• Tidak ada hasil yang ditemukan

RIWAYAT HIDUP PENULIS Nama : Moh. Fadly Abdullah Ayah : Abdullah Abubakar Ibu : Maisun Bakri Tempat, Tanggal Lahir : Gorontalo, 16 Agustus 1998 Agama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RIWAYAT HIDUP PENULIS Nama : Moh. Fadly Abdullah Ayah : Abdullah Abubakar Ibu : Maisun Bakri Tempat, Tanggal Lahir : Gorontalo, 16 Agustus 1998 Agama"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Moh. Fadly Abdullah

Ayah : Abdullah Abubakar

Ibu : Maisun Bakri

Tempat, Tanggal Lahir : Gorontalo, 16 Agustus 1998

Agama : Islam

Alamat : Cendana Residence Blok B6, Jalan Beringin, Gowa Nomor Telepon/HP : 082187569259

(7)

RIWAYAT PENDIDIKAN

• SD Negeri 30 Gorontalo (2004-2010)

• SMP Negeri 1 Gorontalo (2010-2013)

• SMA Negeri 3 Gorontalo (2013-2016)

• Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Makassar (2016-Sekarang)

RIWAYAT ORGANISASI

• Executive Member Publication and Promotion AMSA-Unismuh 2017/2018

• Executive Board Publication and Promotion AMSA-Unismuh 2018/2019 • Anggota Divisi Publishing of Medicine MARC FK Unismuh 2018/2019 • Anggota Departemen PIP BEM FK Unismuh 2018/2019

• Sekretaris Asisten Dosen Departemen Fisiologi FK Unismuh 2018/2019 • Anggota Asisten Dosen Departemen Fisiologi FK Unismuh 2019/2020 • Project Officer Ar-Razi Competition 2019 Tingkat Nasional

(8)

i FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR Penelitian, 20 Februari 2020 Moh. Fadly Abdullah, dr. Ami Febriza, M. Kes

1Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Makassar Angkatan 2016/ email [email protected]

2Pembimbing

“UJI SENSITIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN BIDARA (Ziziphus mauritiana) SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP Vibrio cholera” (xii + 42 Halaman + 1 Tabel + 4 Gambar + 1 Lampiran)

ABSTRAK

Latar Belakang: Penyakit diare adalah masalah kesehatan masyarakat yang parah dan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada bayi dan anak-anak. Salah satu jenis diare yang dapat terjadi akibat kontaminasi pada air yaitu diare berair atau kolera yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae. Di Indonesia, pengobatan dengan menggunakan cara tradisional seperti daun masih sangat terkenal di masyarakat, salah satunya yaitu daun bidara (Z. Mauritiana). Pada sebuah penelitian, ditemukan ekstrak etanol daun bidara (Z. Mauritiana) memiliki konstituen fitokimia termasuk tanin, saponin, dan flavonoid yang bersifat sebagai antioksidant dan antibakteri

Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui sensitivitas ekstrak etanol daun bidara dengan konsentrasi 2,5%, 5%, dan 10% (Ziziphus mauritiana) sebagai antibakteri terhadap Vibrio cholerae.

Metode Penelitian: Merupakan penelitian true experimental. Sampel yang digunakan adalah ekstrak daun bidara Ziziphus mauritiana dan bakteri Vibrio. cholerae.

Hasil: Hasil penelitian menunjukan tidak terdapat sensitivitas ekstrak daun bidara Ziziphus mauritiana dengan konsentrasi 2,5%, 5%, 10%. Didapatkan hasil rata-rata pengukuran dari masing-masing konsentrasi yaitu 6 mm dalam 5 replikasi. Sementara kontrol positif yang menggunakan eritromisin 500 mg didapatkan yaitu

23,48 mm dan kontrol negatif DMSO 10% yaitu tidak ada pengaruh. Berdasarkan

klasifikasi Greenwood, hasil pengukuran diameter zona bening tersebut diklasifikasikan dalam kategori tidak memiliki sensitifitas dalam menghambat pertumbuhan bakteri Vibrio cholerae.

Kesimpulan: Ekstrak etanol daun bidara (Ziziphus mauritiana) dengan konsentrasi 2,5%, 5%, 10% tidak memiliki kemampuan sebagai antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Vibrio. Cholerae.

Kata Kunci: Ziziphus mauritiana, Vibrio cholerae, Kolera

(9)

ii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR Research, February 20th 2020 Moh. Fadly Abdullah, dr. Ami Febriza, M. Kes

1Students of the Medical and Health Sciences Faculty at Universitas Muhammadiyah Makassar batch 2016/ email [email protected]

2Mentor

“SENSITIVITY TEST OF ETHANOL EXTRACT IN BIDARA LEAVES (Ziziphus mauritiana) AS ANTIBACTERIAL AGENTS AGAINST Vibrio cholerae”

(xii + 42 Pages + 1 Tables + 4 Images + 1 Appendix) ABSTRACT

Background: Diarrheal disease is a severe public health problem and is a major cause of morbidity and mortality in infants and children. One type of diarrhea that can occur due to contamination in water is watery or cholera diarrhea caused by Vibrio cholera. In Indonesia, treatment using traditional methods such as leaves is still very popular in the community, one of which is the bidara leaves (Z. Mauritiana). In a study, ethanol extract of bidara leaves (Z. Mauritiana) was found to have phytochemical constituents including tannins, saponins, and flavonoids which are antioxidant and antibacterial.

Objective: To determine the sensitivity test of ethanol extract in bidara leaves (Ziziphus mauritiana) with concentration 2.5%, 5%, and 10% as an antibacterial against Vibrio cholerae.

Methods: Is a true experimental study. The sample used was extract in bidara leaves (Ziziphus mauritiana) and Vibrio cholerae.

Result: The result showed that there was no sensitivity of extract in bidara leaves (Ziziphus mauritiana) with concentration 2.5%, 5%, and 10% . From the average results of measurements of each concentration is 6 mm in 5 replications. While

positive control using eritromisin 500 mg was found to be 23,48 mm and negative

control of DMSO 10% was no effect. Based on the Greenwood classification, the

results of the diameter measurement of the clear zone are classified as having no sensitivity in inhibiting the growth of Vibrio cholerae.

Conclusion: Ethanol extract in bidara leaves (Ziziphus mauritiana) with concentration 2.5%, 5%, and 10% doesn’t have ability as an antibacterial that can inhibit thr growth of Vibrio cholerae

(10)

iii KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa tercurahkan atas segala limpahan rahmat dan nikmat-Nya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, karena beliaulah sebagai suritauladan yang membimbing manusia menuju surga. Alhamdulillah berkat hidayah dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Uji sensitivitas ekstrak etanol daun bidara (Ziziphus mauritiana) sebagai antibakteri terhadap Vibrio cholerae”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran dari Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua penulis, aba Abdullah Abubakar dan umi Maisun Bakri yang senantiasa sabar dan selalu memberikan motivasi serta tidak henti-hentinya memanjatkan doa sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Serta saudara kandung penulis, kak Syafruddin, kak Mawardi, dan Fahreza yang juga selalu mendoakan dan mendukung saya.

Selanjutnya penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk memperoleh ilmu pengetahuan di Universitas Muhammadiyah Makassar.

(11)

iv Ayahanda dr.H.Machmud Gaznawi, Sp.PA(K) yang telah memberikan sarana dan prasarana sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini dengan baik.

3. Secara khusus penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada dr. Ami Febriza, M. Kes selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan koreksi selama proses penyusunan skripsi ini hingga selesai 4. dr. Shelli Faradiana, Sp.A., M.Kes selaku penguji skripsi saya yang telah

banyak memberikan saran dan masukan selama proses penelitian mulai proposal, hasil, dan ujian tutup.

5. Ustadz Dr. H. Darwis Muhdina, M.Ag selaku penguji AIK Saya yang telah banyak memberikan masukan terkait nilai-nilai keislaman dalam menyelesaikan penelitian ini.

6. dr. Samsani selaku pembimbing akademik saya yang telah memberikan semangat dan motivasi selama proses perkuliahan dan dalam menyelesaikan penelitian ini.

7. Seluruh dosen dan staf di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

8. Teman-teman bimbingan skripsi, Sri Ayu, Mutmainnah, Yusqadri yang senantiasa memberikan semangat dalam menyelesaikan penelitian ini. 9. Teman-teman sejawat angkatan 2016 Rauvolfia yang selalu mendukung dan

(12)

v 10. Sahabatku yang selalu membantu dan mendukung saya selama proses

penelitian ini, Yuniar putri palilati

11. Sahabat-sahabatku dari SMA, Yayat, Dino, Pricilia, Novia, dan Anisya yang selalu memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini. 12. Sahabat-sahabat dekatku sekaligus teman belajar setiap blok selama berada

di Fakultas Kedokteran sampai sekarang, Endah, Kina, Haeras, Junaidi, Yayu, Ima, Indah, Ningrum, Fida, Rina, Reza, Wulan, Mutia yang selalu membantu memberikan saran dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari yang diharapkan oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis akan senang dalam menerima kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Namun penulis berharap semoga tetap dapat memberikan manfaat pada pembaca, masyarakat dan penulis lain. Akhir kata, saya berharap Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu.

