• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

23

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Reserch (CAR) partisipan. “Dimana orang yang melaksanakan penilaian harus terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan demikian, sejak perencanaan penelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencatat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil penelitiannya. PTK disini dituntuk keterlibatannya secara langsung dan terus menerus sejak awal sampai akhir penelitian” (Iskandar, 2011:27)

3.1.1 Desain Penelitian

Desain PTK ini direncanakan dengan menggunakan model Kemmis dan Taggart dalam (Arikunto, 2012:16) yang menggambarkan adanya empat langkah, meliputi: perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Rincian prosedur tindakan dapat digambarkan pada bagan sebagai berikut:

(2)

Gambar 3.1 tahapan pelaksanaan PTK Sumber: Suharsimi Arikunto (2012:16) Tahap 1: Menyusun rancangan tindakan (planning)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakuakan. Penelitian tindakan yang ideal sebenarnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah kolaborasi.

Tahap 2: Pelaksanaan tindakan (Acting)

Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap ke-2 ini pelaksana guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan.

Perencanaan Pelaksanaan Siklus I Pengamatan Refleksi Perencanaan Pelaksanaan Siklus II Refleksi Pengamatan ?

(3)

Tahap 3: Pengamatan (Observing)

Tahap ke-3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama.

Tahap 4: Refleksi (Reflecting)

Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan (Arikunto, 2012:17).

3.2 Setting Penelitian dan Sumber Data 3.2.1 Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Kutowinangun 04 Salatiga Semester 2 Tahun 2014/2015 dengan subyek penelitian kelas IV dengan jumlah siswa sebanyak 31 orang. SD Negeri Kutowinangun 04 Salatiga terletak di sebelah makan pahlawan Kelurahan Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga dan berdampingan dengan SD elit lainnya meskipun demikian SD Negeri Kutowinangun 04 Salatiga tidak tertinggal melainkan dapat terus menerus menunjukan prestasinya dengan memenangkan beberapa lomba.

SD Negeri Kutowinangun 04 Salatiga terletak di sebelah makam pahlawan Kelurahan Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Jarak antara jalan raya dengan lokasi sekolah kurang lebih 400 meter. SD Negeri Kutowinangun 04 memiliki luas tanah keseluruhan 820 m2.

SD Negeri Kutowinangun 04 sudah terakreditasi dengan kualitas baik. Tenaga Kependidikan SD Negeri Kutowinangun 04 meliputi 1 orang Kepala Sekolah, 6 Guru kelas, 1 orang Guru Olahraga, 1 orang guru Agama Kristen, 1 orang Tata Usaha dan 1 orang Penjaga Sekolah.

(4)

3.2.2 Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian ini adalah siswa, guru, hasil observasi selama pelaksanaan tindakan kelas, catatan lapangan, dan hasil tes.

3.3 Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Kutowinangun 04 Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015. Jumlah siswa kelas IV di SD Negeri Kutowinangun 04 Salatiga adalah 31 siswa, yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Sedangkan objek penelitiannya adalah keseluruhan proses pembelajaran pada penerapan model Numbered Haed Together dalam pembelajaran IPA SDN Kutowinangun 04 Salatiga untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

3.4. Variabel Penelitian

Variabel yang akan diteliti dalam penelitian tindakan kelas ini dibagi menjadi 2 yaitu variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent).

3.4.1 Variabel Independent (variabel x)

Variabel independent adalah variabel yang keberadaannya tidak dipengaruhi oleh variabel yang lain. Variabel bebas kedudukannya tidak tergantung oleh variabel yang lain. Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Numbered Head Together. model pembelajaran Numbered

Head Together merupakan model pembelajaran dengan teknik memberikan

kesempatan kepada siswa untuk saling sharing ide-ide untuk mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Meningkatkan semangat kerjasama siswa. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semaua tingkatan usia anak didik.

3.4.2 Variabel Dependent (variabel y)

Variabel dependent adalah unsur yang keberadaannya dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah hasil

(5)

belajar IPA. Pengertian hasil belajar itu sendiri menurut Sudjana, (2005:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dalam penelitian ini hasil belajar yang digunakan adalah hasil yang diperoleh dari skor evaluasi pada akhir pelajaran. Hasil belajar IPA diukur menggunakan tes formatif. Nilai keberhasilan siswa dianalisis menurut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sehingga dapat diketahui keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran yang dilakukan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam PTK ini, Teknik yang dipakai untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah teknik tes dan teknik non tes. Teknik tes dilakukan dengan memberikan soal evaluasi pada setiap siklusnya dan teknik non tes dengan mengisi lembar observasi aktivitas guru dan siswa pada saat tindakan kelas, begitu juga dokumentasi dilakukan pada saat tindakan kelas berlangsung. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data tersebut antara lain:

1) Teknik Tes

Arikunto (2010:150) mengemukakan bahwa tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Selaras dengan pendapat di atas Arifin (2012:118) berpendapat tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik.

