• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 02 Nomor 03 Tahun 2015,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 02 Nomor 03 Tahun 2015,"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

POLA KADERISASI KEPEMIMPINAN PARTAI POLITIK

(STUDI TERHADAP DEWAN PIMPINAN CABANG (DPC)PARTAI DEMOKRASI INDONESIA

PERJUANGAN (PDI-Perjuangan) KABUPATEN NGANJUK)

Aditya Surya Permana

08040254234 (Prodi S1-PPKn, FIS,UNESA) [email protected] Agus Satmoko Adi

197208162008011006 [email protected]

Abstrak

Penelitian ini mengkaji tentang pola kaderisasi kepemimpinan khususnya pada DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan strategi studi kasus, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki secara cermat sistem kaderisasi kepemimpinan, cara kerja dan pelaksanaan kaderisasi kepemimpinan di DPC PDI Perjuangan Kab. Nganjuk. Serta faktor Pendukung dan Penghambat Pola Kaderisasi Kepemimpinan Partai Politik. Hasil penelitian menunjukan bahwa pola kaderisasi kepemimpinan partai politik terdiri dari proses rekruitmen, seleksi kader, dan pendidikan kader di DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk di atur dalam Anggaran Rumah Tangga Partai Ketetapan Kongres III PDI Perjuangan No.09/TAP/KONGRES III/PDI-P/2010 BAB I mengungkap penetapan calon anggota dan anggota yang dilaksanakan oleh DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk dilakukan dengan mekanisme musyawarah mufakat. Adapun faktor pendukung adalah kekompakan dan pemahaman yang sama terhadap ideologi Pancasila, sedangkan faktor penghambat adalah: sebagian anggota yang tidak memahami ideologi pancasila sebagai tugas partai. Kata kunci : Partai Politik, Kaderisasi Kepemimpinan, PDI Perjuangan

Abstract

This study examines patterns of regeneration particulary in the branch executive council of Demokrasi Indonesia Perjuangan Party district of Nganjuk. This study was used a paradigm qualitative with case study, because the study was aimed to investigate carefully the leadership cadre system, the way of workings and implementation of the leadership cadre in branch executive council of Demokrasi Indonesia Perjuangan party districts of Nganjuk. As well as enabling and inhibiting factors of leadership cadre pattern of political party. The result showed that the pattern of leadership cadres of political party is consists for recruitment process, the selection of cadres, and education for cadres in the branch executive council of Demokrasi Indonesia Perjuangan Party is set on The Articles Of Association Bylaws party Kongres III provision of Demokrasi Indonesia Perjuangan party No.09/TAP/KONGRES III/PDI-P/2010 The Articles Of Association Bylaws revealed the determination about prospective members and members conducted by the branch executive council of Demokrasi Indonesia Perjuangan Party district of Nganjuk do with the mechanism of deliberation. As for the supporting factor is unity and common understanding of the ideology of Pancasila, while inhibiting factors are some members who do not understanding the ideology of Pancasila as the task of the party.

Keywords: Politic Party, Leadership Cadre, Party of Democratic Indonesia Perjuangan

PENDAHULUAN

Kaderisasi kepemimpinan merupakan hal penting bagi sebuah organisasi, karena merupakan inti dari

kelanjutan perjuangan organisasi ke depan. Tanpa kaderisasi kepemimpinan, rasanya sangat sulit dibayangkan sebuah organisasi dapat bergerak dan melakukan tugas-tugas keorganisasian dengan baik dan dinamis. Kaderisasi kepemimpinan adalah sebuah syarat

(2)

mutlak dalam membangun struktur kerja yang mandiri dan berkelanjutan.

Kaderisasi kepemimpinan sangat penting mengingat perlu ada transfer pengetahuan, transfer keterampilan dan keahlian dalam suatu kajian tertentu. Fungsi kaderisasi kepemimpinan adalah mempersiapkan calon-calon yang siap melanjutkan tongkat estafet perjuangan sebuah organisasi. Kader suatu organisasi adalah orang yang telah dilatih dan dipersiapkan dengan berbagai keterampilan dan disiplin ilmu untuk mencapai tujuan organisasi.

Kaderisasi perlu disertai dengan sistem transparan yang memberikan jaminan akses kepada semua kader yang memiliki potensi. Perlu juga dimunculkan sistem persaingan yang sehat dan transparan dalam tubuh organisasi partai politik. Kader harus dibiasakan dengan sistem persaingan yang sehat dan transparan. Dengan sistem persaingan yang terbebas dari kolusi dan nepotisme inilah kaderisasi kepemimpinan akan dapat melahirkan calon-calon pemimpin yang berkualitas.

Kaderisasi kepemimpinan partai politik di Indonesia masih jauh dari harapan, sehingga banyak partai politik melahirkan kader-kader instan. Kader partai yang instan inilah membuat kinerja parlemen di DPR dan pejabat publik menjadi buruk. Kegagalan kaderisasi kepemimpinan di tubuh partai politik ini karena partai politik tidak menegakkan fungsi partai politik secara utuh dan benar. Maka dari itu sangat sulit untuk mendapatkan kader partai politik yang berpotensi dan layak untuk dijadikan sebagai calon pemimpin dan perwakilan yang akan menduduki jabatan publik nantinya. Dalam partai politik perlu ditekankan tentang kaderisasi yang memiliki jenjang dan aturan tersendiri pada tubuh partai. Tanpa kaderisasi yang baik maka akan sulit menemukan kader-kader partai yang berpotensi, militan, dan paham terhadap politik.

Dalam kaderisasi partai politik cenderung memiliki jenjang bagi kader. Jenjang yang pertama terdapat proses rekrutmen kader politik. Ada dua proses rekrutmen kader politik, yang pertama adalah (1) sistem terbuka, dan (2) kedua adalah sistem tertutup. Namun berdasarkan wawancara pendahuluan dengan salah satu anggota DPRD PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk, dan sebagai wakil ketua ranting desa Lambang Kuning periode 2010-2015, yaitu Eddy Guntoro bahwa, di dalam PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk proses rekrutmen tersebut lebih dikenal dengan (1) rekrutmen terbuka yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan membuka pendaftaran bagi siapa saja yang ingin menjadi anggota. Pendaftaran ini dapat dilakukan di mana saja baik itu di Dewan Pimpinan Pusat (DPP),Dewan Pimpinan Daerah (DPD),Dewan Pimpinan Cabang (DPC),dan Pengurus

Anak Cabang (PAC) maupun disetiap Ranting Partai yang tersebar di desa yang ada di Kabupaten Nganjuk. dan (2) rekrutmen penunjukan yaitu pencarian kader dilakukan langsung oleh partai melalui utusan-utusan. Yang bertugas menentukan kelompok sasaran yang akan direkrut menjadi anggota partai, yang menjadi sasaran calon anggota PDI Perjuangan di Kabupaten Nganjuk biasanya adalah golongan mahasiswa, buruh, petani, pedagang, pengusaha, dan tokoh masyarakat.

Setelah tahap pencarian anggota dilaksanakan tahap yang kedua adalah proses seleksi. Tahap ini dilaksanakan kurang lebih enam bulan. Selama satu semester tersebut dilihat keaktifan dari masing-masing calon kader baik di dalam pengurusan partai maupun di luar partai. Sistem kaderisasi ini di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan disebut sistem stelsel aktif yaitu suatu sistem yang menerapkan bahwa setiap kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan harus aktif.

Sedangkan implementasi dari sistem kaderisasi PDI Perjuangan untuk memperoleh kader partai adalah melalui empat proses yaitu: penarikan (rekrutmen), proses seleksi, pendidikan politik,dan pengembangan.

Penarikan (rekrutmen) di PDI Perjuangan dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu (1) Usulan dari struktur partai mulai dari yang paling bawah (recruitment by bottom up demand), dan (2) Recruitment by meritt system yang melalui scorring. Kedua pendekatan ini, digunakan secara bersamaan untuk mengukur akseptabilitas politik, juga kapabilitas maupun kompetensi kader partai.

Dalam proses seleksi kader partai di PDI Perjuangan terdapat tiga jenjang yaitu (1) Jejang pertama untuk Kader Pratama, (2) Jenjang kedua untuk Kader Madya, dan (3) Jenjang ketiga untuk Kader Utama.

Kaderisasi jenjang pertama adalah kaderisasi yang dilakukan oleh partai di tingkat paling bawah, yaitu DPC. Kaderisasi ini dilakukan oleh partai di tingkat Daerah, Desa atau Kelurahan dan Kabupaten atau Kota. Kaderisasi ini merupakan usaha partai dalam rangka memperkuat dan memperluas basis massa di Daerah. Dimana kaderisasi jenjang pertama ini berguna untuk mempersiapkan kader untuk mengisi jabatan-jabatan publik di tingkat paling rendah yaitu jabatan di tingkat Kabupaten atau Kota.

