• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab II Tinjauan Pustaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab II Tinjauan Pustaka"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Bab II Tinjauan Pustaka

Sesuai dengan pembahasan judul tesis ini, maka dibutuhkan teori yang di dalamnya mencakup materi-materi yang mendukung dan memperjelas bahasan tesis ini.

II.1 Ruang Lingkup IT Governance

Pada saat ini TI dirasakan berperan penting dalam meningkatkan keunggulan bersaing. Teknologi informasi terbukti telah menciptakan value bagi organisasi. Organisasi semakin tergantung terhadap teknologi informasi agar tetap dapat bersaing. Dengan semakin meningkatnya penggunaan teknologi informasi dalam bisnis, tata kelola teknologi informasi (IT governance) menjadi konsep yang penting dibicarakan.

IT Governance merupakan bagian terkait dengan corporate governance. Beberapa

hal mendasar jika dibandingkan dengan corporate governance adalah IT

Governance berkaitan dengan bagaimana top manajemen memperoleh keyakinan

bahwa Manager Sistem Informasi (Chief Information Officer) dan organisasi TI dapat memberikan return berupa value bagi organisasi.

Kesuksesan corporate governance didapatkan melalui peningkatan dalam efektivitas dan efisiensi dalam proses organisasi yang berhubungan. IT

governance yang menyediakan struktur yang menghubungkan proses TI, sumber

daya TI dan informasi bagi strategi dan tujuan organisasi.

IT Governance merupakan suatu struktur dan proses yang saling berhubungan

serta mengarahkan dan mengendalikan organisasi dalam pencapaian tujuan organisasi melalui nilai tambah dan menyeimbangkan antara risiko dan manfaat dari teknologi informasi serta prosesnya.

IT Governance memastikan adanya pengukuran yang efisien dan efektif terhadap

peningkatan proses bisnis organisasi melalui struktur yang mentautkan proses-proses TI, sumber daya TI dan informasi ke arah dan strategi organisasi. Dapat

(2)

dikatakan bahwa IT Governance memadukan dan melembagakan best practice dari proses perencanaan, pengelolaan, pemilikan, dan penerapan, pelaksanaan dan pendukung, serta pengawasan kinerja TI untuk memastikan informasi organisasi dan teknologi yang terkait lainnya benar-benar menjadi pendukung bagi pencapaian sasaran organisasi.

Oleh karenanya IT Governance harus dipastikan bahwa performa TI yang diatur penggunaannya harus sesuai dengan tujuan berikut ini (7) :

1. Keselarasan TI dengan organisasi dan realisasi keuntungan-keuntungan yang dijanjikan dari penerapan TI.

2. Penggunaan TI agar memungkinkan organisasi mengeksploitasi kesempatan yang ada dan memaksimalkan keuntungan.

3. Penggunaan sumber daya TI yang bertanggung jawab.

4. Penanganan manajemen risiko berkaitan dengan TI secara tepat.

Dari keterpaduan tersebut diharapkan organisasi dapat memastikan kalau informasi organisasi dan teknologi yang terkait lainnya benar-benar menjadi pendukung bagi pencapaian sasaran organisasi melaui perencanaan dan pengorganisasian TI, pembangunan dan pengimplementasian, deliver dan support, serta memonitor dan evaluasi kinerja TI untuk

Dengan adanya IT Governance proses bisnis di organisasi akan menjadi jauh lebih transparan , dimana tanggung jawab dan akuntabilitas setiap fungsi dan individu juga semakin jelas.

II.1.1 Area Fokus Pengelolaan IT Governance

Menurut Information Technology Governance Institute ( ITGI), terdapat 5 area yang penting diperhatikan dalam IT Governance yaitu keselarasan strategi bisnis dan strategi TI, IT value deliver, manajemen risiko, pengukuran kinerja dan manajemen sumber daya TI. Setiap area ini mempunyai standar pengaturan yang diuraikan dalam panduan COBIT (Control Objectives for Information And

Related Technology). Berikut uraian dari lima area yang menjadi fokus utama

(3)

a. Strategic Aligment, dimana permasalahan ini berkaitan dengan bagaimana

mencapai visi, misi organisasi yang selaras dengan bisnis organisasi tersebut.

b. Value Deliver, dimana permasalahan ini berkaitan dengan bagaimana

mengoptimalkan nilai tambah TI guna pencapaian visi, misi organisasi.

c. Resources Management, dimana permasalahan ini berkaitan dengan

bagaimana sumber daya dan infrastruktur dapat mencukupi dan penggunaannya yang optimal. Dapat dikatakan masalah ini berkaitan dengan investasi yang optimal berkaitan dengan TI yang ada, dan manajemen yang sesuai, sumber daya TI kritis yaitu aplikasi, informasi, infrastruktur dan sumber daya manusia. Hal-hal penting berhubungan dengan optimisasi pengetahuan dan infrastruktur.

d. Risk Management, dimana permasalahan ini berkaitan dengan bagaimana

mengidentifikasi risiko yang mungkin ada dan bagaimana mengatasi dampak dari risiko tersebut.

e. Performance Measurement, dimana permasalahan ini berkaitan dengan

bagaimana mengukur dan mengawasi kinerja dari TI dan menyesuaikan penggunaan TI dengan kebutuhan bisnis organisasi.