Makassar, Februari 2020

(13)

vi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING PERNYATAAN PERSETUJUAN PENGUJI PERNYATAAN PENGESAHAN

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT RIWAYAT HIDUP ABSTRAK...i ABSTRACT...ii KATA PENGANTAR...iii DAFTAR ISI...vi DAFTAR SINGKATAN...ix DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR TABEL...xi DAFTAR LAMPIRAN...xii BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah...5

C. Tujuan Penelitian...5

1. Tujuan Umum...5

2. Tujuan Khusus...5

D. Manfaat Peneltian...6

(14)

vii

A. Vibrio cholerae dan Penyakit Kolera………...7

B. Vibrio cholerae………...10

C. Daun Bidara (Ziziphus mauritiana)………...12

1. Taksonomi Bidara...13

2. Morfologi Bidara...13

3. Manfaat Bidara...15

D. Senyawa Aktif Daun Bidara (Ziziphus mauritiana) Sebagai Agen Antibakteri………...16

E. Tinjauan Keislaman...17

F. Kerangka Teori...19

BAB III KERANGKA KONSEP...20

A. Konsep Pemikiran...20

B. Definisi Operasional...20

C. Hipotesis...21

BAB IV METODE PENELITIAN...22

A. Desain Penelitian...22

B. Lokasi dan Waktu Penelitian...22

C. Sampel Penelitian...22

1. Kriteria Inklusi...24

2. Kriteria Eksklusi...24

D. Alat dan Bahan...24

1. Alat...24

(15)

viii

E. Alur Penelitian...25

F. Prosedur Kerja...26

1. Persiapan Sampel...26

2. Pengolahan Sampel...26

3. Ekstraksi Sampel Penelitian...26

4. Sterilisasi Alat...26

5. Pengenceran...27

6. Persiapan Bakteri Uji...27

7. Pengukuran Zona Hambat...27

BAB V HASIL PENELITIAN...28

BAB VI PEMBAHASAN PENELITIAN...29

A. Ekstraksi…...29

B. Uji Aktivitas Antibakteri.…... ...29

C. Keterbatasan Penelitian...39

BAB VII PENUTUP...40

A. Kesimpulan...40

B. Saran...40

Daftar Pustaka...41 LAMPIRAN

(16)

ix DAFTAR SINGKATAN

CFR : Case Fatality Rate DMSO : Dymethil sulfoxide IR : Incidence Rate KLB : Kejadian Luar Biasa MHA : Muller-Hinton Agar ORT : Oral Rehidration Therapy RDT : Rapid Diagnostic Test

TCBS : Thiosulfate-citrate-bile salts-sucrose agar WHO : World Health Organization

(17)

x DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Daun Bidara (Ziziphus mauritiana)...13

Gambat II.2 Kerangka Teori ……….…….19

Gambar III.1. Konsep Pemikiran...20

(18)

xi DAFTAR TABEL

Tabel V.I Hasil Diameter zona hambat daun bidara (Ziziphus mauritiana)

(19)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit diare adalah masalah kesehatan masyarakat yang parah dan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada bayi dan anak-anak. Negara berpenghasilan rendah dan menengah di Afrika, Asia dan Amerika Latin adalah daerah yang paling sering terkena penyakit diare dengan komplikasi tersering yaitu kematian, terutama karena kondisi hidup yang buruk (pasokan air yang tidak memadai, kebersihan, sanitasi lingkungan yang buruk, dan tidak adanya pendidikan) (1). Di Indonesia, penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %.) (2).

(21)

2 Salah satu jenis diare yang dapat terjadi akibat kontaminasi pada air yaitu diare berair atau kolera yang disebabkan oleh bakteri V. cholerae. Bakteri V. cholerae dapat ditemukan di lingkungan sekitar seperti air sungai, air laut, air sumur, air penampungan, bahkan di hewan-hewan air yang biasa dikonsumsi manusia (3). Infeksi V. cholerae menimbulkan gejala seperti diare encer yang berlebihan tanpa disertai demam atau sakit perut, warna feses yang seperti cucian air beras, dan pada awal perjalanan penyakit sering menimbulkan mual dan muntah (4).

Di Indonesia, pengobatan dengan menggunakan daun sebagai pengobatan tradisional masih menyatu kuat dengan masyarakat untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan yang dialami, salah satunya adalah pengobatan dengan menggunakan daun bidara.

Bidara atau nama latinnya Ziziphus mauritiana adalah pohon tropis milik keluarga Rhamnaceae. Pohon bidara merupakan pohon kecil setinggi 15 m, dengan diameter batang 40 cm atau lebih, yang bersemak duri serta berwarna hijau. Buahnya bervariasi bentuk dan ukurannya, tergantung varietasnya. Bidara juga merupakan salah satu obat herbal yang efektif. Pada kedokteran China, diresepkan untuk memperkuat fungsi hati serta sebagai profilaksis, diuretik, emolien, dan ekspektoran (5).

Pada sebuah penelitian, ditemukan ekstrak etanol kasar daun Z. mauritiana memiliki konstituen fitokimia termasuk tanin, saponin, steroid, dan flavonoid yang bersifat sebagai antioksidant dan antibakteri. Mekanisme

(22)

3 saponin sebagai antibakteri adalah untuk mengurangi tegangan permukaan yang menyebabkan peningkatan permeabilitas atau kerusakan sel, sehingga senyawa intraseluler bakteri akan keluar . Senyawa ini berdifusi melalui membran luar dan dinding sel, kemudian mengikat ke membran sitoplasma dan mengurangi stabilitas. Hal ini menyebabkan sitoplasma bocor keluar dari sel yang menyebabkan kematian sel. Saponin bekerja sebagai antimikroba karena senyawa saponin dapat melakukan mekanisme penghambatan dengan membentuk senyawa kompleks dengan membran sel melalui ikatan hidrogen, untuk menghancurkan sifat permeabilitas dinding sel bakteri dan menyebabkan kematian sel bakteri (6).

Dibuktikan bahwa ekstrak etanol daun Z.mauritiana terhadap S. aureus dengan konsentrasi optimal pada 40% yang menunjukkan aktivitas antibakteri yaitu 1,68 ± 0,03 mm. Sedangkan ekstrak daun Z. mauritania tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan E.coli (6).

Allah SWT berfirman dalam Al-Quran QS Asy-Syura ayat 7 :

ٍمي ِرَك ٍج ْو َز ِ لُك ْنِم اَهيِف اَنْتَبْنَأ ْمَك ِض ْرَ ْلْا ىَلِإ ا ْو َرَي ْمَل َوَأ

a wa lam yarau ilal-arḍi kam ambatnā fīhā ming kulli zaujing karīm Terjemahan :

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?”

(23)

4 Dalam ayat di atas, dapat ditarik makna bahwa segala penciptaan Allah SWT di muka bumi ini tidak ada yang tidak memiliki manfaat. Salah satunya adalah tumbuhan yang dapat dimanfaatkan salah satunya sebagai obat herbal untuk menyembuhkan penyakit.

Selain itu, pohon bidara disebutkan secara spesifik dalam salah satu ayat di Al-Quran QS Saba’ ayat 16 :

fa a'raḍụ fa arsalnā 'alaihim sailal-'arimi wa baddalnāhum bijannataihim jannataini żawātai ukulin khamṭiw wa aṡliw wa syai`im min sidring qalīl Terjemahan :

“Maka mereka berpaling ingkar, lalu Kami hantarkan kepada mereka banjir yang membinasakan, dan Kami gantikan dua kumpulan kebun mereka (yang subur) itu dengan dua kumpulan kebun yang berisi dengan pohon-pohon yang pahit buahnya, dan pohon-pohon yang jarang berbuah, serta sedikit pohon-pohon bidara”

Berdasarkan gagasan di atas, maka rancangan penelitian yang akan dilakukan yaitu untuk menguji sensitifitas ekstrak etanol daun bidara (Ziziphus mauritiana) sebagai anti bakteri terhadap Vibrio cholerae. Sehingga penggunaan daun bidara (Ziziphus mauritiana) sebagai tanaman obat terutama untuk kolera dapat bermanfaat.

