• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepercayaan Mahasiswa terhadap Pemberitaan di Instagram

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kepercayaan Mahasiswa terhadap Pemberitaan di Instagram"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

KEPERCAYAAN MAHASISWA TERHADAP PEMBERITAAN DI INSTAGRAM

DEPAN

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

Oleh :

VISKA ERMA MUSTIKA F100140005

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

(2)
(3)
(4)
(5)

KEPERCAYAAN MAHASISWA TERHADAP PEMBERITAAN DI INSTAGRAM

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mendalami kepercayaan dan ketidakpercayaan mahasiswa terhadap pemberitaan di intagram. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Pengumpulan data menggunakan angket terbuka yang dilakukan secara online. Analisis data menggunakan kategorisasi data. Informan penelitian berjumlah 224 dan merupakan mahasiswa yang memiliki akun instagram. Hasil penelitian menunjukkan kondisi kepercayaan mahasiswa terhadap pemberitaan di instagram yaitu: 46,8% percaya, 34,4% ragu-ragu, dan 17,7% tidak percaya. Terdapat 3 faktor utama yang dapat mempengaruhi kepercayaan dan ketidakpercayaan mahasiswa antara lain yaitu, pertama produk berita meliputi: a) validitas & reliabilitas berita, b) mutu & kualitas publikasi berita instagram, c) objektivitas berita, dan d) masuk akal atau tidaknya suatu berita, kedua pihak produsen/distributor berita (trustee) yang meliputi: a) keresmian produsen/distributor berita, b) aktivitas akun yang up to date atau tidak, c) jumlah follower, like, viewer, dan komentar yang nyata, d) ada tidaknya orientasi kepentingan, e) ada tidaknya orientasi keuntungan, f) relevansi konten berita dengan minat konsumen, g) sikap akun dalam memperbincangkan pihak lain, h) ada tidaknya kolom komentar, dan ketiga konsumen berita (trustee) meliputi: a) kemampuan konsumen dalam memilah berita, b) kebermanfaatan yang konsumen dapatkan dari berita, dan c) kemunculan kritik atau hujatan dari konsumen.

Keywords: kepercayaan, mahasiswa, pemberitaan di instagram

Abstract

This study aims to describe and deepen the dynamics of trust and distrust of college students on news in the instagram. This is a descriptive qualitative research. The data is collected by an open-ended questionnaire which is shared online by google form and analysis by data categorization. The informant of this research are college student whose instagram account and the total are 224 informants. The results indicate the college student trust and distrust on news in the instagram those are: 46,8% believe, 34,4% hesitate, and 17,7% do not believe. There are three main factors that affect the trust and distrust, those are: First, news as product include: a) validity & reliability of news, b) the news publication quality in instagram, c) news objectivity, and d) the reasonable of the news, Second, the news producer/distributor (trustee) which are include: a) the trustor official, b) the account activity is up to date or not, c) the number of followers, viewers, likes, and real comments, d) partisanship orientation, e) profit orientation, f) the relevance of news content with consumer interest, g) the account attitude in discussing others, and h) the comment column as public discussion area, And Third, the news consumers (trustee) include: a) the trustee’s skill in selecting news, b) the usefulness of the news to consumer, and c) the emergence of criticism from consumers. Keywords:trust and distrust, college student, news in the instagram

(6)

1. PENDAHULUAN

Kepercayaan atau trust adalah suatu harapan positif terhadap orang lain yang diyakini seseorang tidak akan melakukan tindakan untuk mencari keuntungan semata (Robbin, 2003). Trust terbentuk karena adanya hubungan antara trustee dan trustor. Dimana trustor adalah pihak yang dipercaya, sementara trustee adalah pihak yang memutuskan untuk percaya kepada trustor (Blöbaum, 2016).

Kepercayaan adalah suatu hal yang penting karena karena merupakan suatu kondisi psikologis yang mendasari tindakan atau perilaku tertentu (Rousseau, Sitkin, Burt, dan Camerer, 1998), dasar dalam hubungan interpersonal (Utami, 2016) dan organisasi (Bligh, 2017), memberi kepuasan bagi konsumen pada e-commerce (Andhini, 2017), dan khusunya pada aktivitas di media massa. Pengguna media massa (pembaca, pemirsa, dan pendengar) tidak mungkin menggunakan, memperhatikan, atau menyimpan informasi dari sumber yang tidak mereka percayai (Kiousis, 2001). Dari perspektif masyarakat yang lebih luas, ketidakpercayaan terhadap media massa dapat merusak kemampuan media untuk menginformasikan kepada publik, dan akibatnya konsumen mungkin tidak menyadari isu ataupun perspektif alternatif lain di luar jaringan pribadi mereka (Kohring & Matthes, 2007). Selain itu, kurangnya kepercayaan dapat menyebabkan penurunan jumlah konsumen media, yang berakibat pada kerugian pada perusahaan media itu sendiri (Kirchhoff, 2011; Tsfati & Cappella, 2003).