Gambar II.1 Fokus Area IT Governance (6)

II.1.2 Tujuan dan Langkah-Langkah Penerapan IT Governance

IT Governance merupakan bagian dari pengelolaan perusahan secara keseluruhan,

yang memiliki tugas yang menjadi tanggung jawab utama dalam pengelolaannya, sebagai berikut (7) :

(4)

1. Memastikan bahwa kepentingan stakeholder diikutsertakan dalam penyusunan strategi organisasi.

2. Memberikan arahan kepada proses-proses yang mengimplementasikan strategi organisasi.

3. Memastikan bahwa proses-proses tersebut menghasilkan keluaran yang dapat diukur.

4. Memastikan adanya informasi mengenai hasil yang diperoleh dan mengukurnya.

5. Memastikan keluaran yang dihasilkan sudah sesuai dengan yang diharapkan.

Sedangkan tujuan dari diterapkannya IT Governance dalam suatu organisasi sebagai berikut (7) :

1. Tujuan jangka pendek, dimana IT Governance digunakan dengan tujuan untuk menekan biaya operasional TI dengan cara mengoptimalkan operasi-operasi dari TI tersebut, dimana hal ini dicapai melalui pengendalian yang diterapkan pada setiap proses penggunaan sumber daya TI dan penanganan risiko yang berhubungan dengan TI.

2. Tujuan jangka panjang, dimana IT Governance membantu organisasi agar tetap fokus terhadap nilai strategis TI dan memastikan penerapan TI dapat mendukung pencapaian tujuan organisasi.

Sedangkan untuk mencapai tujuan tersebut terdapat beberapa hal yang harus dilakukan sebagai berikut (7) :

1. Pihak manajemen organisasi harus menyelaraskan strategi bisnis dengan strategi TI, melakukan peningkatan strategi dan tujuan di dalam organisasi dan menterjemahkannya dalam bentuk tindakan untuk seluruh karyawan di tiap tingkatan manajemen.

2. Pihak manajemen organisasi harus dapat menyelaraskan TI dengan organisasi bisnis, menekankan tanggung jawab bersama untuk keberhasilan proyek TI yang pada akhirnya akan menghasilkan nilai bisnis yang lebih baik.

3. Pihak manajemen harus memastikan bahwa analisis risiko merupakan bagian integral dari proses perencanaan secara keseluruhan, dan berfokus pada

(5)

infrastruktur TI dan penghitungan nilai aset tak nampak (intangible assets) terhadap keamanan dan risiko operasional, serta risiko dari kegagalan proyek TI.

4. Pihak manajemen harus menerapkan pengukuran kinerja berdasarkan strategi dan tujuan yang telah ditetapkan.

5. Pihak manajemen harus dapat berperan secara maksimal agar seluruh tahapan ini dapat dilaksanakan.

II.2 COBIT (Control Objectives For Information And Related Technology) Alat yang komprehensif untuk menciptakan adanya IT Governance di organisasi adalah penggunaan COBIT (Control Objectives For Information And Related

Technology) yang mempertemukan kebutuhan beragam manajemen dengan

menjembatani celah antara risiko bisnis, kebutuhan kontrol, dan masalah-masalah teknis TI. COBIT menyediakan referensi best business practice yang mencakup keseluruhan proses bisnis organisasi dan memaparkannya dalam struktur aktivitas-aktivitas logis yang dapat dikelola dan dikendalikan secara efektif. (6)

Tujuan utama COBIT adalah memberikan kebijaksanaan yang jelas dan latihan yang bagus bagi IT Governance bagi organisasi di seluruh dunia untuk membantu manajemen senior untuk memahami dan mengatur risiko–risiko yang berhubungan dengan TI. COBIT melakukannya dengan menyediakan kerangka kerja IT Governance dan petunjuk kontrol obyektif yang rinci bagi manajemen, pemilik proses bisnis, pemakai dan auditor.