ِم ِرَعْلا َلْيَس ْمِهْيَلَع اَنْلَس ْرَأَف اوُض َرْعَأَف

ْمِهْيَتَّنَجِب ْمُهاَنْلَّدَب َو

(24)

5 B. Rumusan Masalah

Apakah ekstrak etanol daun bidara (Ziziphus mauritiana) dengan konsentrasi 2,5%, 5%, dan 10% memiliki aktivitas antibakteri terhadap Vibrio cholerae?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sensitivitas ekstrak etanol daun bidara (Ziziphus mauritiana) dengan konsentrasi 2,5%, 5%, dan 10% sebagai antibakteri terhadap Vibrio cholerae.

2. Tujuan Khusus

a. Mengukur sensitivitas ekstrak etanol daun bidara (Ziziphus mauritiana) dengan konsentrasi 2,5%, 5%, dan 10% terhadap bakteri Vibrio cholerae. b. Menilai konsentrasi 2,5%, 5%, dan 10% ekstrak etanol daun bidara

(Ziziphus mauritiana) yang sensitif dan resisten terhadap bakteri Vibrio cholerae.

c. Sebagai uji pendahuluan penelitian terkait sensitivitas ekstrak etanol daun bidara (Ziziphus mauritiana) dengan konsentrasi 2,5%, 5%, dan 10% sebagai antibakteri terhadap Vibrio cholerae.

(25)

6 D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

a. Mengimplementasikan ilmu mikrobiologi terkait bakteri Vibrio cholerae yang selama ini didapatkan

b. Menambah pengetahuan mengenai tanaman herbal 2. Bagi Universitas

a. Menambah referensi pengetahuan di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar mengenai tanaman herbal dalam hal ini daun Bidara b. Menambah pengetahuan tentang mikrobiologi dalam hal ini bakteri Vibrio

cholerae

3. Bagi masyarakat

a. Menambah pengetahuan masyarakat bahwa daun bidara dapat digunakan untuk penyakit medis seperti diare, selain untuk pengobatan ruqyah

(26)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Vibrio cholerae dan Penyakit Kolera

Kolera adalah penyakit diare yang disebabkan oleh serogrup toksigenik dari bakteri Vibrio cholerae, yang dapat menyebabkan dehidrasi dan kematian yang cepat. Kolera berkaitan erat dengan kemiskinan, sanitasi yang buruk, dan kurangnya air minum bersih. Dengan demikian, jumlah kasus kolera di Afrika dan Asia selatan, terhitung sekitar 99% dari kasus di seluruh dunia. Kolera dapat bersifat endemik dan menyebabkan epidemi. Bakteri kolera disebarkan melalui kontaminasi langsung tinja-oral atau menelan air atau makanan yang terkontaminasi. Masa inkubasi kurang dari 24 jam hingga 5 hari. Hanya 25% dari orang yang terinfeksi menimbulkan gejala, 10-20% mengalami penyakit diare sekretorik kronis yang bermanifestasi sebagai diare berair akut (banyak sekali), biasanya dengan muntah. Hal ini menyebabkan dehidrasi cepat, yang dapat menyebabkan syok hipotensi, gagal ginjal, dan kematian dalam beberapa jam setelah onset (12).

Waspada kolera didefinisikan dengan mendeteksi salah satu dari berikut:

• dua atau lebih orang ≥ 2 tahun yang berhubungan dengan waktu dan tempat (dari daerah yang sama dalam satu minggu

(27)

8 satu sama lain) dengan diare berair akut dan dehidrasi parah, atau meninggal akibat diare berair akut

• satu kematian akibat diare berair akut yang parah pada seseorang ≥ 5 tahun

• satu kasus diare akut berair yang positif kolera dengan uji diagnostik cepat (RDT) di daerah yang belum pernah terdeteksi kasus kolera.

Kebanyakan orang dengan kolera tidak menunjukkan gejala dan dari mereka yang mengalami gejala, 80% mengalami diare ringan yang sulit dibedakan dengan yang disebabkan oleh patogen lain, seperti virus. Namun, orang yang terinfeksi V. cholerae, dapat menyebarkannya ke orang lain. Kolera berat (kolera gravis), terjadi kurang dari 10% kasus, ditandai oleh :

• Timbulnya diare encer - diare ini 'berwarna jerami' dengan flek lendir dan sering digambarkan menyerupai air beras • Muntah

• Dehidrasi Berat • Kram Kaki

Ketika tubuh kehilangan cairan, darah dalam tubuh akan mengental dan kulit menjadi berwarna biru keabuan. Pasien juga mulai merasa lesu berlebihan, kurang kesadaran, kebingungan dan terkadang demam. Dehidrasi yang cepat ini, sebanyak 1 liter cairan dapat hilang setiap jam - yang dapat berakibat fatal dalam waktu 24 jam setelah terserang penyakit.

(28)

9 Pada anak-anak, kehilangan cairan yang cepat dapat menyebabkan ketidakseimbangan natrium yang parah, yang dapat menyebabkan kejang dan henti jantung. Tingkat kematian dalam kasus yang tidak diobati bisa setinggi 30-50%. Jika pasien diberikan terapi rehidrasi, maka angka kematiannya di bawah 1% (13).

Banyak penyakit yang dapat menyebabkan diare. Namun, produksi feses encer yang keseringan membutuhkan perawatan yang lebih cepat karena risiko dehidrasi yang tinggi. Melihat sampel tinja di bawah mikroskop dapat membantu praktisi medis membuat diagnosis. Metode kultur konvensional adalah gold standar untuk diagnosis V. cholerae. Sampel tinja atau apusan rektal pada TCBS (garam empedu tiosulfat sitrat) agar akan menunjukkan koloni V. Cholerae yang tampak kuning (karena memfermentasi glukosa). Koloni yang dicurigai kemudian akan dipilih untuk analisis lebih lanjut dengan uji biokimia dan serologis seperti slide aglutinasi (13).

Pengobatan kolera fokus pada penggantian cairan tubuh karena air yang tidak mudah diserap oleh tubuh. World Health Organization (WHO) merekomendasikan air bersih dan garam-garam rehidrasi untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit. Terapi rehidrasi oral (ORT) menggunakan garam rehidrasi, yang sudah tersedia di apotek. ORT telah digunakan cukup lama dalam pengobatan kolera dan, jika digunakan dengan benar, dapat mengurangi kejadian rawat inap dan kematian (13). Antibiotik tidak dapat digunakan sebagai pengobatan tunggal untuk penyakit ini,

(29)

10 namun ada keuntungan untuk menggabungkan terapi rehidrasi oral (ORT) dengan pengobatan antibiotik. Antibiotik diberikan untuk mengurangi lamanya penyakit sekitar 50% dan untuk mengurangi pelepasan V. choleraein di feses (Greenoughet al., 1964; Lindenbaumet al., 1967; Pierceet al., 1968). Antibiotik mengurangi keparahan gejala dengan mengurangi volume diare, dan jumlah cairan yang diperlukan untuk mempertahankan hidrasi (Greenoughet al., 1964; Lindenbaumet al., 1967; Pierceet al., 1968) (14).

Sayangnya, beberapa penelitian mengatakan bahwa beberapa strain genus Vibrio mengalami resistensi antimikroba, salah satunya yaitu bakteri V. cholerae. Dari 72 strain yang diuji, 70 resisten terhadap ampisilin (97,2%), 60 terhadap gentamisin (83,3%) dan 56 terhadap penisilin (77,7%). Hal ini kemudia mendorong para peneliti untuk melakukan penelitian terkait resistensinya dan pengobatan alternative yang bisa diberikan pada penderita kolera yang mengalami resistensi antibiotik (15). B. Vibrio Cholerae

Vibrio cholerae (V. cholerae) adalah keluarga Vibrionaceae, anaerob fakultatif dengan flagel yang digunakan untuk bergerak. Termasuk jenis gram-negatif, berbentuk batang kacang, dan oksidase positif, tetapi tidak membentuk spora. Bakteri ini dapat tumbuh maksimum dalam kondisi aerob, meskipun mereka adalah organisme fakultatif. V. cholera bisa bertahan dengan baik dalam media alkali tetapi dapat hancur dalam kondisi apa pun di bawah pH 6 dan dapat biasanya ditemukan di habitat akuatik (air

(30)

11 tawar, air asin atau air payau) atau di usus, muntah dan tinja inang manusia (8).

Bakteri ini dibedakan secara serologis pada antigen O dari lipopolisakarida menjadi kolera vibrio (patogen) dan varian noncholera vibrio (non-patogen). Strain penghasil toksin kolera, serogrup O1 dan O139, menyebabkan penyakit kolera (diare enterik manusia akut), sedangkan kelompok O1 / O139 yang non-toksigenik menyebabkan non-epidemi diare periodik, infeksi luka, gastroenteritis, septikemia dan infeksi kulit (8).

