• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN STRATEGI KEBIJAKAN EKSPOR KOPI INDONESIA DAN VIETNAM DI PASAR EROPA TAHUN Choirinnisa Navisatus Shalechah 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBANDINGAN STRATEGI KEBIJAKAN EKSPOR KOPI INDONESIA DAN VIETNAM DI PASAR EROPA TAHUN Choirinnisa Navisatus Shalechah 1"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN STRATEGI KEBIJAKAN EKSPOR KOPI INDONESIA DAN VIETNAM DI PASAR EROPA TAHUN 2012-2019

Choirinnisa Navisatus Shalechah1

Universitas Darussalam Gontor nisanavisa19@gmail.com

Abstrak

Kopi adalah salah satu komoditas unggulan dunia yang digunakan sebagai bahan makanan, minuman dan berbagai macam obat kesehatan. Dalam satu dekade ini kopi sudah menjadi bagiam dari gaya hidup masyarakat dunia dan menjadi favorit di berbagai kalangan masyarakat. Kopi dibudidayakan lebih dari di-50 negara, diantaranya adalah Indonesia dan Vietnam ynag mengekspor lebih dari 1 juta ton/tahun. Pasar kopi potensial dan dinamis adalah pasar Eropa, yang merupakan negara dengan tingkat konsumsi kopi tertinggi dunia dan populer dengan budaya minum kopinya. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif. Metode analisis yang digunakan adalah studi Komparatif dengan Metode analisis Porter Diamond Theory dan Analisis SWOT (Strenght, Weakness, Oppourtunity, Threat).

Hasil analisis dari komparasi daya saing ekspor kopi Indonesia dan Vietnam ke pasar Eropa menunjukkan bahwa, kedua negara memiliki keunggulan kompetitif pada produk kopi diatas rata-rata pasar kopi dunia. Hasil analisis dari Porter Diamond Theory menunjukkan bahwa Indonesia memiliki keunggulan pada faktor keragaman kopi khas daerah Indonesia dengan daya saing tinggi dan faktor kondisi terkait sumber daya alam, sehingga Indonesia populer dengan sabuk kopi “The Coffee Belt”. Kelemahan Indonesia terletak pada faktor kondisi terkait SDM, IPTEK serta ketersediaan infrastruktur. Adapun kopi Vietnam memiliki keunggulan pada faktor produksi yang melimpah dengan harga yang rendah dan keagresifan Vietnam dalam mencari pasar Internasional. Kelemahan Vietnam terletak pada faktor kondisi

1

(2)

IPTEK, SDA dan SDM, Varietas kopi yang monotonic, ketersediaan infratsruktur dan banyak kesenjangan antar petani.

Kata Kunci : Kopi, Indonesia, Vietnam, Daya Saing, Porter Diamond Theory, Pasar Eropa.

Abstract

Coffee is one of the world's leading commodities which is used as a food ingredient, beverage and various health medicines. In this decade, coffee has become part of the lifestyle of the world community and a favorite among various groups of people. Coffee is cultivated in more than 50 countries, including Indonesia and Vietnam, which export more than 1 million tonnes / year. The potential and dynamic coffee market is the European market, which is a country with the highest level of coffee consumption in the world and is popular for its coffee drinking culture. This type of research is a type of qualitative research. The analytical method used is a comparative study with Porter's Diamond Theory analysis method and SWOT analysis (Strength, Weakness, Oppourtunity, Threat).

The results of the analysis of the comparative competitiveness of Indonesian and Vietnamese coffee exports to the European market show that both countries have a competitive advantage in coffee products above the average world coffee market. The analysis results from Porter's Diamond Theory show that Indonesia has an advantage in the diversity of coffee typical of Indonesian regions with high competitiveness and conditions related to natural resources, so that Indonesia is popular with the coffee belt "The Coffee Belt". Indonesia's weakness lies in the conditions related to human resources, science and technology and the availability of infrastructure. Meanwhile, Vietnamese coffee has the advantage of abundant production factors at low prices and Vietnam's aggressiveness in seeking international markets. Vietnam's weaknesses lie in the factors of the condition of science and technology, natural resources and human resources, monotonic coffee varieties, availability of infrastructure and many gaps between farmers.

(3)

Keyword : Coffee, Inodnesia, Vietnam, competitiveness, Porter Diamond Theory, European Market.

A. PENDAHULUAN

Kopi adalah salah satu komoditas penting dunia yang digunakan sebagai bahan minuman dan makanan karena rasa yang nikmat dan aromanya yang khas. Selain itu, kopi juga baik untuk kesehatan, karena kopi dapat menurunkan resiko penyakit Kanker, Diabetes, Batu Empedu dan berbagai penyakit Jantung.2 Selain sebagai bahan makanan, minuman dan bermanfaat untuk kesehatan, kopi saat ini sudah menjadi gaya hidup atau Lifestyle.3 Dalam satu dekade terakhir ini, Kopi sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat dunia. Hasilnya kopi menjadi favorit bagi sebagain besar kalangan masayarakat.4 Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan dan favorit di dunia yang dibudidayakan lebih dari di-50 negara.5

Data menurut International Coffee Organization menunjukkan bahwa Eropa merupakan Wilayah dengan tingkat konsumsi kopi tertinggi dunia. Tingginya konsumsi kopi, menjadikan Eropa sebagai Negara yang populer dengan budaya minum kopi. Budaya minum kopi di Eropa kemudian berkembang menjadi rutinitas sosial yang bersifat politis sehingga kopi menemukan dimensi sosialnya yang baru di Eropa. Kopi tidak lagi hanya menjadi minuman yang rutin dikonsumsi oleh masyarakat Eropa, namun budaya minum kopi juga menjadi salah satu media yang kerap kali terlibat dalam berbagai perubahan sosial-politik

2

K.Gunnars, 2017, “13 Health Benefits of Coffee, based on Science”, http//:hethline.com/nutrition/top-13-evidance-based-health-benefits-of-coffee-section1, 18 Maret 2017, diakses pada 27 Maret 2020.

3

RENSTRA, Kmentrian Pertanian, 2009, RENSTRA Kementrian Pertanian Tahun 2010-2014, hlm 157-158.

4

Annisa Amalia Ikhsania, 2017, “Alasan Konsumsi Kopi Jadi Trend Hidup Masyarakat

Urban”, https://lifestyle.okezone.com/read/2017/11/09/298/1811342/alasan-konsumsi-kopi-jadi-tren-gaya-hidup-masyarakat-urban, Kamis 9 November 2017, 16:43 WIB, diakses pada 23 Maret 2020, 15:01 WIB.

5

Ahmad Soetedjo, 1996, “prosepk Agribisnis Perkebunan Kopi di Indonesia”, Jakarta : PT Graha Media.