Kini fenomena ketidakpercayaan pada media massa di Indonesia juga mulai terlihat. Fenomena ini dapat dilihat pada survei yang dilakukan oleh peneliti (tabel 1). Survei ini dilakukan untuk mengetahui apakah masyarakat percaya terhadap pemberitaan di media massa saat ini dan alasan mengapa menjawab demikian. Sebanyak 168 orang responden (103 perempuan dan 65 laki-laki) berpartisipasi dalam survei ini berasal dari 86% mahasiswa, 6% pekerja swasta, 3% pelajar SMA, 2% wirausaha, 1% kerja praktek, 1% karyawan BUMN, 1% PNS, dan 1% dosen. Berikut adalah hasil survei yang telah dilakukan.1

1 Data diperoleh melalui survei yang dilakukan peneliti melalui google form. Survei dilaksanakan

(7)

Tabel 1. Kepercayaan Masyarakat pada Media Massa Masa Kini Tingkat Kepercayaan Jumlah responden (%) Alasan (%)

Tidak percaya 47 28% banyak berita hoax 31% berita tidak sesuai dengan

fakta

30% orientasi keberpihakan 15% berita dipoles 13% orientasi keuntungan 11% Mungkin 115 68% berita tidak sesuai dengan

fakta

32% masih ada berita yang akurat 29% masih adanya hoax 16% orientasi keberpihakan 13% polesan pada berita 7% orientasi keuntungan 3% Percaya 6 4% berita yang lebih update 33%

berita sesuai dengan fakta yang ada

33%

hoax yang ada mudah

diidentifikasi

17% media saat ini tetap

memaparkan berita dari berbagai sudut pandang

17%

Data di atas (tabel 1) menunjukkan bahwa mayoritas responden (68%) memilih jawaban mungkin, artinya ada keraguan di dalam benak responden untuk percaya dan tidak percaya pada media massa. Karena walaupun ada media massa yang dapat dipercaya, namun disisi lain responden juga menemui hal-hal yang membuatnya menjadi tidak percaya. Sementara jawaban percaya dan tidak percaya memiliki perbandingan yang cukup signifikan. Lebih banyak responden yang memilih tidak percaya pada media massa (28%) daripada memilih untuk percaya (4%).

Kondisi ketidakpercayaan pada media massa juga tergambar dalam Aksi Bela Islam menuntut kasus penistaan agama yang dilakukan Ahok. Aksi yang dilakukan sebanyak 7 kali di Jakarta ini meninggalkan sejumlah memori di benak masyarakat. Dalam beberapa Aksi Bela Islam khususnya Aksi 411, 212, dan 112 beredar sejumlah video pengusiran wartawan Metro TV dan Kompas TV saat berlangsungnya Aksi. Di youtube, ditemukan lebih dari 15 akun youtube mengunggah aksi protes dan pengusiran wartawan ini. Akun-akun youtube yang

(8)

mengunggah kejadian tersebut diantaranya: PORTAL ISLAM, KF Multimedia, Tv Second, AsSabil Channel, Maher G, Berita Aneh dan Unik, Syahrul Kan, Raden Mas Cokroyaningrat, MEGADUI, Nasihat Baik, Entong Dishare, ABOUT ISLAM, PANJIMAS TV, Free Gaming, dan lain sebagainya.2 Berdasaran hasil observasi pada beberapa video didapatkan kesimpulan antara lain yaitu: Metro TV dianggap sebagai media yang tidak dapat dipercaya karena apa yang disampaikan tidak sesuai fakta, memihak, menyudutkan umat Islam, memanipulasi berita, dan berorientasi keuntungan. Dengan kata lain, Metro TV sebagai media komunikasi massa yang seharusnya menyampaikan berita valid dan kredibel, di mata masyarakat justeru dianggap sebagai media menyebarkan berita hoax.

Viralnya video pengusiran ini tentu tak jauh dari peran media massa baru yang semakin canggih keberadaannya. Media massa konvensional seperti surat kabar, majalah, maupun media masa elektronik kini telah berkembang menjadi media massa di internet dan jejaring sosial. Perkembangan dari kecanggihan teknologi di media massa ini berdampak pada semakin mudah, cepat, dan luasnya penyebaran suatu informasi dan berita kepada khalayak (Biagi, 2010) Namun demikian ada ada pula dampak negatif dari kecanggihan teknologi dalam media massa ini yakni semakin maraknya peredaran hoax. Sebuah survei yang dilakukan oleh Mastel (dalam Jordan, 2017) mendapatkan bahwa 92,4% konten hoax atau berita bohong paling banyak didapatkan dari media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan Path. Kemudian pada urutan kedua sebanyak 62,8% berasal dari aplikasi chatting (whatsapp, line, telegram), 34,9% dari situs web, dan sisanya berasal dari televisi, media cetak, e-mail, dan radio.

Sebuah berita yang ditulis oleh Newswire (2017) menyebutkan bahwa Kominfo mempertimbangkan akan menutup Facebook, Twitter, Instagram, dan Youtube. Hal tersebut disebabkan oleh permintaan Kominfo pada platform untuk menutup akun-akun yang memiliki muatan radikalisme, sepanjang 2016-2017

2 Data diperoleh melalui observasi dan penelusuran yang dilakukan peneliti pada aplikasi Youtube

pada tanggal 9 Desember 2017. Penelusuran dilakukan dengan menggunakan kata kunci “metro tv diusir saat liput aksi umat islam” (Syahrul Kan, 2016)”.

