INTERAKSI
SOSIAL
ANTAR KELOMPOK
BTNIK
(Studi
Kasus
di Kelurahan
Tambak Sari,
Kecamatan
Jambi
Selatan,
Kota Jambi)
Sya'roni2
Abstract:
This research aims at describing intergroups - social interaction of the4
(four) biggest ethnic groupsin
Kelurahan ThmbakSari
kecamatan Jambi SelatanKota
Jambi. Fourth groups of ethnics are Malay, Minangkabau, Jawa and Batak. Theresearch method is based on qualitative approach. The research findings show that there
are
ethnic groups migration to Jam.biprovince. Their migration
to
Jambi areof
economics motive. There are social prejudices as results of low association among thedffirent
ethnic groups. Nevertheless, thereis
no
negative social prejudice by same religion. Its means that the ethnic groups which have the same religion can be goodfriend or canforget bad identity of other groups, and integrated to Indonesian society.Kata Kunci: Interalrsi, Prasangka Sosial, Integrasi
Bangsa Indonesia
adalah
bangsa yang majemukyang
terdiri
dari
berbagai agama dan suku bangsa yang berbeda.Hampir
setiap suku bangsa mempunyai bahasa, kebudayaan, dan adat istiadat yang berbeda yang menjadiciri
khas dan membedakannya dengan yanglain. Menurut Manan, terdapat lebih dari 200 macam suku bangsa di
Indonesia
dan lebih banyaklagi bila dikaitkan
dengan agama yang dianutnya. Suku bangsa yang beragamini hidup
tersebardi
lebihdari
13.000 pulau di nusantaraini.
(Manan, 1989).2 Sya'roni adalah Dosen Fakultas Ushuluddin IAIN
STS Jambi.
Indonesia merupakan
negaramaritim yang
dikelilingi
olehlaut
dengan gugusanpulau
yangbegitu
banyak,baik
yang
besarataupun
kecil. Oleh
sebabitu
saranatransportasi
yang
dipakaiadalah transportasi
laut.
Hal
ini
sejalan dengan karakteristik
bangsa Indonesia yang sejak dahulu
terkenal
sebagai pelaut ulung.Lautan yang membentang
di
antara pulau-pulauitu tidak
menjadipenghalang bagi mereka
untuk
mengadakan perjalanan ke daerah-daerahlain
dalam mengadakan hubungan dagang maupun kegiatanlainnya
dengan bangsa dan suku-sukulain
yang adadi
nusantara.Embrio hubungan
ini
dimulai
pada abad ke-6 Masehiketika
mulai tumbuhnya negara-negaraparfiai di pesisirpulau Jawa dan Sumatera(Koentjaraningrat,
1995). Negara-negaraini
menjadi
pusat-pusatperdagangan strategis sebagai akibat hubungan dagang antara
India
dan China yangtidak
lagi melaluijalur
darat (Jalur Sutera).Pada saat yang bersamaan, pada abad
ke 7
Masehi,
di
Jambi telahberdiri
kerajaan Melayu yang dalam catatankerajaan Tiongkokdisebut dengan nama
Mo-lo-you. (Mulyanai,
1981),yang
telahmengadakan hubungan dagang dengan
Cina (Wurjantoro,
1986).Diuntungkan oleh letaknya
yang
strategisdi
muka
selat Malakayang dikenal
sebagailalu
lintas
pelayaranyang ramai,
kerajaanMelayu
Jambi menjadi bandar perdagangan dan keagamaan yangramai dikunjungi
oleh para pedagangdari
seluruh dunia terutama dari China, Campa dan India.Tidaklah
mengherankan, sekitar abad ke 7 Masehi KotaJambi merupakanbandarpenting di Asia Tenggara(Anonim,
1992).Ini juga membuktikan,
bahwa pada saatitu
telahbanyak suku-suku bangsa yang ada di nusantara merantau (migrasi) dan menetap
di
Jambi untuk berdagang atau kegiatan lainnya.Pada saat
ini, di
Kota
Jambi terdapat beberapaetnik
dan ras seperti, Melayu (penduduk asli), Minangkabau, Batak, Jawa, Banjar,Bugis, serta ras Cina,
India,
dan keturunan Arab.Akan
tetapi,etnik
Melayu, Minangkabau, Batak, dan Jawa merupakan etnik-etnik yang
dominan, sedangkan etnik Banjar dan Bugis lebih banyak mendiami
daerah-daerah pantai seperti kabupaten Tanjung Jabung Barat, dan kabupaten Tanujung Jabung Timur.
Konsekuensi
migrasi
di
antaranya adalah bertemunya berbagai agama, kebudayan,suku,
danras
di
daerah yangmenjadi
sasaranmigrasi
(Rantau), dan pertemuanini
akan menyebabkan terjadinyainteraksi sosial (social interaction).Interaksi sosial sangat dibutuhkan
oleh setiap manusia untuk mencapai kehidupan sosial yang sempurna sesuai dengan dengan watak manusia sebagai
makhluk
sosial yangselalu
ingin
dekat
dengan manusialainnya.
Tegasnya,tidak
ada masyarakat kalautidak
adanya interaksi sosial (Soemardjan, 1964).Namun demikian, dalam realitas sosialnya, interaksi sosial
tidak
secara otomatis
dapat
berlangsung denganbaik
terutama dalam hal interaksi dengan etnik lain. Halini
tecermin dari kecenderungan beberapaetnik untuk
menetapdi
wilayah
yang sudahdidiami
olehmoyaritas etniknya dan menolak
etnik
lain untuk tinggal diwilayah
yang telah didominasi oleh
etnik
mereka. Terjadilah kecendrunganbahwa
di
suatu tempat tertentu terdapat nuansa yang sangat kental(berbau)
penguasaanetnik tertentu seperti
daerah
Paria
yangdidiami
oleh berkelompok Minangkabau asal kabupaten Pariamandan Lorong (sepadan dengan Jalan) Sukorejo yang di sana bertempat
tinggal
etnik
Jawa asal Sukohardjo, Jawa Tengah.Walaupun
demikian,
etnik
tertentu
jtgu
dapat
hidupberdampingan dengan baik dengan suku atau atau etnik larnnya (co-existence),
misalnya
antarau Etnik
Minangkabau dengan Melayu,serta
denganorang
dari suku
Jawa.Namun
terdapatjuga
etnik
tertentu yang
sukaruntuk
dapathidup
bertetanggabaik
denganetnik
lainnya,
sepertiMinangkabau
denganBatak,
dalamhal ini
terutama dengan suku Batak
Non-Muslim.
Di
samping keenggananuntuk
hidup
berdampingan maupun bertetangga, penolakanetnik
tertentu
terhadap suatuEtnik
juga terjadi
dalamhal
perkawinan(amalgamation).Etnik
Melayu (penduduk asli) termasuk salah satuetnik
yang sulit menerimaetnik
Minangkabau sebagai teman hidupatau menantu dan
lebih menyukai etnik jawa. Begitu
pula
jarang terjadi perkawinan antara etnik Minangkabau dengan etnik Batak.Berdasarkan fenomena tersebut
di
atas,interaksi
sosial antarkelompok
etnik
terutamadi
Kelurahan Tambak Sari dapat didugabelum
terjadi
denganbaik.
