• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PENGAWASAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KLATEN TERHADAP PENTAATAN PENGELOLAAN LIMBAH DI PT.SGM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELAKSANAAN PENGAWASAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KLATEN TERHADAP PENTAATAN PENGELOLAAN LIMBAH DI PT.SGM"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

i

Penulisan Hukum (Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh : Afiefah Alfiana NIM. E0012012

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

ii

Penulisan Hukum (Skripsi)

PELAKSANAAN PENGAWASAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KLATEN TERHADAP PENAATAN PENGELOLAAN

LIMBAH DI PT.SGM

Oleh : Afiefah Alfiana

E0012012

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan PengujiPenulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, 15 Juni 2016

Pembimbing I Pembimbing II

Pius Triwahyudi, S.H, M.Si Waluyo, S.H, M.S

(3)

iii

PELAKSANAAN PENGAWASAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KLATEN TERHADAP PENTAATAN PENGELOLAAN

LIMBAH PT.SGM Oleh Afiefah Alfiana NIM E0012012

Telah diterima dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada : Hari : Tanggal : DEWAN PENGUJI : 1. 2. 3. Mengetahui Dekan

Prof. Dr. Supanto, S.H., M.Hum. NIP. 196011071986011001

(4)

iv NIM : E0012012

Menyatakandengansesungguhnyabahwapenulisanhukum (skripsi) berjudul :PELAKSANAAN PENGAWASAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KLATEN TERHADAP PENTAATAN PENGELOLAAN LIMBAH PT.SGMadalahbetul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditujukan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, 30 Juni 2016 Yang Membuat Pernyataan,

Afiefah Alfiana NIM. E0012012

(5)

v

(skripsi). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

Penelitian ini mendeskripsikan da nmengkaji bagaimana mekanisme pelaksanaan pengawasan pengelolaan limbah. Tindak lanjut dalam hasil pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Klaten terhadap pentaatan pengelolaan limbah di PT.SGM.

Penelitian ini adalah penelitian hokum empiris bersifat deskriptif. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan studi kepustakaan. Teknis analisis data yang digunakan adalah kualitatif dengan interaktif model.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Klaten terhadap PT.SGM yaitu melalui pengawasan dokumen UPL-UKL telah sesuai dengan UUPLH yang meliputi pengawasan terhadap ketaatan melakukan pelaporan SGM, dengan hasil bahwa tingkat ketaatan PT.SGM dalam pengelolaan limbah ada beberapa yang belum memenuhi kriteria yang telah diwajibkan, BLH juga melakukan pengawasan atas aduan masyarakat terhadap pentaatan pengelolaan limbah PT.SGM terhadap lingkungan sekitar. Tindak lanjut pengawasan yang dilakukan BLH terhadap penaatan hasil analisis laboratorium limbah dan terhadap aduan masyarakat atas peluapan limbah dilakukan sanksi teguran untuk memperbaiki pengelolaan limbah cair dengan benar dan memberikan tanggungjawab sosial pada masyarakat yang terkena dampak.

Kata kunci :pelaksanaan pengawasan, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Klaten, pengelolaan limbah

(6)

vi SebelasMaret University.

This study described and investigated the mechanism of waste management supervision. The follow-up on the results of the supervision towards waste management of the SGM company.

Thisresearch is a descriptive empirical legal research. The Sources of data used were primary and secondary sources. Data collection techniques used were interview and study of literature. Technique of data analysis used was qualitative with interactive models.

The results of the research showed that the supervision of the Environmental Agency of Klaten district on SGM company through the supervisory of UKL-UPL documents had been in accordance with UUPLH which included supervision of the observance of reporting SGM, with the result that there was still required criteria with respect to the degree of compliance of SGM company in waste management had not been fulfilled, the Environmental Agency also did supervision over public complaints against waste management of the SGM company in the surrounding environment. Follow-up supervision was done by the Environmental Agency towards the compliance of results of laboratory analysis of waste and towards the public complaints on the pile of waste to reprimand sanctions to improve the management of wastewater properly and provide social responsibility to the communities affected.

Keywords: supervision, Environment Agency of Klaten District, wastemanagement

(7)

vii

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahalia amat buruk bagimu Allah mengetahui

sedangkamu tidak mengetahui” (Q.S. Al-Baqarah: 216)

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang

beriman” (Q.S Al-Imran: 139)

(8)

viii

1. Kedua orang tuaku tersayang, Bapak Alwan Sumardiyanto dan Ibu Hanifah Endang Kusumastuti yang selalu memberikan doa serta memberikan dukungan moril dan materiil bagi punulis.

2. Kakak-kakakku tercinta, Titin Alwiati Ningrum, Lutfi Mufidia, Tri Santoso yang senantiasa memberikan doa dan dukungan bagi penulis.

3. Bapak Pius Triwahyudi, S.H., M.Si dan Bapak Waluyo, S.H, M.Si selaku Pembimbing Penulisan Hukum (Skripsi), yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan penulis hingga akhir pembuatan Penulisan Hukum (Skripsi) ini.

4. Keluarga kos Vasatro yang senantiasa memberikan nasehat dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan Penulisan Hukum (Skripsi) ini.

5. Sahabat-sahabatku SMA Negeri 1 Karanganom serta Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

(9)

ix

dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Klaten Terhadap Pentaatan PengelolaanLimbah di PT.SGM”. Penulisan skripsi ini disusun dan diajukan guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Supanto, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

2. Dr. I Gusti Ayu Ketut Rachmi Handayani, S.H, M.M selaku Ketua bagian Hukum Administrasi Negara di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

3. Ibu Djuwityastuti, S.H., M.H selaku Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis selama proses perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta;

4. Bapak Pius Triwahyudi S.H., M.Si dan Bapak Waluyo S.H, M.Si selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, petunjuk dan arahan yang sangat berharga sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik; 5. Tim Penguji Skripsi bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret yang telah meberikan pengarahan dan menguji skripsi ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik;

6. Bapak dan ibu dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah mendidik dan memberikan ilmu kepada penulis, sehingga dapat menjadi bekal untuk kedepan;

(10)

x bagi penulis.

9. Kakak-kakaku tercinta, Titin Alwiati Nigrum, Lutfi Mufidia, yang senantias amemberikan doa dan dukungan bagi penulis

10. Sahabat-sahabatkuYuni, Nisa, Triwi, Sawitri, Tiara, Kurnia, Laili, Hayu, Nanda, Fendy yang selalu memberikans emangat kepada penulis.

11. Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Hukum UNS dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis.

Akhirnya dengan menyadari terbatasnya kemampuan yang ada pada diri penulis, makakritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga hasil skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya untuk penulis.