(9)

baru dipenuhi sebesar 50%. Berita ini semakin mengindikasikan banyaknya muatan radikal di media sosial.

Instagram, berdasarkan Pew Research Center (2016) adalah salah satu platform yang sering ditemukan berita online didalamnya, selain platform lain seperti Facebook, Twitter, Tumblr, Youtube, Linkeding, Snapchat, dan Line. Dalam memaparkan berita, Instagram memiliki karakteristik unik dibanding platform-platform yang lain dimana kebanyakan pengguna instagram berasal dari kelompok mahasiswa dan merupakan kelompok anak muda yang berusia 18-29 tahun.

Di Indonesia sendiri, Instagram adalah salah satu platform yang memliki banyak pengguna di Indonesia. Menurut Adam (2017) pengguna aktif instagram di Indonesia per bulannya hingga April 2016, jumlahnya telah mencapai sekitar 45 juta akun. Naik signifikan dari sekitar 22 juta pada awal 2016. Selain itu Instagram juga menjadi platform dimana pertumbuhan pengguna di Indonesia menjadi yang terbesar di Asia Pasifik mengalahkan Facebook (Haryanto, 2017). Fenomena ini disebabkan oleh adanya perpindahan pengguna berusia remaja ke platform instagram. Sebanyak 82% remaja menyatakan masih memiliki Facebook, dimana 70% mengaku membuka Facebook hanya di saat ingin membukanya melalui laptop, bukan smartphone. Alasan yang mendasari perilaku remaja ini adalah karena Facebook sejak tahun 2011 semakin didominasi oleh kalangan dewasa hingga tua yakni berusia >30 tahun (Bohang, 2016).

Platform instagram, dulunya hanya digunakan untuk mengunggah foto pribadi dengan caption. Namun kini, seiring perkembangan teknologi yang lebih canggih, instagram mulai memiliki peran dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan berita dan mendapatkan berbagai informasi. Tampilannya yang menarik dan eye cathcing membuat masyarakat modern terutama kaum muda lebih memilih untuk membaca dan mengikuti akun berita media mainstream di instagram. Melalui instagram seseorang dapat membaca, melihat, dan mendengarkan berita dalam bentuk foto, teks, audio, dan video yang diunggah. Selain itu adanya kolom komentar juga memungkinkan seseorang untuk berinteraksi dengan khalayak yang lain. Adapula lambang “love” yang dapat digunakan untuk menyukai atau

(10)

tidak menyukai suatu unggahan. Sehingga selain khalayak pengguna Instagram mendapatkan informasi, terjadi pula komunikasi dua arah. Perilaku ini didukung oleh riset yang menemukan bahwa mahasiswa (usia 18-24 tahun) cenderung lebih senang mengakses berita melalui smartphone karena dianggap lebih mudah dan cepat (Jarvis, Stround, & Gilliland, 2009).

Sebuah studi yang dilakukan oleh Shuqair dan Cragg (2017) menemukan bahwa unggahan instagram seperti foto, video, meme, dan grafik, efektif dalam merubah persepsi viewers (pengguna atau konsumen dari unggahan). Diungkapkan pula oleh Agam (2017) bahwa kegiatan pemasaran secara viral di media sosial mampu memberikan dampak yang besar terhadap pengetahuan konsumen pada suatu brand.

Hoax adalah salah satu konten media yang sengaja dibuat oleh institusi atau perusahaan media dan dibuat untuk mempengaruhi persepsi tentang bagaimana cara seseorang memandang dunia nyata (Tamburaka, 2013), pikiran, dan perilaku khalayak (Ardianto, 2007; Tamburaka, 2013). Sehingga apa yang muncul di media sosial seperti Instagram baik secara langsung ataupun tidak, akan mempengaruhi seseorang dalam bertindak dan berperilaku. Begitu pula sebaliknya, dimana media massa dipengaruhi pula oleh adanya perubahan-perubahan yang ada di masyarakat seperti perubahan-perubahan kepercayaan (Biagi, 2010). Apalagi bila dikaitkan dengan kepercayaan sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa kepercayaan merupakan kondisi psikologis yang mendasari perilaku. Dimana kepercayaan sendiri dipengaruhi diantaranya oleh pengetahuan (Pytlikilig dkk., 2017) dan pengalaman (Prutt & Kimmel, 1977; Costa & Anderson, 2017), sebagaimana kedua hal tersebut merubah persepsi seseorang (Toha, 2003; Asrori, 2009).

