Salatiga 7,4 0,5 7,9 3,8 -4,1 33. Kod. Semarang 14,4 6,3 20,7 16,1 -4,6 34. Kod. Pekalongan 1,2 0,2 1,4 3,7 2,3 35. Kod. Tegal 0,4 0,8 1,2 0,8 -0,4 Jumlah 1.923,7 230,5 2.154,2 4.052,4 1.898,2

Sumber : Dinas Peternakan Propinsi Jawa Tengah Tahun 2000

5. Kekurangan daya dukung pakan > 100 : Kabupaten Wonogiri

6. Kelebihan daya dukung pakan > 100 : Kabupaten Won osobo, Boyolali, Grobogan, Blora dan Kabupaten Semarang Untuk daerah-daerah yang kekurangan daya dukung pakan sebaiknya dapat dipenuhi dari daerah-daerah sekitarnya yang kelebihan daya dukung pakan seperti :

1. Kekuran gan daya dukung pakan di Kabupaten Wonogir i, Klaten , Kar an ganyar, Kota Surakarta dan Salatiga dapat didatangkan pakan yang

berasal dari Kabupaten Boyolali dan Sukoharjo.

2. Untuk daer ah Banyumas dan Kota Magelang dapat didatangkan pakan yang berasal dari Wonosobo.

3. Untuk Kota Semarang dapat didatangkan pakan yang berasal dari Kabupaten Semarang dan Grobogan.

4. Untuk Kabupaten Pati dapat didatangkan pakan yang berasal dari Kabupaten Demak dan Jepara.

5. Untuk Kota Tegal dapat didatangkan pakan yang berasal dari Kabupaten Brebes dan Kabupaten Pekalongan.

(6)

KESIMPULAN

Potensi pakan di daerah Jawa Tengah, 52,57% berasal dari limbah pertanian, sedangkan dari rumput lapangan 27,06% dan 20,37% dari rumput unggul. Berdasarkan jumlah populasi ternak yang ada, daerah Jawa Tengah masih terdapat kelebihan daya dukung pakan sebesar 1.898.200 AU. Daerah-daerah yang mempunyai kelebihan daya dukung pakan diatas 100.000 AU adalah Kabupaten Won osobo, Boyolali, Gr obogan , Blor a dan Kabupaten Semarang, sedangkan daerah yang kekurangan daya dukung diatas 100.000 AU adalah Kabupaten Wonogiri.

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R. 1985. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makan an Ter nak Un ggas. Un iver sitas Indonesia Press, Jakarta.

Ashari,E., Juarini, Sumanto, B. Wibowo, Suratman dan Subagjo. 1985. Pedoman Analisis Potensi Wilayah Penyebaran dan Pengembangan Peternakan. Balai Penelitian Ternak dan Dir ektor at Bin a Pen yebar an dan Pengembangan Peternakan Direktorat Jendral Peternakan, Jakarta.

Dinas Peternakan. 2000. Laporan Tahunan 2000. Dinas Peternakan Propini Jawa Tengah, Semarang.

Djajanegara, A. 1999. Local livestock feed resource. In: Livestock Industries of Indonesia Prior to The Asian Financial Arisis. RAP Publication 1999/37:29-39.

Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. 1982. Inventarisasi Limbah Pertanian. Kerjasama antara Direktorat Bina Produksi Direktorat Jen dr al Peter n akan den gan Fakultas Peter nakan Un iversitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Fakultas. Peternakan Institut Pertanian Bogor. 1985. Inventarisasi Potensi dan Pemanfaatan Limbah Industri. Kerjasama antara Direktorat Bina Produksi Peternakan dengan Fakultas. Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. 1995.

Penelitian dan Pengembangan Pakan untuk Mengembangkan Populasi Ternak secara Optimal di Jawa Tengah. Kerjasama antara Badan Perencana Pembangunan Daerah Tingkat I Jawa Tengah dengan Fakultas Peter n akan Un iversitas Dipon egor o, Semarang

Sinurat, A.P. 2001. Pemanfaatan Bahan Pakan Lokal. Makalah pada Dies Natalis HIMASITER III Fakultas Peternakan IPB, Bogor.

Soedardjat, S. 2001. Dukungan Pemerintah terhadap Keberadaan Bahan Baku Pakan Lokal. Makalah pada Dies Natalis HIMASITER III Fakultas. Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sofyan, L.A. 2001. Pengkajian tentang Ketersediaan dan Keamanan Pakan Ternak di Indonesia. Makalah pada Dies Natalis HIMASITER III Fakultas. Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

(7)

Referensi

Dokumen terkait

Pada layar utama ini menampilkan seluruh menu, yaitu File dan Help dan sub menu, yaitu RSA, ECC, Exit dan About dengan tampilan toolbar dan tab sheet..

Sistem skoring NEWS menggunakan pengkajian yang menggunakan 7 (tujuh) parameter fisiologis yaitu tekanan darah sistolik, nadi, suhu, saturasi oksigen, kebutuhan

Perbandingan Distribusi Kecepatan Selama Pengaliran dengan Kondisi Awal Sebelum Mulai Tergerus yang Terjadi di Segmen Hilir Abutment 3 (Saluran Lurus Setelah Tikungan 180°) untuk

Maka dari itu hidroponik menjadi salah satu cara bagaimana dapat bercocok tanam tanpa membutuhkan lahan yang luas akan tetapi untuk mempelajari hidroponik tidaklah

Berdasarkan hasil uji statistik dapat dijelaskan bahwa lingkungan kerja GraPARI Telkomsel Manado seperti : penerangan/ cahaya di tempat kerja membuat karyawan

Persentase Penyusutan Berat Kom- pos dari Limbah Sayur dan Daun Jika dibandingkan antara ketiga perla- kuan dengan menggunakan bioaktivator dapat diketahui bahwa

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa gender tidak memoderasi pengaruh pendapatan terhadap pengelolaan keuangan pribadi Antara laki – laki dan perempuan tidak