• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN AMPAS TAHU FERMENTASI SEBAGAI PENGGANTI BUNGKIL KEDELAI PADA PAKAN IKAN TERHADAP SINTASAN DAN LAJU PERTUMBUHAN IKAN GURAME

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN AMPAS TAHU FERMENTASI SEBAGAI PENGGANTI BUNGKIL KEDELAI PADA PAKAN IKAN TERHADAP SINTASAN DAN LAJU PERTUMBUHAN IKAN GURAME"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN AMPAS TAHU FERMENTASI SEBAGAI

PENGGANTI BUNGKIL KEDELAI PADA PAKAN IKAN TERHADAP

SINTASAN DAN LAJU PERTUMBUHAN IKAN GURAME

(Osphronemus gouramy Lac.)

Nadila Effina1), M. Amri2), M Sulhi3) 1)

Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta, Padang 2)

Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta, Padang 3)

Balai Riset Perikanan Air Tawar Sumpu, Bogor Email : dilaeffina@gmai.com

ABSTRACT

This research is aimed to know the influence of the provision of dregs know as a substitute for soybean on feed against the rate of survival and growth gurame fish ( Osphronemus gouramy Lac. ).This research was carried out on June to July 2014. The method that used in this study is an experiment with a direct descent of spaciousness. The research design used was Complete Random Design with 4 treatments and 3 replicates. A treatment (0% tofu dregs - 100% soybean dregs), treatment B (25% of tofu dregs - 75% soybeans dregs), treatment C (50% tofu dregs - 50% soybean dregs), and treatment D (75% tofu dregs - 25% soybean dregs). The results showed that proximate values obtained by test analyses of proteins found in the best treatment D (28,78 percent) followed by treatment of the C (27,94%) treatment B (24,58%) and treatment A (21.75 percent). The rate of top survival is at a gurame fish at the treatment D (86.67%) while the lowest is on the treatment A (72,00%). The absolute weight of the highest value lies in the treatment of D (6.48 grams), while the lowest is on the treatment A (4,76 gr). Growth long absolute of gurame fish during research have growth in an absolute long most high is treatment a and d ( 1,86 cm ), and the lowest is treatment b ( 1,66 cm ).Conversion most feed good are on treatment c ( 2,70 % ), while the last was treatment a ( 3,56 % ). The highest proteins retention are on treatment of treatment b as that of 30,02 %, then the highest for the fat retention are on treatment d as that of 10,24 %.

Kata Kunci : Tofu Dregs, Fermentation, Gurame, Survival, Growth Pendahuluan

Gurame (Osphronemus gouramy Lac.) merupakan salah satu komoditas unggulan pada budidaya air tawar yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Ikan ini termasuk dalam famili Labyrinthici, yaitu ikan yang memiliki alat pernafasan tambahan berupa insang tambahan (labirin). Adanya alat tersebut menguntungkan ikan gurame untuk dapat hidup pada air dengan kandungan oksigen minimum dengan kepadatan tinggi.

Dalam kegiatan budidaya ikan gurame, ikan didorong untuk tumbuh secara maksimum hingga mencapai ukuran pasar melalui penyediaan lingkungan hidup yang optimal bagi ikan, pengelolaan pakan, kualitas air serta pengendalian hama dan penyakit. Pemberian pakan buatan (pelet) mutlak diperlukan dalam budidaya ikan gurame, karena pakan alami tidak mampu mensuplai kebutuhan ikan dalam jumlah yang memenuhi kebutuhan ikan. Pakan

(2)

buatan dapat disesuaikan dengan kebutuhan ikan sehingga dapat merangsang pertumbuhan ikan yang optimal.

Pakan sebagai sumber energi bagi ikan dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan. Tillman et.al., (1998), menyatakan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi kecernaan makanan antara lain komposisi pakan serta jumlah pakan yang diberikan. Pakan gurame terdiri dari pakan alami, hijauan, serta pakan buatan (pelet). Pakan – pakan tersebut dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan gurame. Jika pakan yang diberikan sesuai dengan kebiasaan makan ikan gurame dan mengandung gizi yang tinggi maka pertumbuhannya dapat dipacu lebih cepat. Ikan gurame termasuk kedalam golongan ikan herbivora dimana pakan yang diberikan lebih banyak berasal dari bahan baku hijauan dibandingkan dengan yang berasal dari bahan baku hewani. Hal ini terlihat dari kebiasaan makan dan jenis makanan yang dimakan, serta panjang usus ikan gurame yang mencapai dua atau tiga kali panjang tubuhnya.

