viii ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI
Penelitian Dilakukan di Kelas XI IPS 2 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu
Sesilia Susanti
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2013
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan motivasi belajar dan keaktifan siswa dalam pembelajaran ekonomi pada pokok bahasan kebijakan fiskal melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).
Penelitian ini dilakukan di kelas XI IPS 2 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu. Komponen-komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah presentasi materi, pembagian kelompok, games, turnamen, dan penghargaan kepada kelompok. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, dimana setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi kegiatan guru, lembar observasi kegiatan kegiatan siswa, lembar observasi kegiatan kelas, lembar observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran, instrumen pengamatan kelas, lembar observasi kegiatan belajar siswa dalam kelompok, lembar observasi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan instrumen refleksi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.
ix ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TO IMPROVE STUDENT’S MOTIVATION AND STUDENT’S PARTICIPATION
IN LEARNING ECONOMICS
The Research Was Conducted in the Eleventh Grade of Social 2 Students of Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu Senior High School
Sesilia Susanti Sanata Dharma University
Yogyakarta 2013
The research aims to know the increase of learning motivation and students partitcipation in studying economics in the topic fiscal policy through the implemetation of cooperative learning model type Teams Games Tournament (TGT).
This research was conducted on the eleventh grade of social 2 of Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu Senior High School. The main components of cooperative learning TGT type were material presentation, groups sharing, games, tournament, and the appreciation to the group. The implementation of this classroom action research was done in two cycles which consisted of four stages, i.e planning, action, observation, and reflection. The data were collected by using
teachers’ observation sheet activities, observation of student activity, observation
sheets of classroom activities, observation sheets of the teachers’ activities in the teaching-learning process, the instruments of the class observation, observation sheets and learning activities of students in a group, observation of student participation in the learning process and an instrument of reflection. The data obtained were analyzed by using descriptive analysis and comparative analysis.
Based on the analysis, the result of the research can be concluded as follows: the implementation of the cooperative learning model type TGT can
improve learning motivation and students’ partitcipation. It can be seen from the
i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)
UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
DAN KEAKTIFAN SISWA
PADA MATA PELAJARAN EKONOMI
Penelitian Dilakukan di Kelas XI IPS 2 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
SESILIA SUSANTI NIM : 081334012
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk :
Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria dan Santo Yosef.
Ayahku Antonius Samijo S. Pd SD
(Alm) Ibuku Bernadeta Ngatijah
Adikku Brigita Dwi Astuti
Keluarga Besar Towinangun dan Jowinangun
Mas’ku Mr. Bod
v
MOTTO
Tuhan tak’kan terlambat !
Tuhan juga tak akan lebih cepat
Semua.... Dia jadikan indah TEPAT pada waktuNya.
Serahkanlah kekhawatiranmu kepada TUHAN, maka Ia
akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya
dibiarkan-Nya orang benar itu goyah. Mazmur 55:22 (23)
Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang
viii ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI
Penelitian Dilakukan di Kelas XI IPS 2 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu
Sesilia Susanti
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2013
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan motivasi belajar dan keaktifan siswa dalam pembelajaran ekonomi pada pokok bahasan kebijakan fiskal melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).
Penelitian ini dilakukan di kelas XI IPS 2 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu. Komponen-komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah presentasi materi, pembagian kelompok, games, turnamen, dan penghargaan kepada kelompok. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, dimana setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi kegiatan guru, lembar observasi kegiatan kegiatan siswa, lembar observasi kegiatan kelas, lembar observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran, instrumen pengamatan kelas, lembar observasi kegiatan belajar siswa dalam kelompok, lembar observasi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan instrumen refleksi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.
ix ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TO IMPROVE STUDENT’S MOTIVATION AND STUDENT’S PARTICIPATION
IN LEARNING ECONOMICS
The Research Was Conducted in the Eleventh Grade of Social 2 Students of Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu Senior High School
Sesilia Susanti Sanata Dharma University
Yogyakarta 2013
The research aims to know the increase of learning motivation and students partitcipation in studying economics in the topic fiscal policy through the implemetation of cooperative learning model type Teams Games Tournament (TGT).
This research was conducted on the eleventh grade of social 2 of Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu Senior High School. The main components of cooperative learning TGT type were material presentation, groups sharing, games, tournament, and the appreciation to the group. The implementation of this classroom action research was done in two cycles which consisted of four stages, i.e planning, action, observation, and reflection. The data were collected by using
teachers’ observation sheet activities, observation of student activity, observation
sheets of classroom activities, observation sheets of the teachers’ activities in the teaching-learning process, the instruments of the class observation, observation sheets and learning activities of students in a group, observation of student participation in the learning process and an instrument of reflection. The data obtained were analyzed by using descriptive analysis and comparative analysis.
Based on the analysis, the result of the research can be concluded as follows: the implementation of the cooperative learning model type TGT can
improve learning motivation and students’ partitcipation. It can be seen from the
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kasih atas segala kasih-Nya
sehingga penulis dapat meyelesaikan penyusunan skripsui yang berjudul
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament
(TGT) untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Keaktifan Siswa Pada Pelajaran
Ekonomi.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh banyak bantuan, doa,
dan semangat yang sangat mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Indra Darmawan, S.E, M. Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Laurentius Saptono, S. Pd, M. Si. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Akuntansi.
4. Ibu Cornelio Purwantini, S. Pd, M. SA, selaku dosen pembimbing yang dengan
sabar mendampingi, meluangkan waktu, memberi saran, kritik, dan nasehat
untuk pembuatan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S. E., M. Si, selaku dosen penguji.
Terimakasih atas saran dan kritik yang telah diberikan sehingga penulisan
xi
6. Bapak Agustinus Heri Nugroho, S. Pd, M. Pd, selaku dosen penguji.
Terimakasih atas saran dan kritik yang telah diberikan sehingga penulisan
skripsi ini menjadi lebih baik.
7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi serta para staf
karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan
bimbingan dan pelayanan selama penulis belajar di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
8. Br. Agustinus Mujiya, S. Pd., FIC, selaku Kepala Sekolah SMA Pangudi Luhur
St. Louis IX Sedayu, terimakasih atas ijin yang telah diberikan untuk
melakukan penelitian.
9. Bapak Drs. Al. Candra Widyantara, selaku guru patner dalam penelitian yang
telah bersedia meluangkan waktu membantu penelitian dari awal hinggga
akhir.
10. Siswa-siswi kelas XI IPS 2 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu,
terimakasih atas kerja samanya.