II.2.1 Kerangka Kerja COBIT

COBIT (Control Objectives For Information And Related Technology) adalah kerangka IT Governance yang ditujukan kepada manajemen, staf pelayanan TI,

control departement, fungsi audit dan lebih penting lagi bagi pemilik proses bisnis

(business process owner’s), untuk memastikan confidenciality, integrity dan

(6)

Konsep dasar kerangka kerja COBIT adalah bahwa penentuan kendali dalam TI berdasarkan informasi yang dibutuhkan untuk mendukung tujuan bisnis dan informasi yang dihasilkan dari gabungan penerapan proses TI dan sumber daya terkait. Dalam penerapan pengelolaan TI terdapat dua jenis model kendali, yaitu model kendali bisnis (business controls model) dan model kendali TI (IT focused

control model), COBIT mencoba untuk menjembatani kesenjangan dari kedua

jenis kendali tersebut.

Pada dasarnya kerangka kerja COBIT terdiri dari 3 tingkat control objectives, yaitu activities dan tasks, process, domains. Activities dan tasks merupakan kegiatan rutin yang memiliki konsep daur hidup, sedangkan task merupakan kegiatan yang dilakukan secara terpisah. Selanjutnya kumpulan activity dan task ini dikelompokan ke dalam proses TI yang memiliki permasalahan pengelolaan TI yang sama dikelompokan ke dalam domains. (6)

Gambar II.2 COBIT cube (6)

COBIT di rancang terdiri dari 34 high level control objectives yang menggambarkan proses TI yang terdiri dari 4 domain yaitu: Plan and Organise,

Acquire and Implement, Deliver and Support dan Monitor and Evaluate. Berikut

kerangka kerja COBIT yang terdiri dari 34 proses TI yang terbagi ke dalam 4 domain pengelolaan, yaitu (6) :

1. Plan and Organise (PO), mencakup masalah mengidentifikasikan cara terbaik

(7)

bisnis organisasi. Domain ini menitikberatkan pada proses perencanaan dan penyelarasan strategi TI dengan strategi organisasi. Domain PO terdiri dari 10

control objectives, yaitu :

PO1 - Define a strategic IT plan.

PO2 – Define the information architechture. PO3 – Determine technological direction.

PO4 – Define the IT processes, organisation and relationships. PO5 - Manage the IT investment.

PO6 – Communicate management aims and direction. PO7 – Manage IT human resource.

PO8 – Manage quality.

PO9 – Asses and manage IT risks. PO10 – Manage projects.

2. Acquire and Implement (AI), domain ini menitikberatkan pada proses

pemilihan, pengadaaan dan penerapan TI yang digunakan. Pelaksanaan strategi yang telah ditetapkan, harus disertai solusi-solusi TI yang sesuai dan solusi TI tersebut diadakan, diimplementasikan dan diintegrasikan ke dalam proses bisnis organisasi. Domain AI terdiri dari 7 control objectives, yaitu : AI1 – Identify automated solutions.

AI2 – Acquire and maintain application software. AI3 – Acquire and maintain technology infrastructure. AI4 – Enable operation and use.

AI5 – Procure IT resources. AI6 – Manage changes.

AI7 – Install and accredit solutions and changes.

3. Deliver and Support (DS), domain ini menitikberatkan pada proses pelayanan

TI dan dukungan teknisnya yang meliputi hal keamanan sistem, kesinambungan layanan, pelatihan dan pendidikan untuk pengguna, dan pengelolaan data yang sedang berjalan. Domain DS terdiri dari 13 control

objectives, yaitu :

DS1 – Define and manage service levels. DS2 – Manage third-party services.

(8)

DS3 – Manage performance and capacity. DS4 – Ensure continuous service.

DS5 – Ensure systems security. DS6 – Identify and allocate costs. DS7 – Educate and train users.

DS8 – Manage service desk and incidents. DS9 – Manage the configuration.

DS10 – Manage problems. DS11 – Manage data.

DS12 – Manage the physical environment. DS13 – Manage operations.

4. Monitor and Evaluate (ME), domain ini menitikberatkan pada proses

pengawasan pengelolaan TI pada organisasi seluruh kendali-kendali yang diterapkan setiap proses TI harus diawasi dan dinilai kelayakannya secara berkala. Domain ini fokus pada masalah kendali-kendali yang diterapkan dalam organisasi, pemeriksaan internal dan eksternal. Berikut proses-proses TI pada domain monitoring and evaluate:

ME1 – Monitor and evaluate IT performance. ME2 – Monitor and evaluate internal control. ME3 – Ensure regulatory compliance.

ME4 – Provide IT Governance.

Dengan melakukan kontrol terhadap ke 34 obyektif tersebut, organisasi dapat memperoleh keyakinan akan kelayakan tata kelola dan kontrol yang diperlukan untuk lingkungan TI. Untuk mendukung proses TI tersebut tersedia lagi sekitar 215 tujuan kontrol yang lebih detil untuk menjamin kelengkapan dan efektifitas implementasi.