Feneomenakesulitan interaksi
sosialdisebabkan
oleh karakteristic dan
perbedaan
etnik
merupakan penyebab utamanya. Sehubungan denganitu
penulistertarik
untuk melakukan penelitian mendalam terhadap fenomena yang munculdi
Kelurahan
TambakSari
Kecamatan Jambi SelatanKota
Jambi dengan tujuanuntuk
mengungkapberbagaiperilaku
aktor interaksiserta masalah-masalah yang
muncul
kepermukaan dalam interaksi tersebut.RUMUSAN MASALAH
Pokok-pokok masalah
yang akan dicari
jawabannya
dalampenelitian
ini
adalah sebagaiberikut:
(1) Bagaimana bentuk interaksi sosial antar kelompoketnik di
Kelurahan Tambak Sari KecamatanJambi Selatan?
(2)
Apa sajafaktor
penghambat terjadinya interaksi sosial tersebut dan(3)
Apa
dampaknya terhadap kehidupan sosial antar kelompoketnik
tersebut dalam kesehaarian mereka.TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN
Sesuai dengan pokok-pokok masalah
sebagaimana tersebutdi
atas,maka penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui bentukinteraksi
sosial,faktor
penghambat terjadinyainteraksi
sosial, danmengetahui
dampak interaksi sosial
terhadap kehidupan
sosial antar kelompoketnik
di
Kelurahan Tambak Sari Kecamatan Jambi Selatan.Hasil
penelitian
ini
diharapkan
bermanfaatbagi
pemerintahdalam
mengambil kebijakan
pembangunanyang terkait
denganintegarasi masyarakat,
misalnya dalam
penempatan transmigrasi. Kemudiandari
sisiteoritis,
hasil penelitianini
diharapkan menjadipintu
awal bagipeneliti-peneliti
selanjutnya yangberminat
dengan masalah kehidupan sosial antar kelompok etnik, khususnyadi
KotaJambi.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
dilakukan
di
Kelurahan Tambak Sari KecamatanJambi Selatan
Kota
Jambi.Etnis
yang menjadi objekkajian
adalahetnis
Melayu,
Minangkabau,
Jawa,dan Batak.
Penentuan lokasiini
didasarkan pada pertimbangan bahwadi
kelurahanini
terdapatvariasi etnis dan
kelurahan
ini
memiliki
populasi
yang
tinggi
dibandingkan dengan kelurahan
lain
dalam Kota Jambi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitianini
adalah pendekatankualitatif'
Dalam penelitian
ini,
peneliti bertindak
sebagai intsrumenutama,
yaitu
dengan melibatkandiri
secara langsung dalam settingsosial yang
diteliti.
Dengan katalain peneliti
adalah key instrument (Bogdan danBiklen,
1982,Nasution,
1992).Teknik
pengumpulandata yang digunakan dalam penelitian
ini
adalah
observasi,wawancara, dokumentasi.
Kegiatan
observasi
dilakukan
dengan
cara
berulang-ulangsampai diperoleh datayangdibutuhkan. Teknik
ini
digunakan untuk:(1), mengoptimalkan
motif,
kepercayaan dan perhatian peneliti. (2),memungkinkan
peneliti
untuk
dapatmengidentifikasi
apayang
dirasakan dan
dihayati
oleh subjek penelitian. (3), memungkinkan pembentukan pengetahuan yangdiketahui
bersama antara penelitidengan
subjek penelitian (Maleong,
1988). Pengumpulan
datamelalui
wawancara
dilakukan
dengan
cara
tidak
formal
yaitu
melalui
percakapanbiasa
sehinggatidak
tampak bahwa
penulissedang mengumpulkan
data
dan bentuk pertanyaan wawancaraini
dibuat secara
terstruktur
dantidak
terstruktur. Dokumentasi dalampenelitian
ini
digunakan
untuk
mengungkap
datayang
bersifatadministratif
seperti data geografis, dan monografis serta keadaan sosial ekonomi masyarakat Kelurahan Tambak Sari.Untuk menganalisis datay angtelah terkumpul, digunakan
teknik
yang dianjurkan oleh Spradley (1984),
yaitu
dengan menggunakananalisis domain, taksonomi,
kompenensial
dan
analisis
temakultural.
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Interaksi
Sosialdalam Teori
Interaksi
sosial merupakan salah satu
proses sosial. Bentukinteraksi
sosial dapat berupa kerjasama (cooperation) persaingan(competition)
dan bahkan
pertikaian
(Conflicr). Tetapi
biasanyakonflik
mendapatkan penyelesaian, walaupun kadang-kala hanyabersifat sementara, yaitu akom odasi (ac commo dation).
Gillin
danGillin
(1954), membuat penggolongan proses sosial sebagai akibat adanyainteraksi
sosial,yaitu
proses yang assosiatifdan
dissosiatif. Assosiatif
terdiri dari
akomodasidan
asimilasi.Asimilasi
adalah lanjutandari
akomodasi.
Selanjutnya, Soekanto(1986), menjelaskan bahwa asimilasi dapat ditandai dengan adanya
usaha-usaha
mengurangi
perbedaan
yang ada
antata
individu-individu
dalam
kelompok-kelompok manusiadan lebih
berusahamempertinggi kesatuan
tindakan,
sikap dan proses mental denganmemperhatikan kepentingan-kepentingan
dan
tujuan
bersama'Akan
tetapi asimilasisulit terjadi
walaupun telahterjadi
pergaulanyang
intensif
dan puas antara kelompok-kelompok tersebut. Dapatdiambil
contohuntuk
halini,
misalnya,
hubungan antara ras China denganorang Indonesia
asli
selamaini
memang
telah terjalin,
namun mereka belum terintegrasi ke dalam dan sebagai masyarakat Indonesia secara utuh.
Menurut S.N.
Eisenstadt
(1986),interaksi
sosial
merupakanparameter sosial karena
interaksi soial merupakan
batas-batas kelembagaan dan sosialisasidari kolektivitas.
Atribulatribut
dasar kesamaan sosial dan kebudayaan menetapkankriteria
keanggotaankolektivitas
tersebut terutama
bagi
mereka
yang terlibat
dalamkegiatan suatu interaksi.
Atribut-atribut
yang adajuga memberikanspesifikasi kewajiban,
tingkat tujuan
atau
keinginan
yangdiperatahankan secara
kolektive
bagi
setiapindividu
yang
dalam setiap interaksi.Dalam interaksi
sosial
yang
terpenting adalah
sejauh manaindividu
atau kelompok memahami
dirinya
sendiri.
Ada
duakemungkinan
dari
sikap
merekayaitu
berperan sebagai penerimayang pasif dalam
hubungannya dengan tantangantertentu
atausebagai partisipator
aktif
dalam interaksi tersebut. Bahkanindividu
diukur
dalam
interaksi
sosialnya denganbarometer
sejauhmanamereka berusaha
untuk
mengubah sikapnya, mengendalikandiri
atas lingkungan sosialnya, saling mempengaruhi, dan seberapabesar tanggung jawab mereka
untuk
memeliharatatanan tersebut.Bersamaan dengan terciptanya keadaan interaksi, tercipta pula kondisi integrasi dalam masyarakat. Dalam
hal
ini,
integrasi sosialmaksudakan sebagai penyatuan kelompok-kelompok yang terpisah (budaya, norma) dalam usaha
menghilangkan
perbedaan yang adasebelumnya.