(4)

di Eropa.6 Sebagaimana yang ditulis dalam “Back To Coffee House” konsep media massa belum terkenal di Eropa sehingga berita besar tersebar dari mulut ke mulut di kedai kopi melalui proses dialogis.7 Sejarahwan Prancis, Michelet dikutip oleh Mark Pendergrast dalam Uncommon Gorunds : The History of

Coffee and How it Transformed Our World, menggambarkan penemuan kopi

sebagai revolusi yang menguntungkan dan mampu memunculkan kebiasaa-kebiasaan baru, bahkan mampu memodifikasi temperamen manusia. Ide-ide yang beredar dalam diskusi di kedai-kedai kopi pada akhirnya terakumulasi dalam peristiwa Revolusi Prancis.8 Berbeda dengan Jerman, popularitas kopi di Jerman dianggap mengganggu sosial dan politik pemerintahan Jerman Fredrick the Great. Pada tahun 1777, dia mengeluarkan manifesto yang menolak kopi dan mendukung minuman tradisional Jerman yaitu bir. 9 Dibagian Eropa lain, yakni Wina Austria perkenalan Negara-negara ini dengan kopi seperti mengulang sebuah kisah klasik yang pernah terjadi pada tahun 1683. Tahun tersebut tercatat terjadinya sebuah pertempuran besar antara Austria dan Ottoman Turki (Daulah

Ustmaniyah), sehingga kopi mewarnai intelektual kehidupan di kota tersebut.10

Sebagaimana yang banyak tercatat dalam sejarah kopi Eropa. Dengan perkembangan budaya minum kopi, ada hal yang berubah karena adanya gelombang baru ini yaitu meningkatnya permintaan kopi.11

Tingginya konsumsi kopi di Eropa mendorong pasar Eropa untuk mengimpor kopi mentah dari negara-negara produsen kopi dunia seperti Brazil, Vietnam, Indonesia dan Negara-negara produsen kopi yang telah bekerjasama dengan

6

Ahmad Makki, 2011, Historia.id, “Kopi Yang Merubah Eropa”,

https://historia.id/kultur/articles/kopi-yang-mengubah-eropa-PddlP, 7 Juli 2011, di akses pada 26 Maret 2020, Pukul 22:07 WIB.

7

Leaders, 2011, The Economist “Back to The Coffee House”,

https://www.economist.com/leaders/2011/07/07/back-to-the-coffee-house, 7 Juli 2011, di akses pada 29 Maret 2020, 10:16 WIB.

8

M. Pendergrest, 2010, “Uncommon Grounds: The History of Coffee and How it transformed

our world”. New York : Arjun’s Copy Right. Hlm- 112. 9

Ibid, Hlm- 120.

10

Gana Islamika, 2018, “Ustmaniyah Menyerang Wina (3) (4) (5) : Pengepungan,

Pertempuran Puncak, Gagalnya Islamisasi Eropa”, Jurnal Mozaik Peradaban Islam. 11

(5)

negara-negara di Eropa dalam perdagangan kopi.12 Menurut data dari FAO, negera-negara Wilayah Eropa termasuk kedalam negara yang berada di urutan pertama sebagai importir kopi dunia, disusul oleh Amerika Serikat, Jepang, Kanada, dan lainnya.13 Tingkat dan jumlah konsumsi kopi tertinggi di dunia didominasi oleh negara-negara di kawasan Eropa, 9 dari 15 negara importir kopi terbesar di dunia diantaranya adalah Jerman, Italia, Belgia, Spanyol, Prancis, Swiss, Swedia, Polandia, dan Rusia.14

Hal yang menarik adalah Indonesia dan Vietnam merupakan dua negara ASEAN yang mampu memasok dan menjadi produsen kopi di pasar Eropa. keadaan pasar eropa yang potensial dan dinamis merupakan suatu kesempatan bagi Indonesia dan Vietnam untuk terus meningkatkan volume ekspornya. Namun demikian, perbedaan volume ekspor kopi dari Indonesia dan Vietnam menjadikan kedua negara tersebut berlomba untuk terus meningkatkan daya saing dan strategi ekspor serta kebijakan dan upaya baik internal maupun eksternal untuk terus bersaing di pasar eropa.

B. KERANGKA KONSEPTUAL

Untuk membahas tentang strategi kebijakan pemerintah Indonesia dan Vietnam dalam mengekspor kopi ke pasar Eropa tahun 2012-2019, penulis menggunakan teori dan konsep-konsep yang dapat mendukung proses penelitian. Teori berfungsi untuk membantu memahami dan memberikan kerangka berfikir secara logisdisamping membantu mencari penjelasan atas berbagai fenomena yang ada.

a. Konsep Ekspor dalam Teori Perdagangan Internasional

Salah satu media transaksi bisnis lintas Negara dalam perdagangan internasional adalah ekspor. Ekspor artinya menjual barang barang/jasa dari

12

Ibid, M Pedergest, 2010, hlm 30-31

13

Swandi, 2015, “Outlook Kopi Komoditas Pertanian Subsector Perkebunan”, Pusat Data dan Sistem Informasi pertanian Kemenrian Pertanian, ISSN : 1907-1507.

14

(6)

dalam negeri ke luar negeri atau Negara asing.15 Berdasarkan Undang-undang nomor 2 tahun 2009 Tentang Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia, Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dan jasa dari kawasan Pabean Indonesia.16 Dari definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ekspor adalah penjualan barang atau jasa dari dalam negeri melewati daerah pabean atau batas ke Negara lain.

Menurut Curry17 ekspor adalah barang dan jasa yang dijual kepada Negara asing untuk ditukarkan dengan barang lain (produk, uang). Proses ekpsor pada umunya adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk memasukkanyya ke Negara lain. Ekspor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari pemerintah, bea cukai, dan berbagai jalur prosedur lainnya dinegara pengirim maupun Negara penerima. Sehingga merupakan salah satu dimensi penting dalam perdagangan internasional untuk membantu meningkatkan devisa atau pendapatan suatu Negara.

b. Teori Keunggulan Kompetitif (Competitive Advantage)

Menurut Tan, keunggulan kompetitif adalah keunggulan suatu Negara dalam memproduksi dan menjual produk dalam pasar internasional yang bukan hanya dipengaruhi kelimpahan faktor produksi yang menjadi dasar keunggula tapi juga di pengaruhi oleh infrastruktur, kelembagaan,, transportasi, sumber daya manusia, dukungan politik, sumber daya alam, dan lain-lain.18

Menurut Porter dalam buku The Competitive Advatage of Nation (1990), keunggulan kompetitif atau Competitive Advantage dapat didefinisikan sebagai keunggulan dari suatu perusahaan atau organisasi yang menciptakan nilai untuk

15

I Komang Oko Berata, 2014, “Panduan Praktis Ekspor Impor, Ketentuan dan Tahapan

Ekspor Impor”, Tangerang : Niaga Swadaya, hlm 31. 16

Adrian Sutedi SH. MH, 2014, “Hukum Ekspor Impor”, Jakarta : Raih Asa Sukses (RAS), hlm 14.

17

Jeffrey E. Curry, 2001, “Memahami Ekonomi Internasional”, Edisi : 1, Jakarta : PPM, hlm 24.

18

(7)

penggunaannya yang baik dan lebih besar. Porter mendefinisikan kesuksesan industri suatu negara dalam skala internasional digambarkan dengan adanya keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh negara terhadap pesaing di seluruh dunia. Keunggulan kompetitif digambarkan oleh Porter salah satunya dengan keberadaan sektor ekspor yang besar, bertahan lama dan signifikan.19

Porter membedakan empat faktor dasar yang saling terkait dan dapat mendorong atau menghambat daya saing suatu negara, yang kemudian dikenal dengan Porter Diamond Theory (teori berlian): 20 Pertama, Faktor Kondisi merupakan kekuatan suatu Negara yang dilihat berdasarkan faktor-faktor produksi yang dimiliki Negara tersebut. Kedua, Faktor Permintaan. Faktor permintaan berkaitan dengan permintaan akan barang dan jasa oleh konsumen, dimana permintaan tersbeut dipengaruh oleh komposisi keinginan dan kebutuhan konsumen, jangkaun pasar, dan tingkat pertumbuhan asar, mekanisme penyaluran kebutuhan dan keinginan konsumen domestik ke pasar luar negeri.