11. Ayahku Antonius Samijo S. Pd dan (Alm) Ibu Bernadeta Ngatijah yang
telah memberikan doa, dukungan, kasih sayang dan bantuan tiada henti
kepada penulis. Semoga Berkat Tuhan selalu menyertai bapak, dan Tuhan
memberikan tempat terindah untuk “mak’e” di surga.“Nok’e lulus!!”
12. Adikku Brigita Dwi Astuti yang selalu memberi semangat kepada penulis
untuk mengerjakan skripsi dan revisi-revisinya. “Jem, mbak wis lulus . .
Sinau sik sregep ya, ben iso lulus tepat waktu. . Ora gawe susah bapak
xii
13. Keluarga Besar Towinangun dan Jowinangun, terimakasih atas doa,
dukungan dan kasih sayang kepada penulis.
14. Stevanus Denny Kris Riyantaka S.T, terimakasih untuk dukungan, semangat
dan kasih sayangmu selama 4,5 tahun ini. Tuhan memberkati .
15. Mas’ku Tarsisius Budi Prasetya, terimakasih untuk doa, semangat, dan
dukungan yang selalu diberikan selama penulis menyelesaikan skripsi.
“Senthul lulus mas!!”
16. Teman-teman seperjuangan: Monic, Titik, Rista, Sari, Sr. Bernand, Ester,
dan Riris. Terimakasih atas kebersamaannya.
17. Teman-temanku : Titik, Monic, Tika, Djito “Ngatijo”, Siska “Nciz”,
Ndhembix Cs. “Aku lulus cah, nuwun atas kebersamaan dan
pengalaman-pengalamannya selama kita kuliah, sukses buat kita semua”.
18. Ignatius Erdha Atung Yudha, terimakasih “cyint” untuk kesetiaanmu selama
kita kuliah, siap siaga menemaniku kemana saja.
19. Teman-teman yang telah membantu penelitian : Ninda, Oteph, Bayu
“Biksu”, Erdha, Monic, Titik, Dita “Pemat”, Wawan “Om”, Hasto, Gundul,
dan Yudha’09. Terimakasih teman.
20. Seluruh personil “ACTION’08” , terimakasih atas kebersamaannya selama
ini.
21. Penghuni “UBSD” (Om Tarno, Bu Mia, mbak Rohmi, dan Tante Vari),
terimakasih sudah mendengarkan keluh kesahku selama kuliah, terimakasih
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xxi
DAFTAR LAMPIRAN ... xxii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah... 4
C. Batasan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 5
xv
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 7
B. Model dan Tahapan Pelaksanaan PTK ... 10
C. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) ... 11
D. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) ... 15
E. Motivasi Belajar ... 20
F. Keaktifan Siswa ... 23
G. Mata Pelajaran Ekonomi ... 25
H. Kerangka Berfikir ... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 29
A. Jenis Penelitian ... 29
B. Tempat dan Waktu Penelitian... 29
C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 30
D. Prosedur Penelitian ... 30
E. Definisi Operasional Variabel ... 37
F. Pengukuran Variabel Motivasi Belajar ... 37
G. Uji Kuesioner ... 39
H. Instrumen Penelitian ... 42
I. Teknik Pengumpulan Data ... 43
xvi
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH ... 47
A. Sejarah Berdiri SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu ... 47
B. Tujuan, Visi dan Misi SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu ... 49
C. Kurikulum Satuan Pendidikan SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu ... 51
D. Organisasi SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu ... 54
E. Sumber Daya Manusia SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu... 64
F. Siswa SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu ... 66
G. Kondisi Fisik dan Lingkungan SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu ... 67
H. Fasilitas Pendidikan dan Latihan ... 70
BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN ... 73
A. Deskripsi Penelitian ... 73
1.Observasi pra penelitian ... 74
a. Observasi guru ... 75
b. Observasi kelas ... 77
c. Observasi siswa ... 79
2.Siklus pertama ... 82
a. Perencanaan ... 82
b. Tindakan ... 84
c. Observasi ... 87
xvii
3.Siklus kedua ... 102
a. Perencanaan ... 102
b. Tindakan ... 104
c. Observasi ... 107
d. Refleksi ... 112
B. Analisis Komparatif Tingkat Motivasi dan Keaktifan Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) ... 117
C. Pembahasan ... 127
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 134
A. Kesimpulan ... 134
B. Keterbatasan Penelitian ... 135
C. Saran ... 135
DAFTAR PUSTAKA ... 137
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Operasional Variabel Motivasi Belajar ... 37
Tabel 3.2 Skor Variabel Motivasi Belajar ... 38
Tabel 3.3 Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe II ... 39
Tabel 3.4 Kesimpulan Hasil Pengujian Validitas Motivasi Belajar ... 41
Tabel 3.5 Kesimpulan Hasil Pengujian Reliabilitas Motivasi Belajar ... 42
Tabel 4.1 Daftar Kepala Sekolah yang Pernah Bertugas ... 48
Tabel 4.2 Struktur Organisasi SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu ... 64
Tabel 4.3 Daftar Siswa-siswi SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu Berdasarkan Jenis Kelamin ... 66
Tabel 4.4 Daftar Siswa-siswi SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu Berdasarkan Agama Siswa ... 67
Tabel 5.1 Hasil Observasi Aktivitas Guru Sebelum TGT ... 76
Tabel 5.2 Instrumen Pengamatan Kelas Sebelum TGT ... 78
Tabel 5.3 Hasil Observasi Keaktifan atau Keterlibatan Siswa dalam Proses Pembelajaran (Pra Penelitian) ... 80
Tabel 5.4 Aktivitas Guru pada Siklus I ... 87
Tabel 5.5 Instrumen Pengamatan Kelas Siklus I ... 90
Tabel 5.6 Observasi Kegiatan Belajar Siswa Dalam Kelompok (Secara Umum) Siklus I ... 92
Tabel 5.7 Hasil Observasi Keaktifan atau Keterlibatan Siswa dalam Proses Pembelajaran Siklus I ... 92
xix
Model TGT Siklus I ... 96
Tabel 5.9 Instrumen Refleksi Siswa terhadap Komponen Pembelajaran
