• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan ENSO dan El Niño Modoki terhadap Suhu Permukaan Laut di Laut Arafuru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan ENSO dan El Niño Modoki terhadap Suhu Permukaan Laut di Laut Arafuru"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

195

Hubungan ENSO dan El Niño Modoki terhadap Suhu Permukaan Laut di

Laut Arafuru

Wahyunia, Muliadib, Apriansyahc

aProdi Fisika, bProdi Geofisika, cProdi Ilmu Kelautan, FMIPA Universitas Tanjungpura

Jalan Prof. Dr. Hadari Nawawi, Pontianak, Indonesia *Email : muliadi@fmipa.untan.ac.id

Abstrak

El Niño Southern Oscillation (ENSO) merupakan fenomena interaksi antar laut atmosfer di Samudera Pasifik. Sementara, El Niño Modoki merupakan fenomena alam yang mirip dengan El Niño Konvesional namun berbeda di wilayah titik hangatnya yang tidak mencapai wilayah NINO3.4. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan ENSO dan El Niño Modoki terhadap suhu permukaan laut. Analisis dilakukan berdasarkan 4 musim yaitu musim Barat, musim peralihan I, musim Timur dan musim peralihan II dengan menggunakan metode korelasi silang. Data yang digunakan adalah data suhu permukaan laut, El Niño Modoki Indeks (EMI), dan anomali NINO3.4 periode 1987-2016. Pengaruh El Niño Modoki ditinjau dengan melihat tahun kejadian El Niño Modoki yang diperoleh dari pemilihan nilai EMI positif selama 30 tahun. Korelasi musiman El Niño Modoki dan NINO3.4 terhadap suhu permukaan laut menunjukkan bahwa hubungan paling kuat terjadi pada musim Timur dengan nilai korelasi 0,9. Hubungan pengaruh El Niño Modoki terhadap suhu permukaan laut diperoleh hubungan sangat kuat dengan nilai korelasi tertinggi yaitu 0,8 setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa suhu permukaan laut di Laut Arafuru pada musim Timur dipengaruhi oleh El Niño Modoki.

Kata Kunci : El Niño Modoki, NINO3.4, Suhu Permukaan Laut, Laut Arafuru

1.

Latar Belakang

Laut Arafuru terletak di bagian Timur Indonesia tepatnya di Provinsi Maluku bagian Tenggara dengan luas wilayah yang mencapai 650.000 km2 ditunjukkan pada Gambar 1. Laut

Arafuru dikenal dengan kesuburan perairannya yang cukup tinggi, dilihat dari jumlah konsentrasi klorofil-a nya yang cukup tinggi. Tingginya konsentrasi klorofil-a berkaitan dengan perubahan suhu permukaan lautnya. Suhu permukaan laut dapat berubah karena adanya sirkulasi arus laut dan adanya fenomena-fenomena alam seperti fenomena-fenomena El Niño Southern Oscillation (ENSO) [1]. ENSO merupakan fenomena yang memiliki dua fase yaitu El Niño adalah fase panas dan La Nina

adalah fase dingin di Samudera Pasifik. Akibat adanya fenomena ENSO ini Indonesia mengalami dampak-dampak alam seperti curah hujan yang tinggi serta kemarau yang panjang [3].

Fenomena lainnya yang baru-baru ini muncul yaitu fenomena El Niño Modoki. El Niño Modoki menyebabkan gelombang panas di wilayah Jepang. Fenomena ini seperti El Niño biasa namun hanya berbeda di letak titik panasnya seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2. Hanya wilayah tengah Samudera Pasifik saja yang mengalami peningkatan suhu sedangkan bagian Timur dan Baratnya tetap dingin.

Kejadian ini menggambarkan adanya pola peningkatan anomali suhu permukaan laut (ASPL) yang berbeda dari biasanya di wilayah Samudera Pasifik [5].

Hubungan anomali suhu permukaan laut terhadap El Niño Modoki menunjukkan Gambar 1. Peta Laut Arafuru [2]

(2)

196

terjadinya pendinginan secara menyeluruh di wilayah perairan Indonesia [6]. Dengan rata-rata suhu permukaan laut di bagian Utara Laut Arafuru mengalami kenaikan suhu mencapai 30,40

°

C disebabkan oleh musim di Indonesia [1]. Kondisi suhu permukaan laut di perairan Indonesia yang bervariasi melatarbelakangi penelitian mengenai hubungan ENSO dan El Niño Modoki terhadap suhu permukaan laut di Laut Arafuru.

