• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Haar Cascade Classification Model Untuk Deteksi Wajah, Hidung, Mulut, dan Mata Menggunakan Algoritma Viola-Jones

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penerapan Haar Cascade Classification Model Untuk Deteksi Wajah, Hidung, Mulut, dan Mata Menggunakan Algoritma Viola-Jones"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

21 No. 1-004/Vol. 5/2020/TechnoXplore

Penerapan

Haar Cascade Classification

Model untuk

Deteksi Wajah, Hidung, Mulut, dan Mata

Menggunakan Algoritma Viola-Jones

Nono Heryana

Universitas Singaperbangsa Karawang

Karawang, Indonesia nono@unsika.ac.id

Rini Mayasari

Universitas Singaperbangsa Karawang

Karawang, Indonesia rini.mayasari@staff.unsika.ac.id

Kiki Ahmad Baihaqi

Universitas Buana Perjuangan Karawang

Karawang, Indonesia kikiahmad@ubpkarawang.ac.id

Abstract— Penelitian ini dilakukan untuk melakukan deteksi fitur yang ada pada wajah manusia, pendekatan yang digunakn dalam

penelitian ini adalah Penerapan Haar Cascade Classification Model untuk Deteksi Wajah, Hidung, Mulut, Mata Menggunakan Algoritma Viola-Jones sehingga sistem yang dihasilkan mampu untuk melakukan deteksi terhadap fitur-fitur yang ada pada wajah manusia yang meliputi Wajah, Hidung, Mulut, dan Mata. Dalam penerapan deteksi wajah, hidung, mulut dan mata ini dibangun menggunakan metode viola-jones yang terdiri dari metode haar-like feature, citra integral, adaboost, dan cascade of classifier. Teknologi pengenalan wajah, Deteksi wajah, hidung dan mulut juga menjadi hal yang penting dalam teknologi pengenalan wajah..

Kata kunci — deteksi wajah, haarcascade classification, viola-jones I. PENDAHULUAN

Tubuh manusia memiliki banyak sekali keunikan-keunikan, Salah satunya adalah wajah manusia, wajah manusia terdiri dari banyak sekali bagian-bagian yang masing-masing memiliki ciri tersendiri. Keunikan tersebut dimanfaatkan dalam ilmu komputer sebagai media untuk melakukan deteksi dan pengenalan terhadap fitur yang ada di wajah manusia. Dalam pengolahan cita untuk memperbaiki kualitas suatu gambar [1] dan mengolah informasi pada citra bisa dilakukans secara otomatis. Deteksi adalah menentukan keberadaan atau eksistensi sesuatu agar bisa dipelajari dan diolah menjadi informasi. Teknologi pengenalan wajah, Deteksi wajah, hidung dan mulut juga menjadi hal yang penting dalam teknologi pengenalan wajah. Dalam penerapan deteksi wajah, hidung, mulut dan mata ini dibangun menggunakan metode viola-jones [2] yang terdiri dari metode haar-like feature, citra integral, adaboost, dan cascade of classifier. Haar-Like Feature adalah fitur yang didasarkan pada Wavalet Haar [3] yang digunakan sebagai dasar untuk penentuan objek [4]. Citra integral adalah representasi tengah untuk citra dan terdiri dari jumlah nilai keabu-abuan dari citra N dengan tinggi y dan lebar x dimana nilai tiap pikselnya merupakan akumulatif dari nilai piksel atas dan kirinya yang digunakan untuk pendeteksian fitur secara cepat. Adaboost [5] merupakan sebuah metode boosting yang berfungsi untuk mencari fitur-fitur yang memiliki tingkat pembeda yang tinggi untuk dievaluasi terhadap data latih. Cascade Of Classifier merupakan sebuah classifier yang telah terlatih dengan ribuan contoh objek yang terdiri dari objek yang positif dan objek yang negatif. Haar Cascade Classifier adalah metode yang digunakan untuk mendeteksi objek [6]. Beberapa penelitian yang menggunakan metode viola-jones terutama sebagai pendeteksi wajah, Viola-Jones digunakan sebagai algoritma deteksi karena tingkat deteksi yang tinggi [7]. metode ini cepat dan tangguh untuk deteksi wajah yang 15 kali lebih cepat daripada teknik apa pun pada saat rilis dengan akurasi 95% [8].