Ketiga, Faktor Industri pendukung berkaitan dengan ketersediaan industry yang

dapat memasok dan mendukung persaingan internasional. Keempat, faktor Strategi, Struktur dan Persaingan berkaitan dengan strategi dan struktur yang ada pada sebagian besar perusahaan dan intensitas persaingan pada industry tertentu. Keempat faktor tersebut didukung dengan satu Faktor lain yaitu, Peran Pemerintah dan Chance.

19

Michael E. Porter, 1990, “The Competitive Advatage of Nation”, Harvard Busniess Review. Hlm.74-75

20

Michael E. Porter, 1995, (Rinaldy, Ikhlas, & Utama, 2018) (Soetedjo, 1996) “Competitive

Advantage (Keunggulan Bersaing), Menciptakan dan Mempertahankan Kinerja Unggul”, Bandung :

(8)

Oprasionalisasi Competitive Advantage Theory (Porter Diamond Theory)

C. METODE PENELITIAN

Penelitian dengan konsep keunggulan kompetitif : Startegi kebijakan ekspor kopi Inodnesia dan Vietnam di Pasar Eropa tahun 2012-2019, penelitian ini menggunakan metode penelitian studi komparatif dengan membandingkan dua variabel atau lebih yang mana akhitnya memperoleh perbandingan; dengan metode kualitatif yaitu penelitian yang dilaukan melalui studi pustaka. Penelitian ini akan berfokus pada perbandingan startegi daya saing dan kebijakan pemerintah Indonesia dan Vietnam dalam kegiatan ekpsor kopi ke pasar Eropa tahun 2012-2019. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data; studi literature. Data tersebut akan dikumpulkan, dikelompokkan, kemudian di analisa untuk melihat data yang dapat membantu menjelaskkan masalah dalam penelitian. 21 Teknik pengolahan data yang digunakan oleh penulis untuk menganalisis adalah teknik analisa kualitatif yang menggunakan metode deduktif, dimana penulis menggeneralisasikan fakta, point-point khusus untuk menarik kesimpulan. Kemudian metode reduksi data, penyajian data dan kesimpulan dan verifikasi (conclusion Drawing/Verification). Studi ini akan menjelaskan strategi daya saing ekspor dan kebijakan pemerintah Indonesia dan Vietnam dalam melakukan ekspor kopi ke pasar Eropa.

21

Umar Suryadi Bakry, 2015, “Metode Penelitian Hubungan INternasional”, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Hlm. 151

(9)

D. HASIL PENELITIAN

a. Daya Saing Pengembangan Kopi di Indonesia

Beberapa referensi sejarah seperti Al-Qur’an dan perjanjian lama yang diinterpretasikan dengan beberapa catatan sejarah lainnya yang mengindikasikan kopi telah dikenal sejak beberapa abad lalu.Sejarah kopi telah di catat sejauh pada abad ke-9.22 Tercatat sejarah kopi di Indonesia dimulai pada tahun 1696, saat belanda membawa tanaman kopi dari Eropa untuk dikemangkan dan ditanam di Indonesia. Kopi ditanam pertama kali di Batavia (sekarang Jakarta), namun seluruh tanaman mati akibat dari gempa bumi dan banjir. Kemudian pada tahun 1699 Belanda mengirimkan stek pohon kopi dari Malabar untuk kedua kalinya, untuk kemudian ditanam didaerah yang lebih tinggi yaitu didaerah Jawa; penanaman tersebut membuahkan hasil yang memuaskan sehingga hasil dari kopi dari perkebunana di Jawadijadikan bibit yang kemudian diperluas sampai Sumatera, Sulawesi, Bali dan berbagai wilayah Indonesia lainnya. 23

Jejak perkembangan tanaman kopi di tanah air terus berlanjut hingga bertahun-tahun selanjutnya, dan berakhir hingga masa kemerdekaan. Tahun 1945 pasca kemerdekaan, seluruh perkebunan kopi Belanda yang ada di Indonesia dinasionalisasikan; hingga pada abad 20 Indonesia menjadi sentra produksi kopi terbesar dunia. tercatat dalam sejarah Indonesia menjadi pemasok kopi terbesar dunia kurang lebih satu abad lamanya. 24 Kopi merupakan salah satu komoditas hasil perkebunana Indonesia yang memiliki peranan cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, kopi juga merupakan komoditas unggulan ekspor Indonesia yang memberikan sumbangan bagi devisa negara.

22

Materi Training Coffee Pod Technology, “Coffee Hand Book”, PT.DRI, Easy Serving Espresso E.S.E, Coffesso The Espresso Quest.

23

Kementrian pertanian, Direktorat Jendral Perkebunan DITJENBUN, Perkembangan Kopi

Arabika Terus Ditingkatkan”,

http://ditjenbun.pertanian.go.id/pengembangan-kopi-arabika-terus-ditingkatkan/, diakes pada 23 Februari 2020. 24

GAEKI, 2018, “Mengenal Nusantara Lewat Kopi”, https://gaeki.or.id/mengenal-nusantara-melalui-kopi/, diakses pada 24 Februari 2020.

(10)

Perkebunan kopi di Indonesia dikelola dalam tiga bentuk yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS). Dari seluruh luas areal perkebunan kopi Indonesia sebebsar 1,3 juta ha atau sebesar 95,37 % luas areal perkebunan kopi didominasi oleh Perkebunan Rakyat (PR), sedangkan sisanya oleh Perkebunan Besar Negara dan Perkebunan Besar Swasta yaitu sebesar 4,63%.25 Secara umum, luas areal perkebunan kopi di Indonesia dari tahun ke tahun terus menunjukan peningkatan khususnya pada Perkebunan Rakyat. Sedangkan pada Perkebunan Swasta dan Perkebunan Negara tidak menunjukkan perkembangan yang berarti. 26 Banyak lahan di Indonesia yang belum dimanfaatkan secara maksimal akibat dari minimnya modal. Laju trend perkembangan tanaman kopi di Indonesia hingga tahun 2017 volume penanam kopi arabika meningkat dibandingkan dengan kopi robusta. Meski demikian tanaman kopi di Indonesia hanya menggunakan tumbuhan klon herediter bukan menggunakan bibit unggul. 27

Untuk terus meningkatkan dan mempromosikan kopi Indonesia dibutuhkan suatu startegi dan kebijakan yang telah disiapkan. Startegi dan kebijakan tersebut dikeluarkan oleh Dierktorat JendralPerkebunan di bawha departemen Pertanian, memiliki tugas untuk merumuskan dan juga menerapkan kebijakan teknis dan standarisasi perkebunan; dengan visi realisasi peningkatan produksi, produktivitas dan kualitas tanaman perkebunan melalui rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung dengan penanganan pasca panen, pengembangan bisnis dan dukungan dari pelrindungan perkebunan. 28

Adapun rencana khusus yang telah dilakukan pemerintah Indonesia untuk mengembangkan sektro perkebunana kopi di Indonesia adalah sebagai berikut yang

25

Super Advanture.co.id, 25 April 2019, “Kebun Kopi Indonesia Paling Luas di Dunia:

Berikut tiga fakta Menraiknya, https://www.superadventure.co.id/news/19846/kebun-kopi-di-indonesia-paling-luas-di-dunia-berikut-3-fakta-menariknya/, diakses pada 28 februari 2020. 21:41.

26

Elvin Desi Martauli, 2018, “ Analisis Produksi Kopi Indonesia”, Jurnal Of Agribusiness Sciense (JASc), April 2018, Volume 01 No. 02, hlm. 112.