2. Metodologi 2.1 Data penelitian

Data yang digunakan berupa data bulanan El Niño Modoki Indeks (EMI) dari website Jepang Agency for Marine – Eart Science and Technology Tokyo, www.jamstec.go.jp, data bulanan anomali NINO3.4 dari website www.esrl.noaa.gov dan data suhu permukaan laut diperoleh dari situs, http://ecmwf.int/datasets. Data yang digunakan adalah data 30 tahun (1987 s.d 2016). Wilayah kajian di Laut Arafuru dengan latitude - 8,776oS

dan longitude 136,2091547oE yang ditunjukkan pada Gambar 3.

2.2 Persiapan data

Data suhu permukaan laut yang masih dalam format NetCDF (Network Common Data Form) dikonversi menggunakan perangkat lunak ODV (Ocean Data View) dengan memotong koordinat wilayah cakupan yang diteliti. Selanjutnya didapat nilai suhu permukaan laut di masing-masing titik pada tiap bulannya. Nilai tersebut yang digunakan untuk menganalisis data menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel.

2.3 Pengolahan data

a. Korelasi musiman

Pengolahan data dilakukan dengan mengkorelasikan musiman EMI dan

NINO3.4 terhadap suhu permukaan laut selama rentang waktu 30 tahun dari 1987-2016. Korelasi digambarkan dengan grafik lalu dianalisis berdasarkan musimnya yaitu musim Barat (Desember, Januari, Februari), musim peralihan I (Maret, April, Mei), musim Timur (Juni, Juli, Agustus) dan musim peralihan II (September, Oktober, November).

b. Pemilihan tahun kejadian El Niño Modoki Pemilihan tahun El Niño Modoki ditinjau melalui grafik EMI dari tahun 1987-2016 dengan mengambil tahun dengan nilai EMI yang positif.

2.4 Analisis

Penelitian ini menggunakan analisis korelasi silang untuk melihat seberapa besar pengaruh El Niño Modoki terhadap suhu permukaan laut di laut Arafuru pada tahun El Niño Modoki. Korelasi silang merupakan salah satu metode yang digunakan untuk memprediksi suatu hubungan series data x (masukan) dengan data y (keluaran). Rumus yang digunakan yaitu [7] :

𝑟 = n (∑ 𝑥𝑦 )−(∑ 𝑥 ).(∑ 𝑦 )

√𝑛 (∑ 𝑥2 )−(∑ 𝑥 )2 √𝑛 (∑ 𝑦2)− (∑ 𝑦2 (1) Nilai validasi model didapat dari koefisien korelasi (r) dimana nilai r terbesar adalah +1 dan r terkecil adalah 0. Hubungan positif sempurna ditunjukkan oleh r = +1, sedangakan r = -1 menunjukkan hubungan negatif sempurna.Nilai r tidak mempunyai satuan atau dimensi. Tanda (+) atau (-) hanya menunjukkan arah hubungan. Interpretasi kekuatan hubungan dua variabel dilakukan dengan melihat angka koefisien korelasi dengan kriteria seperti pada tabel 1 [8]:

Tabel 1. Hubungan koefisien korelasi Koefisien Korelasi (r) Interpretasi

0 Tidak ada korelasi 0 – 0,25 Korelasi sangat lemah 0,25 – 0.50 Korelasi cukup 0,50 – 0,75 Korelasi kuat 0,75 – 0,99 Korelasi sangat kuat 1 Sempurna

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Korelasi musiman EMI di Laut Arafuru

Korelasi musiman antara EMI terhadap suhu permukaan laut pada musim Barat (Desember, Januari, Februari) ditunjukkan pada Gambar 4. Pengaruh El Niño Modoki sangat tinggi beberapa tahun terlihat dari nilai korelasi yang mencapai 0,9 hampir setiap tahunnya. Pada Gambar 3. Titik penelitian

(3)

197

tahun 1995, 2003 dan 2013 korelasi sangat rendah berkisar 0,002-0,2 yang artinya tidak memiliki hubungan sama sekali.