Bahan pakan utama seperti bungkil kedelai, dan tepung ikan yang digunakan sebagian besar berasal dari impor, kondisi ini mengakibatkan harga pakan ikan menjadi mahal. Pakan yang mengandung 50 % bungkil kedelai dengan kadar protein 32%

mengasilkan pertumbuhan, efisiensi pakan, retensi protein dan retensi lemak untuk ikan

Osphronemus gouramy sedangkan

penambahan tepung bungkil kedelai sebanyak 75 % menghasilkan pertumbuhan yang rendah, hal ini disebabkan kekurang asam amino pembatas yaitu Arginin (Supriadi et. al., 1999). Harga kedelai pada saat ini mencapai Rp. 11.400/ kg. Hal ini mendorong para ahli nutrisi dan formulasi pakan untuk menemukan bahan pakan yang cukup tersedia dalam jumlah yang banyak murah dan mudah didapat. Salah satu bahan yang bisa digunakan adalah ampas tahu. Indonesia dengan iklim tropis kaya akan hasil – hasil sampingan dari proses pengolahan industri pertanian, perkebunan dan perikanan yang dapat dijadikan sebagai alternatif bahan baku pakan.

Ampas tahu merupakan hasil sampingan dari proses pembuatan tahu yang banyak terdapat di Indonesia. Bahan ini masih mempunyai kandungan gizi yang cukup baik. Ampas tahu mengandung protein kasar 21,29%, lemak 9,96%, SK 19,94%, kalsium 0,61%, phospor 0,35%, lisin 0,80%, methionin 1,33% (Syaiful dalam Amrullah, 2002).

Di Sumatera Barat ampas tahu cukup tersedia, dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Pemanfaatan ampas tahu masih rendah untuk digunakan sebagai pakan ikan, karena serat kasar yang tinggi dan kecernaan yang rendah. Salah satu cara

(3)

untuk meningkatkan nilai nutrisinya adalah di fermentasi dengan menggunakan ragi tempe.

Fermentasi merupakan suatu proses yang terjadi melalui kinerja mikroorganisme atau enzim untuk mengubah bahan – bahan organik komplek seperti protein, karbohidrat dan lemak menjadi molekul – molekul yang lebih sederhana. Pada prinsipnya fermentasi dapat mengaktifkan pertumbuhan dan metabolisme mikroorganisme yang dibutuhkan sehingga membentuk produk yang berbeda dengan bahan bakunya (Winarno dan Fardiaz dalam Amri, 2007).

Hasil fermentasi diantaranya akan mempunyai nilai gizi yang tinggi yaitu mengubah bahan makanan yang mengandung protein, lemak dan karbohidrat yang sulit dicerna menjadi mudah dicerna dan menghasilkan aroma yang khas (Poesponegoro dalam Amri, 2007).

Salah satu kapang yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan nilai gizi bahan terutama kandungan proteinnya adalah kapang Rhizopus oligosporus. Winarno dan Fardiaz dalam Amri (2007) mengatakan bahwa Rhizopus oligosporus mampu mensintesis protease yang paling banyak, sedangkan amylase dalam jumlah yang sedikit, enzim ini bekerja dalam pemecahan protein dan amilum dalam substrat. Gandjar dalam Amri (2007),

mengatakan bahwa enzim protease yang dihasilkan kapang Rhizopus oligosporus akan merombak rantai polimer yang panjang dari protein menjadi asam – asam amino sehingga akan menyebabkan terjadinya peningkatan kadar nitrogen asam amino dan asam total.

Berdasarkan uraian diatas dilakukan penelitian untuk melihat pengaruh pemakain ampas tahu yang difermentasi sebagai substitusi dari tepung bungkil kedelai, sebagai campuran dalam pakan terhadap sintasan dan laju pertumbuhan benih ikan gurame (Osphronemus gouramy Lac.).

Metodologi

Pelaksanaan penelitian berlangsung selama dua bulan yaitu pada Bulan Juni dan Juli 2014. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lembak Pasang, Kecamatan Sungai Limau, Kabupaten Padang Pariaman.

Alat yang digunakan adalah waring sebanyak 12 buah dengan ukuran 100 cm x 50 cm x 50 cm yang ditempatkan pada kolam dengan luas 50 m2, timbangan digital, mistar, sendok, dan seser untuk menangkap ikan uji.