Kaderisasi jenjang kedua, adalah kaderisasi yang dilakukan oleh partai di tingkat menengah. Kaderisasi ini dilakukan oleh partai di tingkat provinsi. Kaderisasi ini bersifat fungsional yaitu kaderisasi berdasarkan atas pengelompokan terhadap kelompok strategis (pemuda, mahasiswa, pengusaha, dan lain-lain). Kaderisasi di jejang kedua ini berfungsi untuk mempersiapkan kader yang akan mengisi jabatan-jabatan publik di tingkat

(3)

provinsi baik sebagai calon legislatif tingkat Provinsi dan Gubernur.

Kaderisasi jenjang utama atau jenjang ketiga, merupakan proses kaderisasi yang dilakukan di tingkat paling atas yaitu DPP. Kaderisasi ini diselenggarakan oleh partai yang ditujukan bagi kader yang akan menduduki posisi tertentu (jabatan politik pada eksekutif dan legislatif) dalam rangka mewujudkan dan mencapai tujuan partai. Kaderisasi dijenjang utama ini berfungsi sebagai persiapan partai dalam pengisian jabatan di tingkat nasional, seperti jabatan pada MPR-RI dan DPR-RI.

Secara historis PDI Perjuangan lahir pada tanggal 1 Pebruari 1999 dan di deklarasikan pada tanggal 14 Pebruari 1999 di Istora Senayan Jakarta. Pada pemilu tahun 1999, PDI Perjuangan berhasil memperoleh dukungan yang begitu besar dari masyarakat sehingga dapat menempatkan wakilnya di DPR sebanyak 153 orang. Dalam perjalanannya, Megawati Soekarnoputri sebagai ketua umum dari PDI Perjuangan juga terpilih menjadi wakil presiden mendampingi KH Abdurahman Wachid yang terpilih dalam sidang Paripurna MPR sebagai Presiden Republik Indonesia ke empat.

Pada tanggal 27 Maret sampai 1 April tahun 2000 PDI Perjuangan menyelenggarakan kongres pertamanya. Alasan diselenggarakannya kongres ini adalah untuk memantapkan konsolidasi organisasi pasca terpilihnya Megawati sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia. Menjelang kongres I PDI Perjuangan, sudah muncul calon-calon kandidat Ketua Umum DPP PDI Perjuangan. Kongres I PDI Perjuangan akhirnya menetapkan Megawati Soekarnoputri sebagai ketua umum DPP PDI Perjuangan periode 2000-2005 secara aklamasi tanpa pemilihan, karena 241 dari 243 Dewan perwakilan cabang (DPC) mengusulkan Megawati Soekarnoputri sebagai ketua umum PDI Perjuangan. Kongres I PDI Perjuangan akhirnya menetapkan Megawati Soekarnoputri sebagai ketua umum DPP PDI Perjuangan periode 2000-2005 secara aklamasi tanpa pemilihan, karena 241 dari 243 Dewan perwakilan cabang (DPC) mengusulkan Megawati Soekarnoputri sebagai ketua umum PDI Perjuangan. Kongres II PDI Perjuangan diselenggarakan pada tanggal 28 sampai 31 Maret 2005.

Menjelang kongres II PDI Perjuangan diselenggarakan, sudah banyak muncul nama-nama yang akan maju sebagai calon kandidat ketua umum DPP PDI Perjuangan. Namun dalam perjalanan Kongres II PDI Perjuangan ini Megawati Soekarnoputri tetap dikukuhkan menjadi ketua umum karena seluruh peserta kongres II PDI Perjuangan ini dalam pemandangan umumnya mengusulkan Megawati menjadi ketua umum. Dan pada akhirnya Megawati Soekarnoputri dikukuhkan menjadi ketua umum DPP PDI Perjuangan periode 2005-2010.

Dari sedikit penggalan sejarah PDI Perjuangan di atas dapat kita simpulkan bahwa belum ada proses kaderisasi kepemimpinan yang jelas dalam tubuh partai. Ditandai dengan terpilihnya secara berturut-turut Megawati Soekarnoputri menjadi ketua umum meskipun banyak calon yang diajukan dan cukup berpotensi untuk menjadi pemimpin dipartai berlogo banteng tersebut.

Ketidakjelasan proses kaderisasi dalam tubuh PDI Perjuangan tidak hanya terjadi di pusat atau DPP tetapi juga terjadi di DPC. Sebagai salah satu kasus yaitu proses pemilihan Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk periode 2010-2015. Terpilihnya Taufiqurrahman menjadi Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk melalui Konferensi cabang partai dia terpilih dari hasil voting yang dilakukan oleh Perwakilan PAC Se-Kabupaten Nganjuk. Taufiqurrahman tergolong sebagai kader baru partai berlogo banteng di Kabupaten Nganjuk. Taufiqurrahman baru bergabung menjadi kader partai PDI Perjuangan yaitu pada tahun 2007 saat akan mencalonkan diri sebagai calon Kepala Daerah Kabupaten Nganjuk.

Selain kader baru di PDI Perjuangan, Taufiqurrahman juga bukan merupakan kader asli dari Nganjuk karena domisili sebelumnya berada di Kabupaten Jombang dan dia juga bukan sebagai anggota partai PDI Perjuangan di Jombang saat itu. Dalam rekam jejaknya Taufiqurrahman bukanlah seorang politikus murni karir awal beliau sebagai pebisnis asal Jombang yang memiliki berbagai macam bentuk usaha dan cukup berhasil. Namun dalam perjalanan karir Taufiqurrahman mengubah haluannya dari pebisnis menjadi politikus. Sekarang Taufiqurrahman dalam karir politik menjabat sebagai Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk periode 2010-2015 dan Bupati atau Kepala Daerah Kabupaten Nganjuk. Dari fakta tersebut dapat kita amati bahwa dalam tubuh DPC PDI Perjuangan daerah Nganjuk yang sudah berdiri sejak masa reformasi 1998 hingga sekarang belum mampu melahirkan seorang kader partai asli putra daerah Kabupaten Nganjuk untuk menjadi pemimpin di DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk dan sebagai pejabat publik dimasa depan.

Dari pemaparan tentang proses kaderisasi kepemimpinan PDI Perjuangan dapat disimpulkan bahwa belum terlaksana proses kaderisasi kepemimpinan yang jelas dalam tubuh partai. Ketidakjelasan proses kaderisasi dalam tubuh PDI Perjuangan tidak hanya terjadi di pusat atau DPP tetapi juga terjadi di daerah tingkat II atau DPC. Sebagai salah satu contoh kasus adalah proses kaderisasi kepemimpinan di DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk. Terkait dengan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pola kaderisasi Kepemimpinan Partai Politik (Studi Terhadap

(4)

Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Kabupaten Nganjuk)”.

Hal ini dirasa penting untuk diteliti, karena pada kenyataannya PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk merupakan salah satu partai penguasa di Nganjuk, karena dalam pemilu Kepala Daerah tahun 2012 berhasil menang dan menjadikan Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk Taufiqurrahman sebagai Bupati. Sedangkan suara PDI Perjuangan di Nganjuk pada pemilu tahun 2009 menempati urutan kedua setelah Partai Demokrat, dan pada pemilu 2014 menempati urutan ke-1 dengan perolehan kursi anggota DPRD Kabupaten Nganjuk terbanyak sejumlah 11 kursi.

Partai politik ialah sekumpulan orang-orang yang berada dalam satu wadah disebut organisasi yang mempunyai orientasi dan tujuan sama sesuai dengan konstitusi kelembagaan dan mengikuti sistem politik dan sistem pemilihan yang ada untuk memperoleh kekuasaan dalam pemerintahan.

Menurut Carl. J. Friedrich, partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya, dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya manfaat yang bersifat idiil maupun materiil. Menurut R.H. Soltau, partai politik adalah sekelompok warga Negara yang sedikit banyak terorganisir yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik yang memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih yang bertujuan untuk menguasai pemerintahan dan melaksanakan kebijaksanaan umum mereka. (dalam buku Miriam Budiarjo, 2013 : hal 161).

Menurut Miriam Budiardjo, partai politik dapat diartikan sebagai suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini adalah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik untuk melaksanakan programnya. Berdasarkan pengertian di atas maka penulis mengelaborasi definisi partai politik ialah sekumpulan orang-orang yang berada dalam satu wadah disebut organisasi yang mempunyai orientasi dan tujuan yang sama sesuai dengan konstitusi kelembagaan dan mengikuti sistem politik/sistem pemilihan yang ada untuk memperoleh kekuasaan dalam pemerintahan. (Miriam Budiarjo, 2013 : hal 160).

Dalam merebut atau mempertahankan kekuasaan, partai politik mengikuti pemilihan umum atau pemilu. Giovani Sartori (dalam Budiarjo, 2013:404) menyatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok politik yang mengikuti pemilihan umum dan, melalui pemilihan umum itu, mampu menempatkan calon-calonnya untuk menduduki jabatan-jabatan publik.