Musim peralihan I (Maret, April, Mei) berkorelasi tinggi seperti di musim Barat ( Desember, Januari, Februari) hanya 2 tahun saja yang memiliki korelasi rendah pada tahun 1991 dan 1993 dengan korelasinya 0,03 dan 0,06. Pada musim Timur (Juni, Juli, Agustus) korelasi di semua tahun sangat tinggi yang memiliki korelasi terendah hanya bernilai -0,1 pada tahun 1991 kemudian musim peralihan II (September, Oktober, November) juga memiliki korelasi yang tinggi dengan korelasinya mencapai 0,9 di setiap tahunnya hanya tahun 2016 saja yang berkorelasi sangat rendah yaitu 0,004 artinya tidak memiliki korelasi sama sekali. Korelasi bernilai rendah karena pada bulan tersebut nilai EMI tidak tinggi sehingga tidak terlalu

mempengaruhi suhu permukaan laut di Laut Arafuru pada bulan tersebut.

3.2 Korelasi musiman NINO3.4 di Laut Arafuru

Korelasi musiman NINO3.4 terhadap suhu permukaan laut memiliki korelasi yang tidak jauh berbeda dengan korelasi musiman EMI yang ditunjukkan dengan Gambar 5 dimana korelasi pada musim Barat (Desember, Januari, Februari) korelasi tertinggi mencapai 0,9 hampir di semua tahun. Namun di tahun 1990 dan 1991 korelasi sangat rendah dengan korelasinya 0,008 dan -0,01 artinya tidak memiliki hubungan sama sekali. Pada musim peralihan I (Maret, April, Mei) korelasi juga tinggi dan hanya ditahun 1996, 1999 dan 2015 korelasi tampak rendah dengan korelasinya -0,02, 0,09 dan -0,06. Hubungan korelasi pada musim Timur (Juni, Juli, Agustus) -1,5 -1 -0,5 0 0,5 1 1,5 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 EMI DJF MAM JJA SON

Gambar 4. Korelasi musiman EMI di laut Arafuru

-1,5 -1 -0,5 0 0,5 1 1,5 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 N IN O 3.4 DJF MAM JJA SON

(4)

198

berbeda dengan EMI yang semua tahunnya tinggi di NINO3.4 ada beberapa tahun yang berkorelasi rendah pada tahun 1999 dan 2002 dengan korelasinya -0,09 dan 0,03 namun musim ini merupakan korelasi tinggi terbanyak sedangkan pada musim peralihan II (September, Oktober, November) juga hampir sama dengan musim Timur (Juni, Juli, Agustus) hanya berbeda ditahun yang berkorelasi rendah pada 1993, 2001, dan 2010 masing-masing berkorelasi -0,04, 0,04 dan -0,05. Hasil korelasi NINO3.4 menunjukkan kemiripan terhadap korelasi EMI dimana dua indeks memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap suhu permukaan laut di Laut Arafuru.

3.3 Pemilihan tahun kejadian El Niño Modoki Kejadian El Niño Modoki ditinjau dengan menggunakan data EMI dari tahun 1987-2016. Tahun El Niño Modoki dilihat ketika nilai EMI positif maka diindikasikan tahun kejadian El Niño Modoki. Pada Gambar 6 menunjukkan adanya tahun-tahun kejadian El Niño Modoki dalam rentang waktu 30 tahun. Dari pengamatan kejadian tersebut didapat tahun-tahun El Niño Modoki yaitu tahun 1987, 1988, 1990, 1991,

1992, 1993, 1994, 1995, 2002, 2003, 2004, 2005, 2007, 2010, dan 2015. Berdasarkan 15 tahun kejadian tersebut dipilih tahun yang bulannya lengkap bernilai positif untuk di korelasikan dengan suhu permukaan laut

3.4 Korelasi EMI terhadap suhu permukaan laut di Laut Arafuru

Hubungan El Niño Modoki terhadap suhu permukaan laut di Laut Arafuru ditunjukan pada Tabel 2. Dapat dilihat bahwa korelasi antara EMI dan suhu permukaan laut cukup tinggi di tahun-tahun kejadian El Niño Modoki. Korelasi terendah hanya di tahun 1992 yang korelasinya 0,003 artinya tidak memiliki hubungan sama sekali. Korelasi tertinggi mencapai 0,8 yang artinya

hubungan EMI terhadap suhu permukaan laut sangat tinggi.