Meskipun semua strain Vibrio ada di lingkungan akuatik, strain non-toksigenik lebih dominan di lingkungan biasa. Dalam habitat akuatiknya, bakteri ini ditemukan sebagian besar menempel pada exoskeleton dari fitoplankton dan zooplankton untuk meningkatkan adaptasinya terhadap habitat air. Bakteri ini harus dimodifikasi agar sesuai dengan kedua lingkungan (habitat akuatik atau dalam usus inang manusia (8).

Infeksi akibat Vibrio cholerae terjadi saat menelan air atau makanan yang terkontaminasi. Setelah melewati barrier asam lambung, organisme ini akan mengkolonisasi epitel usus kecil melalui pili yang diatur toksin-co (Taylor et al., 1987) dan kemungkinan faktor kolonisasi lainnya seperti haemagglutinin yang berbeda, faktor kolonisasi aksesori dan pilus inti yang disandikan, yang semuanya dianggap memainkan peran penting. Enterotoksin kolera yang dihasilkan oleh vibrios yang melekat, akan disekresikan melalui membran luar bakteri ke dalam lingkungan ekstraseluler dan mengganggu transportasi ion oleh sel-sel epitel usus.

(31)

12 Sehingga menyebabkan air dan elektrolit yang tidak di absrobsi dengan baik. Hilangnya air dan elektrolit secara terus menerus ini akan menyebabkan terjadinya diare kronis (9).

C. Daun Bidara (Ziziphus mauritiana)

Bidara (Ziziphus mauritiana), juga dikenal sebagai Apel Cina, Jujube, Prem India dan Masau, adalah spesies pohon buah tropis milik keluarga Rhamnaceae. Spesies ini diyakini berasal dari wilayah Indo-Malaysia di Asia Tenggara. Saat ini secara luas dinaturalisasi di seluruh dunia dari Afrika Selatan melalui Timur Tengah ke anak benua seperti India, Cina, Indomalaya, Australia, dan Kepulauan Pasifik. Di Indonesia, tanaman ini tumbuh liar di seluruh Jawa dan Bali pada ketinggian di bawah 400 meter dari permukaan laut. Tanaman ini bertahan dengan suhu ekstrem dan tumbuh subur di bawah kondisi yang agak kering dengan curah hujan tahunan antara 6 hingga 88,5 inci (15-225 cm) (7).

(32)

13 Gambar II.1 Daun Bidara (Ziziphus mauritiana)

Sumber : (Palejkar CJ, Palejkar JH, Patel AJ, Patel MA. 2015)

1. Taksonomi Bidara (Ziziphus mauritiana)

Berikut adalah taksonomi dari tumbuhan bidara (5). Kingdom : Plantae Divisio : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Ordo : Rosales Famili : Rhamnaceae Tribe : Paliurea Genus : Ziziphus Species : Z. mauritiana

2. Morfologi Bidara (Ziziphus mauritiana)

Bidara (Ziziphus mauritiana) adalah pohon berukuran sedang yang tumbuh dengan kuat dan memiliki akar tunggang yang berkembang cepat, yang diperlukan untuk kondisi adaptasi terhadap kekeringan.

(33)

14 Tinggi spesies ini sangat bervariasi, mulai dari semak lebat setinggi 1,5 hingga 2 m, hingga pohon setinggi 10 hingga 12 m dengan diameter batang sekitar 30 cm. Pohon bidara dapat menyebar luas, dengan cabang berduri, cabang zigzag, tanpa duri, atau dengan duri pendek yang tajam lurus berbentuk seperti kait (7).

Daunnya beragam bentuk, ada yang berbentuk bulat seperti telur dan lonjong berbentuk elips dengan ujung bulat. Panjang daun sekitar 2,5 - 3,2 cm dan lebar 1,8 - 3,8 cm, memiliki gigi halus di pinggirnya. Warnanya hijau tua dan mengkilap di sisi atas dan hijau pucat hingga abu-abu di sisi bawah. Perbedaan warna ini tergantung pada iklim. Bunganya berukuran kecil dan memiliki 5 kelopak, serta berwarna putih atau putih kehijauan. Untuk buahnya biasa berwarna oranye sampai coklat dengan panjang 2-3 cm (7).

Pohon bidara ini mulai menghasilkan buah dalam waktu tiga tahun. Buahnya lembut, berair, berbiji dengan diameter 2,5 cm, namun dengan budidaya yang canggih, buah ini memiliki ukuran panjang 6,25 cm dan lebar 4,5 cm. Bentuknya bisa oval, bulat, atau lonjong. Kulit buahnya bisa halus atau kasar, mengkilap, tipis tetapi keras. Awalnya berwarna hijau, lalu menguning saat matang. Buah yang mencapai tingkat kematangan maksimal akan berwarna merah, tekstur yang lembut, berair, serta memiliki aroma yang sedap seperti apel (7).

(34)

15 3. Manfaat Bidara (Ziziphus mauritiana)

Bidara sangat bermanfaat dengan buahnya yang lezat dan efektif dalam pengobatan herbal. Dapat membantu menambah berat badan, meningkatkan kekuatan otot dan meningkatkan stamina. Dalam pengobatan Cina, biasa diresepkan untuk memperkuat fungsi hati. Biasanya juga digunakan sebagai penangkal racun, diuretik, emolien dan ekspektoran.

Daunnya digunakan sebagai obat penurun panas, juga untuk melebatkan pertumbuhan rambut. Buah bidara yang kering dapat digunakan sebagai anti nyeri, anti kanker, obat penenang, sakit perut. Juga dianggap dapat membersihkan darah dan membantu pencernaan. Selain itu digunakan secara internal untuk mengobati kelelahan yang kronis, kehilangan nafsu makan, diare, anemia, gangguan kecemasan. Benihnya digunakan untuk hipnosis, narkotika, obat penenang, sakit perut dan tonik. Juga digunakan secara internal dalam mengobati palpitasi, insomnia, kelemahan saraf, keringat malam. Akarnya digunakan dalam pengobatan dispepsia dan demam. Akar juga dapat dibuat menjadi bubuk dan dioleskan pada luka atau bisul (5).

(35)

16 D. Senyawa Aktif Daun Bidara (Ziziphus mauritiana) Sebagai Agen

Antibakteri

Hasil skrining fitokimia ekstrak etanol daun Z.mauritiana menunjukkan bahwa ekstrak Z. mauritiana mengandung metabolit sekunder seperti saponin, flavonoid, tannin, steroid. Dimana metabolit sekunder ini memiliki sifat antioksidan dan antibakteri. Mekanisme saponin sebagai antibakteri adalah untuk mengurangi tegangan permukaan yang menyebabkan peningkatan permeabilitas atau kerusakan sel, sehingga senyawa intraseluler bakteri akan keluar . Senyawa ini berdifusi melalui membran luar dan dinding sel, kemudian mengikat ke membran sitoplasma dan mengurangi stabilitas. Hal ini menyebabkan sitoplasma bocor keluar dari sel yang menyebabkan kematian sel. Saponin bekerja sebagai antimikroba karena senyawa saponin dapat melakukan mekanisme penghambatan dengan membentuk senyawa kompleks dengan membran sel melalui ikatan hidrogen, untuk menghancurkan sifat permeabilitas dinding sel bakteri dan menyebabkan kematian sel bakteri (6). Sedangkan, mekanisme kerja flavonoid sebagai antimikroba yaitu dengan menghambat sintesis asam nukleat sehingga memblokir pertumbuhan sel bakteri dan bakteri akan mati. Dan efek antibakteri tannin melalui reaksi dengan membrane sel yaitu dengan inaktivasi enzim atau meghambat sintesis enzim, sehingga menyebabkan hilangnya viabiltas dan sering menyebabkan sel lisis (17).

(36)

17 E. Tinjauan Keislaman

Berbicara mengenai hidup sehat tidak luput dari adanya kenikmatan yang diberikan Allah swt, nikmat dari Allah itu sangat berlimpah dan tidak terkira. Sebagaimana dalam QS An-Nahl ayat 18 :

ٌمي ِحَر ٌروُفَغَل َ هاللَّ هنِإ ۗ اَهوُصْحُت َلَ ِ هاللَّ َةَمْعِن اوُّدُعَت ْنِإ َو

wa in ta'uddụ ni'matallāhi lā tuḥṣụhā, innallāha lagafụrur raḥīm Terjemahan :

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Diantara nikmat yang sangat berharga dan tidak ternilai tersebut adalah kesehatan. Dalam perspektif ajaran Islam, sangat menganjurkan bagaimana hidup dengan sehat dan teratur, karena tujuan dari kehadiran Islam itu sendiri adalah untuk memelihara agama, akal, jiwa, jasmani, harta dan keturunan ummat manusia (16).