Surakarta, 30 Juni 2016 Penulis

Afiefah Alfiana NIM. E0012012

(11)

xi

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACK ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL. ... ...xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 6 C. Tujuan Penelitian ... 6 D. Manfaat Penelitian ... 7 E. Metode Penelitian ... 8 1. Jenis Penelitian ... 8 2. Pendekatan Penelitian... 8 3. Lokasi Penelitian... 9

4. Jenis dan Sumber Data... 9

5. Teknik Pengumpulan Data... 10

6. Teknik Analisis Data ... 11

F. Sistematika Penulisan Hukum ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 14

A. Kerangka Teori ... 14

1. Tinjauan TentangLingkungan Hidup... 14

(12)

xii

6. Tinjauan Tentang Teori Bekerjanya Hukum... 36

B. Kerangka Pemikiran... 39

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 41

1. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Klaten... 41

2. Tugas Pokok dan Fungsi... 41

3. Visi dan Misi Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Klaten . 42 4. Struktur Organisasi BadanLingkungan Hidup Kabupaten Klaten... 43

B. Pembahasan... 1. Mekanisme Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Klaten terhadap Pentaatan Pengelolaan Limbah di PT.SGM.. 47

2. Tindak Lanjut Badan Lingkungan Hidup terhadap Permasalahan Lingkungan yang ditimbukan oleh kegiatan industri PT.SGM... 57

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN... 54

A. Simpulan ... 62

B. Saran ... 63

(13)

xiii

Tabel 3 : Hasil Uji Laboratorium Air Limbah Industri Susu... 53

Tabel 4 : Hasil Uji LaboratoriumUdara Ambien. ... 53

(14)

1

Lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain (Pasal 1 angak 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup). Untuk mewujudkan kelangsungan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain diperlukan adanya perlindungan terhadap lingkungan hidup. Namun, manusia sering disebut sebagai kendala, atau bahkan perusak sumber daya alam. Sehingga diperlukan kebijakan nasional untuk membantu dalam hal pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup dengan pengembangan sistem terpadu yang dilaksanakan dipusat ke daerah. Kepedulian terhadap lingkungan hidup di Indonesia ditunjukkan dengan diundangkannya berbagai peraturan perundang-undangan, seperti peraturan tentang baku mutu lingkungan hidup, peraturan tentang penataan ruang dan wilayah, peraturan tentang limbah, peraturan tentang kesehatan dan masih banyak lagi.

Masalah lingkungan semakin lama semakin besar, meluas, dan serius. Persoalannya bukan hanya bersifat lokal atau translokal, tetapi regional, nasional, transnasional dan global. Dampak-dampak yang terjadi terhadap lingkungan tidak hanya terkait pada satu atau dua segi saja, tetapi kait-mengait sesuai dengan sifat lingkungan yang memiliki multi mata rantai relasi yang saling mempengaruhi secara sub sistem. Masalah lingkungan tidak lagi dapat dikatakan sebagai masalah yang semata-mata bersifat alami, karena manusia memberikan faktor penyebab yang sangat signifikan secara variabel bagi peristiwa-peristiwa lingkungan (N.H.T Siahaan, 2004:1).

Salah satu kegiatan manusia yang sangat berhubungan dengan lingkungan adalah pembangunan industri. Pada dasarnya industrialisasi adalah sebuah dilema. Di satu pihak, pembangunan industri ini sangat diperlukan untuk

(15)

meningkatkan penyediaan barang dan jasa yang sangat diperlukan oleh masyarakat, untuk memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara melalui ekspor. Tetapi di lain pihak, industrialisasi juga mempunyai dampak negatif, khususnya ditinjau dari kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber alam (R.M Gatot P Soemartono, 2004:195-196). Seperti yang diungkapkan oleh Supariadi (2010:38), bahwa pembangunan merupakan upaya sadar yang dilakukan oleh manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik lagi. Di samping menghasilkan produk yang bermanfaat bagi masyarakat, industrialisasi juga menimbulkan ekses, antara lain dihasilkannya limbah yang apabila dibuang ke lingkungan akan dapat mengancam lingkungan hidup itu sendiri, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. Industri yang berusaha untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup tersebut masih mengalami berbagai hambatan dalam pelaksanaannya dilapangan. Sejak beberapa dasawarsa terakhir masyarakat semakin menyadari pentingnya upaya mengatasi masalah-masalah lingkungan yang banyak mendapat perhatian publik adalah sumber daya alam dan tingginya pencemaran. Hal tersebut menyebabkan penurunan kualitas lingkungan (Muhammad Subhi, 2010:2).

Jika masalah-masalah tersebut tidak segera diatasi dapat mengancam kelangsungan pembangunan nasional di bidang lingkungan hidup. Bahwa untuk melestarikan lingkungan hidup agar tetap bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya (Gunawan, 2014: 2). Hakikat pembangunan adalah bagaimana agar kehidupan hari kedepan lebih baik dari hari ini. Namun demikian tidak dipungkiri bahwa pembangunan akan selalu bersentuhan dengan lingkungan.

Dalam pelaksanaan pembangunan akan menyebabkan perubahan pada lingkungan dan sumber daya alam, tetapi tanpa pembangunan lingkungan hidup yang baik dan sehat tidak mungkin dapat diwujudkan. Seolah-olah antara pembangunan dan kehendak untuk melestarikan kesadaran dan kemampuan sumber daya alam serta lingkungan hidup saling bertentangan . Oleh sebab itu keduanya harus dikelola dan ditangani secara serasi dan seimbang (Rizaldi, 2013:5).

(16)

Kegiatan pembangunan di bidang indusatri yang semakin berkembang sekarang ini, mempunyai potensi menghasilkan limbah yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan hidup. Oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian terhadap pembuang limbah cair yang dibuang ke lingkungan. Sehingga sangat perlu mengurangi pencemaran tersebut dengan adanya pengelolaan limbah yang baik sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pengelolaan limbah pada dasarnya merupakan upaya yang harus dilakukan pertama kali, karena upaya ini bersifat preventif yaitu mencegah atau mengurangi terjadinya limbah yang tidak aman dan proses pengelolaan limbah yang benar. Pemerintah Menteri Negara Lingkungan Hidup mengeluarkan Keputusan Nomor. KEP-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Bagi Kegiatan Industri. Dalam Pasal 6 Keputusan Menteri tersebut dinyatakan bahwa setiap penanggung jawab industri wajib:

1. Melakukan pengelolaan limbah cair sehingga mutu limbah cair yang dibuang ke lingkungan tidak melapaui baku mutu limbah cair yang ditetapkan.

2. Membuat saluran pembuangan limbah cair yang kedap air sehingga tidak terjadi perembesan limbah cair ke lingkungan

3. Memasang alat ukur atau laju air limbah cair dari melakukan pencatatan debit harian limbah cair tersebut.

4. Tidak melakukan pengenceran limbah cair, termasuk mencampurkan buangan air bekas pendingin ke dalam aliran pembuangan limbah cair.

5. Memeriksa kadar parameter baku mutu limbah cair secara periodik sekurang-kurangnya satu kali dalam sbulan.

6. Memisahkan saluran pembuangan limbah cair dengan saluran limpahan air hujan

7. Melakukan pencatatan produksi bulanan senyatanya.

8. Menyampaikan laporan tentang catatan debit harian, kadar parameter baku mutu limbah cair, produksi bulanan senyatanya, sekurang-kurangnya tiga bulan sekali kepada kepala Bapeda, Gubernur, instansi teknis yang membidangi industri dan instansi lain yan yang dianggap perlu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Izin pengendalian limbah cair pada kegiatan usaha/industri seharusnya menjadikan ketentraman dan kenyamanan bagi masyarakat. Akan tetapi kegiatan usaha/industri yang sudah memiliki izin tersebut masih menimbulkan keluhan dari masyarakat. Masih adanya beberapa kegiatan usaha/industri yang belum

(17)

melaksanakan kewajibannya yangsesuai dengan peraturan perundang-undagan yang berlaku, utamanya dalam hal pengelolaan limbah pada hasil kegiatan usaha/industrinya.

Indonesia sebagai negara hukum telah menetapkan suatu peraturan hukum sebagai dasar hukum yang mengatur mengenai lingkungan hidup, yaitu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkunan Hidup. Undang-Undang tersebut dimaksudkan untuk memberikan pelindungan terhadap lingkungan hidup dari dampak negatif pembangunan, disamping itu juga dimaksudkan agar dalam suatu proses pembangunan nasional yang baik dan memiliki manfaat juga tidak merugikan aspek-aspek lain seperti pencemaran lingkungan yang lama kelamaan dapat merusak lingkungan hidup.