Selain
itu
dapatpula diartikan
sebagai diterimanya seorangindividu oleh
anggota-anggotalain dari
suatu kelompok (Saifuddin, 1986).Menurut Horton dan Hunt
(1992), ada
dua
hal
yang
dapatmenghambat terjadinya
interaksi
sosial yangbaik
danideal
antarkelompok
etnik, yaitu
prasangka
sosial
(sosial
preiudice)
dandiskriminasi
(sosial
discrimination).
Yangpertama
adalah
suatupenilaian
yang
dinyatakan sebelum mengetahuifakta
secara utuhdan benar
sedangkanyang
kedua
adalah
cara
memperlakukan orang berdasarkanciri-ciri
individu.
Sears sebagaimanadikutip
Gerungan (1996), mengatakan bahwa prasangka sosial berkaitan
dengan persepsi orang tentang seseorang atau kelompok
lain
dan sikap serta prilakunya terhadap mereka. Prasangka terhadap anggota suatu kelompok sosial ternyata merupakanjenis
sikap yang secara sosial sangat merusah hubungan antar kelompok.Selanjutnya
Myrdal
sebagaimanadikutip
Horton dan
Hunt(1992),
mengartikan
prasangka
sosial
sebagai
anggapan yangmempunyai tujuan,
yakni
membenarkan perlakuan yangmembeda-bedakan kelompok
etnik.
Kemudian
Myrdal
menjelaskan,prasangka
sosial
disebabkan oleh:.Pertama,
slkap
etnosentrismeyang cenderung membuat
individu
menganggapbaik
orang-orangdalam kelompoknya sendiri dan
menganggapburuk
orang-orangdi
luar
kelompoknya. Kedua, melakukan penilaian terhadap orangyang tidak/belum terlalu dikenal. Ketiga,
membuat
generalisasiberdasarkan pengalaman
satu
individu
terhadapsatu
kelompok.Keempat, ada kecenderungan berprasangka terhadap
orang
yangbersaing dengan
kita.
Dengandemikian,
adanya prasangka sosial akan berdampakpula
terhadap terjadinyajarak
sosial (sosial gap) antar kelompok.Paguyuban Kelompok Etnis
Kelurahan Tambak Sari secara administrative adalah salah satu
dari
kelurahanyang
ada dalamwilayah
kecamatan Jambi SelatanKota
Jambi.
Di
kelurahan
ini
berdomisili
berbagai
kelompok etnis ras, namun etnis yangpaling
banyakjumlah
populasi adalahMinangkabau,
Melal'u
(penduduk asli), Jawa, dan Batak. Pada tahun 1998jumlah
penduduk kelurahanini
adalah 2.355 kepala keluarga, dengan rincian sebagaimana dalam tabel berikut ini:Tabel
1
Jumlah Penduduk Kelurahan Tambak
Sari
Menurut Kelompok EtnisNo
Kelompok Etnis
Jumlah
I Minanskabau
t.097.
2 Melavu 556. 1 J Jawa 360. 4 Batak 240. 5 Etnis lainnya t20.Jumlah
z.J I).
Masing-masing kelompok etnis memperlihatkan kecenderungan
untuk membentuk paguyuban (perkumpulan) yang didasarkan pada
kelompok atau persamaan daerah asal. Perbedaan antara
kelompok-kelompok etnis tersebut terletak pada frekuensi kegiatan dan tatanan organisasinya.
Kelompok
etnis Minangkabau,misalnya, memiliki
talanan p erkumpul an y ang lebih rapi dan terorganisir. Perkumpulanini
mempunyai
anggota
tidak
hanya orang
dari
Minang
yang beradadi
wilayah
Kelurahan Tambak Sari, tetapijuga
orang-orangMinangkabau yang tinggal di tempat lain Kota Jambi. Perkumpulan
etnis Minangkabau
ini
terdiri dari
perkumpulanyang
didasarkan atas daerah asal, misalnya desa, kecamatan, dan kabupaten. Selainitu, perkumpulan
ini
juga ada yang didasarkan pada pertalian darah (keluarga).Perkumpulan etnis Minangkabau
di
Kota Jambi pada umumnyamemiliki
koperasi dengan kegiatan utama menghimpun dana darianggota perkumpulan,
baik dari
anggotayangberdomisili
di
KotaJambi ataupun
dari
anggota yang beradadi
daerahlain
(rantau). Wadah koperasiini
dimaksudkan untuk membantu para anggota yangmembutuhkan modal
untuk
usaha maupun kebutuhan lainnya.Di
sampingbergerak
di
bidang
ekonomi,perkumpulan
etnisMinangkabau
juga
mempunyai
kegiatan
di
bidang sosial
dan keagamaan. Hal ini terlihatjika
ada salah satu anggota yang mendapatmusibah, maka perkumpulan dan anggotanya secara bersama-sama
membantu kerabat
yang
mendapat musbah tersebut.Begitu
juga sebaliknya,jika
salah
seorang anggotaperkumpulan
mempunyai hajatan, maka seluruh anggota perkumpulan terlihat bersama-samamendatangi
rumah
anggotakelompok yang mempunyai
hajatantersebut dengan membawa berbagai macam
bentuk bantuan
dan sumbangan.Di
samping hajatan, perkumpulan etnis Minangkabaujuga memiliki
kegiatan
arisan bulananyang
dilaksanakan secarabergilir
di
setiaprumah
anggota.Arisan
ini
juga
diikuti
acarapengajian
dan ceramah
agama.Kegiatan arisan
dan
hajatanmerupakan
wadahuntuk
bertemu
dengan anggota-anggota yanglainnya,
karenadi
luar
kegiatan seperti
itu
intensitas pertemuan jarangterjadi
karena anggota perkumpulan mempunyai kesibukan masing-masing.Etnis Batak, dalam hal ini,
juga
mempunyai wadah perkumpulan yangmirip
dengan wadah perkumplan etnis Minangkabau. Hanya sajajika
etnisMinang
mendasarkan perkumpulannya pada daerah asal dalam skala desa hingga skala kabupaten,untuk
etnis Batak, disamping mereka
memiliki
perkumpulan yang didasarkan pada daerah asal, merekajuga memiliki
wadah perkumpulanyang
didasarkanpada asal marga, sehingga
dalam
satu wadah perkumpulan yang didasarkan pada kabupaten, jugamemiliki
beberapa perkumpulanlain
yang didasarkan pada marga.Misalnya,
perkumpulan arisan/pengajian margaRitonga, Hasibuan, Nasution dan lainnya.
Sementara
itu,
bagi etnis Batak
yang
beragamaKristen,
disamping
memiliki
wadah organisasi yang sama dengan Batak Islam, merekajuga memiliki
perkumpulan/persekutuan yangdiikat
oleh kesamaan agama. Wadah yang menghimpun mereka dalam halini
adalah
HKBP
yang
saatini
memiliki
Gerejadi
Kotabaru
Jambi. Gerejaini
merupakan salah satu gereja terbesar di Kota Jambi. Bagi etnisBatak Kristen
Protestan, gerejatidak
hanyaberfungsi ritual,
akan tetapi
juga
mempunyaifungsi
sosial sebagai wadah interaksidan komunikasi antar mereka.
Etnis Jawa juga
memiliki
paguyuban yangmirip
dengan wadahkelompok pada kedua etnis
di
atas. Mereka jugamemiliki
kelompokpengajian dan arisan yang didasarkan pada daerah asal. Hanya saja skalanya lebih
kecil, yakni tingkat
desa dan kecamatan dan terlihattidak
begitu tertata
denganrapi
organisasinya.Namun
demikian,keakraban dan intensitas pertemuan mereka ternyata
lebih
seringdibandingkan dengan
etnis
lainnya.