2) Teknik nontes

Salah satu teknik pengumpulan data dalam PTK ini selain teknik tes adalah teknik non tes. Menurut Arifin (2012:152) instrumen non tes dapat digunakan jika kita ingin mengetahui kualitas proses dan produk dari suatu pekerjaan serta hal-hal yang berkenaan dengan domain afektif, seperti sikap, minat, dan motivasi.

(6)

Dalam penelitian tindakan kelas ini, teknik non tes yang digunakan adalah observasi dan dokumentasi.

a. Observasi

Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu (Arifin, 2012:153). Teknik observasi digunakan untuk mengetahui perkembangan aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam menerapkan pembelajaran Numbered

Head Together pada mata pelajaran IPA. Observer bertugas untuk melakukan

pengamatan dan penilaian melalui pengisian lembar observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa pada setiap pertemuan. Masing-masing indikator pada lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa. Peneliti membuat 3 kategori penilaian yaitu kategori baik, cukup, dan kurang.

Dari jumlah skor yang didapatkan pada masing-masing lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa kemudian disimpulkan termasuk dalam termasuk dalam kategori baik, cukup, dan kurang dengan rentang yang telah ditetapkan oleh peneliti pada masing-masing kategorinya. Dalam penelitian ini, salah satu syarat pembelajaran dikatakan berhasil jika jumlah skor dari lembar observasi aktivias guru dan lembar observasi aktivitas siswa berada pada kategori baik.

b. Dokumentasi

Arikunto (2010:158) mengatakan dokumentasi berasal dari kata dasar “dokumen” yang artinya barang-barang tertulis. Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui daftar nama siswa kelas IV SD N Kutowinangun 04 Salatiga dan nilai awal hasil belajar IPA sebelum dilakukan penelitian, sehingga dapat digunakan untuk membandingkan antara hasil belajar sebelum dengan setelah penelitian dilakukan.

(7)

3.6 Instrument Penelitian

Berikut uraian mengenai instrument pembelajaran: 3.6.1. Butir Soal

Instrumen butir soal tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tingkat pemahaman siswa terhadap pembelajaran, untuk mengetahui kondisi hasil belajar prasiklus, dan sebagai pembanding peningkatan hasil belajar antar siklus. Soal tes ini berbentuk pilihan ganda yang diberikan sebelum pembelajaran atau prasiklus dan akhir kegiatan pembelajaran tiap siklus.

Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal IPA Siklus I

Standar kompetensi

Kompetensi dasar

Indikator Item pada tes Jumlah item 7. Memahami gaya dapat mengubah gerak dan/atau bentuk suatu benda Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda Menjelaskan gaya tarik, gaya dorong, gaya gravitasi, gaya apung, dan gaya gesek

Pilihan ganda item 1, 3, 9, 10, 11, 12, 13 Memberikan contoh dari gaya tarik gaya dorong, gaya gravitasi, gaya apung, dan gaya gesek Pilihan ganda item 2, 4, 5, 6, 7, 8, 13, 14, 15

(8)

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal IPA Siklus II

Standar kompetensi

Kompetensi dasar

Indikator Item pada tes Jumlah item 7. Memahami gaya dapat mengubah gerak dan/atau bentuk suatu benda Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah bentuk suatu benda. Menjelaskan gaya mempengaruhi bentuk benda Pilihan ganda item 1, 2, 3, 4, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 15 12 Memberikan contoh dari gaya terhadap suatu benda Pilihan ganda item 5, 6, 12 3

Soal postest disajikan dalam bentuk soal pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban. Skala pengukuran yang digunakan pada instrumen ini adalah skala

Guttman sehingga akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “benar dan salah”

dengan teknik skoring untuk jawaban benar diberi skor 1(satu) dan untuk jawaban salah diberi skor 0 (nol) (Sugiyono, 2009:139).

Uji instrumen berupa butir soal tes diujicobakan pada responden yang bukan subjek penelitian. Uji coba instrumen tersebut dilaksanakan di SD N Kutowinangun 04 dengan jumlah responden 34 siswa.