IT Governance menyediakan suatu struktur yang berhubungan dengan proses TI,

sumber daya TI dan informasi untuk perencanaan strategi dan tujuan organisasi guna mendukung kebutuhan bisnis. Cara mengintegrasikan IT Governance dan

(9)

mengoptimalisasikan organisasi yaitu melalui adanya Plan and Organise, Acquire

and Implement, Deliver and Support dan Monitor and Evaluate.

Gambar II.3 Prinsip dasar COBIT (6)

Karena COBIT berorientasi bisnis, maka untuk memahami control objectives dalam rangka mengelola TI yang terkait dengan risiko bisnis dilakukan dengan cara:

1. Mulai dengan sasaran bisnis dalam framework.

2. Pilih proses dan kontrol TI yang sesuai untuk enterprise dari control

objectives.

3. Operasikan rencana bisnis.

4. Menilai prosedur dan hasil dengan pedoman audit.

Menilai status organisasi, identifikasi aktivitas yang kritis untuk kesuksesan dan performansi ukuran dalam mencapai tujuan enterprise dengan pedoman manajemen.

Manajemen sebuah organisasi akan berfungsi secara efektif apabila para pengambil keputusan selalu ditunjang dengan keberadaan informasi yang berkualitas. COBIT mendeskripsikan karakteristik informasi yang berkualitas menjadi tujuh aspek utama, yaitu masing-masing (6) :

1. Effectiveness, dimana informasi yang dihasilkan haruslah relevan dan dapat

memenuhi kebutuhan dari setiap proses bisnis terkait dan tersedia secara tepat waktu, akurat, konsisten dan dapat dengan mudah diakses.

2. Efficiency, dimana informasi dapat diperoleh dan disediakan melalui cara yang

(10)

3. Confindentiality, dimana informasi rahasia dan yang bersifat sensitif harus

dapat dilindungi atau dijamin keamanannya, terutama dari pihak-pihak yang tidak berhak mengetahuinya.

4. Avaibility, dimana informasi haruslah tersedia bilamana dibutuhkan dengan

kinerja waktu dan kapabilitas yang diharapkan.

5. Compliance, dimana informasi yang dimiliki harus dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya dan mengacu pada hukum maupun regulasi yang berlaku, termasuk di dalamnya mengikuti standar nasional atau internasional yang ada.

6. Reliability, dimana informasi yang dihasilkan haruslah berasal dari sumber

yang dapat dipercaya sehingga tidak menyesatkan para pengambil keputusan yang menggunakan informasi tersebut.

(11)

Untuk memastikan hasil yang diperoleh dari proses TI sesuai kebutuhan bisnis, perlu diterapkan kendali-kendali yang tepat terhadap proses TI tersebut. Hasil yang diperoleh perlu diukur dan dibandingkan kesesuaiannya dengan kebutuhan bisnis organisasi secara berkala.

Keseluruhan informasi tersebut dihasilkan oleh sebuah TI yang dimiliki organisasi, dimana didalamnya terdapat sejumlah komponen sumber daya penting, yaitu (6):

1. Aplikasi, yang merupakan sekumpulan program untuk mengolah dan menampilkan data maupun informasi yang dimiliki oleh organisasi.

2. Informasi, yang merupakan hasil pengolahan dari data yang merupakan bahan mentah dari setiap informasi yang dihasilkan, dimana di dalamnya terkandung fakta dari aktivitas transaksi dan interaksi sehari-hari masing-masing proses bisnis yang ada di organisasi.

3. Infrastruktur, yang terdiri dari sejumlah perangkat keras, infrastruktur teknologi informasi sebagai teknologi pendukung untuk menjalankan portfolio aplikasi yang ada. Selain itu yang termasuk dalam infrastruktur dapat berupa sarana fisik seperti ruangan dan gedung dimana keseluruhan perangkat sistem dan teknologi informasi ditempatkan.

4. Manusia, yang merupakan pemakai dan pengelola dari sistem informasi yang dimiliki.

II.2.2 Pedoman Manajemen COBIT

Pedoman manajemen untuk COBIT, yang terdiri dari model maturity, KGI, dan

KPI, yang kemudian menyediakan manajemen dengan alat untuk menilai dan

mengukur lingkungan TI organisasi terhadap 34 proses TI yang diidentifikasikan COBIT.

Saat ini manajemen TI terkait risiko tersebut dipahami sebagai bagian inti dari pengaturan organisasi. Pengaturan TI yang merupakan bagian dari pengaturan organisasi, menjadi lebih dirasakan peranannya dalam mencapai tujuan organisasi

(12)

dengan menambah nilai melalui penyeimbangan risiko terhadap nilai kembali atas TI dan prosesnya.