Keakraban
dan
intenstiastersebut
terlihat
sangatkental
pada
paguyubanyang
didasarkanpada
pertalian
darah.Agak
berbeda dengan paguyuban kelompoketnis
lain,
-
sepertiMinangkabau,
paguyubanetnis
Jawa hampir tidak mempunyai kegiatan yang menyentuh bidang ekonomi sepertimendirikan koperasi. Paguyuban etnis Jawa ini semata-matabergerak
di bidang sosial dan keagamaan. Paguyuban hanya
dijadikan
saranauntuk
saling bersilaturrahmi
sesamaanggota masyarakat
yangberasal
dari
etnis yangsama.
Walaupun merekatidak
mempunyai paguyuban bidang ekonomi, namunjika
ada anggot a y ang mendapat musibah, misalnya mendapat kecelakaan atau meninggal dunia, atau adanyahajatan seperti pernikahan salah satu dari anggotapaguyubanmereka,
mereka semua membantu memberikan sumbangan. Hasilobservasi penulis dalam penelitian
ini
menunjukkan bahwa anggota paguyuban etnis Jawaini memiliki
solidaritas sosial yang tergolongtinggi
jika
dibandingkan
dengan paguyubankelompok
etnis yanglain.
Wadah
yang
sama
juga
dimiliki
oleh
etnis Melayu
yangmendiami Kelurahan
Tambak
Sari. Etnis Melayu yang ada
diKelurahan Tambak Sari pada umumnya berasal dari beberapa daerah
tingkat dua dalam Provinsi Jambi. Mereka adayangtelah
dilahirkan
di
kelurahan tersebuttermasuk juga
yang pindah
dari
berbagaikabupaten yang ada
di
Provinsi Jambi dengan berbagai alasan,baik
itu
alas an ekonomi, pendidikan, pekerjaan dan keluarga.Sebagaimana
ketiga kelompok
di
atas, etnis Melayu
juga
memiliki
perkumpulan yang didasarkan pada daerah asal, mulai dari ikatanpertalian
darah (keluarga), desa, kecamatan dan kabupaten.Kegiatan perkumpulan
juga
memiliki
kemiripan
dengan kelompoketnis lain, misalnya pengaj ian, arisan, dan koperasi. Namun, kegiatan koperasi kelompok etnis Melayu
terlihat tidak
bisa berjalan denganbaik
sepertihalnya
koperasi kelompokmilik
etnis
Minangkabau.Intensitas pertemuan dan kegiatan
lebih
nampak pada paguyubanyang
didasarkanpada asal
desadan
pertalian
darah
(keluarga),sementara
untuk
peguyuban
yang
didasarkan
pada
kecamatan,intensitas
pertemuan
tidak
begitu
sering
dan,
kalaupun
ada,pertemuan
tersebut
hanyadiikuti
oleh segelintir orang saja. Lebih sedihnya, pertemuanyang
dihadiri
oleh segelintir orang
tersebut tidakikuti
oleh seluruh anggota yang berasal dari seluruh desa yang ada dalam kecamatan yang bersangkutan.Fakta demikian
juga
terjadi
pada peguyuban yang didasarkan pada asal kabupaten. Malah paguyubanini
hanya terlihat melakukan pertemuan padahari
raya sqa,
yakni
kegiatanhalal
bi
halal. Di
luar
kegiatantersebut,
praktis
hampir
tidak
ada pertemuan dan si laturrahmi
antar a sesama anggotanya.Meskipun
masing-masing
etnis
di
Kelurahan Tambak
Sarimembentuk perkumpulan yang didasarkan pada daerah asal mereka,
namun mereka
juga
memiliki
kelompoklintas
etnis terutama padatingkat
rukun
tetangga(RT), yakni
kelompok pengajian dan arisanyang
intensitas pertemuannya
lebih inten
dibandingkan
dengankelompok yang berbentuk
paguyubanetnis. Ikatan kelompok
ini
mengadakan
pertemuan
dalam
bentuk
pengajian yasinan
yang diselenggarakan pada setiap malam Jumatdi
setiap rumah anggota pengajian secara bergiliran.Menurut
Luthfi
(1985),
ikatan-ikatan kedaerahan
atau kesekutuan etnis tersebut pada hakekatnya adalah hubungan bathin yang terdapat padapara
anggota kelompok yang disebabkan oleh persamaan daerah asalyang direkat
oleh persamaan adat istiadat, bahasa, kebudayaan, dan lain sebagainya. Ikatanini
bertambah lebihnyata dan kuat bila para anggota kelompok etnis tersebut berada
di
luar wilayah daerah asalnya.
Kehidupan
KeagamaanKehidupan orang Minangkabau
tidak
terlepasdan
agama yangmereka anut. Mereka
tidak
keberatanjika
dikatakan cadik (cerdik)atau
lihai
(dalam konotasinegatif)
dalam masalah kehidupan, akantetapi mereka
tidak
dapat menerima kalau masalah keagamaan danadat
istiadat
merekadihina.
Keadaanini
tergambardari
pepatahyang sangat populer dikalangan masyarakat
Minangkabau,
"iduik
baraka,
mati
bariman".
Maksudnya dalam kehidupan,akal
harusdigunakan
secara
maksimal, terutama dalam
hal
pemenuhankebutuhan ekonomi, dan dalam kehidupan
spiritual
haruslah tetap beriman.Menurut Naim (1984),
jika
hendak mencari orang Minangkabaudi
daerah rantau, makacarilah
di
dua tempat,yakni
di
pasar-pasar ataudi
surau (masjid). Ungkapanini
mengandung pengertian bahwaorang Minangkabau
dikenal
sebagai orang yang suka meramaikantempat-tempat ibadah dan tempat-tempat pengajian di daerah tempat mereka tinggal di rantau.
Mendat angi temp at-temp at ib adah at au temp at-temp at p engaj i an
bagi orang Minang
tidak
saja bertujuanritual
tetapi juga sosial. Bagimereka,
melalui
pengajian-pengajian tersebut merekabisa
salingbertemu dan
mengkomunikasikan berbagai persoalan,
baik
itu
persoalan agama ataupun masalah
lain
seperti
ekonomi, pekerjaan dan lainnya.Tidak jauh
berbeda
denganketika
mereka masih
tinggal
didaerah asalnya,
orang Minangkabau
di
Kelurahan Tambak
Sarisebagian
besar mengikuti ormas
keagamaan
Muhammadiyah.Di
kelurahan
ini
terdapat
dua buah masjid yang dikenal
oleh masyarakat sekitar-
bahkan oleh masyarakat Kota Jambi-
sebagai masjid orang Muhammadiyah,yakni
masjidMujahidin
yang beradadalam
komplek SMP Muhammadiyah,
di
belakang markas PoldaJambi, dan masjid
Al-Hikmah
yangjuga
terletak
berseberangan dengan markas Polda Jambi. Kedua masjidini
pada dasarnya tidak mencolok perbedaannya dengan masjid lain yang ada di Kota Jambi. Perbedaannyaterletak
pada pelaksanaan sholat Jumat,yakni
pada keduamasjid ini
tidak
memakai azan droakali
seperti lazimnya dimasjid
lain di
Kota Jambi.Namun
demikian, tidak
semuaorang
Minang
melaksanakanibadah sholat Jumat
di
kedua masjid tersebut, apalagibagi
mereka yang berdagangdi
pasar Jambi. Pada umumnya pedagang Minangini
melaksanakan sholatzthur
dan Asyardi
masjid raya Magatsari Pasar Jambi yangmengikuti
paham mazhabSyaf
i
dengan sholat Jumat memakai azan duakali.