Perhitungan nilai tes evaluasi hasil belajar mata pelajaran IPA berpedoman pada perhitungan rumus sebagai berikut:

(9)

Keterangan : B = jumlah jawaban benar N = jumlah soal

Skala = 0-100

KKM yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah sebesar 70, sehingga berdasarkan perbandingan nilai KKM dan tes evaluasi hasil belajar IPA dapat diketahui bahwa siswa sudah tuntas belajar atau belum. Kriteria ketuntasan belajar siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Kriteria Ketuntasan Belajar

Rentang Kriteria

x < 70 Belum memenuhi KKM atau tidak tuntas.

x ≥ 70 Memenuhi KKM atau tuntas.

3.6.2. Lembar Observasi

Lembar observasi inilah untuk mengamati kegiatan yang dilakukan guru dan siswa di dalam kelas sebelum melaksanakan tindakan,saat pelaksanaan tindakan sampai akhir tindakan. Instrumen ini digunakan untuk mengontrol proses pembelajaran agar berlangsung sesuai kondisi yang diharapkan, seperti keterlaksanaan RPP dan keterlaksanaan rencana tindakan.

Observasi yang dilakukan untuk mengamati pelaksanaan guru mengajar selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Selain itu aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Lembar observasi ini juga digunakan untuk mengobservasi aktivitas guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Hasil observasi ini juga difungsikan sebagai sarana untuk melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran. Pengisian lembar observasi ini dengan memberikan tanda checklist (√) pada kolom skor sesuai hasil yang diamati observer terhadap aktivitas guru dan aktivitas siswa pada setiap pertemuan.

(10)

Observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa digunakan untuk mengukur apakah guru dan siswa sudah baik dalam menerapkan pembelajaran Numbered

Head Together. Lembar observasi aktivitas guru terdiri dari 20 pertanyaan yang

terbagi dalam kegiatan pra pembelajaran, kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Dan lembar aktivitas siswa terdiri dari 17 pertanyaan yang terbagi dalam kegiatan pra pembelajaran, kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Observer mengamati aktivitas guru selama 2 siklus. Observer mengisi lembar observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa dengan menggunakan skala Likert (Sugiyono, 2009:135). Yaitu dengan memberikan tanda centang pada kolom skor 1 (jika pernyataan dilakukan guru dalam kategori sangat tidak baik), 2 (jika pernyataan dilakukan guru dalam kategori tidak baik), 3 (jika pernyataan dilakukan guru dengan kategori baik), dan 4 (jika pernyataan dilakukan guru dengan kategori sangat baik).

Adapun kisi-kisi lembar observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa disajikan dalam tabel 3.4 dan 3.6.

Tabel 3.4

Kisi-kisi Lembar Observasi Guru

No Aspek Indikator No.item Jumlah

1. Pra

Pembelajaran

a. Mempersiapkan perlengkapan pembelajaran

b. Guru memimpin siswa berdoa. c. Membuka pelajaran dengan salam. d. Memeriksa kesiapan siswa. 1 2 3 4 4

(11)

2. Kegiatan Awal a. Melakukan apersepsi b. Menyampaikan tujuan pembelajaran. 5 6 2

3. Kegiatan Inti a. Menyampaikan materi melalui demonstrasi dengan siswa

b. Melakukan tanya jawab dengan siswa tentang materi yang disampaikan. c. Menjelaskan

langkah-langkah pembelajaran

Numbered Head Together.

d. Guru membagikan nomor undian kepada seluruh siswa. Misalnya nomor 1-5.

e. Guru membimbing siswa untuk membentuk kelompok sesuai dengan nomor yang diterima. f. Guru membimbing siswa

untuk berdiskusi.

g. Mengawasi aktivitas siswa dan memberikan bantuan siswa selama melakukan pembelajaran Numbered Head 7 8 9 10 11 12 13 10

(12)

Together.

h. Memanggil perwakilan kelompok untuk presentasi ke depan kelas. i. Memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk memberikan tanggapan tentang hasil diskusi

kelompok yang

presentasi.

j. Guru meluruskan jawaban siswa tentang kebenaran hasil diskusi kelompok. 14 15 16 3. Kegiatan Akhir a. Membimbing siswa menyimpulkan materi yang dipelajari. b. Melakukan refleksi. c. Memberikan arahan untuk pertemuan selanjutnya. d. Menutup pelajaran dengan salam. 17 18 19 20 4 Total 20