Pengaturan TI merupakan pelengkap suksesnya pengaturan organisasi melalui peningkatan yang efisien dan efektif sehubungan dengan proses organisasi. Pengaturan TI menyediakan struktur yang berhubungan dengan proses TI, sumberdaya TI, dan informasi untuk strategi dan tujuan organisasi. Lebih lanjut, pengaturan TI mengintegrasikan dan melembagakan praktek yang berhubungan.

II.2.2.1 Model Maturity

COBIT melihat bahwa menerapkan mekanisme governance secara efektif tidaklah mudah, namun harus melalui berbagai tahap maturity (kematangan) tertentu. Model maturity untuk mengontrol proses IT, sehingga manajemen dapat mengetahui dimana posisi organisasi sekarang, dan diposisi dimana organisasi ingin berada. Paling tidak posisi maturity sebuah organisasi terkait dengan keberadaan dan kinerja proses IT Governance dapat dikategorikan menjadi enam tingkatan, yaitu (7) :

a. 0 Non existent (tidak ada), merupakan posisi kematangan terendah, yang merupakan suatu kondisi dimana organisasi merasa tidak membutuhkan adanya mekanisme proses IT Governance yang baku, sehingga tidak ada sama sekali pengawasan terhadap IT Governance yang dilakukan oleh organisasi. b. 1 Initial (inisialisasi), sudah ada beberapa inisiatif mekanisme perencanaan,

tata kelola, dan pengawasan sejumlah IT Governance yang dilakukan, namun sifatnya masih ad hoc, sporadis, tidak kosisten, belum formal, dan reaktif. c. 2 Repeatable (dapat diulang), kondisi dimana organisasi telah memiliki

kebiasaan yang terpola untuk merencanakan dan mengelola IT Governance dan dilakukan secara berulang-ulang secara reaktif, namun belum melibatkan prosedur dan dokumen formal.

d. 3 Defined (ditetapkan), pada tahapan ini organisasi telah memiliki mekanisme dan prosedur yang jelas mengenai tata cara dan manajemen IT Governance, dan telah terkomunikasikan dan tersosialisasikan dengan baik di seluruh jajaran manajemen.

(13)

e. 4 Managed (diatur), merupakan kondisi dimana manajemen organisasi telah menerapkan sejumlah indikator pengukuran kinerja kuantitatif untuk memonitor efektivitas pelaksanaan manajemen IT Governance.

f. 5 Optimised (dioptimalisasi), level tertinggi ini diberikan kepada organisasi yang telah berhasil menerapkan prisip-prinsip governance secara utuh dan mengacu best practice, dimana secara utuh telah diterapkan prinsip-prinsip

governance, seperti transparency, accountability, responsibility, dan fairness.

Gambar II.5 Model maturity (7)

Dengan adanya maturity level model, maka organisasi dapat mengetahui posisi kematangannya saat ini, dan secara terus menerus serta berkesinambungan harus bersaha untuk meningkatkan levelnya sampai tingkat tertinggi agar aspek

governance terhadap teknologi informasi dapat berjalan secara efektif.

II.2.2.2 Key Goal Indicator

Indikator kunci tujuan (Key Goal Indicators (KGI)) merupakan sasaran atau target yang ingin dicapai oleh sebuah proses atau aktivitas di dalam organisasi. Karena sifatnya sebuah obyektif yang ingin dicapai dimasa mendatang, maka secara berkala perlu dilakukan pengukuran-pengukuran untuk menjamin aktivitas yang dilakukan organisasi menuju pada tercapainya KGI tersebut. Indikator tersebut dalam COBIT dinamakan sebagai Key Performance Indicator (KPI).

(14)

II.2.2.3 Key Performance Indicator

Indikator kunci performansi (Key Performance Indicators (KPI)), merupakan indikator dalam mengukur sebaik apa performa proses TI untuk memungkinkan dalam pencapaian tujuan.

II.3 Analytic Hierarchy Process (AHP)

Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu metode analisis untuk

struktur suatu masalah dan dipergunakan untuk mengambil keputusan atas alternatif. AHP menunjukkan bagaimana menghubungkan kriteria-kriteria dari suatu bagian masalah dengan kriteria-kriteria dari bagian yang lain untuk memperoleh hasil gabungan (9). Prosesnya adalah mengidentifikasi, memahami, dan menilai interaksi-interaksi dari suatu sistem sebagai satu keseluruhan.

II.3.1 Langkah-Langkah AHP

Secara umum langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan AHP untuk pemecahan suatu masalah adalah sebagai berikut (9) :

1. Mendefinisikan permasalahan dan secara spesifik menentukan tujuan atau solusi yang diinginkan.

2. Menyusun masalah ke dalam suatu struktur hirarki sehingga permasalahan yang kompleks dapat ditinjau dari sisi yang detail dan terukur. Penyusunan hirarki yang memenuhi kebutuhan harus melibatkan pihak-pihak ahli di bidang pengambilan keputusan. Tujuan yang diinginkan dari masalah ditempatkan pada tingkat tertinggi dalam hirarki. Tingkat selanjutnya adalah penjabaran tujuan tersebut ke dalam bagian-bagian yang lebih rinci.