Didalam penyembuhan penyakit ala Rasulullah SAW di terapkan tertentu sebagai pedoman yang perlu di ketahui dan dilaksanakan. Meyakini bahwa Allah SWT yang maha menyembuhkan segala penyakit. Rasulullah SAW mengajarkan bahwa Allah SWT adalah dzat yang maha penyembuh. Sebagaimana dalam QS Asy-Syu’ara ayat 80 :

ِنيِفْشَي َوُهَف ُتْض ِرَم اَذِإ َو

wa iżā mariḍtu fa huwa yasyfīn Terjemahan :

(37)

18 “Dan apabila aku sakit, dialah yang menyembuhkan aku”

Tetapi, perantara pengobatan tersebut bisa berupa penciptaan Allah SWT, karena tidak ada di muka bumi, suatu penciptaan Allah SWT yang tidak memiliki manfaat bagi manusia. Salah satu penciptaan Allah SWT yang digunakan sebagai media pengobatan (obat) yaitu tumbuhan, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Quran QS Asy-Syura ayat 7 :

ٍج ْو َز ِ لُك ْنِم اَهيِف اَنْتَبْنَأ ْمَك ِض ْرَ ْلْا ىَلِإ ا ْو َرَي ْمَل َوَأ ٍمي ِرَك

a wa lam yarau ilal-arḍi kam ambatnā fīhā ming kulli zaujing karīm Terjemahan :

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?”

Selain itu, pohon bidara disebutkan secara spesifik dalam salah satu ayat di Al-Quran QS Saba’ ayat 16 :

fa a'raḍụ fa arsalnā 'alaihim sailal-'arimi wa baddalnāhum bijannataihim jannataini żawātai ukulin khamṭiw wa aṡliw wa syai`im min sidring qalīl

ْمِهْيَتَّنَجِب ْمُهاَنْلَّدَب َو ِم ِرَعْلا َلْيَس ْمِهْيَلَع اَنْلَس ْرَأَف اوُض َرْعَأَف

ٍطْمَخ ٍلُكُأ ْيَتا َوَذ ِنْيَتَّنَج

ٍليِلَق ٍرْدِس ْنِم ٍءْيَش َو ٍلْثَأ َو

(38)

19 Terjemahan :

“Maka mereka berpaling ingkar, lalu Kami hantarkan kepada mereka banjir yang membinasakan, dan Kami gantikan dua kumpulan kebun mereka (yang subur) itu dengan dua kumpulan kebun yang berisi dengan pohon-pohon yang pahit buahnya, dan pohon-pohon yang jarang berbuah, serta sedikit pohon-pohon bidara”

F. Kerangka Teori

G.

Gambar II.2 Kerangka Teori

Ekstrak Etanol Daun Bidara (Ziziphus mauritiana) Tannin Flavonoid Saponin Menghambat sintesis asamnukelat Bakteri mati Menghambat sintesis enzim Bakteri lisis

Kebocoran protein dan enzim dari dalam sel

(39)

20 BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Konsep Pemikiran

Gambar III.1 Konsep Pemikiran

B. Definisi Operasional

1. Ekstrak daun bidara Ziziphus mauritiana dengan konsentrasi 2,5%, 5%, dan 10% yang di peroleh dari hasil ekstraksi metode maserasi yang dilarutkan dengan etanol 96%

Instrumen : Neraca analitik dan gelas ukur Cara ukur : Pengenceran

Hasil ukur : Konsentrasi Larutan 2,5%, 5%, dan 10% Skala ukur : Rasio

2. Bakteri Vibrio cholera ditumbuhkan pada medium Muller-Hinton Agar (MHA) yang diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam kemudian diukur sensifitasnya setelah penanaman cakram uji ekstrak daun bidara pada konsentrasi tertentu.

Cara ukur : Berdasarkan zona hambatan yang terbentuk dalam mm Ekstrak Daun Bidara

Ziziphus mauritiana

Sensitifitas Bakteri Vibrio cholerae

(40)

21 Alat ukur : Jangka sorong atau Mistar berskala

Hasil ukur : Nilai dalam millimeter (Greenwood21) > 20 mm = Kuat

16-20 mm = Sedang 10-15 mm = Lemah < 10 mm = Tidak ada Skala Pengukuran : Numerik C. Hipotesis

1. Hipotesis Null (H0)

Ekstrak daun bidara tidak memberikan efek sensitif terhadap bakteri Vibrio cholerae

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ekstrak daun bidara memberikan efek sensitif terhadap bakteri Vibrio cholerae

(41)

22 BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian true eksperimental dengan perlakuan pemberian ekstrak daun bidara (Ziziphus mauritiana) terhadap bakteri Vibrio cholera untuk menguji sensitifitasnya menggunakan metode disc diffusion atau cakram kertas dengan konsentrasi 2,5%, 5%, dan 10%.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin pada bulan Desember-Januari 2020.

C. Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel dari bahan tanaman yaitu daun bidara (Ziziphus mauritiana) dan bakteri Vibrio cholera

yang ditumbuhkan pada Muller-Hinton Agar (MHA) yang diinkubasi pada

suhu 370C selama 24 jam.

Pada penelitian ini jumlah sampel minimal diestimasi berdasarkan rumus Frederer sebagai berikut :

(42)

23

(t-1) (r-1) > 15 Keterangan :

r = jumlah sampel tiap kelompok perlakuan t = banyaknya kelompok perlakuan

Dalam rumus akan digunakan t = 5 karena menggunakan 5 kelompok perlakuan, dalam hal ini ada 3 sampel konsentrasi ekstrak, 1 kontrol positif, dan 1 kontrol negatif, maka jumlah sampel (n) minimal tiap kelompok ditentukan sebagai berikut :

(t-1) (r-1) > 15 (5-1) (r-1) > 15 (4) (r-1) > 15 r-1 > 15:4 r > 3,75 + 1 r > 4,75 (dibulatkan menjadi 5)

Berdasarkan hasil penelitian di atas, banyaknya kelompok sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 5 kelompok sampel, dan diberikan perlakuan pengulangan sebanyak 5 kali. Jadi total banyaknya sampel yang digunakan adalah 25 sampel.

(43)

24 1. Kriteria inklusi

a. Alat dan bahan dalam keadaan steril.

b. Bakteri yang digunakan adalah bakteri Vibrio cholera

c. Ekstrak yang digunakan adalah ekstrak daun bidara (Ziziphus mauritiana)

2. Kriteria eksklusi

a. Sediaan bakteri terkontaminasi dengan bakteri lain b. Sediaan bakteri rusak

c. Daun yang digunakan sudah tidak segar (mengering) atau layu

D. Alat dan Bahan 1. Alat

Erlenmeyer, gelas ukur, gelas kimia, tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes, penangas air, blender, timbangan analitik, labu ekstraksi, batang pengaduk, stirer, cawan petri, rotary evaporator (oven), jarum ose, pinset, inkubator, laminair air flow, termometer, autoklaf, mikropipet, mistar berskala, jangka bersorong, dan alat fotografi.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun bidara (Ziziphus mauritiana), bakteri uji (Vibrio cholerae) yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin, Larutan Dymethil sulfoxide 10% (DMSO 10%), etanol 96%, tablet Eritromisin 500 mg, Thiosulfate-Citrate-Bile

(44)

25 Salts-Sucrose Agar (TCBS), Muller-Hinton Agar (MHA), kertas saring no.1, kertas label dan aluminium foil.

E. Alur Penelitian

Gambar IV.1 Alur Penelitian Persiapan Sampel

dr. Ami Febriza, M.Kes FISIOLOGI Ekstraksi Sampel Daun Bidara

(Ziziphus mauritiana)

dr. Ami Febriza, M.Kes FISIOLOGI

Persiapan Konsentrasi Ekstrak Daun Bidara (Ziziphus mauritiana)

dr. Ami Febriza, M.Kes FISIOLOGI Persiapan Bakteri Uji (Vibrio

cholerae)

dr. Ami Febriza, M.Kes FISIOLOGI

Pengujian Sensitifitas Ekstrak Daun Bidara (Ziziphus mauritiana)

dr. Ami Febriza, M.Kes FISIOLOGI Hasil

dr. Ami Febriza, M.Kes FISIOLOGI Sterilisasi Alat

(45)

26 F. Prosedur Penelitian

1. Persiapan Sampel

Sampel diambil dari daun bidara (Ziziphus mauritiana) di berbagai daerah seperti di Kota Makassar, Palangga Gowa, Kab. Soppeng, dan Daerah Polewalimandar.

2. Pengolahan Sampel

Daun bidara (Ziziphus mauritiana) yang diperoleh dibersihkan dan dicuci dengan air bersih yang mengalir. Kemudian dipotong kecil, dan disimpan dalam simplisia selama ±3 hari, hal ini untuk mencegah kerusakan pada senyawa bioaktifnya yang peka terhadap sinar matahari langsung, hingga daun bidara siap diekstraksi

3. Ekstraksi Sampel

Ekstrak simplisia daun bidara Ziziphus mauritiana dimasukkan ke dalam 2 toples besar, kemudian direndam dengan pelarut etanol 96% ± 2,5 L pada masing-masing toples , lalu ditutup dengan aluminium foil dan dibiarkan selama 3 hari sambil sesekali diaduk. Lalu dievaporasi menggunakan rotary evaporator, sehingga diperoleh ekstrak kental daun bidara.