Menurut Neumann (dalam Budiarjo, 2013:404), partai politik merupakan perantara yang besar yang menghubungkan kekuatan-kekuatan dan ideologi sosial dengan lembaga-lembaga pemerintahan yang resmi.

Partai politik jika dilihat dari asal-usulnya dapat dijelaskan melalui 3 (tiga) kategori, seperti yang telah ditulis oleh Cholisin (2007:111-112), yaitu (1) Teori Kelembagaan yang melihat ada hubungan antara parlemen awal dan timbulnya partai politik. Kalangan anggota parlemen (yang diangkat) karena kabutuhan untuk membina dukungan dari masyarakat, maka dibentuklah partai politik, (2) Teori Situasi Historis yang menjelaskan timbulnya partai karena situasi perubahan dari masyarakat tradisional (strukturnya lebih kompleks). Perubahan itu menimbulkan tiga krisis, yaitu legitimasi, integrasi, dan partisipasi. Untuk mengatasi ketiga krisis tersebut maka dibentuklah partai politik, dan (3) Teori Pembangunan melihat timbulnya .partai politik sebagai produk modernisasi sosial ekonomi. Modernisasi sosial ekonomi, melahirkan berbagai peningkatan dalam kehidupan, misalnya pendidikan dan industrialisasi. Juga pembentukan kelompok kepentingan dan organisasi profesi. Kondisi ini mendorong untuk perlu dibentuknya partai politik untuk memadukan dan memperjuangkan aspirasi mereka.

Fungsi utama partai politik adalah mencari dan mempertahankan kekuasaan untuk mewujudkan program-program yang disusun berdasarkan ideologi tertentu. Cara yang digunakan oleh partai politik untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di negara yang menganut sistem politik demokrasi yaitu ikut serta dalam pemilihan umum. Untuk melaksanakan fungsi itu, partai politik juga melakukan kegiatan meliputi seleksi calon-calon, kampanye dan melaksanakan fungsi pemerintahan (legislatif dan eksekutif). Sedangkan untuk partai tunggal dalam sistem politik totaliter berupa paksaan fisik dan psikologik oleh suatu diktatorial kelompok (komunis) maupun diktatorial individu (fasis).

Adapun fungsi partai politik di negara yang menganut sistem politik demokrasi menurut Budiarjo (2013:405-409) adalah sebagai (1) sarana sosialisasi politik dapat diartikan sebagai suatu proses yang melaluinya seseorang memperoleh sikap orientasi terhadap fenomena politik yang umumnya berlaku dalam masyarakat di mana ia berada, (2) sebagai sarana komunikasi politik di masyarakat modern yang luas dan kompleks, banyak ragam pendapat dan aspirasi yang berkembang. Setelah itu partai politik merumuskannya menjadi usul kebijakan. Di sisi lain, partai politik juga berfungsi memperbincangkan dan menyebarluaskan rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan pemerintah. Akan tetapi sering terdapat gejala bahwa pelaksanaan fungsi komunikasi ini, sengaja atau tidak disengaja,

(5)

menghasilkan informasi yang berat sebelah dan malahan menimbulkan kegelisahan dan keresahan dalam masyarakat, (3) sarana rekrutmen politik yang memiliki fungsi berkaitan dengan masalah seleksi kepemimpinan, baik kepemimpinan internal partai maupun kepemimpinan nasional yang lebih luas. Selain itu partai politik juga berkepentingan memperluas atau memperbanyak keanggotaan, dan (4) sarana pengatur konflik karena potensi konflik selalu ada di setiap masyarakat, apalagi di masyarakat yang bersifat heterogen, apakah dari segi etnis, sosial-ekonomi, ataupun agama. Di sini peran politik diperlukan untuk membantu mengatasinya, atau sekurang-kurangnya dapat diatur sedemikian rupa sehingga akibat negatifnya dapat ditekan seminimal mungkin. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa partai politik dapat menjadi penghubung psikologis dan organisasional antara warga negara dengan pemerintahnya.

Sedangkan menurut Cholisin (2007:113), fungsi utama partai politik adalah mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program-programnya yang disusun berdasarkan ideologi tertentu. Disamping fungsi tersebut dapat ditambahkan lagi fungsi partai politik lainnya, yaitu sebagai (1) sosialisasi politik adalah proses pembentukan sikap dan orientasi politik. Nilai-nilai politik yang disosialisasikan adalah yang berkembang dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan metode penyampaiannya dapat dilakukan dengan pendidikan dan indoktrinasi politik, (2) rekrutmen politik yaitu seleksi dan pemilihan atau pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya, (3) partisipasi politik yang berfungsi dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan umum dan ikut menentukan pemimpin pemerintahan, (4) pemandu kepentingan di dalam masyarakat terdapat berbagai kepentingan yang berbeda-beda bahkan saling betentangan satu sama lain.

Untuk menampung berbagai kepentingan tersebut maka partai politik dibentuk. Pemandu kepentingan dimaksudkan sebagai kegiatan menampung, menganalisis dan memadukan berbagai kepentingan yang berbeda dan bertentangan satu sama lain menjadi berbagai alternatif kebijakan umum, kemudian diperjuangkan dalam proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik, (5) sarana komunikasi politik ialah proses penyampaian informasi politik dari pemerintah kepada masyarakat dan sebaliknya. Partai politik perlu menerjemahkan informasi yang mudah dipahami oleh pemerintah dan masyarakat, agar komunikasi bersifat efektif, (6) pengendalian konflik yang berfungsi untuk melakukan pengendalian konflik mulai dari perbedaan pendapat sampai pada pertikaian fisik antar individu atau

kelompok melalui cara berdialog dengan pihak-pihak yang berkonflik, menampung dan memadukan berbagai aspirasi dan kepentingan dari pihak-pihak yang berkonflik dan membawa permasalahan ke dalam musyawarah badan perwakilan rakyat untuk mendapatkan penyelesaian berupa keputusan politik, (7) kontrol politik dengan melakukan kegiatan untuk menunjukan kesalahan, kelemahan dan penyimpangan dalam isi kebijakan atau pelaksanaan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, (8) persuasi adalah kegiatan partai politik yang dikaitkan dengan pembangunan dan pengajuan usul-usul kebijakan agar memperoleh dukungan seluas mungkin bagi kegiatan tersebut, dan (9) represi yang dimaksud adalah partai politik melalui pemerintah atau secara langsung mengenakan sanksi baik kepada anggota maupun bukan anggota. Juga mengendalikan semua asosiasi dan partai lain, serta berusaha menuntut ketaatan dan membentuk pikiran dan loyalitas anggota dengan cara tidak mengizinkan oposisi dan menghukum oposisi dan pembangkang.

Tipologi partai politik menurut Cholisin (2007:116-120) dibagi menjadi 4 (empat) bagian, yaitu (1) tipologi berdasarkan kriteria: komitmen partai terhadap ideologi dan kepentingan menghasilkan 5 (lima) tipe partai politik, yaitu (a) partai proto yaitu faksi yang dibentuk berdasarkan pengelompokan ideologis masyarakat. Jadi sebelumnya partai proto belum mempunyai ciri sebagai partai politik, (b) partai kader adalah partai yang secara ketat membatasi keanggotaannya terbatas pada golongan kelas menengah ke atas. Ideologi yang dianut konservatisme ekstrim atau maksimal reformisme moderat, (c) partai massa merupakan partai yang dibentuk di luar lingkungan parlemen dan berorientasi pada basis pendukung yang luas, dan memiliki ideologi yang cukup jelas untuk memobilisasikan massa, (d) partai diktatorial merupakan sub-tipe partai massa, tetapi memiliki ideologi yang lebih kaku dan radikal, dan (e) partai catch-all merupakan gabungan dari partai kader dan massa.

Riswanda Imawan (dalam Cholisin, 2004:161) mengajukan tipe Catch-all Party yang berideologi, sebagai tipe partai yang perlu dikembangkan di era reformasi agar agenda politik yang ditawarkan menjadi jelas arahnya sehingga mewarnai rejim politik, (2) tipologi berdasarkan kriteria: sumber dukungan, organisasi internal, dan cara-cara tindakannya dengan masing-masing tipe partai politik tersebut adalah sebagai (a) partai komprehensif yang berorientasi pada pengikut (clientel oriented), (b) partai sectarian dengan memakai kelas, daerah atau ideologi sebagai daya tariknya, (c) partai tertutup adalah partai yang keanggotaannya berifat terbatas, dan (d) partai terbuka merupakan partai yang kualifikasi keanggotaannya longgar, (3) tipologi

(6)

berdasarkan kriteria: asas dan orientasi menurut Ramlan (dalam Cholisin, 2007:118), maka dikenal 3 (tiga) tipe partai sebagai (a) partai politik pragmatis ialah partai yang mempunyai program dan kegiatan yang tak terikat kaku pada suatu doktrin dan ideologi tertentu, (b) partai politik doktriner ialah partai yang memiliki sejumlah program dan kegiatan kongkrit sebagai penjabaran ideologi. Contohnya Partai Komunis, (c) partai politik kepentingan merupakan partai yang dibentuk dan dikelola atas dasar kepentingan tertentu, seperti petani, buruh, etns, agama, dan lingkungan hidup, dan (4) tipologi berdasarkan kriteria: basis sosial dan tujuan, partai politik dibagi menjadi 4 (empat) yaitu (a) partai politik yang beranggotakan lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat, seperti kelas atas, menengah, dan bawah, (b) partai politik yang anggotanya berasal dari kalangan kelompok kepentingan tertentu seperti petani, buruh, dan pengusaha, (c) Partai politik yang anggotanya berasal dari pemeluk agama tertentu, seperti Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, dan (d) Partai politik yang anggotanya berasala dari kelompok budaya tertentu seperti suku bangsa, bahasa, dan daerah tertentu.