Model TGT Siklus I ... 98
Tabel 5.10 Aktivitas Guru pada Siklus II ... 107
Tabel 5.11 Instrumen Pengamatan Kelas Siklus II ... 109
Tabel 5.12 Observasi Kegiatan Belajar Siswa Dalam Kelompok (Secara Umum)
Siklus II ... 111
Tabel 5.13 Instrumen Refleksi Guru Mitra terhadap Komponen Pembelajaran
Model TGT Siklus II ... 112
Tabel 5.14 Instrumen Refleksi Siswa terhadap Komponen Pembelajaran
Model TGT Siklus II ... 113
Tabel 5.15 Motivasi Belajar Siswa Sebelum Penerapan TGT dan Sesudah
Penerapan TGT (Siklus I) ... 117
Tabel 5.16 Analisis Motivasi Belajar Siswa Sebelum Penelitian di Kelas
XI IPS 2 ... 120
Tabel 5.17 Analisis Motivasi Belajar Siswa Sesudah Siklus I di Kelas
XI IPS 2 ... 121
Tabel 5.18 Motivasi Belajar Siswa Sebelum Penerapan TGT, Siklus I dan
Siklus II... 122
Tabel 5.19 Analisis Motivasi Belajar Siswa Sesudah Siklus II di Kelas
XI IPS 2 ... 124
xx
Belajar Siswa dalam Proses Pembelajaran pada Pra Penelitian,
xxi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model dan Tahap PTK ... 11
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Observasi Kegiatan Guru (Instrumen Rencana) ... 141
Lampiran 1a Lembar Observasi Kegiatan Guru (Pra Penelitian) ... 160
Lampiran 1b Lembar Observasi Kegiatan Guru (Siklus I) ... 165
Lampiran 1c Lembar Observasi Kegiatan Guru (Siklus II) ... 212
Lampiran 2 Lembar Observasi Kegiatan Kelas (Instrumen Rencana) ... 142
Lampiran 2a Lembar Observasi Kegiatan Kelas (Pra Penelitian) ... 161
Lampiran 2b Lembar Observasi Kegiatan Kelas (Siklus I) ... 167
Lampiran 2c Lembar Observasi Kegiatan Kelas (Siklus II) ... 214
Lampiran 3 Lembar Observasi Kegiatan Siswa (Instrumen Rencana) ... 143
Lampiran 3a Lembar Observasi Kegiatan Siswa (Pra Penelitian) ... 162
Lampiran 3b Lembar Observasi Kegiatan Siswa (Siklus I) ... 169
Lampiran 3c Lembar Observasi Kegiatan Siswa (Siklus II) ... 216
Lampiran 4 Lembar Observasi Kegiatan Guru Saat Pembelajaran TGT ... 144
Lampiran 4a Lembar Observasi Kegiatan Guru (Siklus I) ... 171
Lampiran 4b Lembar Observasi Kegiatan Guru (Siklus II) ... 218
Lampiran 5 Instrumen Pengamatan Kelas Saat Penerapan TGT ... 146
Lampiran 5a Instrumen Pengamatan Kelas Saat Penerapan TGT (Siklus I) ... 173
Lampiran 5b Instrumen Pengamatan Kelas Saat Penerapan TGT (Siklus II) .. 220
Lampiran 6 Lembar Observasi Kegiatan Siswa Dalam Kelompok ... 148
Lampiran 6a Lembar Observasi Kegiatan Siswa Dalam Kelompok (Siklus I) 175
xxiii
Lampiran 7 Lembar Refleksi Guru Mitra Terhadap Pembelajaran dan Metode
TGT (Instrumen Rencana) ... 149
Lampiran 7a Lembar Refleksi Guru Mitra Terhadap Pembelajaran dan Metode
TGT (Siklus I) ... 176
Lampiran 7b Lembar Refleksi Guru Mitra Terhadap Pembelajaran dan Metode
TGT (Siklus II) ... 223
Lampiran 8 Lembar Refleksi Siswa Terhadap Komponen Pembelajaran dan
Metode TGT (Instrumen Rencana) ... 150
Lampiran 8a Lembar Refleksi Siswa Terhadap Komponen Pembelajaran dan
Metode TGT (Siklus I) ... 177
Lampiran 8b Lembar Refleksi Siswa Terhadap Komponen Pembelajaran dan
Metode TGT (Siklus II) ... 224
Lampiran 9a Kuesioner Motivasi Belajar Sebelum Penerapan TGT ... 152
Lampiran 9b Kuesioner Motivasi Belajar Setelah Penerapan TGT ... 155
Lampiran 10 Lembar Observasi Keaktifan atau Keterlibatan Siswa dalam Proses
Pembelajaran (Instrumen Rencana) ... 158
Lampiran 10a Lembar Observasi Keaktifan atau Keterlibatan Siswa dalam Proses
Pembelajaran (Pra Penelitian) ... 163
Lampiran 10b Lembar Observasi Keaktifan atau Keterlibatan Siswa dalam Proses
Pembelajaran (Siklus I) ... 179
Lampiran 10c Lembar Observasi Keaktifan atau Keterlibatan Siswa dalam Proses
Pembelajaran (Siklus II) ... 226
xxiv
Lampiran 11b Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus II) ... 227
Lampiran 12a Lembar Kerja Siswa (Siklus I) ... 193
Lampiran 12b Lembar Kerja Siswa (Siklus II) ... 245
Lampiran 13a Format Penilaian Kelompok (Siklus I) ... 200
Lampiran 13b Format Penilaian Kelompok (Siklus II) ... 259
Lampiran 14 Peraturan Games Make a Match ... 201
Lampiran 15 Prosedur Games Make a Match ... 202
Lampiran 16 Peraturan Tournament ... 203
Lampiran 17 Prosedur Tournament ... 204
Lampiran 18 Skenario Pembelajaran ... 205
Lampiran 19 Pembagian Kelompok ... 207
Lampiran 20 Wawancara Terhadap Guru Mata Pelajaran ... 208
Lampiran 21 Wawancara Terhadap Siswa ... 209
Lampiran 22 Hasil Hitungan PAP II ... 210
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam proses pembelajaran diperlukan adanya hubungan timbal
balik antara guru dan siswa. Guru merupakan kunci utama dalam
keberhasilan proses pembelajaran, oleh karena itu guru dituntut selalu
melakukan inovasi dalam pembelajaran untuk memanfaatkan media,
pengelolaan kelas, dan menggunakan metode pembelajaran yang baik.
Menurut Dwitagama (2009). Tersedia:
http://www.teknologipendidikan.net/wp.content/uploads/2011/02/Kompetensi
Guru.pdf ( diaskses 30 Agustus 2012) keterampilan guru dalam pemilihan
serta penggunaan metode masuk dalam salah satu kompetensi yang
disyaratkan bagi guru yaitu kompetensi pedagogis, yang meliputi
perancangan pembelajaran, pemanfaatan teknologi pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran dan lain-lain. Diharapkan dengan pemanfaatan
media serta penggunaan metode pembelajaran yang tepat dapat memotivasi
siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Hal tersebut
dapat dilihat dari tingkat keaktifan siswa di dalam kelas ketika mengikuti
proses belajar mengajar yang akan berdampak juga dengan meningkatnya
hasil belajar siswa.