Salah satu manfaat dari proses pengenalan wajah adalah mendapatkan informasi dari citra wajah [9] Metode Viola-Jones merupakan algoritma yang paling banyak digunakan untuk mendeteksi wajah, dimana proses pendeteksian wajah dilakukan dengan mengklasifikasikan sebuah gambar setelah sebelumnya melalui sebuah pengklasifikasi yang dibentuk dari data latih [10] karena wajah seseorang itu unik [11] dan memiliki ciri tersendiri.

II. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam Penerapan Haar Cascade Classification Model Untuk Deteksi Wajah, Hidung, Mulut, Mata Menggunakan Algoritma Viola-Jones adalah dengan merancang tahapan rancangan penelitian untuk menghasilkan sistem yang bisa melakukan deteksi wajah, hidung, mulut dan mata seperti pada tahapan rancangan penelitian berikut ini:

Gambar 1 Tahapan Rancangan Penelitian III. PEMBAHASAN

Pada tahapan ini dijelaskan lebih rinci mengenai hasil Penerapan Haar Cascade Classification Model Untuk Deteksi Wajah, Hidung, Mulut, Mata Menggunakan Algoritma Viola-Jones dalam sebuah sistem yang bisa melakukan identifikasi Deteksi Wajah,

(2)

22 No. 1-004/Vol. 5/2020/TechnoXplore

Hidung, Mulut, Mata Menggunakan Algoritma Viola-Jones. Pada gambar 2 merupakan tampilan aplikasi untuk melakukan identifikasi identifikasi Deteksi Wajah, Hidung, Mulut, Mata dalam bentuk GUI.

Gambar 2 Tampilan Aplikasi A. Deteksi Mulut

Mulut merupakn salah satu organ tubuh manusia yang terdapat pada wajah, dalam melakukan pendeteksian mulut, digunakan haar fitur, model ini merupakan weak classifier [12] (Castrillón, Déniz, Guerra, & Hernández, 2007), adapun untuk hasil Penerapan Haar Cascade Classification Model Untuk Deteksi Mulut Menggunakan Algoritma Viola-Jones adalah seperti pada gambar 3 dibawah ini:

Gambar 3 Pendeteksian Mulut

Adapun untuk hasil pemotongan gambar mulut berdasarkan hasil analisis data citra yang di inputkan adalah seperti pada gambar 4 berikut ini

Gambar 4 Citra Mulut B. Deteksi Mata

Mata merupakan salah satu ciri unik manusia yang terdapat pada wajah manusia, manusia memiliki sepasang mata yaitu mata bagian kiri dan mata bagian kanan. Dalm melakukan pendeteksian mata, system akan melakukan pendeteksian terhadap dua pasang mata sehingga nantinya akan dihasilkan identifikasi berupa penanda pada dua pasang mata seperti pada gambar 5 di bawah ini:

(3)

23 No. 1-004/Vol. 5/2020/TechnoXplore

Gambar 5 Pendeteksian Mata

Sehingga hasil akhir dari proses pendeteksian mata adalah seperti pada gambar 6 dibawah ini

Gambar 6 Citra Mata C. Deteksi Hidung

Salah satu ciri yang dimiliki seorang manusia pada wajah adalah Hidung, hidung selain sebagai alat indra penciuman dalam pengenalan wajah hidung juga bias dijadikan sebagai ciri dari wajah manusia. Model untuk pengenalan hidung menggunakan algoritma viola-jones ini merupakan weak classifier [13] (Castrillón et al., 2007). Adapaun untuk hasil deteksi hidung dapat dilihat pada gambar 7 dibawah ini

D. Deteksi Wajah

Gambar 2. Rancangan alur aplikasi

Gambar 2 menunjukan alur kerja aplikasi yang dibuat, dan dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pengambilan citra uji urine dengan cara memilih citra yang sudah disiapkan sebelumnya, dan folder citra skala warna urine yang juga sudah disiapkan sebelumnya.

2. Ekstraksi fitur warna dari citra uji dan citra skala warna urine. Nilai warna yang digunakan adalah rata-rata warna (mean).

(4)

24 No. 1-004/Vol. 5/2020/TechnoXplore

3. Proses perhitungan jarak euclidean untuk menentukan klasifikasi citra uji terhadap citra skala urine berdasarkan jarak euclidean terkecil.