Sistem kepartaian ialah pola perilaku dan interaksi diantara sejumlah partai politik. Cholisin (2007:120) menggolongkan sistem politik sebagai (1) sistem partai tunggal totaliter, memang hanya terdapat satu partai yang menguasai seluruh aspek kehidupan masyarakat. Sedangkan sistem partai tunggal otoriter, terdapat lebih dari satu partai, tetapi hanya satu partai yang digunakan penguasa untuk memobilisasi masyarakat dan mengesahkan kekuasaannya. Partai yang lain dibatasi ruang geraknya. Selanjutnya pada sistem partai tunggal dominan, terdapat lebih dari satu partai tetapi hanya satu partai yang mendapat dukungan terus-menerus, (2) sistem dwi partai bersaing, terdapat dua partai yang selalu bersaing untuk mendapatkan kewenangan memerintah melalui pemilihan umum. Dalam kepustakaan ilmu politik pengertian sistem dwi partai biasanya diartikan bahwa ada dua partai diantara beberapa partai, yang berhasil memenangkan dua tempat teratas dalam pemilihan umum secara bergiliran, dan dengan demikian mempunyai kedudukan dominan. Dalam sistem ini partai-partai dengan jelas dibagi dalam partai yang berkuasa (karena menang dalam pemilihan umum) dan partai oposisi (karena kalah dalam pemilihan umum), dan (3) sistem multi partai yang terdiri atas dua partai lebih yang dominan. Umumnya dianggap bahwa keanekaragaman budaya politik suatu masyarakat mendorong pilihan ke arah sistem multi partai. Pola multi partai umumnya diperkuat oleh sistem pemilihan perwakilan berimbang (proportional representation) yang memberi kesempatan luas bagi pertumbuhan partai-partai dan golongan-golongan baru.

Peran kaderisasi kepemimpinan di dalam partai politik ini sangat berkaitan erat dengan salah satu fungsi dari partai politik di Negara demokrasi yaitu sebagai sarana rekruitmen politik.

Miriam Budiarjo (2013:408) menjelaskan bahwa fungsi partai politik berkaitan erat dengan masalah seleksi kepemimpinan, baik kepemimpinan internal partai maupun kepemimpinan nasional yang lebih luas. Untuk kepentingan internalnya, setiap partai butuh kader-kader yang berkualitas, karena hanya dengan kader yang demikian ia dapat menjadi partai yang mempunyai kesempatan lebih besar untuk mengembangkan diri. Dengan mempunyai kader-kader yang baik, partai tidak akan sulit menentukan pemimpinnya sendiri dan mempunyai peluang untuk mengajukan calon untuk masuk ke bursa kepemimpinan nasional.

Sebagai fokus lanjutan untuk mengetahui Pola Kaderisasi Kepemimpinan Partai Politik dirasa perlu untuk diketahui tentang bagaimana seleksi kepemimpinan internal partai khususnya PDI perjuangan sebagai salah satu partai politik di Indonesia yang menganut sistem politik demokrasi. Karena adanya pemikiran bahwa partai politik membutuhkan kader-kader yang berkualitas untuk dijadikan pemimpin dalam internal partai dan mempunyai peluang untuk masuk ke bursa kepemimpinan nasional.

Merujuk pada teori situasi historis yang ditulis oleh Ramlan Surbakti (dalam Cholisin, 2007:111) PDI Perjuangan merupakan partai yang timbul dari situasi perubahan dari masyarakat tradisional (strukturnya sederhana) kemasyarakat modern (strukturnya lebih kompleks). Perubahan itu menimbulkan tiga krisis, yaitu legitimasi, integrasi, dan partisipasi. Untuk mengatasi ketiga krisis tersebut, maka dibentuklah partai politik.

Pada kenyataannya PDI Perjuangan muncul di saat adanya perubahan sistem politik Negara Kesatuan Republik Indonesia dari masa orde baru yang otoriter ke arah sistem politik yang lebih demokratis. Dari perubahan itu menimbulkan berbagai krisis yang dialami oleh pemerintahan Republik Indonesia mulai dari krisis legitimasi, integrasi, dan partisipasi dalam pemerintah.

Munculnya krisis legitimasi pada saat itu di tandai dengan mundurnya beberapa mentri dalam kabinet yang dibentuk Presiden Soeharto pada masa Orde Baru. Krisis integrasi yang diawali dengan penyampaian usul oleh ketua DPR RI pada saat itu yaitu Harmoko agar Soeharto sebagai Presiden mundur dari jabatannya. Padahal Harmoko dikenal sebagai salah satu kroni dari Soeharto. Krisis kepercayaan juga terjadi pada saat itu yang ditandai dengan adanya demonstrasi besar-besaran yang dilakukan oleh mahasiswa dan buruh untuk menuntut mundurnya Presiden Soeharto karena dinilai sudah tidak mampu lagi memimpin Republik Indonesia di tengah

(7)

krisis ekonomi yang melanda. Untuk mengatasi berbagai krisis yang terjadi itu maka masyarakat Indonesia membentuk partai politik baru meskipun sebelumnya sudah ada partai politik yang ada pada masa Orde Baru. Salah satu partai politik baru itu adalah PDI Perjuangan dengan semangat reformasi memiliki tujuan mewujudkan demokratisasi di Indonesia.

Berdasarkan kriteria komitmen partai terhadap ideologi dan kepentingan, PDI Perjuangan tergolong partai cath-all. Partai Cath-all merupakan gabungan dari partai kader dan masa. Riswanda Imawan (dalam Cholisin, 2004: 161) mengajukan tipe Catch-all Party yang berideologi, sebagai tipe partai yang perlu dikembangkan pada era reformasi agar agenda politik yang ditawarkan menjadi jelas arahnya sehingga mewarnai rejim politik.

Berdasarkan kriteria sumber dukungan, organisasi internal, dan cara-cara tindakannya PDI Perjuangan termasuk pada kategori partai terbuka. Partai terbuka adalah partai yang kualifikasi keanggotaannya longgar. Sedangkan berdasar kriteria asas dan orientasi PDI Perjuangan tergolong partai politik doktriner. Partai politik doktriner ialah partai yang memiliki sejumlah program dan kegiatan yang kongkrit sebagai penjabaran ideologi.

Berdasarkan kriteria basis sosial dan tujuan PDI Perjuangan tergolong partai dengan basis anggota lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat, seperti kelas atas, menengah, dan bawah. Berdasarkan tujuan PDI Perjuangan tergolong partai perwakilan kelompok, yakni partai yang menghimpun berbagai kelompok masyarakat untuk memenangkan sebanyak mungkin kursi dalam parlemen.

Sistem kaderisasi kepemimpinan mempunyai pengertian, yaitu (1) Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Jogianto, 2005 : hal 2), (2) sistem adalah sekelompok bagian-bagian yang bekerjasama untuk melakukan suatu maksud. Apabila salah satu bagian rusak atau tidak dapat menjalankan tugas maka tujuan yang hendak dicapai tidak akan terpenuhi atau sistem yang telah terwujud akan mendapat gangguan. (e.journal ilmu pemerintahan volume 2 (1), 2014 : 1829-1841), jadi kaderisasi kepemimpinan adalah proses mempersiapkan atau mencetak seseorang untuk menjadi pemimpin di masa depan (Syamsul Arifin, 2012 : hal 21)

Proses kaderisasi adalah kegiatan yang berisi upaya-upaya yang mendukung bagi terbentuknya integritas kepribadian dan kemampuan menggerakan orang lain secara intensif sehingga dapat mempersiapkannya untuk menjadi pemimpin di masa depan. Kaderisasi kepemimpinan adalah proses mempersiapkan atau mencetak seseorang untuk menjadi pemimpin di masa

depan. Dari proses kaderisasi ini menghasilkan seorang kader. Dalam salah satu kamus istilah kader ini diartikan sebagai bagian dari anggota yang terikat dengan disiplin dan bekerja secara maksimal. Akan tetapi disini seorang kader diartikan sebagai orang yang diharapkan akan memegang sebuah amanah kepemimpinan atau sebuah jabatan baik itu di organisasi pemerintahan maupun di organisasi lain.