Setelah dihitung skor total dari seluruh indikator aktivitas guru selama proses pembelajaran maka kemudian disimpulkan apakah aktivitas guru termasuk dalam kategori baik, cukup, atau kurang dengan rentang skor yang telah ditetapkan oleh peneliti. Peneliti membuat rentang skor pada masing-masing kategori dengan cara:

(13)

=

= 20

Dari perhitungan di atas, maka pedoman pengkategorian aktivitas guru disajikan dalam tabel 3.6 berikut ini:

Tabel 3.5

Pedoman Pengkategorian Aktivitas Guru

No Skor Kategori Aktivitas Guru

1 ≥60 Baik

2 40-59 Cukup

3 20-39 Kurang

Tabel 3.6

Kisi-kisi lembar observasi siswa

No Aspek Indikator No.item Jumlah

1. Pra

Pembelajaran

a. Menyiapkan perlengkapan pembelajaran (buku, alat tulis) yang digunakan selama pembelajaran. b. Kesiapan siswa dalam

menerima materi pelajaran. 1 2 2 2. Kegiatan Awal

a. Siswa antusias menanggapi apersepsi yang dilakukan guru melalui kegiatan tanya jawab.

b. Siswa memperhatikan secara seksama ketika guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

3

4

(14)

3. Kegiatan Inti a. Siswa memperhatikan materi yang dijelaskan oleh guru.

b. Siswa antusias untuk melakukan demonstrasi tentang materi yang disampaikan guru.

c. Siswa aktif bertanya saat proses pembelajaran kepada guru.

d. Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

e. Adanya interaksi positif antar siswa.

f. Siswa membentuk kelompok kecil sesuai dengan nomor yang diterima.

g. Siswa melakukan diskusi dengan kelompok tentang permasalahan yang diberikan oleh guru.

h. Bertukar pikiran dalam mengerjakan diskusi kelompok.

i. Menghargai pendapat teman.

j. Menginformasikan

jawaban kepada kelompok lain di depan kelas.

5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 11

(15)

k. Menanggapi hasil diskusi kelompok lain yang sedang presentasi di depan kelas.

15 4. Kegiatan Akhir a. Siswa membuat kesimpulan dengan bimbingan guru.

b. Siswa melakukan refleksi

16

17

2

Total 17

Setelah dihitung skor total dari seluruh indikator aktivitas siswa selama proses pembelajaran kemudian disimpulkan apakah aktivitas siswa termasuk dalam kategori baik, cukup, atau kurang dengan rentang skor yang telah ditetapkan oleh peneliti. Peneliti membuat rentang skor pada masing-masing kategori dengan cara:

=

= 17

Dari perhitungan di atas, maka pedoman pengkategorian aktivitas siswa disajikan dalam tabel 3.8 berikut ini:

Tabel 3.7

Pedoman Pengkategorian Aktivitas Siswa

No Skor Kategori Aktivitas Guru

1 ≥51 Baik

2 34-50 Cukup

3 17-33 Kurang

c. Dokumentasi

Dalam PTK yang dilakukan di SD N Kutowinangun IV, dokumentasi yang digunakan ialah surat ijin penelitian, surat keterangan telah melakukan penelitian, surat ijin uji validitas, surat keterangan telah melakukan uji validitas, lembar observasi, daftar nilai siswa, dan foto-foto pelaksanaan tindakan penelitian.

(16)

3.7 Definisi Operasional

a. Model Numbered Head Together

Model pembelajaran Numbered Head Together merupakan model pembelajaran dengan teknik memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling

sharing ide-ide untuk mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.

Meningkatkan semangat kerjasama siswa. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semaua tingkatan usia anak didik.

b. Hasil Belajar IPA

Hasil belajar dapat diperoleh dari tes isian yang telah dikerjakan pada pertemuan paling akhir dari setiap siklus.

3.8 Rencana Tindakan

Berdasarkan alur PTK menurut Kemmis dan MC Taggart, terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

Keempat tahap di atas dijelaskan sebagai berikut: pertama, pada tahap perencanaan yang diperlukan adalah merencanakan desain pembelajaran dan model pembelajaran Numbered Head Together, selain itu merancang alat-alat peraga yang dapat mendukung berlangsungnya proses pembelajaran dengan menerapkan model Setelah itu di desain juga lembar pengamatan (observasi) yang nantinya akan digunakan sebagai salah satu alat ukur untuk melakukan analisis dan evaluasi bagi perencanaan berikutnya.