Menurut Uno (2007), faktor yang mempengaruhi motivasi siswa
dalam belajar adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu
belajar, kebiasaan, dan rasa percaya diri. Faktor eksternal adalah faktor yang
terdapat di luar diri siswa, seperti guru sebagai pembina belajar, strategi
pembelajaran, sarana dan prasarana, kurikulum dan lingkungan sekitar. Dari
pernyataan tersebut, guru diharapkan dapat memilih model pembelajaran
yang tepat untuk digunakan dalam menyampaikan kegiatan pembelajaran,
sehingga dapat memotivasi siswa untuk belajar dan mendorong siswa untuk
lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas.
Dalam observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 31 Agustus
2012 di kelas XI IPS 2 SMA PL St. Louis IX Sedayu, menunjukkan bahwa
guru dalam menyampaikan pembelajaran pada mata pelajaran ekonomi
dengan menggunakan metode ceramah yang diselingi dengan tanya jawab
kemudian di dalam mengerjakan tugas, guru menggunakan metode diskusi
yang dilakukan secara klasikal. Secara umum siswa memperhatikan
penjelasan guru, mencatat, dan ada juga siswa yang mengobrol dengan
temannya sendiri, sehingga siswa terkesan menjadi kurang aktif dalam
mengikuti proses pembelajaran karena hanya mendengarkan penjelasan guru
kemudian mencatat. Dari hasil observasi, menunjukkan bahwa penggunaan
metode ceramah, tanya jawab dan diskusi klasikal dalam proses pembelajaran
dirasa belum efektif. Hal tersebut dikarenakan hanya guru yang berbicara
sedangkan siswa hanya mendengarkan, menjawab apa yang ditanyakan oleh
guru dan mencatat. Dari observasi tersebut dapat dikatakan siswa menjadi
kurang termotivasi di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang berakibat
Ada berbagai model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru
dalam proses pembelajaran untuk mendukung keberhasilan proses
pembelajaran, dimana model pembelajaran tersebut tidak hanya
menyampaikan informasi kepada siswa, tetapi juga memberi kemudahan
belajar untuk seluruh siswa agar mereka dapat belajar dalam suasana yang
menyenangkan, penuh semangat sehingga tumbuh motivasi siswa untuk
belajar. Dengan adanya motivasi belajar yang baik diharapkan dapat
membangkitkan semangat siswa untuk lebih aktif ketika mengikuti kegiatan
pembelajaran di dalam kelas.
Menurut Slavin (1995:84), bentuk pembelajaran kooperatif yang
pertama dan cukup menarik untuk digunakan adalah metode pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT). Metode pembelajaran ini
merupakan salah satu metode pembelajaran yang relatif mudah untuk
diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar di dalam suatu kelas.
Pembelajaran tipe ini melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa membedakan
status, peran siswa sebagai tutor sebaya dan di dalamnya mengandung unsur
permainan yang sangat menyenangkan. Dengan penerapan metode TGT ini,
diharapkan siswa dapat termotivasi untuk mengikuti proses belajar mengajar,
meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sehingga hasil
belajar siswa pun meningkat. Model pembelajaran ini pada dasarnya
merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bekerja sama dalam suatu kelompok kecil dengan kemampuan yang
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mencoba melakukan
penelitian dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan motivasi belajar dan
keaktifan siswa di kelas. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tindakan kelas dengan judul ”Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Keaktifan Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi”,
yang akan dilakukan pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Pangudi Luhur St.
Louis IX Sedayu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa?
2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat
meningkatkan keaktifan siswa ?
C. Batasan Masalah
Penerapan model pembelajaran kooperatif dapat dilakukan dengan
berbagai tipe, diantaranya tipe Student Team Achievement Division (STAD),
Teams Games Tournament (TGT), Jigsaw, Team Accelerated Instruction
(TAI), dan Cooperatif Integrated Reading and Composition (CIRC). Dalam
Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan motivasi belajar dan
keaktifan belajar siswa terhadap mata pelajaran ekonomi.
D. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang dikemukakan maka dapat dirumuskan
tujuan penelitian yang akan dicapai sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah ada peningkatan motivasi belajar siswa
setelah penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe TGT.
2. Untuk mengetahui apakah ada peningkatan keaktifan siswa setelah
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti berikutnya
berkaitan dengan penerapan metode pembelajaran di lapangan.
2. Bagi Guru
Dengan adanya penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Teams Games Tournament (TGT) diharapkan dapat memberikan
masukan untuk para guru supaya lebih kreatif dalam menerapkan
model-model pembelajaran di kelas sehingga kegiatan belajar mengajar di
dalam kelas tidak membosankan.
3. Bagi Siswa
Dengan penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peserta didik untuk
meningkatkan motivasi belajar dan keaktifan siswa dalam mengikuti
4. Bagi Peneliti
Peneliti mempunyai kesempatan untuk belajar menganalisis suatu
masalah yang terjadi dalam kelas dan menerapkan model pembelajaran
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Tindakan Kelas
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan
(action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki kualitas
proses dan hasil belajar sekelompok peserta didik.
Arikunto (2008:2-3) menjelaskan PTK dengan memisahkan
kata-kata yang tergabung di dalamnya, yakni : penelitian, tindakan, kelas,
dengan paparan sebagai berikut :
a. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
b. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
c. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru yang sama pula.
Sementara menurut Susilo (2007:16), PTK merupakan suatu
penelitian yang dilakukan oleh peneliti atau guru di tempat di mana dia
mengajar, dengan menekankan pada penyempurnaan atau peningkatan
Sedangkan menurut Kusumah, dkk (2009:9):
PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan berpartisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
Dari beberapa pengertian PTK di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa PTK merupakan implementasi dari kreativitas dan sikap kritis guru
terhadap apa yang sehari-hari diamatinya dan pengalaman yang
berhubungan dengan profesinya untuk menghasilkan suatu kualitas
pembelajaran yang lebih baik dari sebelumnya sehingga mencapai hasil
yang optimal. Masalah PTK harus berawal dari guru itu sendiri yang
berkeinginan memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajarannya di
sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
2. Prinsip Dasar PTK
Menurut Kusumah (2009:17), PTK mempunyai beberapa prinsip
yang harus diperhatikan oleh guru di sekolah. Prinsip tersebut diantaranya:
a. Tidak mengganggu pekerjaan utama guru yaitu mengajar.
b. Metode pengumpulan data tidak menuntut metode yang berlebihan sehingga mengganggu proses pembelajaran.
c. Metodologi yang digunakan harus cukup reliable sehingga hipotesis yang dirumuskan ikut meyakinkan.
d. Masalah yang diteliti adalah masalah pembelajaran di kelas yang cukup merisaukan guru dan guru memiliki komitmen untuk mencari solusinya.
f. Masalah tidak hanya berfokus pada konteks kelas, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan (perlu kerja sama antara guru dan dosen).