Jika instagram adalah salah satu jenis dari media sosial yang notabennya banyak ditemukan hoax, sementara populer di kalangan mahasiswa, bagaimana mahasiswa mempercayai berita-berita yang ditemukan di instagram? Kondisi di atas membuat peneliti tertarik untuk meneliti secara lebih dalam tentang bagaimana kepercayaanmahasiswa terhadap pemberitaan di instagram saat ini. Dan apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan dan

(11)

ketidakpercayaan mahasiswa terhadap pemberitaan di instagram. Mengingat bahwa kepercayaan adalah suatu kondisi psikologis yang mendasari munculnya tindakan tertentu.

Kepercayaan menurut Mayer, Davis, dan Schoorman (1995) terbentuk dari 3 buah aspek yaitu ability, benevolence, dan integrity. Berikut ini adalah perbedaan dari masing-masing aspek.

a. Kemampuan (Ability)

Dimensi kemampuan ini mengacu pada kompetensi dan sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang individu, kelompok, ataupun organisasi dalam hal meyakinkan orang lain untuk percaya. Secara spesifik Kim, Ferrin, dan Rao (2003) menjelaskan ability sendiri terdiri dari kompetensi (competency), pengalaman (experience), pengesahan institusional, dan penguasaan seseorang dalam ilmu pengetahuan.

b. Kebaikan hati (Benevolence)

Dimensi kebaikan hati merupakan kesediaan individu, kelompok, maupun organisasi dalam memberikan perhatian dan kepuasan pada orang lain. Menurut Kim, Ferrin, dan Rao (2003) benevolence terdiri dari perhatian, empati, keyakinan, dan daya terima yang dimiliki oleh trustor.

c. Integritas (Integrity)

Dimensi integritas dimanifestasikan sebagai suatu perilaku yang terus-menerus dan selalu ditampilkan oleh individu, kelompok, maupun organisasi kepada orang lain. Perilaku ini mencerminkan apakah informasi yang disampaikan oleh individu, kelompok, atau organisasi benar, sesuai fakta atau tidak. Kim, Ferrin, dan Rao (2003) menjabarkan bahwa integrity dapat dilihat dari beberapa hal antara lain yaitu adanya keadilan (fairness), pemenuhan (fulfillment), loyalitas (loyalty), kejujuran (honesty), dapat diandalkan (dependability), dan telah teruji (reliability).

2. METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dimana data diambil dengan menggunakan kuesioner terbuka. Kuesioner dibagikan secara online menggunakan aplikasi google form kepada mahasiswa yang memiliki akun

(12)

instagram. Selanjutnya analisis data dilakukan dengan kategorisasi data. Adapun data yang terkumpul adalah 224 informan yang berasal dari beberap fakultas dan universitas yang ada di Indonesia. Beritkut ini adalah data penyebaran informan.

Tabel 2. Data Persebaran Mahasiswa Berdasarkan Fakultas No Bidang Studi Jumlah Prosentase 1 Psikologi 86 38,39% 2 Teknik 48 21,43% 3 Kesehatan 31 13,84% 4 FEB 17 7,59% 5 MIPA 13 5,80% 6 FKIP 13 5,80%

7 Desain dan Seni Budaya 7 3,13% 8 Pertanian dan Peternakan 6 2,68%

9 Fisipol 2 0,89%

10 Hukum 1 0,45%

Jumlah 224 100,0%

Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa mahasiswa yang berasal dari Fakultas Psikologi masih menjadi populasi terbesar dalam penelitian, yaitu sebesar 38,39%. Kemudian diikuti oleh populasi mahasiswa yang berasal dari Fakultas Teknik (21,43%), Fakultas Kesehatan (13,84%), Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) (7,59%), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) (5,80%), dan seterusnya.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Kondisi kepercayaan dan ketidakpercayaan mahasiswa terhadap pemberitaan di instagram

Kepercayaan mahasiswa terhadap pemberitaan di instagram merupakan suatu hubungan antara trustee dan trustor. Dalam hal ini mahasiswa berperan sebagai trustee sementara produsen dan distributor berita di instagram adalah trustor. Sebagaimana hal ini disampaikan oleh Blobaum (2016) bahwa kepercayaan dibentuk oleh trustee yang berperan sebagai pihak yang mempercayai. Sementara trustor adalah pihak yang dipercaya.

Selain trustor sebagai pihak yang dipercaya, trustor disini adalah media massa yang melakukan aktivitas membuat dan membagikan berita dengan tujuan

(13)

tertentu serta berperan sebagai alat dalam komunikasi masa. Sebagaimana yang disampaikan oleh Ardianto (2007) dan Tamburaka (2007). Fungsi lain dari media massa disampaikan pula oleh Biagi (2010) dimana media massa berperan sebagai institusi kunci yang ada di masyarakat karena dinilai dapat mempengaruhi budaya dan perilaku masyarakat yang ada. Sebaliknya media massa pun juga dipengaruhi pula oleh perubahan kepercayaan, selera, minat, dan perilaku masyarakat. Berikut ini adalah pola hubungan kepercayaan yang terdapat pada pemberitaan di instagram (Bagan 1).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terkait kondisi kepercayaan mahasiswa terhadap pemberitaan di instagram, secara umum didapatkan tiga buah kondisi antara lain yaitu: 1. cenderung memilih untuk percaya, 2. antara percaya atau tidak percaya (ragu-ragu), dan 3. cenderung memilih untuk tidak percaya. Hasil menunjukkan bahwa prosentase paling banyak terdapat pada mahasiswa yang cenderung memilih untuk percaya pada pemberitaan di instagram yakni sebesar 46,8%. Sementara 34,4% menunjukkan mahasiswa yang memilih antara percaya dan tidak percaya, dan 17,7% lainnya memilih cenderung untuk tidak percaya. Kondisi ini dapat dilihat pada gambar 2.