3. Membuat matriks banding berpasangan yang mempunyai kontribusi atau pengaruh setiap kriteria yang relevan atas setiap kriteria yang berpengaruh yang berada setingkat diatasnya.

4. Melakukan perbandingan berpasangan yaitu pasangan-pasangan kriteria dibandingkan berkenaan dengan suatu kriteria di tingkat yang lebih tinggi. Jumlah penilaian seluruhnya sebanyak {n[n-1]}/2 buah,dimana n adalah banyaknya komponen yang dibandingkan.

(15)

5. Setelah mengumpulkan semua data banding berpasangan dan memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta entry bilangan 1 di sepanjang diagonal utama, prioritas dicari dan konsistensi diuji.

6. Melaksanakan langkah 3,4 dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam hirarki itu.

7. Melakukan sintesa dengan membobotkan vektor-vektor prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria, dan jumlahkan semua entry prioritas terbobot yang bersangkutan dengan entry prioritas dari tingkat bawah berikutnya, dan seterusnya. Hasilnya berupa vektor prioritas menyeluruh untuk tingkat hirarki paling bawah.

8. Melakukan pengujian konsistensi untuk seluruh hirarki dengan mengalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas kriteria bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan persyaratan teknis pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Rasio konsistensi hirarki ini harus 10 persen atau kurang. Jika tidak, mutu informasi itu harus diperbaiki atau ada kemungkinan persoalan ini tak terstruktur secara tepat. Kalau hal ini terjadi, proses harus diulang dari langkah 2.

II.3.2 Menetapkan Prioritas

Setiap kriteria yang terdapat dalam hirarki harus diketahui bobot relatifnya satu sama lain. Tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat kepentingan/preferensi pihak-pihak yang berkepentingan dalam permasalahan terhadap kriteria dan struktur hirarki atau sistem secara keseluruhan.

Langkah pertama dalam menetapkan prioritas kriteria-kriteria adalah menyusun perbandingan berpasangan (pairwise comparison), yaitu kriteria-kriteria dibandingkan berpasangan terhadap suatu kriteria yang ditentukan. Untuk perbandingan berpasangan ini, matriks merupakan bentuk yang paling disukai dan memberi kerangka untuk menguji konsistensi, memperoleh informasi tambahan dengan jalan membuat segala perbandingan yang mungkin, serta menganalisa kepekaan prioritas menyeluruh terhadap perubahan dalam pertimbangan.

(16)

Proses perbandingan berpasangan perbandingan berpasangan dimulai dari puncak hirarki yaitu level terkecil untuk memilih kriteria C atau sifat yang akan digunakan untuk melakukan perbandingan yang pertama. Lalu dari tingkat tepat dibawahnya, ambil kriteria-kriteria yang akan dibandingkan : A1,A2,A3 dan seterusnya. Kemudian susun kriteria-kriteria ini pada sebuah matriks.

Kriteria A1 dalam kolom disebelah kiri dibandingkan dengan kriteria A1, A2, dan seterusnya yang terdapat di baris atas berkenaan dengan sifat C di sudut kiri atas. Lalu ulangi dengan kriteria kolom A2 dan seterusnya. Untuk membandingkan kriteria-kriteria, tanyakanlah : seberapa kuat suatu kriteria memiliki, berkontribusi, mendominasi, mempengaruhi, memenuhi, atau menguntungkan sifat tersebut, dibandingkan dengan kriteria lain dengan mana ia sedang dibandingkan.

Secara struktur kriteria-kriteria pada tiap hirarki dipecah kedalam sekumpulan matriks perbandingan berpasangan dan responden diminta untuk mengisi matriks tersebut. Pengisian matriks dilakukan oleh responden setelah mengevaluasi kepentingan relatif antar dua kriteria (pasangan kriteria), dimana dicari tingkat dominasi satu kriteria yang lain sehingga dapat ditentukan nilai bobot kriteria tersebut terhadap tingkat hirarki diatasnya.

Tabel II.1 Contoh matriks untuk perbandingan berpasangan (9)

C A1 A2 .. .. An A1 1 . A2 1 . . . . . An 1

II.3.3 Skala Penilaian

Nilai numerik yang digunakan untuk mengisi matriks perbandingan berpasangan diatas harus dapat menggambarkan relatif pentingnya suatu kriteria diatas yang lainnya, berkenaan dengan sifat tersebut. Skala banding yang digunakan adalah skala rasio yang mempunyai nilai 1 sampai dengan 9.