Tabel 2. Korelasi EMI terhadap suhu permukaan laut (SPL) EMI SPL 1987 0,724 1988 0,8247 1990 -0,236 1991 0,5345 1992 0,003 1993 -0,178 1994 -0,802 1995 0,8781 2002 -0,77 2003 0,5778 2004 -0,832 2005 0,6784 2007 0,2264 2010 -0,765 2015 0,6088 4. Kesimpulan

Hubungan antara NINO3.4 dan EMI terhadap suhu permukaan laut paling tinggi pada musim Timur dengan korelasi sangat kuat. Sedangkan hubungan EMI terhadap suhu permukaan laut saat tahun-tahun kejadian (15 tahun) El Niño Modoki korelasi sangat kuat.

Daftar Pustaka

[1]

Meilani, M., 2016. Pola Sirkulasi, Variabilitas Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a Di Laut Arafuru. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

[2]

Peta Laut Arafuru. [Online]. [Cited 2018 September 20 Available from: http://www.googlemaps.com/ -2 -1,5 -1 -0,5 0 0,5 1 1,5 1987/1 1987/12 1988 /11 1989/10 1990/9 1991/8 1992/7 1993/6 1994/5 1995/4 1996/3 1997/2 1998/1 1998/12 1999/11 2000/10 2001/9 2002/8 2003/7 2004/6 2005/5 20 06 /4 2007/3 2008/2 2009/1 2009/12 2010/11 2011/10 2012/9 2013/8 2014/7 2015/6 2016/5 EMI

(5)

199

[3]

Octaviani, n. A., 2014. Kajian elevassi muka

air laut di perairan Indonesia pada kondisi el nino dan la nina. Prisma fisika. Volume II, pp.06-10

[4]

El Nino Modoki Anomaly. [Online]. [Cited 2017 Desember 1 Available from : http://www.jamstec.go.jp/.

[5]

Ashok, K., Behera, S. K., Rao S. A. Dan Weng, H., 2007. El Nino Modoki abd Iits posible teleconnection Japan, the University of Tokyo.

[6]

Rustiana, S., 2014. El Nino Modoki dan Dampaknya Terhadap Keragaman Curah Hujan di Pulau Jawa. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

[7]

Oktavianingsih, I. (2018). Estimasi Curah Hujan di Kota Pontianak Menggunakan Metode Propagasi Balik Berdasarkan Parameter Cuaca dan Suhu Permukaan Laut. Pontianak: Universitas Tanjungpura.

[8]

Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu

.

Gambar

Gambar 2. Anomali SPL El Niño Modoki [4]
Tabel 1. Hubungan koefisien  korelasi  Koefisien Korelasi (r)  Interpretasi
Gambar 4. Korelasi musiman EMI di laut Arafuru
Gambar 6. Nilai EMI tahun 1987-2016

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar dan Free Operating Cash Flow Terhadap Harga Saham Studi Kasus Pada Perusahaan Sub Sektor Kontruksi Yang Terdaftar

Jumlah PSK yang ada dilokalisasi Desa Pancur ini mencapai kurang lebih 42 Jiwa, yang terbagi dalam 2 kategori, pekerja seks yang berada dibawah naungan mucikari dan

[vierrädriger Pferdewagen] fremd, sonderbar, seltsam, merkwürdig, exzentrisch halten für ..., ansehen als ...; einladen, nötigen schätzen, berechnen, veranschlagen

Hal tersebut diatur dalam Pasal 7A dan Pasal 7B UUD NRI Tahun 1945, kedudukan Presiden sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan serta Wakil Presiden

Kearifan lokal dalam kaitannya hubungan manusia dengan manusia yang lainnya, baik sebagai individu ataupun kelompok sosial, juga terepresentasi dalam Parikan Kinayakan

Dilihat dari aspek afektif dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat pengguna pusat informasi publik terhadap adanya keterbukaan informasi publik yaitu; masyarakat

Pada tahun sebelumnya (2017) Tim pengabdian telah melakukan pelatihan bagi penyusunan kartu persediaan bagi operator sekolah di Kota Jambi. Sebagai tindak lanjut dari

Pada setiap penutupan lahan juga dilakukan pengukuran kondisi fisik lingkungan lain yang terdiri atas laju infiltrasi, suhu dan kelembapan udara, suhu dan kelembapan tanah,