trustee trustor produsen dan distributor berita mahasiswa berita product

(14)

Gambar 2. Kondisi Kepercayaan Trustee secara Umum

Kondisi di atas dipengaruhi oleh minat trustee terhadap suatu jenis berita tertentu. Dalam hal ini hobi dan gaya hidup sebanyak 76,34% menjadi berita yang paling banyak diminati oleh trustee. Dimana hobi dan gaya hidup tidak rentan terhadap hoax.

Mayer, Davis, dan Schoorman (1995) menyatakan bahwa trust dibentuk oleh 3 dimensi yang berbeda yaitu: 1) kemampuan (ability), 2) kebaikan hati (benevolence), dan 3) integritas (integrity). Ketiga dimensi ini juga membentuk bagaimana kondisi kepercayaan dan ketidak percayaan yang ada di mahasiswa.

Tabel 3. Kondisi kepercayaan mahasiswa dari setiap aspek trust Aspek Kepercayaan Ya Tidak Total N % N % % Ability 147 65,6% 77 34,4% 100% Benevolence 122 54,5% 102 45,5% 100% Integrity 103 46,0% 121 54,0% 100%

Ditinjau dari aspek kepercayaan di atas (tabel 3) muncul prosentase terkait dinamika kepercayaan dan ketidakpercayaan trustee terhadap trustor. Hal utama yang membuat trustee percaya disini adalah ability yang dimiliki trustor yaitu sebesar 65,5%. Selanjutnya pada urutan kedua terdapat benevolence (54,5%) dan urutan ketiga yaitu integrity. Sebaliknya, ketidakpercayaan trustee pada urutan

(15)

pertama dipengaruhi oleh integrity (54%), kedua benevolence (45,5%), dan ketiga ability (34,4%).

Ability menjadi hal utama yang membuat kepercayaan seorang trustee karena dalam hal ini, kemampuan trustor dalam membuat berita menjadi tolak ukur dari produk berita yang dihasilkan. Produk adalah berita dan informasi yang secara langsung dikonsumsi langsung oleh trustee. Produk yang menarik mulai dari cara publikasi, konten berita, disertai dengan adanya bukti, ditampilkan menggunakan grafik, foto, dan video menjadi hal yang membuat trustee percaya bahwa trustor memiliki kemampuan dalam membuat berita. Sehingga berita layak untuk dipercaya. Hal ini sebagaimana studi yang dilakukan oleh Cragg dan Shuqair (2017) dimana unggahan instagram seperti foto, video, meme, dan grafik, efektif dalam merubah persepsi viewers (pengguna atau konsumen dari unggahan).

Hal utama yang mempengaruhi ketidakpercayaan yang dirasakan oleh trustee adalah integrity. Dimana integrity disini diartikan sebagai kejururan trustor dalam menyampaikan suatu berita yang berdampak pada kebenaran suatu produk berita yang dihasilkan. Kejujuran ini berkaitan dengan motif-motif yang dimiliki oleh trustor seperti adanya kepentingan politik dan orientasi keuntungan yang berdampak pada produk berita yang dihasilkan. Ketika seorang trustor memiliki motif-motif tertentu yang bersifat negatif, kepentingan politik misalnya, maka produk berita yang dihasilkan cenderung subjektif, beritanya provokatif, berbau sara sehingga sangat berkemungkinan menimbulkan konflik. Sebagaimana Kim dan Choi (2017) menjelaskan tentang isu keberpihakan pada media yang berperan dalam mempengaruhi kepercayaan publik pada media. Didukung pula dengan temuan Newman, Fletcher, Kalogeropoulos, Levy, dan Nielsen (2017) dimana terdapat hubungan yang kuat antara kepercayaan pada media dengan bias politik yang dirasakan

(16)

3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan dan ketidakpercayaan mahasiswa terhadap pemberitaan di instagram

Tabel 4. Faktor Kepercayaan dan Ketidakpercayaan Faktor Kepercayaan Faktor Ketidakpercayaan Produk 1. Valid, reliabel, disertai

bukti dan sumber yang jelas

2. Publikasi menarik dan berkualitas (tampilan, konten berita, bahasa) 3. Masuk akal

4. Objektif 5. Menghibur

1. Tidak valid dan reliabel, tidak disertai sumber dan bukti

2. Publikasi tidak menarik 3. Ulasan tidak berkualitas dan

bermutu

4. Tidak masuk akal 5. Subjektif

Trustor 1. Resmi

2. Tidak menjelek-jelekkan pihak lain

3. Memiliki banyak follower, viewer, likes, dan komentar

4. Up to date dalam

memaparkan berita

5. Platform memudahkan

dalam pencarian berita 6. Ada kolom komentar

sebagai ruang untuk diskusi 1. Tidak resmi 2. Memiliki orientasi kepentingan 3. Memiliki orientasi keuntungan 4. Jarang up date