4. Sterilisasi Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian aktivitas antibakteri ini disterilkan terlebih dahulu. Alat-alat gelas disterilkan dalam oven pada suhu 170oC selama ± 2 jam, jarum ose dan pinset dibakar dengan spiritus

(46)

27 diatas api langsung dan media disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.

5. Pengenceran

Pengenceran dilakukan untuk menghasilkan beberapa konsentrasi dari ekstrak daun bidara serta melihat efeknya dalam menghambat pertumbuhan bakteri Vibrio cholerae. Pengenceran yang dibuat adalah 2,5%, 5%, dan 10% menggunakan pelarut DMSO 10%.

6. Persiapan Bakteri Uji

Bakteri Vibrio cholerae yang sudah diremajakan dalam medium TCBS kemudian diinokulasikan pada cawan petri yang telah ada medium Muller-Hinton Agar. Selanjutnya dimasukkan kertas cakram yang telah disuspensikan ekstrak daun bidara (Ziziphus mauritiana) yang telah diencerkan dan eritromisin sebagai kontrol positif dan DMSO 10% sebagai kontrol negatif. Selanjutnya diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC. Hasil inkubasi berupa zona bening disekitar cakram menunjukkan ada tidaknya pertumbuhan bakteri.

7. Pengukuran zona hambat

Pengukurannya menggunakan jangka sorong untuk mengukur besar zona daya hambat atau zona inhibisi yang terbentuk disekitar kertas cakram. Jaraknya diukur mulai dari ujung disk sampai ke batas bening daya hambat ekstrak daun bidara. Pengukuran dengan jangka sorong dinyatakan dalam millimeter.

(47)

28 BAB V

HASIL

Hasil pengamatan uji sensitivitas ekstrak etanol daun Bidara (Ziziphus mauritiana) terhadap Vibrio cholerae dengan variable konsentrasi ekstrak 2,5%, 5%, 10%, disertai kontrol positif (eritromisin) dan kontrol negatif (DMSO 10%) untuk memastikan kelayakan ekstrak dan sediaan bakteri dalam pengujian. Uji ini menggunakan metode disc diffusion atau cakram kertas dengan meneteskan ekstrak dengan berbagai konsentrasi yang nantinya akan disimpan diatas medium MHA (Mueller Hilton Agar) yang telah dikulturkan bakteri didalamnya. Daya hambatnya diamati berdasarkan besar diameter zona bening yang muncul disekitar cakram kertas dan diukur menggunakan jangka sorong. Hasil pengukuran zona hambat tersebut adalah sebagai berikut :

Sampel Penelitian Hasil Penelitian Rata-rata

I II III IV V 2,5 % 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm 5 % 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm 10% 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm Kontrol Negatif (DMSO 10%) 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm Kontrol Positif (Eritromisin) 24,31 mm 24,22 mm 22,97 mm 22,45 mm 23,45 mm 23,48 mm Tabel V.1 Hasil Diameter Zona Hambat ekstrak etanol daun Bidara (Ziziphus

(48)

29 BAB VI

PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Ekstraksi

Daun bidara disortasi basah yakni dengan cara dicuci menggunakan air bersih mengalir. Setelah itu sampel dikeringkan di dalam oven simplisia selama 3 hari dengan suhu 60oC. Setelah kering selanjutnya sampel diserbukkan hingga menjadi serbuk dan sampel siap diekstraksi. Daun bidara ditimbang dan didapatkan sebanyak 500 gram dan dimasukkan kedalam wada maserasi kemudian ditambahkan etanol 96% hingga sampel terendam secara sempurna sebanyak ± 5 Liter. Wadah maserasi kemudian ditutup dan disimpan selama 3 x 24 jam dan disimpan diruamgan tanpa terkena paparan sinar matahari langsung. Setelah itu dilakukan penyaringan untuk memisahkan antara ampas dan ekstrak daun bidara. Ekstrak etanol yang diperoleh kemudian dikumpulkan dan dipekatkan dalam rotatory evaporator dan cairannya diuapkan hingga diperoleh ekstrak etanol kental. B. Uji Aktivitas Antibakteri

Uji aktivitas antibakteri dilakukan diatas medium MHA. Medium yang berisi ± 10 ml MHA dituangkan ke dalam 5 cawan petri, lalu dibiarkan sampai memadat. Setelah memadat, dilakukan inokulasi bakteri pada agar MHA. Selanjutnya dimasukkan 5 kertas cakram pada masing-masing 5 cawan petri yang telah disuspensikan ekstrak daun bidara (Ziziphus

(49)

30 mauritiana) yang telah diencerkan dan eritromisin sebagai kontrol positif dan DMSO 10% sebagai kontrol negatif. Selanjutnya diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC. Hasil inkubasi berupa zona bening disekitar cakram menunjukkan ada tidaknya pertumbuhan bakteri.

Berdasarkan uji sensitivitas ekstrak daun Bidara (Ziziphus mauritiana) dengan berbagai konsentrasi yaitu 2,5%, 5%, 10% diperoleh hasil tidak terbentuknya zona bening sebagai tanda tidak adanya efek sensitif ekstrak daun Bidara (Ziziphus mauritiana) terhadap pertumbuhan Vibrio cholerae. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata hasil pengukuran menggunakan jangka sorong pada ketiga konsentrasi tersebut adalah 6 mm, yang mana hanya merupakan diameter dari cakram kertas. Untuk kontrol positif yang digunakan adalah antibiotic eritromisin yang merupakan antibiotic berspektrum luas dan saat diuji memiliki efek sensitif terhadap pertumbuhan Vibrio cholerae, rata-rata ukuran diameter zona hambatnya adalah 23,48 mm, sedangkan kontrol negatif yaitu pelarut DMSO 10% diperoleh diameter 6 mm yang merupakan ukuran diameter cakram kertas sehingga hasilnya adalah negatif.

Berdasarkan klasifikasi Greenwood, hasil pengukuran diameter zona bening tersebut diklasifikasikan menjadi Tidak ada, Lemah, Sedang, dan Kuat. Ekstrak dengan konsentrasi 2,5%, 5%, dan 10% diklasfikasikan dalam kategori tidak memiliki sensitifitas dalam menghambat pertumbuhan bakteri Vibrio cholerae. Hasil pengukuran untuk kontrol positif yang berupa antibiotic eritromisin dengan diameter sebesar 23,48 mm diklasifikasikan

(50)

31 dengan memiliki sensitifitas kuat, sedangkan pada kontrol negatif yang berupa DMSO 10% diklasifikasikan tidak memiliki sensitifitas dalam menghambat pertumbuhan Vibrio cholerae. Klasifikasi hasil pengukuran untuk kontrol positif dan negatif menunjukkan tidak ada kerusakan maupun masalah pada ekstrak daun Bidara (Ziziphus mauritiana) yang telah disiapkan maupun bakteri Vibrio cholerae yang telah disuspensi dalam medium MHA (Mueller Hilton Agar).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muharrami LK dkk, dimana dilakukan pengujian aktivitas antibakteri daun bidara terhadap bakteri E. coli dan S. aureus menunjukkan bahwa, daun bidara dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus dimana pada konsentrasi 10% didapatakan hasil pengukuran zona hambat sebesar 0,92±0,056 mm dan pada konsentrasi tertinggi yaitu 40% didapatkan hasil pengukuran zona hambat sebesar 1,68±0,03 mm. Sedangkan untuk bakteri E. coli, daun bidara tidak menghambat pertumbuhan bakteri tersebut baik pada konsentrasi 10% maupun konsentrasi tertinggi 40%.

Kemungkinan hal yang membuat tidak adanya aktivitas antibakteri pada ekstrak etanol daun bidara terhadap Vibrio cholera yaitu karena jumlah konsentrasi ekstrak yang terlalu rendah yaitu 2,5%, 5%, 10%, sehingga tidak mampu merusak membran sel dari bakteri Vibrio cholera. Namun, hal ini bukan berarti bahwa ekstrak ini tidak aktif, tapi karena dipengaruhi oleh jumlah konsentrasi ekstrak yang digunakan.

(51)

32 Penggunaan ekstrak etanol daun bidara diatas 10% dianggap tidak efisien penggunaannya untuk dijadikan sebagai antibiotik karena penggunaan ekstrak diatas 10% berarti dibutuhkan banyak daun bidara untuk diambil dari alam. Sehingga pada penelitian ini, maka H0 (Hipotesis Null) ditegakkan dan Ha (Hipotesis Alternatif) ditolak.