(17)

Tingkat kepentingan dan definisi dari nilai numerik skala perbandingan berpasangan itu dapat dilihat pada tabel II.2.

Tabel II.2 Skala perbandingan berpasangan (Pairwise Comparison Scale) (9) Intensitas /

Tingkat Kepentingan

Definisi Penjelasan

1 Kedua kriteria sama

pentingnya (equal).

Kedua kriteria memberikan kontribusi yang sama. 3 Kriteria yang satu sedikit

lebih penting dibandingkan kriteria lainnya (moderat).

Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyukai/memihak kriteria satu dibanding yang lain.

5 Kriteria yang satu esensial atau sangat penting dibanding kriteria lainnya (strong).

Pengalaman dan penilaian dengan menyukai / memihak kriteria satu dibanding yang lain.

7 Kriteria yang satu jelas lebih penting dibanding kriteria lainnya (very strong).

Kriteria yang satu dengan kuat disukai dan didominasinya tampak nyata dalam praktek. 9 Kriteria yang satu mutlak

lebih penting dibanding kriteria lainnya (extreme).

Bukti-bukti yang memihak kepada kriteria yang satu atas yang lain berada pada tingkat persetujuan tertinggi yang mungkin.

2, 4, 6, 8 Nilai-nilai tengah

(intermediate) antara dua penilaian yang berdekatan.

Diperlukan kompromi antara dua pertimbangan.

II.3.4 Formulasi Matematis

Formulasi matematis dari metode AHP adalah hasil perbandingan berpasangan yaitu suatu matriks A berukuran n x n sebagai berikut :

A = (aij), (i,j = 1,2,3,…,n)

Dimana setiap baris pada matriks merupakan perbandingan bobot setiap kriteria A1,A2,A3,…,An. dan yang dicari adalah bobot w1,w2,w3,…,wn terhadap tingkat hirarki diatasnya dimana kriteria tersebut berada. Matriks tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :

(18)

Tabel II.3 Matriks perbandingan (9) Kriteria A1 A2 . . . An A1 a11 a12 . . . a1n A2 a21 a22 . . . a2n . . . . . . . . . . . . An an1 an2 . . . ann

Nilai perbandingan berpasangan kriteria (ai,aj) dinyatakan oleh harga aij yang didefinisikan sebagai :

1. Jika Aij = E, maka Aij = 1/α dengan α≠ 0.

2. Jika Ai mempunyai kepentingan relatif yang sama dengan Aj maka Aij = Aji = 1.

3. Hal yang khusus Aii = 1 untuk semua i. Sehingga bentuk matriks perbandingan menjadi :

Persoalan sekarang adalah mencari besarnya bobot sumbangan dari kriteria-kriteria A1,A2,A3,...,An terhadap kriteria yang didukung diatasnya dalam suatu struktur hirarki. Karena kriteria-kriteria dari matriks tersebut merupakan nilai perbandingan dari bobot kriteria-kriteria yang berpasangan, maka kriteria-kriteria matriks dapat ditulis sebagai berikut :

Wi = aij...(2-1) Wj

(19)

Menurut persamaan matriks, jika matriks A dikalikan dengan sebuah vektor maka hasilnya adalah sebuah vektor y.

A . x = y Dimana x = (x1,...,xn) dan y = (y1,…,yn)

Notasi himpunan persamaan dapat ditulis sebagai :

a ij . x i = yi…………...(2-2) dengan i = 1,2,…,n

Dari persamaan aij = wi/wj (2-1) diperoleh :

aij . wj/wi = 1 i,j = 1,2,...,n atau

maka

Bentuk itu ekuivalen dengan persamaan :

A w = n w ...(2-3)

Dalam teori matriks, persamaan ini menyatakan bahwa w adalah eigen vector dari A dan n sebagai eigen value-nya. Secara lengkap persamaan tersebut dapat di tulis sebagai berikut :

Dari pernyataan (2-1) dan (2-3) dapat disimpulkan bahwa apabila kriteria diagonal matriks A = 1 dan matriks A konsisten, maka perubahan kecil pada kriteria aij tidak begitu mempengaruhi eigen value maksimum, artinya eigen value maksimum harganya tetap mendekati n sedangkan eigen value lainnya harganya mendekati nol.

a ij . w j 1 = n i = 1,2,…,n

(20)

Dengan demikian untuk mendapatkan besarnya bobot peranan (priority vector) harus diselesaikan persamaan :

A w = λ maks w ...(2-4) Untuk mendapatkan nilai w, maka harus substitusikan eigen value maksimum

(λ maks) pada persamaan (2-4) sehingga di dapat : Aw-λ maks w = 0

(A-λ maks) w = 0 ...(2-5)

Dari persamaan (2-5) ini akan didapat harga w1,w2,...,wn sebagai vektor bobot prioritas (eigen vector) yang sesuai dengan nilai eigen maksimum (λmaks) dan Σwi = 1.