Ikan uji yang digunakan adalah benih ikan gurame (Osphronemus gouramy Lac.) yang berukuran 5-8 cm sebanyak ± 300 ekor, padat tebar tiap wadah adalah 25 ekor. Pakan yang digunakan adalah pakan dengan jumlah kandungan ampas tahu hasil

(4)

fermentasi berbeda setiap perlakuan sebagai substitusi tepung bungkil kedelai dalam formulasi pakan benih ikan gurame.

Parameter Yang Diamati Laju Sintasan (Survival Rate)

Menurut Effendi (1992), laju sintasan/ survival rate dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

% Keterangan :

SR : Survival Rate (%)

Nt : Jumlah ikan akhir penelitian ( ekor ) No : Jumlah ikan awal penelitian ( ekor)

Pertumbuhan Berat Mutlak

Menurut Effendi (1997), pertumbuhan ikan diukur dengan menggunakan rumus laju pertumbuhan mutlak:

W = Wt - Wo Dimana:

W : Berat Mutlak ikan (gram)

Wt : Berat rata-rata ikan pada akhir penelitian (gram)

Wo : Berat rata-rata ikan pada awal penelitian (gram)

Pertumbuhan Panjang Mutlak

Nilai pertumbuhan berat mutlak dapat di hitung dengan menggunakan rumus dari Effendi (1997), yaitu :

Lm = Lt – Lo Dimana :

Lm : Panjang mutlak ikan (cm)

Lt : Panjang rata – rata ikan awal penelitian (cm) Lo : Panjang rata – rata iikan akir penelitian (cm)

Konversi Pakan

Menurut Effendi (1997), rumus menghitung konversi pakan adalah :

Retensi Protein dan Lemak

Menurut Thung dan Shiau (1991), rumus retensi protein dan lemak adalah :

, ,

, 100%

Analisa Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis variannya dengan sidik ragam menurut RAL, jika Fhitung < Ftabel 95%, berarti tidak ada pengaruh nyata dari pemakaian ampas tahu fermentasi sebagai substitusi sebagian bungkil kedelai pada pakan ikan terhadap sintasan dan laju pertumbuhan ikan gurame (Osphronemus gouramy Lac.). Bila Fhitung > Ftabel 95%, berarti ada pengaruh nyata dari pemakaian ampas tahu fermentasi sebagai substitusi sebagian bungkil kedelai pada pakan ikan terhadap sintasan dan laju pertumbuhan ikan gurame (Osphronemus gouramy Lac.). Ho ditolak dan H1 diterima, dilanjutkan dengan uji DMRT untuk melihat pengaruh antar perlakuan.

(5)

Data Kualitas Air

Parameter penunjang dalam penelitian ini berupa analisis kualitas air. Pengamatan parameter kualitas air dilakukan dengan menganalisis sampel air di laboratorium.

Hasil Pembahasan

Laju Sintasan (Survival Rate) Ikan Gurame

Laju sintasan adalah jumlah ikan yang dapat bertahan hidup selama penelitian. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah ikan pada awal penelitian untuk semua perlakuan sama. Sedangkan pada akhir penelitian terdapat perbedaan. Adapun rata – rata laju sintasan ikan hasil penelitian dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Rata – Rata Persentase Laju Sintasan Ikan Gurame (%)

Ulangan Perlakuan A B C D 1 64 80 80 88 2 72 72 76 88 3 80 80 84 84 Jumlah 216 232 240 260 Rata – rata 72.00a 77.33ab 80.00ab 86.67b

Laju sintasan pada ikan gurame yang tertinggi terdapat pada perlakuan D (86,67%), di ikuti dengan perlakuan C (80%) dan B (77,33%) sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan A (72,00%).

Dari hasil analisis varians dapat dilihat bahwa pemakaian ampas tahu fermentasi sebagai substitusi bungkil kedelai pada pakan ikan gurame menunjukan hasil yang berbeda nyata F hitung > F tabel 0,05 (4,18>4,07) terhadap laju sintasan ikan gurame.

Dari hasil uji DMRT yang dilakukan perlakuan D berbeda nyata dengan perlakuan A, sedangkan pada perlakuan yang lainnya tidak berbeda nyata.

Nilai tingkat sintasan benih gurame ini tergolong masih tinggi. Hal ini diduga pakan yang diberikan sudah dapat dimanfaatkan dengan baik. Sehingga kebutuhan energi untuk aktifitas, pertumbuhan dan kelangsungan hidup bisa digunakan dengan baik. Hal ini didukung dengan pendapat Dwi dalam Adrian (1998) bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi mortalitas benih adalah ketersediaan makanan baik kualitas maupun kuantitasnya.