Di Indonesia kewenangan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan oleh pemerintah, masyarakat,dan pelaku pembangunan. Pengelolaan lingkungan hidup pada tingkat nasional dilaksanakan secara terpadu oleh perangkat kelembagaan yang dikoordinasikan oleh menteri. Dalam hal ini menteri yang berwenang adalah menteri Lingkungan Hidup. Untuk mewujudkan keterpaduan dan keserasian pelaksanaan kebijakan nasional tentang pengelolaan lingkungan hidup, pemerintah dapat melimpahkan wewenang tertentu mengenai pengelolaan lingkungan hidup kepada perangkat di wilayah dan mengikut sertakan peran pemerintah daerah untuk membantu pemerintah pusat. Hal ini sesuai dengan apa yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah Pasal 13 bahwa untuk pengendalian lingkungan hidup diserahkan pada Pemerintah Propinsi dan Kabupaten/Kota.

Pelaksanaan pengelolaan limbah oleh beberapa industri di Kabupaten Klaten ternyata masih belum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga dikhawatirkan dapat mengakibatkan pencemaran dan kerusakan lingkungan. Adanya keluahan dari masyarakat kepada Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Klaten mengenai dampak dari hasil kegiatan industri yaitu limbah, mengindikasikan bahwa masih banyak industri yang belum melaksanakan kewajiban sebagai penanggung jawab industri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan hasil dokumentasi yang di

(18)

peroleh dari Kabid.Pengendalian dampak lingkungan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Klaten, pada tahun 2014-2015 terdapat pengaduan terkait dengan pengelolaan limbah dari PT.SGM.

PT.SGM (Sarihusada Generasi Mahardika) merupakan salah satu industri multiinternasional yang memproduksi berbagai makanan dan minuman, salah satu produknya adalah susu. Kehadiran berbagai produk Sarihusaha di masyarakat semakin melengkapi ketersediaan gizi bagi masyarakat utamanya bagi ibu dan anak. Industri ini terletak di wilayah Klaten dan berada di kawasan tak jauh dari area pertanian. Sarihusada merupakan industri yang memproduksi makanan dan minuman, tentunya di setiap pengolahan dari kegiatan tersebut akan menghasilkan suatu sisa atau buangan yang disebut dengan limbah.

Berdasarkan dokumentasi data Pengaduan pada Badan Lingkungan hidup Kabupaten Klaten terdapat pengaduan yang masuk terkait permasalahan limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan di PT.SGM. Aduan permasalahan lingkungan yang masuk yaitu terjadinya luapan limbah cair ke parit-parit dan area pertanian di lingkungan sekitarnya. Sementara itu, efektivitas fungsi pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat sangat besar peranannya dalam rangka pengawal peraturan perundang-undangan tersebut.

Dalam hal ini sangat dibutuhkan peran pemerintah dalam pengawasan dan penertiban kelestarian sumber daya alam yang menjadi prioritas sebagian masyarakat, dan sangatlah penting peran pemerintah untuk melindungi kebutuhan perlindungan tersebut agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan karena oknum lainnya. Badan Lingkungan Hidup sebagai salah satu institusi yang menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan kerusakan lingkungan diharapkan mampu mencegah atau mereduksi potensi terjadinya gangguan lingkungan.

Uraian-uraian diatas merupakan dasar penulis untuk mengkaji tugas dan wewenang yang dimiliki oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Klaten sebagai badan yang melaksanakan tugas untuk membantu penyelenggaraan pemerintah daerah di bidang lingkungan hidup, dalam penulisan hukum yang

(19)

LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KLATEN TERHADAP PENTAATAN PENGELOLAAN LIMBAH DI PT.SGM”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis mengambil beberapa permasalahan yang akan dirumuskan untuk mempermudah penulis dalam mengkaji masalah yang diangkat dalam penulisan hukum (skripsi) ini. Rumusan masalah tersebut adalah :

1. Bagaimana mekanisme pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Klaten terhadap pentaatan pengelolaan limbah di PT.SGM?

2. Apa tindak lanjut dari hasil pengawasan yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup terhadap permasalahan lingkungan yang ditimbulkan oleh PT.SGM?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah hal-hal tertentu yang hendak dicapai dalam suatu penelitian. Tujuan penelitian memberikan kejelasan arah dalam pelaksanaan penelitian. Dalam suatu penelitian dikenal dua macam tujuan, yaitu : Tujuan Obyektif dan Tujuan Subyektif. Tujuan Obyektif adalah tujuan yang berasal dari penelitian itu sendiri. Sedangkan Tujuan Subyektif adalah tujuan yang berasal dari penulis. Adapun Tujuan Obyektif dan Tujuan Subyektif dari penelitian ini adalah : a. Tujuan Obyektif

1) Untuk mengetahui mekanisme pengawasan oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Klaten terhadap pentaatan pengelolaan limbah di PT.SGM

2) Untuk mengetahui tindak lanjut dari hasil pengawasan yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup terhadap permasalahan lingkungan yang ditimbulkan oleh PT.SGM.

b. Tujuan Subyektif

1) Memperoleh bahan hukum dan informasi sebagai bahan utama dalam menyusun penulisan hukum untuk memenuhi persyaratan yang

(20)

diwajibkan dalam meraih gelar kesarjanaan di bidang Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2) Menambah, memperluas, mengembangkan pengetahuan, dan pengalaman penulis serta pemahaman aspek hukum didalam teori dan praktek lapangan hukum, khususnya dalam bidang administrasi negara, khususnya hukum lingkungan.

3) Memberi gambaran dan sumbangan pemikiran bagi ilmu hukum agar dapat memberi manfaat bagi penulis sendiri khususnya dan masyarakat pada umumnya.

D. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat yang berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang penelitian itu sendiri maupun dapat diterapkan dalam praktiknya. Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan ini antara lain :

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada pengembangan atau pengetahuan di bidang ilmu hukum pada umumnya dan Hukum Administrasi Negara pada khususnya.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah refernsi dan literaur di dunia kepustakaan tentang upaya-upaya pengelolaan lingkungan hidup. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai acuan dalam

penelitian sejenis atau tahap berikutnya. 2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti;

b. Mengembangkan daya penasaran dan membentuk pola pikir dinamis penulis, sehingga dapa mengetahui kemampuan penulis atas ilmu yang telah diperoleh.

(21)

E. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis, dan konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu, sistematis adalah berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu (Soerjono Soekanto, 2010 : 42).

Agar suatu penelitian ilmiah dapat berjalan dengan tujuan, maka perlu menggunakan suatu metode penelitian yang baik dan tepat untuk mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan penelitian, juga akan mempermudah pengembangan data yang diperoleh. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian hukum ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan dalam penulisan hukum ini adalah penelitian hukum empiris, penelitian ini berbasis pada ilmu normatif (peraturan perundangan), tetapi bukan mengkaji mengenai sistem norma dalam aturan perundangan, namun mengamati bagaimana reaksi dan interaksi yang terjadi ketika sistem norma itu bekerja di dalam masyarakat. Penelitian ini juga sering disebut sebagai penelitian bekerjanya hukum (law in action) (Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2010 : 47).

Penelitian ini mengkaji mengenai pelaksanaan pengawasan terhadap pentaatan pengelolaan limbah di PT.SGM oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Klaten, sehingga dari penelitian ini dapat diketahui faktor yang menjadi kendala dan solusi penyelesaian sebagai hasil penelitian ini.

b. Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu suatu metode penulisan hukum yang menghasilkan data deskriptif analisis yakni apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan juga perilakunya yang nyata, kemudian diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh (Soerjono Soekanto, 1986 : 250).

(22)

c. Lokasi dan Waktu Penelitian

1) Lokasi penelitian yang akan digunakan agar dalam penelitian ini diperoleh hasil seperti yang diharapkan adalah Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Klaten

2) Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April 2016 setelah pengurusan perijinan selesai. Adanya pertimbangan perijinan menyangkut instansi diluar kampus tentunya akan mempunyai prosedur berbeda dengan tingkat kesulitan yang berbeda pada kampus. d. Jenis dan Sumber Bahan Hukum

Data yang diperoleh dan diolah dalam penelitian hukum empiris adalah data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian hukum adalah data yang diperoleh terutama dari penelitian empiris, yaitu penelitian yang dilakukan langsung di masyarakat (Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2010 : 156). Dalam hal ini data primer penulis diperoleh langsung dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Klaten melalui wawancara yang berupa keterangan atau fakta-fakta atau juga bisa disebut dengan data yang diperoleh dari sumber yang pertama (Soerjono Soekanto, 2010 : 12), sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari hasil penelaahan kepustakaan atau penelaahan terhadap berbagai literatur atau bahan pustaka yang berkaitan dengan penelitian yang meliputi :

1) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum mengikat berupa peraturan perundang-undangan dan terdiri dari :

a) Undang-undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

b) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

c) Keputusan Mentri Lingkungan Hidup Nomor. KEP-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Bagi Kegiatan Industri.

(23)

2) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder meliputi hasil karya ilmiah dan penelitian yang relevan terkait penelitian ini, termasuk diantaranya skripsi, thesis, disertasi, jurnal-jurnal hukum, kamus hukum, dan buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

3) Bahan Non Hukum

Bahan non hukum merupakan semua literatur berasal dari norma hukum yang memiliki relevansi dengan penelitian ini.

e. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik yang digunakan antara lain :

1) Data primer merupakan teknik pengumpulan dengan melakukan pengamatan dan penelitian secara langsung pada objek yang diteliti. Dilakukan dengan cara :

a) Studi dokumen atau bahan pustaka, merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan bahan-bahan dari dokumen, buku-buku, jurnal-jurnal atau bahan pustaka lainnya dalam bentuk tertulis berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. b) Pengamatan atau observasi, merupakan teknik pengumpulan data

dengan mengamati secara langsung obyek yang ada di lapangan tentang segala sesuatu mengenai obyek penelitian. Dalam hal ini pengamatan atau observasi dilakukan di Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Klaten.

c) Wawancara, merupakan suatu kegiatan pengumpulan data dengan cara mengadakan komunikasi secara langsung guna memperoleh data, baik lisan maupun tertulis atas sejumlah keterangan dan data yang diperlukan. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut (Lexy J. Moleong, 2007 : 135).

(24)

f. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif dengan menggunakan, mengelompokan, dan menyeleksi data yang diperoleh dari penelitian lapangan, kemudian dihubungkan dengan teori-teori, asas-asas, dan kaidah-kaidah hukum yang diperoleh dari studi kepustakaan.

Menurut Sutopo, analisis dalam penelitian kualitatif terdiri dari tiga komponen pokok, yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan dengan verifikasinya (H.B. Sutopo, 2002 : 94-96).

1) Reduksi Data

Reduksi data dilakukan dengan membuat ringkasan dari catatan data yang diperoleh di lapangan. Dalam menyusun ringkasan tersebut, peneliti memusatkan tema, menentukan batas-batas permasalahan, dan membuang hal-hal yang tidak penting.

2) Sajian Data

Penyajian data merupakan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis, serta mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai pertanyaan penelitian. Sajian data dapat meliputi berbagai jenis gambar atau skema, jaringan kerja, kaitan kegiatan, dan tabel sebagai pendukung narasinya.

3) Penarikan Simpulan dan Verifikasi

Simpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan bisa dipertanggungjawabkan. Verifikasi dapat berupa kegiatan yang dilakukan dengan mengembangkan ketelitian, misalnya dengan berdiskusi. Ketiga komponen analisis data di atas membentuk prosesnya berlangsung dalam bentuk siklus.

F. Sistematika Penulis

Sistematika penulisan hukum dilakukan untuk memberikan gambaran, penjabaran maupun pembahasan secara menyeluruh mengenai pembahasan yang akan dirumuskan sesuai kaidah atau aturan baku penulisan hukum. Adapun sistematika penulisan hukum terdiri dari 4 (empat) bab dimana setiap

(25)

bab terbagi dalam beberapa sub bab yang dimaksudkan untuk mempermudah pemahaman terhadap keseluruhan hasil penelitian. Sistematika penulisan hukum dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini penulis akan memberikan landasan teori yang bersumber pada bahan hukum yang penulis gunakan berkaitan dengan judul dan permasalahan yang sedang diteliti. Selain itu untuk memudahkan pemahaman alur berfikir, maka dalam bab ini juga disertai kerangka pemikiran. Kerangka teoritis yang mendasari penulisan ini adalah tinjauan tentang Lingkungan Hidup, tinjauan tentang Hukum Lingkungan, tinjauan tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, tinjauan tentang Limbah Dan Pengelolaannya, tinjauan tentang Pengawasan dan tinjauan tentang Teori Bekerjanya Hukum. Kerangka pemikiran menjelaskan dan memberikan gambaran tentang alur berpikir penulis terhadap permasalahan dalam penelitian yang dituangkan dalam bentuk bagan.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan sesuai dengan perumusan masalah yang ada yaitu mengenai Bagaiamana Mekanisme Pengawasan Oleh Badan Lingkungan Hidup terhadap Pentaatan Pengelolaan Limbah pada PT.SGM? serta, Apa tindak lanjut dari hasil pengawasan yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup terhadap permasalahan lingkungan yang ditimbulkan oleh PT.SGM? .

(26)

Pada bab ini penulis akan mengemukakan simpulan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, serta memberikan saran terkait dengan permasalahan yang diteliti.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(27)

14 a. Pengertian Lingkungan Hidup

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Ketentuan Umum Pasal 1 angka 1 yang dimaksud lingkungan hidup adalah : “Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain”.

Lingkungan hidup pada prinsipnya merupakan suatu sistem yang saling berhubung satu dengan yang lainnya sehingga pengertian lingkungan hidup hampir mencakup semua unsur ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa di bumi ini. Itulah sebab lingkungan hidup termasuk manusia dan perilakunya merupakan unsur lingkungan hidup yang sangat menentukan. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan saat ini oleh sebagian kalangan dianggap tidak bernilai, karena lingkungan hidup (alam) hanya sebuah benda yang diperuntukan bagi manusia. Dengan kata lain, manusia merupakan penguasa lingkungan hidup, sehingga lingkungan hidup hanya dipersepsikan sebagai obyek dan bukan sebagai subyek (Supriadi, 2006:22).

LL.Bernard dalam bukunya yang berjudul “Introduction to Social Psychology” membagi lingkungan atas empat macam (N.H.T Siahaan, 2004:13-14) yakni :

1) Lingkungan fisik atau anorganik yaitu lingkungan yang terdiri dari gaya kosmik dan fisiogeografis seperti tanah, udara, laut, radiasi, gaya tarik, ombak dan sebagainya.

2) Lingkungan biologi atau organik yaitu segala sesuatu yang bersifat biotis berupa mikroorganisme, parasit, hewan, tumbuhan-tumbuhan. Termasuk juga disini, lingkungan

(28)

prenatal dan proses-proses biologi seperti reproduksi, pertumbuhan dan sebagainya.

3) Lingkungan sosial. Ini dapat dibagi dalam tiga bagian :

a. Lingkungan fisiososial, yaitu yang meliputi kebudayaan materiil : peralatan, senjata, mesin, gedung-gedung dan lain-lain.

b. Lingkungan biososial manusia dan bukan manusia, yaitu manusia dan interaksinya terhadap sesamanya dan tumbuhan beserta hewan domestik dan semua bahan yang digunakan manusia yang berasal dari sumber organik. c. Lingkungan psikososial, yaitu yang berhubungan dengan

tabiat batin manusia seperti sikap, pandagan, keinginan, keyakinan. Hal ini terlihat melalui kebiasaan, agama, ideologi, bahasa, dan lain-lain.

4) Lingkungan komposit, yaitu lingkungan yang diatur secara institusional, berupa lembaga-lembaga masyarakat, baik yang terdapat didaerah kota atau desa.

b. Pencemaran Lingkungan

Pengertian Pencemaran Lingkungan berdasarkan Undang-undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/ atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga mel ampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.

Sedangkan Pengertian perusakan lingkungan sebagaimana dirumuskan dalam pasal 1 butir 16 UUPPLH adalah “tindakan orang yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat-sifat fisik dan/atau hayati lingkungan sehingga melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup”.

Apabila dilihat dari segi ilmiah, suatu lingkungan dapat disebut sudah tercemar bila memiliki beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut adalah:

(29)

1) Kalau suatu zat, organisme, atau unsur-unsur yang lain (seperti gas, cahaya, energi) telah tercampur (terintroduksi) ke dalam sumber daya/lingkungan tertentu;

2) Karenanya menghalang/menggangu ke dalam sumber daya/lingkungan tersebut (N.H.T Siahaan, 2004:280).

Apabila disimpulkan maka Pencemaran adalah suatu keadaaan yang terjadi karena perubahaan kondisi tata lingkungan (tanah, udara dan air) yang tidak menguntungkan (merusak dan merugikan kehidupan manusia, binatang dan tumbuhan) yang disebabkan oleh kehadiran benda-benda asing (seperti sampah kota, sampah industri, minyak bumi, sisa-sisa biosida dan sebagainya) sebagai akibat perbuatan manusia, sehingga mengakibatkan lingkungan itu tidak berfungsi seperti semula (Y.Eko Budi, 2003:9)

Menurut Muhamad Erwin dalam bukunya, selain pencemaran air, pencemaran udara, dan pencemaran suara (kebisingan) seperti disebutkan di atas, di tambahkan satu jenis pencemaran yaitu pencemaran tanah. Pencemaran tanah dapat terjadi melalui bermacam-macam akibat, ada yang langsung dan ada yang tidak langsung. Pencemaran yang langsung dapat berupa tertuangnya zat-zat kimia berupa pestisida atau insektisida yang melebihi dosis yang ditentukan. Sedangkan pencemaran tidak langsung dapat terjadi akibat dikotori oleh minyak bumi. Sering tanah persawahan dan kolam-kolam ikan tercemar oleh buangan minyak, bahkan sering pula suatu lahan yang berlebihan dibebani dengan zat-zat kimia (pestisida, insektisida, herbisida), sewaktu dibongkar oleh bulldozer pada musim kering, debu tanahnya yang bercampur zat-zat kimia itu ditiup angin, menerjang ke udara, dan mencemari udara

2. Tinjauan Tentang Hukum Lingkungan a. Pengertian Hukum Lingkungan

Hukum lingkungan adalah hukum yang berhubungan dengan lingkungan alam (natuurlijk milieu) dalam arti yang seluas-luasnya (Koesnadi Hardjasoematri, 2009 : 38). Hukum Lingkungan menurut

(30)

St.Moenadjat Danusaputro adalah hukum yang mendasari penyelenggaran perlindugan dan tata pengelolaan peningkatan ketahanan lingkungan hidup (N.H.T Siahaan, 2008:58). Drupsteen mengemukakan, bahwa hukum lingkungan (Milieurecht) adalah hukum yang berhubungan dengan lingkungan alam (natuurlijk milieu) dalam arti seluas-luasnya. Ruang lingkupnya berkaitan dengan dan ditentukan oleh ruang lingkuppengelolaan lingkungan. Dengan demikian hukum lingkungan merupakan instrumentarium yuridis bagi pengelolaan lingkungan (Koesnadi Harjasoemantri, 2009:14-15). b. Aspek-aspek Hukum Lingkungan

Menurut Koesnadi Hardjasoemantri, 2009:42-43), aspek-aspek lingkungan yaitu meliputi :

1) Hukum Tata Lingkungan

2) Hukum Perlindungan Lingkungan 3) Hukum Kesehatan Lingkungan

4) Hukum Pencemaran Lingkungan (dalam kaitannya dengan misal pencemaran oleh industri, dan sebagainya)

5) Hukum Lingkungan Transnasional/Interasional (dalam kaitannya dengan hubungan antar negara)

6) Hukum Perselisihan Lingkungan (dalamkaitannya dengan masalah ganti kerugian, dan sebagainya).

c. Penegakan Hukum Lingkungan

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup memuat macam penegakan hukum lingkungan yaitu sanksi administrasi, penyelesaian sengketa di Luar Pengadilan, Penyelesaian Sengketa di Pengadilan dan Penegakan Hukum Pidana. Diantara penegakan hukum lingkungan tersebut, penegakan hukum administratisi dianggap sebagai upaya penegakan hukum terpenting. Hal ini karena penegakan hukum administrasi lebih ditujukan kepada upaya mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan.

(31)

Penegakan hukum lingkungan administrasi pada dasarnya berkaitan dengan hukum lingkungan itu sendiri serta hukum administrasi karena penegakan hukum lingkungan berkaitan erat dengan kemampuan aparatur dan kepatuhan warga masyarakat terhadap peraturan yang berlaku, yang meliputi tiga bidang hukum yaitu administrasi, perdata dan pidana. Dengan demikian penegakan hukum lingkungan merupakan upaya mencapai ketaatan dan persyaratan dalam ketentuan hukum yang berlaku secra umum dan individual, melalui pengawasan dan penerapan sarana administratif, keperdataan dan kepidanaan.

Sanksi administrasi meliputi paksaan pemerintah dan pencabutan izin, untuk sanksi perdata Undang-Undang ini mengatur tentang penerapan asas tanggung jawab mutlak, dan menyatakan tetap berlakunya acara perdata sebagai acuan dalam tata acara pengajuan dalam masalah lingkungan hidup, sedangkan sanksi pidana mencakup tentang delik material dan delik formal, ketentuan tentang tanggung jawab korporasi dan ketentuan tentang asas subsidaritas penerapan sanksi pidana.

Penggunaan hukum administrasi dalam penegakan hukum lingkungan mempunyai dua fungsi yaitu bersifat preventif dan represif. Bersifat preventif berkaitan dengan izin yang diberikan oleh pejabat yang berwenang terhadap pelaku kegiatan, dan dapat juga berupa pemberian penerangan dan nasihat. Sedangkan bersifat represif berupa sanksi yang diberikan oleh pejabat yang berwenang terhadap pelaku atau penanggung jawab kegiatan untuk mencegah terjadinya pelanggaran (Andi Hamzah, 2005:52).

3. Tinjauan tentang Perlindungan dan Pengelolaann Lingkungan Hidup a. Pengertian Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup memuat pengertian

(32)

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup merupakan upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan pembinaan dan penegakan hukum.

Lilin Budiati (2012:25) dalam bukunya Good Governance dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup menjelaskan mengenai: Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai usaha pencegahan, penanggulangan, kerusakan dan pencemaran serta pemulihan kualitas lingkungan hidup, yang mana telah menuntut dikembangkannya berbagai perangkat kebijaksanaan dan dan program serta kegiatan yang didukung oleh sistem pendukung perlindungan dan pengelolaan lingkungan lainnya.

Pasal 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan berdasarkan asas:

1) Tanggung jawab negara;

a) Negara menjamin pemanfaatan sumber daya alam akan memberikan mafaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan mutu hidup rakyat, baik generasi masa kini maupun generasi masa depan.

b) Negara menjamin hak warga negara atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.

c) Negara mencegah dilakukannya kegiatan pemanfaatan sumber daya alam yang menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup (Lihat juga AE Boyle, 2005:1).

2) Kelestarian dan keberlanjutan

Setiap orang memikul kewajiban dan tanggung jawab terhadap generasi mendatang dan terhadap sesamanya dalam satu

(33)

generasi dengan melakukan upaya pelestarian daya dukung ekosistem dan memperbaiki kualitas lingkungan hidup.

3) Kelestarian dan keseimbangan

Pemanfaatan lingkungan hidup harus memperhatikan berbagai aspek seperti kepentingan ekonomi,sosial, budaya, dan perlindungan sert pelestarian ekosistem.

4) Keterpaduan

Perlindungan dan pengelolaan lingkunga hidup dilakukan dengan memadukan berbagai unsur atau menyinergikan berbagai komponen terkait.

5) Manfaat

Segala usaha dan/atau kegiatan pembangunan yang dilaksanakan disesuaikan dengan potensi sumberdaya alam dan lingkungan hidup untk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan harkat manusia selaras dengan lingkungannya.

6) Kehati-hatian

Ketidakpastian mengenai dampak suatu usaha dan/atau kegiatan karena keterbatasan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi bukan merupakan alasan untuk menunda langkah-langkah meminimalisasi atau menghindari ancaman terhadap pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.

7) Keadilan

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara, baik lintas daerah, lintas generasi, maupun lintas gender. 8) Ekoregion

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus memperhatikan karakteristik sumber daya alam, ekosistem, kondisi geografis, budaya masyarakat setempat, dan kearifan lokal.

(34)

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus memperhatikan upaya terpadu untuk mempertahankan keberadaan, keragaman, dan keberlanjutan sumber daya alam hayati yang terdiri atas sumber daya alam nabati dan sumber daya alam hewani yang bersama dengan unsur nonhayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem.

10) Pencemar membayar

Setiap penanggung jawab yang usaha dan/atau kegiatannya menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup wajib menanggung biaya pemulihan lingkungan.

11) Partisipatif

Setiap anggota masyarakat didorong untuk berperan aktif dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, baik secara langsung maupun tidak langsung.

12) Kearifan lokal

Dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus memperhatikan nalai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat.

13) Tata kelola pemerintah yang baik

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dijiwai oleh prinsip partisipasi, transparasi, akuntabilitas, efisiensi, dan keadilan.

14) Otonomi daerah

Pemerintah dan pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Perlidungan dan pengelolaan ligkungan hidup di Indonesia pada umumnya mengandung dua aspek, yaitu formal dan informal. Secara

(35)

formal tanggung jawab Pemerintah menjadi dominan dan sebagian besar bertumpu pada landasan hukum dan peraturan yang disiapkan untuk mengatur mengenai perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Pada saat ini landasan hukum yang digunakan sebagai dasar dalam hal perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang di dalamnya dirumuskan mengenai Pengertian, Asas,Tujuan, dan Ruang Lingkup, Perencanaan, Pemanfaatan, Pengendalian, Pemeliharaan, Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun serta Limbah Bahan Berbahaya Beracun, Sistem Informasi, Tugas Dan Wewenang Pemerintah dan Pemerintah Daerah, Hak, Kewajiban, Dan Larangan,Peran Masyarakat, Pengawasan dan Sanksi Administratif, Penyelesaian Sengketa Lingkungan, Penyidikan Dan Pembuktian, Ketentuan Pidana, Ketentuan Peralihan Penutup.

Kendala-kendala yang sering terjadi dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup anatara lain (Lilin Budiati, 2012:27):

a. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM); b. Eksploitasi Sumber Daya Alam (SDA);

c. Lemahnya implementasi peraturan perundang-undangan; d. Lemahnya penegakan hukum lingkungan;

e. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang lingkungan hidup; f. Penerapan teknologi yang tidak ramah lingkungan.

b. Peran Para Pihak dalam pelaksanaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pada dasarnya pihak-pihak yag berkepentingan dan memiliki kewajiban dalam pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup ialah, pemerintah, masyarakat dan pelaku usaha.

a. Pemerintah

Pemerintah pusat merupakan pihak yang paling berperan dan yang paling bertanggung jawab dalam pelaksanaan

(36)

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Pemerintah pusat bertanggung jawab untuk merancang, merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan pembangunan lingkungan yang berkelanjutan. Dalam hal ini, pemerintah pusat telah menetapkan suatu kebijakan nasional tetang lingkungan hidup berupa aturan hukum nasional, yaitu dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Disamping itu pemerintah pusat juga bertangung jawab sebagai pengawas seta penegakan hukum lingkungan.

Disamping pemerintah pusat, pemerintah daerah juga mempunyai peran penting dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan. “Dengan adanya desentralisasi perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, maka dalam pelaksanaannya akan lebih efisien karena merantai pengawasan dan pelaksanaan menjadi lebih pendek serta adanya rasa memiliki (sense of belonging) yang tinggi” (Lilin Budiati, 2012:8). Dalam lingkup pemerintahan daerah juga haus dibentuk suatu lembaga yang mengurusi lingkungan hidup, baik berupa kantor atau badan agar dalam koordinasi kebijakan dengan pemerintah pusat semakin mudah.

b. Masyarakat

Pasal 65 Undang-Undang Nomor 32 tahu 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dijelaskan bahwa setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia. Masyarakat Indonesia berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Disamping itu masyarakat juga berhak mengajukan usul dan/atau keberatan terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan

(37)

yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup. Anggota masyarakat, baik perorangan maupun kelompok dan lembaga swadaya masyarakat seperti organisasi lingkungan hidup atau korban pencemaran dan perusakan lingkungan hidup juga dapat melakukan pengaduan akibat dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup tersebut kepada kantor lingkungan hidup. Selain itu, sesuai Pasal 67 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dijelaskan bahwa setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.

c. Pelaku usaha

Bagi setiap orang yang melakukan usaha atau kegiatan sesuai dengan Pasal 68 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup diwajibkan untuk:

(1) Memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka, dan tepat waktu.

(2) Menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup.

(3) Mentaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. Sesuai Pasal 22 Undang-Undnag Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan hidup dijelaskan bahwa “setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki AMDAL (Analisis Mengenai Damak Lingkungan)”. Dokumen AMDAL merupakan dasar keputusan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup yang ditetapkan berdasarkan penilaian Komisi Penilai AMDAL. Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.

(38)

Selain daripada itu, sesuai Pasal 34 Undang-Undang 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dijelaskan bahwa “Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk dalam kriteria wajib AMDALwajib memiliki UKL (Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup) dan UPL (Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup)”. Sedangkan untuk setiap usaha dan atau kegiatan yang tidak wajib dilengkapi UKL dan UPL wajib membuat surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.

Disamping ini untuk setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki AMDAL atau UKL dan UPL diwajibkan untuk memiliki izin lingkungan sesuai dengan Pasal 36 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Izin lingkungan tersebut diterbitkan oleh Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya wajib menolak permohonan izin lingkungan apabila permohonan izin tidak dilengkapi dengan AMDAL atau UKL dan UPL.

c. Instrumen Pencegahan dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup Pasal 14 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menjelaskan bahwa instrumen-instrumen pencegahan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup yang pada dasarnya adalah juga sebagai instrumen pengelolaan lingkungan hidup karena pengelolaan lingkungan hidup dimaksudkan untuk mencegah dan mengatasi masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup. Dalam Pasal 14 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan hidup tertuliskan instrumen-instrumen pencegahan dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas:

a. KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis) b. Tata ruang

(39)

d. Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup; e. AMDAL;

f. UKL-UPL; g. Perizinan;

h. Intrumen Ekonomi Lingkungan Hidup;

i. Peraturan perundang-undangan berasis lingkungan hidup; j. Anggaran berbasis lingkungan hidup;

k. Analisis risiko lingkungan hidup; l. Audit lingkungan hidup; dan

m. Instrumen lain sesuai dengan kebutuhan dan/atau perkembangan pengetahuan.

d. Tujuan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bertujuan:

a) Melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;

b) Menjamin keselamatan, kesehatandan kehidupan manusia;

c) Menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem;

d) Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup

e) Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa depan;

f) Menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia;

g) Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana; h) Mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan

i) Mengantisipasi isu lingkungan gobal.

Pasal 4 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup meliputi unsur-unsur sebagai berikut:

(40)

a) Perencanaan, dilaksanakan melalui tahap inventarisasi lingkugan hidup, penetapan wilayah ekoregion dan penyusunan RPPLH.

b) Pemanfaatan, sumber daya alam dimanfaatkan berdasarkan RPPLH. Pemanfaatan ini harus dilaksanakan berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

c) Pengendalian, dilaksanakan dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup. Kegiatan ini meliputi pencegahan, penanggulangan dan pemulihan.

d) Pemeliharaan, dilakukan melalui upaya konservasi sumber daya alam, pencadangan sumber daya alam, dan pelestarian fungsi atmosfer.

e) Pengawasan dan pembinaan, menteri, gubernur, atau bupati/walikota mempunyai kewajiban dalam pengawasan dan pembinaan terhadap ketaatan penanggung jawab dan/atau kegiatan dibidang lingkungan hidupsesuai dengan kewenangannya dan dapat mendelegasikan kewenangannya dalam melakukan pengawasan dan pembinaan kepada pejabat/instansi teknis yang bertanggung jawab di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

f) Penegakan hukum, bagi penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melanggar izin lingkungan dapat dikenakan sanksi berupa: teguran tertulis, pelaksanaan perintah, pembekuan izin lingkungan dan pencabutan izin lingkungan.

4. Tinjauan Umum tentang Limbah dan Pengelolaannya a. Pengertian limbah

Berdasar pada Pasal 1 angka 20 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dijelaskan bahwa Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah) atau juga dapat dihasilkan oleh alam yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis.

(41)

Menurut Sugiarto (1987:93) “air limbah adalah kotoran yang berasal dari masyarakat dan rumah tangga dan juga berasal dari industri, air tanah, air permukaan, serta buangan lainnya”

Pengelolaan limbah bertujuan untuk mencegah, menanggulangi pencemaran dan kerusakan lingkungan, memulihkan kualitas lingkungan tercemar, dan meningkatkan kemampuan dan fungsi kualitas lingkungan. Jika pengurangan air limbah dari sumbernya sudah dilakukan secara optimal, maka air limbah yang terpaksa tetap dihasilkan selanjutnya harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan. Tujuan pengolahan air limbah ini adalah untuk mengurangi kandungan pencemar air sehingga mencapai tingkat konsentrasi dan bentuk yang lebih sederhana dan aman jika terpaksa

dibuang ke badan air di lingkungan.

(http://www.sanitasi.or.id/ppsp/wp-content/uploads/pdf/air-limbah/4_dasar-dasar_teknik_dan_pengelolaan_air_limbah.pdf):

Tanpa bantuan tangan manusia dalam mengolah limbah yang mengandung pencemar, alam sendiri memiliki kemampuan untuk memulihkan kondisinya sendiri atau yang disebut “self purification”. Alam memiliki kandungan zat yang mampu mendegradasi pencemar dalam air limbah menjadi bahan yang lebih aman dan mampu diterima alam itu sendiri, diantaranya adalah mikroorganisme. Waktu yang diperlukan akan sangat tergantung dari tingkat pencemarannya yang otomatis berkorelasi dengan tingkat kepadatan penduduk. Jika kepadatan penduduk meningkat maka pencemaran pun akan sangat mungkin meningkat sehingga proses alam untuk membersihkan dirinya sendiri akan memakan waktu yang sangat lama. Sehingga akhirnya akan terjadi penumpukan beban limbah sampai dimana kemampuan alam untuk dapat melakukan pembersihan sendiri (self purification) jauh lebih rendah dibanding dengan jumlah pencemar yang harus didegradasi.

(42)

b. Pengelompokan Limbah (1) Limbah Cair

Limbah cair adalah segala jenis limbah yang berwujud cairan, berupa air beserta bahan-bahan buangan yang tercampur (tersuspensi) maupun terlarut dalam air. Limbah cair diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu :

(a) Limbah cair domestik (domestic wastewater) yaitu limbah cair hasil buangan dari rumah tangga, bangunan perdagangan, perkantoran, dan sarana sejenis. Misalnya air deterjen sisa cucian, air sabun, tinja.

(b) Limbah cair industri (industrial wastewater), yaitu limbah cair hasil buangan industri. Misalnya air sisa cucian daging, buah, sayur dari industri pengolahan makanan dan sisa pewarnaan kain/bahan dari industri tekstil.

(c) Rembesan dan luapan (infiltration and inflow), yaitu limbah cair yang berasal dari berbagai sumber yang memasuki saluran pembuangan limbah cair melalui rembesan ke dalam tanah atau melalui luapan permukaan.

(d) Air hujan (strom water), yaitu limbah cair yang berasal dari aliran air hujan di atas permukaan tanah.

(2) Limbah Padat

Merupakan limbah yang terbanyak di lingkungan. Biasanya limbah padat disebut sebagai sampah.

(3) Limbah Gas

Jenis limbah gas yang berda diudara terdiri dari bermacam-macam senyawa kimia.

(4) Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)

Suatu limbah digolongkan sebagai Limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya beracun yang sifat dan konsentrasinya baik langsung maupun tidak langsung dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau

(43)

membahayakan kesehatan manusia. Bahan yang termasuk Limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lahi karena rusak, sisa kemasan tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan khusus.

c. Pengelolaan Limbah

(1) Pengendalian Pencemaran Air

Pasal 1 angka 11 Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, menjelaskan mengenai pengertian pencemaran air yaitu masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Angka 4 dari peraturan ini menjelaskan mengenai pengertian pengendalian pencemaran air yaitu upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air agar sesuai dengan baku mutu air.

(2) Pengendalian Pencemaran Udara

Pengertian pencemaran udara berdasarkan Pasal 1 angka 12 UUPLH tentang pencemaran lingkungan yaitu pencemara yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pencemaran yang berasal dari pabrik, kendaraan bermotor, pembakaran sampah, sisa pertanian, dan peristiwa alam seperti kebakaran hutan, letusan gunung api yang mengeluarkan debu, gas dan awan panas. Menurut Peraturan Pemeintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran udara, pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi dan komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. (3) Pengelolaan Limbah B3

(44)

Pasal 7 ayat (1) Peraturan Pemerintah No.85 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, menyebutkan bahwa jenis limbah B3 berdasarkan sumbernya yaitu:

a) Limbah B3 dari sumber tidak spesifik b) Limbah B3 dari sumber spesifik

c) Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.