Sebagai seorang muslim, kita harus selalu berbaik sangka kepada Allah dan selalu menyadari bahwa Allah akan memberikan pahala dan ampunan dari dosa dan kesalahan manakala kita sabar ketika musibah itu menimpa dan harus selalu ingat sabda nabinya yang mulia, dimana Nabi pernah bersabda,

“Tidaklah menimpa seorang muslim satu kelelahan, kesakitan, kesusahan, kesedihan, gangguan dan gundah gulana sampai terkena duri, maka itu semua menjadi penghap us dari dosa dan kesalahannya.” (HR.

Bukhari dan Muslim)

Disebutkan pada hadist diatas, bahwa salah satu musibah yang dapat menimpa kita adalah kesakitan. Tetapi Allah SWT berfirman Sebagaimana dalam QS Asy-Syu’ara ayat 78-80 :

ٍبَصَن ْنِم َمِلْسُمْلا ُبي ِصُي اَم

َلَ َو ٍن ْزُح َلَ َو ٍ مَه َلَ َو ٍبَص َو َلَ َو

ُهاَياَطَخ ْنِم اَهِب ُ َّاللَّ َرَّفَك َّلَِإ اَهُكاَشُي ِةَك ْوَّشلا ىَّتَح ٍ مَغ َلَ َو ىًذَأ

َوُهَف ُتْض ِرَم اَذِإ َو

ِنيِفْشَي

o

ْيِذَّلا

ْيِنَقَلَخ

َوُهَف

ِنْيِدْهَي

o

ْيِذَّلا َو

َوُه

ْيِنُمِعْطُي

ِنْيِقْسَي َو

(52)

33 allażī khalaqanī fa huwa yahdīn. wallażī huwa yuṭ'imunī wa yasqīn. wa iżā mariḍtu fa huwa yasyfīn.

Terjemahan :

78. “(yaitu) Yang telah menciptakan aku, maka Dia yang memberi petunjuk kepadaku,”

79. “Dan Yang memberi makan dan minum kepadaku;” 80. “Dan apabila aku sakit, dialah yang menyembuhkan aku”

Berdasarkan surah diatas, kata “dia” merujuk kepada Allah SWT. Surat ini diturunkan pada zaman Nabi Ibrahim AS, dimana pada zaman itu orang menyembah berhala. Sehingga ayat ini berupa penegasan, bahwa setiap penyakit yang dialami oleh manusia hanya dengan izin Allah SWT lah kita diberikan kesembuhan. Serta setiap penyakit yang diturunkan pasti diturunkan bersama dengan obatnya.

Sebagaimana Diriwayatkan pula dari musnad Imam Ahmad dari shahabat Usamah bin Suraik , bahwasanya Nabi bersabda,

“Aku pernah berada di samping Rasulullah Lalu datanglah serombongan Arab dusun. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat?” Beliau menjawab: “Iya, wahai para hamba Allah, berobatlah. Sebab Allah tidaklah meletakkan sebuah penyakit melainkan

، ُبا َرْعَلأْا ِتَءاَج َو ،َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص ِ يِبَّنلا َدْنِع ُتْنُك

َف ؟ى َواَدَتَنَأ ،ِالله َل ْوُس َر اَي :َلاَقَف

َواَدَت ،ِالله َداَبِع اَي ْمَعَن :َلاَق

،ا ْو

ٍءاَد َرْيَغ ًءاَفِش ُهَل َعَض َو َّلَِإ ًءاَد ْعَضَي ْمَل َّلَج َو َّزَع َالله َّنِإَف

ُم َرَهْلا :َلاَق ؟ َوُه اَم :اوُلاَق .ٍد ِحا َو

(53)

34 meletakkan pula obatnya, kecuali satu penyakit.” Mereka bertanya: “Penyakit apa itu?” Beliau menjawab: “Penyakit tua.” (HR. Ahmad, Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi, beliau berkata bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikhuna Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i menshahihkan hadits ini dalam kitabnya Al-Jami’ Ash-Shahih mimma Laisa fish Ash-Shahihain, 4/486)

Berdasarkan hadist ini dapat disimpulkan bahwa semua penyakit yang diturunkan oleh Allah SWT pasti mempunyai penawarnya, kecuali 1 penyakit yaitu penyakit ketika sudah memasuki masa tua.

Perantara pengobatan tersebut bisa berupa penciptaan Allah SWT, karena tidak ada di muka bumi, suatu penciptaan Allah SWT yang tidak memiliki manfaat bagi manusia. Salah satu penciptaan Allah SWT yang digunakan sebagai media pengobatan (obat) yaitu tumbuhan, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Quran QS Asy-Syura ayat 7 :

Terjemahan :

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?”

a wa lam yarau ilal-arḍi kam ambatnā fīhā ming kulli zaujing karīm

ٍمي ِرَك ٍج ْو َز ِلُك ْنِم اَهيِف اَنْتَبْنَأ ْمَك ِض ْرلأا ىَلِإ ا ْو َرَي ْمَل َوَأ

(54)

35 Dari surah diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Allah SWT memerintahkan manusia untuk meperhatikan bumi, yang dapat diartikan sebagai upaya untuk senatiasa mengkaji, meneliti hingga menemukan setiap kegunaan dari tumbuhan yang ada. Tumbuh-tumbuhan yang Allah ciptakan di bumi pasti memiliki manfaat bagi manusia. Salah satunya yaitu tanaman Bidara, yang dimana pohon bidara disebutkan secara spesifik di Al-Quran QS Saba’ ayat 16 :

Terjemahan :

“Maka mereka berpaling ingkar, lalu Kami hantarkan kepada mereka banjir yang membinasakan, dan Kami gantikan dua kumpulan kebun mereka (yang subur) itu dengan dua kumpulan kebun yang berisi dengan pohon-pohon yang pahit buahnya, dan pohon-pohon yang jarang berbuah, serta sedikit pohon-pohon bidara”

Dan juga di Al-Quran QS Al-Waqiah ayat 27-28 :

Terjemahan :

ِب ْمُهاَنْلَّدَب َو ِم ِرَعْلا َلْيَس ْمِهْيَلَع اَنْلَس ْرَأَف اوُض َرْعَأَف

ْمِهْيَتَّنَج

ٍليِلَق ٍرْدِس ْنِم ٍءْيَش َو ٍلْثَأ َو ٍطْمَخ ٍلُكُأ ْيَتا َوَذ ِنْيَتَّنَج

fa a'raḍụ fa arsalnā 'alaihim sailal-'arimi wa baddalnāhum bijannataihim jannataini żawātai ukulin khamṭiw wa aṡliw wa syai`im min sidring qalīl

fī sidrim makhḍụd. wa aṣ-ḥābul-yamīni mā aṣ-ḥābul-yamīn

o

ٍد ْوُضْخَّم ٍرْدِس ْيِف

ُب ٰحْصَاِِۗنْيِمَيْلا

ِنيِمَيْلاۙەٓاَم

(55)

36 27. “Dan golongan kanan, siapakah golongan kanan itu.”

28. “Berada di antara pohon bidara yang tak berduri,”

Dari surah diatas, dilukiskan bahwa di syurga Na’im yang disediakan untuk golongan kanan terdapat pohon bidara yang telah dihilangkan durinya. Berkata ibnu Katsir rohimahulloh setelah menukil beberapa pendapat tentang bidara dalam ayat ini yaitu pohon bidara didunia banyak durinya dan sedikit buahnya, adapun di akhirat kebalikannya, tidak ada durinya dan buahnya banyak

Bidara turut dinyatakan menerusi kalam Nabi s.a.w dan diperincikan manfaatnya. Antaranya ialah kegunaan bidara dalam mandi wajib wanita yang baru suci dari haid;

Diriwayatkan dari ‘Aishah r.a, “(Apabila hendak mandi wajib) salah seorang antara kalian (wanita haid), ambil air yang dicampur dengan daun bidara lalu bersuci (sehingga sempurna). Kemudian tuangkan air di atas kepala seraya menggosok sehingga sampai air ke akar / akar rambutnya, kemudian ratakan seluruh tubuh dengan air.” (Hadith Riwayat Muslim)

Kegunaan bidara dalam mandi bagi orang yang baru memeluk Islam;

(56)

37 Diriwayatkan dari Qays Ibn ‘Asim r.a katanya: “Apabila aku masuk Islam, lantas Nabi s.a.w memerintahkannya untuk mandi dengan air dan daun sidr (daun bidara).” (Hadith riwayat al-Nasa’i)

Kegunaan bidara bagi memandikan jenazah;