27

Edy Panggabean, 2011, “Buku Pintar Kopi”, Jakarta : PT Agro Media Pustaka, hlm 9-10.

28

DITJENBUN, 2014, “RENSTRA-DITJENBUN 2010-2014”, Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

(11)

terangkum dalam RENSTRA Kementerian Pertanian Republik Indonesia Strategi Khusus Direktorat Jenderal Perkebunan: 29

1. Peningkatan produksi, produktivitas dan kualitas tanaman-tanaman perkebunan berkelanjutan

2. Pengembangan komoditas

3. Peningkatan dukungan untuk sistem kemanan pangan 4. Investasi bisnis perkebunan

5. Pengembangan sistem informasi manajemen perkebunan 6. Pengembangan sumber daya manusia

7. Pengembangan kelembagaan dan kemitraan bisnis petani

8. Pengembangan dukungan untuk pengelolaan sumber daya alam dan lingkunga hidup.

Selain itu, pemerintah Indonesia juga berfokus pada daya saing pengembangan produk, promosi dan pasar yang akurat dan handal. Hal ini dilakukan untuk mendukung pertumbuhan ekspor yang dilakukan dengan fokus pada fasilitas perdagangan dan peningkatan daya saing. Selain itu beberapa upaya yang dialkukan adalah dengan inovasi, penguasaan, penelitian, pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuna dan teknologi; serta menjaga kelembagaan ekonomi yang melaksanakan praktik terbaik dalam kepemerintahan yang berkelanjutan dan mengelola sumber daya alam yang berkelanjutan. 30 Pengembangan ekonomi yang berkelanjutan tidak terlepas dari peranan pemerintah yang efektif dan optimal yang diwujudkan sebagai fasilitator, regulator dan katalisator.

b. Daya Saing Pengembangan Kopi di Vietnam

Kopi masuk Vietnam tahun 1857 dibawa oleh Prancis. Sekitar tahun 1890 industri kopi pertama di Vietnam yang didirikan oleh oleh Prancis. Vietnam adalah salah satu

29

Ibid, RENSTRA DITJENBUN 2010-2014, hlm 80.

30

Forum Diskusi Perkopian Nasional, 2016, DJDAGLU, Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia,

http://ditjendaglu.kemendag.go.id/index.php/home/detail_news/141, diakses pada 12 Agustus 2020, pukul : 21.35 WIB.

(12)

negara paling penting yang terlibat dalam penanaman kopi dan saat ini sudah menjadi produsen kopi terbesar kedua di dunia setelah Brail. Hingga saat ini Vietnam memiliki kontribusi terbesar kopi robusta di dunia, pusat Industri kopi Vietnam berasa di daerha Boun Ma Thout. 31 Tercatat sejarah pada tahun 1957 induustri kopi Vietnam sempat mengalami kemunduran akibat perang Vietnam tahun 1955-1957, 32 namun kemudian industri kopi di Vietnam kembali naik setekah reformasi ekonomi Vietnam yang dikenal dengan Reformasi Doi Moi 1986. 33 Hasil dari reformasi Doi Moi 1986 berfokus pada menjadikan kopi Vietnam sebagai produk ekspor utama kedua setekah beras, yang ditujukan dengan oeningkatan ekspor kopi dari tahun 2000-2009 yang terus mengalami peningkatan yang signifikan.

Luas areal perkebunana kopi di Vietnam mengalami perubahan setiap tahunnya karena sebagain besar areal perkebunana dimiliki oleh petani perorangan. 34 Dengan volume ekspor dan perkebunan yang meningkat setiap tahunnya pemrintah Vietnam memiliki kebijakan khusus untuk rencana pengembangan industri kopi berkelnajutan yang terdapat dalam Vietnam Sustainable Coffee Plan. 35 Tujuan utamany yaitu untuk mengembangkan industri kopi Vietnam menuju sistem modernisasi, industri konsisten dan industri yang berdaya saing tinggi dengan produk yang terdiversifikasi, berkualitas tinggi, dan bernilai tambah tinggi untuk meningkatkan pendapatan petani dengan mitra pendukung seperti perusahaan pendukung dan mitra pemerintah. Adapaun tutjuan rencana pengembangan kopi berkelanjutan yang ingin dicapai oleh pemerintah Vietnam ditahun 2020 adalah mengembangkan luas lahan areal perkebunana kopi hingga 600.000 ha, meningkatkan produksi kopi hingga 80%,

31

Doan Trieun Nhan, International Coffee Conference, 2001, “ Orientations of Vietnam

Coffee Indsutry”, London : UK 17-19 May 2001, International Coffee Conference. 32

History, “Vietnam War”, https://www.history.com/topics/vietnam-war/vietnam-war-history, diakses pada 16 April 2020.

33

Fact and Details, “ Doi Moi (Vietnam EConomyc Reforms) and Vietnam’s Economy During

the 1980s and 1990s”, http://factsanddetails.com/southeast-asia/Vietnam/sub5_9g/entry-3470.html,

diakses pada 16 April 2020.

34

Vietnam Coffee Report, 2010, “Vietnam Coffee Marlet In 2010”, Vietnam Coffee Report, Departmen of Agriculture and Village Development, Republic Socialist of Vietnam.

35

Hong Thanh, 2013, “Master Plan on Vietnam Development to 2020, Vision 2030

Approved”, http://vietnamtourism.gov.vn/english/index.php/items/5538, diakses pada 12 Agustus 2020, pukul 23.43

(13)

meningkatkan hasil panen hingga 2,7 ton/ha dan meningkatkan volume ekspor hingga 120 juta ton/tahun. 36

Tujuan untuk pembangunan rencana kerja perkebunan kopi Vietnam di tahun 2020 yaitu, untuk meningkatkan pengolahan kopi basah sebesar 35% dari sebelumnya 10%, meningkatkan produksi kopi instant untuk keperluan ekspor, dan meningkatkan produksi kopi bubuk sebesar 25% dari yang sebelumnya hanya 1-2% dari hasil panen. Pengembangan industri kopi berkelanjutan juga memiliki tugas utama yaitu, dalam sektro produksi kopi, pasar dan proses pemasaran produksi kopi dan perdagangan kopi. 37

Produksi kopi38 dalam rencana pengembangan kopi berklenajutan di Vietnam memiliki rencana sebagai berikut, perluasan wilayah kebun kopi untuk kopi jenis arabika dan robusta, perbaikan lahan perkebunan, penanaman kembali areal perkebunana kopi, peremajaan lahan dan pohon kopi, penanaman kopi sesuai dengan karakteristik kopi, pencangkokan ulang/okulasi di 30.000 ha lahan didaerah Lam Dong dan Gai Lai, rekonstruksi varietas dengan 100% pohon kopi baru dengan kulaitas tinggi, penggunaan sistem irigasi untuk lahan tanam. Pasar dan pangsa pasar39 memiliki rencana mengelola industri lokal, pendirian kopeasi khusus petani kopi dengan menyetujui banyak kontrak dan peraturan sistem penyimpanan kopi agar sesuai dengan standar kualitas dan kontrol pangsa pasar kopi, mengurangi kerugian pasca panen, pengembangan proses industri, penerapan sistem menejemen sesuai ISO, pengolahan kopi bubuk, mengembnagkan pasar domestik. Adapun rencana dari

36

“Approving the master Paln on Socio-Econim Development of Thai Nguyen Province

Through 2020, with a Vision toward 2030”, 2015, The Prime Minister, The Socialist Republic Of

Vietnam.