Trustee 1. Merasa mampu dalam memilah berita

2. Mendapatkan manfaat dari produk berita ak ada kritikan dari trustee terhadap produk

1. Merasa tidak mampu memilah berita yang terlalu banyak di dunia maya 2. Tidak mendapatkan manfaat

dari produk berita

Tabel 4 menunjukkan bagaimana faktor-faktor tertentu mempengaruhi kepercayaan dan ketidakpercayaan trustee terhadap trustor. Dapat dilihat dari tabel, bahwa faktor yang mempengaruhi kepercayaan cenderung lebih banyak daripada faktor yang menimbulkan ketidakpercayaan. Namun demikian, baik kepercayaan dan ketidakpercayaan dipengaruhi oleh 3 faktor utama yang sama yaitu produk berita, trustor, dan trustee.

Faktor pertama yaitu berita yang disampaikan. Berita adalah suatu produk yang dihasilkan oleh trustor yang mempengaruhi seorang mahasiswa untuk percaya atau tidak percaya. Sebagaimana yang disampaikan oleh Blobaum (2016)

(17)

produk memiliki kemungkinan untuk dipercaya oleh trustee, dalam hal ini mahasiswa yang berperan secara langsung dalam menentukan apakah berita tersebut dapat dipercaya atau tidak. Kohring (dalam Blobaum, 2016) menyatakan bahwa dalam dunia jurnalistik terdapat 4 dimensi dalam trust antara lain yaitu: trustee percaya bahwa trustor memiliki kemampuan dalam 1) memilih tema yang sesuai dengan khalayak, 2) menyeleksi berita yang sesuai fakta, 3) menyajikan berita sesuai dengan kebenaran yang ada, dan 4) menimbang informasi-informasi yang tepat untuk dikomunikasikan melalui media. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang menemukan bahwa: 1) validitas dan reliabilitas, 2) mutu dan kualitas dalam publikasi berita di akun instagram, 3) objektivitas dalam memaparkan berita, dan 4) masuk akal atau tidaknya suatu berita mempengaruhi kepercayaan dan ketidakpercayaan seorang mahasiswa.

Faktor kedua yang mempengaruhi kepercayaan dan ketidakpercayaan mahasiswa terhadap pemberitaan di instagram adalah produsen/distributor berita yang berperan sebagai perorangan yakni penulis berita dan sebagai organisasi yakni akun di instagram yang dipercaya oleh mahasiswa. Sebagaimana yang disampaikan oleh Blobaum (2016) bahwa dua diantara jenis kepercayaan yaitu kepercayaan pada orang sebagai pemegang peranan tertentu dan kepercayaan pada institusi atau organisasi. Adapun kategori yang muncul antara lain yaitu: a) keresmian produsen/distributor berita, b) aktivitas akun yang up to date atau tidak, c) berapa banyak jumlah follower, like, viewer, dan komentar yang nyata, d) ada tidaknya orientasi kepentingan, e) ada tidaknya orientasi keuntungan pihak tersebut, f) relevansi konten berita dengan minat konsumen, g) sikap akun dalam memperbincangkan pihak lain, dan h) ada tidaknya kolom komentar. Kenning (2008) dan Eastlick & Lotz (2011) juga menyatakan bahwa reputasi, pengamatan, dan pengetahuan yang dimiliki trustor mampu memunculkan trust antara trustee dan trustor. Sama halnya dengan Kim, Ferring, dan Rao (2003) yang menyatakan bahwa pengesahan institusional menjadi faktor yang penting untuk memunculkan trust. Selain itu menurut Romli (2003) aktualitas peristiwa terbaru, terkini, terhangat (up to date), sedang atau baru saja terjadi menjadi nilai yang penting dari suatu berita.

(18)

Faktor ketiga yaitu berasal dari konsumen berita sendiri. Dimana konsumen berita adalah mahasiswa yang berperan sebagai trustee. Dalam hal ini apa menunjukkan bahwa apa yang ada di dalam diri trustee berpengaruh terhadap pengambilan keputusan trustee untuk percaya atau tidak percaya. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal diantaranya: pada 1) kemampuan konsumen dalam memilah berita, 2) kebermanfaatan yang konsumen dapatkan dari berita, dan 3) kemunculan kritik atau hujatan dari konsumen. Menurut Pytlikilig dkk. (2017) pengetahuan yang dimiliki oleh seorang individu mampu mengembangkan sikap kepercayaan. Selain itu pengalaman secara langsung menurut Costa dan Anderson (2017) mampu menumbuhkan kepercayaan sebagaimana adanya kebermanfaatan yang dapat atau tidak dapat dirasakan oleh mahasiswa sebagai trustee. Jaringan yang dimiliki oleh trustee menurut VanLange (2015) juga berperan dalam menumbuhkan kepercayaan sebagaimana kemunculan kritik atau hujatan dari konsumen lain merupakan hasil dari adanya jaringan yang dimiliki oleh trustee (dalam hal ini adalah mahasiswa). Ditinjau dari sisi media massa sendiri, Romli (2003) mengatakan bahwasanya besar kecilnya dampak yang diterima masyarakat dari suatu peristiwa menjadi nilai yang mempengaruhi pembaca berita.