Sementara
itu,
antara orang Minangkabaudan
orang Melayu terdapatkemiripan
dalan
persoalan kehidupan keagamaan, yaitukedua kelompok
ini
semuanya adalahpenganut agama Islam- OrangMelayu dikenal sebagai
pemeluk
agama Islam sejak zaman dahulu.Bahkan
perkataan
Melayu dalam
pengertian sehari-hari
sudahdiidentikkan
dengan orang Islam.Meskipun anlara orang Minangkabau
dan
orang
Melayuterdapat kesamaan
agam1 akan tetapi dalam paham
keagamaandan pelaksanaan upacara keagamaan terdapat beberapa perbedaan yang mencolok. Kebanyakan orang Minangkabau mengikuti paham
keagamaan
Muhammadiyah,
sementarabagi
orangMelayu
masihsedikit dan sukar menerima paham Muhammadiyah.
Namun demikian,
di
Kelurahan Tambak
Sari
pangikut
paham
Muhammadiyah bukanlah
pengikut
yang
ekstrim.
Pada saat dan tempattertentu,
mereka maumengikuti praktek
ibadahyang
dilakoni
oleh kelompok non Muhammadiyah.
Begitu
juga
sebaliknya
kelompok etnis
yangbukan
golongan Muhammadiyahjuga tidak
keberatan melakukan praktek keagamaan yangdilakoni
oleh kelompok Muhammadiyah.
Hal
ini
tercermin
dalam
sholatjum'at
di
keduamasjid Muhammadiyah yang
adadi
KelurahanTambak
Sari.
Pada saat sholat Jumatyang
dilaksanakan dengan pahamMuhammadiyah, tidak
semua jamaahnya berasaldari
etnisMinangkabau
danpengikut
pahamMuhammadiyah.
Realitasini
menunjukkan bahwa
aliran
paham keagamaan,bagi
masyarakatKelurahan
TambakSari,
tidak
menghalangi merekauntuk
dapathidup
berdampingan dengan
baik,
dengan
kata
lain
bahwabagi
mereke persoalan
khilafiyah
tidak
perlu dijadikan
bahanperdebatan, yang
paling penting
adalah melakukan perintah Tuhandan
menjagahubungan
baik
dengan sesamamanusia
terutamadengan tetangga.
Meskipun
ada akomodasi antara orang Minangkabau denganorang
Melayu
dalam persoalanpraktek
ibadah sholat, akan tetapitidak
berlaku
bagi praktek
penyelenggaraan jenazah.Bagi
orangMelayu setiap orang dewasa meninggal dunia maka perlu dibacakan
talkin
di atas kuburan orang yang meninggal tersebut. Hal demikiantidak
berlaku pada
sebagian orang Minangkabau.Menurut
orangMinangkabau, orang yang sudahmati
tidakmungkin
dapat diajari lagioleh orang yang masih hidup. Bagitu pula dalam masalah membaca
tahlil
danmakan
di
rumah
orang yangmeninggal,
antara keduaetnis
ini
masih terdapat perbedaan pendapat. Namundi
Kelurahan Tambak Sari, keduakutub
ini
kadang-kadang dapat dipertemukandalam bentuk akomodasi. Bentuknya
adalah
adakalanya salah satukelompok etnis
ini
mau mengalah danmengikuti
paham kelompok lainnya. Faktaini juga
sekaligus menggambarkan bahwa, kelompoketnis yang lebih dominan jumlahnya cenderung
ingin
menampakkan eksistensinyaterhadap
kelompok etnis
yangjumlah
populasinyalebih sedikit.
Selanjutnya
kehidupan
keagamaanorang
Jawadi
KelurahanTambak Sari menunjukkan variasi tertentu. Sebagian besar mereka menganut agamalslam dan ada sebagian kecil yang memeluk agama
lain.
Dari
sebagian besar yang menganutagamalslam tersebuttidak
semuanya menunjukkan ketataan dalam menjalankan ibadah formal.
Diantara mereka
masih
ada yangmelakoni
ritual
seperti
halnyavarian
Islam
abanganketika
mereka beradadi
daerah asalnya diJawa. Namun demikian, kehidupan keagamaan orang-orang Jawa di
Kelurahan Tambak Sari
tidak
bisadiidentikkan
secara utuh denganvarian
keagamaanorang
Jawa
sebagaimanatesa Geertz
dalampenelitiannya terhadap komunitas orang
Jawa di Mujo
Kuto
yangterkenal tersebut. (Geertz, 197 6).
Etnik
Jawa yang melakoni kebiasaan yangmirip
dengan varianabangan, dalam kehidupan sehari-hari mereka, banyak
yang
tidak
lagi percaya
pada sesajen. Hanya saja dalam hal-halritual
tertentumereka masih melaksanakan
ritual
yang ada kemiripannya dengankeyakinan
varian
abanganketika
merekadi
Jawa
misalnyajika
mau membeli
rumah,
memulai
membuatrumah,
dan pindah
ke rumah baru, mereka harus menunggu hari dan tanggal tertentu yangdihitung menurut kalender Jawa.
Namun
demikian,
di
kelurahanini
juga
telah banyak
ulama yang berasaldari
etnis Jawa dan telah dikenal sebagai da'i kondangdi Kota Jambi. Kelompok
ini
sama sekalitidak
mempraktekkan dantidak
percayaritual (mistik)
sepertiyang
dilakoni
oleh kelompokabangan.
Mereka
berpendapat
bahwa
semua
waktu
dan
hariadalah
baik sehingga
kapanpun
ingin
membeli rumah,
memulaimembangun
rumah,
sertapindah rumah
tidak
menjadi persoalan. Hanya saja dalam beberapa hal terdapat keyakinan yang sama antara kedua kelompokini,
misalnyapada saat membangun rumah, ketika akan memasang ataprumah
tersebut, keduakelompok
ini
sama-sama meletakkan pisang,
bibit
kelapa, dan pohon tebudi
atas alang atau kasau rumah tersebut. Walaupunritualnya
sama, antata keduakelompok
tersebut mempunyai penafsiran berbedaakan
maksud dan tujuannya.Kelompok
abanganyakin
bahwa dengan memasangketiga benda
tersebutmaka orang yang bekerja
memasang atapakan
terhindar
dari
mala petakan selama mengerjakanrumah itu,
sementara
bagi
kelompok santri (ulama), pemasangan ketiga bendatersebut mempunyai
tujuan:
pisangdan
pohontebu
mengandungmakna
agarrumah
terlihat
menarik dan manis, dan
bibit
kelapa maknanya adalah agar rumah tersebut kuat dan kokoh seperti pohon kelapa. Jadi penempatan kedua benda tersebut pada dasarnya adalah sebuah harapan dan do'a bagipemilik
rumah.Sama
halnya
dengan
orang
Minangkabau,
Melayu,
danJawa,
orang Batak
juga
merupakanpenganut
agamayang
kuatdan taat. Corak
keagamaanyang
terdapat
pada orang
Batakmempuyai
kemiripan
dengan
corak
keagamaanyang
ada
padaorang Minangkabau
dan Melayu.