37

Tran Cong Thang dan VU Huy Phuc, “Vietnam Sustaiinable Coffee Plan Till 2020 and

Vision to 2030”, FFTC, Agricultural Policy Platform (FFTP-AP), Institute of Policy and Strategy, For

Agriculture and Rural Development, No.16, Thuy Khue Street, Hanoi, Vietnam.

38

Ibid, hal 1

39

(14)

perdaganagn kopi40 adalah dengan melakukan promosi, ekspor dan mengembangkan sistem konsumsi modern.

E. PEMBAHASAN

a. Analisis Keunggulan Kompetitif Kopi Indonesia menurut Porter Diamond Theory

Faktor faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Faktor Kondisi

Yang pertama yaitu faktor kondisi, kondisi yang dimaksudkan adalah bagaimana kondisi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki suatu negara. Untuk mengatasi permasalahan kopi Indonesia pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Pertanian Nomer 50 tahun 2012 tentang Pedoman Penanganan Pasca Panen Kegiatan Pengembangan Kopi dan pengembangan Kopi Berkelanjutan tahun 2011-2014. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, untuk meningkatkan daya saing kopi Indonesia dari kondisi Perkebunan dan pengolahan pasca panen Indonesia telah terangkum dalam Startegi yang dibuat oleh Pemerintah yang sesuai dengan PERMENTAN No 50 yaitu dengan meningkatkan keunggulan daya saing produk Indonesia dengan terus meningkatkan standar mutu produk melalui peraturan dan aktivitas dari hulu hingga hilir produksi kopi.

Berdasarkan data Ditjenbun, Pada tahun 2013 luas areal perkebunan kopi di Indonesia mencapai 1.240.900 hektare. Areal tanaman kopi di Indonesia menurut status pengushaanya terbagi atas perkebunan rakyat, perkebunan besar negara dan perkebunan besar swasta yang masih didominasi oleh perkebunan rakyat dengan luas mencapai 1.194.081 hektar di tahun 2013. Tanaman kopi Arabika di perkebunan Indonesia dapat tumbuh optimal pada ketinggian di atas 1.000 m di atas permukaan laut, sedangkan kopi robusta dapat tumbuh pada ketinggian 400-800 m diatas permukaan laut. Mengingat di Indonesia, hingga saat ini keberadaan lahan dengan

40

(15)

ketinggian di atas 1.000 m di atas permukaan laut pada umumnya berupa hutan, maka perkembangan kopi Arabika terbatas.41

Berdasarkan data yang diperoleh dari Ditjenbun,42 mayoritas tenaga kerja di Perkebunan kopi terserap melalui perkebunan rakyat. Penjelasan tentang sumber daya manusia yang mendukung dalam pengembangan industri kopi Indonesia, dapat disimpulkan bahwa sumber daya manusia khususnya petani kopi, memiliki jumlah yang memadai untuk pengembangan komoditas unggulan. Menurut pada kebijakan mutu pemerintah terlepas dari jenis kopi Arabika maupun Robusta dan metode pengolahan proses basah maupun kering, kopi Indonesia diklasifikasikan menjadi 6 kelas yang berbeda, bergantung kepada nilai cacat kopi. Standar mutu ini didasarkan pada sistem cacat, yang telah di adopsi secara nasional sejak tahun 1984/85 untuk menggantikan sistem triase, dan terakhir diperbarui dengan SNI 01-2907-2008.43

Dominasi perkebunan rakyat menyebabkan penghasil kopi utama berasal dari petani kopi. Petani kopi masihh kesulitan dalam mendapatkan akses modal untuk peningkatan produktivitas terutama dalam pembelian alat mesin pertanian yang diharapkan mampu menunjang proses penanaman dan proses pascapanen. Dalam upaya untuk meningkatkan produktivitas lahan kopi yang masih sangat rendah, pemerintah Indonesia mengalokasikan dana sebear 5,9 triliun rupiah kredit usaha rakyat (KUR) untuk petani kopi pada tahun 2013. Kredit tersebut diintensifikasi untuk lahn kopi petani rakyat. Selain penyedian modal dan sumber dana, Indonesia juga sedang berusaha untuk mengembangkan infrastruktur yang telah ada untuk mendukung peningkatan produktivitas kopi yang masih rendah di Indonesia. Pengembangan dilakukan secara menyeluruh mulai dari penyediaan hingga ekspor kopi di pasar dunia.

41

Bersatu, Bekerja, Berkarya Untuk Kopi Indonesia Berjaya, “ We Work Together to Create

For Indonesia Coffee Victory”, 2016, http://www.aeki-aice.org/, diakses pada 13 Agustus 2020, pukul 21.13.

42

Statistik Perkebunan Indonesia2015-2017, 2017, “Tree Crop Estate Statistic of Coffee

Indonesia”, DITJENBUN, Kementerian Pertanian Republik Indonesia 43

(16)

b. Faktor Permintaan

Faktor kedua adalah faktor permintaan. Permintaan domestik dan internasional akan memberikan dampak terhadap produk. Eropa memiliki regulasi dan standar mutu tersendiri untuk importir kopi Eropa, demikian inilah Indonesia harus memperhatikan regulasi dan standarisasi mutu kopi Indonesia sehingga dapat di ekpsor ke pasar Eropa. untuk memenuhi permintaan tersebut, Pemerintah Indonesia telah memberikan startegi untuk memberikan pelatihan dan pembelajaran kepada petani kopi untuk melakukan budidaya kopi berkelanjutan yang sesuai dengan PERMENTAN no 50 sehingga kopi yang diproduksi sesuai dengan standar mutu permintaan pasar dunia, khususnya pasar kopi Indonesia di Eropa. untuk memenuhi permintaan kopi saat ini konsentrasi dari pemerintah tidak hanya dari segi ekonomi saja namun juga harus terus memperhatikan lingkungan tempat budidaya kopi, keamanan produk, proses pembuatan kopi dari hulu hingga hilir yang sudah sesuai dengan standar mutu kopi berkelanjutan. Indonesia telah menyusun peraturan untuk pengembangan kopi berkelanjutan dalam Indonesian Sustainable Coffee (ISCOffee) sebagai pedoman standarisasi perkebunan kopi berkelanjutan Indonesia.

Konsumsi kopi masyarakat Indonesia masih tergolong rendah hingga kisaran tahun 2013, namun terus meningkat hingga tahun 2019 hingga mencapai 1,6kg/kapita/tahun. Meskipun pertumbuhan konsumsi domestik mengalami pertumbuhan yang positif namun konsumsi indonesia masih kalah jauh apabila dibandingkan dengan beberapa negara lain seperti Brazil, Finlandia, Belanda dan Norwegia yang rata-rata konsumsi kopi mencapai 16kg/kapita/tahun. Tingginya konsumsi kopi di negara lain tentu menjadi peluang ekspor yang harus dimanfaatkan oleh Indonesia.