4. PENUTUP

Berdasarkan seluruh hasil analisis dan pembahassan yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.

1) Ada suatu pola hubungan yang terbentuk pada kepercayaan mahasiswa terhadap pemberitaan di instagram. Pola hubungan tersebut yaitu mahasiswa sebagai trustee, produsen/distributor berita di instagram sebagai trustor, dan berita sebagai produk.

2) Secara umum terdapat 3 kondisi kepercayaan trustee terhadap trustor, yaitu: 46,8% percaya, 34,4% antara percaya dan tidak, dan 17,7% tidak percaya. 3) Ada perbedaan prosentase dari setiap aspek kepercayaan. Kepercayaan

trustee kepada trustor sebanyak 65,6% ditentukan oleh ability, 54,5% benevolence, dan 46% integrity. Sementara ketidakpercayaan trustee ditentukan oleh 54% integrity, 45,9% benevolence, dan 34,4% ability.

(19)

4) Kepercayaan dan ketidakpercayaan muncul karena tiga faktor utama yaitu produk berita, trustor, dan berasal dari diri trustee. Berikut faktor dan perbedaannya sebagaimana terdapat pada tabel 3.

DAFTAR PUSTAKA

Adam, A. (2017), Masa depan marketing lewat instagram story. Diakses pada tanggal 3 Februari 2018, dari tirto.id: https://tirto.id/masa-depan-marketing-lewat-instagram-story-ctPL.

Agam, D. N. L. A. (2017). The impact of viral marketing through instagram. Australasian Journal of Business, Social Science and Information Technology, 4(1), 40-45.

Andhini, A. (2017). Pengaruh transaksi online shopping, dan kepercayaan konsumen terhadap kepuasan konsumen pada e-commerce. Jurnal ilmu & riset manajemen, 6(7).

Ansori, M. (2009). Psikologi pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.. Ardianto. (2004). Komunikasi massa. Jakarta: Simbiosa Rekatama.

Biagi, S. (2010). Media/impact: Pengantar media massa. Jakarta: Salemba Humanika.

Bligh, M. C. (2017). Leadership and trust. Leadership Today, Springer Texts in Business and Economics. doi: 10.1007/978-3-319-31036-7_2.

Blöbaum, B. (2016). Key factors in the process of trust. On the analysis of trust under digital conditions. In Trust and Communication in a Digitized World (pp. 3-25). Springer International Publishing.

Costa, A. C., & Anderson, N. (2017). Team trust. The wiley blackwell handbook of the psychology of team working and collaborative processes, 393-416. Eastlick, M. A., & Lotz, S. (2011). Cognitive and institutional predictors of initial

trust toward and online retailer. International journal of retailing and distribution management, 39(4), 235-255.

Haryanto, A. T. (2017). Ini jumlah pengguna Facebook dan Instagram di Indonesia. Diakses pada tanggal 12 April 2018, dari detik.com: https://inet.detik.com/cyberlife/d-3599839/ini-jumlah-pengguna-facebook-dan-instagram-di-indonesia.

Jarvis, S. E., Stroud, N. J., & Gilliland, A. A. (2009). College students, news use, and trust. Communication Research Reports, 26(1), 30-39.

Jordan, R. (2017). Hoax di Indonesia. Diakses pada tanggal 2 Februari 2018, dari hmip.fisip.ui.id: http://hmip.fisip.ui.ac.id/hoax-hate-speech-dan-badan-cyber-nasional/.

(20)

Kim, D. J., Ferrin, D. L., & Rao, H. R. (2003). Antecedents of consumer trust in B-to-C electronic commerce. Proceedings of ninth Americas conference on information systems, 157-167.

Kiousis, S. (2001). Public trust or mistrust? Perceptions of media credibility in the information age. Mass communication and society, 4, 381-403.

Kirchhoff, S. M. (2011). The U.S. newspaper industry in transition. Journal of current issues in media and telecommunications, 2, 27-51.

Mayer, R.C., Davis, J.H., & Schoorman, F.D. (1995). An integrative model of organicational trust. Academy of management review, 20(3), 709-734. Mayer, R.C., Davis, J.H., & Schoorman, F.D. (2004). Trust. Encyclopedia of

applied psychology, 3, 611-620.

Newswire. (2017). Kominfo pertimbangkan tutup Facebook, Twitter, Instagram hingga Youtube. Diakses pada tanggal 12 April 2018, dari: bisnis.com:

http://industri.bisnis.com/read/20170714/105/671559/kominfo-pertimbangkan-tutup-facebook-twitter-instagram-hingga-youtube.