4. Menampilkan hasil klasifikasi.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Antarmuka Sistem

Perancangan antarmuka sistem dilakukan untuk mempermudah penggunaan sistem, adapun antarmuka yang terdapat pada sistem ini adalah sebagai berikut :

Gambar 3. Antarmuka aplikasi klasifikasi citra warna urine

Gambar 3 menunjukan antarmuka aplikasi yang dibuat. Antarmuka aplikasi memiliki beberapa bagian utama yaitu input, proses, dan output. Pada bagian input berfungsi untuk memilih citra uji dan folder citra skala warna urine. Setelah memilih citra selanjutnya dilakukan proses klasifikasi dan terakhir menampilkan hasil klasifikasi pada bagian output.

B. Pengujian Sistem

Pengujian sistem yang dilakukan adalah pengujian akurasi. Pengujian ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana tingkat akurasi pengenalan citra pada sistem/aplikasi yang telah dibuat. Tingkat akurasi pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan data testing, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

(2)

Persamaan (2) menunjukan cara menghitung akurasi dengan membandingkan jumlah pengujian yang diklasifikasi secara benar dengan jumlah pengujian keseluruhan, kemudian dikali 100% untuk mendapat nilai dalam bentuk prosentase. Tabel 1 menunjukan data hasil proses Pengujian dilakukan sebanyak total 20 kali percobaan pada citra warna urine:

Tabel 1. Data hasil pengujian

No. Urine Citra Urine (Skor Penglihatan Manual) Hasil Klasifikasi

(1-8) Keterangan

1 Tipe 7 Tipe 7 Benar

2 Tipe 5 Tipe 5 Benar

3 Tipe 5 Tipe 5 Benar

4 Tipe 7 Tipe 7 Benar

5 Tipe 4 Tipe 6 Salah

6 Tipe 8 Tipe 8 Benar

7 Tipe 4 Tipe 6 Salah

8 Tipe 8 Tipe 8 Benar

9 Tipe 5 Tipe 8 Salah

10 Tipe 7 Tipe 7 Benar

11 Tipe 7 Tipe 7 Benar

12 Tipe 8 Tipe 7 Salah

13 Tipe 7 Tipe 7 Benar

14 Tipe 5 Tipe 5 Benar

(5)

25 No. 1-004/Vol. 5/2020/TechnoXplore

No. Urine Citra Urine (Skor Penglihatan Manual) Hasil Klasifikasi

(1-8) Keterangan

16 Tipe 7 Tipe 7 Benar

17 Tipe 6 Tipe 6 Benar

18 Tipe 8 Tipe 8 Benar

19 Tipe 5 Tipe 5 Benar

20 Tipe 3 Tipe 6 Salah

Tabel 2. Rekap data pengujian Data Uji = 20

Klasifikasi Benar Klasifikasi Salah

15 5

Jika dihitung dengan menggunakan persamaan (2), maka didapatkan hasil akurasinya adalah sebagai berikut :

V. KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapatkan pada penelitian ini adalah :

1. Berdasarkan percobaan yang dilakukan sebanyak 20 kali, didapatkan hasil akurasi dengan metode ekstraksi fitur warna dan euclidean distance adalah sebesar 75%.

2. Proses klasifikasi kadar hidrasi tubuh dengan menggunakan citra ini dapat dipengaruhi oleh cahaya disekitar area yang dapat mempengaruhi hasil ekstraksi warna sehingga berdampak pada hasil pengujian.

3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk meninjau dari sisi pengaruh cahaya atau menggunakan perangkat sensor yang diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

[1] R. Mayasari and N. Heryana, “Reduce Noise in Computed Tomography Image using Adaptive Gaussian Filter,” Int. J.

Comput. Tech., vol. 6, no. 1, pp. 17–20, 2019, doi: 10.29126/23942231/IJCT-V6I1P4.

[2] K. Vikram and S. Padmavathi, “Facial parts detection using Viola Jones algorithm,” in 2017 4th International Conference

on Advanced Computing and Communication Systems (ICACCS), Jan. 2017, pp. 1–4, doi:

10.1109/ICACCS.2017.8014636.