Beberapa faktor mengapa kaderisasi kepemimpinan ini sangat diperlukan yaitu (1) dalam organisasi ada ketentuan periode kepemimpinan seseorang, (2) adanya penolakan dari anggota kelompok yang menghendaki kepemimpinannya diganti, baik secara wajar maupun tidak wajar, (3) proses alamiah yakni usia yang menjadi tua dan kehilangan kemampuan memimpin, dan (4) kematian

Dalam pelaksanaannya proses kaderisasi ada dua macam yaitu (1) Kaderisasi Informal yang merupakan sebuah proses atau usaha-usaha untuk mempersiapkan seorang calon pemimpin atau seorang kader yang dilaksanakan tidak secara berencana, teratur, tertib, sistematis, terarah dan disengaja serta tidak menggunakan kurikulum tertentu. Akan tetapi kaderisasi informal ini merupakan sebuah proses pendidikan sehari-hari yang dimulai dari sejak dini, baik itu proses belajar di sekolah, pendidikan yang diberikan keluarga dan lingkungan masyarakat setempat. Proses ini menekankan pembentukan kepribadian dan penanaman akhlak dan sikap yang baik dalam jangka waktu yang lama. Kepribadian positif perlu dipupuk sejak dini dan seumur hidup.Dari proses kaderisasi informal ini dapat diketahui kelebihan seseorang calon pemimpin yang memiliki kepribadian positif. Hal ini bisa dilihat dari prestasinya, loyalitas dan dedikasinya dalam sebuah kelompok atau organisasi yang diikutinya, serta akhlak dan agamanya atau loyalitasnya terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan (2) Kaderisasi Formal merupakan proses kaderisasi atau upaya mempersiapkan seseorang menjadi calon pemimpin yang dilaksanakan secara disengaja, terarah, teratur, tertib, sistematis dan mengikuti kurikulum tertentu dalam jangka waktu tertentu yang berisi bahan-bahan teoritis dan praktik tentang kepemimpinan dan berbagai aspek pendukungnya.

Beberapa usaha kaderisasi formal yang bersifat interen dapat ditempuh dengan berbagai cara (1) memberi kesempatan menduduki jabatan pemimpin pembantu, (2) latihan kepemimpinan di dalam atau di luar organisasi,(3) memberikan tugas belajar, dan (4) penugasan sebagai pucuk pimpinan suatu unit.

Sedangkan kaderisasi formal yang bersifat eksteren dapat ditempuh dengan cara (1) menyeleksi sejumlah generasi muda lulusan lembaga pendidikan jenis dan jenjang tertentu untuk diangkat memimpin suatu unit

(8)

yang sesuai atau ditugaskan aging sebelumnya, (2) menyeleksi sejumlah generasi muda lulusan lembaga pendidikan jenis dan jenjang tertentu, kemudian ditugaskan belajar pada lembaga pendidikan yang lebih tinggi baik di dalam dan di luar negeri sebelum ditempatkan pada posisi tertentu, (3) memesan sejumlah generasi muda dari lembaga pendidikan formal dengan program khusus sesuai dengan bidang yang dikelola organisasi pemesan dengan syarat tertentu, (4) menerima sejumlah generasi muda dari lembaga pendidikan untuk melakukan kerja praktik di lingkungan organisasi, dan (5) memberikan beasiswa belajar bagi orang yang tidak mampu kemudian setelah lulus langsung ditempatkan pada jalur yang memberi peluang untuk melatih dan mempersiapkan diri menjadi pimpinan secara bertahap.

Komponen Kaderisasi terdiri dari dua macam, yaitu (1) pertama, pelaku kaderisasi (subjek) adalah individu atau sekelompok orang yang dipersonifikasikan dalam sebuah organisasi dan kebijakan-kebijakannya yang melakukan fungsi regenerasi dan kesinambungan tugas-tugas organisasi, dan (2) kedua, sasaran kaderisasi (objek) adalah individu-individu yang dipersiapkan dan dilatih untuk meneruskan visi dan misi organisasi. (Syamsul Arifin, 2012: hal 21-23)

METODE

Jenis penelitian ini menggunakan paradigma kualitatif dengan strategi studi kasus. Studi kasus merupakan strategi penelitian dimana didalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan (Creswell, 2010:20).

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dikarenakan ada ketidak jelasan kaderisasi kepemimpinan partai politik sehingga peneliti ingin mengetahui tentang sistem dan cara kerja kaderisasi kepemimpinan yang dilakukan di Dewan Pimpinan Cabang PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk periode 2010-2015, sebagai suatu pola kaderisasi kepemimpinan partai politik serta mengetahui faktor pendukung dan penghambatnya.

Tempat penelitian adalah daerah atau lokasi yang digunakan untuk melakukan kegiatan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kabupaten Nganjuk. Dipilihnya lokasi penelitian ini karena Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kabupaten Nganjuk merupakan salah satu tempat dilakukan proses konsolidasi, kaderisasi

kepemimpinan atau pengkaderan dan interaksi kader PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk.

Informan penelitian ini adalah Ketua, Sekertaris, dan Bendahara Dewan Perwakilan Cabang Partai Demokrasi Indonesia Perjuang Kabupaten Nganjuk serta Anggota dan Kader PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk. Informan penelitian dipilih dengan menggunakan purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2009:85). Sebagai pedoman, penelitian ini menggunakan ketentuan dimana informan penelitian adalah orang yang dinilai memahami kaderisasi atau pengaderan dan telah atau sedang mengikuti kaderisasi yaitu ketua, sekretaris, bendahara, anggota dan kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kabupaten Nganjuk periode 2010-2015.

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data, memperoleh keterangan yang benar dan dapat dipertanggung jawabkan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara (1) wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh (Sugiyono, 2014:73). Peneliti disini sudah menyiapkan pedoman wawancara kepada responden dengan pertanyaan yang sama, tentang sistem, cara kerja dan pelaksanaan kaderisasi kepemimpinan dan faktor pendukung dan penghambat dari pola kaderisasi yang ada di DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk, (2) pedoman wawancara (guading question) yang telah tersusun secara sistematis tentang hal-hal yang akan ditanyakan (Sukmadinata, 2011:112). Instrumen penelitian dalam bentuk guading question yang bersisi tentang acuan-acuan pertanyaan yang dibutuhkan sifat penggunaanya sendiri tidaklah kaku. Dalam hal ini, hanya sebagai acuan sehingga peneliti tetap bisa melakukan improvisasi yang mendalam, kemudian hasilnya dicatat dalam field note, (3) teknik dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip. Arsip dan termasuk juga buku-buku pedoman tentang pendapat, teori, dan dalil-dalil atau hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian (Nawawi, 2003:133)

Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain (Sugiyono, 2009:244).

(9)

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan seluruh data tentang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kabupaten Nganjuk, kemudian mengkatagorikan data sesuai dengan jenisnya setelah itu data di reduksi sesuai kebutuhan, dalam bentuk ketegori sistem kaderisasi, cara kerja, pelaksanaan, serta faktor penghambat dan pendukung pola kaderisasi kepemimpinan partai politik. Kemudian data dianalisis dengan Teori Kepemimpinan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan di kantor DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk yang beralamat di Jalan Raya Madiun Surabaya, Dusun Gerung, Desa Pehserut, Kabupaten Nganjuk.

Berdasarkan pada hasil wawancara tanggal 15 Mei 2014 dengan Hariyono selaku bendahara DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk dan kader partai sejak tahun 1986 menyebutkan bermula dari pertemuan antara Kelompok Demokrasi Pembangunan pada tahun 1973 yang mengharuskan 5 partai politik untuk melakukan fusi yang dihadiri oleh Partai Nasionalis Indonesia (PNI), Partai Katolik, IPKI, Parkindo dan Partai Murba untuk membentuk partai baru yang dinamai Partai Demokrasi Indonesia. Di Kabupaten Nganjuk Partai Demokrasi Indonesia atau PDI pada tahun 1973 di prakarsai oleh Suwignyo.

Perselisihan terjadi pada tahun 1977 dalam Munas 1 Partai Demokrasi Indinesia di Pandaan. Muncul kubu yang mengatasnamakan Kelompok Muda dan mengancam akan mendeklarasikan diri sebagai DPP PDI. Dibawah kepemimpinan Kelompok Muda dari sini PDI mulai menyampaikan sosok partai sebagai partai masa depan, partainya anak muda, partai sendal jepit, dan lain sebagainya. Pada saat inilah Mian Soekrijadi tampil menggantikan sosok suwignyo sebagai ketua Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrasi Indonesia Kabupaten Nganjuk selama dua Periode 1977-1987 dikarenakan suwignyo sebagai kader partai terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Kemudian pada periode selanjutnya Mian soekrijadi digantikan oleh YA widodo sebagai ketau DPC PDI Perjuangan Kabupaten nganjuk periode 1987-1992 dikarenakan Mian sokrijadi tutup usia.