3. Tahap Pelaksanaan PTK
Dalam praktiknya, menurut Kusumah (2009:25), PTK adalah
tindakan yang bermakna melalui prosedur penelitian yang mencakup
empat tahapan yaitu:
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan yang matang perlu dilakukan setelah kita mengetahui masalah dalam pembelajaran kita. Kegiatan perencanaan mencakup: identifikasi masalah, analisis penyebab adanya masalah, dan pengembangan untuk tindakan atau aksi sebagai pemecahan masalah b. Tindakan (Acting)
Perencanaan harus diwujudkan dengan adanya tindakan atau acting dari guru berupa solusi tindakan sebelumnya
c. Pengamatan (Observing)
Selanjutnya diadakan pengamatan atau observing yang diteliti terhadap proses pelaksanaannya.
d. Refleksi (Reflecting)
Setelah diamati, barulah guru dapat melakukan refleksi atau reflecting dan dapat menyimpulkan apa yang telah terjadi dalam kelasnya.
4. Tujuan PTK
Menurut Susilo (2007:17), tujuan PTK dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Tujuan utama PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.
b. Perbaikan dan peningkatan pelayanan profesional guru kepada peserta didik dan konteks pembelajaran di kelas.
e. Adapun tujuan penyerta PTK yang dapat dicapai adalah terjadinya proses pelatihan dalam jabatan selama proses penelitian itu berlangsung.
5. Manfaat PTK
Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari dilaksanakannya PTK
yang terkait dengan komponen utama pendidikan dan pembelajaran, antara
lain (Susilo, 2007:18):
a. Inovasi pembelajaran
b. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan di tingkat kelas c. Peningkatan profesionalisme guru atau pendidik
d. Akan terciptanya peluang yang luas terhadap terciptanya karya tulis bagi guru
e. Karya tulis ilmiah semakin di perlukan guru di masa depan untuk meningkatkan kariernya dan dalam rangka membuat rancangan PTK yang lebih berbobot sambil mengajar di kelas.
B. Model dan Tahapan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Dalam melaksanakan PTK, dibutuhkan tahapan. Tahapan yang
digunakan haruslah sesuai pedoman yang ada dalam petunjuk pelaksanaan
PTK. Menurut Kusumah (2009) tahapan PTK dapat dibuat sebagai berikut:
a. Perencanaan (planning): Perencanaan yang matang perlu dilakukan
setelah kita mengetahui masalah dalam pembelajaran kita;
b. Tindakan (acting): Perencanaan harus diwujudkan dengan adanya
tindakan (acting) dari guru berupa solusi tindakan sebelumnya;
c. Pengamatan (observing): Selanjutnya diadakan pengamatan
d. Refleksi (reflecting): Setelah diamati, barulah guru dapat
melakukan refleksi (reflecting) dan dapat menyimpulkan apa yang
telah terjadi di dalam kelasnya.
Model dan Tahap PTK
Gambar 2.1 Model PTK Kurt Lewin hasil modifikasi.
C. Metode Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Leaning)
Pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative yang artinya
mengerjakan segala sesuatu secara bersama-sama dengan saling
membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.
Made Wina (Lie, 2009:189-190) mengungkapkan:
Pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur, dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator.
Hal utama dari belajar kooperatif adalah siswa bekerja sama untuk
belajar dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya.
Menurut Slavin (Trianto, 2009:57), belajar kooperatif menekankan pada
tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua
Siklus I Perencanaan
Refleksi Tindakan
anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi.
2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran yang diungkapkan Ibrahim, dkk
(2006:7-8) sebagai berikut:
a. Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.
b. Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan. Mengajarkan untuk saling menghargai satu sama lain.
c. Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini penting karena banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial.
3. Manfaat Pembelajaran Kooperatif
Manfaat-manfaat dari pembelajaran kooperatif menurut Widanarto
(2006:17) adalah:
a. Meningkatkan kemampuan untuk bekerjasama dan bersosialisasi b. Melatih kepekaan diri, empati melalui variasi perbedaan sikap
dan perilaku selama bekerjasama
c. Mengurangi rasa kecemasan dan menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi belajar, harga diri dan perilaku positif sehingga siswa tahu kedudukannya dan belajar untuk menghargai satu sama lain.
d. Meningkatkan prestasi belajar dengan menyelesaikan tugas akademik sehingga membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.
4. Unsur Pembelajaran Kooperatif
Roger, dkk (Lie, 2002:31-35) mengatakan bahwa tidak semua kerja
maksimal, lima unsur pembelajaran gotong royong harus diterapkan,
diantaranya:
a. Saling ketergantungan positif
Keberhasilan suatu karya sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok bisa menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.
b. Tanggung jawab perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya.
c. Tatap muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.
d. Komunikasi antar anggota
Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi.
e. Evaluasi proses kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
5. Tipe Pembelajaran Kooperatif
Terdapat lima tipe dari pembelajaran kooperatif yang diantaranya adalah
(Slavin, 2010:11-25):
a. Student Teams Achievement Divisions (STAD)
Dalam STAD, siswa dikelompokkan secara heterogen. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Guru memulai pelajaran dengan mempresentasikan sebuah materi yang kemudian siswa bekerja dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menuntaskan materi tersebut. Pada akhirnya semua siswa diberi kuis secara individual tentang materi ajar tersebut dan siswa yang bersangkutan memperoleh skor secara individual.
b. Teams Games Tournaments (TGT)
Model TGT hampir sama dengan STAD. Siswa dikelompokkan secara heterogen, setiap kelompok terdiri 4-5 orang. Guru memulai dengan mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok menuntaskan pelajaran tersebut. Namun kuis dalam TGT diganti dengan turnamen. Dalam turnamen ini siswa bertanding dengan anggota kelompok lain yang mempunyai kemampuan serupa. Dari turnamen inilah tiap anggota akan mendapat skor yang akan disumbangkan pada kelompoknya. Kemudian skor-skor ini akan dirata-rata untuk menentukan skor kelompok. Skor kelompok yang diperoleh akan menentukan penghargaan kelompok.
c. Jigsaw
sama. Mereka mendiskusikan topik yang menjadi bagiannya. Pada tahap tersebut para ahli dibebaskan mengemukakan pendapatnya, saling bertanya dan berdiskusi untuk menguasai bahan pelajaran. Setelah menguasai materi yang menjadi bagiannya, para ahli tersebut kembali ke dalam kelompoknya masing-masing. Mereka bertugas mengajarkan topik tersebut kepada teman-teman sekelompoknya. Kegiatan terakhir dari model Jigsaw adalah pemberian kuis atau penilaian untuk seluruh topik. Penilaian dengan penghargaan kelompok didasarkan pada peningkatan nilai individu sama seperti STAD.