Diriwayatkan dari Ummu ‘Atiyyah r.a katanya, “Nabi s.a.w pernah menemui kami sedangkan kami ketika itu sedang memandikan puterinya (Zainab), lalu Nabi s.a.w bersabda, ‘Mandikanlah dia tiga, lima, (atau tujuh) kali, atau lebih dari itu. Jika kalian perlu, maka gunakan air dan daun bidara. (Ummu ‘Atiyyah berkata, ‘Adakah dengan bilangan ganjil?’ Beliau bersabda, ‘Ya.’ dan campurkanlah di akhir mandinya kafur atau sedikit darinya.” (Hadith riwayat al-Bukhari)

Oleh sebab kepentingannya, Nabi s.a.w turut melarang orang ‘Arab ketika itu menebang pohon bidara yang berperanan sebagai penghijau bumi, sumber oksigen, tempat berteduh musafir dan habitat hewan sebagaimana hadith;

Dari ‘Abd Allah bin Habsyi berkata; “Rasulullah s.a.w bersabda: “Barangsiapa menebang pohon bidara maka Allah s.w.t akan membenamkan kepalanya dalam api neraka.” (Hadith riwayat Abu Dawud)

Berdasarkan surah dan hadist yang telah dijabarkan di atas dapat diperoleh simpulan bahwa setiap tumbuhan memiliki berbagai macam manfaat salah satunya umtuk mengobati penyakit. Dimana setiap penyakit yang diturunkan oleh Allah SWT pasti ada obatnya, termasuk jenis

(57)

tumbuh-38 tumbuhan yang menjadi perantara pengobatan suatu penyakit. Salah satunya yaitu bidara yang merupakan tumbuhan surga. Bahkan Allah s.w.t menjanjikan kenikmatan kepada penghuni syurga di samping pohon bidara. Nabi s.a.w juga turut memperingatkan mengenai pentingnya daun bidara sebagai campuran dalam bersuci atau mandian. Pohon bidara turut memainkan peranan penting dalam ekosistem. Sifatnya yang tahan lasak dan kewujudannya di kawasan tandus menjadikannya penting sehingga Nabi s.a.w melarang memusnahkannya (18) . Dalam penelitian saya, ekstrak daun Bidara (Ziziphus mauritiana) dengan konsentrasi 2,5%, 5%, 10% tidak terbukti dapat menghambat pertumbuhan Vibrio cholerae. Tetapi pada penelitian yang dilakukan oleh Muharrami LK dkk, menunjukan dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus, dimana bakteri ini bersifat pathogen sehingga daun Bidara tetap memberikan mudharat bagi manusia.

Masih banyak tumbuhan lain yang Allah ciptakan di bumi ini dengan berbagai manfaatnya yang belum kita buktikan secara ilmiah, sehingga merupakan tugas manusia untuk bisa mempelajarinya dan memanfaatkannya sebaik mungkin.

(58)

39 C. Keterbatasan Penelitian

1. Daun Bidara (Ziziphus mauritiana) agak sulit untuk ditemukan di area perkotaan, sehingga perlu mencari ke area perkampungan, bahkan sampai mengambil daun Bidara dari luar daerah Makassar

2. Ekstrak daun Bidara yang dibuat hanya konsentrasi 2,5%, 5%, dan 10% dikarenakan ekstrak yang didapatkan berjumlah sedikit, sehingga untuk membuat konsentrasi yang besar maka dibutuhkan ekstrak yang banyak pula.

(59)

40 BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Ekstrak etanol daun Bidara dengan konsentrasi 2,5%, 5%, dan 10% tidak memiliki sensitivitas antibakteri terhadap Vibrio cholerae 2. Pengukuran sensitivitas ekstrak etanol daun bidara (Ziziphus

mauritiana) dengan konsentrasi 2,5%, 5%, dan 10% terhadap bakteri Vibrio cholera didapatkan diameter zona hambat sebesar 6 mm, yang diklasifikasikan tidak memiliki sensitifitas dalam menghambat pertumbuhan Vibrio cholera menurut klasifikasi Greenwood.

B. Saran

1. Diperlukan penelitian lebih lanjut jika ada yang ingin mengetahui pada konsentrasi berapa ekstrak etanol daun Bidara bisa bekerja optimal dalam menghambat pertumbuhan Vibrio cholerae.

2. Diperlukan pengujian sensitivitas ekstrak etanol daun Bidara terhadap pertumbuhan bakteri lain, untuk melihat spektrum kerja dari agen antibakteri yang terkandung dalam daun bidara, apakah berpotensi sebagai antibakteri spectrum luas atau tidak.

(60)

41 DAFTAR PUSTAKA

1. Gomes TAT, Elias WP, Scaletsky ICA, Guth BEC, Rodrigues JF, Piazza RMF, et al. Diarrheagenic Escherichia coli. Brazilian J Microbiol

[Internet]. 2016;47:3–30. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.bjm.2016.10.015

2. Soepardi dkk. Buletin data dan Kesehatan: Situasi Diare di Indonesia. Kemenkes RI. 2011;

3. Guntina RK, Kusuma SAF. Deteksi Bakteri Vibrio cholerae. Fak Farm Univ Padjajaran. 2016;4:1–13.

4. Definition C, Case C. Cholera. 2018;(August):1–7.

5. Palejkar CJ, Palejkar JH, Patel AJ, Patel MA. A plant review on ziziphus mauritiana. Int J Univers Pharm Life Sci. 2015;2(2):1–11.

6. Muharrami LK, Munawaroh F, Ersam T, Santoso M, Setiawan E, Hidayati Y, et al. Antibacterial Activity of Leaves Extract of Bukkol (Ziziphus mauritania Lam) against E.coli and S.aureus. KnE Eng. 2019;1(2):180. 7. Names L. Ziziphus mauritiana Ziziphus mauritiana. Database. 2009;0:1–6. 8. Oladokun MO, Okoh IA. Vibrio cholerae: A historical perspective and

current trend. Asian Pacific J Trop Dis. 2016;6(11):895–908.

9. Maheshwari M, Nelapati K, Kiranmayi B. Vibrio cholerae - A review. Vet World. 2011;4(9):423–8.

(61)

42 10. Wikipedia the free encyclopedia. Vibrio Cholerae. 2011.

11. Guli MM, Biologi J, Matematika F, Pengetahuan DI, Universitas A, Kampus T, et al. Patogenesis Penyakit Kolera Pada Manusia. J Biocelebes. 2016;10(102):1978–6417.

12. Diseases V. Vaccine-Preventable Diseases.

13. Vicki Symington. Cholera: death by diarrhoea. Soc Gen Microbiol. 2011;12.

14. Kitaoka M, Miyata ST, Unterweger D, Pukatzki S. Antibiotic resistance mechanisms of Vibrio cholerae. J Med Microbiol. 2011;60(4):397–407. 15. Raissy M, Moumeni M, Ansari M, Rahimi E. Antibiotic resistance pattern

of some Vibrio strains isolated from seafood. Iran J Fish Sci. 2012;11(3):618–26.

16. Wahyudi MN. Pola Hidup Sehat Dalam Perspektif Al-Qur’an. Fak Ushuluddin Dan Hum Univ Islam Negeri Walisongo. 2015;

17. Aural Miftahul Hasanah NMCAR. UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN BIDARA (Ziziphus spina- christi L.) TERHADAP PERTUMBUHAN Propionibacterium acne. Pharm J Islam Pharm. 2019;3(1):31

(62)

Scanned with CamScanner

Lampiran 1

Persiapan sampel Pengolahan sampel (Pengeringan)

Pengolahan sampel (Pengeringan)

Ekstraksi Sampel (Penimbangan)

Ekstraksi Sampel (Perendaman dengan Pelarut etanol 96%)

(63)

Scanned with CamScanner

Ekstraksi Sampel (Penguapan

dengan rotatory evaporator)

Sterilisasi Alat

Ekstraksi Sampel (Ekstrak kental daun Bidara)

(64)

Scanned with CamScanner

Medium Mueller Hinton Agar

Proses inkubasi Persiapan Bakteri Uji

Pengenceran (Konsentrasi ekstrak daun bidara)

(65)

Scanned with CamScanner

Hasil Pengujian Bakteri Vibrio cholerae

I II IV III V

Gambar

Tabel  V.I  Hasil Diameter zona hambat daun bidara (Ziziphus mauritiana)        terhadap bakteri Vibrio cholerae ...................................................28
Gambar II.2 Kerangka Teori
Gambar III.1  Konsep Pemikiran
Gambar IV.1 Alur Penelitian Persiapan Sampel

Referensi

Dokumen terkait

Setelah melakukan penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa ekstrak etanol herba meniran dengan konsentrasi 5%, 10%, 20%, 30% dan 40% dapat menghambat pertumbuhan fungi

Setelah melakukan penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa ekstrak etanol herba meniran dengan konsentrasi 5%, 10%, 20%, 30% dan 40% dapat menghambat pertumbuhan