Padakelompok
Batak
terlihat
kedinamisan dan kesadaran beragama yang
cukup
tinggi.
Agama Islam pada orang Minangkabau dan orangMelayu
memberi corakterhadap kehidupan
mereka
sehari-hari.Begitu pula
pada
orang Batak Kristen, kehidupan gereja bagi mereka tidak dapat dipisahkan dari kehidupan mereka sehari-hari. MenurutAbdullah
sebagaimanadikutip
Luthfl
(1985),Bagi
orang BatakKristen,
gerejatidak
hanyaberfungsi
ritual
belaka, tetapijuga berfungsi
sosial sebagai wadahb erso siali sasi dengan anggota kelomp ok lainnya.
BegitupuladenganorangBatakyangberagamalslam diKelurahan
Tambak Sari. Mereka termasuk etnis yang mempunyai dedikasi yang
kuat
dalam
menjalankanibadah
sertamendirikan rumah
ibadah.Namun kelompok Batak Islam
ini
tidak
memperlihatkan keinginanuntuk
mendirikan
rumah
ibadah yang betul-betul
bercirikan
kelompoknya seperti halnya kelompok
Minangkabau.
Merekamembaur dengan semua
kelompok etnis yang
adadi
KelurahanTambak Sari dalam menjalankan ibadah.
Prasangka Sosial
Sebagaimana disinggung pada kerangka teori bahwa prasangka sosial adalah pemberian gambaran tentang sifat-sifat atau watak dari
kelompok etnis tertentu oleh kelompok etnis lainnyatanpamengenal
lebih
mendalam
atau belum
memperolehinformasi yang
utuhtentang anggota
kelompok
tersebut namuntelah
mempersepsikansifat-sifat
atauwatak kelompok
itu.
Prasangka sosial dapat berisiprasangka yang
baik
apabiladitujukan
kepada kelompksendiri
(ingroup),
sedangkan kebanyakan prasangka terhadap kelompok lain(out group) dalam corak yang negatif (Horton dan
Hunt,
1992).Dalam
kehidupankelompok etnis
di
Kelurahan
Tambak Sari,meskipun telah
terjadi interaksi
sosial antara mereka dengan baik,namun masih terdapat prasangka sosial di antara kelompok-kelompok
tersebut.
Adanya
prasangka sosialini
berdampak
terhadapjarak
sosial antar kelompok etnis, yang padaakhirnya,
berpengaruh pulaterhadap bentuk-bentuk interaksi sosial.
Untuk
mengetahui prasangkasosial antar kelompok etnis
diKelurahan Tambak Sari, dipakai asumsi Sears sebagaimana
dikutip
oleh
Luthfi
(1985), dan dikembangkan menurutkondisi
(stereotif) suku-suku bangsadi
Indonesia, dengan ketentuanbagi
kelompoketnis yang lebih banyak memberikan sifat (stereotif) yang bercorak
negatif
terhadapkelompok
lain, maka jarak sosial
anlata keduakelompok
itu
tergolongjarak
sosial yangjauh.
Sebaliknya, bagikelompok etnis yang memberikan
sifat (stereotifl
yang
bercorakpositif maka jarak sosial antarakeduanya termasuk
jarak
sosial yang dekat.Bentuk
sifat(stereotifl
tersebut adalah sebagai berikut:Tabel
2 Bentuk
Stereotif pada EmpatKelompok Etnis
Masyarakat Kelurahan Tambak SariBentuk
Sifat (Stereotif)
Positif
Negatif
Pemberani Tamak
Gieih
Licik
Tekun Pemalas
Rajin Suka bersenang-senang
Sabar
Tidak
dapat dipercayaRamah Sombong
Sopan Tidak setia
Pandai bergaul Mau menang sendirr
Tenggang rasa Tidak sopan
Suka menolong Tidak sabar
Setia kawan Pelit
Jujur Kasar
Berdasarkan
stereotif
yang
diberikan
oleh
masing-masingkelompok etnis
terhadapkelompok etnis lainnya
dapat diuraikansebagai berikut:
Minangkubau
Kelompok
etnik
Minangkabau memberikanstereotif
terhadap etnis Melayu sebagai orang yang ramah,jujur,
sopan, suka menolong, dan pandai bergaul. Namun demikian, kelompok etnis Minangkabauberanggapan bahwa kelompok etnis Melayu termasuk orang pemalas,
suka bersenang-senang,
dan
tidak memiliki
keberanian terutama dalam berusaha.Kemudian terhadap etnis Jawa, orang Minangkabau memandang
mereka
mempunyai sifat-sifat
rajin, gigih,
jujur,
pandai
bergaul, sabar, berani, sopan, dandisiplin.
Sebaliknya sifat negatif etnis Jawa yang diberikan orang Minangkabau adalah kurang relijius.Selanjutnya sifat negatif orang Batak yang diberikan oleh orang
Minangkabau adalah
tidak
sopan, dantidak
sabar. Sementaraitu
sifatpositif
yangdimiliki
orang Batak menurut orang Minangkabauadalah gigih, berani, dan rajin. MeIayu
Sifat-sifat
positif
orang
Minangkabaumenurut
orang Melayuadalah rajin, ramah,
gigih,
dan sopan. Kelompok etnis Minangkabauterlihat dekat dengan kelompok etnis Melayu. Hal ini dilatarbelakangi
oleh persam aan agama dan kedekatan adat istiadat. Namun demikian,
sebagian orang Melayu memandang orang Minangkabau mempunyai
sifat-sifat
negatif
sepertipelit,
licik,
mau menangsendiri,
kurangjujur,
dan sedikit tamak.Kemudian
kelompok Melayu
memberikan
sifat-sifat positif
yang
dimiliki
oleh orang Jawa adalah ramah,rajin,
jujur,
disiplin,gigih,
suka menolong, dan pandai bergaul. Pada umumnya orangMelayu memberikan
nilai
baik kepada kelompok etnis Jawa. Namundemikian, orang
Jawa dianggapoleh orang
Melayu
kurang
taatmenjalankan agama.
Terhadap kelompok etnis Batak, orang Melayu memberikan sifat
negatif seperti kasar, dan
tidak
sopan. Sementara sifatpositif
yangdimiliki
orangBatak menurut
etnisMelayu
adalahgigih,
berani,rajin,
suka
menolong.Antara
kedua kelompok
ini
kurang
dapatberhubungan dengan
baik
karenadilatarbelakangi
oleh perbedaan adat istiadat dan agama.Jawa
Sifat negatif
yangdimiliki
oleh orang Minangkabau menurutorang Jawa, adalah,
licik,
pelit,dan
mau menang sendiri. Sementaraitu
sifatpositif
yangdimiliki
orang Minangkabau menurut mereka adalahgigih,
ramah, sopan, sabar dan rajin.Sementara
itu,
sifatpositif
orangMelayu
menurut orang Jawaadalah
adalah, sopan,
sabar,tidak
kasar,
dan
dapat
dipercaya.Sementara
itu
sifat negatif yangdimiliki
orang Melayu adalah,tidak
gigih,
kurang
rajin
dan
tidak disiplin.