d. Learning Together
Siswa melakukan presentasi bahan mata pelajaran, setelah itu siswa dalam kelompok heterogen terdiri 4 sampai 5 orang mengerjakan satu lembar kerja. Guru menilai hasil kerja kelompok. Siswa kemudian secara individual mengerjakan kuis yang dinilai oleh guru sebagai hasil kerja individual.
e. Group Investigation
Tiap-tiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan materi itu kepada semua siswa di kelas. Siswa diharapkan menerima tanggung jawab yang besar untuk menentukan apa yang akan dipelajari, mengorganisasi kelompok mereka sendiri bagaimana cara menguasai materi dan memutuskan bagaimana mengkomunikasikan hasil belajar mereka kepada seluruh kelas.
D. Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament ( TGT) 1. Pengertian Teams Games Tournament (TGT)
Metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang mudah
untuk diterapkan, hal ini karena melibatkan semua siswa di dalam
kelas. Seperti yang kita ketahui di dalam suatu kelas pasti akan ada
banyak perbedaan baik itu masalah ras, agama, jenis kelamin, tingkat
juga mampu menimbulkan masalah di kelas. Namun dalam metode
TGT masalah ini dapat diminimalisir.
Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau
metode pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan
aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan
peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan
(Slavin, 2010).
Dalam TGT siswa diminta untuk bekerja di dalam kelompok, di
mana kelompoknya terdiri dari berbagai unsur yang berbeda sehingga
masalah-masalah yang disebabkan karena adanya perbedaan dapat
diatasi. Dalam model TGT ini siswa juga diharapkan mampu untuk
melatih tanggung jawab, kerja sama dan persaingan yang sehat.
Lima komponen utama dalam TGT yaitu (Slavin, 2010):
a. Penyajian Kelas
Sebelum melakukan games, dalam awal pembelajaran akan diawali guru menjelaskan materi. Penjelasan materi ini dapat dilakukan dengan metode ceramah, diskusi atau metode yang lainnya. Yang harus ditekankan dalam penyajian kelas ini adalah siswa harus benar – benar memahami materi yang disampaikan oleh guru. Penguasaan materi ini akan membantu siswa untuk bekerja dalam kelompok nantinya.
b. Kelompok (team)
suara yang pelan, tidak boleh meninggalkan tugas selama bekerja dalam kelompok, mendiskusikan tugas secara bersama-sama, jika ada suatu pertanyaan di dalam kelompok tersebut, sebaiknya jangan ditanyakan dahulu kepada guru karena mungkin dari salah satu teman kelompok ada yang bisa menjawab pertanyaan tersebut. Setelah itu, jika pertanyaan tidak bisa terjawabkan oleh salah satu teman kelompok, baru bisa meminta penjelasan dari guru. Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game atau tournament.
c. Permainan
Permainan ini dirancang untuk mengetahui pemahaman siswa setelah mengikuti presentasi kelas dan belajar kelompok. Games dapat berisi pertanyaan–pertanyaan bernomor yang dirancang oleh guru untuk mengetahui sejauh mana penguasaan materi oleh siswa sesuai dengan materi yang diajarkan. Siswa dapat mengambil salah satu pertanyaan bernomor dan menjawabnya sesuai dengan kemampuan masing-masing dan teman di dalam kelompoknya tidak diperkenankan untuk membantu anggota kelompok yang sedang mengerjakan. Jawaban siswa yang benar akan dikumpulkan untuk tournament mingguan.
d. Turnamen (Tournament)
bisa dilempar ke teman yang lain dalam satu meja turnamen sesuai dengan urutan yang telah disepakati, dan yang menjawab dengan benar berhak menyimpan kartu tersebut. Kartu yang telah didapat nantinya yang akan dijadikan skor untuk penghargaan kelompok.
e. Penghargaan Kelompok
Guru akan mengumumkan kelompok yang menang dalam turnamen, dan masing–masing team akan mendapatkan sertifikat atau skor apabila memenuhi standar yang ditentukan. Pemberian penghargaan tiap kelompok dapat ditentukan berdasarkan skor kelompok yang didapat dengan menjumlahkan poin yang didapat pada skor lembar permainan setiap anggotanya, dan kemudian dicari skor rata-ratanya. Yang harus ditekankan dalam pemberian penghargaan di sini bukan mendorong siswa untuk bersaing secara tidak sehat, akan tetapi pemberian penghargaan tersebut adalah untuk memotivasi belajar siswa agar prestasi belajarnya dapat meningkat.
2. Kelebihan Teams Games Tournament (TGT)
Menurut Slavin (2008) beberapa laporan hasil riset tentang
pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian hasil
belajar siswa mengemukakan keunggulan dan kelemahan TGT.
Tersedia:
http://ekocin.wordpress.com/2011/06/17/model-pembelajaran-teams-games-tournaments-tgt-2/ ( diaskses 16 Juli
2012) sebagai berikut:
a. Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT
memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.
b. Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.
d. TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit)
e. Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi
menggunakan waktu yang lebih banyak.
f. TGT meningkatkan kehadiran siswa yang mengalami gangguan emosional di sekolah, misalnya siswa yang pernah menerima skors dari guru karena kesalahan yang diperbuat oleh siswa sendiri.
3. Kelemahan Teams Games Tournament (TGT)
Sedangkan kelemahan Teams Games Tournament (TGT)
dikatakan oleh Sujana (2011). Tersedia:
http://ekocin.wordpress.com/2011/06/17/model-pembelajaran-teams-games-tournaments-tgt-2/ (diaskses16 Juli 2012) adalah:
a. Bagi Guru
Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan
heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat
diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali
teliti dalam menentukan pembagian kelompok waktu yang
dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga
melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat
diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.
b. Bagi Siswa
Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan
sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk
dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik
tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya
kepada siswa yang lain.
E. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi
Menurut Uno (2007:1) motivasi adalah dorongan dasar yang
menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri
seseorang yang menggerakan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan
dorongan dalam dirinya. Pendapat lain diungkapkan oleh Winkel (Uno,
2007:3) yang menyatakan bahwa motivasi berasal dari kata motif yang
berarti daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas
tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa motivasi belajar merupakan daya penggerak atau
kekuatan yang mendorong seorang siswa untuk belajar.