Kedua, setelah didesain perencanaan langkah berikutnya adalah melaksanakan perencanaan yang dibuat sekaligus mengamati proses pelaksanaan tersebut. Apakah pelaksanaan siklus ini telah sesuai dengan perencanaan yang dibuat, termasuk kendala-kendala apa yang dihadapi selama proses pelaksanaan.

Keempat yaitu melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus ini. Refleksi yang dimaksud untuk menganalisis dan mengevaluasi hal-hal yang belum direncanakan pada siklus I untuk selanjutnya dilakukan pada siklus II.

Rencana tindakan penelitian ini dilaksanakan pada siklus I dan siklus II dengan dikenai tindakan yang sama. Pelaksanaan akan dilakukan oleh pada bulan

(17)

Februari sampai Maret dan dilaksanakan dengan menggunakan desain Kemmis dan Taggart. Uraian keseluruhannya dapat dilihat pada paparan di bawah ini:

Siklus I

1. Perencanaan (Planning)

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

b. Mempersiapkan media yang akan digunakan dalam pembelajaran

c. Menyusun tes isian yang akan dilaksanakan diakhir pertemuan pada siklus I

d. Menyusun lembar observasi aktivitas guru dan siswa.

2. Pelaksanaan Tindakan (Acting) a. Kegiatan Awal

 Berdoa untuk memulai kegiatan pembelajaran

 Apersepsi, digunakan untuk mengantarkan pada materi dan guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

 Memberi motivasi kepada siswa agar tertarik dengan pembelajaran yang akan berlangsung.

 Menyampaikan tujuan dan kegiatan yang akan dilakukan. b. Kegiatan Inti

Eksplorasi

 Menyampaikan materi kepada siswa Elaborasi

 Menyampaikan langkah-langkah pembelajaran Numbered Head

Together.

 Membagi siswa kedalam beberapa kelompok yang berangotakan 5 orang.

 Secara berkelompok siswa berdiskusi untuk menemukan dan memecahkan permasalahan yang ada dari Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah disediakan oleh guru.

(18)

 Guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama untuk mengangkat menyiapkan jawaban

Konfirmasi

 Guru bersama siswa menyimpulkan dari semua jawaban setiap kelompok.

 Guru memberikan latihan soal evaluasi siklus I. c. Kegiatan Penutup

 guru membimbing siswa membuat kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari

 Mengajak siswa melakukan refleksi mengenai kegiatan yang telah dilakukan selama pembelajaran

 Menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya

 Mengakhiri pembelajaran. 3. Pengamatan (Observing)

Pada kegiatan ini peneliti melakukan pengamatan terhadap beberapa hal, sebagai berikut :

 Kegiatan guru saat pelaksanaan pembelajaran siklus I.  Keadaan kelas.

 Kemampuan guru dalam mengelola kelas saat pembelajaan berlangsung.

 Kegiatan yang dilakukan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran siklus I.

 Proses pembelajaran menggunakan model Numbered Head Together  Kemampuan guru dalam meningkatkan keterlibatan siswa agar aktif

dalam kegiatan belajar yang berlangsung.

 Keaktifan siswa selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran.  Hasil belajar peserta didik pada soal evaluasi yang diberikan pada

pembelajaran siklus I.

(19)

 Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dengan mengisi lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Lembar aktivitas guru berisi 20 indikator dan lembar aktivitas siswa berisi 17 indikator yang diisi oleh guru kelas IV.

4. Refleksi (Reflecting)

Pada tahap ini semua data yang terkumpul dianalisis. Kemudian melakukan analisis-analisis terhadap hasil pengamatan berupa temuan-temuan diantaranya kekurangan, kelemahan, dan hambatan selama proses pembelajaran menggunakan model Numbered Head Together dan mengevaluasi hasil belajar siswa pada siklus I sebagai masukan untuk siklus berikutnya.

Untuk mengetahui perubahan atas tindakan yang telah diberikan. Diadakan perbandingan antara hasil belajar IPA setelah diberi tindakan dengan hasil belajar IPA sebelum diberi tindakan untuk mengetahui apakah tindakan siklus I sudah dapat meningkatkan hasil belajar IPA kelas IV.

Dari hasil tersebut, diadakan tindak lanjut apabila tindakan yang telah dilakukan tidak menghasilkan perubahan yang dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Kelebihan akan dipertahankan dan kekurangan akan diperbaiki pada tindakan berikutnya.