Kemudian kelompok
Jawamemandang
sifat negatif
seperti kasaryang
dimiliki
orang Batakbukan
diartikan
negatif. Menurut orang
Jawahal
itu
merupakan pembawaanbagi
orang Batak. Semua sifat negatif yang disebutkan etnis lain terhadap orang Batak tidak dapat diterima begitu saja olehorang
Jawa, sehinggabagi
merekahal
tersebut bukan merupakan halangan yangberarti
dalam hubungan orangBatak
dengan orang Jawa.Batak
Menurut orang B atak, orang Minangkabau
memiliki
sifatnegatif
seperti
licik,
pelit, tidak
dapat dipercaya, dan mau menang sendiri.Sebaliknya
orang
Minangkabau
menurut
mereka
memiliki
sifatpositif
sepertigigih,
pandai bergaul, sopan, sabar danrajin-Terhadap
kelompok
Melayu,
orang
Batak
memberikan
sifat negatif seperti kurang berani, tidak gigih, serta kuran rajin. Sementaraitu,
sifatpositif
yangdimiliki
orang Melayu menurut mereka adalah, dapat dipercaya, dan tidak kasar. Kemudian sifat positif yangdimiliki
orang Jawa menurut orang Batak adalah,jujur,
pandai bergaul, sabar, sopan, ramah, rajin, pemurah, penolong,gigih,
dan disiplin.Berdasarkan prasangka sosial
yang
diberikan
oleh
kelompoketnis
terhadap
kelompok etnis lainnya, maka
dapat
dipaparkanbahwa,
jarak
sosial kelompok
etnis
Minangkabau
dengan etnisBatak
adalahjarah
sosial yangjauh,
dan begitu
pula
sebaliknya.Kemudian kelompok etnis Melayu
dengankelompok etnis
Batakjuga mempunyai
jarak
sosialyang
tergolong jauh. Selanjutnya,jarak
sosial
etnis Melayu
denganetnis
Jawa adalahjarak
sosial dalamkategori
dekat,
dan
terhadap
etnis
Minangkabau,
etnis
Melayumempunyai
jarak
sosial dalam kategori sedang.Kelompok etnis
Jawa mempunyaijarak
sosial yang termasukkategori dekat dengan kelompok Batak,
begitu
pula
denganMinangkabau,
dan Melayu.
Dengan
demikian
dapat
dikatakanbahwa, kelompok etnis Jawa termasuk
tidak
mempunyai persoalandalam berinteraksi
dengan berbagaikelompok etnis yang
ada di Kelurahan TambakSari.
Hal
ini
sejalan dengan sifatnrimo
yangdimiliki
oleh setiap orang Jawa.Tidak
jauh
berbeda denganjarak
sosialyang
terdapat antaraMinangkabau dengan Batak, kelompok etnis Batak juga mempunyai
j araksosialdengan kategorij auhdenganetnisMinangkabau. Sementara
itu, terhadap etnis Melayu, kelompok Batak mempunyai
jarak
sosialyang masih tergolong dalam
kategori
dekat. Terhadapetnis
Jawa,kelompok etnis Batak mempunyai
jarak
sosial yang dalam kategorilebih dekat. Hal
ini
disebabkan orang Jawa selalu menunjukkan sifatlembut dalam bergaul dengan orang luar kelompoknya, begitu juga
orang Jawa lebih toleran terhadap perbedaan agama dan budaya yang
dimiliki
oleh kelompok etnis lain.Kerjasama,
Kompetisi,
danKonflik
Keragaman
jarak
sosial
antarakelompok etnis
di
KelurahanTambak
Sari
banyak
mempengaruhi
bentuk-bentuk
interaksisosial antar
anggotakelompok
tersebut.Antara
kelompok
etnisyang mempunyai
jarak
sosial yangjauh
ada kecenderungan terjadikonflik
di
antara mereka, namun dalam halini konflik
tidak
terlihat kepermukaan(laten). Bentuk interaksi
lain
yangterjadi
di
antaramereka adalah
timbulnya kompetisi
dalam bidang-bidang tertentukarena adanyakeinginan pada masing-masing kelompok etnis untuk menunjukkan keunggulan masing-masing.
Pada kelompok yang berjarak sosial dekat cenderung terjadinya kerjasama.
Lebih-lebih lagi
jika
kelompok
tersebut berada dalamsatu kepentingan
yang
sama.Di
antara empat kelompok
etnis,situasi
konflik yang
rentan
terjadi
adalah
antarakelompok
etnisyang
bertolak
belakang secara budaya.Misalnya
antara kelompokMinangkabau dan
Melayu
terhadap kelompok etnis Batak.Hal ini
tercermin dari penolakan dua kelompok tersebut terhadap kelompok
etnis Batak
untuk
bertempattinggal
satu bedeng (rumah kontrakan) dengan mereka.Hal
sepertiini
akan lebih nyatalagi
penolakannyajika
etnis
Batak
yang akan
menyewarumah
di
wilayah
tersebut menganut agama Kristen.Dalam kasus seperti
di
atas, terlihat perbedaan antara kelompokMelayu
dankelompok
Jawa. Orang-orangMelayu
kelihatan lebih bersimpati kepada etnis Minangkabaudari
pada kepada kelompoketnis Batak. Dalam interaksi sosial antarake empat kelompok etnis, kelompok Jawa
memiliki
indikasi yang paling kecil untukberkonflik
dengan kelompok lain. Toleransi yang besar yang mereka
miliki
ini
menyebabkan merekalebih
aman danlebih
gampang bekerjasamadengan
kelompok
lain
walaupun
dengankelompok
yang berbeda agama sekalipun.Perbedaan agama antara
kelompok etnis
dapatpula
berakibatterjadinya
persaingan(kompetisi) dalam artian
positif.
Kelompoketnis yang
beragamaKristen
berusaha menyemarakkan kegiatankeagamaan
mereka,
begitu pula
kelompok
etnis
yang
menganut agama Islam berupaya pula menggiatkan kegiatan pengajian merekabaik
di
masjid-masjid,
langgar danjuga
di
rumah-rumah
warga.Perbedaan
nya terletak pada
intensitas kegiatan
masing-masingkelompok
di
mana kelompok yang
beragamaIslam lebih
seringmengadakan
kegiatan
keagamaan
seperti
pengajian
mingguan. Sementaraitu,
kelompok penganut
agamaKristen
hanya terlihat melakukan kegiatan keagamaan hanya padahari minggu
dan hari-hari besar keagamaan saja.Selain sisi positif, persaingan antar kelompok etnis dalam bidang keagamaan dapat pula menjurus ke arah
negatif
yang dapat menjadibibit-bibit untuk
terjadinya
konflik.
Usaha-usaha keagamaan yangkontra
produktif
dapat menimbulkankonflik.
Begitu pula anggapanyang membenarkan agamanya yang
paling
benar dan usaha-usahauntuk
mengajakumat
lain
memeluk agamanya dapatjuga
menjadi benih terjadinyakonflik.
Sikap yang menganggap agamanyalah yang paling benarbiasanya terjadi pada kelompok penganut Islam, sementara upaya menggaetpemeluk
agamalain
untuk
masuk (convertion) ke keyakinannya biasanya terdapat pada kelompok Kristen.Meskipun
terdapat
bibit-bibit
konflik
antar
kelompoketnis
maupun
yang
berbeda
agama,namun mereka tetap
dapatbekerjasama,
baik
secara langsung maupuntidak
langsung. Dalambidang ekonomi mereka tetap membutuhkan
kerjasama, karenauntuk memenuhi kebutuhan hidup yang
tidak
dapat mereka penuhi sendiri, mereka memerlukan kelompoklain.
Demikian juga halnyadalam
bidang
sosial,
tidak
ada kelompok
yang bisa
memenuhikebutuhannya
sendiri.