2. Klasifikasi Motivasi
Menurut Uno (2007:4) dilihat dari sumber yang menimbulkannya, motif
dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a. Motif Intrinsik
akan dimulai yang menimbulkan motif keberhasilan mencapai sasaran.
b. Motif Ekstrinsik
Motif ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar individu, misalnya dalam bidang pendidikan terdapat minat yang positif terhadap kegiatan pendidikan yang timbul karena melihat manfaatnya. Berikut beberapa hal yang dapat menimbulkan motif ekstrinsik, antara lain (Uno, 2007:4) :
1) Pendidik memerlukan anak didiknya, sebagai manusia berpribadi, menghargai pendapatnya, pikirannya, perasaannya maupun keyakinannya.
2) Pendidik menggunakan berbagai metode dalam melaksanakan kegiatan pendidikannya.
3) Pendidik senantiasa memberikan bimbingan dan juga pengarahan kepada anak didiknya dan membantu apabila mengalami kesulitan, baik yang bersifat pribadi maupun akademis.
4) Pendidik harus mempunyai pengetahuan yang luas dan penguasaan bidang studi atau materi yang diajarkan kepada peserta didiknya. 5) Pendidik harus mempunyai rasa cinta dan sifat pengabdian kepada
profesinya sebagai pendidik.
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat
dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan
cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan,
lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada
siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku,
pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang
mendukung. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai
berikut (Uno, 2007:10) :
a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil
b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
d. Adanya penghargaan dalam belajar
e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga
memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik.
3. Peranan Motivasi Belajar
Menurut Uno (2007:27), ada beberapa peranan penting dari motivasi
dalam belajar dan pembelajaran, antara lain :
a. Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar
Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya.
b. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar
Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak.
c. Motivasi menentukan ketekunan belajar
Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha memperlajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu, tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar.
4. Teknik-teknik motivasi
Beberapa teknik motivasi yang dapat dilakukan dalam pembelajaran
sebagai berikut (Uno, 2007:34) :
a. Pernyataan penghargaan secara verbal
b. Menggunakan nilai ulangan sebagai pemicu keberhasilan c. Menimbulkan rasa ingin tahu
d. Memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh siswa e. Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa
f. Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar g. Gunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu
h. Menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya
i. Menggunakan simulasi dan permainan
j. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahiran di depan umum.
k. Mengurangi akibat yang tidak menyenangkan dan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar
l. Membuat suasana persaingan yang sehat di antara siswa.
F. Keaktifan Siswa
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:24-25), keaktifan
berasal dari kata aktif yang berarti giat (bekerja,berusaha,belajar), sedangkan
keaktifan adalah keadaan dimana seseorang aktif melakukan kegiatan. Dalam
penelitian ini keaktifan yang dimaksud adalah keaktifan belajar. Belajar
diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik dan
relatif tetap, yang ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya
pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, keterampilan, kecakapan, dan
kebiasaan. Jadi keaktifan belajar siswa adalah suatu keadaan dimana siswa
aktif dalam belajar.
Selain itu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keaktifan juga
diartikan sebagai aktivitas dan kegiatan. Aktivitas berasal dari bahasa Inggris
dari kata activity yang berarti kegiatan (Budiono, 1998:13). Pendapat lain dari
Sriyono (1994), mengatakan bahwa aktivitas adalah segala kegiatan yang
dilaksanakan baik secara jasmani maupun rohani. Di dalam kegiatan
pembelajaran aktivitas atau keaktifan siswa selama proses belajar mengajar
merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.
Aktivitas siswa merupakan kegiatan yang terjadi selama proses belajar
tugas, dapat menjawab pertanyaan dari guru, bekerja sama dengan siswa lain,
dan bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
Keaktifan siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu
indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Keaktifan
tersebut akan menyebabkan interaksi antara guru dengan siswa ataupun siswa
itu sendiri. Keaktifan tidak hanya aktif fisik saja tetapi juga aktif psikis.
Aktivitas fisik adalah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat
sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan.
Sedangkan aktivitas psikis adalah peserta didik yang daya jiwanya bekerja
sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran
(Rohani, 2004:6).
Dalam konsep belajar aktif pengetahuan merupakan pengalaman
pribadi yang diorganisasikan dan dibangun melalui proses belajar bukan
merupakan pemindahan pengetahuan yang dimiliki guru kepada anak
didiknya. Sedangkan mengajar merupakan upaya menciptakan lingkungan
agar siswa dapat memperoleh pengetahuan melalui keterlibatan secara aktif
dalam kegiatan belajar. Menurut Piaget (Pardjono, 2001), ada 4 prinsip
belajar aktif, yaitu: a) siswa harus membangun pengetahuannya sendiri,
sehingga bermakna, b) cara belajar yang paling baik adalah jika mereka aktif
dan berinteraksi dengan obyek yang konkrit, c) belajar harus berpusat pada
siswa dan bersifat pribadi. Jadi dalam proses belajar mengajar, siswalah yang
harus membangun pengetahuannya sendiri. Sedangkan guru berperan untuk
pembelajaran yang bermakna, d) siswa harus mengalami dan berinteraksi
langsung dengan obyek yang nyata.
Paul D. Erich (Hamlik, 2011:172-173) mengelompokan jenis-jenis
aktivitas yang bisa dilakukan siswa menjadi 8 kelompok. Diantaranya adalah:
a. Kegiatan-kegiatan visual: Membaca, melihat gambar- gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja atau bermain.
b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral): Mengemukakan fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi.
c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan: Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan instrumen musik, mendengarkan siaran radio. d. Kegiatan-kegiatan menulis: Menulis cerita, menulis laporan,
memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat sketsa, atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket.
e. Kegiatan-kegiatan menggambar: Menggambar, membuat grafik, diagram, peta, pola.
f. Kegiatan-kegiatan metrik: Melakukan percobaan, memilih alat- alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, berkebun.
g. Kegiatan-kegiatan mental: Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan- hubungan, membuat keputusan.
h. Kegiatan-kegiatan emosional: Minat, membedakan, berani, tenang, dan sebagainya.
G. Mata Pelajaran Ekonomi
Menurut Fajar (2002:128), ekonomi merupakan mata pelajaran yang
mengkaji tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya yang banyak, bervariasi dan berkembang dengan sumber daya yang
ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi.
Fungsi mata pelajaran ekonomi di SMA adalah mengembangkan kemampuan
peristiwa ekonomi, memahami konsep dan teori serta terlatih dalam
memecahkan permasalahan ekonomi yang terjadi di masyarakat.