Dengan hadirnya kopi Instan dan banyaknya macam, serta varietas kopi di Indonesia diyakini mampu meningkakan konsumsi kopi domestik yang juga mampu mendorong konsumsi kopi global. Hal ini, berkaitan erat dengan gaya hidup trend dan kepraktisan yang menyertai konsumsi dari pada kopi ini. selain konsumsi kopi,

(17)

industri pengolahan juga sangat terkait dengan produk olahan kopi. Permintaan kopi di Eropa cukup besar sehingga mampu menjadi peluang untuk terus meningkatkan produksi dan ekspor kopi Indonesia ke Eropa. Permintaan pasar domestik kopi di Indonesia cukup potensial, dapat dilihat dari banyak nya lonjakan produksi kopi dalam 5 dekade tahun terakhir.

c. Faktor Industri Pendukung

Faktor ketiga adalah terkait dengan industri pendukung, dalam hal ini pemerintah Indonesia meyakini produksi kopi di Indonesia masih kurang, hanya sekitar 20% dari produksi kopi yang diproses. Industri pengolahan kopi masih terus berkembang karena faktor teknis, Sosial dan ekonomi yang masih di bawah standarisasi mutu kopi dunia. Ekspor kopi Indonesia masih didominasi oleh ekspor biji kopi mentah karena kurangnya industri pendukung untuk melakukan diversifikasi produk kopi. Peran pendukung industri dapat meningktakan nilai jual kopi melalui diversifikasi produk kopi nasional. Dibutuhkan peran pemerintah sebagai katalisator untuk meningkatkan inovasi dalam pengembangan produk. Diversifikasi produk kopi akan menjadikan Indonesia terkenal, tidak hanya sebagai negara penghasil kopi tetapi juga sebagai negara penghasil olahan kopi terbaik.

Dari sisi hulu, pihak terkait benih merupakan sarana produksi utama dalam budidaya tanaman, dalam arti penggunaan benih unggul bermutu mempunyai peranan yang menentukan dalam usaha meningkatkan produksi dan mutu hasil. Produksi benih unggul dapat diperoleh melalui unit peneglolaan benih besar. Selain itu, pusat peneliti kopi dan kakao indonesia yang menyediakan benih besar serta 10 macam bibit unggul yang bersertifikat. Dari pihak swasta, bibit kopi utamanya varietas arabika dapat diperoleh melalui CV. Kelola Bumi Nusantara.

d. Faktor Strategi

Faktor keempat atau faktor terkahir adalah faktor strategi, Struktur dan persaingan. Pemerintah Indonesi atelah menetapkan strategi untuk promosi

(18)

perdagangan kopi Indonesia dengan terus mengikuti pameran dagang yang dilaksanakan di berbagai negara di kawasan Eropa salah satunya adalah Irlandia. Kegiatan pameran dagang tersebut merupakan strategi yang dilakukan Indonesia untuk mempromosikan kopi Specialty Indonesia yang merupakan kopi Unggulan Indonesia dibandingkan kompetitornya, Vietnam. Indonesia memiliki keunggulan dibandingkan dengan Vietnam dalam viaretas kopi Specialty yang dapat ditawarkan dipasar dunia, khusunya pasar Eropa. Pemanfaatan Skema WOC merupakan strategi yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dalam rangka meningkatkan Ekspor kopi Indonesia ke Eropa. Eksportir kopi juga bisa memanfaatkan ekspor dengan tariff rendah sebagaimana yang telah disepakti oleh Pemerintah Indonesia dengan Uni Eropa dalam perjanjian IEU-CEPA.

Struktur pasar kopi di pasar oligopoly, yang mana di dalamnya terdapat beberapa penjual dan banyak pembeli. Terdapat lima kombinasi dari konsep kekuatan dalam persaingan industri atau perusahaan yang akan menetukan intensias persaingan pasar dan menganalisa strategi bersaing yang telah digunakan. Pemerintah indonesia khusunya yang menangani masalah industri kopi di indonesia telah melakukan banyak riset dan penelitian untuk menganalisa lingkungan eksternal dari perusahaan kopi indonesia guna mengetahui peluang, tantangan dan acaman industri kopi indonesia di masa mendatang. Selain dari faktor eksternal, indonesia juga telah melakukan analisis terhadap faktor internal/profil industri untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan guna meningkatkan dan mengembangkan produktivitas kopi indonesia.

b. Analisis Keunggulan Kompetitif Kopi Vietnam menurut Porter Diamond Theory

a. Faktor kondisi

Vietnam memiliki kondisi alam yang menguntungkan, yang cocok untuk penanaman dan pengembangan kopi. Vietnam memiliki iklim yang sangat baik untuk masing masing jenis kopi, baik Arabika maupun Robusta. Kopi Arabika ditanam dibagian Utara wilayah Vietnam dengan iklim yang tinggi, dengan musim dingin dan

(19)

hujan dan berada diatas ketinggian lebih dari 1.000 Mdpl. Pada tahun 2014 luas lahan kopi Vietnam mencapai 653.000 hektare, berada pada peringkat keempat dunia. Selain dari tanah, wilayah serta iklim yang mendukung budidaya pohon kopi faktor kondisi yang lain adalah sumber daya manusia. Baru baru ini sektor kopi Vietnam memiliki hampir 200 perusahaan pengolah kopi, lebih dari 140 perusahaan ekspor dengan 4 perusahaan terkemuka yaitu Vietnam Coffee Corporation, Coffee 2/9, Grup impor dan Ekspor Intimex, Grup Thai Hao, namun perusahaan yang sudah berpengalaman di pasar dunia tidak banyak. Tingkat kualitas dan keterampilan yang dimiliki karyawan di sektor ini belum memenuhi permintaan. Para petani kebanyakan spontan, tidak banyak pengetahuan petani kopi mengenai tanaman dan cara merawat serta memanen. Karena keterbatasan kemampuan diatas, maka kualitas ekspor kopi Vietnam tidak tinggi, yang mengurangi nilai daya saing di pasar dunia pada umumnya dan pasar Eropa pada khusunya.

Namun baru-baru ini, tingkat pengembangan sumber daya manusia telah dibayarkan secara bertahap dan mendapatkan lebih banyak perhatian, khususnya dari pemerintah Vietnam. Menurut Kementerian Pertanian dan Pembangunan Pedesaan Vietnam, Vietnam memiliki sekitar 13 Universitas Pertanian dan Kehutanan di Kota Hi Chi Minh. Selain itu, terdapat 28 lembaga dan penelitian pusat milik Kementerian Pertanian dan Pembangunan Pedesaan yang bergerak aktif menyebarluaskan pengetahuan tentang kopi dan budidaya untuk petani melalui progam penyuluhan, seminar dan lokakarya pertanian.44

b. Faktor Permintaan

Permintaan kopi Vietnam dalam negeri dapat dikatakan rendah namun meningkat setiap tahunnya. Konsumsi kopi Vietnam tumbuh secara bertahap. Konsumsi domestik hanya rata-rata bersikar 0,6kg/orang/tahun. Konsumsi yang buruk tidak akan cukup intensif untuk mendorong bisnis untuk berinvestasi dalam

44

Thu Hang, VOV5, 2014, “Pengembangan Sumber Daya Manusia Vietnnam Memenugi

Periode Integrasi”, https://vovworld.vn/id-ID/ulasan-berita/pengembangan-sumber-daya-manusia-vietnam-memenuhi-periode-integrasi-233125.vov, diakses pada 11 April 2020.