Selain itu faktor lingkungan juga mempengaruhi laju sintasan ikan. Pada saat penelitian nilai kualitas air media pemeliharaan masih tergolong normal, hal ini juga diduga yang mendukung tingginya

(6)

tingkat kelangsungan hidup ikan gurame. Sesuai dengan pendapat

Effendi dalam Veni (2007) bahwa tingginya mortalitas disebabkan oleh faktor lingkungan yang tidak sesuai seperti pH perairan, suhu, tidak tersedianya pakan serta kerusakan fisik akibat penanganan yang kurang hati- hati selama pemeliharaan

Pertumbuhan Berat Mutlak

Pertumbuhan berat mutlak adalah berat akhir ikan dikurangi berat awal ikan. Rata – rata hasil berat mutlak dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Rata – Rata Pertumbuhan Berat Mutlak Ikan Gurame (gram) Selama Penelitian

Ulangan Perlakuan TOTAL

A B C D 1 4.42 4.85 6.12 6.45 2 4.9 5.21 6.06 6.47 3 4.97 5.01 6.43 6.52 Jumlah 14.29 15.07 18.61 19.44 67.41 Rata - rata 4.76a 5.02a 6.20bc 6.48c

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa berat rata – rata ikan terlihat berbeda, pertambahan berat mutlak tertinggi selama penelitian terdapat pada perlakuan D (6,48

gr), di ikuti perlakuan C (6,20 gr) dan perlakuan B (5,02 gr), sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan A (4,76 gr).

Gambar 1. Diagram Berat Mutlak Ikan Gurame (gr) Berdasarkan hasil analisis varians

pertumbuhan berat mutlak dari perlakuan pemakaian ampas tahu fermentasi sebagai substitusi bungkil kedelai pada pakan ikan gurame menunjukan hasil yang sangat berbeda nyata F hitung>F tabel 0,05

(53,28>4,07) terhadap pertumbuhan mutlak ikan gurame. Pertumbuhan berat mutlak teringgi terdapat pada perlakuan D (6,48 gr) yaitu persentase dari ampas tahu fermentasi dan bungkil kedelai 75% : 25 %. Boer (2010), menyatakan pemberian pakan yang 0 5 10 0 15 30 45 60 Pert umb uha n   Berat  Mi ng gu an   (gr) Hari Ke A B C D

(7)

mengandung 75% fermentasi ampas tahu pada pakan ikan gurame menghasilkan bobot rata-rata individu tertinggi yaitu 4,99 g, dan bobot terendah dengan bobot rata-rata individu 4,59 g.

Tingginya pertumbuhan berat mutlak ikan gurame pada perlakuan D (6,48gr) disebabkan karena dari analisis proksimat pakan yang telah diuji, perlakuan D merupakan perlakuan dengan persentase protein tertinggi (28,79 %) dan serat kasar yang rendah (5,39%) sehingga zat makanan yang diberikan dapat dengan mudah dicerna oleh ikan.

Menurut Hardjamulia dalam Fitriani (2004), pada ikan semah didapat semakin tinggi kadar protein pakan, pertumbuhan benih akan semakin baik. Nilai protein yang tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan

larva terutama sekali pertumbuhan berat. Elmayani (2003). Karena protein berfungsi mengganti sel – sel yang rusak, dimana protein yang di dapat dari makanan berubah menjadi jaringan atau daging.

Dari hasil uji lanjut DMRT yang dilakukan menunjukan hasil perlakuan D sangat berpengaruh nyata terhadap perlakuan A dan B, begitupun perlakuan C sangat berpengaruh nyata terhadap perlakuan A dan B (P>0.01). sedangkan untuk perlakuan D – C dan C – B memberikan hasil yang tidak berpengaruh nyata.

Pertumbuhan Panjang Mutlak

Pertumbuhan panjang mutlak adalah panjang akhir ikan dikurangi dengan panjang awal. Rata – rata nya dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Rata – Rata PertumbuhanPanjang Mutlak Ikan Gurame (cm) Selama Penelitian.

Ulangan Perlakuan TOTAL

A B C D 1 1.67 1.51 1.68 1.89 2 1.99 1.76 1.8 1.93 3 1.93 1.7 1.89 1.75 Jumlah 5.59 4.97 5.37 5.57 21.5 Rata - rata 1.86a 1.66a 1.79a 1.86a

Dari hasil rata – rata pertumbuhan panjang mutlak ikan gurame selama penelitian seperti terlihat pada tabel 3, maka perlakuan yang mempunyai pertumbuhan panjang mutlak paling tinggi terlihat pada perlakuan A dan D (1,86 cm), di ikuti oleh perlakuan

C (1,79 cm) dan yang terendah adalah perlakuan B (1,66).