II.3.5 Rasio Konsistensi

Dalam persoalan pengambilan keputusan, penting untuk mengetahui berapa besarnya konsistensi. Karena tentu tidak mau keputusan itu didasarkan atas pertimbangan yang mempunyai konsistensi tinggi begitu rendah sehingga nampak seperti pertimbangan acak. Pertimbangan akan suatu hal memang konsisten tetapi dalam kehidupan nyata berbagai keadaan khusus sering mempengaruhi referensi sehingga keadaan dapat berubah. AHP mengukur konsistensi menyeluruh dari berbagai pertimbangan melalui suatu rasio konsistensi. Rasio konsistensi itu harus 10% atau kurang. Jika lebih dari 10%, pertimbangan itu berarti acak dan harus diperbaiki dengan melakukan pertimbangan ulang. (9)

Langkah-langkah untuk menghitung rasio konsistensi adalah sebagai berikut (9) : 1. Kalikan setiap kolom dalam matriks perbandingan berpasangan A dengan

prioritas relatif yang bersesuaian dengan kolomnya masing-masing dan jumlahkan untuk memperoleh matriks B yang berukuran nx1.

(21)

2. Menghitung eigenvalue maksimum (λ maks)

3. Menghitung indeks konsistensi (consistency index) yang dilambangkan dengan CI.

4. Menghitung rasio konsistensi (consistency ratio) yang dilambangkan dengan CR.

CR = CI ...(2-8) RI

dimana RI = Random Indeks

Indeks konsistensi matriks random dengan skala penilaian 1 sampai 9 beserta kebalikannya disebut sebagai Random Indeks (RI). RI juga merupakan sebuah fungsi dari jumlah kriteria yang diperbandingkan. Berdasarkan perhitungan Thomas L. Saaty dengan menggunakan 500 sampel dan penilaian numerik diambil secara acak dari skala 1/9,1/8,1/7,…,1/2,1,2,…,9 maka diperoleh nilai rata RI (Random Indeks) untuk setiap Orde Matriks (OM) tertentu. Nilai rata-rata RI untuk setiap Orde Matriks itu dapat dilihat pada tabel II.4.(9)

Akhirnya, apabila rasio konsistensi CR ≤ 0,10, maka hasil penilaian dapat diterima atau dipertanggungjawabkan. Jika tidak, maka pengambil keputusan harus meninjau ulang masalah dan merevisi matriks perbandingan berpasangan.

...(2-6)

: n

λ maks = ∑ bi pi CI = λmaks-n n-1 ...(2-7)

(22)

Tabel II.4 Nilai random indeks (9) Orde Matriks Random Matriks

1 0 2 0 3 0,58 4 0,9 5 1,12 6 1,24 7 1,32 8 1,41 9 1.45 10 1,49 11 1,51 12 1,48 13 1,56 14 1,57 15 1,59

Gambar

Gambar II.1 Fokus Area IT Governance (6)
Gambar II.2 COBIT  cube (6)
Gambar II.4 Kerangka kerja COBIT (6)
Gambar II.5 Model maturity (7)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal subjektif tes hasil belajar Konsep Mol dan Metacognitive Awareness Inventory (MCI). Hasil penelitian

Ramelan Surabaya diasumsikan dipengaruhi oleh budaya masyarakatnya, dan penduduk Surabaya mayoritas beragama Islam, yang melaksanakan prosesi keagamaan seperti berpuasa

Setelah mendapatkan hasil analisa perhitungan, simulasi koordinasi rele arus lebih, dan pengujian rele dengan circuit breaker terhadap suatu gangguan menggunakan

Secara teoritik mencoba menerapkan teori model transportasi dengan metode Least – Cost dan Stepping Stone yang digunakan sebagai alat untuk meminimalisasi total biaya

shell adalah program (penterjemah perintah) yang menjembatani user dengan sistem operasi dalam hal ini kernel (inti sistem operasi), umumnya shell menyediakan prompt

Praktikum Biostatistika 99 Ketik Feses dan Daging pada Kolom Name, pada Kolom Decimals Ketik angka 0 dan pada Kolom Label Ketik Feses Ayam dan Daging Ayam, kemudian Klik Data

Kotler dan Amstrong (2008) menjelaskan mengenai proses keputusan pembelian oleh konsumen yang terdiri dari lima tahapan yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi,

Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut penulis melakukan penelaahan karya-karya ilmiah yang berhubungan dengan penelitian yang akan diteliti dengan judul Pengaruh