Pada tahun 1996 muncul istilah partai PDI Pro Mega dan PDI Soerjadi dikarenakan terpecahnya dukungan partai. Namun sesuai dengan tuntutan perkembangan sistem politik di Indonesia, PDI pada tanggal 11 Februari 1999 mendeklarasikan diri menjadi PDI Perjuangan sekaligus merubah logo menjadi banteng dalam lingkaran

yang bermulut putih dan bermata merah. Deklarasi ini disambut dengan sangat antusias oleh kader-kader partai dan masyarakat terutama oleh masyarakat di Kabupaten Nganjuk yang pada saat itu PDI Perjuangan telah diketuai oleh Muharjito.

Seiring dengan perkembangan zaman setelah reformasi menuju era demokrasi dalam sistem politik Indonesia, pada tahun 2005 Kedudukan Muharjito sebagai ketua Dewan Perwakilan cabang Kabupaten Nganjuk digantikan oleh Soesilo Muslim. Soesilo Muslim menjadi ketua DPC PDI Perjuangan kabupaten nganjuk pada periode 2000-2005.

Pada tahun 2005 diadakan kembali pemilihan struktural DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk, untuk mengisi masa kepengurusan periode 2005-2010. Pada saat itu terjadi kekacauan pada tubuh PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk karena terjadi mosi tidak percaya kepada Soesilo Muslim karena ada dugaan dana bantuan politik PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk disalah gunakan demi terpilihnya Soesilo Muslim kembali menjadi ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk, dengan maksud agar dia bisa mencalonkan Bupati Nganjuk dari PDI Perjuangan pada saat itu. Terjadi demo dan penyegelan kantor DPC oleh oknum-oknum yang kecewa terhadap kepemimpinan Soesilo Muslim, yang berakibat DPP PDI Perjuangan membekukan sementara struktural DPC PDI Perjuangan. Selama dua tahun dibekukan, dari tahun 2005-2007, pada tahun 2007 ditunjuklah Taufiqurrahman menjadi PLT ketua DPC PDI Perjuangan oleh DPD Jatim. Selama tiga tahun menjadi PLT DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk pada tahun 2010 nama Taufiqurrahman masuk dalam bursa calon ketua DPC dan terpilihlah Taufiqurrahman sebagai ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk periode 2010-2015.

Bedasarkan hasil dokumentasi dari “Jalan Menuju Kemenangan” SURAT KETETAPAN No : 11/TAP/KONGRES III/PDI-P/2010 tentang PROGRAM PERJUANGAN PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN ditemukan (1) visi partai adalah keadaan pada masa depan yang diidamkan oleh partai, dan oleh karena itu menjadi arah bagi perjuangan partai. Berdasarkan amanat pasal 6 Anggaran Dasar Partai, visi PDI Perjuangan adalah (a) terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagaimana dimaksud dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan (b) terwujudnya masyarakat Pancasila dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945. (2) misi partai adalah muatan hidup yang diemban oleh partai, sekaligus menjadi dasar pemikiran atau keberlangsungan eksistensi partai, sebagaimana diamanatkan dalam pasal 7,8 dan 9 Anggaran Dasar Partai, yaitu (a) menghimpun dan

(10)

memperjuangkan rakyat sebagai arah kebijakan politik partai, (b) memperjuangkan kebijakan politik partai menjadi kebijakan politik penyelenggara negara, (c) menghimpun, membangun dan menggerakan kekuatan rakyat guna membangun masyarakat Pancasila, (d) menghimpun, merumuskan dan memperjuangkan aspirasi rakyat dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan Negara, (e) memperjuangkan kepentingan rakyat di bidang ekonomi, sosial dan budaya secara demokratis, (f) berjuang mendapatkan kekuasaan politik secara konstitusional guna mewujudkan pemerintahan yang melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia, (g) membentuk dan membangun karakter bangsa, (h) mendidik dan mencerdaskan rakyat agar bertanggung jawab menggunakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara, (i) melakukan komunikasi politik dan partisipasi politik warga negara, (j) mempertahankan dan mewujudkan cita-cita Negara Proklamasi 17 Agustus 1945 di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, (k) melaksanakan, mempertahankan dan menyebarluaskan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, (l) mempersiapkan kader partai dalam pengisisan jabatan politik dan jabatan publik melalui mekanisme demokrasi, dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan jender; dan (m) mempengaruhi dan mengawasi jalannya penyelenggaraan Negara, agar terwujud pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

Bedasarkan hasil dokumentasi dari “Jalan Menuju Kemenangan” SURAT KETETAPAN No : 11/TAP/KONGRES III/PDI-P/2010 tentang PROGRAM PERJUANGAN PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN ditemukan (1) tujuan umum partai yaitu (a) mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, (b) membangun masyarakat pancasila 1 Juni 1945 dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, demokratis, adil dan makmur, dan (2) tujuan khusus partai yaitu (a) menghimpun dan membangun kekuatan politik rakyat, (b) memperjuangkan kepentingan rakyat di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya secara demokratis; dan (c) berjuang mendapatkan kekuasaan politik secara konstitusional guna mewujudkan pemerintahan yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Untuk dapat menjalankan amanat kongres yang telah menetapkan diri sebagai partai ideologis dengan

kebijakan yang progresif, partai memerlukan sebuah landasan juang (platform program) yang bersifat progresif pula, serta dapat diterapkan dalam kondisi dan situasi apapun di seluruh wilayah Indonesia.

Platform program yang progresif perlu dilengkapi dengan arah umum program perjuangan partai, yang menjadi penuntun bagi struktural partai di semua tingkatan dalam merumuskan solusi programatik bagi permasalahan rakyat. Arah umum program perjuangan ini sekaligus juga menjadi pedoman untuk mengukur kinerja kader dalam Tiga Pilar Partai (eksekutif, legislatif, dan struktural), sehingga Dewan Pimpinan Partai dapat menentukan pemberian penghargaan (reward) atau sanksi (punishment) dalam takaran yang tepat kepada kader yang layak menerimanya.

Oleh karenanya kongres sebagai forum tertinggi partai yang merupakan perwujudan kedaulatan anggota partai, memandang perlu untuk merumuskan platform program yang progresif, dengan nama Trias Dinamika Partai, dan arah umum program yang progresif dengan nama Dasa Prasetya.

Trias Dinamika Partai adalah tiga aktivitas kerja Partai yang berurutan, bertahap dan berkelanjutan untuk mendinamisir partai. Tiga aktivitas tersebut adalah pemetaan wilayah politik, penempatan kader, dan membumikan kinerja partai, yang (1) merupakan slogarde (pergerakan seluruh jajaran) partai yang bersifat dialektis, dinamis, progresif dan kontinyu. Bagi suatu bangsa pejuang, tiada kata akhir = For a fighting nation, there is no journey’s end!, (2) merupakan kristalisasi dari diskusi panjang mengenai teori gerakan kepartaian (macht vorming macht aanwending, dan wilgeistaad), dan (3) mengamanatkan kepada seluruh komponen partai (Kader Komunitas Juang, Kader Legislatif, dan Kader Eksekutif; yang dipimpin oleh struktural partai) untuk senantiasa bergerak secara integrative sesuai dengan jenjang, fungsi, dan tugas masing-masing. Trias dinamika partai bertujuan untuk (1) menerapkan ideologi Pancasila 1 Juni 1945 menjadi program riil yang bermanfaat untuk rakyat, (2) melaksanakan fungsi-fungsi kepartaian yaitu agregasi aspirasi, artikulasi aspirasi, pendidikan politik, dan mempersiapkan pemimpin; dan (3) menempuh jalan kepartaian menuju kemenangan Pemilu 2019.

Sebagai penuntun bagi para kader partai dalam memilih dan menerapkan program-program perjuangan dalam rangka mencapai cita-cita partai, Kongres menyusun pedoman berupa arah umum program perjuangan partai, yang dinamakan Dasa Prasetiya.

Dasa Prasetiya, yang berarti sepuluh janji kesetiaan, berisi 10 (sepuluh) butir pemikiran kebangsaan mengenai usaha pemberdayaan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Pemikiran-pemikiran ini dilandasi oleh semangat untuk menerapkan ideologi Pancasila 1 Juni 1945

(11)

menjadi program-program pokok yang memberikan manfaat nyata kepada rakyat, terutama kelompok-kelompok masyarakat yang masih membutuhkan perlindungan, di tengah kancah persaingan liberal kapitalistik yang melanda Indonesia dewasa ini.