Kebutuhan akan jasa oranglain inilah
yangmenyebabkan
terjadinya kerjasama
antara merekayang
berbeda agama dan etnis.Dalam masalah interaksi sosial antar kelompok
etnis
diKelurahan Tambak Sari, masih diperlukan proses pemasyarakatan
untuk
dapatterintegrasi
denganbaik
antara berbagai kelompoketnis, terutama antara kelompok etnis yang mempunyai
jarak
sosialyang berkategori
jauh. Untuk
dapatterjadi
integrasi yang baik
anlara
kelompok-kelompok etnis
perlu
adanya kemauan masing-masing etnisuntuk
menerima kelompok etnis lain sebagai pasanganhidup (amalgamation),
atau setidak-tidaknya mau secara suka rela menerima kelompoklain
untuk hidup bertetangga dengan baik (co-Existence).Bila
hal demikian belum dapat diwujudkan, maka sukaruntuk
dikembangkan suatu interaksi sosial yang bersifat asosiatif.Pada suatu
daerah
yang
mempunyai
banyak variasi
etnisseperti
halnya Kelurahan
TambakSari, maka
variasi
etnis
yang beranekatersebut
merupakan suatu wadah atau modal dasar yangpaling
sesuaiuntuk
menciptkan
suatubentuk
integrasi
nasionaldalam memberikan contoh pembauran atau integrasi bangsa yang sesungguhnya.
Hal
tersebut hanya dapat tercapaibila
dilakukandengan
suatu
perencanaanyang
matang, terarah,
terpadu
dan berlansung secara terus menerus.Organisasi (paguyuban)
yang
dimiliki
oleh
masing-masingkelompok
etnis
selain
membawakeuntungan,
ju.ga mengandungbanyak kelemahan. Paguyuban yang ada tersebut hanya dimasuki
oleh
anggota
etnis
dari
kelompok tersebut saja.
Hal
ini
masihmengandung
sifat tertutuf
(eksklusivisme), sehingga orang-oranghanya
bergaul
dengan sesamakelompok etnis
merekadan tidak
terbiasa bergaul dengan orang-orang
dari
kelompoklain.
Keadaanini
tidak menguntungkan bagi usaha pembauran bangsa.PENUTUP
Kesimpulan
Masyarakat Kelurahan Tambak Sari
terdiri
dari
berbagai latarbelakang
agama, sosial, dan adat istiadat. Perbedaanitu
telah ada sejak mereka beradadi
daerah asalnya masing-masing.Kondisi
ini
berdampak pada corak hubungan
interaksi
sosial merekadi
tempat mereka yang baru.Perbedaan
latar
belakang
antara anggotakelompok
tersebut menyebabkan adanya prasangka sosial antar mereka, dan prasangka sosialini
berdampak pada tercipatanya jarak sosial dalam kehidupan mereka dengan kelompok etnis lainnya.Bagi kelompok etnis yang mempunyai kedekatan budaya, maka
prasangka
sosial
yangterjadi
lebih
mengarah kepada prasangkapositif
danjarak
social yang
dekat.
Sebaliknya,bagi
kelompoketnik
yang
mempunyai corak budaya yang berbedajauh
denganetnik
lainnya,
maka di antara mereka terdapat prasangka sosial yang bercorak negatif danjarak
sosial yang amatjauh. Namun demikian,meskipun
adanya prasangka sosialnegatif
danjarak
sosial yangjauh
antara mereka tetap dapatterjalin
kerjasama teruatama dalam kegiatan yang bersifat social.Rekomendasi
Dalam
usaha menciptakan
integrasi
masyarakatyang
kuat,maka
diperlukan
wadah yang dapat menghimpun masyarakatdari
berbagai kelompok etnis dan agama.
Bagi
tokoh
masyarakatdari
berbagaikelompok
etnis maupunagama,perlu memberikan pemahamanbahwaorganisasi (paguyuban) yang
dimiliki
oleh kelompok etnis tidak mutlak harus beranggotakanorang-orang yang berasal
dari
kelompok etnis yang bersangkutan, tetapi perlu memberi peluang atau menghimbau kelompok etnis lain untuk menjadi anggota kelompok yang berbeda.DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Kodya Jambi
dalam Angka, Jambi:
BAPPEDA
KodyaJambi, 1995
Anonim, Sejarah
Berdirinya
Kota Jctmbi, Jambi: BAPPEDA KodyaJambi,1992
Bogdan,
Robert
Taylor
SJ,
Kualitatif:
Dasar-Dasar
Penelitia,Surabaya: Usaha Nasional, 1993
Einsenstadt, S.N, Revolusi
dan
TransformasiMasyarakat,
Jakarta: CV.Rajawali.
1986Faisal, Sanafiah,
Penelitian
Kualitatif:
Dasar-Dasar
dan Aplikasi, Malang: Yayasan ,A.3. I 990Geertz,
Clifford,
TheReligion
of Java, Chicago: TheUniversity
of
Chicago Press. 1976
---, Kebudayaan dan Agama,Yogyakarta: Kanisius, 1992 Gerungan, W.
A. Psikologi
Sosial, Bandung: Eresco, 1996Gillin,
John Lewis, danGillin,
JohnPhillip,
Cultural Sociology,New York: TheMc
Millan
Company, 1954Guba, E.G, dan
Lincoln.
YS.Naturalistic Inquiry,
NewDalhi:
SagePubalication
Inc.
1985Horton,
B.
Paul danHunt,
ChesterL.
SosiologyJilid
2,
Surabaya:Erlangga,1992
Kartasapoetra, G dan LJB,
Kreimer,
Sosiologi Umum, Jakarta: Bina Aksara, 1987Koentjaranrngrat,
Manusia
dan Kebudayaandi
Indonesia, Jakarta:Djambatan, 1985
Luthfi,
Amir,
Agama
danInteraki
SosialAntar
Kelompok Etnik:Studi Kasus Kecamatan Sukajadi Kotamadya
Pekanbaru,Jakarla: Toyota Foundation, 1985
Manan, Imran, Dasar-Dasar Sosial Budaya Pendidikan,
Jakarta:Proyek Pengembangan
LPTK
Depdikbud, 1989Maleong,
Lexy
J. Metodologi
Penelitian
Kualitatif,
Yogyakatta:Radesa Rasih, 1990
Muntholib
dkk.
Interaksi Sosial
Keagamaan
Masyarakat Transmigrasidi
Provinsi Jambi,
Jambi: PusatPenelitin
IAIN
STSJambi,1992
Naim,
Muchtar, MERANTAU:
Pola Migrasi
Suku Minangkabau,Yogyakarta: Gajahmada
Universitu
Press, 1984Saifuddin, Ahmad Fedyani , Konflik dan Integrasi: Perbedaan Paham
dalam Islam, Jakarta: CV.
Rajawali,
1986S o ekanto, S oerdj ono, S o s i ol o
gi
Suatu P eng ant ar, J akatta: Raj awali, 1986Soemardjan,
Selo
dan
Soelaeman
Sumardi,
Setangkai
Bunga Sosiologi,
J akarta: Rajawali,
I 964Spradley,
JP.Participant
Observation,
New
York:
Rinhart
andWinston,
1980Taneko, Sulaiman,
Struktur dan
ProsesSosial,
Jakarta: Rajawali,1987
Wujantoro, Edhi, Sejarah Nasional dan Umum,Jakatta: Dep' P dan
K,1996