Siklus II

1. Perencanaan (Planning)

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

b. Mempersiapkan media yang akan digunakan dalam pembelajaran

c. Menyusun tes isian yang akan dilaksanakan diakhir pertemuan pada siklus II.

d. Menyusun lembar observasi aktivitas guru dan siswa. 2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

 Kegiatan Awal

(20)

 Menyampaikan langkah-langkah pembelajaran Numbered Head

Together.

 Membagi siswa kedalam beberapa kelompok yang berangotakan 5 orang.

 Secara berkelompok siswa berdiskusi untuk menemukan dan memecahkan permasalahan yang ada dari Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah disediakan oleh guru.

 Hasil kerja kelompok atau diskusi kelompok dibahas bersama-sama  Guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan

nomor yang sama untuk mengangkat menyiapkan jawaban Konfirmasi

 Guru bersama siswa menyimpulkan dari semua jawaban setiap kelompok.

 Guru memberikan latihan soal evaluasi siklus II. d. Kegiatan Penutup

 guru membimbing siswa membuat kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari

 Mengajak siswa melakukan refleksi mengenai kegiatan yang telah dilakukan selama pembelajaran

 Mengakhiri pembelajaran. 3. Pengamatan (Observing)

Pada kegiatan ini peneliti melakukan pengamatan terhadap beberapa hal, sebagai berikut :

 Kegiatan guru saat pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II.  Keadaan kelas.

 Kemampuan guru dalam mengelola kelas saat pembelajaan berlangsung.

 Kegiatan yang dilakukan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran siklus II.

 Proses pembelajaran menggunakan metode Numbered Head

(21)

 Kemampuan guru dalam meningkatkan keterlibatan siswa agar aktif dalam kegiatan belajar yang berlangsung.

 Keaktifan siswa selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran.  Hasil belajar peserta didik pada soal evaluasi yang diberikan pada

pembelajaran siklus II.

 Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dengan mengisi lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Lembar aktivitas guru berisi 20 indikator dan lembar aktivitas siswa berisi 17 indikator yang diisi oleh guru kelas IV.

4. Refleksi (Reflecting)

Pada tahap ini seperti yang dilakukan pada refleksi siklus I, semua data yang terkumpul dianalisis. Kemudian melakukan analisis-analisis terhadap proses pembelajaran menggunakan model Numbered Head Together dan mengevaluasi hasil belajar siswa pada siklus II apakah pemberian tindakan siklus II mengalami perbaikan dengan cara membandingkan antara hasil belajar IPA setelah diberi tindakan siklus II dengan hasil belajar IPA pada siklus I untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan.

3.9 Teknik Analisi Data 3.9.1 Uji Validitas

Validitas instrumen digunakan untuk mengukur suatu instrumen tertentu valid atau tidak. Dasar pengambilan item yang valid berdasarkan kriteria Sugiyono (2009:445) dengan menggunakan taraf signifikan 5%. Pelaksanaan uji instrumen dilakukan di SD Negeri Kutowinangun 04 Salatiga dengan jumlah responden 31 siswa. Apabila jumlah responden (N) = 31, maka nilai rtabel = 0,339

dengan taraf signifikansi 5% (Sugiyono, 2009:445).

Validitas instrumen yang berupa butir soal dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan butir soal sehingga dapat digunakan sebagai instrumen dalam penelitian. Untuk mendapatkan data yang akan dimasukkan untuk mengukur validitas melalui program SPSS 16,0 for windows.

(22)

a. Validitas Butir Soal postest Siklus I

Dari 15 soal yang diujikan terdapat 13 butir soal yang dinyatakan valid dan 2 butir soal yang tidak valid karena memiliki koefisien corrected item-total correlation kurang dari 0,339. Hasil rekapitulasi uji cobabutirsoal siklus 1 dirangkum pada tabel 3.6

Tabel 3.8

Hasil Uji Validitas Soal Siklus I

Bentuk Instrumen Valid Tidak Valid

Pilihan Ganda 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 15

8, 14

Total 13 valid 2 tidak valid

b. Validitas Butir Soal Postest Siklus II

Dari 15 soal yang diujikan 14 butir soal dinyatakan valid karena memiliki koofesien corrected item-total correlation ≥0,339. Hasil rekapitulasi uji coba butir soal postest siklus II dirangkum dalam tabel berikut:

Tabel 3.9

Hasil Uji Validitas Soal Siklus II

Bentuk Instrumen Valid Tidak Valid

Pilihan Ganda 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15

8

Total 14 valid 1 tidak valid

3.9.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas instrumen digunakan untuk mengetahui tingkat keajegan instrumen dari variabel yang diukur. Pengukuran reliabilitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan pedoman dari Naniek (2012:346) kriteria untuk menentukan tingkat reliabilitas instrumen sebagai berikut:

(23)

0,80 – 1,00 : sangat reliabel <0,80 – 0,60 : reliabel <0,60 – 0,40 : cukup reliabel <0,40 – 0,20 : agak reliabel <0,20 : kurang reliabel

a. Reliabilitas Soal postest siklus I

Pada uji reliabilitas siklus 1 diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,797. Maka butir soal postest siklus 1 dapat digunakan sebagai instrumen dalam penelitian. Hasil uji reliabilitas siklus 1 dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 3.10

Hasil Uji Reliabilitas Soal Siklus I

Bentuk Instrumen Jumlah Item Soal Koefisien Reliabilitas

Pilihan Ganda 13 0,797

b. Reliabilitas Soal Siklus II

Pada uji reliabilitas siklus II diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,795. Maka butir soal postest siklus II dapat digunakan sebagai instrumen dalam penelitian. Hasil uji reliabilitas siklus Iidapat dilihat dalam tabel 3.11

Tabel 3.11

Hasil Uji Reliabilitas Soal Siklus II

Bentuk Instrumen Jumlah Item Soal Koefisien Reliabilitas

Pilihan Ganda 14 0,795

c. Tingkat Kesulitan Instrumen

Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawab soal, bukan dilihat dari sudut guru sebagai pembuat soal. Persoalan yang penting dalam melakukan analisis tingkat kesukaran soal adalah

(24)

penentuan proporsi dan kriteria soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar. Menurut Sudjana (1989:137) cara melakukan analisis untuk menentukan tingkat kesukaran soal adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut

I = indeks kesulitan untuk setiap butir soal.

B = banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal.

N = banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang dimaksudkan.

Kriteria yang digunakan adalah makin kecil indeks yang diperoleh, makin sulit soal tersebut. Sebaliknya, makin besar indeks yang diperoleh, makin mudah soaal tersebut. Kriteria indeks kesulitan soal adalah sebagai tersebut:

a. 0,0 – 0,30 = soal kategori sukar. b. O,31 – 0,70 = soal kategori sedang. c. 0,71 – 0,100 = soal kategori mudah.

d. Taraf Kesukaran Soal Postest Siklus I

Hasil analisis tingkat kesukaran butir soal postest siklus 1 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.12

Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Sikus I

Indeks Kesukaran Nomor soal

Mudah 3, 7, 9, 10, 13

Sedang 1, 2, 4, 5, 6, 8, 11, 12, 14

Sukar 15

(25)

e. Taraf Kesukaran Soal Postest Siklus II

Hasil analisis tingkat kesukaran butir soal postest siklus II dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.13

Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Sikus II

Indeks Kesukaran Nomor soal

Mudah 1, 4, 7, 9, 10, 12, 14

Sedang 2, 3, 5, 6, 8, 11, 13

Sukar 15

Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan kondisi awal, nilai tes setelah siklus I dan nilai tes setelah siklus II. Sedangkan untuk data kualitatif menggunakan analisis deskriptif berdasarkan hasil observasi kinerja guru dan aktivitas siswa dan refleksi dari tiap-tiap siklus.

3.10. Data Kuantitatif dan Kualitatif 3.10.1. Data Kuantitatif

Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa. Langkah pertama dalam proses pengolahan hasil belajar adalan pengskoran dari data mentah berdasarkan hasil belajar siswa (Arifin, 2012:221). Selanjutnya angka-angka hasil penilaian diubah menjadi nilai-nilai untuk mendapatkan gambaran jelas mengenai hasil belajar siswa.