Adapun kesepuluh butir pemikiran itu adalah (1) menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila dan UUD 1945, serta menjaga kebhinekaan bangsa, (2) memperkokoh budaya gotong royong dalam memecahkan masalah bersama, (3) memperkuat ekonomi rakyat melalui penataan sistem produksi, reformasi agrarian, pemberian proteksi, perluasan akses pasar, dan permodalan, (3) menyediakan pangan dan perumahan yang sehat dan layak bagi rakyat, (4) membebaskan biaya berobat dan biaya pendidikan bagi rakyat, (5) memberikan pelayanan umum secara pasti, cepat, dan murah, (6) melestarikan lingkungan hidup dan sumber daya alam, serta menerapkan aturan tata ruang secara konsisten, (7) mereformasi birokrasi pemerintahan dalam membangun tata pemerintahan yang baik, bebas dari praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme, (8) menegakkan prinsip-prinsip demokrasi partisipatoris dalam proses pengambilan keputusan, dan (9) menegakkan hukum dengan menjunjung tinggi azas keadilan dan azasi manusia.

Sistem kaderisasi kepemimpinan untuk mempersiapkan kader di Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kabupaten Nganjuk terdiri dari rekruitmen anggota partai dan seleksi kader yang nantinya akan menduduki jabatan strategis baik dalam internal partai maupun dalam pemerintahan. Dari hasil dokumentasi AD/ART PDI Perjuangan ketetapan kongres III pasal 1,2, dan 3 Anggaran Rumah Tangga syarat untuk menjadi anggota dan kader partai adalah (1) warga negara Republik Indonesia yang telah berumur 17 tahun dan atau sudah menikah, (2) menyetujui dan menaati Piagam Perjuangan Mukadimah, Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan Keputusan Partai, (3) bersedia menaati dan menegakkan disiplin Partai, dan (4) bersedia mengikuti kegiatan partai

Calon anggota harus menyatakan kesediaannya untuk menjadi anggota secara tertulis dan memenuhi persyaratan sesuai ayat 1 (satu) di atas yang disampaikan kepada pengurus partai yang berwenang, yaitu (1) seluruh calon anggota harus melalui masa pembinaan, (2) calon anggota yang sudah memenuhi persyaratan, sebelum dilantik menjadi anggota wajib mengucapkan sumpah atau janji sebagai anggota, (3) sumpah atau janji anggota partai diatur dalam peraturan partai, (4) pengesahan seseorang menjadi anggota partai diputuskan oleh Dewan Pimpinan Cabang Partai, (5) penerimaan atau penolakan seseorang menjadi anggota partai diputuskan dalam Rapat Dewan Pimpinan Cabang Partai,

(6) kepada setiap anggota partai diberikan Kartu Tanda Anggota Partai oleh Dewan Pimpinan Cabang Partai, (7) bentuk, pengesahan, dan registrasi penomoran Kartu Tanda Anggota diatur dalam Peraturan Partai, (8) Dewan Pimpinan Cabang Partai membina, melatih, dan mendidik Anggota Partai di wilayahnya, dan (9) pengurus ranting, pengurus anak cabang dan Dewan Pimpinan Cabang Partai mempunyai data keanggotaan partai di wilayahnya. Kader partai dipilih, ditetapkan, dan diangkat dari anggota partai yang memenuhi syarat (1) telah memiliki kemantapan ideologi, politik dan kemampuan

berorganisasi yang tinggi, (2) telah membuktikan kesetiaan dan ketaatan kepada partai, (3) telah membuktikan kemampuannya menggerakkan dan atau melaksanakan kegiatan dalam jajaran partai dan atau dalam masyarakat, dan (4) telah lulus kursus kader yang diselenggarakan oleh partai dan memiliki moral yang baik.

Kader partai dipilih, ditetapkan dan diangkat dari anggota partai yang diatur dalam Piagam perjuangan Anggaran dasar pasal 12 ayat 1 dan 2 tentang Kader Partai Ayat 1 dan 2. Kader partai adalah anggota partai yang dedikasi, loyalitas dan pengabdiannya kepada partai dan masyarakat umum tidak tercela. Jenjang Kader Partai adalah Kader Pratama, Kader Madya, kader Utama.

Cara kerja dalam hal ini merupakan serangkaian aktivitas dan kegiatan yang dilakukan pada suatu waktu dan tempat untuk mempersiapkan calon pemimpin. Kegiatan dan aktivitas dilaksanakan guna untuk mempersiapkan dan memilih seorang pemimpin struktural Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam siklus 5 (lima) tahun sekali yang nantinya juga bisa dicalonkan sebagai pejabat publik seperti calon legislatif dan eksekutif.

Cara kerja dalam hal ini adalah PDI Peruangan Kabupaten Nganjuk mengadakan musyawarah di tiap kecamatan. Musyawarah Anak Cabang tersebut dihadiri oleh ranting dan anak ranting. Kemudian diadakan pemilihan Ketua PAC dan calon Ketua DPC. Setelah Ketua PAC dan calon Ketua DPC terjaring selanjutnya diadakan Konfercap yang dihadiri oleh perwakilan seluruh PAC ditiap Kecamatan yang ada di Kabupaten Nganjuk. Dalam Konfercap tersebut dimusyawarahkan untuk memilih ketua DPC dan calon ketua DPD.

Berdasarkan hasil dokumentasi dalam Anggaran Dasar Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan hasil Kongres III tahun 2010 pasal 12 ayat 2 terdapat tiga jenjang bagi kader yang telah lolos proses rekutimen dan seleksi (1) Jenjang pertama untuk Kader Pratama, (2) Jenjang kedua untuk Kader Madya, dan (3) Jenjang ketiga untuk Kader Utama

Kaderisasi jenjang pertama untuk kader pratama adalah kaderisasi yang dilakukan oleh partai di tingkat

(12)

paling bawah, yaitu DPC. Kaderisasi ini dilakukan oleh partai ditingkat desa atau kelurahan dan kabupaten atau kota. Kaderisasi ini merupakan usaha partai dalam rangka memperkuat dan memperluas basis massa di daerah dimana kaderisasi jejang pertama ini berguna dalam mempersiapkan kader untuk mengisi jabatan-jabatan publik ditingkat paling rendah yaitu jabatan ditingkat kabupaten dan kota.

Kaderisasi jenjang kedua untuk kader madya adalah kaderisasi yang dilakukan oleh partai di tingkat menengah. Kaderisasi ini dilakukan oleh partai di tingkat provinsi. Kaderisasi ini bersifat fungsional yaitu kaderisasi berdasarkan atas pengelompokan-pengelompokan terhadap kelompok strategis (pemuda, mahasiswa, perempuan, pengusaha, dll). Kaderisasi jenjang ini berfungsi untuk mempersiapkan kader yang akan mengisi jabatan-jabatan publik ditingkat provinsi seperti jabatan DPRD dan Gubernur.

Kaderisasi jenjang ketiga atau utama merupakan proses kaderisasi yang dilakukan ditingkat paling atas yaitu DPP. Kaderisasi ini dilakukan oleh partai ditingkat nasional. Kaderisasi ini diselenggarakan oleh partai yang ditujukan bagi kader yang akan menduduki posisi tertentu (jabatan politik pada eksekutif dan legislatif) dalam rangka mewujudkan dan mencapai tujuan partai. Kaderisasi di jenjang utama ini berfungsi sebagai persiapan partai dalam pengisian jabatan di tingkat nasional seperti jabatan pada MPR RI dan DPR RI.

Kaderisasi kepemimpinan DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali. Proses pelaksanaan kaderisasi kepemimpinan di DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk melalui Musancab yang diadakan ditiap kecamatan untuk mendapatkan calon Ketua DPC. Setelah calon ketua DPC terpilih, DPC mengadakan Konfercap sebagai ajang pemilihan Ketua DPC.

Mekanismenya melalui Konferensi Cabang Partai yang diadakan 5 (lima) tahun sekali. Mula-mula dilakukan penjaringan yang dimulai dari anak ranting sampai ranting untuk menemukan figur yang akan dicalonkan sebagai Ketua DPC, setelah itu diadakan Konfercap untuk memilih Ketua DPC partai yang melaksanakan tugas dan fungsi DPP di wilayah Kabupaten Nganjuk. Selain itu dalam konfercap juga dilakukan penilaian tentang laporan pertanggung jawaban DPC Partai periode sebelumnya oleh DPD Jatim sebagai wakil dari DPP PDI Perjuangan, dan hasil penilaian itulah yang nanti menjadi bekal bagi kader yang duduk pada struktural partai untuk menentukan sikap untuk kemajuan dan kemenangan PDI Perjuangan di kabupaten Nganjuk selama periode berlangsung.

Pelaksanaan Kaderisasi Jenjang Pertama untuk Kader Pratama di DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk

belum pernah dilaksanakan. Alasan tidak dilaksanakan kaderisasi jenjang pertama kader pratama di DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk periode 2010-2015, adalah : (1) Tidak ada respon tentang anggaran dasar anggaran rumah tangga partai dari ketua dewan pimpinan cabang, dikarenakan ketua, pengurus yang ada di DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk sebagian tidak melalui proses kaderisasi, (2) selain itu dewan perwakilan cabang tidak pernah berbicara kepada anggota tentang pengaderan, (3) keadaan dan kondisi PDI Perjuangan saat ini sedang mengalami krisis ideologi, (4) pemimpin yang ada belum memahami tentang pentingnya kaderisasi kepemimpinan, dan (5) pengurus DPC dan DPP Kabupaten Nganjuk selama ini tidak pernah mensosialisasikan dan mengadakan tentang pengaderan.