Laju pertumbuhan panjang benih ikan gurame pada penelitian yang tertinggi terdapat pada perlakuan A dan D, jika dilihat dari pertumbuhan berat mutlak, perlakuan D (25% bungkil kedelai-75%

(8)

ampas tahu) juga mendapatkan nilai yang tertinggi. Lovell (1989), menyatakan ikan akan tumbuh apabila nutrisi yang diserap oleh tubuh ikan lebih besar dari jumlah yang diperlukan untuk memelihara tubuhnya. Ikan gurame dikenal sebagai ikan yang relaitif lambat pertumbuhan

panjangnya, untuk membesarkan benih ukuran 2 – 3 cm sampai ukuran konsumsi diperukan waktu sekitar 1,5 tahun (Qitanong, 2006).

Rata – rata pertumbuhan mutlak tersebut dapat disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut :

Gambar 2. Diagram Pertumbuhan Panjang Mutlak Ikan Gurame. Keterangan : A : 100 % tepung bungkil kedelai

B : 75 % tepung bungkil kedelai 25 % ampas tahu fermentasi C : 50 % tepung bungkil kedelai 50 % ampas tahu fermentasi D : 25 % tepung bungkil kedelai 75 % ampas tahu fermentasi Dari hasil anailisis varians maka terlihat

pertumbuhan panjang mutlak dari perlakuan pemakaian ampas tahu fermentasi sebagai substitusi bungkil kedelai pada pakan ikan gurame menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata F hitung < F tabel 0,05 (0,03<4,07) terhadap pertumbuhan mutlak ikan gurame.

Konversi pakan

Konversi pakan adalah perbandingan pakan yang habis dengan pertambahan bobot yang dihasilkan selama penelitian. Adapun konversi pakan ikan gurame selama penelitian dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Rata – Rata Konversi Pakan Selama Penelitian.

Ulangan  Perlakuan  TOTAL 

4.02  3.35  2.49  2.76     3.4  3.14  2.9  2.8  3.27  3.24 2.7 2.74 Jumlah  10.69  9.73  8.09  8.3  36.81 

Rata ‐ rata  3.56a  3.24a  2.70b  2.77b    

Keterangan : A : 100 % tepung bungkil kedelai

B : 75 % tepung bungkil kedelai 25 % ampas tahu fermentasi C : 50 % tepung bungkil kedelai 50 % ampas tahu fermentasi D : 25 % tepung bungkil kedelai 75 % ampas tahu fermentasi

0 5 10 0 15 30 45 60 Pert umbu ha n   Pa nja n Mi ng gu an   (cm) Hari Ke A B C D

(9)

Dilihat dari tabel diatas terlihat bahwa konversi pakan yang paling baik terdapat pada perlakuan C (2,70 gr), diikuti dengan perlakuan D (2,77 gr) dan perlakuan B (3,24 gr) sedangkan yang terakhir adalah perlakuan A (3,56 gr).

Dari hasil perhitugan analisis varians menunjukan bahwa perlakuan dari pemakaian ampas tahu fermentasi sebagai substitusi bungkil kedelai pada pakan ikan gurame untuk konversi pakan menunjukan hasil yang berbeda nyata F hitung > F tabel 0,05 (9,36>4,07) .

Pada uji lanjut DMRT menunjukan bahwa perlakuan A berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan C dan D, sedangkan perlakuan A tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan B, begitu pula dengan perlakuan B – C; B - D; D - C (lampiran 10).

Hal ini sesuai dengan pendapat Card dalam Yurnita (2004) bahwa konsumsi ransum sangat erat hubungannya dengan kandungan protein dan energi dalam ransum, konsumsi ransum akan bertambah dengan turunnya kandungan protein dalam ransum serta di ikuti dengan menurunya

pertambahan berat badan sehingga angka konversi akan meningkat.