Newman, N., Fletcher, R., Kalogeropoulos, A., Levy, D. A., & Nielsen, R. K. (June 2017). Reuters Institute digital news report 2017. Available at SSRN: https://ssrn.com/abstract=3026082 .

Pew Research Center. (Mei, 2016). News use across social media platforms 2016. Diakses pada tanggal 12 April 2018, dari: journalism.org: http://www.journalism.org/2016/05/26/news-use-across-social-media-platforms-2016/.

Pruitt, D. G., & Kimmel, M. J. (1977). Twenty years of experimental gaming: Critique, synthesis, and suggestions for the future. Annual review of psychology, 28(1), 363-392.

PytlikZillig, L. M., Kimbrough, C. D., Shockley, E., Neal, T. M. S., Herian, M. N., Hamm, J. A., . . . Tomkins, A. J. (2017). A longitudinal and experimental study of the impact of knowledge on the bases of

institutional trust. PLoS One, 12(4), Doi:

http://dx.doi.org/10.1371/journal.pone.0175387

Robbin, S. (2003). Organizational behavior. New Jersey: Prentice Hall. Romli. (2003). Jurnalistik terapan. Jakarta: Panitia Pusat PWI.

Rousseau, D. M.; Sitkin, S. B.; Burt, R. and Camerer, C. (1998). Not so different after all: A cross-discipline view of trust. Academy of Management Review, 23(3), 393-404.

Shuqair, P. , & Cragg, S. (2017). The immediate impact of instagram posts on changing the viewers’ perceptions towards travel destinations. 1st

International Conference on Advanced Research (ICAR-2017), Manama, Bahrain.

(21)

Toha, M. (2003). Perilaku organisasi konsep fasar dan aplikasinya. Jakarta: Grafindo Persada.

Tsfati, Y., & Cappella, J. N. (2003). Do people watch what they do not trust? Communication Research, 30, 504-529.

Utami, D. A. (2016). Kepercayaan interpersonal dengan pemaafan dalam Hubungan Persahabatan. Jurnal ilmiah psikologi terapan, 3(1), 54-70. VanLange, P. A. (2015). Generalized trust: Four lessons from genetics and

https://tirto.id/masa-depan-marketing-lewat-instagram-story-ctPL. https://inet.detik.com/cyberlife/d-3599839/ini-jumlah-pengguna-facebook-dan-instagram-di-indonesia. http://industri.bisnis.com/read/20170714/105/671559/kominfo-pertimbangkan-tutup-facebook-twitter-instagram-hingga-youtube. N: https://ssrn.com/abstract=3026082 http://dx.doi.org/10.1371/journal.pone.0175387

Gambar

Tabel 1. Kepercayaan Masyarakat pada Media Massa Masa Kini  Tingkat  Kepercayaan  Jumlah  responden  (%)  Alasan  (%)
Tabel 2. Data Persebaran Mahasiswa Berdasarkan Fakultas  No  Bidang Studi  Jumlah  Prosentase  1  Psikologi  86  38,39%  2  Teknik  48  21,43%  3  Kesehatan  31  13,84%  4  FEB  17  7,59%  5  MIPA  13  5,80%  6  FKIP  13  5,80%
Gambar 1. Pola hubungan kepercayaan pada pemberitaan di instagram
Tabel 3. Kondisi kepercayaan mahasiswa dari setiap aspek trust  Aspek  Kepercayaan  Ya  Tidak  Total  N  %  N  %  %  Ability  147  65,6%  77  34,4%  100%  Benevolence  122  54,5%  102  45,5%  100%  Integrity  103  46,0%  121  54,0%  100%
+2

Referensi

Dokumen terkait

Plastik yang banyak digunakan untuk kemasan makanan adalah jenis plastik yang paling aman yaitu PET, PP, LDPE dan HDPE, jenis plastik ini termasuk kedalam kelompok

1 Sinus Maksilaris Tumor Jinak Sinonasal Tumor Ganas Sinonasal 2 Sinus Etmoidalis 1 Papiloma Inverted 8.

Realisasi anggaran PSTNT pada tahun 2017 melalui kegiatan Pengembangan Sains dan Teknologi Nuklir Terapan dan Revitalisasi Reaktor Riset sebesar 95,17% dari target dan

Pengaruh pengupasan umbi terhadap sifat fisik, kimia, dan fungsional tepung ubi jalar oranye ( Ipomoea batatas L.. Jurnal Teknosains

a) Menjaga gawang dari serangan pemain yang menguasai bola dapat dilakukan dengan memperhatikan sikap awal (steady position) , yaitu dengn memperhatikan sikap kaki dan

Syukur Alhamdulillah segala puji kehadirat Allah SWT atas rahmat dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Usaha Karak (

Hasil kuisioner aspek strategidigambarkan pada tabel 2.dengannilai 3 baik dan nilai 4 sangat baik.Nilai yang diperoleh untuk aspek strategi yaitu baik, guru dalam

Adapun tujuan pengembangan ini adalah (1) mendeskripsikan kevalidan perangkat pem- belajaran yang dihasilkan yaitu perangkat pem- belajaran bangun ruang di SMP