Faktor pendukung dan penghambat yang dimaksud adalah segala macam bentuk sikap dan aktivitas pendukung dan penghambat atau kekurangan dari sistem, cara kerja dan pelaksanaan kaderisasi kepemimpinan yang ada di DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk. (1) Faktor pendukungnya dalah (a) Faktor pendukungnya salah satunya kekompakan seluruh anggota PDI Perjuangan mulai dari anak ranting, ranting,PAC hingga DPC untuk datang menghadiri musyawarah-musyawarah yang diadakan disetiap daerah pada saat itu, dan (b) selain itu sikap solidaritas anggota PDI Perjuangan kabupaten Nganjuk yang telah terbentuk untuk memberikan dan memilih nama-nama calon ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk, sedangkan (2) faktor penghambatnya adalah (a) ada struktural partai yang belum dewasa secara politik pada sebagian PAC di Kabupaten Nganjuk dan memutuskan untuk tidak menghadiri Konfercap tahun 2010, (b) kurangnya sosialisasi tentang Surat ketetapan nomor : 002.4/TAP/DPP/VI/2010 oleh DPC jauh-jauh hari sebelum dilakukan rapat pleno anak ranting ,musting dan musancab, dan (c) kurangnya komunikasi yang baik antara anggota PDI Perjuangan se-Kabupaten Nganjuk dengan struktural DPC PDI Perjuangan pada saat itu, karena tingkat intensitas pertemuan-pertemuan serta sosialisai tentang perkembangan politik yang diadakan partai PDI Perjuangan selama tahun 2007-2010 sangat kurang.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem kaderisasi kepemimpinan di DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk terdiri dari proses rekruitmen anggota partai,pendidikan kader, dan seleksi kader yang nantinya akan menduduki jabatan strategis baik dalam internal partai maupun dalam pemerintahan. Syarat untuk menjadi anggota dan kader partai diatur dalam AD/ART PDI

(13)

Perjuangan ketetapan kongres III pasal 1,2, dan 3. Proses rekruitmen dan seleksi kader partai dilaksanakan melalui rapat Pleno. Pada rapat Pleno di masing-masing tingkatan dilakukan dengan cara musyawarah mufakat. Apabila musyawarah mufakat tidak ditemukan kemufakatan maka akan dilakukan voting atau pemilihan dengan suara terbanyak.

Pengertian sistem sendiri adalah sekelompok bagian-bagian yang bekerjasama untuk melakukan suatu maksud. Apabila salah satu bagian rusak atau tidak dapat menjalankan tugas maka tujuan yang hendak dicapai tidak akan terpenuhi atau sistem yang telah terwujud akan mendapat gangguan. (e.journal ilmu pemerintahan volume 2 (1), 2014 : 1829-1841). Menurut Jogianto (2005 : hal 2), sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan kaderisasi kepemimpinan adalah proses mempersiapkan atau mencetak seseorang untuk menjadi pemimpin di masa depan (Syamsul arifin, 2012 : hal 21). Maka yang dimaksud dengan sistem kaderisasi kepemimpinan adalah rangkaian peraturan tertulis dan tidak tertulis yang tetap untuk mempersiapkan sumber daya manusia secara berkesinambungan sebagai calon pemimpin dalam internal partai maupun dalam pemerintahan.

Sistem kaderisasi kepemimpinan di DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk yang terdiri dari proses rekruitmen,seleksi kader dan pendidikan kader merupakan proses berkesinambungan yang dilakukan partai untuk mempersiapkan calon pemimpin internal partai yag nanti akan menjadi calon pejabat publik. Proses rekruitmen dan seleksi yang dilakukan dengan musyawarah mufakat akan menambah pemahaman anggota PDI Perjuangan tentang Pancasila khususnya sila ke 4 yang berbunyi permusyawaratan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pemilihan anggota kader partai dan calon pemimpin apabila tidak ditemukan kemufakatan, dilakukan dengan voting atau pengambilan suara terbanyak akan meningkatakan kejujuran dan keterbukaan tiap anggota dan kader partai terhadap aspirasi mereka, sehingga pemilihan calon pemimpin akan berjalan lebih demokratis.

Cara kerja di DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk dalam mempersiapkan pemimpin dan struktural partai dilaksanakan secara bertahap yaitu melalui proses rekruitmen dan seleksi kader yang dilakuakn setiap lima tahun sekali. Taufiqurahman dan Puji Santoso menuturkan bahwa sebelum dilakukan pemilihan Ketua DPC, diadakan Musancab atau Musyawarah Anak Cabang yang dihadiri oleh ranting dan anak ranting untuk

memilih Ketua PAC dan calon Ketua DPC. Setelah Ketua PAC dan calon Ketua DPC terjaring selanjutnya diadakan Konfercab atau Konferensi Cabang Partai yang dihadiri oleh seluruh perwakilan PAC dari tiap-tiap kecamatan yang ada di Kabupaten Nganjuk.

Hal serupa juga disampaikan secara lengkap oleh Hariyono, bahwa dilakukan penjaringan melalui rapat anggota anak ranting untuk memilih pengurus anak ranting partai yang melaksanakan dan tugas dan fungsi partai di wilayahnya sebanyak 7 orang. Kemudian dalam Musran atau Musyawarah Anak Ranting dipilih pengurus ranting partai sebanyak 9 orang. Setelah itu dilakukan Musancab untuk memilih PAC partai sebanyak 11 orang. Selanjutnya dilakukan Konfercab untuk memilih struktural DPC partai sebanyak 16 orang.

Dalam hal ini cara kerja merupakan serangkaian aktivitas atau kegiatan yang dilakukan pada suatu waktu dan tempat untuk mempersiapkan calon pemimpin. Cara kerja yang dimaksud adalah kegiatan yang dilakukan Dewan Pimpinan Cabang PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk untuk mempersiapkan calon pemimpin internal partai yang nantinya juga akan menjadi pejabat publik di Kabupaten Nganjuk. Kegiatan kaderisasi kepemimpinan DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk dilakukan pada tahun 2010 melalui kegiatan Musancab dan Konfercab. Hal tersebut sesuai dengan Anggaran Dasar ketetapan Kongres III tahun 2010 Pasal 69 ayat 1 dan 2 tentang Konferensi Cabang Partai atau Konfercap yang berisi mengenai wewenang Konfercab.

Kegiatan musyawarah yang dilakukan DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk harus tetap dipertahankan oleh DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk,karena kegiatan seperti ini apabila dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan akan dapat melahirkan struktural PAC PDI Perjuangan se-kabupaten Nganjuk dan DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk memiliki kemampuan yang baik dalam berorganisasi dan menjadi bekal untuk memecahkan berbagai permasalahan yang ada di masyarakat melalui musyawarah mufakat.

Kaderisasi kepemimpinan dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali. Kaderisasi kepemimpinan dilaksanakan melalui Musancab kemudian dilaksanakan Konfercab oleh DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk sesuai dengan AD/ART. Dalam melaksanakan proses kaderisasi termasuk dalam kategori kaderisasi jenjang pertama untuk kader pratama. Pelaksanaan kaderisasi jenjang pertama untuk kader pratama di DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk pada periode 2010-2015 tidak dilaksanakan. Menurut penuturan Eddy Guntoro, kaderisasi kepemimpinan jenjang pertama

Referensi

Dokumen terkait

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian yaitu peneliti ingin mengetahui bagaimana dinamika dan adaptasi masyarakat

Sebagai masukan dan saran bagi penelitian lanjutan mengenai sistem evaluasi pemanfaatan ruang untuk tanaman kakao dan tanaman kelapa berdasarkan kesesuaian lahan dan

belum maju dengan kondisi yang ada saat ini, serta biaya yang relatif mahal di lembaga pendidikan formal sering kali menjadi permasalahan utama para musisi

Perancangan program simulasi pada penelitian ini menggunakan software MATLAB 7.10 (R2010a) dengan metode Particle Swarm Optimization.Program simulasi ini dirancang dalam

Sehingga bisa disimpulkan bahwa secara parsial nilai tukar (kurs) berpengaruh signifikan terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Manulife Syariah Sektoral Amanah.

Seluruh tanggung jawab IBM untuk semua klaim yang terkait dengan Perjanjian ini tidak akan melebihi jumlah ganti rugi langsung yang aktual apapun yang ditanggung oleh Klien

Sepanjang tahun 2010 Perusahaan menjalankan kegiatan yang melibatkan mereka seperti: rapat umum pemegang saham tahunan, penyusunan laporan tahunan perusahaan dan laporan

Data hasil pengamatan panjang alur sadap, kecepatan aliran lateks, indeks penyumbatan, dan kadar karet kering lima belas genotipe PP/07/04 umur sebelas tahun disajikan