Menurut Djajasewaka dalam Susilawati (2004) menyatakan bahwa semakin rendah nilai konversi pakan akan semakin baik kualitas pakan tersebut untuk pertumbuhan. Hal ini dapat terlihat pada tabel 6 bahwa nilai konversi pakan pada perlakuan C (50 % ampas tahu : 50 % bungkil kedelai) lebih rendah dalam artian lebih baik dari pada perlakuan A ( kontrol ). Dilihat dari hasil penelitian, mutu pakan yang disubstitusi dengan ampas tahu fermentasi (perlakuan B, C dan D) lebih baik dari pada pakan A (kontrol) tidak menggunakan ampas tahu. Retensi Protein dan Lemak

Retansi protein dan lemak merupakan gambaran dari banyaknya protein dan lemak yang diberikan, yang dapat diserap dan dimanfaatkan untuk membangun ataupun membentuk sel – sel tubuh yang rusak, serta dimanfaatkan untuk metabolisme ikan sehari – hari ( Afrianto dan Liviawati, 2005).

Berikut adalah tabel rata- rata retensi protein dan lemak ikan gurame selama penelitian.

(10)

Tabel 5. Rata – Rata Retensi Protein dan Lemak Selama Penelitian.

Perlakuan Retensi Protein dan Lemak (%)

Retensi Protein Retensi Lemak

A 16.74a 2.68a

B 34.02a 2.56a

C 26.77a 3.87a

D 20.74a 10.24a

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pakan yang memiliki retensi protein tertinggi yaitu pada perlakuan B (34,02%) sedangkan untuk retensi lemak tertinggi terdapat pada perlakuan D (10,24%).

Hasil analisis varians retensi protein menunjukan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap retensi protein. Hal ini dikarenakan setiap perlakuan memiliki retensi protein yang relatif sama dan memberikan respon yang sama pula terhadap ikan uji.

Retensi protein yang tertinggi tidak didapat pada kadar protein yang paling tinggi yaitu perlakuan D (28,79%) melainkan pada perlakuan B (24,58%). Hal ini sejalan dengan pendapat dari Buwono (2000), apabila protein dalam pakan terlalu tinggi, hanya sebagian yang diserap (diretensi) dan digunakan untuk membentuk ataupun mengganti sel – sel yang rusak, sementara sisa nya akan dirubah menjadi energi. Begitupun juga untuk retensi lemak hasil analisis varian menunjukan bahwa perlakuan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap retensi lemak ikan uji. Tingkat retensi lemak yang relatif sama diduga karena kandungan lemak yang ada

dalam pakan masih dalam kisaran yang sesuai dan cukup untuk memenuhi kebutuhan lemak ikan uji. Retensi lemak tertinggi terdapat pada perlakuan D (10,24%). Hal ini menunjukan bahwa lemak yang berasal dari pakan banyak disimpan dalam tubuh ikan selama pemeliharaan. Lestari (2001), menyatakan pemakaian ampas tahu sebanyak 100% dalam pakan ikan mas (Cyprinus carpio) menghasilkan retensi lemak terbanyak yaitu 30,70±1,99. Alamsayah (2008), mengatakan bahwa salah satu fungsi lemak atau lipid adalah sebagai pengasil energi, tiap gram lipid menghasilkan sekitar 9 – 9,3 kalori, energi yang berlebihan dalam tubuh disimpan dalam jaringan adipose sebagai energi potensial.

Kualitas Air

Kualitas air merupakan faktor kimia fisika yang dapat mempengaruhi media pemeliharaan dan secara tidak lansung juga akan mempengaruhi biota yang berada diperairan tersebut. Nilai- nilai parameter kualitas air pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 8.

(11)

Tabel 8. Parameter Kuaitas Air Penelitian

No Parameter Satuan Sampel BMKA

1 Suhu oc 28 -29 2 pH 6 – 7 3 DO mg/l 5,75 4 4 BOD mg/l 2,46 3 5 Kesadahan mg/l 77,23 350 6 Alkalinitas mg/l 53,90 >80 7 Ammonia mg/l 0,41 0,5

Untuk pengukuran suhu dan pH pada pemeliharan dilakuan secara maual yaitu dengan menggunakan termometer alcohol dan kertas pH. Suhu pada media pemeliharaan berkisar antara 28 – 29 oC kisaran suhu tersebut dapat dikatakan optimal untuk pertumbuhan ikan gurame. Hal ini sesuai dengan pendapat Nirmala dalam Khairuman dan Amri (2003), suhu yang optimal untuk ikan gurame adalah berkisar antara 24,9 oC – 28 oC. Sedangkan untuk nilai pH pada pemeliharan berkisar antara 6 – 7 . Nilai pH tersebut masih berada pada kisaran yang normal. Boyd dalam Nirmala (2010), menyatakan bahwa pH yang mematikan bagi ikan adalah kurang dari 4 dan lebih dari 11. Pada pH yang kurang dari 6 dan lebih dari 9,5 pada waktu yang lama mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi ikan.