(20)

selera penelitian dan kebutuhan kopi pasar domestik dan mempengaruhi perusahaan di pasar Negara asing. Namun, konsumsi kopi di Vietnam baru-baru ini tumbuh secara bertahap. Permintaan domestik yang rendah mempengaruhi pengembangan kopi, sehingga petani sulit untuk mengembangkan usaha dan berakibat negatif terhadap ekspor kopi Vietnam itu sendiri.

c. Faktor Industri Pendukung

Faktor industri pendukung juga memiliki pengaruh yang besar terhadap pengembangan suatu sektor industri, salah satunya adalah penggunaan pupuk untuk tanaman kopi. Sebagai Negara agraris, Vietnam membutuhkan pupuk dalam jumlah besar setiap tahunnya, tetapi pasar pupuk Vietnam masih belum berkembang dengan baik, Pupuk untuk tanaman kopi di Vietnam masih bergantung pada hasil impor. Teknologi produksi pupuk dalam negeri Vietnam hanya memnuhi 50% hingga 60% dari total permintaan pupuk Urea, Pupuk SA, dan kebanyakan pupuk yang dibutuhkan Vietnam masih harus diimpor.

d. Faktor Strategi

Vietnam memiliki hampir 200 perusahaan pengolahan kopi dan lebih dari 140 eksportir, tetapi kebanyakan masih dalam bentuk kecil dan menengah. Kurangnya modal dan pengalaman dan situasi kompetitif pasar domestik dan internasional sangat kompetitif yang mempengaruhi daya saing. Sebagian besar petani kopi Vietnam masih fokus pada komoditas biji kopi, sehingga produk kopi bubuk dan kopi sangrai tidak terlalu banyak yang mengolahnya. Alasan petani kopi Vietnam tidak mengolah kopi menjadi kopi bubuk dan kopi sangrai akibat dari modal yang besar dan biaya teknologi yang tinggi. Adapun beberapa upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut, kerjasama yang dilakukan dengan berbagai organisasi diantaranya adalah ICO

(International Coffee Organiation), mitra pembangunan seperti perusahaan

pelindungan tanaman sintetis dna pupuk, negara penghasil kopi, dan negara pengimpor kopi.

(21)

F. KESIMPULAN

Mengacu pada tujuan penelitian serta pembahasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka terdapat beberapa kesimpulan yang dapat ditarik antara lain :

Keunggulan kompetitif dari kopi Vietnam masih berada dibawah kopi Indonesia, hal ini disebabkan karena keberagaman kopi Indonesia yang memiliki daya saing, cita rasa dan citra khusus baik dipasar global maupun di pasar Internasional. Kendati demikian, hingga saat ini volume ekspor kopi Inodnesia lebih rendah dari volume ekspor kopi Vietnam. tingginya volume ekspor kopi Vietnam, dipasar Eropa khususnya dipenaruhi oleh keagresifan pemerintah Vietnam dalam mencari pasar produk kopi Vietnam, sehingga meskipun kopi Vietnam sering dihargai dengan harga yang rendah namun Vietnam tidak pernah kehilangan pasar kopinya. Selain itu, hal ini didukung dengan peranan dan dukungan dari pemerintah Vietnam yang diberikan dalam berbagai bentuk yang diantaranya terdapat dalam

Vietnam Sustainable Cofee Plan, rencana ini yang belum dimiliki oleh pemerintah

Indonesia khususnya dalam pengembangan kopi.

Daya saing suatu produk sangat dibutuhkan dan memiliki urgensi yang sangat penting untuk melakukan kegiatan ekspor salah satunya adalah ekspor kopi. pasar ekspor kopi Eropa merupakan pasar potensial untuk ekspor berbagai jenis kopi, hal tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa tingginya nilai konsumsi kopi di Eropa yang meningkat setiap tahunnya dan volume impor kopi Eropa yang tercatat telah mengimpor lebih dari 50 negara produsen kopi dunia yang diantaranya adalah Indonesia dan Vietnam. Volume ekspor kopi baik Indonesia maupun Vietnam meski terbilang rendah namun mengalami kenaikan setiap tahunnya.

Sebagai produsen kopi terbesar di dunia, Vietnam dan Indonesia menghadapi berbagai macam persoalan yang sama dalam pasar kopi dunia yaitu daya saing kopi Indonesia dan Vietnam yang relatif rendah jika dibandingkan dengan produk kopi Brazil dan Honduras. Namun demikian, tren minuman kopi sebagai kegiatan sosial, menyebabkan permintaan kopi baik Indonesia maupun Vietnam terus meningkat

(22)

setiap tahunnya. Kinerja ekspor kopi Vietnam dan Indonesia selalu meningkat positif yang berarti kopi Vietnam dan Indonesia disukai karena memiliki komposisi komoditas yang disukai.

Berdasarkan analisis Porter Diamond Theory dan analisis SWOT kopi Vietnam, Kopi Vietnam berada pada peringkat kedua setelah Brazil. Walaupun demikian Vietnam masih memiliki kendala untuk pengembangan industri kopinya. Proses budidaya kopi hingga proses pengolahan kopi pasca panen, Vietnam masih memiliki kendala yang besar sehinga sering terjadi kerugian dan kerusakan pada biji kopi. Selain itu, harga kopi juga menurun seiring dengan turunnya kualitas dan daya saing kopi Vietnam. Namun demikian, pemerintah Vietnam telah mengupayakan berbagai cara untuk meningkatkan produktivitas industri kopinya diantaranya adalah diberikannya penyuluhan kepada petani kopi, dibuka lembaga pengembangan dan riset terkait kopi, pemenuhan infrastruktur dan teknologi kopi modern, serta perluasan investasi dan arus modal untuk pengembangan proses kopi berkelanjutan.

Berdasarkan pada analisis Porter Diamond Theory dan analisis SWOT kopi Indonesia, Ekspor kopi Indonesia memiliki karakteristik tersendiri dan memiliki daya saing di pasar Eropa. Pengembangan kopi specialty Indonesia gencar dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk meningkatkan volume ekspor dan daya saing kopi Indonesia. Kendati demikian, volume ekspor Indonesia masih berada dibawah peringkat volume ekspor kopi Vietnam. Lebih besarnya volume ekspor kopi Vietnam di banding volume ekspor kopi Indonesia di pasar eropa, membuat Indonesia sulit untuk dapat menyaingi ekspor kopi Vietnam. Namun, Indonesia masih memungkinkan untuk terus meningkatkan volume ekspornya menyaingi ekspor kopi Vietnam dengan terus meningkatkan produktivitas kopi Specialty khas Indonesia dengan progam budidaya kopi berkelanjutan, pengembangan kopi Specialty, pemenuhan bibit terbaik untuk kopi Robusta dan Arbika Indonesia, dan penggunaan teknologi modern untuk pengolahan kopi pasca panen.

(23)

Melihat potensi pasar kopi dunia saat ini, khususnya di Eropa maka suatu kewajiban bagi setiap produsen kopi dan eksportir kopi khususnya Indonesia dan Vietnam senantiasa menjaga atmosfer kegiatan ekonomi tersebut. Adapun, hal ini pelru dilakukan agar tidak terjadi kemungkinan melemahnya pasar kopi dunia dan merusak keseimbangan ekonomi di pasar dunia. Berikut adalah beberapa saran yang penulis berikan untuk arah perkembangan selanjutnya baik untuk pemerintah Indonesia maupun pemerintah Vietnam :

1. Pentingnya peranan pemerintah baik sebagai fasilitator maupun katalisator tidak hanya sebagai regulator saja.

2. Adanya rencana jangka panjang untuk Industri kopi berkelanjutan yang sudah sesuai dengan sertifikasi dunia, baik dari lahan dan budidaya hingga proses produksi dan pengemasan (hulu hingga hilir)

3. Agresif mencari pasar dan arus modal serta investasi untuk pengembangan industri kopi berkelanjutan

4. Menciptakan sumber daya yang unggul untuk pengembangan industri kopi yang dibina langsung oleh pakar dan ahli kopi sehingga seluruh sumber daya berkesinambungan untuk menuju industrailisasi kopi berkelanjutan. 5. Pengembangan kopi specialty yang berdaya saing tinggi dan memiliki nilai

jual tinggi

6. Pengembangan ekspor kopi sangrai atau kopi bubuk

7. Mengembangkan lembaga peneliti khusus yang berfokus pada budidaya dan pengembangan kopi

8. Mendorong Universitas atau lembaga pendidikan lainnya untuk senantiasa fokus dalam pembelajaran dan pendidikan mengenai budidaya dan pengembangan kopi

(24)

Adrian Sutedi SH, M. (2014). Hukum Eskpor Impor. Jakarta: Raih Asa Sukses. Advanture, S. (2019, April 25). kebun kopi Indonesia palis luas di dunia. Retrieved

Februari 28, 2020, from Super Advanture.co.id:

https://www.superadventure.co.id/news/19846/kebun-kopi-di-indonesia-paling-luas-di-dunia-berikut-3-fakta-menariknya/,

aeki. (2016). bersatu bekerja berkarya untuk kopi indonesia berjaya. Retrieved agustus 13, 2020, from aeki.org: http://www.aeki-aice.org

Agriculture, D. o. (2010). Vietnam Coffee Market In 2010. Vietnam: Departmen of Garicultureand Village, Republic Socialist of Vietnam.