[3] P. Viola, M. Jones, and others, “Robust real-time object detection,” Int. J. Comput. Vis., vol. 4, no. 34–47, p. 4, 2001. [4] F. Lobban and S. Jones, Implementing the Viola-Jones Face Detection Algorithm, vol. 81, no. 4. 2008.

[5] Y.-Q. Wang, “An Analysis of the Viola-Jones Face Detection Algorithm,” Image Process. Line, vol. 4, pp. 128–148, 2014, doi: 10.5201/ipol.2014.104.

[6] M. I. Ramadhani, A. E. Minarno, and E. B. Cahyono, “Vehicle Classification using Haar Cascade Classifier Method in Traffic Surveillance System,” Kinetik, vol. 3, no. 1, p. 57, 2017, doi: 10.22219/kinetik.v3i1.546.

[7] N. T. Deshpande and S. Ravishankar, “Face Detection and Recognition using Viola-Jones algorithm and fusion of LDA and ANN,” IOSR J. Comput. Eng., vol. 18, no. 6, pp. 1–6, 2016, [Online]. Available: https://pdfs.semanticscholar.org/c5cf/c1f5a430ad9c103b381d016adb4cba20ce4e.pdf.

[8] M. K. Dabhi and B. K. Pancholi, “Face Detection System Based on Viola - Jones Algorithm,” Int. J. Sci. Res., vol. 5, no. 4, pp. 62–64, 2016, doi: 10.21275/v5i4.nov162465.

[9] I. Gangopadhyay, A. Chatterjee, and I. Das, “FACE DETECTION AND RECOGNITION USING HAAR CLASSIFIER AND LBP HISTOGRAM,” Int. J. Adv. Res. Comput. Sci., vol. 9, no. 2, 2018.

[10] A. Suharso, “Pengenalan Wajah Menggunakan Metode Viola-Jones dan Eigenface Dengan Variasi Posisi Wajah Berbasis Webcam,” TechnoXplore J. Ilmu Komput. dan Teknol. Inf., vol. 1, no. 2, pp. 19–30, 2017.

[11] S. Tikoo and N. Malik, “Detection of Face using Viola Jones and Recognition using Back Propagation Neural Network,”

Int. J. Comput. Sci. Mob. Comput., vol. 5, no. 5, pp. 288–295, 2016.

[12] M. Castrillón, O. Déniz, C. Guerra, and M. Hernández, “ENCARA2: Real-time detection of multiple faces at different resolutions in video streams,” J. Vis. Commun. Image Represent., vol. 18, pp. 130–140, 2007.

[13] R. Lienhart, A. Kuranov, and V. Pisarevsky, “Empirical Analysis of Detection Cascades of Boosted Classifiers for Rapid Object Detection,” in Pattern Recognition, 2003, pp. 297–304.

Gambar

Gambar  3 Pendeteksian Mulut
Gambar  5 Pendeteksian Mata
Gambar  3  menunjukan  antarmuka  aplikasi  yang  dibuat.  Antarmuka  aplikasi  memiliki  beberapa  bagian  utama  yaitu  input,  proses, dan output
Tabel 2. Rekap data pengujian

Referensi

Dokumen terkait

Tugas Akhir Penciptaan karya seni patung yang berjudul Visualisasi Lagu Efek Rumah Kaca Album “Sinestesia” Dalam Karya Patung , disadari bukan hanya sekedar syarat

Gambar 7.2 Siklus bilirubin darah, urobilinogen urine, dan stercobilinogen tinja pada keadaan normal. Bilirubin tak terkonjugasi 0,662 mg%, bilirubin terkonjugasi 0,352

Insentif yang diberikan sesuai dengan tanggung jawab yang dilimpahkan oleh perusahaan kepada saya.. Insentif yang diberikan berdasarkan kepada masa bekerja di

Oosit tahap 3 patin siam berdasarkan pengamatan secara eksternal pada oosit utuh ditandai dengan penampakan ooplasma yang seluruhnya buram sampai oosit seluruhnya tampak gelap,

Namun siswa MF masih salah dalam menentukan hasil akhirnya karena kurang teliti dalam menyelesaikan soal (MFS2012S). Berdasarkan hasil tes yang diperoleh pada siklus II

Berdasarkan hasil analisis data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis peneliti berbunyi “Terdapat perbedaan hasil belajar siswa melalui penggunaan model

mendapat pembelajaran matematika melalui pendekatan PMR lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran matematika melalui