Menurut M. Hamdan (2000:3) mengatakan bahwa : “Suatu lingkungan hidup dikatakan dalam keadaan serasi bila selama manusia dengan berbagai komponen lingkungan lainnya berada dalam batas-batas keseimbangan atau dapat pulih seketika dalam keadaan seimbang, tetapi apabila timbul ketergantungan antara interaksi manusia dengan lingkungannya disebabkan batas-batas kemampuan salah satu komponen lingkungan sudah terlampaui, sehingga akibatnya tidak dapat lagi menjalankan fungsinya, maka lingkungan sudah menjadi tidak serasi atau tidak seimbang”.

Pengelolaan limbah bertujuan untuk mencegah, menanggulangi pencemaran dan kerusakan lingkungan, memulihkan kualitas lingkungan tercemar, dan meningkatkan kemampuan dan fungsi kualitas lingkungan. Jika pengurangan air limbah dari sumbernya sudah dilakukan secara optimal, maka air limbah yang terpaksa tetap dihasilkan selanjutnya harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan. Tujuan pengolahan air limbah ini adalah untuk mengurangi kandungan pencemar air sehingga mencapai tingkat konsentrasi dan bentuk yang lebih sederhana dan aman jika terpaksa

dibuang ke badan air di lingkungan.

(http://www.sanitasi.or.id/ppsp/wp-content/uploads/pdf/air-limbah/4_dasar-dasar_teknik_dan_pengelolaan_air_limbah.pdf)

(45)

5. Tinjauan Umum tentang Pengawasan a. Pengertian Pengawasan

Pengawasan sebagai salah satu fungsi hukum administratif tidak dapat terlepas dari faktor manusia, hal ini disebabkan karena yang melakukan pemantauan, pemeriksaan dan evaluasi atau mengawasi dan yang diawasi adalah manusia. Ini berarti manusia yang merencanakan dan manusia pula yang melaksanakan rencana tersebut. Oleh karena itu, manusia pulalah yang harus melakukan pengawasan sehingga kegiatan itu dapat berjalan dengan yang diharapkan.

Pengawas adalah proses mengamati, membandingkan tugas pekerjaan yang dibebankan kepada aparat pelaksana dengan standar yangtelah ditetapkan dalam suatu rencana yang sistematis dengan tindakan kooperatif serta korektif guna menghindari penyimpangan demi tujuan tertentu (Nurmayani,2009: 8)

Pengawasan lingkungan sebagai alat pengelolaan lingkungan dimaksudkan untuk memastikan bahwa kegiatan pembangunan dan eksploitasi sumberdaya alam untuk yang berbeda diselaraskan dengan kebutuhan untuk melestarikan lingkungan hidup.

Dikaitkan dengan otonomi daerah, pengawasan atas penyelenggaraan Pemerintah Daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar Pemerintah daerah berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup telah ditetapkan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup (PPLH) dan Pejabat Pengawasan Lingkungan Hidup Daerah (PPLHD) yang berwenang melakukan pengawasan penataan penanggungan jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan pengendalian pencemaran dan atau kerusakan lingkungan Hidup.

(46)

Pengawasan lingkungan hidup yang selanjutnya disebut adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup dan/atau Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah untuk mengetahui, memastikan, dan menetapkan tingkat ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan atas ketentuan yang ditetapkan dalam izin lingkungan dan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Pengwasan lingkungan hidup merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara langsung atau tidak langsung oleh pegawai negeri yang mendapat surat tugas untuk melakukan pengawasan lingkungan hidup atau Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup (PPLH) di pusat atau daerah. Kegiatan tersebut bertujuan untuk memeriksa dan mengetahui tingkat ketaatan penanggung jawab kegiatan dan/atau usaha terhadap ketentuan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah lingkungan hidup termasuk di dalamnya pengawasan terhadap ketaatan yang diatur dalam perizinan maupun dalam dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) (Harmat Hamid, 2007:21-22).

Pasal 71 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mengatur mengenai pengawasan dan pembinaan terhadap lingkungan hidup yang dilakukan oleh menteri, gubernur, atau bupati/walikota. Pengawas dan Pembinaan tersebut dilakukan agar penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan mematuhi peraturan perundang-undangan dibidang lingkungan hidup. Kewenangan dalam melakukan pengawasan dan pembinaan tersebut dapat didelegasikan kepada pejabat/instansi teknis yang bertanggung jawab dibidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Dalam melaksanakan tugasnya pejabat pengawas lingkungn hidup berwenang untuk (Pasal 74 ayat (1) Undang-Undang

(47)

Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup) :

a) Melakukan pemantauan; b) Meminta keterangan;

c) Membuat salinan dari dokumen dan/atau membuat catatan yang diperlukan;

d) Memasuki tempat tertentu; e) Memotret;

f) Membuat rekaman audiovisual; g) Mengambil sampel;

h) Memeriksa peralatan;

i) Memeriksa instalasi dan/atau alat transportasi; dan/atau j) Menghentikan pelanggaran tertentu.

Kerugian lingkungan dan kesehatan akibat pencemaran dan pengrusakan lingkungan dapat bersifat tidak terpulihkan (Irreversible). Oleh sebab itu, pengelolaan lingkungan semestinya lebih didasarkan pada upaya pencegahan daripada pemulihan. Hukum lingkungan administrasi memiliki fungsi preventif dan fungsi korektif terhadap kegiatan-kegiatan yang tidak memenuhi ketentuan atau persyaratan-persyaratan pengelolaan lingkungan. Fungsi preventif terhadap timbulnya masalah-masalah lingkungan yang bersumber dari kegiatan usaha diwujudkan dalam bentuk pengawasan yang dilakukan oleh aparat yang berwenang di bidang pengawasan lingkungan (Takdir Rahmadi, 2013:208).

b. Bentuk-bentuk Pengawasan

Paulus Efendi Lotulung (1993:xv-xviii) mengemukakan beberapa macam pengawasan dalam hukum administrasi negara, yaitu bahwa ditinjau dari segi kedudukan dari badan/organ yang melaksanakan kontrol itu terhadap badan/organ yang dikontrol dapatlah dibedakan kontrol ektern dan intern:

Gambar

Tabel 1. Dokumen Kelayakan Lingkungan untuk Kegiatan Operasional  Pabrik PT. SGM Unit II
Tabel 2. Hasil Uji Laboratorium pH, COD, BOD, TSS, NH 3  dan S = No Parameter Hasil
Tabel 4. Hasil Uji Laboratorium Udara Ambien

Referensi

Dokumen terkait

Natural England is actually an organization that works for conservation of people, natural beauty, wildlife and biodiversity.. The organization is working towards managing the nature

Ketentuan Pasal 36 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.02/MEN/2011 tentang Jalur Penangkapan Ikan dan Penempatan Alat Penangkapan Ikan dan Alat

merencanakan pendampingan kegiatan-kegiatan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang berhubungan dengan Seksi Pemberdayaan Pelaku Usaha

Apabila terdapat kondisi dimana konsumen yang hendak pergi membawa barang berukuran besar dan kebetulan konsumen tersebut berusia tua, datang seorang diri, dan

Di awal artikel ini saya sudah mengatakan bahwa anda bisa juga download scripts yang bisa Anda import ke mikrotik berdasarkan kategori domain (misalnya, Situs Social Media,

transportasi ini, maka perlu dilakukan perhitungan harga pokok produksi dengan memperhatikan aktivitas yang menimbulkan biaya dan dapat mempengaruhi biaya produksi,

Pada tahun ke-3 tidak terlihat lagi pengaruh interaksi antara dosis pemupukan dengan daerah peletakan pupuk terhadap semua parameter, meskipun ada pengaruh nyata dari masing-masing

Dari hasil pengecekan ulang (cek silang) oleh Tim Mikroskopik Pusat, hasil menunjukkan bahwa ternyata 6 subjek yang dianggap positif oleh petugas puskesmas ternyata