Cara pemberian skor terhadap tes hasil belajar pada penelitian ini dengan memberikan skor pada soal bentuk pilihan ganda.

a. Penskoran soal bentuk pilihan ganda

Cara penskoran tes bentuk pilihan ganda menurut Arifin (2012:229) ada tiga macam yaitu: penskoran tanpa koreksi, penskoran ada koreksi, dan pengskoran dengan butir beda bobot. Peneliti menggunakan teknik penskoran tanpa koreksi yaitu penskoran dengan cara setiap butir soal yang dijawab benar mendapat nilai

(26)

satu (tergantung pada bobot butir soal). Skor peserta didik diperoleh dengan cara menghitung banyaknya butir soal yang dijawab benar dengan menggunakan rumus:

Keterangan : B = jumlah jawaban benar N = jumlah soal

Skala = 0-100

KKM yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah sebesar 70, sehingga berdasarkan perbandingan nilai KKM dan tes evaluasi hasil belajar IPA dapat diketahui bahwa siswa telah tuntas atau belum tuntas dalam pembelajaran IPA. b. Menghitung rata-rata hasil belajar menggunakan rumus:

keterangan : X = rata-rata (mean). ∑X = jumlah seluruh skor. N = banyaknya subjek.

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar secara klasikal adalah sebagai berikut:

Keterangan:

KB = ketuntasan belajar

NS = jumlah siswa yang diatas KKM (nilai ≥ 70) N = jumlah siswa

Skor =

X 100 (Arifin, 2012:229)

X =

(Sudjana, 2005:109)

(27)

Berdasarkan nilai persentase yang diperoleh, ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaran Numbered Head Together dapat digolongkan menjadi lima kriteria. Kriteria ketuntasan belajar secara klasikal adalah sebagai berikut:

Tabel 3.14

Kriteria Ketuntasan Belajar Klasikal

(%) Nilai huruf Bobot Kualifikasi

90% - 100% A 4 Sangat baik 80% - 89% B 3 Baik 70% - 79% C 2 Cukup 60% - 69% D 1 Kurang >59% E 0 Kurang sekali Sumber: Arifin 2012:236 3.10.2. Data Kualitatif

Data kualitatif berupa data hasil observasi terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Pengolahan data hasil observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa selama pelaksanaan siklus I dan pelaksanaan siklus II dengan menghitung persentase jumlah pencapaian skor minimal secara klasikal. Rumus persentase hasil observasi guru dan siswa adalah sebagai berikut:

Keterangan : skala yang digunakan 0-100 (%)

Setelah dinilai kemudian dikonversikan pada skala huruf (A-B-C-D-E) dengan skala 5 rentang 10. Konversi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Nilai =

(28)

Tabel 3.15

Kriteria konversi Nilai Hasil Observasi Klasikal Aktivitas guru dan Aktivitas Siswa

(%) Nilai huruf Bobot Kualifikasi

90% - 100% A 4 Sangat baik 80% - 89% B 3 Baik 70% - 79% C 2 Cukup 60% - 69% D 1 Kurang >59% E 0 Kurang sekali Sumber: Arifin 2012:236 3.11 Indikator Kinerja

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penelitian ini dapat dilihat degan indikator sebagai berikut :

Indikator keberhasilan belajar dalam penelitian tindakan kelas ini adalah apabila peserta didik yang nilainya tuntas belajar sudah lebih dari atau sama dengan 90%. Peserta didik dikatakan mencapai tuntas belajar kognitif apabila peserta didik mampu menguasai kompetensi atau tujuan pembelajaran yang mengacu pada KKM yang telah ditetapkan sekolah, yaitu 70.

Gambar

Gambar 3.1 tahapan pelaksanaan PTK  Sumber: Suharsimi Arikunto (2012:16)  Tahap 1: Menyusun rancangan tindakan (planning)
Tabel 3.1  Kisi-kisi Soal IPA Siklus I
Tabel 3.2  Kisi-kisi Soal IPA Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Pada waktu dan tempat tersebut diatas, berawal saat terdakwa MULYADI mengemudikan 1 (satu) unit mobil penumpang CV Sabrina Sejahtera warna putih dengan Nomor

Dalam Peraturan Menteri tersebut, Pemagangan diartikan sebagai bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan di lembaga pelatihan

Public Relations mempunyai peran tersendiri dalam fungsinya (Ruslan. Sebagai komunikator atau penghubung antara organisasi atau lembaga yang diwakili dengan

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Standar Akuntansi

Kekurangannya adalah telepon seluler yang dapat digunakan hanya yang mendukung aplikasi java kemudian kekurangan lainnya adalah data mengenai identitas burung

Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa isolat Rhizobakteri mangrove yang berhasil diisolasi dari akar tanaman mangrove Pulau Bira Kepulauan Seribu sebanyak

Terlaksananya Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) untuk mendukung Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME) yang telah banyak melampaui Standar Nasional Pendidikan Tinggi..

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Implementasi kebijakan program PDPM dari hasil olahan wawancara dan