Kadar oksigen terlarut (DO) pada media pemeliharan yaitu 5,75 mg/L. kandunag oksigen terlarut (DO) yang terbaik untuk pertumbuhan gurame adalah 4 – 6 mg/L (Sarwono dan Sitanggang, 2007). Dalam

hal ini kadar DO dalam media pemeliharan berada pada kisaran yang normal.

Boyd dalam Nirmala (2010),

mendefinisikan kesadahan sebagai kon- sentrasi ion- ion divalent dalam air yang digambarkan dengan milligram perliter klsium karbonat. Kesadahan yang baik dalam kegiatan budidaya ikan adalah > 20 mg/L CaCO3. Dari hasil pengukuran kesadahan pada penelitian yaitu 77,23 mg/L CaCO3 nilai ini masih tergolong dalam kesadahan air yang nomal dengan baku mutu kesadahan < dari 300 mg/L CaCO3. Boyd dalam Nirmala (2010), menyatakan nilai alkalinitas yang baik berkisar antara 30 – 500 mg/L CaCO3. Dari hasil pengukuran alkalinitas pada penelitian yaitu 53,90 mg/L CaCO3. Kisaran alkalinitas ini masih dikategorikan normal untuk lingkungan hidup ikan.

Dari hasil pengukuran konsentrasi ammonia (NH3) didapatkan nilai 0,41 mg/L. Affiati dalam Haryati (1995), menyebutkan bahwa pertumbuhan benih gurame masih baik dimana kadar amoniak dalam air

(12)

sebesar 0,0 – 0,12 mg/L. Kadar ammonia pada media penelitian masih berada dibawah batas tolerasnsi yang sesuai yaitu 0,5 mg/L, sehingga tidak menyebabkan gangguan pada ikan penelitian yang dipelihara.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Pensubstitusian ampas tahu fermentasi terhadap bungkil kedelai pada pakan ikan gurame memberikan pengaruh nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan bobot mutlak dan konversi pakan, sedangkan untuk pertumbuhan panjang mutlak, retensi lemak dan retensi protein tidak mempunyai pengaruh yang nyata.

Tingkat kelangsungan hidup dan pertambahan bobot mutlak gurame selama penelitian tetnggi terdapat pada perlakuan D (25% bungkil kedelai - 75% ampas tahu fermentasi) yaitu sebesar 86.76% dan 6,48 gr. Sedangkan untuk konversi pakan yang terbaik terdapat pada perlakuan C (50% bungkil kedelai – 50 % ampas tahu fermentasi) yaitu 2,70. Untuk retensi protein tertinggi terdapat pada perlakuan B (75% bungkil kedelai dan 25% ampas tahu fermentasi) yaitu sebesar 30,02 %, sedangkan untuk retensi lemak yang tertinggi terdapat pada perlakuan D (25% bungkil kedelai - 75% ampas tahu fermentasi) yaitu sebesar 10,24 %.

Saran

Dari hasil penelitian dapat disarankan untuk mengsubstitusikan ampas tahu fermentasi sebanyak 75% dari bungkil kedelai pada pakan ikan gurame karena memberikan laju sintasan dan pertumbuhan bobot mutlak tertinggi tergadap ikan gurame.

DAFTAR PUSTAKA

Adrian, I. 1998. Ketahanan Hhidup Larva Ikan Bilih (Mystacoleucus

padangensis Blkr) Umur 20 – 30 Hari

Dengan Jangka Pemberian Nauplius Artemia Yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Bung Hatta. Padang.

Afrianto, E., dan E. Liviawaty. 2005. Pakan Ikan. Kanisius : Yogyakarta. Hal 9-77.

Amri, M. 2007. Pengaruh Bungkil Inti Sawit Fermentasi Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan Mas (

Cyprinus carpio L). Jurnal Ilmu –

Ilmu Pertanian Indonesia. Volume 9. No 1.hlm 71-76.

Amrullah, A. K. 2002. Nutrisi Unggas. Lembaga Satu Gunung Budi, Bogor.

Boer, I. 2010. Pemanfaatan Fermentasi Ampas Tahu Dalam Pakan Ikan Untuk Pertumbuhan Ikan Gurame (Osphronemus goramy). Jurnal. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Universita Riau. Pekanbaru.

Buwono, I. D. 2000. Kebutuhan Asam Amino Essensial dalam Ransum Pakan Ikan. Kanisius : Yogyakarta. Hal 24-39.

Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. Hal 73-78:92-100.

(13)

Elmayani , M . 2003. Penggantian Pakan Alami Spirulina sp dan Artemia

salina Terhadap Laju Sintasan dan

Pertumbuhan Larva Ikan Garing ( Tor

dorounensis, Blkr). Skripsi . Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Bung Hatta. Padang.

Fitriani, R. 2004. Penentuan Kadar Protein Pakan Untuk Pertumbuhan dan Sintasan BEnih Ikan Garing ( Tor

dorounensis, Blkr). Skripsi. Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Bung Hatta. Padang.

Haryati. 1995. Pengaruh Penggantian

Artemia salina dengan Daphbia sp.

Terhadap Pertumbuhan dan SR Ikan Gurame (Oshpronemus gouramy Lac). Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Lestari. 2001. Pengaruh Pemberian Ampas Tahu Yang difermentasi Terhadap Efisiensi Pakan dan PErtumbuhan Ikan Mas. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Lovell, Tom. 1998. Nutrition and Feeding Of Fish. Second Edition. Kluwer Academic Publisher. London. 276 p.

Nirmala, K. 2010. Kinerja Pertumbuhan Ikan Gurame ( Osphronemus gouramy Lac ) yang Dipelihara Pada Media Bersalinitas Dengan Paparan Media LIstrik. Junal Akuakultur Indonesia 9 (1). Hlm 46 – 55.

Sitanggang, M. 1992. Budidaya Gurami. Penebar Swadaya, Jakarta.

dan Sarwono, B. 2001. Budidaya Gurami (Edisi Revisi). Penebar Swadaya. Jakarta.

Susanto, Heru. 1989. Budidaya Ikan Gurame. Penebar Swadaya. Jakarta.

Susilawati, 2004. Pemanfaatan Bungkil Inti Sawit Sebagai Bahan Substitusi Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan Mas ( Cyprinus carpio L). Skipsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Bung Hatta. Padang.

Tillman, A.D.H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawikusumo. Dan S. Lebdosukojo, 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke 4. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Thung, P.H. and S.Y. Shiau. 1991. Effect of Meal Frequency Performance of Hybrid Tillapia, Oreochromis nilloticus x O. Aureus, Fed Different Carbohydrate Diet. Aquaculture, 92: 343-350.

Veni F, V. 2007. Pemberian Campuran Tepung Tubifex sp, dan Kapang

Rhizopus oligosporus Sebahai Pakan

Buatan Larva Gurame (Osphronemus

gouramy Lac) Umur 10 – 40 Hari.

Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Bung Hatta. Padang.

W.G. Pond, D. C. Churrch, K. R. Pond. 1995. Basic Animal Nutrition and Feeding. Publshed by John Wiley and Sons, Inc, Canada.

Yurnita, R. 2004. Pemanfaatan Bungkil Inti Sawit Dengan Persentase Yang Berbeda Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan Mas ( Cyprinus

carpio L). Skipsi. Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan. Universitas Bung Hatta. Padang.

(14)

Gambar

Gambar 2. Diagram Pertumbuhan Panjang Mutlak Ikan Gurame.

Referensi

Dokumen terkait

Didasari dengan nilai tersebut perancangan perangkat lunak untuk sistem pengendalian suhu menggunakan software pada Arduino uno dapat bekerja dengan baik karena dapat

Selanjutnya diberi kode clan nomor contoh, ditanyakan jenis analisis yang diinginkan clan kapan hasil data analisis akan diambil/diperlukan.Kemudian staf teknisi bagian penerima

Filsafat perenial dapat menjadi alternatif yang memberikan kontribusi dalam hal pembangunan mental spiritual manusia, mengembalikan pemahamannya pada agama yang hanif,

Misi ke 4 : Meningkatkan pembangunan pelayanan perkotaan dengan pengembangan budaya daerah disertai dengan peningkatan peran serta dan pemberdayaan masyarakat

Hasil ujian linearity menunjukkan bahawa amalan pengajaran KBAT dalam kalangan guru pendidikan Islam dari aspek amalan pengajaran KBAT seperti amalan pengajaran kemahiran berfikir

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh parameter yang digunakan terhadap frekuensi tingkat pengelolaan ruas Jalan Nasional, mengetahui pengaruh Pusat Kegiatan

[r]

Dapat diketahui bahwa nilai kandungan glukosa sangat berpengaruh dengan kadar ethanol yang dihasilkan, pada panjang gelombang 390,9 nm nilai kadar etanolnya rendah hal