Bajry, u. s. (2015). Metode Penelitian Hubungan Internasional. yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Berata, I. O. (2014). Panduan Praktis Ekspor Impor, Kententuan dan Tahapan

Ekspor Impor. Tangerang: Niaga Swadaya.

Curry, J. E. (2001). Memahami Ekonomi INternasional. Jakarta.

Details, F. a. (n.d.). Doi Moi (Vietnam Economy Reforms) and Vietnam Economy

During the 1980's and 1990's. Retrieved April 16, 2020, from ”,

http://factsanddetails.com/southeast-asia/Vietnam/sub5_9g/entry-3470.html, DITJENBUN. (2017). statistik perkebunan indonesia 2015-2017 the crop estate

statistic of coffee indoensia. Jakarta: Kementerian pertanian.

GAEKI. (2018). Mengenal Nusantara Lewat Kopi. Retrieved Februari 24, 2020, from GAEKI: https://gaeki.or.id/mengenal-nusantara-melalui-kopi/,

Gunnars, K. (2017, Maret 18). 13 Health Benefits of Coffee, Based on Science. Retrieved Maret 27, 2020, from http://healthline.com/nutrition/top-13-evidance-based-helath-benefits-pf-coffee-section1

(25)

Hang, T. (2014). Pengembangan Sumber Daya Manusia Vietnam Memenuhi periode

Integrasi. Retrieved April 11, 2020, from VOV5:

https://vovworld.vn/id- ID/ulasan-berita/pengembangan-sumber-daya-manusia-vietnam-memenuhi-periode-integrasi-233125.vov

History. (n.d.). Vietnam WAR. Retrieved April 16, 2020, from History.co.id: https://www.history.com/topics/vietnam-war/vietnam-war-history,

Ikhsania, A. A. (2017, November 9). Alasan Konsumsi Kopi Jasi Trend Hidup

Masyarakat Urban. Retrieved Maret 23, 2020, from https://lifestyle.okezone.com/read/2017/11/09/298/1811342/alasan-konsumsi-kopi-jadi-tren-gaya-hidup-masyarakat-urban

Islamika, G. (2018). Ustmaniyah menyerang wina (3) (4) (5) : pengepungan pertempuran puncak, gagalnya islamisasi di eropa. JUrnal Moaik Perdaban

Islam.

leaders. (2011, Juli 7). Back to Coffee House. Retrieved Maret 29, 2020, from leaders.id: https://www.economist.com/leaders/2011/07/07/back-to-the-coffee-house

Makki, A. (2011, juli 7). Kopi Yang merubah Eropa. Retrieved Maret 26, 2020, from Historia.id: https://historia.id/kultur/articles/kopi-yang-mengubah-eropa-PddlP

Martauli, E. D. (2018). Analisis Produksi Kopi Indonesia. Jurnal Of Agribusiness

Science (JASc) vol 1 no.2, 112.

Michael E Porter, d. t. (2018). Competitive Advantage. Bandung: Kharisma Publishing.

Nasional, F. D. (2016). Diskusi KOpi Nasional. Retrieved Agustus 12, 2020, from DJDAGLU:

(26)

Nhan, D. T. (2001). Orinetations of Vietnam Coffee Industry. INternational Coffee

Conference.

Pandergrest, M. (2010). Uncommon Ground : The hIstory of Coffee and How it

Transformed our world. new york: Arjun copy right.

Panggabean, E. (2011). Buku Pintar KOpi. Jakarta: Agro Media pustaka. Pertanian, K. (n.d.).

Pertanian, K. (2009). RENSTRA KEMENTERIAN PERTANIAN. Jakarta: kementerian Pertanian 2010-2014.

Pertanian, K. (2014). RENSTRA DITJENBUN 2010-2014. Jakarta: Kementerain Pertanian.

Pertanian, K. (n.d.). Perkembangan kopi Arabika Terus Ditingkatkan. Retrieved

Februari 23, 2020, from DITJENBUN:

http://ditjenbun.pertanian.go.id/pengembangan-kopi-arabika-terus-ditingkatkan/, diakes pada 23 Februari 2020

Phuc, T. C. (n.d.). Vietnam Sustainable Coffee plan Tilll 2020 abd vission to 2030. Vietnam.

Porter, M. E. (1990). The Competitive Advantage of Nation. New YorkHarvad Bussines Review.

Soettedjo, A. (1996). Prospek Agribisnis Perkebunana KOpi di Indonesia. Jakarta: Graha Media.

Swandi. (2015). Outlook kopi Komoditas Pertanian Subsector Perkebunan. Jakarta: Kementerian Pertanian.

(27)

Thanh, H. (2013). Master plans on Vietnam Development to 2020 visison 2030

aproved. Retrieved Agustus 12, 2020, from http://vietnamtourism.gov.vn/english/index.php/items/5538,

Vietnam, p. m. (2015). Aproving teh master plan on socia economi development of

Referensi

Dokumen terkait

perkembangan luas areal, produksi, produktivitas dan ekspor kopi Indonesia, (2) perkembangan ekspor kopi Indonesia ke Asia (negara tujuan ekspor utama yaitu Jepang dan

Dari penjelasan sebelumnya, kebijakan hambatan non tarif yang ditetapkan oleh Uni Eropa terhadap ekspor komoditas perikanan Indonesia dirasakan mulai memberatkan pemerintah

(1) Peningkatan kualitas produksi kopi, (2) Penambahan volume penawaran ekspor kopi saat harga ekspor kopi Indonesia tinggi untuk meningkatkan pendapatan dari

Hal ini disebabkan meningkatnya konsumsi atau peminat kopi dan berkembangnya industri-industri minuman yang mempengaruhi volume ekspor dan nilai ekspor di negara

Untuk itu, pemerintah Indonesia perlu memfasilitasi pengem- bangan pasar melalui berbagai kebijakan ekspor kopi biji, seperti pemberian informasi pasar (harga, mutu, pasar yang

target pasar untuk tujuan ekspor kopi Sumatera Utara di pasar internasional karena masih berkebutuhan konsumsi rendah pada komoditi perkebunan kopi ( coffea )1. Pertumbuhan

Dari penjelasan sebelumnya, kebijakan hambatan non tarif yang ditetapkan oleh Uni Eropa terhadap ekspor komoditas perikanan Indonesia dirasakan mulai memberatkan pemerintah

Faktor eksternal yang menjadi peluang dalam ekspor kopi arabika yaitu surat izin untuk melakukan kegiatan ekspor, konsumen tetap yang mengkonsumsi kopi arabika, gagal panen pada negara