Ruang lingkup mata pelajaran ekonomi mencakup perilaku ekonomi
dan kesejahteraan yang berkaitan dengan masalah ekonomi yang terjadi di
lingkungan kehidupan terdekat hingga lingkungan terjauh, meliputi
aspek-aspek perekonomian, ketergantungan, spesialisasi dan pembagian kerja,
perkoperasian, kewirausahaan, akuntansi dan manajemen. Menurut
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006:138) tujuan pelajaran ekonomi
di SMA adalah (a) memahami sejumlah konsep ekonomi untuk mengkaitkan
peristiwa dan masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari, terutama yang
terjadi di lingkungan individu, rumah tangga, masyarakat, dan negara, (b)
menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang
diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi, (c) membentuk sikap bijak,
rasional, dan bertanggung jawab dengan memiliki pengetahuan dan
keterampilan ilmu ekonomi, manajemen, dan akuntansi yang bermanfaat bagi
diri sendiri, rumah tangga, masyarakat, dan negara, (d) membuat keputusan
yang bertanggung jawab mengenai nilai-nilai sosial ekonomi dalam
masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional.
Salah satu pokok bahasan mata pelajaran ekonomi adalah kebijakan
fiskal. Kebijakan fiskal merupakan langkah-langkah pemerintah untuk
membuat perubahan-perubahan dalam sistem pajak atau dalam
pembelanjaannya dimaksudkan untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi
mampu mendeskripsikan tentang kebijakan fiskal, dan membedakan
macam-macam kebijakan anggaran serta cara penghitungan pajak.
H. Kerangka Berfikir
Strategi yang dapat diterapkan di dalam PTK adalah metode
pembelajaran kooperatif. Made Wina (Lie, 2009:189-190) mengungkapkan
pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam
tugas-tugas terstruktur, dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator
dan motivator. Sebagai motivator, guru hendaknya memiliki cara untuk
meningkatkan motivasi siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa
akan ikut aktif dalam proses pembelajaran. Misalnya saja dengan melibatkan
seluruh siswa menggunakan metode pembelajaran yang menarik sehingga
seluruh siswa ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran tanpa adanya di
skriminasi antara siswa yang pandai dan yang kurang pandai.
Metode pembelajaran kooperatif terdiri dari berbagai macam, salah
satunya adalah tipe Teams Games Tournament (TGT). Model pembelajaran
tipe Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu model pembelajaran
kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh siswa tanpa ada
perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan
mengandung unsur permainan yang menyenangkan (Slavin, 2010). Dalam
pembelajaran ini terdapat lima komponen yaitu: (1) presentasi kelas berupa
penyampaian materi kepada siswa, (2) pembagian kelompok/tim untuk
bentuk permainan yang menyenangkan. (4) tournament yang bertujuan
menciptakan kompetisi yang sehat antar siswa, dan (5) penghargaan bagi
kelompok yang mendapatkan prestasi terbaik. Karena mengandung unsur
permainan yang menyenangkan diharapkan motivasi belajar siswa dan
keaktifan siswa di dalam mengikuti proses pembelajaran khususnya akuntansi
dapat meningkat.
Motivasi merupakan dorongan dasar yang menggerakan seseorang
bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan
untuk melakukan sesuatu sesuai dengan dorongan dalam dirinya (Uno,
2007:1). Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk meningkatkan
motivasi dalam pembelajaran yaitu menggunakan permainan dan membuat
suasana persaingan yang sehat di antara siswa. Salah satu indikator dalam
motivasi belajar adalah adanya penghargaan yang diberikan kepada siswa
dalam proses pembelajaran (Uno, 2007). Sedangkan keaktifan belajar siswa
adalah suatu keadaan dimana siswa aktif dalam belajar.
Menurut Janke (1978) dan Slavin (1977), mengatakan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe TGT mampu meningkatkan keaktifan siswa
sewaktu mengerjakan tugas. Hal tersebut dikarenakan sifat sosial dari tugas
tersebut yang membutuhkan kerjasama antar siswa. Munculnya keaktifan
tersebut berasal dari motivasi siswa untuk menguasai materi-materi
akademik. Berdasarkan pemikiran tersebut diduga bahwa dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Menurut Ebbut (Wiriaatmadja, 2005:15), PTK adalah kajian
sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh
sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam
pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dan
tindakan-tindakan tersebut. Penelitian ini merupakan salah satu strategi pemecahan
masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan,
kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Penelitian ini
dimaksudkan untuk memberikan informasi bagaimana tindakan yang tepat
untuk meningkatkan motivasi belajar dan keaktifan siswa. Penelitian ini
difokuskan pada tindakan-tindakan sebagai usaha untuk meningkatkan
motivasi belajar dan keaktifan siswa dalam belajar.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian yang digunakan adalah SMA Pangudi Luhur St.
Louis IX Sedayu, Jl. Wates Km. 12, Sedayu, Argosari, Bantul 55752.
2. Waktu penelitian
C. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 2 SMA Pangudi Luhur
St. Louis IX Sedayu yang berjumlah 36 siswa.
2. Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan motivasi belajar
dan keaktifan belajar siswa.
D. Prosedur Penelitian
1. Kegiatan Pra Penelitian
Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti terlebih dahulu mengawali
dengan kegiatan pra penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
keadaan kelas, situasi pembelajaran, dan metode pembelajaran guru.
Kegiatan dilakukan terhadap pembelajaran di kelas sebelum menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Kegiatan yang dilakukan yaitu
mengadakan observasi terhadap situasi awal di dalam kelas yang
mencakup observasi kegiatan guru, observasi kelas, dan observasi terhadap
siswa. Selain dengan observasi, untuk mendukung data yang diperoleh
peneliti juga mengadakan wawancara terhadap guru dan siswa. Setelah
mengadakan kegiatan pra-penelitian, peneliti mengadakan penelitian di
dalam kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
2. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam dua siklus. Masing-masing
siklus terdiri dari empat langkah, yaitu :
a. Siklus pertama
Kegiatan dalam siklus pertama dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan di kelas yaitu:
1) Perencanaan
Pada tahap perencanaan, dilakukan rencana tindakan yang
berupa penyiapan pembelajaran kooperatif tipe TGT,
meliputi:
a) Peneliti yang dibantu oleh guru pengampu mata
pelajaran menggali data awal karakteristik siswa untuk
memetakan siswa berdasarkan kemampuan dan tingkat
pemahamam. Kemudian membagi siswa ke dalam
kelompok-kelompok secara heterogen, yang
masing-masing kelompok beranggotakan 4-5 orang. Perangkat
yang disiapkan dalam tahap perencanaan ini adalah
rencana pembelajaran (RPP) dengan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT, materi pembelajaran, soal-soal
latihan, lembar kerja siswa dan lembar observasi.
b) Peneliti menyusun instrumen untuk pengumpulan data,
meliputi: